Anda di halaman 1dari 23

PERADABAN PADA MASA KERAJAAN SRIWIJAYA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia 1


Dosen pengampu I Kadek Yudiana, M.Pd

Disusun oleh:
Defi Anggraeni (51181850)
Septiana Mega S (51181857)

PROGRAM STUDI SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
APRIL
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Peradaban pada Masa Kerajaan Sriwijaya. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Dosen pengampu demi perbaikan makalah di waktu
yang akan datang.

Banyuwangi, 20 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Masa Awal Kerajaan Sriwijaya..........................................................3
2.1.1 Letak Kerajaan Sriwijaya..........................................................4
2.1.2 Sumber Sejarah Sriwijaya..........................................................6
2.2 Perkembangan Kerajaan Sriwijaya...................................................13
2.2.1 Bidang Politik..........................................................................13
2.2.2 Bidang Sosial...........................................................................14
2.2.3 Bidang Ekonomi......................................................................14
2.2.4 Bidang Budaya.........................................................................14
2.2.5 Bidang Pendidikan...................................................................15
2.3 Masa Akhir Kerajaan Sriwijaya........................................................15
BAB III PENUTUP......................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................18
3.2 Saran ................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan
oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas
utama penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka
mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh
bangsa Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh
sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan
jalan melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam
hubungan dagang China dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan
dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena
posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang China
dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China
beserta India.
Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang
dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan
perdagangan antara Indonesia dan India, lambat laun agama Hindu dan Budha
masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan.
Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Budha tersebar ke
lingkungan rakyat biasa.
Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh
Masehi, dibawa oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang
pertama kali menganut agama ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan
Timur, Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing, Kerajaan
Melayu di Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, serta Kerajaan Sriwijaya.
Pada awal abad ke 7 M berdiri sebuah kerajaan yang terletak di Pulau
Sumatra yang di beri nama kerajaan Sriwijaya. Menurut para ahli letak kerajaan
Sriwijaya ini selalu berpindah-pindah, mulai dari Palembang ke Muara Takus
lalu berpindah ke pulau Jawa yang kemudian berlanjut ke Chaiya (Muangthai
Selatan) dan Jambi. Kerajaan yang menganut aliran Buddha ini unggul dalam
bidang ekonomi yang berbasis maritim, keunggulan ini tidak lepas dari peran
seorang raja yang memimpin pada kala itu yaitu Dapunta Hyang. Hal itu
ditunjang dengan adanya bukti-bukti yang salah satunya berupa kronik berita

1
Cina isinya memberitahukan bahwa pada abad ke 6 M ada seorang Pendeta
Buddha dari Tiongkok yang ingin memperdalam agamanya ditanah India.
Sebelum keberangkatannya ia harus sudah menguasai Bahasa Sansekerta,
karena itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut memepelajarinya dulu di
Sriwijaya selama setengah tahun. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa
ternyata pada zaman dahulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang
mumpuni di kawasan Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing berhasil menterjemahkan
kitab-kitab agama Buddha kebahasa nenek moyangnya setelah mempelajari
secara mendalam agama Buddha di Sriwijaya
Dari uraian di atas jelas bahwa pada masa perkembangan peradaban
kerajaan Sriwijaya yang di pimpin oleh Dapunta Hyang selain unggul di bidang
ekonomi, juga memiliki kemajuan pada bidang-bidang yang lain yakni bidang
politik, sosial, budaya, agama dan pendidikan yang sangat signifikan. Kerajaan
yang terletak di Sumatera Selatan dan beribukota di Palembang ini memiliki nilai
sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti historiografi, sejarah berdirinya,
lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan, maupun aspek-aspek kehidupan
apa saja yang terkandung dalam masa peradaban kerajaan Sriwijaya ini dan juga
pada masa kemundurannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan pemaparan latar belakang diatas, maka kami dapat merumuskan
masalah yaitu:
1.2.1 Bagaimana masa awal Kerajaan Sriwijaya?
1.2.2 Bagaimana perkembangan Kerajaan Sriwijaya?
1.2.3 bagaimana masa akhir Kerajaan Sriwijaya?

1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini pembaca diharapkan:
1.3.1 Untuk mengetahui awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya.
1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Sriwijaya.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana masa akhir Kerajaan Sriwijaya.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Masa Awal Kerajaan Sriwijaya


2.1.1 Awal Kerajaan Sriwijaya
Nama kerajaan Sriwijaya pertama kali dikemukakan oleh George
Coedes pada tahun 1918, berkat studi komperhensipnya dengan prasati-
prasasti Sriwijaya dan berita Cina maupun dengan sumber India(prasasti
Nalanda/piagam Leiden). Ia mengemukakan bahwa Sriwijaya bukanlah
nama seorang raja melainkan nama sebuah kerajaan yang berpusat
disebuah kota Palembang yang dalam berita Cina disebut dengan Shih-li-
fo-shih atau San-fo-tsi. Shih-li-fi-shih dan San-fo-tsi adalah lafal Cina
untuk sebutan Sriwijaya.
Kesimpulan ini didasarkan pada isi prasasti kota Kapur yang
menyebutkan Kedaulatan Sriwijaya (kerajaan Sriwijaya), Datu Sriwijaya
(Raja Sriwijaya) dan Wala Sriwijaya (tentara Sriwijaya). Demikian dalam
prasasti Ligor disebutkan Srivijayendraraja (raja Sriwijaya), dalam prasasti
Raja-raja I yang dikenal dengan nama Piagam Leiden 1006 M
menyebutkan “Marawijayatunggawarman, Raja Sriwijaya dan Kataha
(Kedah). Sebelumnya, sebutan Sriwijaya oleh Krom dikatakan sebagai
nama Raja, sebagaimana Raja Majapahit Kertharajasa Jayawardana yang
lebih dikenal dengan sebutan Raden Wijaya. Sebab pada umumnya sebutan
Sri merupakan sebutan Raja yang berarti bersinar artinya muka raja
tersebut bersinar seperti dewa sesuai dengan konsep dewa raja dalam
Hinduisme (I wayan suyasa,2004:29-30).

3
2.1.2 Letak Kerajaan Sriwijaya
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M).
kedaulatan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian
sungai Musi. Masalah letak Ibu Kota Kerajaan Sriwijaya beberapa ahli
terdapat perbedaan pandangan, namun sebagian besar beranggapan bahwa
letak Ibu Kota Sriwijaya adalah di Kota Palembang. Berikut beberapa
pendapat para ahli:

Gambar 01:Peta letak kerajaan sriwijaya


Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

G. Coedes berpendapat bahwa Sriwijaya terletak di daerah


Palembang, bukti-bukti adanya prasasti yang sebagian besar didapat di
sekitar Palembang merupakan dasar dari anggapan Coedes, seperti prasasti
Kedukan Bukit; R. Soekmono mempunyai anggapan bahwa Sriwijaya
terletak di Jambi. Anggapan tersebut di perkuat karena letak nya yang
strategis berhadapan langsung dengan lautan terbuka, dan merupakan jalur
lalu-lintas antara Cina,Jawa dan Selatmalaka (suwardono,2013:52).
J.L.Moens beranggapan bahwa Sriwijaya terletak di Muara Takus.
Hal ini di dasarkan pada penemuan bangunan Stupa di daerah Muara

4
Takus. Dan Kota Muara Takus sangat sesuai dengan penggambaran yang
di buat oleh I-Tsing yang menyebutkan bahwa pada tengah hari bayang-
bayang manusia tegak lurus. Pernyataan ini, karena di Cina baying-bayang
manusia selalu panjang akibat letaknya di belahan utara katulistiwa (I
wayan suyasa,2004:31).
FDK. Bosch dan R.C. Majumdar beranggapan bahwa kerajaan
Sriwijaya terletak di Pulau Jawa dan selanjutnya di Ligor. Alasan mereka
adalah berita yang terdapat pada prasasti Nalanda (suwardono,2013:53).
Chan Chirayu Rajani (pangeran dari Muangthai) beranggapan
bahwa letak Sriwijaya berada di daerah Chaiya (Muangthai Selatan). Dasar
alasannya karena didaerah Ligor di temukan prasasti dari tahun 775. Juga
atas dasar bahwa di Muangthai Selatan terdapat desa bernama Kanthuly
yang dihubungkan dengan kendali (nama suatu daerah kekuasaan
Sriwijaya, yang dalam berita Cina disebut Kantoli). Juga disana terdapat
sebuah bukit bernama Srivicay yang ia samakan dengan Sriwijaya
(suwardono,2013:52).
R. Soekmono: mempunyai anggapan bahwa letak Sriwijaya harus
dicari di Jambi. Bukti tersebut diperkuat dengan adanya peninggalan-
peninggalan purbakala di daerah Jambi, serta letak Jambi yang strategis
yang berada di teluk yang dalam dan terlindung, tetapi menghadap ke
lautan bebas tempat persimpangan jalur pelayaran antara laut Cina Selatan,
laut Jawa dan Selat Malaka (suwardono,2013:52-53)
M. Boechari: berpendapat bahwa sebelum tahun 682, ibu kota
Sriwijaya berada di daerah Batang Kuantan. Setelah tahun 682 pindah ke
Mukha Upang di daerah Palembang. Seperti apa yang tercantum dalam
prasasti Kedukan Bukit (suwardono,2013:52).
Dari berbagai pendapat tersebut yang paling banyak pengikutnya
adalah pendapat Coedes. Namun demikian hingga saat ini empat lokasi
yang di ususlkan untuk menggantikan kedudukan Palembang sebagai Ibu

5
Kota Sriwijaya tetap mendapat perhatian sebagai bahan penelitian
pengembangan.

2.1.3 Sumber-Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya


Berikut sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang dapat
dipakai guna menyelidiki sejarah kerajaan Sriwijaya dari dalam negeri dan
luar negeri.
Dari dalam negeri di antaranya macam-macam prasasti, arca, dan
candi.
2.1.3.1 Prasasti Kedukan Bukit

Gambar 02: Prasasti Kedukan Bukit


Sumber: berpendidikan.com

Prasasti Kedukan Bukit di temukan oleh Batenburg di


Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang-Sumatra
Selatan. Prasasti berukuran 45 x 80 ini ditulis menggunakan bahasa
melayu kuno dan aksara pallawa, isinya menceritakan bahwa
seorang utusan Krajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang telah
mengadakan sidhayarta (perjalanan suci) menggunakan perahu.
Dalam perjalanan yang di sertai 2.000 pasukan tersebut ia berhasil
menaklikan daerah-daerah lain. (Suwardono,2013:37)

6
2.1.3.2 Prasasti Talang Tuo

Gambar 03:Prasasti Talang Tuo


Sumber:id.wikipedia.org

Louis Constant Westenenk seorang residen Palembang pada


tanggal 17 November 1920 menemukan sebuah prasasti di kaki
Bukit Seguntang tepian utara Sungai Musi. Prasasti tersebut dikenal
dengan Prasasti Talang Tuwo, prasasti yang terdiri dari 14 baris ini
didalamnya berisi tentang perintah dari Dapunta Hyang Sri
Jayanasa untuk membuat taman Sri Ksetra yang berisi segala
macam tumbuhan dan buah-buahan untuk kemakmuran semua
makhluk.

2.1.3.3 Prasasti Telaga Batu

Gambar 04: Prasasti TelagaBatu


Sumber: sriwijayaradio.com

7
Prasasti Telaga Batu ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru,
Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang. Prasasti
ini berisikan kutukan-kutukan kepada siapa saja yang melakukan
kejahatan dan tidak taat kepada perintah raja. Selain itu, prasasti ini
juga memuat data-data bagi penyususnan ketatanegaraan Sriwijaya,
karena didalamnya tersebut nama-nama jabatan seperti Yuvaraja
(Putra Mahkota), Pratiyuvaraja (Putra raja ke dua), Rajakumara
(Putra Raja ke tiga), Raja Putra (Putra Raja ke empat), Bhupati
(Bupati), Senapati (Pemimpin pasukan), Nyaka Pratyaya, Haji
Pratyaya (Orang kepercayaan raja), Dandanayaka (Hakim), Tuhan
Vatak Vuruh (Pengawas sekelompok pekerja), Addhyaksi
nijavarna, vasikarana (pembuat pisau), Kayastha (Juru tulis),
Sthapaka (Pemahat), Puhawam (Nahkoda kapal), Vaniyaga
(Saudagar), Pratisara (Pemimpin), Marsi haji (Tukang cuci),
Hulun haji (Budak raja), Datu dan Kadatuan. (Suwardono,
2013:41)

2.1.3.4 Prasasti Karang Berahi

Gambar 05: Prasasti Karang Berahi


Sumber: kerisku.id

8
Prasasti Karang Berahi ditemukan oleh Kontrolir L.M.
Berkhout pada tahun 1904 di tepian Batang Merangin, Dusun Batu
Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang,
MeranginJambi. Dari prasasti karang berahi itu diketahui bahwa
Sriwijaya meluaskan wilayahnya ke pedalaman pulau Sumatra,
hingga ke daerah Jambi Atas. Dengan demikian, Prasasti Kota
Kapur dan Karang Berahi tersebut dapat dikatakan sebuah tanda
bahwa kedua daerah yang letaknya berjauhan dengan pusat kerajaan
Sriwajaya itu telah ditaklukkan. (Suwardono,2013:45)

2.1.3.5 Prasasti Palas Pasemah

Gambar 06: Prasasti Palas Pasemah


Sumber: kerisku.id

Prasasti Palas Pasemah ditemukan di daerah Palas Pasemah


ditepi Sungai Pisang, Lampung Selatan. Prasasti Palas Pasemah ini
seperti halnya Prasasti Karang Berahi, juga tidak memuat baris
terakhir pada Prasasti Kota Kapur yang menyebut angka tahun serta
usaha penundukan Bumi Jawa. Menurut Boechhari, berdasarkan
perbandingan bentuk hurufnya dengan Prasasti Sriwijaya yang lain,
Prasasti Palas Pasemah ini diduga berasal dari akhir abad VII dan
dibuat guna memperingati penaklukan daerah Lampung Selatan
oleh Sriwijaya. Kutukan yang ada di Prasasti tersebut mungkin pula

9
ditunjukkan kepada daerah Bumi Jawa (juga di Lampung Selatan)
dan daerah sekitarnya yang berani memberontak kepada Sriwijaya.
(Suwardono, 2013:45)

2.1.3.6 Prasasti Nalanda

Gambar 07: Prasasti Nalanda


Sumber: solusisejarah.com

Prasasti Nalanda menyebutkan Raja Balaputradewa sebagai


raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah
akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti
Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputradewa meminta kepada Raja
Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra.
Disamping itu, Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa
Paladewa berkenan membebaskan lima buah desa dari pajak untuk
membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda
(meminta sebidang tanah yang digunakan untuk rakyat sriwijaya
mempelajari agama budha). (Puji Rahayu,2019:3)

10
2.1.3.7 Prasasti Ligor

Gambar 08: Prasasti Ligor


Sumber: ratahan.com

Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang Ibu


Kota Ligor dengan tujuan untuk mengawasi pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka.(Puji Rahayu,2019:3)

2.1.3.8 Arca Budha Langgam Amarawati

Arca Budha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter,


ditemukan di situs Bukit Seguntang, Palembang, abad ke-7 sampai
ke-8 M.(Wikipedia)

Gambar 09: Arca Budha Langgam Amarawati


Sumber: id.m.wikipedia.org

11
2.1.3.9 Candi Muara Takus

Gambar 10: Candi Muara Takus


Sumber: yukpiknik.com

Candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya,


sehingga beberapa sejarahwan menganggap kawasan ini merupakan
salah satu pusat pemerintahan dari kerajaan Sriwijaya.(Wikipedia)

Dari luar negeri yaitu berita Cina, Berita Arab dan Berita India.
2.1.3.10 Berita Cina
Berdasarkan berita dari China yang dibuat pada masa Dinasti
Tang disebutkan bahwa pantai timur Sumatera Selatan telh berdiri
sebuah kerajaan yang disebut She-li-fo-she. Nama kerajaan tersebut
diidentikkan dengan Sriwijaya. Pendeta Budha dari China, I-Tsing
juga pernah singgah di Sriwijaya pada tahun 685 M untuk
menerjemahkan kitab suci agama Budha selama 4 tahun di bawah
bimbingan Sakyakirti.(Puji Rahayu,2019:2)

2.1.3.11 Berita Arab


Berita dari Arab menyebutkan adanya Negara Zabag
(disamakan dengan Sriwijaya) seperti dikatakan oleh Ibn
Hordadbeh bahwa raja Zabag banyak menghasilkan emas setiap
tahunnya seberat 206 kg emas. Begitu juga berita dari Alberuni
mengatakan Zabag lebih dekat dengan China daripadda India yang

12
dikenal Swarnadwipa ( pulau emas) karena banyak menghasilkan
emas.(Puji Rahayu,2019:2)

2.1.3.12 Berita India


Dari berita India, dapat diketahui bahwa raja dari kerajaan
Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan
yang ada di India seperti dengan kerajaan Nalanda dan kerajaan
Chola. Dengan kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya
mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti
Nalanda. Namun hubungan dengan kerajaan Chola (Cholamandala)
menjadi retak setelah raja Chola, yaitu Raja Rajendra Chola, ingin
menguasai Selat Malaka.(Puji Rahayu,2019:2)

2.2 Perkembangan Kerajaan Sriwijaya


Perkembangan Kerajaan Sriwijaya dapat kita lihat dari beberapa bidang,
seperti: bidang politik, bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang budaya.

2.2.1 Bidang Politik


Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Dapunta
Hyang. Ia di kenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan juga
perduli terhadap rakyatnya. Dapunta Hyang memerintah, kerajaan
Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan yang hampir
meliputi seluruh Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya saat itu bahkan terkenal dengan armada laut
yang paling kuat dalam sejarah Bangsa Indonesia. Dalam sebuah prasasti di
sebutkan bahwa Dapunta Hyang melakukan ekspansi selama 8 tahun
dengan 20.000 pasukan. Tujuan dari ekspansi adalah untuk memperluas
daerah kerajaan dan berhasil membuat Sriwijaya menjadi makmur yang di
ceritakan pada prasasti Kedukan Bukit. (Jurnal tidak diketahui)

2.2.2 Bidang Sosial

13
Pada aspek kehidupan sosial, karena Sriwijaya yang letaknya
strategis dengan lalu lintas perdagangan menyebabkan masyarakat lebih
terbuka dalam menerima pengaruh asing. Masyarakat Sriwijaya telah
mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam dunia perdagangan.
Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah di gunakan sebagai bahasa
pengantar terutama dengan pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan
Semenanjung Malaysia. (Jurnal tidak diketahui)

2.2.3 Bidang Ekonomi


Kerajaan Sriwijaya menggunakan sistem perekonomian pesisir
dimana pendapatan di peroleh dari biaya penyebrangan dan juga bea cukai
barang dagangannya. Rata-rata penduduk kerajaan Sriwijaya bermata
pencaharian sebagai nelayan dan pedagang.
Saat itu sriwijaya adalah salah satu jalur emas perdagangan Eropa
dan Asia, sehingga, untuk memenuhi kebutuhan melalui ekspor impor
sangat mudah di lakukan di sana. Selain itu Sriwijaya memiliki hasil bumi
yang beragam mulai dari kapur barus, cengkeh, kayu cendana, pala,
gambir, kapulaga dan masih banyak lagi. (Jurnal tidak diketahui)

2.2.4 Bidang Budaya

Gambar 11: Peta Persebaran Agama


Sumber: id.wikipedia.org

Kebudayaan masyarakat Sriwijaya adalah kebudayaan yang di


pengaruhi oleh Agama Budha. Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat

14
pertemuan antara para Jemaah agama Budha dari China ke India dan dari
India ke Cina. Melalui pertemuan itu, di Kerajaan Sriwijaya berkembang
ajaran Budha Mahayana. Bahkan perkembangan ajaran agama Budha di
Sriwijaya tidak terlepas dari pujangga yang berasal dari kerajaan Sriwijaya
diantaranya Dharmapala Sakyakirti. Dharmapala adalah seorang guru besar
agama Budha dari kerajaan Sriwijaya. Ia pernah mengajar agama Budha di
Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala). (Jurnal tidak diketahui)

2.2.5 Bidang Pendidikan


Sriwijaya dikenal sebagai pusat studi agama Buddha dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembara China, I Tsing, datang ke
Sriwijaya dengan menumpang kapal dari Persia pada tahun 672 Masehi.
Dia mencatat, Sriwijaya saat itu telah menjadi kota dagang, kota pelajar,
dengan penduduk dan raja beragama Buddha. Sarjana China itu sempat
tinggal enam bulan untuk belajar tata bahasa sanskerta. Setelah berkunjung
ke India, ia kemudian menetap selama sekitar tujuh tahun di bumi
Sriwijaya. Dengan jumlah pendeta lebih dari 1.000 orang, pendeta Buddha
yang ingin ke India dianjurkan untuk belajar setahun atau dua tahun
terlebih dahulu di Sriwijaya. (Djadja,2013.Sriwijaya dan Majapahit yang
menjadikan mereka super power)

2.3 Masa Akhir Kerajaan Sriwijaya


Pada masa pemerintahan Marawijayattunggawarman, ia menjalin
hubungan persahabatan dengan Raja Cola bernama Raja kesariwarman Raja raja
I. hubungan persahabatan ini di perkuat dengan mendirikan sebuah bangunan
suci Agama Buddha di Nagapatna oleh Marawijayattunggawarman atas bantuan
raja Cola. Bangunan ini di beri nama Cudamaninivarmawihara. Namun
hubungan persahabatan kedua kerajaan ini tidak berlangsungblama karena tanpa
sebab-sebab yang jelas raja Cola yang bernama Rajendracoladewa tiba-tiba tahun
1017 menyerang Sriwijaya dan di susul serangan ke dua pada tahun 1025.
Peristiwa ini di tulis pada Prasati Tanjore 1030 yang di keluarkan oleh raja

15
Rajendracoladewa.dalam serangan ke dua raja Sriwijaya bernama Sri
Sanggramawijayottunggawarman dapat di tawan. Daerah-daerahkekuasaan
Sriwijaya yang dapat di kuasai oleh Cola dalam peperangan tersebut antara lain,
Kadaram (Kedah-Katahan), Panai, Malayu, Ilamuridesa (Lamuri), Ilangasokam
(Langasuka), Madalinggam (Tamralingga).
Rupannya setelah Raja Sangggramwijayatunggawarman di tawan,
kerajaan Sriwijaya tidak di kuasai langsung oleh Cola. Sebab dalam kitab sejarah
dinasti Sung mencatat adanya utusan yang datang dari Sriwijaya yang bernama
se-li-tieh-wa pada tahun 1028. Kemungkinan se-li-tieh-wa ini anak
Sangggramwijayotunggawarman. Tahun 1068 raja Cola Wirajayendra, kembali
menyerang Sriwijaya, namun serangan ini hanya di tunjukkan kepada
Semenanjung Malaka (Kedah), tetapi kemudian di kembalikan kepada Sriwijaya
setelah ia bersedia menyembah kaki raja Cola.
Dalam catatan sejarah dinasti Sung utusan terakhir yang datang dari San-
fo-tsi di sebutkan pada tahun 1178. Dan dalam berita yang di tulis oleh Chou-ju-
kwa, di ketahui bahwa kerajaan San-fo-tsi mulai mundur pada akhir abad ke 12.
Cham-pi (Jambi) pada mulanya Mo-lo-yeu tidak termasuk dalam wilayah
kekuasaan San-fo-tsi. Menurut Ling-wai-tai-ta tahun 1079,1082, dan 1088
Cham-pi mengirim utusan ke Cina. Setelah berhasil lepas dari San-fo-tsi. Sedang
Ling-ya-si-ka, Fo-lo-an, Lan-wu-li,Sun-to,dan Kien-pi, walau letaknya lebih jauh
tetap di bawah kekuasaan San-fo-tsi.
Kemudian dalam permulaan abad ke-13, Sriwijaya kembali muncul
sebagaikerajaan yang cukup kuat. Hal ini didasarkan pada berita Cina Chou-ju-
kua yang menyebutkan kerajaan San-fo-tsi tidak kurang memiliki lima belas
daerah jajahan. Selain itu, juga disebutkan bahwa Sriwijaya menguasai dan
mengontrol jalur perdagangan di Selat Malaka. Kapal-kapal yang tidak singgah
di pelabuhan Sriwijaya akan diserang dan dihancurkan. Ibukota Sriwijaya ada di
tepi sungai, penduduknya banyak hidup diatas rakit yang beratap. Jika raja keluar
ia naik perahu dengan dipayungi paying kain sutra, tentaranya sangat kuat,
tangkas dalam perang di air maupun di darat.

16
Dari sumber-sumber diatas dapat diketahui, Sriwijaya sampai abad ke-13
masih tetap mampu berperan sebagai kerajaan yang berkuasa di kawasan Selat
Malaka dan sekitarnya. Menjelang akhir abad ke-14 Sriwijaya mundur dari
percaturan politik di kawasan ini karena dikuasai oleh Jawa. Hal ini diperkuat
dalam catatan sejarah dinasti Ming bahwa tahun 1376 San-fo-tsi ditaklukan oleh
raja Jawa. Namun karena kerajaan Jawa tidak intensif menguasai atau mengawasi
wilayah ini, munculah penguasa-penguasa baru yang berasal dari pemimpin
bajak laut Cina, misalnya dibawah pimpinan Liang-tau-mit bajak laut dari
kanton, Ch’en Tsu yi, yang menguasai kota Palembang. Dalam
perkembangannya kemudian dengan munculnya pusat-pusat kekuasaan Islam di
sepanjang pantai Sumatra Utara dan Semenanjung Melayu pada abad ke-15
berakhirlah kerajaan-kerajaan Hindhu-Buddha dari panggung politik di kawasan
ini.(Suyasa,2004:48-50)

BAB III PENUTUP

17
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini kami dapat mengambil kesimpulan, di antaranya:
1. Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang sekitar tepian Sungai Musi.
2. Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M dengan menguasai
seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan yang berbasis
maritim ini dengan armada maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-
lawannya. Dengan kekuatan tersebut maka sampai di segani oleh lawan-
lawannya. Dengan kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas
kekuasaan berjalan sangat pesat.
3. Sumber sejarah yang ditemukan di Kerajaan Sriwijaya:
Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti
Karang Berahi, Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Nalanda, Prasasti Ligor, Arca
Budha Sakyamurni, Candi Muara Takus, Berita Cina, Berita Arab, Berita
India

3.2 Saran
Dengan berkembangnya zaman di harapkan mahasiswa dapat mengetahui
beberapa kerajaan yang ada di zaman dahulu dan tidak melupakan sejarah yang
dapat membanggakan Bangsanya sendiri. Dan dengan adanya contoh
pemerintahan pada zaman kerajaan Sriwijaya yang sukses dalam bidang
kemaritimannya pada masanya, kita dapat mengambil atau menerapkannya pada
zaman sekarang jika memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA

18
Suwardono.2013.Sejarah Indonesia Masa Hindu-Budha.Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Suyasa I Wayan.2004.Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Pada Abad


IV-IX Di Indonesia.

Asih Eka.2013.Studi kewilayahan dalam Penelitian Peradaban Sriwijaya(hlm.102).


https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kalpataru/article/view/
127/91

Budisantoso.2006.Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar Pertama Di


Nusantara(hlm.53-55). https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/22105

Widiyatmoko.Kerajaan Sriwijaya
widiyatmiko.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/51873/Kerajaan+Sri
wijaya.pdf

Puji Rahayu Elza.Makalah Kerajaan Sriwijaya.


https://www.academia.edu/18060053/Makalah_kerajaan_sriwijaya, di
akses pada 25 April 2019 pukul 10:00.

Djadja,2013.Pendidikan zaman Syailendra, Sriwijaya dan Majapahit yang


menjadikan mereka super power.
(https://pendidikpembebas.wordpress.com/2013/04/23/pendidikan-
zaman-syailendra-sriwijaya-dan-majapahit-yang-menjadikan-mereka-
super-power/). Pukul 20:00

Pendidikanbebas.2013.pendidikan zaman syailendra sriwijaya dan majapahit yang


menjadikan mereka super power.
(https://pendidikpembebas.wordpress.com/2013/04/23/pendidikan-
zaman-syailendra-sriwijaya-dan-majapahit-yang-menjadikan-mereka-
super-power/) di akses pada tanggal 27 Mei 2019 pukul 21:00.

Awidyarso.2009.kerajaan sriwijaya.
https://awidyarso65.files.wordpress.com/2009/02/modul-kerajaan-
sriwijaya.pdf. di akses pada tanggal 24 Juni 2019 pukul 18:28

19
Mozaik.2013.Simbol Kejayaan Ibukota Sriwijaya dalam Tiga Prasasti Sriwijaya di
Palembang. file:///C:/Users/asus/Downloads/3840-10772-1-SM.pdf. di akses
pada tanggal 24 Juni 2019 pukul 18:42

20

Anda mungkin juga menyukai