Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN KERAJAAN
MATARAM KUNO

OLEH
1. SITI NURHALIZA BELAWA
2. SAHADIA BUI
3. MUAHARAM TIBUL SULAIMAN

SMA NEGERI 1 ILE APE


LEMBATA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan segalah rahmat, rejeki, kesabaran, kekuatan, serta keimanan sehingga

dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perkembangan Kerajaan Mataram

Kuno”.

Penulis berharap agar makalah yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi

siswa/siswi lain untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan kajian dalam rangka

meningkatkan mutu pembelajaran dengan menyediakan sumber belajar dalam bentuk

makalah.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah ikut membantu dan berperan secara aktif dan bekerja sama

dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini bentuknya

sangat sederhana dan mungkin masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu diperlukan

penyempurnaan dari berbagai pihak.

Lewoleba, Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak

meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan

Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang

kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya adalah Makuthawangsa

Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup Kerajaan

Mataram Kuno atau medang.

Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti

yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra,

dan Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan

Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun

kerajaannya di Tamwlang tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu Sindok

merupakan lanjutan dari kerajaan mataram.Dengan demikian Mpu Sindok

dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan

kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa

Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa

Timur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul terbentuknya Wangsa Isyana? Dan bagaimana masa

Dharmawangsa Teguh?
2. Bagaimana kehidupan masyarakat kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah

ke Jawa Timur?
3. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan ilmu yang sangat penting untuk kehidupan. Melalui

sejarah kita bisa mengetahui hal-hal yang terjadi di masa lampau. Sehingga kita

bisa mengambil pelajaran dari sejarah tersebut. Kami di sini ingin menyajikan

sebuah makalah yang membahas tentang kerajaan Mataram Kuno. Seperti yang

kita ketahui bahwa kerajaan mataram kuno terletak di Jawa tengah yang berpusat

di bumi mataram. Menurut sejarah kerajaan tersebut di perintah oleh raja-raja,

seperti Sanjaya, Rakai Panangkaran, Warak, Garung, Rakai Pikatan, dan Kayu

Wangi. Setelah Berjaya bertahun-tahun, akhirnya kerajaan tersebut runtuh, yang

di sebabkan oleh adanya serangan dari Sriwijaya, adanya bencana alam, dan

wabah penyakit sehingga Mpu sendok memindahkan pemerintahan Mataram

lama ke jawa timur. Peristiwa itu menandai berakhirnya kerajaan Mataram Lama

dengan Dinasti Sanjaya, sekaligus di mulainya kerajaan Medang, Kamulan,

dengan Dinasti Isana.

B. Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732

masehi. Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada saat

itu didirikan sebuah Lingga (lambang siwa) diatas sebuah bukit di

daerah Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya di

sebuah pulau mulia, Jawadwipa yang dimana daerah ini merupakan daerah yang

kaya raya akan hasil bumi terutama padi dan emas sehingga di masa selanjutnya

kerajaan ini banyak melakukan hubungan dagang dengan daerah lain.

C. Tatanan Birokasi Kerajaan Mataram Kuno

Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-raja

yang sebagian terkenal dengan keberanian, kebijaksanaan dan sikap toleransi


terhadap agama lain. Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan

Mataram Kuno antara lain:

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)


2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)

Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang

terkenal sebagai seorang raja yang besar, gagah berani dan bijaksana serta sangat

toleran terhadap agama lain. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah

Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan

oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah

Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan

bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang.

Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh

di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di SemenanjungMalaya. Ketika Rakai

Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan

pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi

Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.

Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh

Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan

agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang

mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan

oleh Rakai Garung. Pada masa pemerintahan Rakai garung pembangunan

kompleks candi dilanjutkan di Jawa Tengah bagian utara terutama di sekitar

pegunungan Dieng. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan

candi Hindu di dataran tinggi Dieng, seperti candi Semar, candi Srikandi, candi
Punta dewa, candi Arjuna dan candi Sembadra. Selain itu di bangun pula

kompleks candi Gedong Sanga yang terletak di sebelah kota Semarangsekarang.

Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat

kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat

dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa

Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang

lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa

Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi.

Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi

masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan

di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai

memudar serta banyak terjadi perang saudara.

Saat Rakai Kayuwangi meninggal ia digantikan oleh Rakai

Watuhumalang. Rakai Watuhumalang berhasil melanjutkan pembangunan Candi

Prambanan. Kemudian setelah Rakai Watuhumalang meninggal ia digatikan oleh

Rakai Watukura Dyah Balitung. Pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung

dikenal 3 jabatan penting, yaitu rakryan i hino (pejabat tinggi sesudah raja),

rarkyan i halu dan rarkyan i sirikan. Ketiganya merupakan tritunggal. Dyah

Balitung memerintah sampai tahun 910 M dan meninggalkan banyak prasasti (20

buah). Ada prasasti yang menyebutkan bahwa Raja Balitung pernah menyerang

Bantan (Bali). Setelah Rakai Watukura Dyah Balitung wafat ia digantikan oleh

Daksa dengan gelar Sri Maharaja Sri Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya.

Sebelumnya ia menjabat sebagai rakryan i hino. Ia memerintah dari tahun 913-

919 M. Pada masa pemerintahan Raja Daksa inilah pembangunan Candi

Prambanan berhasil diselesaikan. Pada tahun 919 M Daksa digantikan oleh

Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri

Sajanasanmattanuragatunggadewa. Masa pemerintahan Tulodhong sangat

singkat dan tidak terjadi hal-hal yang menonjol.


Pengganti Tulodhong adalah Wawa. Ia naik tahta pada tahun 924 M

dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri

Wajayalokanamottungga. Sri Baginda dibantu oleh Empu Sindok Sri

Isanawikrama yang berkedudukan sebagai Mahamantri i hino.

D. Aspek Kehidupan Politik

Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin

kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam danIndia. Selain

itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada

masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa

Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama

Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan

(Wangsa Sanjaya).

Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno,

sedangkan Wangsa Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M.

Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara

Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra) semakin erat.

E. Aspek Kehidupan Sosial

Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri

atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hdup rukun dan

saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam

membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada

kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi

dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan

tersebut.

Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan

adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh

penduduk desa ternyata juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana.
Semua itu bisa berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan

kalangan istana.

F. Aspek Kehidupan Ekonomi

Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi

daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur

sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini

mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling

mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan

mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai

Kayuwangi.

Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung

berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan

serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan

untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai

tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut

dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui

sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan

kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

G. Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha

Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu

dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti

peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M),

prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga

dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi

Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi

Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan,

candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah
mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan

Mataram Kuno juga mampu membuat syair.

H. Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno

Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan

ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan.

Hal ini disebabkan oleh:

1. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar:
2. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi;
3. Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.

Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke

Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan

ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa

Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih

strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan

mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian

dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau Kerajaan Medang

Kawulan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang

pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan

Wangsa Isyana.Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana

Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang

(929–947). Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam prasasti Pucangan

tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan Mpu

Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga prasasti yang berangka tahun

yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888 Saka (966 M) prasasti

Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992 M) dan prasasti ucem tahun 934 Saka

(1012-1013 M).Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian

telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan

pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah

mengkudu. Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan

tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan

kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta

telurnya juga di perjualbelikan.

B. Saran

Dengan adanya tugas Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai

Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang

sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia salah satunya Kerajaan Mataram Kuno.

DAFTAR PUSTAKA

Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional

Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka


Dikutip dari :http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram

Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta:

Bhratara

Dikutip dari : http//ssbelajar.blogspot.com/2012/05/kerajaan-mataram-kuno-dan-

kehidupan.html

Anda mungkin juga menyukai