Oleh :
Kelompok 3
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Kerajaan Samudera
Pasai ” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa dan
pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bahan
pembelajaran serta mengetahui kedudukannya.
Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas
segala keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah
ini. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
peningkatan kualitas makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Historiografi................................................................................. 3
B. Lokasi Kerajaan........................................................................... 3
C. Sumber Sejarah............................................................................ 4
D. Negara Maritim............................................................................ 6
E. Kehidupan Politik........................................................................ 6
F. Struktur Birokrasi......................................................................... 8
G. Kehidupan Ekonomi.................................................................... 8
H. Kehidupan Sosial dan Budaya..................................................... 9
I. Hubungan Regional dan Luar Negeri.......................................... 9
J. Masa Keemasan........................................................................... 10
K. Masa Kemunduran....................................................................... 10
BAB 3 PENUTUP................................................................................... 13
A. Kesimpulan.................................................................................. 13
B. Saran............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan
oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas
utama penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong
aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke
luar wilayah Indonesia.
1
luar negeri, masa kejayaannya, masa kemunduran maupun aspek-aspek kehidupan
apa saja yang terkandung dalam kerajaan ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
ISI
A. Historiografi
Nama Kerajaan : Sriwijaya
Ibukota : Palembang
Bahasa : Melayu Kuno, Sansekerta
Agama : Budha, Hindu
Pemerintahan : Monarki
Sejarah : 1. Didirikan pada tahun 600-an M
2. Invasi Majapahit tahun 1300-an M
Mata Uang : Koin emas dan perak
B. Lokasi Kerajaan
3
C. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan
Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
1. Sumber Cina
Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali
pada tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari
seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha
tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha
di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya
untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India.
Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan
tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa
Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan
Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.
2. Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza,
Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan
tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi
Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,
kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang
mendukung adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai
tempat tinggal sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.
3. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari
kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan
Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti
yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan
bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan
5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para
mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di
samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga
menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India
Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai
Selat Malaka.
4. Sumber lain
4
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-
fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain,
yakni Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota
Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun,
saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah
nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-
raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya sebagian
besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara
lain sebagai berikut.
3. Prasasti Talangtuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan
Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.
5. Prasasti Ligor
6. Prasasti Nalanda
5
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir
dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya
melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra
Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan
Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa
Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para
mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
D. Negara Maritim
E. Kehidupan Politik
6
Saat kerajaan Funan di Indo-China runtuh, Sriwijaya memperluas daerah
kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Di wilayah utara, melalui kekuatan
armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan antara India
dan Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya. Kekuatan armada terbesar
Sriwijaya juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau Jawa, Brunei atau
Borneo. Hingga pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah mampu menguasai
seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara.
Berita mengenai raja ini diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M
dan Prasasti Talangtuo tahun 684 M. Pada masa pemerintahannya, Raja
Dapunta Hyang Sri Yayanaga telah berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya sampai ke wilayah Minangatamwan, Jambi. Sejak awal
pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
7
8. Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9. Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
10. Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
11. Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
F. Struktur Birokrasi
G. Kehidupan Ekonomi
8
Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga,
pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas,
perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang
tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi
dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.
9
Kerajaan Jambi merupakan kekuatan pertama yang menjadi pesaing
Sriwijaya yang akhirnya dapat ditaklukkan pada abad ke-7 dan ke-9. Di Jambi,
pertambangan emas merupakan sumber ekonomi cukup penting dan kata
Suwarnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Kerajaan Sriwijaya
juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra,
Semenanjung Melayu, dan Kalimantan bagian Barat. Pada abad ke-11 pengaruh
Sriwijaya mulai menyusut. Hal ini ditandai dengan seringnya konflik dengan
kerajaan-kerajaan Jawa, pertama dengan Singasari dan kemudian dengan
Majapahit. Di akhir masa, pusat kerajaan berpindah dari Palembang ke Jambi.
J. Masa Keemasan
Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang
dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama
Fujian, Kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak
diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada
tahun 903, penulis Muslim Ibn Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran
Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit
Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.
K. Masa Kemunduran
10
Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan
menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke
seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya,
invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya
beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah
kerajaan yang berbasiskan pada pertanian.
11
Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang
berakibat tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat
merugikan perdagangan kerajaan. Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga
masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh pedagang-pedagang Arab dan
India. Di akhir abad ke-13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah
agama Islam.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa memahami sejarah dimasa yang lalu
dan dapat diajdikan sebagi pembelajran untuk masa dis ekarang ini agr bisa
menjadi lebih baik.
13
DAFTAR RUJUKAN
14