Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“KERAJAAN SRIWIJAYA”

Disusun oleh :

FAUZIAH AL AZZATI

X IPA2

SMAN 1 KUSAMBI

Tahun Ajaran 2021/2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur berkat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dalam bentuk keselamatan
dan juga kesempatan yang diberikan-Nya, saya bisa menyusun makalah ini dengan semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.

Terima kasih juga kepada Bapak Guru yang telah memberikan saya arahan untuk tugas
pembuatan makalah ini dan menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Makalah ini saya susun dengan cara mencari di internet dan buku. Semoga dengan
diberikannya tugas ini saya dan pembaca mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi.

Penulis

Konawe, 08 Mei 2021

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 2
D. Manfaat.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3

A. Lokasi Kerajaan............................................................................................................. 3
B. Sejarah dan Bukti-Bukti Berdirinya............................................................................... 4
C. Sistem Pemerintahan...................................................................................................... 6
...................................................................................................................................................

D. Silsilah Kerajaan............................................................................................................ 7
E. Kehidupan Ekonomi....................................................................................................... 8
F. Kehidupan Sosial dan Budaya........................................................................................ 8
G. Masa Keemasan............................................................................................................. 9
H. Penyebab Keruntuhan.................................................................................................... 9
I. Peninggalan-Peninggalan................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................................... 13
Daftar Pusaka............................................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan
laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antar pulau.
Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan
yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah
jauh sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut
antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang China dengan
Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui,
termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur
hubungan dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia
dan China beserta India.
Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh Masehi, dibawa
oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang pertama kali menganut agama
ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Kutai
yang terletak di Kalimantan Timur, Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing,
Kerajaan Melayu di Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan
Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan Pajajaran, serta
Kerajaan Majapahit.
Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan peninggalan-peninggalan yang harus
kita ketahui. Salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang terletak di Sumatera
Selatan dan beribukota di Palembang ini memiliki nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui
seperti historiografi, sejarah berdirinya, lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan, hubungan
regional dan luar negeri, masa kejayaannya, masa kemunduran maupun aspek-aspek kehidupan
apa saja yang terkandung dalam kerajaan ini.

1
B. Rumusan Masalah

1. Dimana letak Kerajaan Sriwijaya?


2. Bagaimana berdirinya Kerajaan Sriwijaya?
3. Apa bukti-bukti Kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana sistem Kerajaan Sriwijaya?
5. Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya?
6. Apa peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui sejarah berdiri dan letak Kerajaan Sriwijaya.
2.      Mengetahui bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
3.      Mengetahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya.
4.      Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya.
5.      Mengetahui dan mampu menjelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan  Sriwijaya.

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang Kerajaan Sriwijaya.
2. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan sumber pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lokasi Kerajaan
Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa kejayaan kepulauan
Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di wilayah Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa
yang berada jauh di luar Indonesia mengenal Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak
Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat
Malaka. Selat Malaka pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang menghubungkan
pedagang-pedagang Cina dengan India maupun Romawi.
George Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume de Crivijaya
pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah
kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa letak ibukota
Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya,
Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang
menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu
tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang.
Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya semakin meluas.
Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka,
Jambi Hulu, Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.

3
B. Sejarah dan Bukti-Bukti Berdirinya
Sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang mendukung keberadaan Kerajaan Sriwijaya
berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
Berikut beberapa sumber dari luar negeri dan dalam negeri :
1. Sumber Cina
Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali pada tahun 671 M.
Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha di
Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan dan upacara
yang dilakukan oleh para pendeta Budha di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal
selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda,
India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan tinggal
selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa
Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke
Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.
2.  Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza, Sabay atau Zabaq.
Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M.
Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara
yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu
cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang
mendukung adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai tempat tinggal
sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.
3. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-kerajaan di
India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan
bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda.
Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa
berkenan membebaskan 5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib
membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda.
Di samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin

4
hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India Selatan. Hubungan ini
menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat Malaka.
4.  Sumber lain
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-shih merupakan suatu
daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain, yakni Kern, pada tahun 1913 M telah
menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang
ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada
prasasti itu adalah nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar
raja.

5. Sumber Lokal atau Dalam Negeri


Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan
Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya sebagian besar menggunakan huruf Pallawa
dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain sebagai berikut.
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah
perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000)
tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki. Sumber lain
menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi Jawa yang tidak setia kepada
Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka.
2. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta
Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukan
Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah
yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di
Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan.
3. Prasasti Talangtuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra
atas perintah Raja Dapunta Hyang.
4. Prasasti Karang Berahi

5
Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang
menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
5.  Prasasti Ligor
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang difungsikan
untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.
6. Prasasti Nalanda
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti
Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram
dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar
mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan
bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk
membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
7. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu lempeng
mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil
dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini
digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat.
Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar
melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu
biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, maka diduga kuat Palembang merupakan pusat
Kerajaan Sriwijaya.

C. Sistem Pemerintahan
Menurut Wikipedia, sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya adalah Monarki. dimana
seorang Raja atau penguasa menjadi kepala negara sampai akhir hayatnya. jadi Raja akan
digantikan ketika sudah meninggal dunia.
Penguasa Sriwijaya disebut Dapunta Hyang (Maharaja). ada lagi yang
disebut yuvarāja atau Putra Mahkota,  pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra
(pewaris berikutnya). Rajakumara lah yang akan menggantikan posisi Maharaja jika sudah tiba
waktunya.

6
Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung, karena raja
berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat yang dianggap strategis. Raja dapat
memberikan penghargaan terhadap penguasa daerah yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi
hukumanterhadap penguasa daerah yang tidak setia kepada kerajaan.
Sejumlah peninggalan prasasti kerajaan Sriwijaya menyebutkan bahwa kerajaan ini
memperluas wilayah dengan jalan ekspansi militer. Adapun birokrasinya memperhatikan betul
pelaksanaan berbagai aturan dalam menjamin ketertiban dan ketenangan dalam negeri. Beberapa
prasasti juga memuat keterangan mengenai penguasa daerah yang tunduk pada Sriwijaya tidak
diberi keleluasaan memerintah. 
Sistem pemerintahan yang dianut oleh Sriwijaya menjadikan mereka kerajaan maritim
yang besar dengan wilayah yang luas. Pengaruh Sriwijaya juga dikenal cukup kuat tak hanya
pada kerajaan yang bertetangga tetapi juga dengan kerajaan jauh yang ada di China, India dan
Vietnam.
Sistem pemerintahan tersebut tak hanya memiliki pengaruh besar di masa silam tetapi
hingga saat ini. Keberhasilan pemerintah Sriwijaya mempersatukan banyak wilayah di nusantara
menjadi roh bagi persatuan dan kesatuan Indonesia. Sriwijaya juga menjadi ilham bagi Indonesia
dalam mengembangkan diri sebagai poros maritim dunia.

D. Silsilah Kerajaan
1. Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M).
2. Indravarman (702 M).
3. Rudra Vikraman atau Lieou-t`eng-wei-kong (728 M).
4. Dharmasetu (790 M).
5. Wisnu (795 M)
6. Samaratungga (792 M).
7. Balaputra Sri Kaluhunan (Balaputradewa) (835 M).
8. Sri Udayadityawarman (960 M). 
9. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M).
10. Hsiae-she (980 M).
11. Sri Cudamaniwarmadewa (988 M).
12. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M).
13. Sumatrabhumi (1017 M).

7
14. Sri Sanggramawijayottunggawarman (1025).
15. Sri Deva (1028 M).
16. Dharmavira (1064 M).
17. Sri Maharaja (1156 M).
18. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M).
19. Parameswara

E. Kehidupan Ekonomi
Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan perdagangan Asia
Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting bagi perekonomian kerajaan. Karena
banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan,
istirahat, atau melakukan aktivitas perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan
perdagangan di Selat Malaka, Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu
di Ligor yang dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian ibukota Ligor tersebut
bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk melakukan
pengawasan lebih dekat terhadap aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari
penyeberangan yang dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah Genting Kra.
Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala, lada,
pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu
sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu,
sutera dan porselen melalui relasi dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

F.    Kehidupan Sosial dan Budaya

Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta merupakan pusat
agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Budha yang berkembang
di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang
pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama
Budha dari seorang guru bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama
Budha di luar  India.  
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang,
Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan

8
maritim yang selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang
lama. Prasasti dan situs yang ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad
ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu
( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan
Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi
Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs
Muarojambi. Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah  Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti
Bungkuk (Jabung). Di Riau, ditemukan Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.

G.   Masa Keemasan

Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, Kerajaan
Min dan negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan
keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis Muslim Ibn Batutah sangat terkesan
dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit
Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.

H.  Penyebab Keruntuhan

Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan menaklukkan


Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola meneruskan penyerangan dan
penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi
Chola tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang
berakibat terlepasnya beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri,
sebuah kerajaan yang berbasiskan pada pertanian.
Antara tahun 1079 - 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya mengirimkan duta
besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi mengirimkan lebih dari dua duta
besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya telah bergeser secara bertahap dari
Palembang ke Jambi. Ekspedisi Chola telah melemahkan Palembang, dan Jambi telah
menggantikannya sebagai pusat kerajaan.

9
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-
Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat
dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya
memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan
sumber ini pula dikatakan bahwa beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri.
Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan Palembang dan
Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293, Majapahit pengganti Singosari,
memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk memberikan tanggung jawab tersebut kepada
Pangeran Adityawarman, seorang peranakan Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi
pemberontakan terhadap Majapahit, tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun
di selatan Sumatra sering terjadi kekacauan dan pengrusakan.
Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga
memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara.
Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di
Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam
kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di
Kerajaan Sriwijaya.
Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang berakibat tertutupnya
akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat merugikan perdagangan kerajaan.
Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh
pedagang-pedagang Arab dan India. Di akhir abad ke-13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra
berpindah agama Islam.
Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya
terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan
oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M.
Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan Kesultanan
Malaka di Semenanjung Malaysia.

I. Peninggalan-Peninggalan
Kekuasaan yang diperoleh kerajaan majapahit berimbas pada kemakmuran rakyatnya.
Peradaban mulai maju terutama pada wilayah Antawulan yang waktu itu dijadikan sebagai

10
ibukota kerajaan. Saat ini antawulan dikenal dengan sebutan Trowulan. Kerajaan majapahit
meninggalkan beberapa istilah yang sampai saat ini masih sering kita gunakan. Istilah tersebut
antara lain, satelit palapa dan bhineka tunggal ika. Selain istilah tersebut, penggunaan lambang
kerajaan “surya majapahit” banyak digunakan untuk ornamen bangunan pagi para pecinta
sejarah kerajaan ini.
Terdapat banyak bangunan bersejarah hingga saat ini yang dapat kita temui di daerah
Trowulan. Adanya bangunan-bangunan ini disebabkan karena trowulan merupakan bekas
ibukota kerajaan. Kolam pemandian, bangunan, candi, waduk, pintu gerbang kerajaan adalah
macam-macam bangunan berserjarah yang terdapat di wilayah ini.
Selain itu, ratusan ribu artefak Majapahit yang berupa batu bata, koin (mata uang) batu
umpak, batu lumpang, pecahan tembikar, genting, keramik cina, hingga celengan tersebar di
wilayah Trowulan yang sampai saat ini masih bisa ditemukan oleh masyarakat sekitar.
1. Candi Wringin Lawang
Adalah gapura agung yang terbuat dari bata merah yang mempunyai luas dasar 13 x 11
meter serta tinggi 15,5 meter yang berarsitektur candi bentar atau biasa disebut candi terbelah.
Bangunan ini berfungsi Fungsi sebagai pintu gerbang yang digunakan untuk menuju kawasan
utama pada ibukota kerajaan. Lokasinya berada di brangkal.
2. Candi Brahu
Adalah sentra pengrajin kuningan dan juga patung batu yang berlokasi di wilayah Bejijong,
Trowulan. Candi ini merupakan bangunan peribadatan suci yang digunakan untuk menghormati
anggota keluarga kerajaan yang wafat.
3. Candi Gentong
Wujud dari candi ini adalah reruntuhan bangunan yang masih direstorasi sehingga para
pengunjung belum bisa menikmati keindahanya. Lokasi candi ini berdekatan dengan candi
brahu.
4. Pendopo Agung
Bangunan ini sebenarnya hanya berupa umpak-umpak besar yang merupakan sisa dari
bangunan pendapa agung yang dijadikan tempat untuk menemui para taum oleh raja Majapahit.
Bangunan ini sekarang berubah menjadi pendapa yang nyaman di kunjungi. Pemugaran ini
dilakukan oleh pihak Kodam V Brawijaya. Sebuah batu miring ditemukan dibelakang pandapa.
Batu ini diyakini sebagai tempat patih Gajah Mada mengikrarkan sumpahnya, yaitu sumpah

11
palapa. Selain batu miring, Kompleks makam dari pendiri kerajaan majapahit Raden wijaya yang
ada ditempat ini juga banyak mendapat kunjungan dari masyarakat.
5. Kolam Segaran
Adalah kolam besar yang terbuat dari batu bata yang berbentuk persegi panjang berukuran
800 x 500 meter persegi. Kolam Segaran ini mempunyai kedalaman 3 meter dengan ketebalan
dinding 1,6 meter. Asal mula nama segaran adalah 'segara' yang berasal dari bahasa jawa yang
berarti 'laut'. Kolam ini berfungsi sebagai sumber air bagi masyarakat kerajaan Majapahit. Selain
itu, kolam juga digunakan sebagai tempat jamuan bagi para tamu kerajaan dengan menyajikan
peralatan makan dari emas dan perak sebagai wujud kemakmuran kerajaan.
6. Situs Lantai Segi Enam
Situs ini hanya berupa sisa-sisa bangunan rumah yang memiliki keunikan lantaran adanya
penemuan paving blok segi enam yang merupakan lantai kuno yang terbuat dari tanah liat halus
yang dibakar. Paving ini mempunyai ukuran 34 x 29 x 6.5 cm. selain paving, sisa lantai,beberapa
perabot seperti pot dan gentong, serta sisa dinding dapat kita temukan pada situs ini. Bangunan
ini diduga milik bangsawan majapahit.
7. Makam Putri Campa
Pemakaman ini merupakan pemakaman Islam kuno yang terletak dekat dengan Candi
Menak Jinggo. Putri Campa merupakan istri atau selir raja Majapahit pada periode akhir. Dari
bentuk makam yang ada, putri Campa diyakini menganut agama islam. Ia wafat tahun 1448 M
dan konon ia berhasil mengajak raja terakhir dari majapahit untuk memeluk agama Islam.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan
dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India.
2.      Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti dari sebutan
negara maritimnya.
3.      Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan baik di
dalam maupun di lur negeri serta dari berita-berita asing.
4.      Faktor penyebab keruntuhan :
a.        Berulang kali diserang kerajaan Colomandala
b.        Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri
c.        Terdesak perkembangan kerajaan di Thailand
d.        Terdesak pengaruh kerajaan Singosari
e.         Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya
f.         Tidak adanya raja yang cakap dan berwibawa
g.        Serangan Majapahit dalam upaya penyatuan nusantara

B. Saran
1.      Sejarah harus selalu kita kaji agar menjadi sebuah pengetahuan dan motivasi dalm mengisi
kemerdekaan.
2.      Lestarikan terus nilai-nilai budaya sejarah bangsa.

13
Daftar Pusaka

Wikipedia Foundation. 2017. Kerajaan Sriwijaya. Diambil dari:


https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya (23 November 2017)

Tulas, Pratama. Kerajaan Sriwijaya. Diambil dari


http://tulastulispratama.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kerajaan-sriwijaya.html (23 November
2017)

M. Taupan, Aswal Scorpio, Muhamad Arif, Samsul Farid, Nurlailah. 2015. Sejarah Berbasis
Pendidikan Bangsa. Bandung: Penerbit SEWU.

Grafis Media. 2017 Sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.. Diambil dari :


http://www.pendidikmulia.site/2017/06/sistem-pemerintahan-kerajaan-sriwijaya.html
(25 November 2017)

Informasi Pendidikan. 2017 Peninggalan Kerajaan Majapahit. Diambil dari :


http://www.informasi-pendidikan.com/2013/02/peninggalan-kerajaan-majapahit-di.html

Septian, Putra Pratama. 2012 Silsilah Kerajaan Sriwijaya. Diambil dari :


http://septianputrapratama-tp-unbara.blogspot.co.id/2012/11/silsilah-kerajaan-sriwijaya.html

14
15

Anda mungkin juga menyukai