Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kerajaan Padjadjaran

10 MIPA 1

Disusun oleh :
1. Sharfina Rani A.
2. Shobar Nugroho
3. Tiara Alifianty G.
4. Tiara Septiana
5. Vanessa Regina K.
6. Wenjeli Puspita S.
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kerajaan Padjadjaran”. Penulisan makalah
ini adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia di SMAN 36 Jakarta.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada semua
pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.
.

Jakarta, 16 Januari 2018

Penyusun
Daftar isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………………..….. ii
Daftar Isi…………………………..……………………………………………………………. iii

Bab .1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.……………...………………………………………………………...…......4
1.2 RumusanMasalah................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................................... 4
1.4 Metodelogi Penulisan.............................................................................................................4

Bab .2 Pembahasan
2.1 Letak Geografis Kerajaan Pajajaran......................................................................................... 5
2.2 Latar Belakang berdirinya kerajaan Pajajaran......................................................................... 5
2.3 Berkembangnya kerajaan Pajajaran......................................................................................... 5
2.4 Kehidupan Politik..................................................................................................................... 6
2.5 Kehidupan Ekonomi................................................................................................................. 7
2.6 Kehidupan Sosial dan Budaya.................................................................................................. 8
2.7 Kehidupan Agama.................................................................................................................... 8
2.8 Runtuhnya Kerajaan Padjadjaran.............................................................................................. 9
2.9 Peninggalan Kerajaan Padjadjaran.……………….……………………………………………9

Bab.3 Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................................12

Daftar Pustaka …...........................................................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia banyak sekali terdapat kerajaan,salah satunya yaitu kerajaan pajajaran yang
terletak di Jawa Barat.Diketahui kerajaan ini berdiri sesudah runtuhnya kerajaan Tarumanegara,
hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah candi di desa cangkuang dekat Leles yang
keberadaannya pastinya belum dapat diketahui, akibat dari data-data yang kurang untuk
mengungkapkannya secara pasti. Para ahli berpendapat selain kerajaan Tarumanegara, terdapat
sebuah kerajaan yang bernama kerajaan padjadjaran,namun tidak dapat diketahui dimana
pastinya lokasi kerajaan tersebut.
Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan padjadjaran di dirikan pada tahun 923
oleh Sri jayabhupati, seperti yang di sebutkan dalam prasasti sanghyang tapak (1030 M)
dikampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicati, Cibadak, Sukabumi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana proses terbentuknya kerajaan padjadjaran?
2) Apa saja aspek kehidupan kerajaan padjadjaran?
3) Faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya kerajaan padjadjaran

1.3 Tujuan Masalah


1) Untuk mengetahui proses terbentuknya kerajaan padjadjaran.
2) Untuk mengetahui apa saja aspek kehidupan kerajaan padjadjaran.
3) Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan padjadjaran.

1.4 Metodelogi Penulisan


Dalam membuat makalah ini kami mengambil sumber dari buku dan internet, apabila
ada kesalahan dan kesamaan dalam penulisan dan penyajiannya kami ucapkan mohon maaf.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Letak geografis Kerajaan Padjadjaran


Kerajaan Padjadjaran adalah sebuah kerajaan hindu yang diperkirakan beribukotanya
di Pakuan (bogor) di jawa barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula
di sebut juga negeri sunda,pasundan,atau berdasarkan nama ibu kotanya yaitu pakuan
pajajaran.Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini di dirikan tahun 923 oleh sri
jayahupati seperti yang di sebutkan dalam prasasti sanghyang tapak.

2.2 Latar belakang berdirinya Kerajaan Padjadjaran


Berdasarkan alur sejarah galuh,kerajaan padjadjaran berdiri setelah wastu kencana
wafat tahun 1475 karena sepeninggal rahyang wastu kencana kerajaan galuh dipecah dua di
antara susuktunggal dan dewa niskala dalam kedudukan sederajat.
Padjadjaran atau pakuan pajajaran beribukota di pakuan (Bogor) dibawah kekuasaan
Prabu susuktunggal (sang haliwungan) dan kerajaan galuh yang meliputi parahyangan tetap
berpusat dikawali dibawah kekuasaan Dewa Niskala (Ningrat kancana). Oleh sebab itu pula
prabu susuktunggal dan Dewa Niskala tidak mendapat gelar ”Prabu Siliwangi”, karena
kekuasaan keduanya tidak meliputi seluruh tanah pasundan sebagaimana kekuasaan Prabu wangi
dan rahyang wastu kencana (Prabu Siliwangi 1). Cikal bakal kerajaan padjadjaran sejarah
kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan–kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat,
yaitu kerajaan Tarumanegara, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena
pemerintahan kerajaan Padjadjaran merupakan kelanjutan dari kerajaan–kerajaan tersebut. Dari
catatan-catatan sejaran yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini, antara lain mengenai
ibukota padjadjaran yaitu pakuan.

2.3 Berkembangnya kerajaan padjadjaran


Kerajaan Padjadjaran awalnya terletak di daerah Galuh,Jawa Barat. Raja pertama
Kerajaaan Padjadjaran bernama Sena.Namun tahta kerajaan Padjadjaran kemudian direbut oleh
saudara Raja Sena yang bernama Purbasora. Raja Sena dan keluarganya terpaksa meninggalkan
Keratin. Tidak lama kemudian, Raja Sena berhasil merebut kembali tahta kerajaan Padjadjaran.
Raja Pajajaran selanjutnya adalah Jayahubpati,pada masa pemerintahannya, kerajaan
pajajaran mengembangkan ajaran Hindu waisnawa. Setelah Jayahubpati kerajaan di perintah
oleh Rahyang Niskala Wastu Kencana. Pada masa pemerintahannya, pusat kerajaan di pindahkan
ke Kawali. Raha Wastu kemudian, di gantikan oleh Hayam Wuruk. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1357 dan di sebut dalam kitab Pararaton sebagai oerang Bubat. Ketika perang bubat terjadi
Sri Baduga Maharaja bersama seluruh pengiringnya tewas. Kerajaan Padjadjaran di ambil alih
oleh Hyang Bunisora (1357-1373), pengasuh putra mahkota Wastu kencana yang masih
kecil.Hyang Bonisora berkuasa selama 14 tahun. Pada prasasti batu tulis,raja ini di sebut juga
Prabu Guru Dwataprani.
Kerajaan Padjadjaran selanjutnya di perintahkan secara beruntun oleh Wastu
Kencana, Tohaan, salalu sang Ratu Jayadewata ,di perkirakan bahwa Kerajaan telah terdapat
penduduk beragama Islam. Hal ini tergambar dari tulisan seorang ahli Portugis yang bernama
Tome Pires (1513) yang menyatakan bahwa di wilayah Timur kerajaan ini terdapat banyak
menganut Islam.Tampaknya pengaruh Islam belum masuk ke pusat kerajaan. Namun,pengaruh
Islam dari kerajaan Demak di Jawa Tengah mulai mengancam kerajaan Padjadjaran. Oleh karena
itu Jayadewata bermaksud meminta bantuan Portugis di Malaka untuk menghadapi kerajaan dan
usaha itu terlambat karena pada tahun 1527,pasukan yang dipimpin oleh Falatehan dari Demak
berhasil menguasai Pelabuhan terbesar Kerajaan Padjadjaran. Ketika itu, yang berkuasa di
Pajajaran adalah Ratu Samiam,putra Jayadewata.
Setelah Pelabuhan Sunda Kelapa di rebut oleh oleh Kerajaan Demak,Kerajaan
pajajaran harus menghadapi serangan Kerajaan Banten dari arah Barat. Pengganti Samiam, yaitu
Prabu Ratu Dewata, berusaha mempertahankan ibu kota Padjadjaran dari pasukan Maulana
Hasanudin dan putranya Maulana Yusuf pada tahun 1579.

2.4 Kehidupan Politik


Bentuk dan sistem pemerintahan raja raja Padjadjaran hanya dapat diketahui dari
beberapa orang raja saja. Raja raja yang diketahui pernah memerintah dikerajaan Padjadjaran
diantaranya sebagai berikut:
Maharaja Jayabhupati dalam prasasti ditulis Maharaja Jayabhupati menyebut dirinya Haji
RI sunda.Sebutan ini bertujuan meyakinkan kedudukannya sebagai raja kerajaan Padjadjaran.
Raja Jayabhupati memeluk agama Hindu beraliran waisnawa. Pusat pemerintahannya
diperkirakan berada di daerah Pakuan Padjadjaran dan kemudian pindah ke Kawali.
Rahyang Niskala Wastu Kencana Raja ini naik tahta menggantikan raja Maharaja
Jayabhupati pusat pemerintahannya terletak di Kawali dan istananya bernama Surawisesa.
Rahyang Dewa Niskala raja Dewa Niskala atau Rahyang Ningrat Kencana, ini raja yang
menggantikan Rahyang Niskala Wastu Kencana. Namun tidak diketahui bagaimana Kencana
menjalani sistem Pemerintahannya.
Sri Baduga Maharaja Sri Baduga Maharaja bertahta di pakuan padjadjaran. Pada
pemerintahannya,terjadi pertempuran yang sangat besar dalam kitab Pararaton disebut Perang
Bubat. Peristiwa ini terjadi tahun 1357 M. Dalam pertempuran itu,semua pasukan padjadjaran
gugur termasuk raja Sri Baduga sendiri beserta putrinya.
Hyang Wuni Sora Raja ini berkuasa menggantikan Raja Sri Baduga Maharaja. Setelah ia
berturut-turut digantikan oleh Prabu Niskala Wastu Kencana (1371-1474 M), Tohaan (1475-
1482 M) yang berkedudukan di Galuh, Ratu Jay Dewata (1482-1521 M).
Ratu Samian atau Prabu Surawisesa pada masa Pemerintahannya, pada tahun1512 M dan
1521 M, ia berkunjung ke Malaka untuk meminta bantuan portugis dalam rangka menghadapi
kerajaan Demak. Namun bantuan yang diharapkan itu ternyata sia-sia, karena pelabuhan terbesar
kerajaan Padjadjaran, yaitu Sunda Kelapa sudah dikuasai oleh pasukan kerajaan demak dibawah
pimpinan Fatahilah. Akibatnya, hubungan Padjadjaran dengan dunia luar terputus.
Prabu Ratu Dewata (1535-1543) raja ini memerintah menggantikan Prabu Susawisesa.
Pada masa pemerintahannya, terjadi berbagai serangan dari kerajaan Banten yang dipimpin oleh
Maulana Hasanudin, dibantu oleh anaknya Maulana Yusuf. Berkali-kali pasukan Banten (Islam)
berusaha merebut ibukota Padjadjaran tahun 1579 M. Peristiwa ini mengakibatkan runtuhnya
kerajaan hindu Padjadjaran di Jawa Barat.

2.5 Kehidupan Ekonomi


1) Perdagangan laut
Kerajaan padjadjaran memiliki enam pelabuhan penting, yakni pelabuhan Banten, Pontang,
Cigade, Tamagra, Kelapa (Sunda kelapa atau Jakarta sekarang), dan Cimanuk (mungkin
Pamanukan sekarang). Setiap pelabuhan dikepalai oleh seorang S yahbandar yang bertanggung
jawab kepada raja dan bertindak sebagai wakil raja di bandar-bandar yang dikuasai.
Melalui keenam pelabuhan itu, Kerajaan Padjadjaran melakukan perdagangan dengan
daerah atau negara lain.Wilayah perdagangan mencapai pulau Sumatra bahkan kepulau
Maladewa. Barang-barang dagangan sebagai sumber penghasilandan kerajaan Padjadjaran
umumnya berupa bahan makanan dan lada.Tetapi barang dagangan yang lebih penting adalah
beras.Barang-barang lain yang dapat diperoleh dipelabuhan kerajaan Padjadjaran seperti sayur-
sayuran, sapi, kambing, biri-biri, babi, tuak, dan buah-buahan. Disampang itu,ada jenis bahan
pakaian yang didatangkan dari Cambay (India). Mata uang yang digunakan sebagai alat tukar
adalah mata uang Cina .

2) Pedagang Darat
Kerajaan Padjadjaran juga memiliki lalu lintas perdagangan darat yang cukup
penting. Jalan darat itu berpusat di Pakuan Padjadjaran, ibu kota kerajaan. Jalan yang satu
menuju ke arah timur dan yang lain menuju ke arah barat.
Jalan menuju ke arah timur menghubungkan Pakuan Padjadjaran dengan karang
sambung yang terletak di tepi Sungai Cimanuk, melalui Cileungsi dan Cibarusa lalu membelok
ke Karawang.Dari Tanjung Puraini di teruskan ke Cikao dan Purwakarta,dan berakhir di Karang
Sambung.
Sedangkan jalan lain yang menuju ke arah barat, mulai dari Pakuan Padjadjaran melalui
Jasinga dan Rangkasbitung, menuju Serang dan berakhir di Banten. Jalan darat lain dari Pakuan
Padjadjaran menuju Ciampea mulai dari Muara Cianten. Melalui jalan darat dan sungai tersebut
hasil bumi kerajaan Padjadjaran diperdagangkan.Melalui jalan itu pula bahan yang diperlukan
oleh penduduk yang berada di daerah pedalaman di salurkan. Dengan demikian,sistem
perekonomian di Kerajaan Padjadjaran sudah berkembang dan sudah maju saat itu.

2.6 Kehidupan Sosial dan Budaya


 Kehidupan sosial
Dalam perkembangan kehidupan sosial dari masyarakat Padjadjaran dapat digolongkan menjadi:
1. Golongan seniman seperti pemain gamelan,pemain wayang,penari.
2. Golongan petani.
3. Golongan pedagang .
4. Golongan yang dianggap jahat, yaitu tukang coprt, tukang rampas, begal, maling dan
sebagainya.

 Kehidupan Budaya
Sejak zaman Kerajaan Tarumanegara,kehidupan kebudayaan rakyat Jawa Barat (rakyat sunda)
dipengaruhi oleh budaya Hindu.Pengaruh agama Hindu terhadap Kerajaan Tarumanegara dapat
diketahui dari:
1. Arca-arca Wisnu di daerah Cibuaya dan arca-arca rajarsi.
2. Kitab parahyangan dan kirtab sanghayan siksakanda.
3. Cerita-cerita dalam sastra sunda kuno bercorak hindu.

2.7 kehidupan agama


Agama resmi yang dianut di Kerajaan Padjadjaran adalah agama Hindu, tetapi
sebenarnya saat itu agama leluhur sudah mulai kembali mendesak keberadaan agama Hindu.
Keadaan tersebut membuat pemuka Hindu saat itu harus “kompromi” dengan ajaran leluhur.
Salah satu bentuk kompromi tersebut adalah dengan diposisikannya Batara Seda Niskala di atas
dewa-dewa Hindu. Batara Seda Niskala adalah sebutan lain untuk Hiyang, yaitu dewa tertinggi
pada ajaran leluhur yang menciptakan, menguasai, dan menentukan kehidupan manusia dan
kehidupan alam pada umumnya.
Dia berada di luar alam kehidupan manusia, yaitu bersemayam di Kahiyangan. Sifat-
sifat Hiyang tercermin dalam julukan-Nya, antara lain Batara Seda Niskala (Yang Gaib), Batara
Tunggal (Yang Maha Esa), Sanghiyang Keresa (Yang Kuasa), Batara Jagat (Yang Menguasai
Alam Semesta). Mereka pun membuat ajaran keyakinan, tata cara peribadatan kepada Hiyang,
dan etika hidup keagamaan mereka sendiri. Ajaran keyakinan, tata cara peribadatan, dan etika
hidup keagamaan mereka dinamai agamaJatisunda. Para penduduk yang tidak puas terhadap
ajaran agama Hindu dan Budha, maka muncullah agama Jatisunda sebagai jalan keluarnya.

2.8 Runtuhnya Kerajaan Padjadjaran


Kerajaan Padjadjaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajajan sunda lainnya,
yaitu kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Padjadjaran di tandai dengan di boyongnya
Palangka Sriman Sriwacana (Singgahsana raja),dari Pakuan Padjadjaran Ke Keraton Surosowan
di Banten oleh pasukan Maulana yusuf.Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyonngkan ke
Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Padjadjaran tidak di mungkinkan lagi penobatan raja
baru,dan memungkinkan dan menandakan Maulana yusuf adalah penerus kerajaan sunda yang
sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri baduga maha raja,raja kerajaan sunda Palangka
Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa di temukan di depan bekas keraton Surosoan di
Banten.Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama
artinya dengan kata Sriman. Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah Punggawa istana yang
meninggalkan istana lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan
mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.

2.9 Peninggalan Kerajaan Padjadjaran


1. Prasasti Cikapundung
Prasasti ini ditemukan warga di sekitar
sungai Cikapundung, Bandung pada 8 Oktober
2010. Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda
kuno tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-
14. Selain huruf Sunda kuno, pada prasasti itu
juga terdapat gambar telapak tangan, telapak
kaki, dan wajah. Hingga kini para peneliti dari
Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti
tersebut.
Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55
cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris huruf
Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya semua manusia di dunia
akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri
mengungkapkan, prasasti yang ditemukan tersebut dinamakan Prasasti Cikapundung.
2. Prasasti Huludayeuh
Prasasti Huludayeuh berada di tengah persawahan di kampung
Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber dan setelah
pemekaran wilayang menjadi Kecamatan Dukupuntang – Cirebon.
Penemuan
Prasasti Huludayeuh telah lama diketahui oleh penduduk setempat
namun di kalangan para ahli sejarah dan arkeologi baru diketahui pada
bulan September 1991. Prasasti ini diumumkan dalam media cetak
Harian Pikiran Rakyat pada 11 September 1991 dan Harian Kompas
pada 12 September 1991.

Isi
Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksa dan berbahasa Sunda Kuno, tetapi sayang
batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa batunya pecah sehingga
aksaranya turut hilang. Begitupun permukaan batu juga telah sangat rusak dan tulisannya banyak
yang turut aus sehingga sebagian besar isinya tidak dapat diketahui. Fragmen prasasti tersebut
secara garis besar mengemukakan tentang Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu
Dewata yang bertalian dengan usaha-usaha memakmurkan negrinya.

4. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis


Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis adalah sebuah prasasti berbentuk
tugu batu yang ditemukan pada tahun 1918 di Jakarta.. Prasasti ini
menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh
utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan
membawa barang-barang untuk "Raja Samian" (maksudnya Sanghyang,
yaitu Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi pemimpin utusan
raja Sunda). Prasasti ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai
tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.
Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk
membangun fondasi gudang di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan
Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Kali Besar Timur I), sekarang
termasuk wilayah Jakarta Barat. Prasasti tersebut sekarang disimpan di
Museum Nasional Republik Indonesia, sementara sebuah replikanya dipamerkan di Museum
Sejarah Jakarta.
5. Prasasti Ulubelu
Prasasti Ulubelu adalah salah satu dari prasasti yang
diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda dari abad
ke-15 M, yang ditemukan di Ulubelu, Desa Rebangpunggung,
Kotaagung,Lampung pada tahun 1936.
Meskipun ditemukan di daerah lampung (Sumatera bagian
selatan), ada sejarawan yang menganggap aksara yang digunakan
dalam prasasti ini adalah aksara Sunda Kuno, sehingga prasasti ini
sering dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Sunda. Anggapan
sejarawan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa wilayah
Kerajaan Sunda mencakup juga wilayah Lampung. Setelah
Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh Kesultanan Banten maka kekuasaan atas wilayah selatan
Sumatera dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Isi prasasti berupa mantra permintaan tolong
kepada kepada dewa-dewa utama, yaitu Batara Guru (Siwa), Brahma, dan Wisnu, serta selain itu
juga kepada dewa penguasa air, tanah, dan pohon agar menjaga keselamatan dari semua musuh.

6. Prasasti Kebon Kopi II


Prasasti Kebonkopi II atau Prasasti Pasir Muara peninggalan kerajaan
Sunda-Galuh ini ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebonkopi I yang
merupakan peninggalan kerajaan tarumanegara dan dinamakan demikian
untuk dibedakan dari prasasti pertama. Namun sayang sekali prasasti ini
sudah hilang dicuri sekitar tahun 1940-an. Pakar F. D. K. Bosch, yang
sempat mempelajarinya, menulis bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa
Melayu Kuno, menyatakan seorang "Raja Sunda menduduki kembali
tahtanya" dan menafsirkan angka tahun peristiwa ini bertarikh 932
Masehi. Prasasti Kebonkopi II ditemukan di Kampung Pasir Muara, desa
Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
pada abad ke-19 ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan
perkebunan kopi. Prasasti ini terletak kira-kira 1 km dari batu prasasti Prasasti Kebonkopi I
(Prasasti Tapak Gajah).

7. Situs Karangkamulyan
Situs Karangkamulyan adalah sebuah situs yang terletak di
Desa Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Situs ini
merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh yang
bercorak Hindu-Buddha. Legenda situs Karangkamulyan
berkisah tentang Ciung Wanara yang berhubungan dengan
Kerajaan Galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan kisah
kepahlawanan yang luar biasa seperti kesaktian dan
keperkasaan yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung Wanara. Kawasan
yang luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga
mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu. Batu-batu ini
letaknya tidaklah berdekatan tetapi menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda. Batu-batu
ini berada di dalam sebuah bangunan yang strukturnya terbuat dari tumpukan batu yang
bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah pintu sehingga menyerupai
sebuah kamar.
Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan menyimpan kisahnya
sendiri, begitu pula di beberapa lokasi lain yang berada di luar struktur batu. Masing-masing
nama tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang dihubungkan dengan kisah atau mitos
tentang kerajaan Galuh seperti pangcalikan atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat
melahirkan, tempat sabung ayam dan Cikahuripan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerajaan-kerajaan diketahui berdiri sesudah runtuhnya kerajaan Tarumanegara hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya sebuah Candi di desa Cangkuang dekat leles yang
keberadaannya pastinya belum diketahui, akibat dari data-data yang kurang untuk
mengungkapkannya secara pasti.
Kerajaan Padjajaran adalah sebuah kerajaan hindu yang diperkirakan beribukotanya
di pakuan (bogor) jawa barat. Adapun Raja-rajanya yaitu:
Ø Maharaja Jayabhupati
Ø Rahyang Niskala Wastu Kencana
Ø Rahyang Dewa Niskala
Ø Sri Baduga Maharaja
Ø Hyang Wuni Sora
Ø Ratu Samian atau Prabu Surawisesa
Ø Prabu Ratu Dewata

Kerajaan Padjajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajajan sunda
lainnya,yaitu kesultanan Banten.

3.2 Saran
Kita sebagai warga negara Indonesia,Sebaiknya harus lebih mengetahui lagi tentang
sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di indonesia,seperti kerajaan pada makalah yang kami buat
ini,yaitu mengenai kerajaan pajajaran,dan kita sebagai warga negara indonesia harus menjaga
dan melindungi peninggalan-peninggalan yang diwariskan kepada kita sebagai generasi muda
Indonesia.
Daftar Pustaka

Q.Siti Waridah.2004.Sejarah Nasional. Jakarta: Bumi Aksara


Badrika,I Wayan.2006.Sejarah untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai