Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG KERAJAAN KEDIRI

Disusun Oleh:

1. Tio Ardiansyah
2. Mochammad Acbar Baharudin
3. Dede Alvin
4. Saparudin

X TOT 1

SMK AL JABAR CILEUG


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Sejatrah Indoesia yang membahas Tentang kerjaan Kediri ini.
Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumber referensi siswaa
maupun guru sehingga pembaca ini memiliki ilmu pengetahuan yang luas mengenai sejarah
kerajaan Kediri.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam peyusunan makalah
ini. tanpa kerj keras kalian dan bantuan pihak lain. maka makalah ini tidak akan jadi.

Cirebon, September 2022

i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………….......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri.......................................................................................... 2


2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri................................................................................................ 3
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri.........................................................................................4,5
2.4 Raja-raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Kediri.......................................................... 6,7,8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................................................9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah lahir atau berdirinya Kerajaan Kediri dilatarbelakangi dengan perintah Raja
Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian saat itu, yakni Jenggala (Nama
lainnya Kahuripan) dan Panjalu (nama lainnya Kediri) yang saat itu dibatasi dengan Gunung
Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya adalah supaya tidak ada pertikaian antara keduanya.
Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan
pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, dengan pusat kerajaan Kahuripan.
Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan dengan pusat kerajaan
Daha.

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimana sejarah berdiriya kerajaan kerdiri?
2 Bagaimana perkembangan kerajaan Kediri?
3 Bagaimana aspek kehidupan kerajaan Kediri?
4 Siapa saja raja yang pernah memerintah kerajaan Kediri?

1.3 Tujuan Penulian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1 Mengetahui tentang kerajaan Kediri
2 Mengetahui tetang perkemangan kerajaan kediri
3 Mengetahui aspek kehidupan kerajaan kediri
4 Mengetetahui raja raja yang memerintah kerajaan Kediri

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri

Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan Penemuan sejarah Situs Tondowongso
pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan mampu
memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa penemuan seperti arca
kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang didapat di daerah desa Gayam, Kediri itu
tergolong sangat langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur
Muka atau bermuka empat.

Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua
bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas
dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab
Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian
dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta
Airlangga sehingga terjadilah peperangan. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa
membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. 

Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang
berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan
mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052
M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda
Mukha.

2
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri

Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh
Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti
yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala.
Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan
golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah
Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan
Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 1292), terjadilah
pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari
bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada
tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan
Kerajaan Kediri.

3
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri
adalah sebagai berikut :

a. Kehidupan Politik

Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu
berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya
merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi
hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut
menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut
dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu
wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama
menjadi Raja

Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin
memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang
beraangka tahun 1135.

Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti
tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa
Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.

Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab
ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah
perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian
anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap
sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas
Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya
menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia
mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.

Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja
Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana.
Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai
oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan
tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya
terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.

4
b. Kehidupan Agama

Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran
agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di
wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca
tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa
menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma
menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan
yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa
Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan
agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian
menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor
perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-
barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah,
dan pinang.

Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka
memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke
sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-
rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh
kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai
dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

d. Kehidupan Sosial Budaya

Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah teratur.
Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga
golongan sebagai berikut :

1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan
raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para
pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai
kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.

5
2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah

Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai masa
keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup
membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal
hingga saat ini.

Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :

1. Sri Jayawarsa

Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104 M).
Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda
penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja
Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan berupaya meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.

2. Sri Bameswara

Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah Tulung Agung
dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat masalah-masalah
keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan pemerintahannya.

3. Prabu Jayabaya

Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi
kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan.
Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.

Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai Brantas.
Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi
selalu tercukupi.

Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu
menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar
dapat disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.

Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan spiritual dan
material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung.
Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang
sepanjang masa.
6
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya
berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat

4. Sri Sarwaswera

Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan
(1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh
prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah
engkau”.

Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu
pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju arah
kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.

5. Sri Aryeswara

Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah sekitar
tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.

Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa
prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui
pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah
Sri Gandra.

6. Sri Gandra

Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang
penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-
nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.

7. Sri Kameswara

Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin
Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra
mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab
Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita
Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya

Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197),
prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya
berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
7
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa pemerintahannya,
kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum
Brahmana.

Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri
waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel
yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.

Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk menyerang
Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke
Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M)

8
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil simpulan
bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria
Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum
Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana
hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran

Dengan adanya tugas Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan Hindu-Budha
di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah kerajaan-kerajaan di
Indonesia salah satunya Kerajaan Kediri.

Anda mungkin juga menyukai