KELOMPOK 6 :
NAMA ANGGOTA :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah Kerajaaan Sriwijaya
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dari berbagai sumber untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Indonesia Kuno. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih telah membaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kerajaan Sriwijaya…………………………………………………….
2.2 Perkembangan Kerajaan Sriwijaya…………………………………………………..
2.3 Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber pertama Arab berasal dari Ibn hordadzbeh tahun 844 – 848. Ia
mengatakan bahwa raja Dzabag disebut Maharaja. Yang kekuasaannya meliputi
pulau pulau di Lautan Timur. Hasil negeri nya adalah Kapur Barus, dan terdapat
banyak gajah disana. Setiap hari maharaja menerima 200 Mann 4emas. Emas
3
Ibdi hal 139-140
4
Hingga kini, kata Munoz (2009), ukuran Emas Sriwijaya itu, Mann, tidak diketahui padanan nilainya.
emas itu dilebur menjadi satu batang, kemudian dilemparkan kedalam air sambil
berkata “ini harta ku”. Pada tahun 902 M Ibn alfakih memberitakan bahwa barang
dagangan kerajaan itu terdiri dari Cengkih, Kayu Cendana, Kapur Barus dan Pala.
Pelabuhannya yang besar di Pantai barat Sumatra adalah Barus.5
5
Abd Rahman Hamid. Sejarah Maririm Indonesia. 2013. Yogyakarta: Ombak. Hlm 58.
6
Abd Rahman Hamid. Sejarah Maririm Indonesia. 2013. Yogyakarta: Ombak. Hlm 61.
Karena letak Geografis Sumatra sangat cocok dalam kegiatan pedagangan
Internasional yang mulai berkembang Antara India dengan daratan Asia Tenggara
sejak awal Tarikh Masehi. Letak selat Malaka menarik perhatian perdagangan
didaratan Asia tenggara untuk meluas ke selatan. Suatu hal yang baru terjadi
setelah perdagangan dengan India berkembang, penduduk Sumatra, khususnya di
pantai timur bukanlah orang-orang awam lagi dalam hal perdagangan
Internasional.
Keadaan tersebut terus berkembang hinnga saat orang-orang China
datang sendiri ke kawasan selatan untuk berdagang. Hal ini berlangsung pada
abad 12. Pada tahun 1178 kapal-kapal dari china merapat di Lamuri di Sumatra
Utara sambil menunggu Angin musim yang baik, dan berbagai kerajaan kecil di
Sumatra mulai mengirimkan utusan mereka. Misalnya sampai di pantai timur
Sumatra Utara. Kemudian tumbuh kerajaan Melayu yang menggantikan
Kedudukan Sriwijaya. Tetapi melayu tidak pernah tumbuh menjadi kekuasaan
tunggal seperti Sriwijaya.7
2. Keamanan yang memadai
Dibanding dengan kerajaan besar lainnya Sriwijaya lebih menunjuukkan
keKhasannya dengan ditemukannya Prsasti-prasasti yang mencatat penyelesaian
hokum sengketa Antara sesama warga masyarakat. Prasasti-prasasti tersebut
umumnya berasal dari abad ke 7 atau ke 8 yaitu pada masa awal tumbuhnya
kerajaan Sriwijaya sebagai suatu kekuatan. Dari prasasti-prasasti tersebut timbul
kesan bahwa masa itu adalah masa penaklukkan. Tentara Sriwijaya bergerak di
seluruh negeri dalam suatu usaha Pasifikasi.
Sebagian dari prasasti-prasasti itu mengandung ancaman kutukan yang
ditujukan kepada keluarga raja sendiri. Walaupun hal tersebut kedengaran aneh, tetapi
ada pendapat yang menganggap hal itu mungkin. Sebabnya karena keluarga raja yang
diancam itu memang berada di luar pengawasan langsung. Mereka adalah anak-anak
raja yang diberi kuasa pada setiap daerah-daerah.
Selain kekuatan yang dapat menghilangkan niat untuk bersaing dan
kekayan yang termashur, sriwijaya juga memenuhi kewajibannya kepada mereka
yang berdagang dengannya engan menjamin keamanan jalur-jalur pelayaran yang
menuju ke Sriwijaya. Karena sebagai sebuah Negara maritim yang berdagang
Sriwijaya telah mengembangkan suatu tradisi diplomasi yang menyebabkan
7
Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia II. 1997. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 63. Hlm 65.
kerajaan tersebut lebih metropolitan sifatnya. Untuk dapat mempertahankan
peranannya sebagai Negara berdagang, sriwijaya lebih memerlukan kekuatan
Militer yang dapat melakukan gerakan expedisioner dari pada sebuah Negara
agraris.8
8
Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia II. 1997. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 65. Hlm 67-
69.
produk untuk konsumsi, Sriwijaya perlahan kehilangan akses perdagangannya di Sungai
Musi. Jalan yang sebelumnya menjadi ladang emas terhambat hingga akhirnya berhenti.
Turunnya kekuatan Sriwijaya dalam bertahan hidup lebih diperparah ketika
masuknya Islam di Aceh. Pada abad ke-13, Kerajaan Samudera Pasai hadir di
bagian Sumatera bagian utara dan menjadi pusat perdagangan. Menurut catatan Cina,
Sriwijaya menyisakan kekuasaan di sekitar Palembang yang saat itu bernama Kerajaan
Palembang. Kabar terakhir dari kerajaan ini ke pihak luar ketika mengirim utusan ke
Cina pada 1374 dan 1375. Faktanya, kerajaan di Palembang ini akhirnya hancur pada
1377 karena diserang oleh Kerajaan Majapahit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera
dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa sansekerta, Sri berarti
“kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang
gemilang”. Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang
kuat di pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan Sulawesi dari abad ke-7 (bahkan mungkin sebelumnya) hingga abad ke-12. Kerajaan
Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M dengan menguasai seluruh jalur perdagangan
maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini mempunyai wilayah kekuasaan yang hampir
menyeluruh sampai Asia Tengggara, diantaranya adalah Jawa, Sumatera, Semenanjung,
Malay, Thailand, Kamboja, Vietnam dan juga Filipina. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini
terkenal dengan armada maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya.
Dengan kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat pesat.
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan juga peduli terhadap rakyatnya.
Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai
semua wilayah kerajaan yang meliputi hampir seluruh AsiaTenggara.
Kejayaan Sriwijaya Mulai pudar sejak abad ke11Sebagaimana telah dikemukakan,
Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa
sebabnya, hubungannya dengan Kerajaan Cola (India) menjadi buruk. Pada tahun 1024
Masehi, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak
kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. Tidaklah heran kalau
peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.Semakin rapuhnya kekuatan militer
mengakibatkan kontrol terhadap wilayah bawahan pun menjadi semakin lemah. Kelemahan
itu terbukti dari sikap Kerajaan Melayu yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Dari berita Cina
diketahui bahwa pada abad kesebelas, Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina. Setelah
itu, daerah kekuasaan Sriwijaya yang lain ikut melepaskan diri pula. Wilayah Sriwijaya
semakin ciut. Akan tetapi, Sriwijaya sendiri tidak mampu bertindak tegas terhadap wilayah-
wilayah yang membangkang. Ia tidak lagi memiliki angkatan laut yang kuat.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA