Anda di halaman 1dari 9

Mengenal Kebudayaan Batik Trusmi: Kajian Antropolinguistik

Di Kota Cirebon
Oleh:
Farhatun Nazillah, Nuril Fatimah Azzahra, Yunita Shalsa Billa Aziz, Ahmad Fauzi,
Muhammad Said Aqil, Suryadi, Abdul Azizul Hakim

Email: falahfn20@gmail.com

Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah (FUAD),
IAIN Syekh Nurjati
___________________________________________________________________________
ABSTRAK

Batik Trusmi merupakan bentuk dari kearifan lokal masyarakat Cirebon yang harus
dilestarikan. penduduk Trusmi melakukan pembuatan batik untuk memenuhi keinginan dari
Keraton namun dalam perkembangannya kini batik Trusmi juga bisa digunakan oleh
masyarakat biasa. Sampai saat ini Trusmi menjadi tempat pusat pembuatan batik di
Cirebon. Kajian Antropolinguistik digunakan dalam penelitian untuk mengenalkan dan
membantu pengetahuan masyarakat lokal yang menggambarkan sistem sosial pada saat itu.
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan
wawancara. Data-data yang diperoleh nantinya akan digunakan untuk mengungkap nilai
kearifan lokal batik Trusmi yang setiap batiknya memiliki nilai pada kehidupan
masyarakatnya. Ciri khas batik Cirebon adalah garis-garis tipis yang halus dan tidak
putus. Motif batik khas Cirebon dapat menjadi dua kategori, yaitu motif Keraton dan
Pesisiran. 

Kata Kunci: Batik, Trusmi, Motif, Kearifan Lokal, Budaya, Antropolinguistik, Cirebon, Ciri
Khas, Ornamen, Keraton, Pesisir.

ABSTRACT

Trusmi Batik is a form of local wisdom of the Cirebon people that must be preserved. Trusmi
residents make batik to fulfill the wishes of the Palace but in its development now Trusmi
batik can also be used by ordinary people. Until now Trusmi became the center of batik
making in Cirebon. Anthropology studies are used in research to introduce and assist local
people's knowledge that describes the social system at that time. In qualitative research, the
main data collection techniques are observation and interviews. The data obtained will later
be used to reveal the value of the local wisdom of Trusmi batik, each of which has value in
people's lives. The hallmark of Cirebon batik is smooth and unbroken thin lines. Cirebon
batik motifs can be divided into two categories, namely the Keraton and Coastal motifs.

Keywords: Batik, Trusmi, Motif, Local Wisdom, Culture, Anthropology, Cirebon,


Characteristics, Ornament, Keraton, Coastal.

1
1. PENDAHULUAN
Batik merupakan ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kesenian yang
tertuang dalam batik mengandung nilai-nilai yang tersirat didalamnya. Sudah banyak
batik-batik Indonesia yang mendunia, bahkan menjadi bagian dari kearifan lokal bagi
masyarakatnya. Misalnya seperti batik Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, dan lain
sebagainya. Namun pada penelitian ini difokuskan kepada batik Cirebon yang cukup
terkenal dan telah menjadi bagian dari kearifan lokal pada masyarakat setempat yaitu,
batik Trusmi. Trusmi merupakan sebuah desa yang berada di pesisir laut, dekat dengan
Keraton Kesepuhan yang terpusat di kecamatan Plered. Mulanya penduduk Trusmi
melakukan pembuatan batik untuk memenuhi keinginan dari Keraton namun dalam
perkembangannya kini batik Trusmi juga bisa digunakan oleh masyarakat biasa. Sampai
saat ini Trusmi menjadi tempat yang menjadi pusat pembuatan batik di Cirebon. Adapun
batik yang terkenal adalah batik Mega Mendung, batik Keraton, Batik Rakyat, dan lain
sebagainya. Selain memproduksi batik Keraton mereka juga turut mengembangkan motif-
motif lainnya. Namun diantara yang lainnya batik Mega Mendung dan batik Keratonlah
yang paling populer. Sebab itu kami pun tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
batik Trusmi, sehingga nantinya kami akan membahas beberapa motif batik Trusmi yang
unik.
Adapun Penelitian kami memfokuskan kepada aspek Antropolinguistik yang ada pada
perkembangan kebudayaan batik Trusmi yang setiap motif-motif batiknya memiliki
sejarah, nilai-nilai budaya dan sosial dalam kehidupan masyarakatnya. Sehingga
menjadikan batik Trusmi sebagai bagian dari kearifan lokal yang harus dijaga
kelestariannya.

2. LANDASAN TEORI
Antropolinguistik merupakan kajian ilmu interdisipliner yang berasal dari dua ilmu
yang berbeda yaitu, Antropologi dan Linguistik. Studi bahasa dalam bidang
Antropolinguistik dikaitkan dengan peran bahasa dalam memahami kebudayaan dari
sudut pandang linguistik. Bahasa adalah sistem tanda sentral dalam kebudayaan. Karena
melalui bahasa kita dapat mengidentifikasi dan melihat tanda-tanda kebudayaan sebuah
masyarakat, sehingga bagi Ferdinand De Saussure mengatakan tidak ada yang dapat
diketahui tentang dunia ini di luar bahasa (language).1
1
Bushri, Hasan; Badrih, M; Sofiah Uni; Dkk;. 2020. Linguistik Terapan Konsep Pembelajaran dan
Penelitian Linguistik Mutakhir. Malang: Literasi Nusantara. Hlm. 210

2
Batik merupakan bentuk dari kesenian dan kebudayaan yang sudah ada sejak lama.
Seni membatik adalah kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun pada suatu
daerah sehingga hasil batik pada setiap daerahnya memiliki keunikan dan maknanya
tersendiri. Sebagaimana di desa Trusmi yang telah menghasilkan batik yang memiliki
nilai tersendiri dibalik motif-motif di dalamnya. Maka dari itu kajian Antropolinguistik
sangat membantu dalam penelitian untuk mengenalkan dan menyampaikan kembali
kearifan lokal yang menggambarkan sistem sosial pada masyarakat saat itu. Dengan
demikian leksikon batik Trusmi dapat mencerminkan hubungan vertikal antara manusia
dan Tuhan, dimensi hubungan horizontal antar manusia, dimensi hubungan horizontal
antara manusia dan alam. Hal itu terbukti leksikon batik Trusmi yang sangat kental
dengan makna simbolis yang berkaitan dengan kosmologi Cirebon.2

3. METODE
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi
dan wawancara.3 Sehingga Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didukung
dengan mewawancarai narasumber, kemudian mencatat dan merekam pernyataan yang
diungkapkan oleh narasumber mengenai batik Trusmi sehingga memudahkan kami dalam
menganalisis data.
Kegiatan ini kami lakukan selama satu minggu diselingi dengan mencari sumber data-
data tertulis untuk melengkapi pernyataan narasumber melalui media internet. Adapun
Narasumber kami adalah ibu Atika selaku pemilik usaha pengrajin batik Trusmi yang
meneruskan usaha yang telah diwariskan kepadanya. Kami pula di izinkan untuk
menyaksikan secara langsung pembuatan batik serta turut mewawancarai para pengrajin
yang sedang bekerja. Data-data yang telah diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk
mengungkap nilai kearifan lokal terhadap batik Trusmi yang setiap batiknya memiliki
nilai pada kehidupan masyarakatnya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Trusmi merupakan daerah pesisir yang terkenal dengan pusat batik di wilayah
Cirebon yang terbagi menjadi dua desa yakni, Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon.
Penggunaan kata Trusmi bermula dari sejarah Pangeran Trusmi selaku putra dari
pasangan Pangeran Carbon Girang dengan Nyi Cupluk. Nyi Cupluk adalah putri dari Ki

2
Astuti, Ananda Tri;. (2020). Ragam Motif Batik Tradisional Banyuwangi: Suatu Tinjauan
Antropolinguistik. Jurnal Repository Universitas Jember, hlm. 7
3
Sugiyono; (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 239

3
Gede Trusmi sedangkan Pangeran Carbon Girang adalah putra Ki Kuwu Cerbon.
Pangeran Trusmi atau Bung Cikal dikisahkan memiliki kebiasaan senang memangkas
tanaman yang ditanam kakeknya, setiap kali tanaman itu dipangkas, tanaman itu kembali
tumbuh. Maka disebutlah Trusmi yang bermula dari kata “terus semi”.4 Hingga kini desa
tersebut terkenal dengan Trusmi.
Kebudayaan kesenian yang berkembang di desa ini salah satunya adalah membatik.
Kata Batik berasal dari Bahasa Jawa yaitu “amba” yang artinya tulis dan “nitik” yang
berarti titik.5 Melalui perjalanan sejarah Cirebon adalah wilayah yang pernah dikuasai
oleh kerajaan Islam. Para penguasa juga meluaskan hubungannya kepada para penguasa
lainnya, seperti Cina, yang pada saat itu sebagian para penguasa dan masyarakatnya
adalah Islam. Hubungan mereka semakin kuat dengan perkawinan yang dilakukan oleh
Sunan Gunung Jati dengan Ong Tieng selaku puteri dari kaisar Cina. Pada saat kerajaan
Islam di Cirebon mengalami masa jayanya, datang seorang pimpinan Tarekat sekaligus
pengrajin di desa Trusmi yang kemudian menjalankan tugas dakwahnya dengan
mengajarkan nilai-nilai Islam dan seni hias seperti batik. Warga Trusmi dan Kalitengah
banyak yang menjadi pengikut tarekat ini, sehingga cukup tersambung hingga kini
pembatikan dikedua desa tersebut mengalami perkembangan hingga sekarang. Batik yang
dibuat oleh para pengrajin di desa Trusmi juga mengembangkan corak kebudayaan yang
khas yang berbeda dari daerah-daerah yang lain.
Adapun ciri khas batik Cirebon adalah garis-garis tipis yang halus dan tidak putus.
Tapi sayangnya sudah mulai jarang para perajin sekarang yang bisa membuat garis
sehalus ini, karena perlu kesabaran, keuletan, dan ketelitian. Sementara yang penting dari
pengusaha batik sekarang adalah cepat jadi dan menghasilkan banyak. 6 Motif batik khas
Cirebon dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu motif Keratonan dan Pesisiran.
Ornamen-ornamen batik yang menampilkan motif alam untuk menunjukan batik khas
Pesisiran, sedangkan beberapa motif lainnya menggunakan ornamen-ornamen di keraton
untuk menunjukkan dua keraton Cirebon yaitu Kesepuhan dan Kanoman. Warna gading
juga menjadi warna khas batik Cirebon. Sementara itu, motif bastik khas Cirebon yang
telah dikenal masyarakat luas diantaranya Mega mendung, Singa Barong, dan Wadasan
atau batu cadas.7

4
Nisa Diewanti;. (2015). Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi Berdasarkan Nilai-Nilai
Filosofis Masyarakat Cirebon. Jurnal Universitas Pendidikan Bandung. hlm. 1
5
Trixie, A. A. (2020). Filosofi Motif Batik Sebagai Identitas Bangsa Indonesia. Folio (1)(1). Hlm. 2
6
Redaksi. (2013). Batik Nusantara; Batik Of The Archipelago. Jakarta: Kina Redaksi. Hlm. 30
7
Ibid.,

4
Gaya keraton ialah ornamen batik yang dikembangkan masyarakat dengan tema-tema
dalam keraton seperti Taman Sunyaragi, Siti Inggil, Kanoman, Taman Kesepuhan dan
lain-lain. Gaya ini dikembangkan masyarakat semata-mata karena kecintaannya terhadap
Sultan yang juga sebagai ulama. Sedangkan gaya batik Pesisiran ialah hiasan batik yang
dikembangkan masyarakat yang disebabkan oleh karena permintaan pasar.8
Adapun dibawah ini kami akan membahas secara singkat mengenai batik-batik yang
ada di Trusmi.
5. Batik Mega Mendung
Batik Mega Mendung merupakan batik khas
dari wilayah Cirebon dan telah menjadi ikon batik
pesisirnya. Motif batik Mega Mendung memiliki ciri
khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh wilayah lain.
Motif Mega Mendung berbentuk dari awan-awanan
Sumber Google 1
yang terkandung filosofi didalamnya. Kekhasan mega mendung atau “awan-awanan”
tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna
tegas seperti biru dan merah, tetapi juga pada nilai-nilai filosofi yang terkandung pada
motifnya. Hal ini sangat berkaitan dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di
Cirebon.9 Jadi motif batik mega mendung bermula dari percampuran kebudayaan
antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan cina yang diantara beberapa faktornya
karena terinspirasi oleh putri Ong Tien yang menjadikan batik sebagai persembahan
kepada Sunan Gunung Jati. Para pengrajin memadukannya dengan cita rasa
masyarakat yang mayoritasnya beragamakan Islam. Pada motif batik Ini merupakan
pola hias pengaruh Cina. Awan terdiri dari gradasi biru berlatar merah, garis awan
dihasilkan dengan pewarnaan langsung menggunakan kuas, dan latar diwarnai dengan
celup tong. 10
Kini batik Mega Mendung sudah mengalami banyak perpaduan, misal
perpaduan motif Mega Mendung dengan bunga-bunga atau lain sebagainya. Alasan
dibalik hal tersebut karena para pengrajin menyesuaikan dengan permintaan di pasar
yang tinggi.

6. Batik Paksi Naga Liman


8
Tambrin, Irin;. (2002). Batik Cirebon (Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon). Jurnal Seni Rupa
(2) (4), Hlm. 3
9
Ilmi, Labib;. (2012). Makna Motif Megamendung dan Wadasan Pada Keraton Di Cirebon. Jurnal
Universitas Indonesia. Hlm. 23
10
Natanegara, e.a.; Djaya, Dira;. (2019). Batik Indonesia. Jakarta: Yayasan Batik Indonesia. Hlm. 41.

5
Batik Paksi Naga Liman merupakan batik
keraton yang juga menjadi bagian dari batik kekhasan
Cirebon. Motif pada batik Paksi Naga Liman
menggambarkan salah satu kereta kebesaran
Kesultanan Cirebon.
Sumber Google 2
Paksi Naga Liman merupakan sebuah identitas
yang memiliki struktur kebudayaan Cirebon yang terbentuk dari tiga kekuatan besar
yaitu; Kebudayaan Islam yang disimbolkan dengan Paksi (Burung/Burok), lalu
kebudayaan Cina yang disimbolkan dengan Naga (Ular Naga), dan kebudayaan
Hindu yang disimbolkan dengan Liman (Gajah). 11
Pola ini merupakan simbol dari
percampuran budaya yang harmonis di Cirebon, karena memuat pesona yang beragam
yang di satu padukan dengan budaya lokal.
Keberadaan kereta Paksi Naga Liman di Museum. Bentuk kereta Paksi Naga
Liman terinspirasi dari Burok, yakni hewan yang dikendarai oleh Nabi Muhammad
ketika Isra Mi’raj. 12 Sehingga dapat pula dikatakan bahwa Motif yang ada pada batik
Paksi Naga Liman merupakan bentuk dari pengaruh tarekat yang menggambarkan
terjadinya peperangan antara kebaikan melawan keburukan.
7. Batik Taman Arum Sunyaragi
Salah satu kategori batik klasik yaitu Batik Taman
Arum Sunyaragi yang menggambarkan taman istana
dalam nuansa yang dipenuhi dengan wadas. Motif yang
digunakan dalam batik Taman Arum Sunyaragi adalah
sebuah taman yang keberadaannya ada di lingkungan
Sumber Google 3
Kesultanan Cirebon. Motif tersebut memuat kearifan lokal
di dalamnya, seperti bersangkutan dengan flora, fauna dan bangunan. Setiap motif
yang ada pada batik ini memiliki makna. Motifnya menggambarkan tradisi rekreatif
sekaligus spiritual dari keluarga sultan yang dihasilkan dari simbol pada motif
keharuman taman. Unsur-unsur taman yang digunakan sebagai media untuk
mendekatkan diri kepada sang maha pencipta. Taman digunakan sebagai media untuk
tempat menyepi serta semedi bagi para sultan selain sebagai unsur dari keindahan. 13

11
Nugraha, Septian Fajar;. (2018). Kereta Paksi Naga Liman Dan Motif Batik Cirebon Sebagai
Sumber Ide Pada Karya Lampu Hias Kulit. Jurnal UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Hlm.
5
12
Ilmi, Labib. Op., Cit. Hlm. 9
13
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id. Di Akses Pada 22 Oktober 2021.

6
Yang dimana pola pada motif ini taraf dari segala perbuatan sesuai dengan kehendak
Allah SWT. Dan segala bentuk dalam mencapai taraf kehidupan menuju taraf yang
lebih tinggi lagi.
Motif-motif batik yang dibuat oleh penduduk Trusmi, terinspirasi dengan
bentuk-bentuk alam baik flora dan fauna-nya. Pola motifnya juga memuat makna religi.
Sebagaimana batik Pesisir, batik ini biasanya terinspirasi dari akulturasi pengaruh-
pengaruh budaya asing. Karena itu bisa dikatakan bahwa batik Pesisiran merupakan hasil
dari bentuk interaksi yang pernah dilakukan oleh masyarakat lokal. Sehingga hal itu bisa
membuat keberagaman pada pola-pola batik yang tercipta.
Ornamen batik Cirebon merupakan aset budaya bangsa Indonesia, aset seni
kriya Jawa Barat dan aset batik Cirebon itu sendiri, ia perlu dipelihara dan dipertahankan
keberadaannya karena sangat berbeda dengan batik lainnya.14

8. KESIMPULAN
Trusmi merupakan sebuah desa yang berada di Cirebon. Sejak Islam berkuasa ditanah
Sunda, perkembangan budaya batik mulai dibudayakan. Sebagaimana Cirebon, Batik
turut mengalami perkembangan yang berpadu dengan unsur-unsur religi yang kental. Dan
batik Trusmi merupakan hasil dari kebudayaan tersebut. Batik Trusmi memiliki nilai
kearifan lokal di dalam masyarakat, karena mencerminkan kebiasaan masyarakat Trusmi
yang selalu membuatkan batik pesanan Kesultanan Kanoman dan Kesepuhan.
Adapun Motif batik khas Cirebon dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
motif Keratonan dan Pesisiran. Ornamen-ornamen batik yang menampilkan motif alam
untuk menunjukan batik khas Pesisiran, sedangkan beberapa motif lainnya menggunakan
ornamen-ornamen di keraton untuk menunjukkan dua keraton Cirebon yaitu Kesepuhan
dan Kanoman. Motif yang terdapat pada batik Cirebon merupakan bentuk refleksi dari
kebudayaan Islam, Hindu, dan Cina yang bercampur dan bersangkutan dengan flora,
fauna dan bangunan-bangunannya sehingga menghasilkan sebuah motif yang
mengandung filosofi dan makna didalamnya. Seperti pada Motif Paksi Naga liman, Mega
Mendung, Taman Arum Sunyaragi, dan lain sebagainya.

14
Tambrin, Irin. Op.,Cit. hlm. 11

7
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ananda Tri;. (2020). Ragam Motif Batik Tradisional Banyuwangi: Suatu Tinjauan
Antropolinguistik. Jurnal Repository Universitas Jember, 7.

Bushri, Hasan; Badrih, Moh; Sofiah, Uni; Dkk;. (2020). Linguistik Terapan Konsep
Pembelajaran dan Penelitian Linguistik Mutakhir. Malang: Literasi Nusantara.
(Google Book).

https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id. (n.d.). Di Akses pada 22 Oktober 2021.

8
Ilmi, Labib;. (2012). Makna Motif Megamendung dan Wadasan Pada Keraton Di Cirebon.
Jurnal Universitas Indonesia.

Natanegara, e.a.; Djaya, Dira;. (2019). Batik Indonesia. Jakarta: Yayasan Batik Indonesia .

Nugraha, Septian Fajar;. (2018). Kereta Paksi Naga Liman Dan Motif Batik Cirebon Sebagai
Sumber Ide Pada Karya Lampu Hias Kulit. Jurnal UPT Perpustakaan Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, 1-17.

Nuris, Nisa Diewanti;. (2015). Kearifan Lokal Pada Jenis dan Motif Batik Trusmi
Berdasarkan Nilai-Nilai Filosofis Masyarakat Cirebon. Jurnal Universitas Pendidikan
Indonesia, 1-130.

Redaksi. (2013). Batik Nusantara; Batik Of The Archipelago. Jakarta: Kina Redaksi.

Sugiyono;. (2013). Metode Penelitian Kuantitafi, Kualitatfi dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tambrin, Irin;. (2002). Batik Cirebon (Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon). Jurnal Seni
Rupa (2) (4), 13.

Trixie, A. A. (2020). Filosofi Motif Batik Sebagai Identitas Bangsa Indonesia. Folio Volume
(1) nomer (1), 2.

Anda mungkin juga menyukai