Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA

Ditunjukkan sebagai tugas untuk memenuhi nilai Mata Kuliah

“SEJARAH INDONESIA KUNO”

KELOMPOK 6 :

NAMA ANGGOTA :

Abdul Azizul Hakim 20080301027

Anindya Kirana 20080301033

Siti Sahidatul Azzka 2008301016

Putri Lestari 1808301016

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45132
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah Kerajaaan Sriwijaya

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dari berbagai sumber untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Indonesia Kuno. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih telah membaca.

Cirebon, 28 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kerajaan Sriwijaya…………………………………………………….
2.2 Perkembangan Kerajaan Sriwijaya…………………………………………………..
2.3 Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh
selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama
penghubung antar pulau.
Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan.
Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan hanya dalam
wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui
laut antara Romawi dan China.
Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang China dengan Romawi
telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui,
termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-
tengah jalur hubungan dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan
dagang antara Indonesia dan China beserta India.
Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang dibawa
oleh para pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan perdagangan
antara Indonesia dan India, lambat laun agama Hindu dan Budha masuk dan
tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari
lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Budha tersebar ke lingkungan
rakyat biasa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu?
2. Dimanakah letak kerajaan Sriwijaya dan Melayu?
3. Siapakah Raja-raja yang memerintah pada masa Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Melayu?
4. Bagaimana keadaan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu pada masa
Kejayaanya?
5. Bagaimana struktur Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu?
6. Bagaimana aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Melayu?
7. Apa saja warisan sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu?
8. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Melayu mengalami keruntuhan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah kerajaan Sriwijaya.
2.      Dapat mengetahui perkembangan dan struktur kerajaannya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kerajaan Sriwijaya

a. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaa Budha bercorak maritim yang mengontrol


perdagangan dijalur utama Selat Malaka. Sriwijaya memiliki hubungan yang erat
dengan jawa, terutama karena relasi raja-rajanya yang berasal dari Jawa. Kemuculan
Sriwijaya pada abad ke VI M sendiri masih menimbulkan sejumah pertanyaan karena
eksistensinya yang lebih lambat di bandingkan kota-kota di Asia Tenggara.
Mengingat perdagangan antara Romawi-India-Cina telah berkembang pesat.
Sementara posisi Sriwijaya di pesisir Sumatra Timur merupakan bagian dari jalur
utama tersebut.1
Sebagai kerajaan bercorak maritim, Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan India
dan Cina. Sriwijaya dikenal sebagai pusat pembelajaran agama Budha di Nusantara.
Kerajaan ini cukup sering mengirimkan perwakilan ke kaisaran Cina sebagai bentuk
ketundukan dan jaminan keamanan. Sriwijaya diduga menguasai wilayah hingga ke
Thailand Selatan, Semenanjung Malaya bahkan Madagaskar.
Latar belakang berdirinya kerajaan sriwijaya menurut seorang pendeta tiongkok dari
dinasti Tang,I Tsing menulis bahwa ia mengunjungi sriwijaya tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan, menurut prasasti kedukan bukit, yang bertarikh 605 saka (683 M)
kedaulatan sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang ditepian sungai
Musi.
Namun hal yang menarik mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah bahwa
kerajaan ini merupakan kerajaan tertua di nusantara serta salah satu kerajaan terbesar
yang pernah hadir secara politis di tanah air, tetapi sebetulnya kerajaan sriwijaya
justru sebagai kerajaan termuda di nusantara bila kita lihat secara penemuannya.
Ketika kerajaan –kerajaan kuno di jawa sudah dikenal jauh sebelumnya bersamaan
dengan misalnya dengan tinggalan yang ada dalam babad-babad yang seumur dengan
kerajaan tersebut, nama sriwijaya baru tergali dan muncul ke permukaan disekitar
awal abad ke20.2
Kerajaan sriwijaya mulai dikenal pada abad ke 19 ketika para ahli sejarah dan
arkeologi mulai menyelidiki sejarah bangsa-bangsa di Asia Tengara mereka menggali
1
H Budisantoso, sriwijaya kerajaan maritim terbesar pertama di Nusantara, jurnal ketahanan nasional, XI (1)
april 2006 hal 49-52
2
Dedi irwanto, simbol kerajaan ibukota sriwijaya dalam tiga prasasti sriwijaya palembang, jurnal mozaik vol
13 No 2, juli-desember 2013 hal 137
sumber-sumber bersejarah dari prasasti-prasasti dan naskah asing. Seorang peziarah
budha. I-Tsing merupakan orang pertama yang membuat catatan mengenai sriwijaya
dan menguraikan perjalanan dari Kanton ke Palembang. Hanya dalam wkatu 24
tahun sriwijaya telah menjadi negara yang kuat. Pada waktu I-Tsing datang untuk
pertama kali tahun 671 dan menetap selama enam bulan , kekuasaan sriwijaya masih
terbatas sekitar palembang. Tetapi sewaktu dia kembali ke palembang tahun 689,
Kedah telah menjadi negara bawahan sriwijaya. Pada tahun 775 sriwijaya telah
menjadi kerajaan yang sangat kuat dan berkuasa, serta mampu mendirikan bangunan-
bangunan peribadatan di Ligor (semenanjung malaka). 3oleh karena itu pergerakan
yang cepat mengenai perluasan wilayah kekuasaan menjadikan sriwijaya menjadi
kerajaan maritim pertama kali di nusantara.
Coedes sarjana perancis yang dalam buku legendarisnya , le royaume de
crivijaya(1919) memperkenalkan nama sriwijaya . walaupun catatan perjalanan I-
Tsing yang sudah diterjemahkan oleh Chavanes pada tahun 1894 dan dua tahun
kemudian oleh Takakusu tahun 1896 nama Shih-li-fo-shih yang ejaan dalam bahasa
perancis disebut Che-li-fo-che, tetapi dalam interpretasinya dikenal justru seagai nama
kerajaan Sribhoja, belum sriwijaya dan letaknya masih diperkirakan di daerah negara
kamboja sekarang ini.

2.2. Perkembanngan Kerajaan Srwijaya

1)    Perkembangan dari berita Arab

Pada permulaan abad ke 10 pedagang pedagang Arab cukup unggul dalam


perdaagangan maritim di Asia Tenggara, dengan kapal kapal nya yang indah,
menyediakan pengangkutan dalam perdagangan Internasional Antara China dan
India. Peran tersebut kemudian menurun pada abad ke 12 dan ke 13. Itulah
sebabnya sejumlah berita Arab memberikan informasi penting mengenai
Sriwijaya, terutama kejayaan dan kemakmurannya.

Sumber pertama Arab berasal dari Ibn hordadzbeh tahun 844 – 848. Ia
mengatakan bahwa raja Dzabag disebut Maharaja. Yang kekuasaannya meliputi
pulau pulau di Lautan Timur. Hasil negeri nya adalah Kapur Barus, dan terdapat
banyak gajah disana. Setiap hari maharaja menerima 200 Mann 4emas. Emas

3
Ibdi hal 139-140
4
Hingga kini, kata Munoz (2009), ukuran Emas Sriwijaya itu, Mann, tidak diketahui padanan nilainya.
emas itu dilebur menjadi satu batang, kemudian dilemparkan kedalam air sambil
berkata “ini harta ku”. Pada tahun 902 M Ibn alfakih memberitakan bahwa barang
dagangan kerajaan itu terdiri dari Cengkih, Kayu Cendana, Kapur Barus dan Pala.
Pelabuhannya yang besar di Pantai barat Sumatra adalah Barus.5

2)    Perkembangan berita dari China


Berdasarkan dari berita china,pada tahun1003, raja Selichulawunifumatiauhwa
atau Sri Cumadamaniwarmadewa mengirim dua utusan ke China untuk mebawa
upeti. Utusan itu mengatakan bahwa di Negerinya di dirikan sebuah bangunan
suci agama Budha, bernama Chengtienwashou, untuk mmuja agar Kaisar panjang
umur.
Sumber kemakmura Sriwijaya tak lepas dari hubungannya dengan negeri
lain. Hubungannya dengan China tercatat dalam sejarah dinasti Tang
(Sintangshu). Pendirian bangunan suci tadi, selain karena kepentingan agama dan
hubungan politik Antara Sriwijaya dengan China dan juga India, juga merupakan
wujud kemakmuran negeri itu.6
3) Perkembangan berita dari India selatan
Sriwijaya juga menjalin hubunan dengan kerajaaan Chola di India selatan.
Hubungn ini selain untuk tujuan politik dan ekonomi, juga pengembangan agama
Budha Mahayana di Sriwijaya. Tetapi hubunn ini tidak berlangsung baik secara
terus menerus. Kemudian pada tahun 1007, raja Chola mulai memperluas
kekuasaannya dengan jalan penaklukan ke timur. Raja Chola mengklaim telah
menaklukan 12 ribu pulau. Pada tahun 1012 raja Chola Rajendracola bergerak
maju ke wilayah Sriwijaya di Semenanjung. Kemudian dilanjutkan tahun 1025,
Maharaja Sriwijaya masih mengirim utusan ke istana Chola untuk membicarakan
permasalahan yang timbul di Kuil Budha Sriwijaya di Negapatma.
4). Struktur Kerajaan Sriwijaya
1. Hubungan dengan Luar Negeri
Berbeda dengan hubungan luar negeri kerjaan-kerajaan lain di Indonesia
jelas sekali bahwa hubungan luar negeri Sriwijaya lebih aktif sifatnya. Bukan
hanya di India Sriwijaya focus pada bangunan agama, tetapi jga di negeri China.
Bukan hanya pada bangunan, tapi perdagangan juga berkembang sangat pesat.

5
Abd Rahman Hamid. Sejarah Maririm Indonesia. 2013. Yogyakarta: Ombak. Hlm 58.
6
Abd Rahman Hamid. Sejarah Maririm Indonesia. 2013. Yogyakarta: Ombak. Hlm 61.
Karena letak Geografis Sumatra sangat cocok dalam kegiatan pedagangan
Internasional yang mulai berkembang Antara India dengan daratan Asia Tenggara
sejak awal Tarikh Masehi. Letak selat Malaka menarik perhatian perdagangan
didaratan Asia tenggara untuk meluas ke selatan. Suatu hal yang baru terjadi
setelah perdagangan dengan India berkembang, penduduk Sumatra, khususnya di
pantai timur bukanlah orang-orang awam lagi dalam hal perdagangan
Internasional.
Keadaan tersebut terus berkembang hinnga saat orang-orang China
datang sendiri ke kawasan selatan untuk berdagang. Hal ini berlangsung pada
abad 12. Pada tahun 1178 kapal-kapal dari china merapat di Lamuri di Sumatra
Utara sambil menunggu Angin musim yang baik, dan berbagai kerajaan kecil di
Sumatra mulai mengirimkan utusan mereka. Misalnya sampai di pantai timur
Sumatra Utara. Kemudian tumbuh kerajaan Melayu yang menggantikan
Kedudukan Sriwijaya. Tetapi melayu tidak pernah tumbuh menjadi kekuasaan
tunggal seperti Sriwijaya.7
2.   Keamanan yang memadai
Dibanding dengan kerajaan besar lainnya Sriwijaya lebih menunjuukkan
keKhasannya dengan ditemukannya Prsasti-prasasti yang mencatat penyelesaian
hokum sengketa Antara sesama warga masyarakat. Prasasti-prasasti tersebut
umumnya berasal dari abad ke 7 atau ke 8 yaitu pada masa awal tumbuhnya
kerajaan Sriwijaya sebagai suatu kekuatan. Dari prasasti-prasasti tersebut timbul
kesan bahwa masa itu adalah masa penaklukkan. Tentara Sriwijaya bergerak di
seluruh negeri dalam suatu usaha Pasifikasi.
Sebagian dari prasasti-prasasti itu mengandung ancaman kutukan yang
ditujukan kepada keluarga raja sendiri. Walaupun hal tersebut kedengaran aneh, tetapi
ada pendapat yang menganggap hal itu mungkin. Sebabnya karena keluarga raja yang
diancam itu memang berada di luar pengawasan langsung. Mereka adalah anak-anak
raja yang diberi kuasa pada setiap daerah-daerah.
Selain kekuatan yang dapat menghilangkan niat untuk bersaing dan
kekayan yang termashur, sriwijaya juga memenuhi kewajibannya kepada mereka
yang berdagang dengannya engan menjamin keamanan jalur-jalur pelayaran yang
menuju ke Sriwijaya. Karena sebagai sebuah Negara maritim yang berdagang
Sriwijaya telah mengembangkan suatu tradisi diplomasi yang menyebabkan
7
Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia II. 1997. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 63. Hlm 65.
kerajaan tersebut lebih metropolitan sifatnya. Untuk dapat mempertahankan
peranannya sebagai Negara berdagang, sriwijaya lebih memerlukan kekuatan
Militer yang dapat melakukan gerakan expedisioner dari pada sebuah Negara
agraris.8

2.3 Keruntuhan Kerajaan Sriwjaya


Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya Pada masa kepemimpinan Balaputradewa sebagai
raja kesepuluh, Sriwijaya mencapai titik kejayaannya. Akan tetapi, saat periode itu juga
Sriwijaya kehilangan kekuasannya di Jawa, tercatat di Prasasti Nalanda yang ditemukan
diIndia.
Setelah itu, Kerajaan Medang dari Jawa menyerang Sriwijaya pada 990-an.
Munoz (2006) menerangkan, serangan ini terjadi pada 988 hingga 992, tepat
ketika Sri Cudamani Warmadewa memimpin. Akan tetapi, Sriwijaya berhasil
memukul mundur musuhnya saat itu. Memasuki abad ke-11, Sriwijaya mendapatkan
serangan lagi oleh pihak Kerajaan Chola dari India Selatan. Tepatnya, pada 1017 dan
1025, Raja Rajendra Chola I mengirim pasukan dan berhasil menduduki beberapa daerah
kekuasaan
Sriwijaya.
Penyerangan ini terjadi ketika Sangrama-Vijayottunggawarman memimpin
Sriwijaya. Secara perlahan, Chola berhasil mempengaruhi kekuasaan raja baru.
Menurut Sastri K. A. N dalam The Cholas (1935), beberapa kerajaan bawahan
Sriwijaya yang telah ditaklukan boleh memerintah, namun tetap harus tunduk
pada pihak Chola. Akibatnya, kekuatan Sriwijaya berkurang. Dalam tulisan Pengaruh
Geohistori pada Kerajaan Sriwijaya, I Nyoman Bayu Pramartha menerangkan, Sriwijaya
telah berusaha mendapatkan kembali pamornya sebagai penguasa Sumatera, namun tidak
bisa seperti sebelumnya. Selain diserang kerajaan lain, kondisi alam juga mempengaruhi
runtuhnya Sriwijaya. Menurut Daljoeni dalam Geografi Kesejarahan II (1982), Sumatera
adalah daerah dengan curah hujan tinggi melebihi kemampuan penguapan. Air meresap
terlalu dalam hingga kesuburan tanah berkurang. Bahkan, terdapat juga air yang tidak
terserap hingga membawa material daratan ke Sungai Musi, Palembang. Akibatnya,
sungai menjadi dangkal dan daratan kurang produktif. Selain tidak bisa menghasilkan

8
Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia II. 1997. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 65. Hlm 67-
69.
produk untuk konsumsi, Sriwijaya perlahan kehilangan akses perdagangannya di Sungai
Musi. Jalan yang sebelumnya menjadi ladang emas terhambat hingga akhirnya berhenti.
Turunnya kekuatan Sriwijaya dalam bertahan hidup lebih diperparah ketika
masuknya Islam di Aceh. Pada abad ke-13, Kerajaan Samudera Pasai hadir di
bagian Sumatera bagian utara dan menjadi pusat perdagangan. Menurut catatan Cina,
Sriwijaya menyisakan kekuasaan di sekitar Palembang yang saat itu bernama Kerajaan
Palembang. Kabar terakhir dari kerajaan ini ke pihak luar ketika mengirim utusan ke
Cina pada 1374 dan 1375. Faktanya, kerajaan di Palembang ini akhirnya hancur pada
1377 karena diserang oleh Kerajaan Majapahit.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera
dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa sansekerta, Sri berarti
“kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang
gemilang”. Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang
kuat di pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan Sulawesi dari abad ke-7 (bahkan mungkin sebelumnya) hingga abad ke-12. Kerajaan
Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad 6-10 M dengan menguasai seluruh jalur perdagangan
maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini mempunyai wilayah kekuasaan yang hampir
menyeluruh sampai Asia Tengggara, diantaranya adalah Jawa, Sumatera, Semenanjung,
Malay, Thailand, Kamboja, Vietnam dan juga Filipina. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini
terkenal dengan armada maritimnya yang kuat sampai disegani oleh lawan-lawannya.
Dengan kekuatan tersebut maka langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat pesat.
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan juga peduli terhadap rakyatnya.
Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai
semua wilayah kerajaan yang meliputi hampir seluruh AsiaTenggara.
Kejayaan Sriwijaya Mulai pudar sejak abad ke11Sebagaimana telah dikemukakan,
Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa
sebabnya, hubungannya dengan Kerajaan Cola (India) menjadi buruk. Pada tahun 1024
Masehi, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak
kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. Tidaklah heran kalau
peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.Semakin rapuhnya kekuatan militer
mengakibatkan kontrol terhadap wilayah bawahan pun menjadi semakin lemah. Kelemahan
itu terbukti dari sikap Kerajaan Melayu yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Dari berita Cina
diketahui bahwa pada abad kesebelas, Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina. Setelah
itu, daerah kekuasaan Sriwijaya yang lain ikut melepaskan diri pula. Wilayah Sriwijaya
semakin ciut. Akan tetapi, Sriwijaya sendiri tidak mampu bertindak tegas terhadap wilayah-
wilayah yang membangkang. Ia tidak lagi memiliki angkatan laut yang kuat.
3.2 Saran

Berdasarkan dari penjelasan di atas, diharapkan dapat menambah dan memperluas


wawasan mengenai Sejarah Kerajaan Sriwijaya Penjelasan di atas masih belum mencakup
semua aspek tentang Sejarah yang lengkap mengenai kehidupan dan kerajaan Sriwijaya
kami mengharapkan Kitik dan Saran yang sifatnya membangun. Kami ucapkan Terima
kasih. 

DAFTAR PUSTAKA

Adam,Asvi Warman. 2010. Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Buku Kompas.


Ali, R. Moh.2005. Penantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKiS.
Amran, Rusli. 1981. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Anthony, Reid. 1992. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid I. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Hamid, Abd Rahman. 2013. Sejarah Maritim Indonesia. Yogykarta: Penerbit Ombak.
Kartodirdjo, Sartono. Dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Muljana, Slamet. 2006. Sejarah Indonesia Sriwijaya. Yogyakarta: LKiS
Uli Kozok. 2006. Kitab Undang- Undang Tanjung Tanah ( Naskah Melayu Yang Tertua).
Yayasan Naskah Nusantara: Jakarta. Halaman 21.

Anda mungkin juga menyukai