Anda di halaman 1dari 5

PUPUH SINOM III

Menganalisis Teks Naskah

Oleh :

Muhammad Raafie Rayyan (2008301006)

Sri Sulastri (2008301014)

Dini Rahmadilla Hidayat “tidak ikut mengerjakan”(2008301032)

Teks 1-29

Pupuh ini menjelaskan tentang seorang istri yang merajuk kepada suaminya yang sedang
kesal atau marah di karena kan yang ada di dalam pikiran nya hanyalah ibu nya dan seorang
istri membujuk agar suami nya bercerita kepada nya agar membuat nya lega. Si istri pun
membujuk suaminya sampai suami nya berkata gemas aku kepada orang yang banyak bicara
sepertimu. Setelah itu hati sang suami pun terasa lega dan memeluk sang istri dengan mesra
kedua nya terlelap dalam keindahan hal tersebut lalu sang suami pun memangku sang istri
seraya di cium nya sang istri kemudian membawa nya ke pemandian di bawah sinar
rembulan. Disiapkanlah busana oleh sang pembantunya dan mereka pun turun dan tidak di
ketahui lagi. Setelah selesai itu mereka berdua pergi bergandengan menghadap raja. Sang
pembantu yang biasa melayani mereka siang malam pun merasa tertegun melihat nya.

Sang ayahanda yang masih tertegun semenjak kehilangan sang permaisurinya. Ia begitu larut
dalam kesedihannya hingga ia tidak pernah pulang ke padepokannya.

Ketika kedua anak nya menghadap, ia pun mulai sedikit lega setelah kehilangan istri nya.
Akan tetapi, hal tersebut masih bisa di obati dengan melihat kedua anak nya. Seraya berkata
"wahai putraku besok setelah diriku pergi engkau lah yang akan menggantikanku, dan
tahtaku." Jangan salah karya jadi kan yang masih ada pelajaran bahwa anak cucuku yang
akan menguasai tanah Jawa. Asal kamu ketahui sudah menjadi takdir, bahwa habis masa
kekuasaanku rusak nya Majapahit, agama Hindu berganti agama Islam dan yang menjalin
nya bukanlah orang lain tapi kita semuanya.

Putra priyai yang masih kerabatmu di daerah Palembang yang menjadi takdir Allah dan
mengutus para wali untuk menjalankan tugas nya, hilang nya kekuasaan ayahmu maka aku
berpesan janganlah salah karya dengan hancur nya tanah Majalengka. Janganlah sedih akan
berakhir kekuasaan ayahmu tapi lanjutkanlah perjuangan ayahmu pada generasi besok di
keraton. Demak berganti pajang , berlanjut ke Pengging baru di Mataram. Anak cucuku
berkuasa, benih dari Majapahit adalah priyai maka aku berpesan mintalah kepada Allah
ketetapan keraton Jawa jangan salah karya.

Teks 30-46

Di Kerajaan Palembang yang Makmur Prabu Brawijaya menikahkan anaknya Aryadilah


kepada perempuan China dan diperintahkan untuk kembali ke Palembang dengan memimpin
disana. Pernikahan Aryadilah dan Istri China nya menghasilkan Putra bernama Raden Patah
yang kemudian memiliki keinginan untuk kembali ke Jawa dan menjadi Ampeldenta atau
Santri di Jawa. Putra Aryadilah lainnya yaitu Raden Husein yang meneruskan tahta ayahnya
sebagai raja Palembang.

Raden Patah yang sudah khatam belajar mengaji ditakdirkan untuk menjadi seorang raja.
Raden Patah mengganti Agama Budha dan menyebarkan Islam dengan membuka wilayah
pedesaan. Raden Patah membuka pedesaan baru di tengah hutan dengan ciri tempat asalnya
adalah hutan yang didapati gelisah yang baunya harum. Hutan itu kemudian berkembang
menjadi sebuah perkampungan dan kemudian berkembang lagi menjadi sebuah kerajaan yang
kita kenal sebagai Kerajaan Demak.

Teks 47-56

Pelantikkan Raden Patah sebagai raja Demak di sahkan oleh Kanjeng Sunan Makdum dengan
saksi para wali. Raden Patah pun berganti nama menjadi Pangeran Bintara. Para saksi setuju
hingga tak lama kemudian berita ini pun mulai menyebar bahwa di sebuah hutan terdapat
sebuah kerajaan, dan berita ini pun sudah sampai hingga ke Majalengka. Raja Majalengka
yang mendengar kabar ini langsung memerintahkan patihnya untuk bersiap menyerang
Demak dengan memerintahkan supaya mengajak semua orang di Majalengka untuk
menyerang. Sang Patih pun Adipati terungkap bersiap setelah mendapat izin dari Raja. Ia
bergegas menyiapkan prajuritnya yang berasal dari orang-orang Terung dan Palembang.

Teks 57-91

Kerajaan Demak mendengar bahwa kerajaan nya akan di serang dan para pangeran pun sudah
mempersiapkan untuk perang. Setelah musuh sudah terlihat mereka mendapatkan laporan
dari Majapahit bahwa kerajaan Demak sudah di kepung rapat. Setelah mendengar itu sang
raja duduk di surau dengan hati yang gundah kalau semisal tidak keluar atau menyerah tanpa
ada tanda-tanda tanpa ada nya perang dan sang raja memberi tahu untuk tidak keluar an
bersembunyi waspada terhadap penyerangan. Sang raja pun berangkat bersama adik nya
tanpa di ketahui dari Demak ke Majapahit dan sang raja bertemu dengan Patih gajah Mada
kemudian di ajak masuk menemui sang raja Majapahit. Kemudian sang raja Demak
berpasrah kepada raja Majapahit dengan berkata aku pasrahkan semua hidup mati atas
kesalahan nya.

Tetapi raja Majapahit merangkul dan mencium kepala nya seraya berkata sudahlah nak duduk
aku mengizinkanmu dengan tetapi pesanku masuk Agama bagus bagi yang mau tapi kalau
yang tidak mau jangan di paksa sudahlah pulang lah ke Negerimu dan sampaikan lah
pesanku.

Setelah pulang dari Majapahit sang raja begitu senang begitu pun para rakyat Demak dan
para ulama dan wali pun bermusyawarah untuk mendirikan sebuah mesjid dan setelah selesai
mereka pun mengadakan Sholat Jumat dengan di hadiri para wali dan sunan giri yang
menjadi Khotib Jumat dan menyampaikan amanat nya

Bunyinya: Baju ini dahulunya milik Rasulullah diberikan kepada Sunan Kalijaga,
Antakusuma namanya, bungkusnya kulit kambing, Gondil namanya. Segera dibuka sangat
bagus warnanya.

Kanjeng Sultan Demak sudah mendengar beritanya, lengkap sudah para wali, sudah
berunding untuk melawan musuh, yang menjadi senapati Kanjeng Sunan Ngudung, lalu
membunyikan pertanda gemuruh suara prajurit, orang-orang di Demak sudah siap berperang.

Dan kemudian semuanya berangkat untuk berperang setelah peperangan berakhir semuanya
kembali pulang ke Demak Kanjeng Sultan Demak, bersama semua para wali menemukan
sudah sepi semua tidak ada seorang pun beserta keratonnya yang tersisa hanya keputren, lalu
Kanjeng Sultan masuk setelah bertemu lalu dirangkul oleh sang ibu. Menetes air matanya,
lalu teringat takdir Ilahi, sang ibu diharap pulang ke Demak. Demak sangat makmurnya,

Teks 92-98

Kanjeng Sultan Demak mempunyai seorang putra yang bernama Kanjeng Pangeran
Trenggana yang mempunyai perilaku yang baik. Pangeran Trenggana dikisahkan mempunyai
seorang putra juga yang bernama Ki Ageng Tarub yang mempunyai anak tampan bernama
Getaspendhawa.
Seorang Raden yang lebih menyukai hutan, berburu, dan menyepi di gua yang sunyi, ia juga
tidak mendengarkan nasihat ibu dan ayahnya. Mereka sangat sedih melihat raden yang
tumbuh menjauh dan lebih suka bertapa sehingga di beri nasihat oleh ibunya mengenai
wejangan ilmu kebenaran. Dalam bertapanya ia mendapat dzat Ilahi untuk ikhlas dengan
segala kehendak-Nya, berani menghadapi segala rintangan, dan terbukalah auranya yang
bening.

Ki Ageng Tarub yang hidup makmur dan sudah menikahkan anak-anaknya hidup dengan
menyamar sebagai seorang Petani yang tidak mengecewakan di Tarub.

Teks 99-141

Ki ageng Tarub yang sudah lanjut usia kemudian memanggil anaknya Raden Selarasa. Ki
Ageng Tarub memberi banyak wejangan kepada anaknya diantara wejangannya adalah agar
berhati-hati dari godaan iblis, dan harus bersikap prihatin. Ia juga memberi petunjuk lewat
sastra tigang puluh untuk di resapi. Dimana isi sastra tigang puluh itu berisi pesan kehidupan
untuk Raden Selarasa. Setelah itu Raden Selarasa pun memberi hormat kenapa Ki Ageng.
Selanjutnya ki Ageng memberi amanah agar Raden Selarasa melakukan tapa selama 100 hari
tanpa menengok ya. Namun di hari ke-100 keluarganya berduka dan selama 10p hari itu pula
Raden Selarasa tak pernah tak menengok ayahnya karena ia khawatir ayahnya yang sedang
sakit akan mati. Lalu benar firasat Raden bahwa ketika ia pulang bertapa melihat warga
sudah berduka dan menggelar tikar di dekat rumahnya. Ibunya sendiri yang sangat syok
dengan kematian Ki Ageng menjadi Pingsan dan takdir Allah ikut menyusul Ki Ageng ke
hadapan Ilahi. Sudah takdir untuk menerima segala kehendak-Nya.

Isi teks

1. Jangan berlarut-larut terhadap kesedihan terutama berduka atas meninggalnya seseorang


di sekitar kita.
2. Pesan seorang ayah (raja) kepada putranya selaku penelusuran untuk tidak menyalah
gunakan kekuasaan dan supaya menjadi raja yang baik
3. Firasat mengenai akan hadirnya kerajaan baru yang menghapuskan kerajaan Hindu
terbesar yakni Majapahit menjadi kerajaan Islam dimana penerusnya berasal dari
kalangan saudara sendiri (saudara jauh dari Palembang)
4. Hendaklah selalu tabah dan ikhlas dalam menerima kehendak-Nya semua garis hidup
sudah ditentukan oleh Allah Swt. kita hanya bisa pasrah, usaha, dan berdoa
5. Banyak pesan kehidupan jangan tergoda oleh godaan iblis, jangan berhenti beribadah,
selalu ingat kematian, dan belajar hidup prihatin
6. Ayah yang selalu yang memberi nasihat bahkan sesaat sebelum meninggal tetap memberi
wasiat untuk selalu taat dan berada di jalan yang benar.
7. Kehidupan selanjutnya adalah hasil dari kehidupan sebelumnya, hidup kita ini sekarang
ibarat sampah karena banyak manusia yang berbuat dosa dan tidak mampu
mengendalikan nafsunya dalam hal ini manusia harus berhati hati karena sifatmu
menandai jiwamu, kita semua mempunyai 2 hal yang harus di ingat dalam menjalani
hidup, yang pertama kita harus ingat terhadap jalannya hidup seperti beribadah kepada
Allah Swt., yang kedua kita harus ingat terhadap jalan kematian yang maksudnya setelah
mati kita akan di minta pertanggung jawaban semasa kita hidup di dunia.

Anda mungkin juga menyukai