PERKEMBANGAN KERAJAAN
MATARAM KUNO
OLEH
1. SITI NURHALIZA BELAWA
2. SAHADIA BUI
3. MUAHARAM TIBUL SULAIMAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
Kuno”.
Penulis berharap agar makalah yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi
siswa/siswi lain untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan kajian dalam rangka
makalah.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu dan berperan secara aktif dan bekerja sama
sangat sederhana dan mungkin masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu diperlukan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang
yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra,
dan Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan
dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan
kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa
Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa
Timur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul terbentuknya Wangsa Isyana? Dan bagaimana masa
Dharmawangsa Teguh?
2. Bagaimana kehidupan masyarakat kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah
ke Jawa Timur?
3. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
sejarah kita bisa mengetahui hal-hal yang terjadi di masa lampau. Sehingga kita
bisa mengambil pelajaran dari sejarah tersebut. Kami di sini ingin menyajikan
sebuah makalah yang membahas tentang kerajaan Mataram Kuno. Seperti yang
kita ketahui bahwa kerajaan mataram kuno terletak di Jawa tengah yang berpusat
seperti Sanjaya, Rakai Panangkaran, Warak, Garung, Rakai Pikatan, dan Kayu
di sebabkan oleh adanya serangan dari Sriwijaya, adanya bencana alam, dan
lama ke jawa timur. Peristiwa itu menandai berakhirnya kerajaan Mataram Lama
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732
masehi. Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada saat
daerah Kunjarakunja yang didirikan oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya di
sebuah pulau mulia, Jawadwipa yang dimana daerah ini merupakan daerah yang
kaya raya akan hasil bumi terutama padi dan emas sehingga di masa selanjutnya
Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-raja
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang
terkenal sebagai seorang raja yang besar, gagah berani dan bijaksana serta sangat
toleran terhadap agama lain. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan
oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah
pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi
agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang
pegunungan Dieng. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan
candi Hindu di dataran tinggi Dieng, seperti candi Semar, candi Srikandi, candi
Punta dewa, candi Arjuna dan candi Sembadra. Selain itu di bangun pula
Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang
lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa
masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan
di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai
Rakai Watukura Dyah Balitung. Pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung
dikenal 3 jabatan penting, yaitu rakryan i hino (pejabat tinggi sesudah raja),
Balitung memerintah sampai tahun 910 M dan meninggalkan banyak prasasti (20
buah). Ada prasasti yang menyebutkan bahwa Raja Balitung pernah menyerang
Bantan (Bali). Setelah Rakai Watukura Dyah Balitung wafat ia digantikan oleh
Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri
itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada
(Wangsa Sanjaya).
sedangkan Wangsa Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M.
Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara
atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hdup rukun dan
saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam
dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan
tersebut.
adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh
penduduk desa ternyata juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana.
Semua itu bisa berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan
kalangan istana.
daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur
Kayuwangi.
untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai
peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M),
prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga
dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi
Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi
Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan,
candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah
mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan
ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan.
1. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar:
2. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi;
3. Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke
Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan
ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa
Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih
strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan
mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian
dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau Kerajaan Medang
Kawulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang
pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan
tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan Mpu
Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga prasasti yang berangka tahun
yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888 Saka (966 M) prasasti
Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992 M) dan prasasti ucem tahun 934 Saka
pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah
mengkudu. Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan
kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bhratara
kehidupan.html