Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG

KERAJAAN SRIWIJAYA

Oleh:
Kelas X Perhotelan
Agung pramadana
Adriansya
Syahrialdi

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMKN 1 KOLAKA
TAHUN PELAJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Kerajaan Sriwijaya ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti
sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Kolaka, 20 april 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya................................................. 2
B. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Politik Kerajaan Sriwijaya.. 4
C. Peninggalan Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah
Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya
sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès
mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan
Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-
ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu
Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber
utama; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara
yang telah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah
I Ching sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika
ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671. Sekumpulan
prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau
Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan
Sriwijaya?
3. Kapankah masa keemasan kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana penurunan kekuasaan kerajaan Sriwijaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari,
namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah
kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi
Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan
kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan
kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan
yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa,
sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat.
1. Perjalanan Siddhayatra
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I
Tsing. Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui
imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Bahwa beliau
berangkat dalam perjalanan suci siddhayatra untuk "mengalap berkah",
dan memimpin 20.000 tentara dan 312 orang di kapal dengan 1.312
prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju Jambi dan
Palembang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua
yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti
ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Pada abad ke-
7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu
Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686
ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian
selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti
ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi
militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada
Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di
Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan
besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang dimaksud dengan
Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda,
Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
2. Penaklukan Kawasan
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya,
menjadikan Sriwijaya mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di
Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-
candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Pada abad ke-7, pelabuhan
Champa di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang
dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu
melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota
Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah
kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja,
sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer,
memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama. Di akhir
abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan
Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada
masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa
di sana. Pada abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi
bagian kerajaan. Pada masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang
terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh
Sriwijaya.
Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia
berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang
ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi
lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama
masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa
Tengah yang selesai pada tahun 825.

B. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Politik Kerajaan Sriwijaya


1.kehidupan politik
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang
memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
a. Wilayah kekuasaan
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan
Sriwijaya dipindahkan dari Muara Takus ke Palembang. Dari
Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai
daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di
pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak
di tepi Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa Barat
(Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah
berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting
seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian
barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke
arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting
Kra. Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan
untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan
pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk
menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Hubungan
dengan luar negeri
Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-
kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan
yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja
Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah untuk
pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi
‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.
2. Kehidupan Sosial
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-
Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang
merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya
berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan
Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap
perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-
kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan
makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat
perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran
dan perdagangan.
3. Kehidupan Ekonomi
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan
antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat
Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti
kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang
membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini
telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di
seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama
di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari
Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa
mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara
Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi
perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan
pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan
inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan
bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam
mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka,
Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan
bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar
pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.
Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan
laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan
Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada
Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala
Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli
perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan
pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun
670 hingga 1025 M.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu
menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar
yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah
untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda
adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang
membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan
Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur
mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya
dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan
pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 masehi.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya
juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja
Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz
dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah
Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok
disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman)
pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi
(bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama
Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong.
Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada
masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka
(Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan
mereka.
4. Kehidupan Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak
peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan
studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing
melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita
yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta
yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta
mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari
semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka
tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang
pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk mendengar
dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di
Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan
bahasa sansekerta dengan tepat.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya
Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama
Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di
Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui
perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga
secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta
kebudayaannya di Nusantara.

C. Peninggalan Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


Tak hanya candi, bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya juga ada
yang berupa prasasti. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya pun
terbilang cukup banyak, dan cukup banyak memberi informasi terkait
Kerajaan Sriwijaya itu sendiri.

1. Prasasti Talang Tuo


Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah
Prasasti Talang Tuwo atau Talang Tuo. Berbagai sumber menyebutkan
bahwa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan pada 17
November 1920 oleh Louis Constant Westenenk.

Pada prasasti Talang Tuo tertulis angka yang menunjukkan tahun


606 saka atau 23 Maret 684 Masehi. Itu artinya prasasti ini berasal dari
era Sri Jayanasa.

2. Prasasti Kedukan Bukit


Di atas telah dijelaskan sekilas apa itu Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh C.J.
Batenburg pada 1920 di Kampung Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang.

Bentuk prasasti Kedukan Bukit berukuran kecil dan terdapat tulisan


dengan aksara Pallawa, dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti
peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah tentang awal mula
berdirinya Kerajaan Sriwijaya.

3. Prasasti Telaga Batu


Ada dua Prasasti Telaga Batu, dan keduanya ditemukan di sekitar
kolam Telaga Biru, Kota Palembang, Sumatra Selatan pada 1935.
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini dipahat di batu andesit
dengan ukuran tinggi 118 sentimeter dan lebar 148 sentimeter.

Ada kisah menarik dari prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya


yang satu ini. Prasasti Telaga Batu disebut sebagai prasasti yang isi
tulisannya adalah kutukan. Lebih detail, kutukan tersebut ditujukan untuk
siapa saja yang hendak berbuat jahat kepada Kerajaan Sriwijaya.

Seorang filologi berkebangsaan Belanda, Johannes Gijsbertus de


Casparis beranggapan bahwa orang-orang yang tertulis pada Prasasti
Telaga Batu dianggap berbahaya bagi Kerajaan Sriwijaya.

4. Prasasti Karang Berahi


Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh
Berkhout di Batang Merangin, tepatnya di Desa Karang Berahi, Jambi.
Diyakini prasasti Karang Berahi berasal dari abad 7 Masehi.

Serupa dengan Prasasti Telaga Batu dan Prasasti Kota Kapur,


Prasasti Karang Berahi juga berisi kutukan. Kutukan ditujukan kepada
orang-orang yang hendak berbuat jahat dan tidak patuh terhadap
pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.

5. Prasasti Kota Kapur


Memiliki bentuk tiang dengan tinggi 177 sentimeter dan lebar 32
sentimeter, Prasasti Kota Kapur disebut sebagai dokumen berbentuk
tulisan tertua yang menggunakan bahasa Melayu.

Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada 1892,
di Pulau Bangka. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini kemudian
dianalisis oleh ahli epigrafi asal Belanda bernama H. Kem.

Seperti disebutkan sebelumnya, Prasasti Kota Kapur juga berisi


kutukan, serupa dengan dua prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya,
yaitu Prasasti Telaga Batu dan Prasasti Karang Berahi.

6. Prasasti Ligor
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di wilayah
Thailand Selatan, tepatnya di Ligor, atau sekarang dikenal dengan
Nakhon Si Thammarat. Terdapat dua Prasasti Ligor, yang kemudian
dinamai Prasasti Ligor A dan Prasasti Ligor B.

Naskah dalam Prasasti Ligor A berisikan tentang raja Sriwijaya.


Lebih lanjut, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah
tentang raja Sriwijaya yang dianggap raja dunia, yang mendirikan
Trisamaya caitya untuk Kajakara.

Sementara itu, Prasasti Ligor B mengisahkan tentang raja bernama


Visnu yang bergelar Sri Maharaja. Disebutkan Visnu berasal dari Dinasti
Sailendra.

7. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden berisi tulisan berbahasa Sanskerta dan Bahasa
Tamil. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini tersimpan di Leiden,
Belanda. Prasasti Leiden mengisahkan tentang hubungan Dinasti Chola
dari Tamil dan Dinasti Sailendra dari Sriwijaya yang berjalan baik.

8. Prasasti Palas Pasemah


Ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung, prasasti peninggalan
Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno dengan
Aksara Pallawa. Prasasti yang terbuat dari batu ini menceritakan tentang
kutukan kepada mereka yang tidak mematuhi peraturan di Kerajaan
Sriwijaya.

9. Prasasti Hujung Langit


Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah
Prasasti Hujung Langit. Prasasti ini ditemukan di desa Hakha Kuning,
Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah
kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya
berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-gemilang".
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7;
seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya
tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua
mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit
di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap
daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di
antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel,
selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan
Dharmasraya.

B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya

http://www.satujam.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya

http://informasiana.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-terlengkap

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-sriwijaya.html

http://kakakpintar.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-peninggalan-pendiri-prasasti-
letak-penyebab-runtuhnya

http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-kerajaan-maritim-
terbesar.html

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

Anda mungkin juga menyukai