Anda di halaman 1dari 348

· .

'

~.

;l~
-~
LAYAR TERKEMBANG JADI GURU
Adat dan Kebudayaan Minangkabau
© AA Navis

No. 16/84

Pengantar: DR. Tauiik Abdullah

Pendisain Gratis & Kulit Muka: T. Ramadhan Souqie

Penerbit PT Grafiti Pers, September 1984


Pusal Perdagangan Senen, Siok II, Lantai III
Jakarta 10410
Anggola IKAPI
.. ~.:

Celakan Pertama 1984

Percetakan PT Temprint. Jakarla

IV
PENGANTAR

PENERBIT

dat Minang merupakan salah satu adat yang unik di Indonesia,

IA A. at1tara lain karena sifat matrilineal yang ada pada masyarakat itu.
II Bcberapa buku dan telaah tentang adat Minang telah diterbit­
kan, namun rasanya masih ada saja yang "tertinggal" tidak
tersampaikan atau tercatat. Dan tidak jarang yang "tertinggal"
itu ternyata penting, atau setidaknya menarik.untuk diketahui.
Dalam bllku yang disusun AA Navis ini. hal-hal yang penting dan menarik
tentang adat Minang itll banyak ditemukan. Di samping sebagai budayawan,
Navis adalah seorang sastrawan; dan buku ini pun ditulis dengan gaya yang
lancar dan berkadar informasi tinggi. Kami yakin. buku ini akan bisa menam­
bah pcngetahuan kita tentang adat Minang pada khususnya, dan kebudayaan
Indonesia pada umumnya. Dan karangan Navis ini mungkin malah bisa
menjadi salah satu buku baku tentang adat dan kebudayaan Minang.

Jakarta, Juli 1984

v
· .'
Daftar lsi

Pengantar Penerbit VII

"Studi Adat sebagai Pantulan Perubahan Sosial di Minangkabau"

oleh TaufikAbdullah IX

Pengantar Penulis XXV

Sejarah ................................................................................................ 1

Tambo ................................................................................................ 45

Falsafah Alam ........................................................................................ 59

Undang-undangdanHukum ................................................................ 85

Penghulu ............................................................................................ 119

HartadanPusaka ................................................................................ 149

Rumah Gadang .................................................................................... 171

Perkawinan ........................................................................................ 193

Kesusastraan ......................................................................................... 229

PermainanRakyat ................................................................................ 263

Daftar Bacaan................................................................. :...................... 285

Indeks ................................................................................................ 291

VII
Studi Adat Sebagai

Pantulan Perubahan

SosiaI di Minangkabau

entu saja soalnya terletak pada eara pendekatan. Kalau pe'nde­

!r btan saya dipakaL maka salah satu indikator untuk menentu­


kan bahwa proses melemahnya kemantapan tradisional telah
bermula ialah ketika peserta (participant) kebudayaan mulai seea­
ra kreatif mempersoalkan tuntLltan dari dasar nilai kulturalnyil.
proses itu akan makin jelas di saat mereka meneoba pula membuat
dasar nilai kultural itu dan secara sadar meneoba menerangkan
itu. Dengan kata lain mereka
dalam keberlakuan
dasar nilai kultural. tetapi bahkan jug:J ingin merangkulIebih keras. Mereka
sebagai pesert<1 l11tlkin sad.u, bahwa nilai dasar yang dimiliki itu merupakan
sesuatu yang berharga untuk selalu dipelihara. Dalam situasi seperti inilah
biasanya patokan-patokan dasar nilai kultural tersebut diperjeias. Dengan
begini dasar nilai itu di saru pihak seeara r;]sional bisa dimengerti, dan di pihak
lain ia dijadikan pLlla sebagai ukuran dalam menghadapi dan menjalankan
perubahan. Sikap inilah biasanya disebut tradisionalism.e perubahan yang
terjadi semestinyalah berlandaskan pad a kelanjutan berlakunya tradisi.
T enw bisa diduga bahwa tradisionalisme mengandung unsur-unsur konf1ik
kadang-kadang juga tak terhlu mudah diatasi. Sampai dimanakah per­
sah. tnnpa mengorbankan keberlanjutan berlakunya nilai
yang

IX
da;am ataupun yang dipaksakan dari lua:. yang mk terelakkan? M::lka berbag2i
pasc.:ngan konAik pur. bermunculan. Masyarakat yang sedang mengalami pro­
ses "detradisionalisasi" itu seakan-akan merupakan jaringan-konfiik yang sa­
ling berkaitan. Namun jarang suatu konAik yang demikian sentral sehingf,'Zl
mengancam polarisasi sosial yang keras. Sebab konAik yang satu - antara dua
galongan pendapat -:- bisa dilunakkan oleh konAik yang lain. ketika komposisi
dari pro dan kontra telah berbeda. Jadi sesungguhnya kemajemukan konAik
tersebut bukan saja bisa merupakan faktor pembendung proses disintegrasi
sosiaI. tetapi juga sering menjadi unsur yang sangat menentukan bagi terjaga­
nya integrasi. Karena itulah proses detradisionalisasi ini - suatu proses yang
tentu saja tak terlepas dari perubahan sosial-ekonomis yang terjadi - bisa
berlangsung lama. Seandainya suatu perubahan tanpa diinginkan terjadi.
maka perubahan itu harus dilihat sedemikian rupa sehingga bukan saja secara
kultural bisa dimengerti. tetapi juga pemasukannya ke dalam perbendaharaan
kultural tidaklah merusak. Dengan ini chaos ingin dihindarkan dan dengan ini
pula keberlakuan yang berlanjut dari nilai dasar tradisional ingin diperta­
hankan.
Tentu saja apa yang saya bicarakan di atas lebih merupakan suatu gejala
intelektuaL Kesemuanya lebih merupakan pergumulan para cendekiawan.
para peserta kebudayaan yang paling sadar. untuk selalu ingin memberi makna
terhadap dunia sendiri dan yang mengitari diri. Meskipun gagasan di atas
memberi kesan bahwa saya ingin memberikan bentukan teoritis terhadap
gejala yang dihadapi masyarakat tradisional ketika berhadapan dengan per­
ubahan struktural yang terjadi. tetapi saya tidaklah bertolak dari pemikiran
spekulatif. Hal-hal di atas berasal dari hasil observasi saya atas peristiwa
sosial-kultural Sumatera Barat di awal abad 20 inL
Tentu saja situasi itu tidaklah muncul begitu saja. Gerakan Padri yang
kemudiiul meletus menjadi "perang saudara". yang terjadi di awal abad 19.
telah memaksa masyarakat Minangkabau merevisi lagi definisi dari dunianya,
dari "alam Minangkabau". Bagaimanakah hal-hal yang paradoksal dari dasar
kultural harus secara kreatif diselesaikan? Pencarian definisi yang sesuai ini
tidaklah sekadar usaha untuk menemukan dasar "ideologi" yang baru yang
bisa selesai pada tingkat formalnya. Definisi ba ru tersebut langsung me­
nyentuh hal-hal yang bersifat strukturaL Meskipun pemurnian kehidupan
keagamaan 1 merupakan tujuan utama gerakan Padri. hasil akhir yang ingin
ditemukan ialah suatu "alam Minangkabau" yang baru, yang diredhai dan

Mengenai aspek "pemurnian agama" dali gemkan Padli. lihat umpamanya HA Steyn Oarve. "Kaum
Padari (Padri) di Padang Damt Pulau Sumntcro" (terj.) dalam Taufik Abdullah (ed.) Sejnml, Lokal di
[..dones/n. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. I q7q: 108-117. lihat juga memoir Fakih Saghir. yang
terkenal sebngai $yckh lalaluddin. salah seorang ulama yang terlibat dnlam konAik ilgama ini. Syekh

x
yang haq.
Saya tak tahu bagaiman jadinya Minangkabau jika Belanda tak campur
tangan dalam Perang Padri ini. Tetapi sementara perang itu mengalami tran~
sformasi - dari pergolakan kultural menjadi perang kolonialisme - suatu
definisi baru makin memperlihatkan dirinya. "Alam Minangkabau" tidak saja
harus dianggap sebagai dunia yang berlandaskan adat dan Islam, tetapi hirarki ­
dari keduimya telah pula diperjelas, Tidak lagi adat dan Islam yang paling
mendukung. tetapi Hadat bersandar syarah, Syarah bersandar Kitabullah."
Selanjutnya dikatakan bahwa "agama mengata, adat memakaf', 2 Maka sej'ak
itu pemantulan struktural dari definisi kultural ini adalah merupakan salah
satu tema pokok dalam sejarah Minangkabau, Dari sudut kekuasaan dan
kewenangan, rumusan kultural ini mempertanyakan wibawa siapa yang hams
lebih berfungsi dan kata siapa yang harus lebih memutus. Pemasukan unsur
keulamaan ke dalam struktur kekuasaan, yang diwujudkan datam keanggota~
an di dalam balai adar, ternyata hanyalah merupakan pelebaran dari elite
kekuasaan. Sedangkan esensi keulamaan tertinggal di luar. Keulamaan. yang
bertolak dari penguasaan Hmu dan pengakuan sosial, tak bisa terlibat dalam
proses pewarisan jabatan dengan memakai patokan matrilineal itu. Dari sudut
sistem pewarisan masalahnya bahkan lebih pelik. Berbagai konflik yang terjadi
makin memperlihatkan be tapa "nikmatnya" hidup dalam kemajemukan
hukum. 3
Konflik terbuka kadang-bdang terjadi dan perdebatan terus berlanjut.
Apalagi di sam ping itu masalah pemurnian (orthoksi) agama makin lama
makin menonjol pula. Dalam hal ini yang dipermasalahkan tidakJah sekadar
definisi "alam Minangkabau" tetapi sistem perilaku dan kebersihan keyakinan
keagamaan dari noda-noda yang bisa mengurangi kemutlakan ke-Esa-an Al­
lah. Betapapun fundamental dan mendasarnya hal-hal ini, kesemuanya ber­
sumber dari dinamik kebudayaan sendiri. Masalahnya menjadi sangat berbeda
ketika tantangan yang dihadapi bukan berrolak tiang-tiang "alam Minangka­
bau" sendiri. Soalnya menjadi lain sekali di saat tantangan yang datang itu

Vahaa/ Villi tier ""IIi'II11g ,ler 1'11.10 0"/"'1"" ,'p Sumatl'll (disclenggarakan o!eh Dr_ J.J. Hollander),
1$ '7,Ditu!is do!am bah"s, Mdayu ("gay," Minangknbau) huruf "Jawi". memoir in; pernah
ditml1skripsikan oleh M, R"djilb untuk kcperiuan Seminar Kcbudayaan Min.ngkabau 1970. Stud!
"lemo;r ini dil"kobn Lllch Christine Dobbin, "islamic Revivalism in Minangkabau at the Turn
of the Nineteenth Century". M"drlll ASi"" S",dit". g,l ( 1979): lI9-l,(" Lihat juga M. Radjab. Pcrang Padri,
labrta: Bubi PUStab, 1954,
T"ufik Abdullah, "Adat and Islalll'" An Examination of Conflict in Minangkabau".IHaoHtsla, 2 (October
19N'): 1-14.
hal ini ,dah cukup banyak Studi yang dihasilkan. Yang tcrokhir dan ialah Franz
von IIcll<1n-Beckman. Pn.'I','rl)' ill 5",';4/ COlHi""il),. The Hague: Martinus Nijhoff. 197,.
TCllrang cLlrak kontlik cii Minangbbou, lillat Nancy Tannet,"Dispuring and Dispute Settlement Among
the MinangkablLu of Indoncsi,l", iHtiL'Jf!,'Sid. 8: 2 t~{~7.

XI.
bemsal dari kekllasaan asing. Pcrilng Padri ternyata tidak saja berakhir dengan
didapatkannya su"tll definisi baru t..:ntang ""Iam Minangbbau". yang serta
merta juga menuntllt pl.'m..:c.lhan dalam sistem sosial dan hukum, tetapi juga,
dan lebih mudah dilihat dan diras'lkan. bercokolnya dominasi politik dan
meliter Belanda. Dcngan domina,! corak hubungan yang bersifat atasan-dan­
bawahan pun makin, pula Illcmpcrlihatbn dirinya. -I Inilah suasana yang jelas
dirasakan di awal abad 20.
Berhadapan dengan sitllasi baru ini, beberapa penghulu ad at Minangkabau.
para literati. yang tinggal di kota. berhadapan langsung dengan situasi dominasi
Mi-

din. Per­
yang dliakUkan. Maka
berbagai kegiatan pun dijalankan. Sckolah kerajinan wanita didirikan, surat
kabar (termaslIk sebllah slirat bbar wanita) diterbitknn. dan studi-studi-fonds
digerakkan. Pada waktu ittl barangbli tak ada kata yang lebih populer danpa­
da "kemajuan", demi menl."apai "dunia maju". Bukankah Minangkabau ma­
syarakat matrilineal? Kalal! be-gitu. mestinyalah wanita bersekolah. Bukankah
tuntutan bagi putra Min<1ngknball untuk "meninggibn selllarak Gunung
Merapi?" Sebab itu mengapa tidak terjun dalam pcrlombaan untllk mendapat­
kiln "kemajuan"? Begitu kata ajaran adat. demikian pula liwtbo melukiskan dan
bahkan itll/ltl tclah memberi contoh bagailllana jadinya jib kctentuan itu
diingkal'i. Sementara itu dari pihak lain, yang bcrtolak dari tiang "alam
Minangkabau" yang satu lagi. Islam, buknn saja mt'nginginkan berlanjutnya
pemurnian dalam kehidupan keagamaan, tetapi juga menjadikan agama seba­
gai dasar yang kokoh bagi "kemajuan". Dalam SlI<1sana yang tampaknya serba
optimis ini, konflik tak terelakkan. Kemajuan? retapi sampai di mana? Ke­
majuan barulah benar dan dibenarkan jikn ia sadar akan batas antara
dan "halal", antara haq dml bathiL' Belum lagi jib dipertimbangkan
reaksi mereka van2' menentanSl oemlihan dari tata cara

4 'pemecnhan kultural" masalnh polilik Ink teratasi ini. lihat Taufik Abdullah,
of the schake! s"cietv" dabm Co"{m',,a ,lit M"d,·", /HI/t""';in" H;5fN" (julv l~-IQ. IQ7\).
Madison: (ellterofSNlthcast Asian History. Univcrs;t)' of Wisconsin, 11-2'. Dimu'.t juga d.I.1n Maj.11,,/,
/lIff,,-I/,ft" $nSlm iftdo",5ia, VI. l (AguslU, I Q7o): Il-lO.
Situasi. digambarknn dalam Taufik Abdullah "Modernization in th~ Minan~k;lb"u wNld: West Sum,ltra
in the Early Decades of the 20th Century" dalam Claire Holt ct.a. (eds.). C"/II1" ami P,,/jti(s i" /".1""<'5;,1.
Ithaca. London: Cornell University Press. 1''72. 17q·2H.

XII
bbar.
Dari sitUrlsi kompleks yang selint3s terlukis di atas, saya memang ingin
mengatakrtn bahwa per;'nungan y,mg kreatif terhadap tradisi bukan saja meng­
hasilkan agenda tindabn, tetapi Juga k0l1tr~)1 s'ampai di mana perubahan itu
hams berJalan. Dorongan dan sekaligus pembatasan yang diberikan tradisi
menghasilkan Sllasana intelektunl dan sosia! yang tak selalu menenteramkan.
Dala~" suasana inilah pendidikrtn Barat, ataupun Islam "modern" berkembang
cukup pe,ar di Minangkabau. Suasana ini bllkrtn saja menyebabkan dimulai­
nya rradisi l11emntall )r,mg baru. yaitu menllntllt ilmll modern ke Jawa. atau
ke Negeri Bdanda, tctapi juga, menllrut statistik pemerintah Hindia
Bclanc1a, mClljadikan Minangbbau sebagai "daerah Islam" yang paling ber­
pendidibn. Namlll1 Sllasana ini juga y:mg.melatar belakangi berbagai kegiatan
politik, mulai dan pemberol1t;,kan-pemberontabn kecil (1908) dan yang
dibesar-bes::1rkan dengan sebutan pembero!1takan komunis di Silungkang
(1927), sampai dcngan aktivit,ls partai·parl<l! r.ldikal di tahun 1930-an,
Dad slldut sejarah intckkrUilL mab ada du~ aspek- yaflg segera tampil di
hndapan saya. Pcrt<1l11,l, di samping tncrupakan kancah perdebatan tentang
bagaimanakah bcntuk dan cornk "kcmaju<ll1" yang baik itu, suasana yang
diuraikan di .ltas memberikan pula h~ntlik Iitcrer dari perdebatan iiu sendiri.
Say., kim "sJstra protes" yang dili1hirkan para terpelajar Minangkabau, yang
pula dianggap sebagai pdopor sama Indonesia modern, bisa dikembali­
kan kepada Sllasana sosd·kulturnl van~ ter}.ldi sejak awal abad inLt' Bukankah
tragedi yang banyak dilukisbn iw berkisar pada ketidaKsediaan untuk mene­
rima akibat logis dari sibp yang relah tcrbuka terhadap "dunia maju"?
Mcrantaulah jauh-jauh, sekolah tinggi-tinggi, tetapi sadarlah bahwa ninik­
mamaklah ynng memungkinkan itu scmlla, dan pada ninik-mamak pulalah
kcpatllhan harus dibelik::m. Kc r<lnl'all hanya sclama "di rumah berguna
be!um", Rantall hanyalah peralihan sementara, begitu secara fisik. demikian
dalam panggilall kliiturni. Dan bagi saya, sal.,h satu ketinggian nilai Sa'ian
Amlwl1 dari Abdul Muis sebag::1i dokumen sosia!. ialah kemampuannya melu­
kiskan trngedi keterombang-.,mbiilgan "dorongan" dan "hambatan" dari tra­
T etapi baiklah hal ini saya Plilangkah saja pada berbagai studi sastra yang
telah dijalankall dan pada ahli serta kritikus sama,7 Hal yang kedualah, pada

{" iihat .lI1tilr;} lain A T,,'cuw, Mi.ldall f"dl1JH'Sltl"tr Lilt'rnrUfr, Vol. 1. Tentang
I ('nt,lIH'! lih.'rarur itu sl.!'ndiri.
hubungan suasan" sosiol dcn~~n ,alah satu novel. Siti NlIr""jll. tdah saya bicarakan dala!l1
komcntar sin~kat say~ terhadap tuli,an Harry Avcl;l1~ (,'$;ri Nurb<lia"; Some reconsiderations"), BijdragcM,
12~. 1 (1970): 242·24g.
7 Sill,,/, Awl"", adalah satu !lOvel IndOl\csia yang palin~b~nyak dijadikan sasaran studi khusus. Antara lain,
David de Qucijoe, MIl~illlll MIlII jll ,I (ololli,<I $",jt't)': Allt/od M,l(/s' "Salah Asuh"n", Athens, Ohio: Ohio
University Center for Romantic Tmdirioll in the Early indol1e!ian Novel", ModerN Asialf Studies, Vol. 2
(April 1973): 179-192.

. XIII.
kesempatan ini. yang lebih menarik perhatian saya.
Aspek yang kedua ialah berlanjutnya usaha untuk mengerti konsep ideal
atau nilai~ni1ai dasar yang diberikan tradisi. Hal ini juga diteruskan dengan
usaha untuk menerangkannya dengan secara rasional. Simbol-simbol yang
sering terpantul dalam tambo ditafsirkan sehingga bisa sesuatu yang lebih
plausible, yang kemungkinan kesejarahannya diperkirakan bisa masuk aka!.
Legenda dan mithos tidak hanya dibiarkan berbicara melalui simbol~simbol
kultul'al yang telah berakar, tetapi dijadikan eksplisit. Misteri ingin dihilang­
kan, bubn dengan memperlihatkan realitas yang telah diselimutinya, tetapi.
terutama, mencari moral yang mendasarinya. Begitu sejak awal abad XX,
ketika tradisi mulai direnungkan, sampai kini, berbagai buku telah ditulis,
sekian perdebatan telah dilakukan, dan entah berapa pula pertemuan ilmiah
ataupun "setengah ilmiah" yang telah dijalankan. Kesemuanya memperlihat­
kan usaha mengerti dan menerungkan lagi dasar-dasar konseptual dari "alam
Minangkabau".
Karena kecenderungan intelektual ini cukup penting untuk mengerti ma­
syarakat dan kebudayaan Minangkabau, barangkali tak ada salahnya saya
memberikan berbagai ilustrasi. Ketika Sekolah Raja (Kwcckschool) di Bukitting­
gi merayakan lustrumnya di awal abad ini. maka murid-muridnya mengadakan
pertunjukan sandiwara, yang konon sangat memuaskan para hadirin. Mereka
mementaskan bagian-bagian yang paling menarik dari Kaba Cil1dua Mato. 8
Sukses ini diulang lagi oleh berbagai sekolah dan organisasi pemuda, seperti
Jong Sumatranen Bond; di dalam ataupun cii ltiar Sumatera Barat. Bahkan
Abdul Muis ketika masih asyik dalam Sarekat Islam, pernah pula menulis
drama dari kaba ini. Di samping Cil1dua Mato, ternyata yang paling populer di
kalangan pelajar:selama dasawarsa kedua sampai dengan keempat dari abad
ini, ialah Kaba Sabai Nail Aluih. Konon, menurut cerita orang tua-tua, di awal
tahun 1920-an, si penyair-politikus. Rustam Effendy. pernah menjadi "bintang
pentas" dari kaba ini di Sumatera Barat. Drama yang berbahasa Indonesia dari
kaba ini pernah ditulis oleh A.K. GanL mahasiswa kedokteran, yang pernah
main film, kemudian aktif dalam Gerindo. partai nasionalis yang radikal.
Tetapi apa artinya ini semua? Abdul Muis mungkin bisa memberi jawaban.
la mengatakan. drama Cilldua Mato sengaja ditulisnya agar kaum terpelajar
mel)yadari bahwa kehidupan demokrasi telah berurat-berakar dalam kebu­
dayaan kita. Jadi tidaklah terlalu mengherankan jika alasan yang 5ama dipakai
pula oleh Datuk Sutan Maharadja ("Bapak Jurnalistik Melayu," kata Van

Berbagai edisi daTi koba ini ditrrbitkan. Edisi temkhir. yangbelum se!esai. ditulis oleh M.R.Manggis Datuk
Radjo Panghoeloe. (i"due MalO. Bukitring!ti: Pustaka Saadiah,I<l71(?), Stud; anthropolOgis pendek
tontang kaba ini telah ditulis oleh Taufik Abdullah. "Some Notes on the Kaba T,illdl<' Mmo: An Example of
Minangkabau Traditional Literature", ["dollNia, q (April IQ70): 1-22.

XIV
Ronkel)9 ketika ia, sebagai penghulu adat yang berasal dari Luhak Nan riga,
mengadakan "revolusi adat" di Padang, di awal abad ini. Dengan "revolusi" ini
ia dan kawan-kawannya dan pedalaman (dan darck, istilahnya) menantang
T uanku Regen dan para bangsawan Padang, yang dikatakan telah mengikuti
adat-Aceh, yang mengenal hirarki kebangsawanan. Jadi tak "demokratis~'. Dan
artinya juga tak "modern" dan bukan pula "Minangkabau".lO
Dan sudut inilah barangkali usaha memperkenalkan dan m'empopulerkan
kaba dan tambo bisa pula dilihat. Mungkin benar pula anggapan yang mengata­
kan bahwa Kaba Sabai Nan Aluin tidaklah sesuai dengan struktur masyarakat
Minangkabau. T etapi masalahnya bukan pada plot dan juga bukan pula pada
wadah sosial dalam mana plot im bermain yang lebih penting, tetapi pada pesan
moral yang ingin disampaikan. Maka apa yang lebih sesuai danpada kisah si
Sabai. yang lemah-Iembut, tetapi tegas - "semut tennjak tak mati, alu berta­
rung patah tiga" - untuk menekankan pentingnya harga diri? Dan bukanlah
hal yang aneh jika kaba ini sangat populer di kalangan terpelajar di saat
perdebatan dengan ''kaum kuno" sedang menjadi-jadi.
Peneguhan moral tradisional dalam menghadapi dan menjalani perubahan
"demi kemajuan", adalah salah satu corak dan kecenderungan intelektual
yang telah saya singgung di atas. Dalam hal ini pulalah penciptaan Kaba,RaHl:ak
di Labuen bisa dilihat. 11 Kaba bersajak karangan Datuk Paduko A1am (ahli adat
yang sangat terkemuka dan Payakumbuh) ini, bukan saja contoh dari puisi
indah yang dihasilkan oleh kebudayaan yang rhetoris, seperti Minangkabau,
tetapi juga adalah expose dari ajaran moral Minangkabau menghadapi zaman
peralihan. Dan dalam hal ini Datuk Paduko A1am tidaklah sendirian. Mung­
kin terasa berlebih-Iebihan, tetapi kalau diperhatikan, 'sastra protes', yang
entah karena apa sering disebut antiadat itu, senng sekali memakai moral lama
sebagai alat perlawanan kesewenang-wenangan wibawa dan kekuasaan adat
atau 'orang tua. Jadi 'sastra protes' itu lebih merupakan suatu tuntutan terha­
dap sistem penlaku daripada gugatan terhadap struktur dan dasar moralnya.
Penerbitan buku-buku dan tulisan tentan'g adat dan tambo dan kadang­
kadang diikuti dengan penekanan akan keberlakuannya dalam zaman seka­
rang adalah corak kedua. Dengan dasar inilah antara lain Datuk Sutan
Maharadja 12 menerbitkan surat kabar Oe/oesan Melajoe (1913-1922). Soenting
/'

9 Ph.$. Van Ronkel. Rn"lkm Bmrffcndr ,Ic Gdrts.liclfsdge VCl'idfi,ilfSc/CIf trr $"'Hatrn's WmkuSI. Batavia; Landsdruk­
kerij, 191~,
10 B. Schriek•. Pcrgoltlk"" Ag""'" eli S"lIfatm Bnmf, Jakarta: Bhratara, terjemahan dari "Bijdrage tot de
Bibliographie van thuidige Godsdienstige bewe"nng w Sumatra's Westkust". TIJdschrifr vaH he! Barnviaasa.
GCIf""fSdMI" 59 (920): 24"-325.
A. Johns telah menerjemahkan dengan indnh kobo ini ke da/am bahasa Ingj.'l'is. A. Johns, The Kaba Ranlink
Dilnb"ait: A Spailft!'" 4 T"ldiliolfal Literafure 01 Cnllml S".. affd. Ithaca: Cornell Southeast Asia Program,
1958,

12 Lihat Taufik Abdullah "Modernization"

xv
Melajoe (1915). surat kabar wanita yang "resminya" dipimPin oleh putrinya.
Ratna Djoewita. dan Rohana Kudus ("Kartini dari Sumatra). t ~ Dalam kedua
surat kabar tersebut Dattlk ini dan kawan-kawnl1nya tak hcnti-hentinya
menggauli adat Minangkabau. sebagai pola ideal untuk bertindak dan mem­
perlihatkan "keagungannya" dalam menghadapi zaman baru. Dalam surat
kabar Oetoesan Mclajoc diskusi adat diadakan antara pam ahli adar. Dalam surat
kabar ini pula Datuk Sutan Maharadjo. mcnyerang para terpelajar Barat yang
telah melepaskan "pusab ncnek moyang kita", Datuk Perpatih Nan Sabatang
dan Datuk Katemanggungan (perumus legendaris dari adat Minangkabau).
Datuk Sutan Maharadjo. pendiri pertama dari partai-adat, adalah pula
pelopor dalam usaha memperkenalbn norma adat dan tambo alam Minangka­
baukepada masyarakat. yang makin mengenal tulis-baca. Hal ini pulalah yang
dilakuan oleh Datuk Sanggoeno Dimdjo. Otoritasnya daJam hukum adat
cukup diakui sehingga bukunya dipakai oleh Schrieke sebagai pegangan dalam
menguraikan masyarakat Minnngkabau yang scdang dilanda krisis akibat
peraJihan sosiaI-ekonomis.1 1
Dengan gaya yang berbeda dan temperamen yang tak pula sarna serta corak
aktivitas juga berlainan. saya kira Datuk Sutan Maharadjo dari Sulit Air. Datuk
Paduko Alam dari Payakumbuh, dan Datuk Sanggoeno Diradjo dari Su­
ngayang (Batusangbr), adalah tiga dari tokoh literati Minangkabau yang paling
kreatif pada perempat pertama dari abad ini. Setidaknya merekalah yang
mempelopori dalam usaha perumllsan moral. ajaran. dan hukum ndat Mimmg­
kabau dengan memakai media modern dan dengan sadar pula mengarahkan
pembicaraan mereka yang sedang mengalami proses urbanisme. Dengan begitu
mereka. terutama Datuk Sutan Maharadjo. yang tak pernah sempat me­
nyelesaibn satu plln bukll yang lengkap. dan Datuk Sanggoeno Diradjo. yang
menulis beberapa buku, r 5 meletakkan dasar bagi penuJisan adat Minangkabau
yang "modern". Tetapi kccenderung::m yang sangat keras Datuk Sutan Maha­
radja untuk mel1<lIldakan idcntifikasi adat dcngan ajamn tharebt (antara lain
Martabat T ujuh) sert.' kccurigaannya t'crhadap segala pikiran dan pcrubahan
yang dianggapnya telah menod"i "adat yang sesungguhnya", mcnycbabkan ia
terlibat dalam perdebatan yang tak hcnti dcngan golongan Kaum Muda.
para reformis Islam dan pcmuda rcrpclajar Barat. Usaha Datuk Sanggoeno

II w;l"if;l di 5umatera R'H,lt. lihat T"I11," Diala, R"I,",,"


f'enorbi! Mutiam. Iq~o.l" ndnlnh kakak terrun d,Hi SUlall

14 Schrickl~, "Th" Causes ~lI1d Effl~('ts of C."ll,(lInUfli~1l1 011 the West COilSl Suman.)' , dal..un /m1cl/lrshHf

I, Sllldit~, The Hagu<lBnndlll1g: W. van H,'eve. IQ". rart One.


Datuk Snn~~e)eI10 Diradje) antam lain:
Ort/If\! AI,HII MiI11Hft!h'al){tll. Fort de Kock. I Q ,
AId", iI-li"""ikl1l";II, 2 Wid. FNt de Kock.lQH.
Millllllgk"I'flll lDiabrrn; Balni Pll~tab, 1'''.1).

XV1
untuk memD~rkennlknn btegorisasi bnru ten tang adat dan "menghi­
sehingga diharnp agar lebih merupakan suatu
"seiarah", serta mertn mendapat tanggapan yang keras dari Abdul Karim
Amnroe!lah AI dnnawi (Dr. Syekh A. Karim A.marullah, ayah almarhum Buya
1Iiama ini mcnentang katcgori-kategori adat yang dikemukakan oleh
Sanggoeno Dirndjo, yang menurut pikirannya seakan-akan melupakan
proses lslamisasi yang berkelanjutan dalam dunia pemikiran adat. Ia juga
mengejek usaha "rekonstrllksi" sejarnh dari rambo, yang dirasakannya bukan
salah dari sudut "kenyataan historis", tetapi juga tak benar dari sudut
"
Masa awal dad usaha peneguhan adat di saat perubahan sosial, yang
dirasakan telah memperlihatkan akibatnya, memang dipenuhi oleh perdebat­
an. Masalahnya bukan saja sekadar untuk\ mempertahankan "adat ,lama,
pusaka usang", tetapi juga menelnukan moral 'tradisi yang !ebih sesuai. Ketika
berbagai ketentuan hukum adat sudah tak fag! berlaku - "dahulu adat HaM
bapakai, kiHi rodi HaH paguHo" - dan di saat pranata kekuasaan adat telah makin
tak berani, maka keinginan untuk merangkul adat, sebagai simbol dari ke­
Minangkaball-an, makin mendesak. Dalam usaha ini pluralisasi sosia! yang
telah bennula sebagai akibat langsung dari dominasi politik dan ekonomi
Belanda, juga menimbulkan dirinya. Inilah salah satu faktor terjadinya perde~
batan terscbut. Jadi yang dihadapi para pendukung adat bukanlah sekadar
situas! kultural yang makin berubah, tetapi juga telah adanya kelompok­
kelompok sosial tertel1tu - yang memang masih sangat keeil - yang me­
nyangsikan keabsyahan mereka sebagai perumusaqat yang sesungguhnya. Apa
h<lrLls mereka lakukan tidak sekadar perekaman kembali dasar-dasar ideal
perumusannya y<lng lebih sistematis, tetapi juga proses ideologisasi
begini sistematisasi dari nilai-nilai dan norma-norma adat
makin disemplIl'nakan dan penman adat Minangkabau sebagai kerangka kon­
scptLl::l1 makin diperkuat. Bukanlah apa yang sesungguhnya terjadi yang harus
dikemukakan, tetapi apa yang "sernestinya harus begitu" yang mesti dite-,
g::lskan.
HAdat sdingkung aur," kata pepatah. Maksudnya, dalam realitas
sehnri-hari setiap nagari mcmpunyai adat dan kebiasaannya yang

I" Abdul Karim Amrull.lh Aldd,lIlawi, Klllil, Pmi",b,,"~,," Ada! l.('",ba~" Orallg Alalll MiHa'tghab"", 2 jilid, Fort
de Kock: Sncloersdrukkerii "t\~nl11n ". 1921. l3uku ini ad.lah kritik t~rhadop tulison Datuk Songgoeno
. Or"If~ AI",,, Mi"""ghab..", Atas kritik ini Datuk Sanggoeno Diradjo
PerIj"",,.,,,,, Ad"l i.cmbtlga AI.l'" Mi...Hgktlbmc. 1923.
ke pCIlgadilnn AbdulkarimaliasH, ROlul dengon tuduhan
np" yang dibtabn o[oh Daluk Sanggocno Diradjo, H, Rasul
1Il0nyaiin secam·utuh pamgmf·p~ragraf yang ingin dideba,nyo tanpo itin pengo rang dan penerbit.
TClrtall~ kaslls,ini lihat HAMKA, Djakarta: Diaiamurni. 1%2. .

XVII
berbeda-beda. Tetapi realitas bisa menjaga dir; sendin. Yang penting ialah
bagaimanaaaat sebagai kerangka konseptual. bukan sebagai aktualiti!s harus
dirumuskan. Demikianlah umpamanya. pada tahun 1875 hak pengh u; u d.n
balaiadat untuk mengadili masalnh pidana dihapuskan oleh pemerintah
kolonial. 17 Tetapi kenyataan itu tidaklah mengurangi keharusan ul1tuk me­
ngetahui dan mendala.mi prinsip-prinsip hukum pidana dalam adat Minangka­
bau. Bukanlah keberlakuannya yang 'teramat penting. tetapi eara adat
memelihara dan menyelesaikan berbagai belltuk perbuatan yang mengganggu
ketenteraman sosial. Jika seandainya perbuatan itu lebih menyangkllt mall!
keluarga ataupun nagari. bukankah ketentuan adat yang lebih bersifat redem­
tif itu akan lebih bisa berfungsi? Karena itulah kerentuan-kerentuan ini selalu
diulang, selalu diucapkan, selalu dikenang.
Jika penerbitan buku-buku adar biasa dipakai ukuran. saya kim seiak
1930-an kecenderungan ideologisasi adat telah mulai berkurang. Kegiat:lI1
partai-partai adat tidak lagi sepertitahun-tahun sebelumnya. sedangkan di
kalangan penghulu telah makin banyak juga yang melibatkan diri dabm
berbagai kegiatan. Perubahan sosial-ekonomi yang terjadi makin tak memung­
kinkan para penghulu untuk hanya menggantungkan diri pada "anak bLlah".
Sedangkan sementara iru kesadaran bahwa Minangkabau adalah suatu keu­
tuhan yang tunggal telah pula dikoyak-koyak. Bukan saja Islam. yang meniadi
dasar-yang paling fundamental dari Perminangkabauan tak bisa terlepas dari
sifat citanya yang universal. tetapi juga pergerakan nasionalisme yang melanda
Minangkabau sejak pertengahan tahun 1920-an. telah pula men.lnding1 ke­
satuan administratif dari pemerintahan kolonial. Bahkan sampai dengan per­
tengahan tahun 1930-an Sumatera Barat merupakan salah satu pusat pergera­
kan politik kebangsaan yang radikal. Di saat inl nagari-nagari. yang sceara
formal tetap berada di bawah pemerintahan para penghulu dengan balai adat
mereka, dimasuki oJeh partai dan organisasi sukarela. Apa yang terjadi.
berbagai laporan penjabat pemerintah bisa dipalqli. ialah bermulanya "negara
.dalam negara". Maksudnya wibawa dan kekuasaan para penghulu adat telah
disaingi oleh tokoh-tokoh partai dan organisasi. I ~
Dalam suasana seperti inL tidaklah terlalu mengherankan bahwa salah satu
corak yang paling menonjol dan penulisan tentang adat Minangkabau ialah
makin naiknya kecenderungan informatif dan berkurangnya sifat ideoJogis.
Sifat argumentatif makin berkurang dan kedudukan Islam atau Kitabullah
sebagai dasar segala-gaJanya makin diperkuat. Yang menarikjuga ialah bertam­

17 Tentang hal ini lihat Ph.s. Van Ronkei. "De invoering van ons Smfwetboek fer SWK naar
aanteekeningen in een Malcische Hal1dschrift", TBB. 46 (I 9 14): 249-255.
18 Uhat Taufik Abdullah. Schools and Politics: The Kaum Muda Movemel!! ill West Sumatra, It/wm.
Ncw York: Cornell Modern Indonesia Project, 1971.
XVII1
bah banyak para penulis buku~buku adat. terutama yang memakai tambo
sebagai ancang-ancang penulisannya, untuk mempergunakan informasi
(yang memang tak terlalu mendalam) dari hasil penemuan sarjana-sarjana
asing. "Maharadja Alif", yang konon raja Minangkabau di abad 17, mulai
dikenal, sebagai pengaruh laporan von Bazel dari abad ke 18, yang dimuat
dalam Ellcyclopedia vall Ncderlal1dscl1-1I1dic. 19 Demikian fuga halnya/dengan,
nama Adityawarman, pangeran dan Majapahit yang menjadi raja di Minangka~
bau di abad ke 14.20 Di sampirig itu peristiwa-peristiwa histciris yang terjadi
sejak Perang Padri mulai pula dipertimbangkan, Dari sudut hukum adat.
dari buku-buku tersebut secara populer mengutip pula pendapat atau
hukum adat, van Vollenhoven. dan

kelompok yang ingin lebih mengilmiahkan penulisan tentang adat


Minangkabau inl bisa disebut ~ll1tara lain Datuk Batuah Sango. Arnan Datuk
Madjo Indo, Datuk Maruhum Batuah dan Bagindo Tanameh. M. Rasjid
Manggis Datuk Radjo Panghoeloe. Darwis Thaib. dan ldrus Hakimi Datuk
Radjo Penghoeloe. 11 Bertolak dari keinginan untuk lebih memperkenalkan
Minangkabau dengan berbagai aspek adat dan kebudayaannya. buku-buku
yang ditulis para ahli ini juga beranjak dari pemikiran yang "Minangkabau­
sentris". Dengan arti bahwa penulisan beranjak dari asumsi dasar akan keab­
syahan tradisi dan alam pikiran Minangkabau. Jadi para penulis itu, seperti
para pendahulunya. adalah juga para literati, Justru dalam.hal inilah sifat kreatif
mereka kelihatan. Bagaimanakah harus diselesaikan penemuan ilmiah Barat
dengan tmdisi sejarah. tambo? Bukan methodologi dalam penyesuaian yang
keutuhan gambaran tradisi yang hams tetap terjaga. Dengan
sangat berharga sebagai gambaran dad pemikiran

19 T ~t~l>i b~rdnsnrkan rekonmuksi tcoretis


Alif" QtOtl "Rajo Alid' ini ogak disongsibn
$odo'I",I;li(nl Stn,(fllrr iu lud""",i,!. Djakarta: Bhrarara, 1960
20 Pitono Hardiowardjojo. A,/;ly,m'lIr1udu. Jakarta: Bhratora. 1968.

2L Dorllk l\aruah Sango, Tnlll/',' M;IfIIHgkablltl. Payakumbuh: Pcrtjctakan limbago.

M. D;uuk Mnruhum Bnruah dan Datllk Bagindo Tanam.h. H"k'lIH1 Ad"l dal! Adm Mi"""gkabaH. Djakarta:
NV P"~Sllkn As~1i (n.d.).
M. Rasjid Mang!-~s Datuk Radj,' Panghoclo~. MiH'lIIgkllbnll: Sfillra/, Rillgkns dall Adam;a. Padang; Sri
Dhanna. 1971.

Ahmad Datuk Baruah dan A. Datuk Madjoindo. T,,",/.,1 Mill.IIgkabaH. Djakarta: Balai Pusraka, 1956.

Bahar Daruk Nagari Bosa, Ta,"b~ Si~ilall Ai/,ll M;,,"I!skabau. Payokumbuh: c.y. Elonora. 1966.

Darwis Thnib D"ruk Sidi Bandaro. Sduk BrllIH' Ai/,ll /vliH""tkabau. Bukirtinggi: N.Y. Nusantara. 1967.
Idrus HGkimi Datuk Radj,' Ponghulu adalah p~l1ulis adat yang paling produktif saar ini. Mungkin
kcdlldllknnnya sebagai "pemdihara odat" dan Lembaga Kerapat Adar Alam M;nangkabau (LKAAM)
mOI1~hnrusblll1ya haTUs scl:!!u tamp;! sebagoi pembda norma dan nilai-nilai adar. Buku-bukunya omara
Inin:
P"k"k.!."kok PCHgcla/",,,,, Ad'it Mi"""skabalf.
- R""~k"ia,, Ni,;<lia,a MOIiha A,/", di MiHallgknball.

XIX.

tanp,l
d'lll Ilorma (bri ",llnm
KhuSllS lllengenal hill yang belabngan ini banlllgknii buku y,lng ditulis
olch Prof. N:lSI'UIl bis;) di,1Ilgg,lp 5<11<111 sarli puncak dnri dai;)1n tl'adisi pellulisan
MilH1l1gkabau lllodcr!l.2.: D,lialll bl.lkunya Prof. N;IHLI!) dCl1gan sj,('cnl,ltis d,1n
menarik mencoba menghidupk31l kClllbnli "kebl's~nln" nilai filo~ofis v:tng ill
herell dalam ajarall .ldat Min.lllt:bb,lll.!;, ll1<'mal1f~ i·id.~k l1ll'l1lpuJ1Y;li orisi!lali­
tas seperti Dntllk Padllko AL1111. si p'~l1uli~ Rill/ctlh Cllldl'IIIJ!!. ,H,lll Dawk Suran
Mnharadjo. tctapi dengan mcnemp;ll'kall dil'inY'l "peranl·'11'a"·- antnm
kebij3ksanaall ad<lt Y;:1l1g telah dirulTlllsbn dt'llgml para pembaca - Prof.
Nasrun. seomng ahli huklllll tar.111l')-;M,1. bcrhasii dcn)~all baik mCmbll<lt inter­
pretasi tent"ng a.jaran ;1dnt. D'1Il 1I11tuk ini hl pUll
stlldi perbandingan.

mereb yang
terdapat pula yang
tulisan yang pcrnah 1l1enghcbohbn. iabh buku kedl
Adar Mimmgkabau Mflighadapj RCI"liJ.fSi. Ditulis di tahun 19-1:6.2' sudah bisa
diduga bahwa buku ini lebih meragsnng sem~llgat rcvolusioner. daripada
mempertnnyakan nilai dasar keminangbbaunll. Bub ini lebih mcngecam
struktur kekuasaMl ndat, yang pcrnah dibina oleh pcmcrim;lh koioni(11. dan
kebiasan-kebiasaan yang dinnggap tak Llgi sC5Llai d':ngan "znrnnn perju<lngan".
Mungin terasa agak berlebih-lebihnn, tetapi buku ini lebih i1lcmbayangbn
hllbungan "eima" dan "bend" yang kadang-kadnng sangat aneh. antar., "per­
antau" dengan negeri ke1ahiran. Kritik tcrhadap struktur d,l11 nilai ndnt lebib
banyak mtlnclll dalam obrolan di wnrung atoll
berfungsi sebagai "balai rendah ".
dibelai-belai oleh

mendasar atas sistcm


kritik-kririk terhadnp adnt Minangknbau rid;:k

22 Prof. M. Nosrun. 011,,,, (',1/5,'/'1/' A,/,Il tl1",,,,,,:k,,I"H1 lIiobn,,: !lul;llI [\inn1ng. 1")7,
23 Diterbitkan di Podoni Ponjnng. Set',:rap" i.lu" HM1l(,\ "ke>l1;istcn" dongnn st'rnn~nnn\'".Ii"nt .\llIim I,'in
tulisannva dalam Mocht", Nail11 (ed.l. Al""g):,,/i l1uk"", {'''"i1Ir dal! flul""" \1',1'1;, P"d,1I1~: Ce!Her for
Minangkab"u Studies. I q~$.
Umur yang menua dan bcrakhirnyn ",itllasi reve,lu,i""er" tampaknva Siln~Ot bapen~nmh b,\~i pc·rubn".
an sikap ini.

.xx
kan saja sifatnya fragmentaris. tetapi juga lebih merupakan titik terhadap
sistem perilaku, yang diberi daselr adat. dan "keterbelakangan" dari para
penghuill. Jika dibanding dengan periode ketika para ideoloque adat masih
bersuara lantang, mab tulisan-tulisan yang menyangsikan keberlakuan norma
dan nilai udat tdah jallh lebih berkutang. Barangkali kenyataan bahwa struk­
rur kekuasaan telah makin tak berdaya, antara lain karena tiada lagi kekuasaan
yang akan menahan erosi wibawa dan kekuasaan penghulu akibat
sosial-ekonomis. Di samping itu, kesadar:lI1 akan makin tumbuh­
nasional" dalam pengertian kultural, adalah pula salah satu
yang menentukan. Komunitas nasiol1al yang berada dalam proses
menumbuhkan identitas nasional l11enyebabkan unsur-unsur pendllkllngnya
sada r untuk mCl1jaga dasar esensial mereka. T entu perlu pula dicatat
ini juga didorong oIeh pemerintah dalam berbagai kegiatan kebu­
dayaan.
Mungkin dalam situasi ini
untuk mempdlljari ad at dan kebudayaan Minangkabau diadakan. Kegiatan­
ini mencapai puncakny<.'l di tahun 1970. Ketika itu seminar besar
tentang kcbudayaan Min<.'lngbbau diadakan di Batusangkar, dekat Paga­
ruyung. yang konon mcrllp.lkan pusat "kerajaan Minangkabau dahulu kala".
Dari lIrai:ll1 di atas barangbli saw hal yang menyo!ok bisa kelihatan,
penulisan tcnrang adar dan kcbudayaan Min:.1ngkabau, baik yang ditulis oleh
par<.'l ahli adat atallpun yant~ ingin mengecam kebcrlaklliln adat,bertolak dad
sikap bahwa ara yang ditlllis itu barllslah fungsional. la tak berhenti pada
keinginan untuk membt:ritakan dan mClllbcri penjeiasan, rerapi lebih penting
Jagi untuk dipakai seb,lgai pedoman dan sistem perilaku. Karcna itulah kecen­
derungan "Minangbbau-sentris" kelihatan jdns sekali. Karena itu bisa pula
terjadiny.l peralih:ln daJam sibp tcrhadap b,lgaimana ketentuan
dan norma serta nilai .1ct:lt im hants dikemukakan. Hal-hal inilah yang me­
nyeb<.'lbbn mengapa rulisan-tulis<.'Il1, Y:lng discbut sepilltas .lalu di atas, terap
penting. baik sebagni bahllll studt. maupun sebagai penambah pengetahuan
dan pdajaran. Daripadany.l kclihatan tidak sebdar "adat lama, pusaka 1I­
tctapi dinamik kesejarahan Min<lngkaball sendiri.
tentang kebudayaan dan m3syarakat sebagai sesLlatu yang harus
berfungsi dalam kehidl.1p'l!l sosial dan pribndi adalah salah satu ciri utarna dari
penulisan yang dilakukan oieh Iwticip<lHf atllu peserta kebudayaan. Studi atau
jtu tidaklah habis pada dirinya. tempj berusaha mencari kelanjutan
relelltll1(Y dari tradisi dalam proses peralihan sosia!. Hal inilah terutama yang
membedabnnya dcngan studi y::mg dilakukun olch para peninjau,
atau mereka yang sadar menjadikan dirinya sebagai peninjau. Semacam jarak
antara actor atau pelaku kebudayaan dcngnn peninjau seeara methodologis
dengan tegas dip.dakan. Yang ditinjau ,'\;.'In yang mcninjau seakan-akan berada
XXI.
dalam situasi yang saling berhadapan. Dengan begitulah
tas" vanS! tertinggi bisa diharapkan. Sifat fungsionalnya
studt tetapi sesuatu berada di
maka pertanyaan tentang "apa yang bisa
de~gan keras. T erlepas dari hasrat untuk mempribumikan ilmu-ilmu kemanu­
siaaildan kemasyarakatan, tradisi ilmu yang membuat jarak yang ekstrim
antara sasaran penelitian dengan meneliti itu memang berasal dari Barat.
Dalam hal ini, dapatlah dikatakan bahwa studi tentang Minangkabau
makin bersifat"internasional. Kecenderungan ini terutama sekali kelihatan
setelah tahun 1970.·
Berbagai hal tentang ini telah pernah saya laporkan. 24 Namun sepintas lalu
dapat saya sampaikan bahwa jika di zaman kolonial studi Minangkabau praktis
dimonopoli oleh sarjana-sarjana Belanda - antara lain menghasilkan setidak­
nya dua disertasi dan satu studi klasik dari Schrieke,25 di samping puluhan
artikel dan buku teba!' - kini berbagai sarjana dari berbagai bangsa telah ikut
serta. Maka tidaklah terlalu berlebih-lebihan sesungguhnya jika di bulan
September 1980 diadakan seminar internasional tentang masyarakat, kebu­
dayaan, dan sastra Minangkabau di Bukittinggi. Panitia seminar tak mengada­
ada. Dan seminar itu menjadi "betul-betul internasional", ketika di bulan
April 1981 hal yang sam a juga diadakan di Amsterdam.
Tradisi penulisan i1miah modern ini. yang umumnya lebih memusatkan
perhatian pada hal-hal yang khusus dan lebih memperhatikan keadaan yang
secara empiris bisa diperhatikan, telah menghasilkan berbagai disertasi dan
buku. Meskipun sebagian terbesar studi-studi itu lebih bersifat teknis. setidak­
nya dua buku sejarah yang cukup populer telah dihasilkan. Yang pertama ialah
buku yang dikerjakan oleh M.D. Mansur dan kawan-kawan,26 yang mencoba
menyelusuri sejarah Minangkabau dari masa prasejarah sampai periode muta­
khir. Yang kedua dan juga jauh lebih berhasil. ialah karya Rusli AmranY yang
hampir secara exhaustive mempergunakan sumber-sumber tercetak Belanda.
Meskipun dikerjakan oleh seorang yang resminya tidak mendapat Iatihan
dalam i1mu sejarah, buku ini adalah buku sejarah-berkisah, narrative. terlengkap
dari zaman Hindu sampai 1 S 3 3 yang pernah diterbitkan. Kelemahan dari
buku ini ialah keengganan penulisnya mempertimbangkan sumber asli dan
sempatnya ia menggarap arsip-arsip.
Demikianlah secara sepintas lalu "peta bumi" penulisan adat dan kebudaya­

24 Taufik Abdullah. "Studi tentang Minangkabau" (Makalah pada Seminar lntcrnasional Tcntang Minang­
kabau. Bukittinggi. 6-8 September I'lSO). dimuat dalam Majalall Nagan. 2 (Mei 1980): 3,,·43.
25 B. Schrick "Causes and Effect" dan Pcrgolaka. Ago",•.
26 M.D. Mansur dan kawan-kawan. S"djarah M;IIallgkaball. Djakarta: Bhratara. 1970.
27 RusH Amran. Sumarra Barnr Hinna Plakar P."iallg. Jakarta: Pcncroir Sinar Harapan. 1"8
XXII
an Minangkabau. Dari segi inilah kelihatan suatu keistimewaan dari buku yang
dihasilkan oleh Navis. Dari sudut tradisi penulisan ia tennasuk golongan yang
sadar bahwa ia adalah participal1t dari masalah yang ingin dibicarakannya.
T etapi catatan-catat-an yang diberikannya, lebih mengarah kepada keinginan
untuk ikut serta sebagai observer. Lebih penting lagi sebenarnya ialah tanpa
menempatkan dirinya sebagai kritikus terhadap sasaran penelitiannya, dengan
jelas pula kelihatan bahwa ia bukanlah literati yang ingin mengelus-elus hal-hal
yang ditu!isnya. Apakah ini suatu pertanda pula?
Memang benar, kata pepatah sakali aie gadang, sakali tapian baraljah, tetapi
bagaimanapun juga adat il1dak lapwak dek hwjan, indak lakang dek panek.

Jakarta, Juli 1982


Taufik Abdullah

XXIH

-.
PENGANTAR

aktu saya bekerja di Jawatan Kebudayaan Provinsi Sumatera

W!j Tengah pada tahun 1952 - 1955 banyak tamu yang datahg
meneari informasi AdM daf1 Kebudayaaf1 Mif1aHgkabau. Jawatan
tidak dapat membantu sebagaimana mestinya, sehingga mereka
dibawa kcpada orang yang menurut pendapat umum adalah
ahlinya, Namun, banyak pertanyaan tidak terjawab, tidak dapat dipahami.dan
tidak teruji kebenarannya. Sedangkan buku yang ada, bukan saja isinya tidak
memadai. melainkan juga sulit dipahami terutama oleh orang yang bukan
orang Minangkabau.
Semenjak itu saya meneoba mempelajari adat dan kebudayaan Minangka­
bau dcngan mengumpulkan bahan dan infonnasi dari buku-buku dan dari
lapangan. Setelab saya berhenti bekerja di jawatan itu, kegiatan yang telah
telanjur itt! saya lanjutkan terus. meski tidak intensif. Kemudian saya meneo­
ba menulisnya dengan tujuan memberikan informasi yang lengkap, ringkas,
terapi mudah dipahami semua pembaca. T ernyata tidaklah mudah menulis~
kannya. sehingga tidak kurang dari delapan kali saya mengulanginya samp'ai
buku ini terwujud seperti sekarang.
T ujuan penulisan buku ini bukan untuk membuahkan karya ilmiah mclain­
kan sekadar usaha menyampaikan informasi. Namun, saya mendapat banyak
kesulitan dalam memilih bahan untuk ditulis. Kesulitan itu disebabkan antara
Y..XV
lain banyaknya perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosiil dan kebudaya­
an Minangkabau serta banyaknya pula tulisan dan keterangan yang tidak
luput dari tafsiran menurut kecenderungan orang per orang. Oleh karena itu,
cara penulisan pokok buku ini diusahakan agar betul-betul bersifat informatif,
sedangkan setiap perubahan yang telah terjadi atau penafsiran yang pernah
ditulis dicantumkan pada catatan kaki berikut referensinya. Hal ini dimaksud­
kan agar pembaca yang ingin memperluas dan memperdalam pengetahuannya
tentang Minangkabau dapat menelusuri sumber-sumber tulisan ini dengan
mudah.
Dalam memilih bahan untuk tulisan pokok digunakan pendekatan seperti
falsafah Minangkabau yang berpangkal pada alam terkembang jadi gum dan
digunakan pedoman pepatah serta petitih yang merupakan produk asH kebu­
dayaan Minangkabau itu. Untuk bebagai pengertian yang ditimbulkan oleh
berbagai istilah dan nama yang khas, ditelusuri bahasa Sanskerta yang menjadi
bahasa cendekiawan Minangkabau kuno. Bahan-bahan yang tjdak sesuai
dengan falsafah alam Minangkabau dan istilah serta nama yang tidak ditemui
dalam bahasa Sanskerta, tetapi telah menjadi bagian kehidupan dan kebu­
dayaan Minangkabau, dicoba diuraikan pada catatan kaki. Dengan demikian.
catatan kaki merupakan karangan tersendiri yang memuat berbagai tafsiran
dan analisa.
Beberapa bab yang tidak mencantumkan referensinya berarti bahwa bab itu
ditulis berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan. Sedangkan sistem
penulisannya tidak luput dari analisa atau tafsiran yang bertolak dan pende­
katan yang sarna dengan bab lainnya.
Dalam menuliskan kalimat dan istilah digunakan dua cara. Kalimat yang
khas Minangkabau, seperti peribahasa, dicantumkan sebagaimana aslinya.
dalilm tanda kurung dicantumkan alih bahasanya ke bahasa Indonesia secara
harfiah, dengan tujuan untuk memelihara lrama gaya sastranya,kemudian
barulah diberikan penafsirannya. Mungkin penafsiran ini tidak cukup me­
muaskan karena terlalu pendek,. sedangkan penafsiran yang memuaskan
mungkin akan menjadikan uraian yang panjang. Dan hal itu tidakJah menjadi
tujuan buku ini. Sedangkan nama dan istilah yang dijadikan nama ditulis
dalam bentuk yang telah umum dipakai penulis lainnya.
Dengan mencantumkan gambar-gambar yang diperlukan. diharapkan buku
ini dapat memberikan informasi yang memuaskan dan juga dapat menjadi
pengantar untuk mengenal serta memahami adat dan kebudayaan Minang­
kabau.
Akhimya kepada semua ternan yang telah membantu dan mendorong saya
menulis dan menyelesaikan naskah buku ini. saya menyampaikan terima
kasih.
Padang, 5 lanuari 1982
XXVI
SEJARAH

~
inangkabaU sering lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan
daripada sebagai bentuk negara atal! kerajaan yang pernah ada
dalam sejarah. Hal itu mungkin karena dalam catatan sejarah
yang dapat dijumpai hanyalah hal pergantian nama kerajaan
yang menguasai wilayah itu. Tidak ada suatu catatan yang dapat
petunjuk ten tang sistem pemerintahan yang demokratis dengan
masyarakatnya yang berstelsel matrilineal serta tidak ada catatan sejarah
kelahiran sistem matrilineal ini sebagaimana yang dikenal orang seperti seka­
rang. Kisah tambo yang dipusakai turun-temurun secara lisan oleh orang
Minangkabau hanya mengisahkan waktu dan peristiwa secara samar-samar,
campur-baur, bahkan ditambahi dengan bumbu yang kedongeng-dongengan.
Adalah wajar bila kisah tambo itu mengandung berbagai versi karena tambo
itu yang diceritakan oleh pencerita sesuai dengan keperluan atau kehenclak
pendengarnya.
Catatan sejarah mengatakan bahwa kekuasaall asing yang bercokol di
Minangkabau datang dari utara dan juga dari selatall melewati pantai timur
dan pantai barat. Di samping kekuasaan asing yang menguasai seluruh wilayah
lanl:'('kabau, terdapat pula kekuasaan asing yang hanya menguasai sebagian
Penguasa asing itu menempatkan pusat kekua­
saannya pada tempat yang berbeda-beda. Motivasi mereka inenaklukkan
Minangkabau un~uk menguasai kekayaan yang tersimpan di buminya, seperti
1
emas dan rempah-rempah yang demikian mahal harganya '-cli belahan bumi
bagian utara. Para penakluk itu juga membawa agama anutari mereka masing­
masing dan menyebarkannya secara paksa atau secara persuasif. Bagaimanfl­
pun juga penguasaan asing itu scdikit b:lt1yak telah mengubah wajah kcbu­
dayaan Minangkabau.
Peristiwa sejarah yang berabad-abad lamanya dialami suku bangsa itu
dengan getir tampaknya tidaklah mclenyapkan falsafah kebudayaan mereka.
Mungkin kegetiran itu yang menjadikan mcreka sebagai suku bangsa yang ulet
serta berwatak khas. Mungkin pula kegetiran itu yang menjadi motivasi
mereka untuk menghapus sejarah masa silam dengan menciptakan tambo yang
kedongeng-dongengan. di sam ping alasan kehendak falsafah mercka sendiri
yang tidak sesuai dengan falsafah kerajaan yang menguasainya. Mungkin
kegetiran hidup di bawah raja-raja asing yang saling bercbut tahta dengan cara
yang onar itu telah lebih memperkuat keyakinan suku bangsa itu akan rasa
persamaan dan kebcrsamaan sesamanya dengan memperkukuh sikap untuk
mempertahankan ajaran falsafah mereka yang kemudian mereka namakan
adat. Oleh karena itu. tidaklah mudah menentukan awal sejarah suktt bangsa
Minangkabau ini.

Zaman Prasejarah
Bangsa pertama yang datang ke Minangkabau ialah bangsa yang serumpun
dengan bangsa Austronesia yang datang secara bergelombang dari daratan
Asia T enggara. I Mereka adalah pendukung kebudayaan neolitikum. yaitu
manusia zaman batu baru. Peninggalannya berupa alat perkakas dari batu.
seperti mata tombak dan pisau yang ditemukan di beberapa gua di lambi H ulu
dan di sekitar Danau Kerinci. Awal perpindahan itu diperkirakan semenjak
tahun 2000 s.M.
Gelombang demi gelombang perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia
Tenggara itu berlanjut terus. Mereka datang sambi! membawa kebudayaan
asalnya yang ditandai dengan penemuan benda perunggu dan besi, seperti
kampak upacara dan mekara yang besar dengan lukisan yang ada hubungan­
nya dengan kebudayaan Dong-son. 1 Mereka diperkirakan tiba pada tahun 500

Ada teori lain. yaitu tcori Kon Tiki yan~ dikcmukakan Thor Hcycrdhal. Tcori ini mcngara­
kan bahwa gelombang pcrpindahan pcnduduk bukan dari daratan Asia kc pulau-pulau di
Asia Tenggara. melainkan scbaliknya. Pada rnul:inya mcreka datang dari Amcrika Selatan
melintasi Pasifik dengan menggunakan rakit dan bcrlayar mengikuri arus laut. Taufik
Abdullah yang mengutip tcori etnolinguistik I. Dyan. melalui pcnyclidikan bahasa dcngan
menggunakan metodc tertentu. bcrkesimpulan bahwa rcori Kcntiki bukan mustahil. What
Mochtar Nairn. MCTlmrnll. Pola Migrmi 5ukll Millallgknbnl<. Yogyakarta. Gajah Mada Universiry
Press. 1979. him. 57-58).
2 Dong-son adalah nama tcmpat di scbclah sclatan Hanoi. Nama tempat itu dipakai untuk
penamaan a"tas ciri kebudayaan zaman perunggu di Asia Tcnggara karena di rcmpat itulah
2
s.M. Bejana yang ditemukan di Kerinei itu mempunyai motif hiasan spiral,
sedangbn yang ditemukan di Bangkinang berup~ area-area ked! dan benda
binnya yang befum diketahui kegunaannya.
Sebagai bangsa yang mendiami kepu!auan. nenek moyang orang Minangka­
bau telah diketahui sebagai bangsa pengembara di lautan. Mereka mengguna­
kan perahu bereadik dan berkemudi ganda di kedua sisi bagian belakangnya
sebagai perahu yang khas bangsa-bangsa di kepulauan Asia Tenggara. Mereka
berlayar ke timur hingga Oceania di Pasifik dan ke barat sampai Afrika Barat. 3
Gelombang kedatangan orang dengan perahu dari Pulau Sumatera itu telah
banyak mempengaruhi kebudayaan dan bahasa penduduk Madagaskar. 4 Me­
nurllt dugaan, pertemuan pelaut Sumatera dengan pelaut Funisia di masa Nabi
Sulaiman (950 s.M.) telah menyebabkan Gunung Ophir yang terletak di
Minangkabau dianggap sebagai tambang emas Nabi Sulaiman seperti yang
diceritakan d.,lam lnjil.'

ditcmukan pcrmma kali bCl1da-b~llda scjarah duri zaman pcrullggu di Asia Tcnggara. scperti
eli AirmJ. Mtnlllgthai. dan Indon~si,1. Konon kebudayaan Dong-son iw dipen2:aruhi atau
ocr,l;,,1 dari kcbudaya'1I1 H"lIstatt. Austria. Di Hallstiltt .iU~il ditemukan
mabrn yatl!: bera>al dari Z,lman besi ± i200 s.M. Pad,l mabm itu dit~mui pula scjumbh
bcsar b~tllL1-bcnd,l sl'jarah dad pcrunggu dan bcsi. scperti rcdang. jcmbiah (scmacam keris).
pt.'niti dan pcrhl:ls:ltl. so:rta pcrnkltan l;Jinny;J. (Lihat juga ElIsiklol,cdi illdollcsiel. Bundung­
s·Gravenh,\gc. W, van Hocvc, di b'lwah jlldul "DOll~-Sl'Il" dall "Hallsratt").
GeNgc Pct~r Murdock ,blum bllkunra Alrinl irs I'cW'/( IIml Tlrt'irCulrut'r Hisrol}'. sebagaimnna
yang dikutip Zubcr Lisman. mcngatakall bahwa dipcrkimbn semenjak 1000 tahun s.M.
pdaut-pc!.llIt NU5;ltHara tclnh mCllghubungbn pesisir A.~i,l. scperti Tiongkok.lndia. PerSia.
dan Arabia d"ngan p,ll1tai-pantai Afrib. bahkan samp'li ke Afrika bagian bmat. Tcorinya itu
diketllubbn karena dijumpainya tanaman tropis Nus;lI1tara di Guinea. yang diduga dibawa
pdaur Nusantara kc sana. (lih,u jllga Zuber lisman. "FlIngsi dan P~ranan Bahasa dan Sastra
Min:lng d:li:1m Kcbudaya'lll Lobi mallplln Nasic)nal". mablah S~l11inar Sejarah dan Kebu­
dayaan Minangkaball. Batusangkar, ! 970).
lihat C. Nootcboom. SUWalrtl ,Ielil PdllytlnHl <Ii StlHHtdao j-lillilid. Jakarta Bhratara. J 912. hIm.
! 2-! 4, SCl)rnng sarjana Iainnya.bn Lallr~ns Andrks Brandes. dalam risalahnya yangterkcnal
Hiid""gf tor ,I" vtrgdijklllld,· KltlltkfCr .I.... Wt'lIt'rs,' dtddilfg I'IlII tI,· MaIdS - P"IYlfcsisf taalfnmilic.
scbagairnana yang dikutip Zuber LIsman. mcng'ltaKaIl b'lhw;! bahasa Malaga>i di Madagaskar
bnl1yak scknli p,'\,saIl1aannya dcngan bullas'l Nus,mtara. Sccara kultum! dapat dikatakan
bahw,\ Mad;l~askar nwrupakan lljUllg kcpuhluan Ind')llcsia bagian barnt. (Zubcr LIsman. ibid
him, 3). M, Yamin mcngatabn bahw,l suku bangsa termaju di Madagaskar ialah suku bangsa
Mcrina. yang dcmikian cckatan I11cngcrjakan pekcrjaan tangan, scpcrti memperindah
benda-bcnda perhiasan dari emas. pemk. kayu. dan besi. mCllcnUIl surra utau wol. terutama
mcnganyam pcrmaduni yang indah-indah mOtifnya, Suku bangsa ini mempunyai aaat­
istiadat yang sum a dcngan suku bangsa Minangkabau dan juga mcngallut stelse! matrilineaL
(Uhat. Muhammad Yamin. 6000 TaHlfH Sting Merall Pllrill. Jakarta. Balai P'ustaka, 1956).
Dalam Injil dikisahkan bahwa Nabi Sulaiman mCllyuruh pelaut Funisia pergi ke Ophir
mcncari emas. Setdah tiga tahun lamanya pelaut itll kembali membawa emas sebanyak 470
bahara. berikut perak. gading gajah. rnonyct. dan burtlng merak, Kisah Nabi Sulaiman itu
sangat mcnarik ferhatian banyak sejarawan sehingga timbul berbagai diskusi terutama

3
Zaman Awal Sejarah
Pengetahuan sejarah bangsa-bangsa yang mendiami Pulau Sumatera sampai
abad ke-4 s.M. sesullgguhnya masih samar. Sejarah Sumatera semakin jelas
baru ketika Anexecritus yang berada di India, karena dibawa oleh Iskandar
Zulkarnaen (356-323 s.M.) menemukan perahu-perahu dati Sumatera yang
secara teratur mengunjungi negeri itu. Selanjutnya seorang duta dati Sumatera
bernama Rachias telah datang ke istana kaisar Romawi, Claudius, pada abad
ke-l Masehi. 6 Berdasarkan peta yang dibuat Claudius Ptolomeus dari Yunani
telah ditemukan sebuah kota yang bernama Argyre atau Kota Perak sebagai
ibukota labadicu atau Jawadwipa. 7 Oleh karena itu, sangat boleh jadi Rachias
itu berasaI dari Kota Argyre. Dalam peta itu dicantumkan suatu tempat yang
dinamakannya dengan "golden khersonese" sebagai wilayah yang kaya emas,
yang terletak di sebelah selatan India. Kemasyhuran wilayah di selatan India
dengan emasnya telah menyebabkan pujangga Walmiki mencantumkan nama
wilayah itu sebagai SuwarHlldwipa, S Yllng artinya pu/au ema5, da/am cpos Rnmayana

mengenai nama Gunung Ophir y~tlg tcrdapat di Semcnalljung dan juga di Sumatera. Serat
dugaan bahwa Gunung Ophir yang dimaksud terlctak di Sumatera. yaitu di Sumatera Barat
sckarang. Namun. ada juga pcndapat bahwa lumbung cmas Nabi Sulaimall itu tcrletak di
Rhodesia utau di Arab Sclatan atau di Teluk Aqaba. Berbagai bukti sejarah adanya kebyaan
emas Pulau Sumatera pada masa sebelurn Maschi. yang tidak kalah dengan kekayaan sumber
em as di Kalifornia (Amcrika) dan Australia, memperkuat dugaan bahwa GUl1ll!1g Ophir
yang dimaksud ialah yang tcrlctak di Sumatcra. lihat juga M. Said. "Sejarah Minangkabau
dengan Meminjam dan Mcmpergunabn Karya Penulis Asing", makalah Seminar Sejarah
dan Kebudayaan Minangkabau tahun 1970 di Batusangkar.
Komoditi terkenal yang mcngharumkan nama wilayah itu bubn hanya emas. tetapi juga
kapur barus. (Pedagang Arab menyebut kapur bumi itu katHT, Belanda menyebut haUlfer, dan
bangsa kita menycbllt kamper). Di sam ping emas dan kapur barus. juga dikenal kemenyan.
(Orang Arab menycbutnya balfjtllvj atau kemcnyan Sumatra dan orang Eropu menyebut
bc~zo-c. Kedua jenis komoditi ini telah digunakan para Firaun Mesir untuk bahan pembal­
seman bagi pengawctan jcnazah. Olch karena tcrkenalnya komoditi inL bangsa-bangsa yang
membutuhkan utau memperdagangkannya menyebut Barus dan desa sekitamya yang sama­
sama menghasilkan komoditi itu sebagai Baros. Balus. Karpuradwipa, Warusaka, dan Barusai
(oleh Ptolomeos) untuk Nagari Barus; Pansur. Fansuri, Pamuri untuk Oesa Pansur sedikit di
utara Barus); Kalasapura untuk Oesa Kalasan yang terlctak dekat Barus. Oesa Kalasan inilah
juga yang diidentifikasi Prof, Kern sebagai Holotan. dan Po-Iu-shi yang disebut I Tsing.
sebagai Ba rus.
6 Lihat C. Nooteboom. op. dt, hIm. 14.
7 Oi mana lokasi Jawadwipa. yang se:ring pula ditulis dengan labadicu. yang tepat terdapat
berbagai pendapat. Ada yang menyebutnya di Semenanjung, yang lain mengatakan di lawn.
Bahkan juga ada yang mengatakan lokasinya di Sumatera. Umpamanya lL. Moen! dalam
bukunya Sriwijaya.]ava CII Katana (him. 328) mengatakan lokasinya di Banda Aceh sekarang.
Ibu kota Jawadwipa dikatakannya ialah Argyre.
Oi mana lobsi Suwamadwipa pun belum disepakati para sejarawan. Ada yang memperkira­
kan lokasinya di Semenanjung. karena pe:dagang India yang banyak menemui em as
4
yang terkenal itu. 9

Zaman Melayu
Pada peta yang dibuat Claudius Ptolomeus telah diterakannya nama Malaei
Colon 10 yang Ietaknya di ujung Tanah Semenanjung. Setidak-tidaknya dalam
masa Ptolomeus, yang hidup di abad ke-l Masehi itu. nama Melayu telah
terkenaL Namun, tidak dapat dijelaskan apakah Melayu itu merupakan suatu
kerajaan atau suatu bangsa, karena catatan sejarah Iebih memperkenalkan
nama Suwarnadwipa. Yang diperkenaIkan sebagai Suwamadwipa itu pada
abad ke-5 Masehi hanya ada satu kerajaan, yakni Kerajaan Kuntala at au
Kantoh. Rupa-rupanya kerajaan itu didirikan para pengaut Budha dari Gan­
dhara di India Selatan. Mungkin mereka telah berdatangan seabad sebelum­
nya sebab tertarik pada banyaknya emas di pulau itu. Setelah membentuk
kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera. mereka membuat hubungan dengan
Cina pada rahun 441. Pengiriman utusan itu berlangsung sampai tahun 520.
Pusat Kerajaan Kuntala diperkirakan di dekat perbatasan lambi dengan Riau
sekarang. 11

jualbelikan orang di sana menyangka Semenanjung merupakan sebuah pulau. Yangberpen­


dapat lokasinya di Sumatera karena di pulau itulah emas banyak ditemukan, sedangkan
Semenanjung tidak memiliki sumber emas. Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa
Semenanjung dan Sumatera yang dimaksudkan sebagai Suwamadwipa.
9 Kapan epos Ramayana ditulis Walmiki tidak ada kesepakatan para ahli, sehingga sulit pula
menduga kapan Semenanjung dan Sumatra itu dinamakan Suwamadwipa. Ensklopedi
Willgklers PrillS mengatakan bahwa Walmiki hidup antara abad ke-, s.M. dan ahad ke-, M.
10 Penyamaan Malad Colon dengan Melayu tampaknya juga tidak mendapat kesepakatan para
sejarawan. Paul Wheatley dalam bukunya The Golden KhorsoHese (him. 154) mengatakan
bahwa mengindentifikasi Malaei Colon adalah pekerjaan yang paling rumit.
11 Menurut catatan sejarah. Kuntala diperkirakan merupakan kerajaan pertama di Sumatera.
Namun para sejarawan saling berbeda pendapat pula untuk menetapkan lokasinya. Siamet
Muljana telah dengan panjang lebar mengemukakan berbagai pendapat sejarawan tentang
lokasi itu dalam bukunya. (Slamet Muljana, KunIa/a, Sriwijaya dall SwwllrnadwiplI, Jakarta,
ldayu, 1981, him. 12-19). Kuntala diidentifikasi sebagai Kandali yang menurut lafal Cina
disebut Kantali. Dalam berita Cina disebutkan bahwa Kantali mengirim utusan ke Cina
untuk pertama kali pada tahun 441 dan terakhir pada tahun 520. Berdasarkan berita Cina
itu para sejarawan mencoba mencari lokasinya, antara lain di Muangthai selatan karena,di
sana ditemukan sebuah tempat yang bemama Kantoli. Ada yang mengatakan di Aceh timur,
tempat yang sekarang bemama Singkil Kandari. Yang lain mengatak.an lokasinya di Muara
Tambesi karena pada berita Cina dikatakan bahwa kerajaan San-fo-tsi dahulunya bemama
Kantali. Sedangkan San-fo-tsi diidentifikasi sebagai Tambesi. Akan tetapi, sejarawan lain'
yang menduga bahwa San-fo-tsi sarna dengan Shih-Ii-fo-shin yang dalam berita Cina yang
diidentifikasi sebagai Sriwijaya, berpendapat bahwa Kandali berada di Palembang. Slamet
Muljana berpendapat bahwa lokasinya di Kualatungkal sekarang. Menurutnya, Kuntala
semula bemal dari Gandhara, sebuah tempat di India, asal para biarawan Budha yang lalu
memberikan nama negeri asalnya untuk pemukimannya yang baru. Sarna halnya dengan
biarawan Budha 'Y3J1g datang dan Mahat di India yang lalu memberikan nama negeri asalnya
5
Tidak diketahui dengan pasti apa sebab Kerajaan Kuntala rni dikenal hanya
selama satu abad saja. Yang dikenal kemudian, berdasarkan catatan Cina,
adalah nama Melayu 11 dengan pusat pemerintahannya di tepi Batanghari. 13
Akan tetapi, pada catatan Cina yang ditulis setengah abad kemudian kerajaan
Melayu itu dinamakan Sriwijaya. 14 Konon Sriwijaya bermula dari Kelantan di
Semenanjung bagian timur.lalu berpindah ke Sumatera dan mendirikan pusat

untuk pemukimannya dekat Candi Muaratakus. di tepi Batangbmpar. Nama Gandhara


berubah menjadi Kantala, lalu berubah lagi menjadi Kantali seperti halnya tcrjadi pentbah­
an nama Benggala menjadi Bcnggali, yang artinya orang Benggali berasal dari Negeri
Benggala. Penamaan Kantali dalam rulisan Cina karena orang Cina tidak mempunyai
konsonan d. Selanjurnya Slamer Muljana mengemukakan bahwa lamb at Inun Kandali arau
Kandala itu berubah pengucapannya menjadi Tungkal. Perubahan lafal Kuntala menjadi
Tungkal menurut Slamet lazim dalam bahasa Ostronesia. Dengan demikian, Kera)aan
Kuntala itu berpusat di Kualatungkal sekarang.
12 Nama Me/ayu berasal dan bahasa Sanskerta Malayapurfl, yang berubah menjadi Mnlnyur.lalu
menjadi Malayu atau MelaYI!. sebagaimana hnlnya nama SiHgaplira berubah menjadi SiJlgalll!r
dan SiHgapo atau Singapu menu rut lidah penduduk di Semenanjung. M,llaya atau malay
artinya gunung. Sumber lain berpendapat bahwa nama Me/nyu berasal dari bnhasa Tamil
yakni male-yuT yang artinya "orang gunung" (Iftale = gunung, yur orang). Lihat M. Said
dalam "Sejarah Minangkabau dengan Menyaring dan Mempergunakan Karyn Penulis Asing"
pada Seminar Sejarah dan Kcbudayaan Minangkabau tahun 1970 di Barusangkar.
13 Pada umumnya sejarawan bcrpendapat bahwa pusat Kerajaan Melayu terletak di dekat Kota
lambi sekarang, yang pada mas;! dulu merupakan wilayah dekat pantai What petal. Menurut
teon V. Obdeijn, seperti yang dikutip M. Said (op. cir. hIm. 8). bahwa pada abad pertengahan
tanah Semenanjung dengan Pulau Bangka dan Pulau Bditung mentpakan' satu kesatuan.
Pengikisan daratan di pantai barat dan erosi yang memperdangkalpantai timur telah banyak
mengubllh bentuk tanah SemcnanjLlng dan Pulau Sumatera. Akan tetapi. J.L. Moens
berpendapat bahwa pusat Kerajaan Melayu ialah di dekat Palembung sekarang. (lihat op. cir.
hIm. 373). Sedangkan Buchan memperkirakannya di hulu Sungai Asahan. (Lihat PrascmiHar
Penelitian Sejarah hIm. 19-40). Sungguh rumit menjelaskan kehadiran Kerajaan Melayu yang
pertama di Sumatera. Jika Kuntala mcrupakan kcrajaan yang pcrtama di Sumatcra, maka
tentulah bangsa Melayu merupakan penduduk yang tcrsebar di SemeMnjung dan Sumatera
dengan kerajaan-kerajaan kedl yang tidak berarti. Oleh karena Kuntala mcrupakan kerajaan
yang didinkan bangsa Gandhara dari India Selatan. meskipun penduduknya adalah bangsa
Mclayu, tentulah tidak dapat dikatakan bahwa kerajaan itu sebagai Kerajaan Melayu. Kalau
demikian halnya. hampir boleh dipastikan bahwa Kerajaan Melayu yang pertama terlerak di
Jambi. tcgasnya di Tambesi sckarang. berdasarkan identifikasi benta Gna San-fa-tsi sebagai
Kerajaan Melayu.
14 Nama Srilvijaya berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti k,jayaaH ynJlg agung. sri = !ICS1lr dan
wijaya meHllng. Bagaimana sejarah timbulnya Sriwijaya. para sejarawan pun masih berbeda
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Sriwijaya bermula dan Kclantan di Scmenanjung.
berdasarkan identifikasi dan Ho-Io-tan yang disebut dalam benta Cina. Dari Kelantan.
Snwijaya berpindah ke tepi Batangkampar. lalu Illcl1dirikan candi di Muaratakus sebagai
pusat penbadatan dan pusat pcmenntahanllya. Dan s~lnalah kemudian mcreka berpindah kc
tepi Sungai Musi di Sumatera Sclatan What J.L. Mocns op. cil. him. no). Sedangbn
Purbatjaraka berpendapat bahwa Sriwijaya bermula d«ri tepi Batangkampar dan setelah
pindah ke selatan barulah dinamakan Sriwijaya. (Lihat Purbatjaraka. RiwaytH iHdolwia I. hIm.

6
kerajaan di tepi Batangkampar dan mendirikan candi di Muaratakus. 15 Muar,a­
takus, yang menjadi pusat agama Budha di Sumatera itu, banyak didatangi
dari Mahat di India, yang kemudian mendirikan perkampungan yang
sampai sekarang terkenal dengan nama· Kampung Mahat. l6
Mungkin karena lokasi di Batangkampar tidak menguntungkan, maka seki­
tar tahun 682 pusat kerajaan berpindah lagi ke tepi Sungai Musi di bagian
selatan Sumatera. Umuk peristiwa sejarah itu mereka membuat prasasti yang
terkenal sebagai Prasasti Keduduhalt 8uht, de kat Palembang sekarang;'Isi prasas­
ti itu kira-kira sebagai berikur: Pada hari ketujuh bulan terang, bulan Jyestha,
Hyang berangkat dari Minanga Tamwan (Kamwar). Ja membawa teHtara dua
daH dua ratus koli di perahu; yang bajalan seribu tiga ratus dua betas bau.yaRu.ya;
dataHg di Mukha Upang del1gan sentlng hati; padll hari '1e/imll bulan terllHg, bulan
(Asllda) dengaH /ega gelflbim datang untuk membuat waHua ... 17

35) Slamet Muljana tidak mengemukakan pendapat ten tang asal mula Sriwijaya, tetapi ia
membantah identifikasi Ho-Io-tan sebagai Kelanran. \Menurur Siamer, Ho-Io-tan ialah
identifikasi dari Arureun di Jawa Barar. (lihar juga caratan 6). Buchari berpendapat bahwa .
KCl'ajnan Sriwijaya bcrmllia dari Batang KliGMan sebelum pindah ke'tepi Sungai Musi. (Lihat
juga cataran 16).
I, Memilih lokas; Muarntakus untuk mendirikan candi sebagai pusat ajnran Budha tampaknya
berdasurkan k~percayaan bahwa gajah mcmpunyai kedudukan penting dalam agama-agama
bemsal dari India. Gajah dilambangkan sebagai Sang Budha yang turun dari surga
ibunya. Dalaln kepercayaan Hindu, gajah merupakan tunggangan dewa lndra.
puna Siwa. yang mdambangkan dcwa kebijaksanaan, dilukiskan dengan manusia
berkepl1ln gajnh, Lokasi Muaratakus itu juga merupakan jalan lintas rombongan gajah dari
rcgunlll1~an Suliki k, datarun rendall, Scbugai kebiasaannya. gajah sub berendam-rendam
di air yang dangkal. blu belwngkerama scmalam suntuk pada bulan purnama di tempat
d:lrar'1n yang berk~til1ggian scpcrti Muaratakus tempat candi itu dibangun. Batll candi yang
tnbuut dari bat,1 itll sering digunakun ol~h g<ljah unruk menggosok-gosok tubuhnya.
16 Mahat yang terlernk tidak juuh dari Muaratakus merupakan suatu desa yang terpencil di

ut'lra K'lbupatcn Lima Puluh Kora. Nama Mahat berasal dari nama suatu tempat di India

telnpat :lsal para biarawun Budha candi Muaratnkus. Banyak sejarawan berpendapat bahwa

biarawnn d~lri India itu dat~ng untuk IIlcngcmbangkan agamanya atas kemauan atau

prakal's,l raja-mja mereb. Aknn tempi, pl.'ndapar yang lebih baru mengarakan bahwa mereka

didarnngk,1I1 r'lja-mja SUll1atera untuk mcmanfaatknn i1mu pengetahuan mereka dan juga

untuk mcngukuhkan kekLiasa~n dan mC'naikkan pamornya. (Lihat C. Nooteboom op. cit.

him. 20).

l7 Prasasti Kcdudukan Buk!t flll.'nimbulkan banyak tafsir di kalangun sejarawan semenjak


prasasri itu diungkapkan Ph.S. Rongkd. L1mpamanya, N.J. Krom ~erpendapatbahwa prasasti
itu dim'lksudkan untllk mcmpl.'ring<lri penguasaan arau penaklllkan Sriwijaya atas Kerajaan
,\1elnYll. J.L. Moens b~rpendapat bahwa prusasti itu sebagai peringatan kemenangan Sriwi­
java aras pusat Kerajaan Mdayu di Palembang, yang dalam prasasti itll disebut Minanga
Tamw,11l. R.A. Kl.'rn berpendnpat bahwa lokasi Minanga Tamwun itu di muara Sungai Musi.
bukan di Pall.'mbang. Sedangbn R<1ngkel send;ri berpcndapat lokasinya di Singkawak.
Pcrbdaan pendapat tentang maksud prasasti itu disebabkan kata MiHallga TallfwaH. Sebagai
penemu perta..ma. ROllgkd mcmbaca tulisan itu scbagai Millmlga Hallfwar. yang artinya sUHgai
7
Kerajaan Melayu, yang lebih dikenal sebag",j Sriwijaya itu:.,setelah berpusat
di tepi Sungai Musi itu pada suatu masa mencapai kejayaannya. s~hingga
menguasai seluruh Sumatera, Semenanjung. , dfm Kalimant2n. Da!a;n
catatan Cina yang bUi;arikh 743. pusat kekuasaan rupanya beralih ke
Timur, setelah rajanya yang bernama Wisnu menikah dengan putri raja
Mataram. Pemindahan kedudukan pusat kerajaan itu tampaknya telah meng­
alihkan nama Sriwijl;lya menjadi Sailendra. IS Kemudian terjadilah perebutan
tahta antara turunan Raja Wismi dan kerabat Kerajaan Mataram. Perebutan
ini yang menyebabkan Balaputra, salah seorang ahli waris tahta turunan Raja
Wisnu, kembali ke Sumatera dan menobatkan dirinya sebagai raja dengan
gelar Sri Maharaja seperti yang digunakan penghulunya di kala berkedudukan

tawar. Sedangkan Purbatjaraka membacanya Minallga Kaulwar, yang artiny~ Slmgai kcmbar.
Dari sana Purbatjaraka membangun teori bahwa prasasti itu mengisahkan keberangkatan
pasukan dari Minanga Kamwar, yakni dari lokasi pertemuan dua buah sungai kembar.
Lambat laut nama Kamwar berubah menjadi Kampar untuk su'ngai yang kini bernama
Kampar Kiri dan Kampar Kanan. Yang menarik dari tecri Purbatjaraka itu ialah dari kata
MiHaHg Kamwarlahirlah kata MillllHg Kabau Oihat Purbatjaraka op. cil.·hlm. 35l. Pendapat lain
ialah yang dikemukakan Buchari, setelah ia dapat membaca tulisan yang sangat kabur pada
prasasti itu, yaitu kata Muka Upallg. la menafsirkan bahwa pasukan itu berangkat dari
Mlnallga (yang menurutnya di Batangkuantanl menuju Muka Upang di sebelah hulu
Must Sedangkn kata tamwan diartikannya scbagai tambahflll. (lihat Buchari op. cit. hIm 27)
Arti kata tamwaH ini disetujui Slamet Muljana, retapi tenrang lokasi Minanga ia berpendapat
tetap di muara Sungai Musi lama. (lihat Slamet Muljana, op. cit. hIm. 73-75). Seorang sarjana
lainnya, Nia Kurnia Sholihat. setelah mengungkapkan pendapat berbagai ahli tentang kara
terakhir marmuat WaHIIa, yang menurut dia berarti JIIcmbuatrumah bukan mCHlbuar kOla atau
benleHg, menafsirkan prasasti Kedudukan Bukit: pada tanggalll Waisaka 604 (23 April (82)
raja Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang naik perahu dari suatu tempat untuk mengga·
bungkan diri dengan bala tentaranya yang baru saja menaklukkan Minanga (Binangal. Lalu
pada tanggal 7 Jesta (19 Mei) Dapunta Hyang memimpin bala tentaranya meninggalkan
Minanga untuk pulang ke ibu kota. Semua tentam bersuka cita karena pulang dengan
membawa kemenangan. Mereka mendarat di Muka Upang, lalu menuju ibu kota. Kemudian
pada tanggal S 'Asada (16 JunO Dapunta Hyang menitahkan pembuatan sebuah wanua
(bangunan) berupa wihara di ibu kota, sebagai menifestasi rasa syukur dan gembira."
Sedangkan kata "Winanga" ia setuju dengan Siamet Muljana yang menafsirkannya dengan
"Binanga" yang letaknya di daerah Padang Lawas di tepi Sungai Barumun, Sumatera Timur.
(Uhat majaJah Oplimi; no. 25!Februari 1982l. Sebaliknya, dengan mengutip pendapat J.L
Moens yang mengatakan bahwa raja pertama yang sampai di Bukit Siguntang ialah dari
bangsa Kaud.inya pada awaJ abad ke-6, Moh, Yamin dalam bukunya 6000 TahuH SaHgMcmh
Putih mengaitkannya dengan Sejarah Me/ayu. yang mengisahkan seorang yang bemama Nila
Utama yang dijadikan menantu Demang Lebar Daun dan dirajakan di kaki bukit Siguntang
Mahameru. Nila Utama itulah yang bergelar Sang Si Purba dan sebagai raja pertama disebut
Dapunta Hyang yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Dapunta Hyang lambat laun berubah
pengucapannya menjadi ~i GUHtaHg.
18 Nama Sailendra sebagai kerajaan di lawa muncul dalam berita Cina, yang dianggap paling
otentik sebagai bahan sejarah, yaitu bahwa setelah tahun 742 yang mengirim utusan ke Cina
tidak lagi Sriwijaya; melainkan Sailendra, Bila dilihat pada berbagai prasasti zaman Sailendra,

8
di Mataram. Kerajaan ini dikenal pula sebagai Suwamabhumi, 19 dengan pusat
kerajaannya terletak di Jambi sekarang, yang wilayahnya meliputi seluruh
Sumatera, Semenanjung, dan sebagian Muangthai.
Kerajaan Melayu, yangdikenal dengan Suwarnabumi ini, sangatmenggang­
gu lalu Iintas perdagangan Kerajaan Cola dari India Selatan yang melintasi
Selat Malaka menuju ke Cina di sebelah timur. Gangguan ini menyebabkan
untuk pertama kalinya raja Cola melancarkan serangan pada tahun 1017.

tampaknya Sailendra bukanlah nama suatu kerajaan. melainkan nama suatu bangsa
berkuasa pada wilayah yang sarna dengan wilayah Kerajaan Sriwijaya. Persamaan
dan berita Cina itu tdah Il1cnimbulkan anggapan para sejarawan bahwa Sriwijaya
digantikan Sailendra. Apabila dilihat nama raja yang berkuasa pada ujung masa Sriwijaya
dengan llama raja di awal sejarah Sailendra, jdas ada persamaan nama rajanya. yakni Wisnu.
Raja Wisnu men3nggalkan nama Sriwijaya dan mcnggantikannya dengan nama
setelah ia memindahkan pusat kerajaannya ke Jawa Timur? Beberapa sejarawan
mcncoba mcngemubkan teori berdasarkan asal-usul nama Sailendra. Sailendra berasal dari
nama suku Saila yang mendiami wilayah sekitar Gunllng Mahendragiri di India Sdatan. G.
Coedes menghubungkan bangsa Salindra dengan bangsa Sailaraja di Kamboja karena ter­
jadinya pcrkawinan raja-raja kedua bangsa itu. sehingga raja di Jawa itu pun menamakan
bangsanya sebagai Sailendra. Siamet Muljana telah mengemukakan teori lain yang pada
mcmperkuat teori bahwa keduduknn Sriwijaya di Sumatera telah,digantikan oleh
yang berkedudukan di bckas Kcrajaan Mataram. Akan tctapi. in tidak mencoba
mcnafsirkan nama Sailendra, yang oleh Muh. Yamin dikatakan artinya sama dengan Melayu.
Siamet Muljana mengatakan bahwa setelah empat kali pergantian raja turunan Wisnu. lalu
terjadilah perebutan tahta antara purra mahkota Balaputera dan iparnya. Rakai Pika tan.
dimcnangkan olch yang terakhir. Balaputra mcnyingkir kcmbali ke Sumarera dan
-~_.J:.'1'"·1 kerajaan yang dinamabnnya dengan Suwarnabhumi. (Lihat Siamet Muljana 01'.
39-172). Jib mengambil reori Muh, Yamin yang mengatakan bahwa nama
Melayu mcngandung arti yang sama, sehingga ia berpendapat bahwa
dinasti raja-raja turunan Sang Si Purba yang bermula mcndirikan Kerajaan Sriwijaya di Bukit
Siguntang Mahameru scjak abad ke-6 masih berkuasa hingga abad ke-13. seperti yang
diuraibnnya dalam 6000 Tahlln Sang Mcroh Puri/f. kini soalnya mengapa serelah menakJuk­
kan Matamm Raja Wisnu dari Sriwijaya itu menamakan kerajaannya Sailendra. Mungkin
serclah in memindahkan pusat kerajaannya ke Mataram itu. ia lebih menyukai memakai
nama Sailendra ;cbagai pengganti nama Sriwijaya untukmencnangkan suasanadi Keraton
Mataram. Mungkin pub perubahan nama-nama itu merupakan kebiasaan raja-raja di Jawa.
yang sub menubr nama kerajaannya setiap penggantian raja setelah terjadi pereburan
kekuasaan di kalangan pangerannya. Umpamanya. silsilah Kerajaan Singasari yang semula
bernama Tumapci yang didirikan Ken Angrok. Setdah mellgalahkan Kediri. Kerajaall
berubah menjadi Singasari. Sctclah Kertanegara terbunuh dan pembunuhnya
pula olch Radell Wijaya. Kerajaan Singasari bcrubah nama menjadi Majapahit
meski yang menjadi raja secara sHih berganti itu adalah warga keraton yang scasal-usul.
Kebiasuan mcnukar-nukar nama kerajaan itu dilakukan pula oleh Balaputera yang setelah ia
tersin~kir dari Jawa Timur. mendirikan kerajaan di tempat asalnya di SUmatera dengan nama
Suwarnabhumi.
19 Suwarnabhumi artinya tanah emas. Oleh kebanyakan sejarawan selalu diidentifikasikan
dengan Sriwijay.1. Ketika Raja Cola menycran~ Sumatera, dikatakan sebagai menyerang

9
Serangan itu diulangi lagi pada tahun 101 S
Suwarnabhumi, yaitu Sri Maharaja Sanggaramawijaya, dapat mereka tawan.
Sedangkan pengikut Sri Maharaja yang setia mcnyingkir ke sekitar Candi
Muaratakus. yang lalu memperbesar candi yang semula telah menjadi pusat
Kerajaan Sriwijaya sebelum berpindah ke Sungai Musi. .1<'
.Penguasaan Kerajaan Cola atas Sriwijaya itu hanya berlangsung selama
setengah abad saja. Di bekas kckuasaan Kerajaan Cola itu muncul]ah Kerajaan
Melayu yang dikemil dengan Darmasraya yang didirikan oleh tunman Sri
yang menyingkir ke hulu Batanghari. Kerajaan ini tumbuh dan
meluas sampai menguasai Kamboja dan Sri Lanka dengan raja-rajanya yang
menyandang gelar Mauliawarman. Sedangkan oleh rakyatnya ia disebut Sri
Maharaja Diraja. 21 Darmasraya itl.1 juga dikenal dengan nama Malnyapura
yang kedl.ldukan pusatnya di Siguntur di bagian lebih hulu dari Sungai
Batanghari.

Zam~n Aditiawarman
Kebangkitan kembali Kerajaan MeIayu Darmasraya di huiu Batanghari.
setelah kekuasaan Cola melemah karena perebutan kekuasaan di pusat kera­
jaannya pada tahun 1070 itu. bolch jadi merupakan zaman
di Pulau Sumate'ra bagian tengah. Dari sanalah suatu kerajaan
be~ula dan keinudian berakhir di Pagaruyung di ujung abad ke-19.
Kerajaan Darmasraya tnmpaknya hanya bermia sekitar dua abad. Pada
tahun 1275 Kerajaan Singasari di bawah RaJa Kertanegara melakukan gerakan
politik dan militer ke Danmlsraya dcngan namn yang dikenal scbagai ekspedisi
Pamalayu.2" Enam tahun kemudian I<ertancgara mengirim Mahamcntcri Wis­

Pcny~mn,lII n~ll1a itl! sdain k,lrcn'l wilayahnv~ >.lma.


D! snJnping itu. hcrita Cilla scrini(
tsi dengan Mclay\!. Shih-li-fo-shih discpabri scmua s~.iar;lw~n
Akan tetapi. tentnng San·fo·tsi ada b.:bcrap;l pcn,1apat. misalnya Sockml111C1
nya dengan Tambesi brena kcmiripannya. Scdnn~bn 51,lInet Muljana bcrp<'ndnpllt San-fo·
tsi sebagai Suwarnabhumi. Banyak PII'" scjanl'Jlan yang herpcndapat bahwa Suwarnabhumi
itu Sall1;l dCllgan Suwnrnaclwipa. s.:hingga dcng'lIl s~ndirinya aela yang bcrpcl1(i<lpat Suwar·
nabhu1l1i itl! terletak eli Scmcnanjllng.
20 Soekmono memperkuat penstiwa scjarah ini dengan mcngatakan bahwa bnngunan cand!
Muarntakus itu jdas tdflh diballgun dalam dua zam'lll. jib dilihat dar;
yang berasnl dan abad k,'·7 dan kc- LL (Iihat S;:.ckmc'If1O. "Sekali bgJ tcnt3ng Lokasi
Sriwijaya" pada Praseminar Pcnditian Sriwijaya. him. ~2).
21 Penggunaan nama Mauliawarm,H1 arau Mauliawarmadcwa dengan gdar Sri
meruoakan kekhasan raia-raia Mdayu scbagaimano yangdicatat ptasasti di
Slamct MuljUll:l '"'I' dr. him. 124-132).
22 PalHalayu diartikan banyak sejarawan sebaga; pmmg mdawlHl Mclay". MenurlJt N!1gnrakrcraga­
Ifla yang digubah Pmpanca pad a tahun 1365. ekspcdisi 1m bcrrujuan mt'nundukk:m Melayu.
tetapi tidak dikisahkan terjadinya suatu pcper;1!1!!,m. Ml'llUnlt Pitono Hardjowardojo. bub

10
warup:l.kumara membawa area Amoghapasa sebagai lambang persahabatan ke
Darmasraya.21 Akan tetapi. ketika Kublai Khan dari Cina mengirim pa~ukatl.
menyera\lg Singasari pada tahun 1292, sebagai pembalasan atas penghiniui'ii'
yang diabmi utusannya ketika mcnenllli Kel:tanegara dua tahun sebelumnya,
timbul perang di kalangan para pangeran di Singasari. Kertanegara terbunuh
oleh 1ayakatwang yang ingin merebut singgasana. Dengan bantuan pasukan
Kubhli Khan, Raden Wijaya berhasil menumbangkan dan membunuh 1ayakat­
wang. Setelah itu. Raden Wijaya balik menyerang pasukan Kublai Khan
sehingga terusir kembali ke laut. Lalu ia menobatkan dirinya menjadi raja dan
mcngubah nama Singasari menjadi Majapahit.
Pada Saat kemelut di PUS,H Kerajaan Singasari bala tentara Kertanegara
yang berada di Darmasmya pulang hcndak membantunya. Akan tetapi. yang
mereka dapati ialah Raden Wijaya yang telah menjadi raja. Dua orang putri
MelaYli yang bernama Dam Petak dan Dam Jingga,14 yang datang bersama bala
te/ltara sebagai tanda persahabat.m. diterima Raden Wijaya. Salah seorang di
antaranya. yakni Dara Petak. telah diangkat Raden Wijaya sebagai pennaisuri­
nya. Di sam ping itu. ia memperistri empat orang putri Kertanegara. Sebagai
pennaisuri. Dara Petak memperoleh gelar Indraswal'i. Dari Dara Petak il1ilah
lahir satu··sntLlnya putra laki-laki Raden Wijnya, yaitu 1ayanagara. Sedangkan
Dara Jingga. yang diperistri seorang kerabat istana yang tidak begitu dikenal
namanya. kembali ke Darmasraya setelah hamil. Di Darmasraya itulah anak­
nya lallir. Anak itll seornn~ laki-Iaki yang kemudian terkenal dengan nama
Aditiawarman. 2 '

tcmara yang dikirilllbn ir" lIntuk I11cbkubn 1l111hibnh. (Lilla! R. Pitono Hardjowardojo.
Adilill1I'<lWttl!l, hIm. 66). MlIl1!;kin pCl'is6w~1 itulnh y:lllg dilukiskan tambo sebugai "rusa yang
dnr'1I1g dari lnur. )'3111$ bcrranduk bacabnn~ ribn di kepnlallya, yang datang membawa bala
tent,lra" l\l.:a11 rcrapi, rerang dapar .iihindarknl1 d.:ngan cara mcngadu kerbau. (Lihat juga
bab "rambo").
2., Tid~lk nth k('snma:1I1 p,'ndnpar para S<'j:lI',lWnn r~l1r:1I1g nama utusan yang dikirim Kertanaga­
m lllltuk mCl11bawa area An1l1gh,lpaSi) kc Darnwsrnya itu. Slnmct Muljana berpendapar
bahwa Adwayabmhma yang !1lC'mbawanya. Scdangkan area itu dikatabnnya hadiah dari
Mauli'lwarmadcwa. (Lihat NdgarakcI1ngmna hIm. 124- 12 5). Se­
dangkan pClld.1par l<lin mengntabn bahwa Wiswarupakumanl yang membawanya. Tokoh
ini dipcrkirnbn putra Kenanagara send;ri. Selagi in di Darmasraya, KertanagunI dibunuh
Jayabtwnn~. Aknn tetapi, singgasnnn yang dircbutnya. direbut lag! oleh Raden Wijaya yang
kesemparnn aras k~tidakhadiran Wiswarupakumara ltu. (Lihut PitOllO Hardjo­
cir. him. 3 Sl. Wisw:lrupakumara kcmudianlnenjadi s1I3mi DaraJingga sekembali­
nyu dari Majapahit (Lihat D.G.E. Hall. A Histor)' of SoutH East Asia).
24 Darn Petak dan Dara Jingga ialah putri Rajn Darmasraya. Konon nama itu diberikan'karena
yang seorang bermatu pitnk (sipit) dan yang lain kulitnya berwama merah jingga.
25 Ada dugaan bahwa yang menghamili Dara Jingga ialah Raden Wijaya sendiri sehingga anak
yang dikandungnya adalah anak Radell Wijaya, yang setelah lahir bemama Aditiawaiman.
Perbuatan Ra<\.en Wijaya itu bukan suatu hal yang ganjil brena. sebehim kedatangan kedua
11
Pada waktu Dannasraya telah ditinggalkan bala ten tara '5ingasari. yang
kembali ke lawa untuk membantu Kertanegara. raja turunan Mauliawannan
menobatkan dirinya menjadi raja dan menamakan pusat kerajaannya dengan
nama Malayapura. Sebagai raja. ia memakai gelar T ribuanaraya Mauliawarma­
dewa. Namun. ketika Gajah Mada2~ sebagai mahamenteri telah mengucapkan

orangdara iru. ia telah mengawini keempat putri Kertanngara sekaligus. Tribuana. Mahade­
.wi. layendradewi. dan Gayatri yang kemudian bernama Rajapatni. (Lihut Siamet Muljana.
Nagarakmagalff4 him. 123). Muh. Yamin. tanpa menyebutkan nama. mengatakan bahwa
Dara Jingga diperistri seorang pejabat tinggi istana yang termasuk seorang kerabat raja.
(Lihat Muh. Yamin. Gajllh Mllda. him. 42). Dara Jingga kembali ke Darmasraya selagi hami!.
Di negeri asalnya. ia melahirkan Aditiawarman. Dengan demikian Aditiawarman mempu­
nyai darah Majapahit pula. Kemudian DaraJingga menikah dengan Wiswarupakumara yang
menjadi pejabar tinggi Majapahit di Darmasraya. Mungkin dari perkawinan kcdua ini. Dara
Jingga melahirkan seorang puna yang kemudian bernama Prapatih. Nama Praparih. ini
muncul. dalam rulisan pada area Amoghapasa yang ditemui di Padang Candi debt Paga­
ruyung. yang bersama-sama Adiriawarman mengembangkan wilayah kerajaan Minangka­
bau. Pitono Hardjowardojo menduga Prapatih itulah yang dimaksud sebagai Perpatih nan
Sebatang. (Lihat Pitono Hardjownrdojo op. cir. him. 10-11). Sedongkan Moen, juga menduga
hal yang sama. (Lihat J.L. Moens. Budhismr di lawn dall SUlffarern dalam Maia KrjuyauHllya
Terakhir. hIm. ;0). la mengemukakan analisa bahwa dalam area Amoghapasa tertulis tiga
nama. yaitu Aditia'warman (Matanginisa). permaisuri (Matagini). dan Dewa Tuhan. yang
merupakan perupaan kelompok tiga seperti yang dilukiskan ajaran Birawa yang dianut
Aditiawarman. yaitu Siwa (Wirabhada). Sati (Bhadrakalil. dan Daksa. Katanya lebih lanjuc
bahwa Daksa Prajapati. Dewa Tuhan. dalam perjalanan masa harus menyerahkan tahtanya
kepada Siwa. yang dalam hal ini raja bangsa Melayu menyerahkan kcrajaannya kepada
Apiriawarman sesudah Daksa dikalahkan Siwa. Setelah disadarkan kembali. Daksa di;adikan
gana-gananya. (yang dalam hal ini. sesudah Dewa Tuhan Waruyu Prapatih ditaklukkan. ia
dijadikan Prapatih). Apabila ditautkan dengan ccrita tambo. mungkin mengambil persama­
an atas kelompok.ketiga. yang terdiri dari Datuk Ketumanggungan. Datuk Pcrpatih nan
Saba tang. dan Cati Bilang Pandai. ladi. kisah tambo itu bisa ditafsirkan menurut penyesuai­
an dengan sejarahnya, bahwa setelah Dara lingga pulang kcmbali kc Minangkabau dan
melahirkan Aditiawarman. ia menikah lagi dengan Wiswarupakumara yang menjadi wakil
Kerajaan Majapahit mendampingi Sri Maharaja Diraja. Dari perkawinan kedua ini. Dara
Jingga melahirkan Dewa Tuhan Prapatih. Aditiawarman dan Prapatih merupakan saudara
seibu. Dalam tambo dikatakan Datuk Ketumanggungan adalah anak raja. Kctika ibunya
menikah lagi dengan Cati Bilang Pandal. lahirlah adik seibunya yang bcrnama Datuk
Perpatih nan Saba tang. Dengan demikian. mungkin Aditiawarman adalah Dntuk Ketumang­
gungan. Prapatih adalah Datuk Perpatih nan Saba tang. sedungkan Wiswarupakumara adalah
Cuti Bilang Pandal. Sejarawan lain melihat kemungkinun seperti y;mg dikemukakall Asma­
niar Z. Idris. yaitu bahwa Dara Jingga mempunyai nama lain dalam rambo. yakni Bunda
Kandung, sedangkan Dang Tuanku dan Cindur Mara ialah Aditiawarman dan Prapatih.
(Lihat Asmaniar Z. Idris. "Kerajaan Minangkabau PagaruYllng" dalam Seminar Sejarah dan
Kebudayaan Minangkabau tahun 1970 di Batusangkar). Perbedaannya ialah dalam tambo
dikisahkan bahwa Dang Tuanku dan Cindur Mata adalah bcrsaudara satu ayah dengan dua
ibu. Komposisi pemimpin kelompok-tiga utau tiga serungkai ini mcrupakan pola pemerin­
tahan 'dan pimpinan masyarakat Minangkabau kemudian.
26... Gajah Mada tokoh paling penting dalam sejarah Majapahir tidak dikenal asal-usulnya. Muh.
12
Yamin memperkirakan tempat kelahirannya di sebuah desa di tepi Sungai Brantas. Jawa
Timur. Sedangkan menurut kepercayaan di Bali. seperti yang tertera dalam KUab UsaHaJawa.
Gajah Mada dilahirkan di pulau itu. (Lihat Muh, Yamin. Gajah Mada hIm. 13). Sedangkan
menurut Amrin Imran. dalam diskusi pada Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau
tahun 1970 di Batusangkar. Gajah Mada berasal dari Minangkabau kalau dikaji riienurut
terminologi. Gajah dan mada adalah bahasa Minangkabau yang artinya gajah yang baHdel,
Orang Jawa tidak mungkin mengambil nama hewan yang tidak dipunyainya dan bukan pula
bahasa miliknya. Kalau orang Jawa akan menamakan Gajah Mada menurut bahasanya.
tentulah akan menjadi Liman Bandel. Muh. Yamin menafsirkan Gajah'M<tda seumpama
gajah yang galak dan tangkas.Jika dicari pada kata-kata Sanskerta.mada artinya keso-mbong­
. an. kegilaan, kemabukan. nafsu. atau perbuatan gegabah. Gajah Mada, yang tidak dikenal
asal-usulnya itu. tampi! awal mulanya ketika tahta kerajaan direbut Kuri. sehingga Jayanaga­
ra mengungsi ke Desa Badander. Sebagai komandan dari lima belas pengawal.raja. seorang
din Gajah Mada pergi ke pusat kerajaan untuk membuat siasat ttienl!lll~hkan Kilti.'Siasatny.
'\"'r:\"; '~Ui'i tt' ·~Ul1lt·' ;hiI1}; aJay,li"_'~:1I";'l ( -":l" i$t~nnll~ . Schug:'
,h Ma,ln di"q:',at 111?llj;ldi patih di Kaill" ". i,'Uc ';hull ber;utnya k
di"ngkct "',:' menjadi Patih di Daha. sedangkan Rajapatni melljadi ratt;;wa. Mung~tin di kala
itu ia bermuslihat dengan Rajapatni untuk menggulingkan Jayanagara yang dipandang
teriaJu lemah sebagai raja. Pada tahun 1328 Tanca, kawan Kuti yang gagal merebut tahta.
mendapat kesempatan membunuh Jayanagara di istananya. Akan tetapi. Gajah Mada yang
berada di dekat Tanca dengan gesit pula menikam Tanca sehingga :mati seketika. Menilrut
Slamet Muljana, pembunuhan Jayanagara oleh Tanca merupakan siasat Gajah Mada sendiri.
karena ia sering tidak sepaham dengan rajanya dalam hal pemerintahan. (SJamet Muljana.
Nagarakertagama him. 130) Muh. Yamin juga mengutip dugaan yangsatna. tetapi ill mengata­
kan bahwa tuduhan terhadap Gajah Mada itu tidak beralasan karena berlawanan'dengan
kesetiaannya kepada Sri Mahkota (Muh. Yamin. op. cit. him. 29). Setelah kematian'layanaga­
ra dan penobatan anak Rajapatni, yaitu seorang putri yang bernama JaYllwisnuwai'dani.
sebagai ratu yang memerintah Majapahit. terjadilah pemberontakan Sadeng:Pemberonta­
kan itu segera dapat ditumpas Gajah Mada. la lalu diangkat menjadi patih Kerajaan
Majapahit. Tidak lama kemudian, ia diangkat lagi menjadi patih Mangkubumi. Pada saat
itulah ia melakukan Sumpah Palapa yang menyatakan ~ahwa ia tidak akan berseriang~senang
dan memikirkan dirinya sendiri selama seluruh Nusantara belum ditaklukkannya. Menu rut
Muh. Yamin, ia mengucapkan sumpah itu pada tahun 1331. Sedangkan menurut Siamet
Muljana, ia mengucapkan sumpah itu tahun 1334. Setelah Gajah Mada berhasil menakluk­
kan Kerajnan NU di Sumatera Utara. Bone di Sulawesi, Seram di·Ambon. Tanjungpura di
Kalimantan. Pahak dan Tumasik di Semenanjung, Sunda, Bali. dan Dompo. pamornya jatuh
di mata Hayam Wuruk karena menghina Raja Pajajaran yang datang me'mbawa putrinya.
Pitaloka. untuk dijodohkan dengan Hayam Wuruk. Karena tindakan Gajah Mada yang
menghina itu. terjadilah Perang Majapahit dengan Pajajaran sehingga Raja Pajajaran tewas
dan putri Pitaloka pun meninggal karena hatinya hancur. Semenjak itu peranan Gajah Mada
berkurang. Lalu ia menghilang tidak jelas ke mana perginya: Hilangnya Gajah Mada niem­
buat banyak ce~ta kemudiannya. Konon ia menenggelamkan dirinya ke laut dimuaraJKali
13
sebagai Aryadamar. 27 Dua kali ia dikirim ke Negeri Cina sehagai perutusan
Kerajaan Majapahit. Bahkan dia aktif mendirikan berbagai cadi Budha di
Pulau lawa. Ia pun mendapat gelar dari rakyat dengan panggilan T uan Wf.!­
ruyu, yang artinya Tuan Bungsu. 2S Sedangkan kerajaan memberinya gelar
Arya Wangsadiraja dan kemudian ditingkatkan lagi menjadi Sang Dewaraya.
Aditiawarman memangku jabatan yang tinggi di keraton, yakni mcnjadi wer­
damenteri a,tau juga disebut prawadatara, yaitu suatu jabatan yang lebih tinggi
dari jabatan yang dipegang Gajah Mada.
Sepenlnggal Raden Wijaya, Keraton Majapahit tidak lagi am an karena para
pangeran ingin menyingkirkan Jayanegara yang berdarah Melayu dari tahta
dengan berbagai pemberontakan dan usaha pemhunuhan. Misalnya. pember­
ontakan Rangga Lawe, pemherontakan NambL dan pemberontakan Kuti
sampai berhasilmenduduki keraton, sehingga layanegara bersama Gajah Ma­
da Iari bers~mbunyi. Akan tetapi. ]ayanegara berhasil kembali ke tahtanya
b~rkat bant~an Gajah Mada. Namun, pada tahun 1328 ]ayanegara mati
terbunuh juga oleh seorang abdi-dalemnya yang bernama Tanca karena aJasan
perempuan. Sedangkan Tanca saat itu juga mati ditikam Gajah Mada sendiri.
Ada dugaan bahwa peristiwa berdarah itu didaJangi sendiri oJeh Gajah Mada

Brantas tahun 1364. Sepeninggalnya, tidak seorang pun yang mampu mcnggantikannya
menjadi patih .Mangkubumi. Dan semenjak itu nama Majapahit pun memudar dalam
sejanih.
27 Dalam menaklukkan Bali. Gajah Mada dldampingi Arya Damar. Dengan pasukan masing­
lfIasing. mereka menyerbu dari selatan dan utara. Arya Damar dapat membunuh Raja
Pasunggiri. Muh; Yamin seeara panjang lebar mengisahkan pertempuran inL tetapi ia tidak
mengungkapkan siapa sesungguhnya Arya Damar ini. Akan tetapi. Pitono berpendapat
bahwa Arya Damar tidak lain adalah Aditiawarman. Menurut dia, kata arya damar berarti
.OraHg YlIllg..memiliki sinar. sedangkan kata adiliawarman secara harfiah pun bcrurti orang yang
. m.emiliki sinar. Pendapat ini bertolak dan Babad TaHah Jawl yang mengisahkan bahwa Raja
Brawijaya V mempunyai istri putri Cina. yang terkenal sebagai Putri Campa. Putri ini ketika
mengandung enambulan diserahkan kcpada seorang penguasa di Palembang yang bema rna
Arya Damar. Bayi yang lahir dari putri ini bemama Raden Patah. Dengan Aryn Damar. putri
ini melahirkan bayl yang bernama Raden Kusen. Sedangkan dalam Kitab U,lIHa Jawa dun
USIIHII Bali dikisahkan bahwa raja Majapahit mempunyui adik laki-Inki bernama Damar, yang
berasal dan Palembang. Ketika di Bali terjadi perlawanan Raja Pasllnggiri, raja Majapahit
mengirim pasukan di bawah pimpinan Dam;H dari Palembang dan Patih Gajah Mada. (lihat
Pitono Hardjowardojo 01'. cir. hIm. 32-33). Kisah dari sumber tun yang diikuti Pitono itu
menimbulkan dugaan yang serba mungkin bahwa Aditiawarmnn adalah saudara seayah
Jayanagara. Sedangkan Putri Campa yang dikirim ke Palembnng selagi hamil sarna miripnya
dengan kepulangan Dara Jingga, hanya tokoh Arya Damm' dikisahkan bukan sebugai anak
Putri Campa, melainkan sebagai suanli.
28 Tuan Waruyu ada kalanya ditulis TlIhan Waruyu. Katu r"han lazim dipakai ban~~a Melayu,
yang artinya pemiffll'in atau kClua. Penamaan Tuhan Waruyu, yang artinya tuan bungsu.
kepada Aditiawarman memperkuat dugaan bahwa ia adaJah anak laki-Jaki Radcn Wijaya
,yang bungsu. sedangkan Jayanagara adalah anak laki-Iaki yang tertua.
14
yang tidak puas kepada kepemimpinan Jayanegara yang lemah itu.
Dengan alasan Jayanegara tidak mempunyai turunan, Gajah Mada-meng.;
ambil prakarsa untuk menobatkan Jayawisnuwardani, putri ,Raden Wijaya
dengan istrinya yang bernama Rajapatni. salah seorangputri Kertahegara.
Enam tahun kemudian Jayawisnuwardani melahirkan seorang putra'yang
kemudian dikenal dengan nama Hayam Wuruk. Kemudian Jayawisnuwardani
kern bali ke Kahuripan dan dinobatkan sebagai raja-bawahan di sana. Se-dang­
kan di pusat pemerintahan Majapahit, tahta diduduki Rajapatni 'sebagai 'ralu
perwalian menjelang Hayam Wuruk cukup umur.. ' L
Peristiwa itu menyebabkan Aditiawarman, yang merasa berhakinenduduki~'
tahta, tidak mempunyai kesempatan lagi. la lalu kembaIi ke MalayapJ,lrapada'
1343. Di sanaia dinobatkan menjadi raja.la lalu memindahkan'pijsat
kerajaannya dari Siguntur, dekat Sijunjung, ke Pagaruyung29 yang terk.tak di
bagian paling hulu Batanghari. Pada tahun 1347 Aditiawarman mimikah
dengan saudara sepupunya, putri raja di Malayapura sebelumnya. Sebagai
pelanjut dinasti Melayu. ia memakai gelar Mauliawarmadewa. Dua tahJ,ln
setelah pemindahan pusat pemerintahan ke Pagaruyung, Aditlawarman'riiuia'i
memperluas wilayah kekuasaannya, Pertama ia menyerang Kerajaari"Kiultu
yang terletak di tepi Batangkampar untuk menembus jalan laut keSelat
Malaka yang lebih aman bila dibandingkan dengan Batanghari. Akhinwa
kerajaannya meluas ke seluruh wilayah bagian tengah Pulau Sumatera, trt4~ai
dari muara Batanghari di selatan sampai ke muara Sung:ai Rokan di utara pada'
pantai sebelah timur dan di pantai barat mulai dari wilayah Indrapura di
selatan sampai ke Sarus di utara.
Tindakan Aditiawannan itu diduga sebagai pernyataan hendak melepaskan
diri dari kekuasaan Majapahit. Namun, tidak ada tindakan Gajah' Mada
terhadap gerakan Aditiawarman itl!. Mungkin gerakan itu dipandang Gajah
Mada tidak mengganggu posisi Majapahit karena Aditiawarman tidak mempu­
nyai armada laut. Atau mungkin pula pada saat itu perhatian Gajah Mada
lebih tertumpah pada perluasan wilayah ke bagian timur dan utara. Kemung~
kinan lain adalah' rasa segan Gajah Mada pada Aditiawarman yang menjadi
ternan seperjuangannya di kala mula memperiuas Kerajaan Majapahit.
Semasa pemerintahannya, Aditiawarman telah membuat tidak kur.a:ng dan
17 prasasti yang bertebaran di sekitar Pagaruyung. Pada prasasti Amoghapasa
yang dijumpai di Padang Candi tertera bahwa Aditia~arman didampingi

29 PClllindahan pusat kerajaan lebih ke hulu Batanghari. bahkan salllpai kekaki Gunung,
Merapi. yang kCllludian dinalllakan Pagaruyung itu. Illerupakan usaha pemutusan hubung.
an dengall Majapahit dan upaya uncuk Illcnghindari serangan. Lokasi yang dipilih di kaki
Merapi tidak begitu Illudah dicapai schah terhalang Bukit Barisan dan hutan
helantara.
15
seorang tokon yang disebut dewa tuhan prapatih. Hal itu memberi ;:Imanda
bahwa kedudukan prapatih sangat penting di samping Aditia~arman. Mung­
kin pada masa itulah bermulanya sistem pemerintahan Minangkabi1u seperti
yang dinukilkan dalam tambo apabila yang dimaksud dewa tuhan prapatih
sarna dengan perpatih nan Sabatang. 30
Pada tahun 1364 Gajah Mada meninggaI tanpa diketahui temp at dan
sebabnya secara pasti, Sejak itu Kerajaan Majapahit mulai menurun. Anangga­
warman, anak Aditiawarman yang menggantikan kedudukan ayahnya karena
tdah tua, mengirim utusan ke Cina pada tahun 1373. Majapahit yang telah
mulai lemah itu melakukan tindakan balasan dengan menghadang utusan
Cina yang hendak membalas kunjungan utusan Ananggawarman di lautan.
Barulah ketika Aditiawarman meninggal.pada tahun 1375, pasukan Majapahit
datang menaklukkan kerajaan di Pagaruyung itu, yang rupa-rupanya tidak
akan dilakukannya selagi Aditiawarman hidup. Serangan itu terjadi pada
tahun 1377.
Pada tahun 1389 Hayam Wuruk pun meninggaL Setelah itu kekuasaan
Majapahit sebagai kerajaan terbesar di Nusantara dibawa pasang surut yang
deras, terutama karena perebutan tahta antara pangeran yang berlainan ibu.
Keadaan itu digunakan berbagai wilayah untuk membebaskan diri dari ke­
kuasaan Majapahit. Pagaruyung pun menggunakan kesempatan itu. Pada
tahun 1409 Majapahit mencoba menundukkannya lagi. tetapi mereka dapat
dikalahkan di Padang Sibusuk di huIu Batanghari. Sejak itu kerajaan yang
didirikan Aditiawarman benar-benar terlepas dari kekuasaan Majapahit.

Zaman ·pagaruyung
PilgaruYUQg merupakan pusat pemerintahan raja-raja Minangkabau. Pada
masa pemerintahan Aditiawarman itulah diperkirakan organisasi pemerintah­
an kerajaan disusun menurut sistem organisasi yang berIaku di Majapahit.
Kemudian organisasi pemerintahan itu secara berangsur berubah dengan
penyesuaian seperti yang dikehendaki sejarah. baik dalam komposisi dan
fut:lgsinya maupun dalam hal nama-nama jabatannya. Perbandingan organisa­
si pemerintahan antara keduanya ialah sebagai berikut.
Majapahit
1. MtlHiri katrini (mahamenteri yang tiga), yaitu: mahamenteri hino, maha­
menteri sirikan, dan mahamenteri halu.
2. Catur rakrian (panguasa yang empat). yaitu: rakrian demung, rakrian
kanurun, rakrian rangga, dan rakrian tumenggung. Berlima dengan maha­
patih disebut panca ring wilwatika.
3. Darmajaha yang berdua, yaitu pembesar keagamaan Budha dan Hindu.

30 Lihat juga Pitono Hardjowardojo op, cit. him. 1]-13).


16
4. Saptapapatri (upapati yang tujuh), yaitu pembesar yang melaksanakan dan
mengatur masalah hukum dan keagamaan. 31

Pagaruyung "
1. Raja tiga si/a (tungku tiga sejarangan), yaitu: cati bilang pandai, datuk
katumanggungan, dan datuk perpatih nan sabatang yang merupakan
pimpinan pusat pemerintahan.
2. Basa Empat Balai, yaitu: bandaharo di Sungai Tarab, andomo di Saruaso,
mangkudum di Sumanik, dan tuan gadang di Batipuh yang merupakan
pembesar pemerintahan pusat.
3. Raja dua sila, yaitu: raja adat di Buo dan raja ibadat di Sumpur Kudus.
4. Gadang nan bertujuh, yaitu tujuh orang pembesar yang melaksanakan tertib
hukum dan keamanan.32
C pl'1l ·'rinl:" " III \\' iaY8h ("'lmr"·· (c ·~an M ~p;]hi.
dipa:;::I· ... Kl'1ljann 11garLIVlll1~.P;1da(::.san·:"i."·~ . cm ~merin: handi
:1
wilayah tLl'ciiii Gtas dun pola. Y;]llg di Majap,;hit terdiri clari ;vi/ayah ddwal,an,
dengan pimpinan raja bawahan yang umumnya adalah anggota raja di pusat
pemerintahan, dan wi/ayah mancanagara, yaitu daerah taklukan yang dipimpin
raja wilayah itu sendiri. Sedangkan pola yang dipakai di Minangkabau ialah
wilayah rantau. yaitu kerajaan yang dipimpin oleh raja kecil sebagai wakil raja di
Pagaruyung. dan wi/ayah luhak yang dipimpin para penghulu. Wilayah itu
masing-masing diatur menurut sistem yang berbeda satu sarna lain. sebagaima­
na yang diungkapkan mamang "Luhak berpenghulu. rantau beraja".
Belum diketahui dengan pasti apa yang terjadi setelah penyerangan Majapa­
hit dapat dipatahkan pada tahun 1409 di Padang Sibusuk. Hanya pada tahun
1560 diketahui bahwa untuk pertama kalinya seorang raja Pagaruyung meme­
luk Islam. Raja itu kemudian disebut dengan Sultan Alif. Kedudukan raja masa
itu sesungguhnya sudah sangat lemah. Selain karena umumnya penduduk
telah menganut Islam. berbagai wilayahnya telah terbelah-belah. Beberapa
kerajaan kecil di wilayah rantau telah melepaskan diri.Misalnya. Kerajaan
Indragiri di pantai sebelah timur. dengan bantuan Malaka dan Indrapura di
selatan pantai barat dengan bantu an Aceh. Mungkin sejak itu riwayat asal-usul

3! Lihat juga Muh. Yamin, op. dr. him. 36.


32 Dalam beberapa kisah rau,bo lainnya. T uan Gadang di Batipuh tidak disebut sebagai anggota
Basa Empat Balai. Untuk posisi itu dicantumkan nama T uan Kadi di Padang Gantirtg.
Mungkin penggeseran itu pernah terjadi, tetapi mungkin juga penggeseran itu terjadi. hanya
dalam kisah tambo, sebagaimana yang lazim dilakukan penulis yang biasa menggunakan
huruf Arab yang pasti lebih memuliakan golongall Islam daripada golongan lain. Namun,
nama T uan Gadang di Batipuh senantiasa ditampilkan pada urutan kelima apabila tambo
mengisahkan ansa Empat Balai itu. (Lihat juga bab "Tambo").

17
raja Minangkabau diubah menjadi turunan Iskandar Zulkamain dari pernika­
hannya dengan Putri Suran anak Nabi Khaidir. H
Sultan Alif diperkirakan meninggal pada tahun 1580 dan tidak diketahui
siapa penggantinya. Sejarah Minangkabau kembali diliputi kabut tebal selama
seabad sampai mUl1cul nama Sultan Ahmadsyah pada tahun 1650-16 70,'H
Perang saudara itu tampaknya mulai berkobar ketika
peranannya dalam merebut monopoli dagang dari tangan
Dengan Kompeninya. Belanda lebih memahami situasi dan kondisi politik dan
perdagangan di Minangkabau masa itu. Misalnya, hasil bumi yang menjadi
tujuan perdagangan utama dihasilkan di pedalaman. bubn di daerah pesisir
yang dikuasai raja-raja ked!. Oleh karena itLI. Belanda mencoba mendekati
Sultan Ahmadsyah yang menjadi raja di Pagaruyung dengan mengakuinya
sebagai maharaja yang berkuasa mulai dari BattIS di utara sampai ke Muko­
Muko di selatan pesisir b,nat. terus ke wilayab dari muara Batangkampar
sampai ke muara Batangbari di bagian timur. Sebagai imbalannya Bela'nda
memperoleh konsesi. seperti hak monopoli perdagangan dan hak mendirikan
loji (gudang) di beberapa tempat di pesisir barat. Pada tahun 1667
Ahmadsyah malah mengirim utusan ke Batavia (BetawL sekarang
untuk meminta lindungan atas raja-raja kedl di pesisir. yang merupakan
kerabatnya sendiri seperti Sultan Muhammadsyah di indrapura. dari peng­
uasaan Aceh. 3 5
Tindakan itu tampaknya tidak disetujui anggota pimpinan lainnya. sehing­
ga setahun sebelum ia meninggal pada tahun 1680. dua orang. yang masing­
masing menyatakan dirinya sebagai yang dipatuan di Minangkabau. mengirim
utusan kepada Belanda. Yang seorang menamakan dirinya Sultan Khalifatul·
lah mengirim utusan ke Batavia lewat lambi. yang lainnya. yang dipatuan yang
berkedudukan di Saruaso, mengirim utusan ke Padang melalui Sintuk dekat
Lubukalung. Ketika Sultan Ahmadsyah meninggal disebutlah seorang yang
bernama Raja Alif sebagai penggantinya. Akhirnya, perang saudara tidak
terhindarkan lagi. Sekurang-kurangnya pimpinan kerajaan terpecah tiga. 16

33 Penghapusan'sejarah lama dengan kisah Iskandar Zulkamaen mungkin karena berbagai


alasan. antara lain fanatisme penganut Islam yang menolak dominasi Hindu dalam sejarah
tanah air mereka (lihat Asmaniar Z. Idds. "I'. dr. him. 9). Akan tempi. dapat juga karena
pengalaman sejarah bangs3 Melayu yang gctir selama kekuasaan Majapahit. schingga domi­
nasi Majapahit bubn saja dihapus daTi tambo tempi juga dalam Scjamll Mclay~. Jadi. bukan
karena fanatisme Islam. sebab Iskandar Zulkarnain bukanlah penganut AhH Kitab schingga
statusnya sama dengan penganut Hindu. Sejarawan lainnya memperkirakan bahwa pema­
kaian nama Iskandar Zulkarnaen karena ingin menaikkan derajnt asal-usul raja-raja Melayu
(Lihat El1siklopedia IndO/usia di bawah nama "Iskandar Zulkarnain ").
34 lihut M.D. Mansoer. Sejaran Milful1gkaball. him. 63.

Hlihat M.D. Mansoer op. cit. him. 100.

36 Nama Raja Alif ditemui dalam Ensik/olledia J"doJlt'sia. DaJam ensiklopedia ini dit£'roncbn

IS
Perpecahan itu dijadikan Belanda sebagai alasan untuk'membatalkan semua
perjanjiannya. sehingga ia tidak perlu lagi memberikan cukai kepada raja
Pagaruyung atau salah seorang dari yang berkuasa.
Akan tetapi. pada tahun 1684 seorang Portugis, Thomas Diaz, diserahi
Belanda yang berkedudukan di Malaka untuk memasuki pedalaman Minang­
kabau. Sebagai orang Eropa pertama yang memasuki pedalaman Minangkabau,
ia sempat bertemu dengan salah seorang anggota raja tiga sila yang berkedudu­
kan di Buo. Siapa namanya tidak disebutkan oleh laporan orang Portugis itu. 37

bahwa pada masa pem~rintahanllya terjadi perpecahan kerajaan menjadi tiga. yaitu pada
rahun 1()S 5. Tidak diceritakan ketiga kelompok yang terp~cah itu. M.D. Mansoer me­
Ilycbutkan bahwa semasa Raja AJif pada tahun1560 telah tcrjadi pembagian tiga kekuasaan
di Kerajaan Pagaruyung, yakni Raja Alam di Pagaruyung. Raja Adat di Suo. dan Raja Ibadat
di Sumpur Kudus. Ketiga raja itu lazim disebut Raja Tigo Selo. (M.D. Mansoer. Sejarall
A1inangkabau him. 64). Mcnllrut Asmaniar Z. Idris. Raja Alif meninggal tahun 1680 dan
k,mna in tidak mempunyai kcturunall. terjadi per~butan tahu. Menurut Van Baze! yang
dikutipnl'<1. perebutan tahta itu terjadi antaTa 13andaharo di Sungai Tarab. Andomo di
Saruaso, dan kerabat istana Pagaruyung sendiri. (Uhat Asmaniar Z. ldris 01'. cit. him. 10).
Perihal Raja Alif terdapat dua k~tcrangan. Selain yang hidup abad ke-16. juga terdapat nama
yang santa di abad ke-17_ Konon nama Alif clipakai karen a dialah raja Minangkabau pertama
yang m~mclllk agamn Islam. Jika pendapat itu benar, pastilah ada dua orang yang bemama
Raja Alif. Olch karcna tidaklah mungkin Raja Alif pada abad ke-! 7 memakai nama Alif
sebagoi raja pmama y~ng memduk Islam. S~bab sebclum Raja Alif tclah ada Raja Ahmad­
>yah yang digantikannya. Nama Ahmadsyah sudah menunjukkan nama pemeluk Islam. Jika
s~kiranY'l di Minungkabau h.mya ada scorang yang bcrnama Raja Alif, maka yang kemudian
itulah orangnya karena lebih ban yak ketcrangan yang ada padanya dibandingkan dengan
yang lain. Nama Alif dipakai sudah tentu tidak karena sebagai raja yang pertama memeluk
Islam. Adanya 3ngl,apan banyak penulis Sarat bahwa kerajaan terpecah dalam riga bagian
brcna ketidakpahaman m~reka remang organisasi pcmerintahan di Minangkabau, yaitu
bahwa Raja Pagaruyung dibantu Basa Empat Saini. Anggota Basa Empat Balai itu masing~
masing mcmpunyai wilayah yang berada cli bawah pengawasannya. Wilayah yang di bawah
pengawasan itu ialah wilayah yang di bawah kekuasaan raja. yaitu wilayah mntau. Pembagi­
an pengawasan itu ialah: rantau pesisir yaitu wilayah palltai bagian sclatan, di bawah
bandaharo di Sungai Tarab: mntall hilir. yaitu di bagian sclatan di sepanjang Batanghari. di
bawah Tuan Kadi di PadangGanting; rantau mudik di bagian sebelah utara sampai ke Barus.
di bawah andomo di Saruaso; sedangkan Negeri Sembilan di bawah pengawasan mangku­
dum di Sumanik. Jika melihat tempat kedudukan anggota Basa Empat Balai itu tidak
berjauhan, tidaldah mungkin mereka itu saling memisahkan diri. MUllgkin raja-raja kedl
(raja bawahan) yang diberi kuasa di wilayah rantau scbagai wakil raja Pagaruyung itulah
yang menemui Belanda dan mengatasnamakan anggota Basa Empat Balai. Dari pihak
Belanda sangat penting artinya perpecahan itu, apalagi untuk dibesar-besarkan, Kenyataan­
nya, pada masa itu kekuasaan raja Pagaruyung benar-benar sebagai-raJa'simb61. (Lihat juga
bagian "Awal Pcnjajahan Belanda").
37 Raja Adat di Buo pada abad ke-17 itu tampaknya tidak memiliki istana. la hanya tinggal
dalam rumah yang umum. mungkin rumah adat saja. Namun, rumahnya mempunyai'
halaman yang cukup luas dan pintu gerbang. Di pintu gerbangpertama Thomas Diaz melihat
tidak kurang da? seratus pengawal. sedangkan di pintu gerbang kedua hanya empat orang
19
Pada tahun 1730 yang menjadi raja di Pagaruyung (ampaknya Suitan
Bagagar Alamsyah. Belanda membuat perjanjian baru dengarmvil yang sudah
tentu sangat menguntungkan pihak Belanda, sebab kedudukan raja Paga­
ruyungitu telah demikian lemah. Setelah ia meninggal. penggaminya -- Sultan
Sri Maharaja Diraja - terpaksa lagi memperbarui perjanjian dengan Belanda
pad~ tahun 1780.· Bahkan yang terakhir ini meminta perlindungan bagi
wil;wahnya yang telah digerogoti pengikutnya sendiri. 3S
Situasi. di Eropa juga mempengaruhi situasi perebutan kekuasaan di Mi­
nangkabau. Sampai dua kali Padang, yang menjadi benteng Belanda, dikuasai
Inggris. Yang pertama pada tahun 1781-1785 berhubung dengan permusuhan
antara kedua negara itu, karena Belanda berpihak pada pemberontak Amerika
yang melawim Inggris. Yang kedua pada waktu Perang Napoleon. ketika
Belanda ditundukkan Napoleon di Eropa. maka kekuasaannya di Minangka­
hau diambil alih Inggris di bawah pimpinan Thomas Stanford Raffles tahun
1795-1819.
Pada masa itu di Minangkabau tengah terjadi pertarungan sengit antara
pengikut Paderi dan pengikut raja Pagaruyung. Dalam pertarungan berdarah
itu, raja Pagaruyung Sultan Muning Alamsyah bersama cucunya sempat meng­
hindar. Sutan Alam Bagagarsyah, kemenakan Sultan Muning Alamsyah. minta
bantuan Inggris untuk melawan Paderi. Raffles lalu memasuki wilayah peda­
laman Minangkabau dan bermarkas di Simawang di dataran tinggi yang
strategis di tepi Danau Singkarak. Dari sana 1a mengundang Tuan Gadih, istri
termuda Sultan Muning Alamsyah, untuk menjalin persahabatan. Undangan
itu dipenuhinya.
Setelah Inggris menyerahkan kembali Kota Pol dang kepada Belanda seusai
Perang Napoleon, Sutan Alam Bagagarsyah beserta empat belas orang penghu­
lu pelarian juga menyerahkan Minangkabau kepada Belanda, asal Belanda mau
memerangi Paderi. Perjanjian penyerahan itu berlangsung pada tahun 182l.
Dengan demikian berarti Kerajaan Pagaruyung sudah tidak ada. Empat tahun
kemudian Sultan Muning Alamsyah pun meninggal dalam usia 80 tahun.
Sedangkan Sutan Alam Bagagarsyah, yang mulanya diakui sebagai raja Mi­
nangkabau, hanya diangkat menjadi regen kepala (hoofdregellt) wilayah T anah
Datar dengan gaji 100 gulden sebulan. 39

pengawal. Di pintu masuk rumah yang terlihat hanya seorang pengawal. Utusan itu meHhat
bahwa Raja Adat di Buo dikelilingi para hajj. Sebagai utusan. Thomas Diaz diberi gelar
"Orang Kaya Saudagar Raja dalam lstana." (Lihat RusH Arman, Swmatera Barat hiHgga PIa kat
P~Hj~Hg, Jakarta. Sinar Harapan. 1981, hIm. 103-109).
11 38 Lihat juga Geoffrey A Hodgson. "Penilaian Tiga Puclik Surat Mengraja sebagai Pokok
Periyelidikan Sejarah Minangkabau", makalah Seminar Sejarah dan Keblldayaan Minangka­
ball. Batusangkar. 1970.
39 Rusli Amran dalam bukllnya mengemukakan bahwa penyerahan Minangkabau
20
Awal Penjajahan Belanda
Sejak Vasco da Gama, orang Eropa pertama, menjejakkan kakinya di India
pada tahun 1498, setelah mengarungi laut dan tersesat sampai ke Brazilia,
dimulailah babak baru sejarah bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Pada mulanya
ia ditugasi raja Portugis untuk menyingkirkan orang-orang Islam dari perda­
gangan dan pelayaran di Samudra Atlantik. Akan tetapi. setelah raja Portugis
mendapat laporan akan kemakmuran rakyat di Asia. misi mereka berubah
meniadi penakluk. Pada tahun 151 L Kota Malaka. yang menjadi bandar
terkemuka di bidang perdagangan rempah-rempah. ditaklukkannya.
Pedagang dan pelaut Belanda. yang selama ini menjadi penghubung antara
Portugis dan Eropa bagian utara. tidak dapat lagi memainkan peranannya
karena Portugis telah bersekutu dengan Spanyol. sedangkan Spanyol tengah
berperang melawan Belanda. Akibatnya. banyak kapal Belanda yang disita di
pelabuhan Portugis. Hal ini mendorong Belanda mencari jalan sendiri ke
sumber hasH bumi yang mereka perdagangkan itu. Pada tahun 1956, setelah
berlayar selama 14 bulan, empat buah kapal Belanda berlabuh di Banten
sesudah mampir di Pulau Enggano. Sukses armada dagang yang pertama ini
menimbulkan perlombaan dan persaingan di kalangan pedagang dalam trieng­
irimkan armada masing-masing. Pengiriman armada sampai merembes ke
Gresik dan Maluku. Perlombaan dan persaingan ini tentu saja tidak meJ;l1bawa'
keuntungan. Kemudian atas prakarsa pemerintahnya, didirikanlah sebu

Belanda oleh Sutan A1am Bagagarsyah merupakan sandiwara yang diatur oleh' Belanda
senditi karena Belanda memerlukan alasan untuk menguasai Minangkabau dengan meng­
gunakan orang Minangkabau pula. Keuka kedudukannya telah kuat. Gubemur J~nderal
Van den Bosch memerlukan seorang penguasa pribumi sebagai raja, sebagalmana yang
dilakukannya di Pulau Jawa dengan mengangkat seorang raja sebagai alat kekuasaan.' Van
den Bosch melihat satu-satunya orang yang tepat untuk jnbatan ltu ialah Suran AIam
Bagagarsyah. selain karena dialah yang memimpin penyerahan. in juga kerabat dekat raja
Pagaruyung. N<an tetapi, penguasa Belanda di Padang hanya mengusulkan Sutan iAIam
Bagagarsyah sebagai hcofd regent untuk wilayah darat. sedangkan Sutan Raja MansurAIam­
syah sebagai hoofd regent untuk wilayah pesisir Padang. Akan tetapi. sebelum keputusan
pemetintah di Batavia dikeluarkan. pimpinan pemerintah di Padang digantidengan Letnan
Kolone! Ridder de Stuers. la tidak melihat bahwa Sutan A1am Bagagarsyah sebagai tokoh
yang cocok seperti yang dikehendaki Van den Bosch. Atas usulnyaSutan AIam Bagagarsyah
diangkat menjadi regeHt Tanah Datar saja dengan gajl seratus gulden sebulan. Ketika De
Stuers pindah ke Batavia. ia digantikan Elout. Elout inl pun tidak melihat kepemimpina~
Sutan A1am Bagagarsyah sebagaimana yang direncanakan pemetintah di Batavia dalam
mencari tokoh yang dapat dijadikan raja Minangkabau. Elout malah melihat seorang tokoh
yang tepat, yakni kemenakan Sultan Muning A1amsyah yang lain, Tuanku Buo. Akan tetapi,
Tuanku Buo tidak mau diperalat Belanda. Untuk memperkuat posisinya BeJanda mengang­
kat Datuk Pamuncak keturunan T uan Gadang Batipuh se!aku regeHt Batipuh. Regent yang
baru ini berambJsi menggantikan kedudukan Sutan A1am Bagagarsyah. sehingga antara
21
persekutuan dagang dengan nama voe
(Vereelligde Oost-I;ldische Compagl1ie)
yang kemudian lebih dikenal sebagai kompeni. Pada mulanya kapal-kapal
voe ini diawaki para penjahat yang dipersenjatai'dan diberi kewenangan
penuh melakukan kekerasan bilamana perlu, bahkan mengadnkan perjanjian
dengan raja~raja di Nusantara bagi kepentingan perdagangan .
. Pada awal abad ke-17 Belanda telah menguasai dan menaklukkan beberapa
kepulauan yang menghasilkan rempah-rempah yang menjadi komoditi utama
perdagangannya, seperti Ambon, Tidore, T ernate, dan Banda. Pada perte­
ngahan abad itu juga mereka telah merembes menguasai Makassar dan beber­
apa pelabuhan dagang yang penting di pantai utara Pulau lawn.
Sejak awal abad ke-17 itu, Belanda mulai mengadakan hubungan melalui
pantai barat, tetapi selalu kandas usahanya karena terbentur posisi Aceh yang
sangat kuat di sana. Mereka dapat berdagang dengan Minangkabau asal
memperoleh persetujuan raja Aceh dengan membayar cukai lebih dahulu.
Aceh yang menguasai pantai barat dan pantai timur di belahan utara Pulau
Sumatera, dan yang berarti menguasai jalan laut di Selat Malaka. dengan
sendirinya mempunyai lawan-Iawan. Lawan-Iawannya itu adalah raja-raja
yangberada di sekitar Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka serta bangsa­
bangsaEropa seperti bangsa Inggris. Portugis, dan Belanda yang ingin memper­
.oleh hilk-hak perdagangan yang bebas dan mengtmtungkan. Namun bangsa­
bangsa Eropa itu tidak bersatu melawan Aceh. malah salin~ berebut mengam­

kedua rege/ft itu terjadi persaingan. Sutan Alam Bagagarsyah sangat kecewa akan kebijaksana­
an Elout itu. Akan tetapi. ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia memang tidak mempunyai
kekuatan apa~apa. selain hanya dapat memperlihatkan rasa tidak senangnya kepada Elout.
Ketika terjadi serangan serentak terhadap kubu dan kedudukan Belanda pada bulan Januari
1833. Sutan Alam Bagagarsyah bersama Sentot Alibasya dan Tuanku Nan Cadik ditangkap
atas perintah Elout. RusH Amran mengemukakan bahwa penallgkapan ini merupakan
tindakan Elout dalam mencari "kambing hitam" peristiwa yang sangat memalukan dirinya
karena lebih dari 150 pasukan Belanda tcwas. Di samping itu, pada saat peristiwa itu
berlangsung. ia sedang menunggu suatu promosi atas keberhasilannya menaklukkan Mi­
nangkabau. Ketiga orang itu diangkut ke Batavia. Van den Bosch yang tidak percaya atas
"pengkhianatan" mereka menyuruh Ridder de Steurs untuk memeriksa. De Steurs yang
selama di Minangkabau tidak menyukai Sutan Alam Bagagarsyah pun tidak melihat kesalah­
an atau pengkhianatannya. Ketika mula bertemu dcngan De Steurs. Sutan Alam Bagagar­
syah bersama Tuanku nan Cadiak scrcntak bersujud dan memeluk kaki De Steurs. Van den
Bosch setuju dengan hasH pemeriksaan De Steurs yang menyatakan b'lhwa Sutan Alam
Bagagarsyah tidak terlibat dengan Gerakan Tandikat dan tidak melakukan pengkhianatan
kepada Belanda. Van den Bosch bahkan menginginkan agar Sutan Alum Bagagarsyah
dikembalikan ke kedudukannya di Minangkabau. Akan tetapi demi kemungkinan kerja
sarna dengan Elout. residen di Padang. Sutan Alam Bagagarsyah dibebaskan di Baravia
dengan mendapat gaji. Pada tahun 1849 ia meninggal dan dikuburkan di Manggadua.
Kemudian jenazahnya dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata oleh pemerintah RI pada
tahun 1975. karena makam Manggadua digusur. (Uhat RusH Amran. op. cit. him. 540-626).
22
bi! hati Acehyang sangat kuat pada masa itll. Ketika Aceh kehilangan Iskandar
Muda, kejayaan Aceh mulai menurun dan makin merosot setelah pengganti­
nya pun berpulang. Sejak itu armada dagang Belanda mulai agak leluasa
melakukan perdagangan dengan bandar dagang di pantai barat Minangkabau,
seperti Tiku, Pariaman, dan Indrapura. Namun, keleluasaan itu tidak berlang­
sung lama. Saling serang Belanda dengan Aceh berlangsungkembali. Aceh
masih menguasai semua ban dar perdagangan itu. Akhimya terjadi juga perda­
maian. Belanda harus mengganti berbagai kerugian yang ditimbulkan peper­
angan itu. Sebaliknya, Aceh memberi konsensi kepada Belanda dengan meng­
izinkannya membuka kantor dagang di Padang. Persetujuan itu terjadi pad a
tahun 1660.
Semenjak persetujuan itu, Belanda mendapat basis untuk melakukan siasat
dengan menghasut penguasa di sepanjang pantai barat Minangkabau itu agar
membebaskan dirinya dari Aceh. Sebaliknya, raja-raja kedl yang terpikat pad a
hasutan Belanda mendapat perlawanan rakyatnya sendiri yang mendapat
hasutan Aceh. Raja Indrapura, yang selama ini merupakan raja muda Kerajaan
Pagaruyung yang membebaskan dirinya dari rajanya berkat bqntuan Aceh,
mencoba pula membebaskan dirinya dari kekuasaan Aceh dengan bekerja
sama dengan Belanda. Sultan Muhammadsyah ini mengirim utusan ke Batavia
pada tahun 1663 sebagai pengukuhan "Perjanjian Painan" yang dibuatnya
dengan Belanda di Pulau Cingkuk. Sebenarnya persetujuan itu juga merupa­
kan dukungan Belanda kepada Muhammadsyah untuk mengg:mtikan ayah­
nya yang lari ke benteng Belanda di Pulau Cingkuk karena diserbu rakyatnya
yang berontak.
Oleh karena Belanda merasa kedudukannya telah aman di pesisir selatan,
maka perhatiannya ditujukan ke pesisir utara untuk menguasai Pariaman dan
Tiku. Gerakannya dibantu pasukan yang didatangkan dari lawa. Ketika kedua
bandar itu telah dikuasainya dan pasukan yang membantu telah kembali ke
]awa, rakyat Pauh melakukan serangan sengit ke kedudukan Belanda di
Padang dan memutuskan hubungan Padang dengan daerah pedalaman Mi­
nangkabau. Keberhasi!an serangan rakyat Pauh pada kedudukan Belanda itu
diikuti pula oleh serangan penduduk Kototengah, Ulakan, dan Pariaman
terhadap setiap pos Belanda di wibyah itu.
Pada saat yang gawat itu datanglah utusan raja Pagaruyung, Sultan Bagagar
Alamsyah, menemui Belanda di Pulau Cingkuk. Sebelumnya mereka telah
mendatangi Indrapura dan juga Pariaman. Raja Pagaruyung yang selama ini
telah digerogori Aceh, sehingga hampir semua raja muda yang diangkatnya
telah membelot darinya, kini menginginkan pengakuan hak kuasimya di
seluruh wilayah Minangkabau pada masa jayanya. Belanda menyetujui kei­
nginan itu. VOC diangkat raja Pagaruyung sebagai mantri raja yang bertindak
sebagai kllasa pagaruyung di seluruh pesisir. Mantri raja itu berkewajiban
23
membayar "upeti" sebanyak 2.000 gulden setiap tiga tahun k~vada "raja"-nya,
tetapi raja Pagaruyung tidak boleh lagi mengutip pajak di pesisir.
Semenjak itu, atas nama raja Pagaruyung, Behmda melakukan penaidukal!
ke semua kota pantai sampai ke Barus. Namun, penduduk cit sekitar ~Jandar
perdagangan yang dikuasai Belanda itu, terutama penduduk Pauh dan Kotote­
ngah. terus melakukan serangan atas pos-pos Belanda. Tidak kurang dari 20
kali serangan gencar rakyat P.auh terhadap Belanda selama 75 tahun (1665­
1740). tidak termasuk insiden keeil-keeilan. Malah akhimya Raja Putih, anak
bandaharo di Sungai Tarab. yang diangkat sebagai wakil kerajaan 'Pagaruyung
di markas Belanda. ikut melakukan perlawanan bersama rakyat Pauh setelah ia
ditugasi menjadi regen Pauh. Perlawanannya dapat dipatahkan dan ia terpaksa
Iari ke Ilalang. Di sana ia bertemu dengan pasukan yang dipimpin Andomo di
Saruaso, Mereka seeara bersama menyerang Padang. Lima rams orang di
antara pasukan mereka mengenakan jubah putih serta mengalungkan tasbih di
lehemya. Namun, pasukan itu dapat dikalahkan Belanda. Pada tahun 175 S
Pauh dapat dikuasai Belanda seluruhnya. 40

Zaman Islam
Persentuhan bangsa Asia Tenggara, tegasnya suku bangsa yang mendiami
Sumatera dengan bangsa yang mendiami jazirah Arab telah berlangsung
sebelum munculnya agama Islam, karena sejak Iskandar Zulkarnaen di India
telah ada perahu Sumatera berIayar seeara teratur ke negeri itu. Bahkan jauh
sebelumnya, perahu Sumatera itu telah berlayar sampai ke Madagaskar me­
nyusuri pantai benua Asia dan benua Afrika. Rempah-rempah dan emas dari
Sumatera telah menjadi bahan perdagangan yang utama yang diangkut peda­
gang Arab dengan memakai perahu mereka sendiri atau dengan memakai
perahu Sumatera. Hal ini menyebabkan nama harum rempah-rempah dan
kapur barus Sumatera, telah tereantum dalam salah satu ayat Alquran sebagai
campuran minuman bagi ahli surga. 41
Keharuman rempah-rempah Pulau Sumatera itu telah mengundang Khali­
fah Muawiyah untuk mengirim surat kepada Sri Maharaja Lokitawarman, raja
Sriwijaya yang berkedudukan di Sabak,42 agar memeluk agama Islam. Sri

40 Penduduk Pauh tidaklah benar-benar tertaklukkan Belanda pada masa itu karena
tahun 1844 mereka melakukan pemberontakan besar-besaran menentang Belanda. Mereka
dapat dikalahkan lagL Namun, pada waktu kaum komunis menghembuskan pemberontakan
pada tahun 1926, mereka pun bangkit lagi.
41 Ayat 6 Surat Ad-Dar itu lengkapnya berbunyi: [/llIal abrara yasyrabuulla mill ka 'sill kalla
ka/uura. yang artinya: "Sesungguhnya orang baik-baik akan minum dan piala yang
.camp~rannya dari kapur." Kapur itu ditafsirkan Hamka sebagai kapur barus yang berasal
dan Sumatera. (Lihat Hamka, Antara Fakta dan Khayal "Tuallku Rao" him. 192).
42 Penentuan kedudukan Sriwijaya di Sabak (Muarasabak) Jambi. menurut Soekmono. berda­
24
Maharaja rupa-rupanya membalas surat itu dengan menyatakan kebesarannya
bahwa ia memiliki 1.000 ekor gajah dan istananya terbuat dari bata emas dan
perak, dalam kerajaannya mengalir dua sungai yang mengairi kebun gaharu,
dan ia juga mengabarkan bahwa ia mempunyai 1.000 orang dayang. Pad a
waktu Khalifah Umar bin Abdul Aziz, pengganti Muawiyah, Sri Mahan*
kembali yang membanggakan 1.000 gajahnya serta 1.000 dayangnya. Di·
samping itu, ia minta guru yang akan mengajarkan agama Islam karena ia ingin
memeluknya.~ l Tidak begitu jelas kelanjutan permulaan pengaruh Islam pada
Sri Maharaja yang menjadi raja di Sriwijaya itu. Sriwijaya tampaknya terus
menganut agama Budha dan mengembangkannya ke lawa. (dengan mendiri­
kan candi Borobudur?). Ada dugaan hubungan keduanya renggang karena
sejak tahun 749 terjadi perubahan pemerintahan di lazirah Arab, yakni dari
dinasti Ummayah ke dinasti Abbasiyah. Pada saat yang sama, pamor dinasti
Tang di Cina menanjak dan mereka mempunyai kesempatan untuk memutus­
kan hubungan dagang antara Sriwijaya dan Arab. Namun, hubungan yang
telah terjadi itu menjadi permulaan penamaan pulau yang menjadi pusat
Sriwijaya berubah menjadi Sumatera. 44 '
Kedatangan saudagar Arab di Sumatera telah menimbulkan pemukiman
mereka di pantai timur dan barat Aceh. seperti Pase, Lamuri, Lho Semawe, dan
Barus sejak abad ke-S sampai abad ke-12. Sekitar tahun 1270 Pase menjadi
kerajaan pertama di Aceh di bawah pimpinan Meurah Silu yang kemudian
bergelar Sultan Malik As-Salib. 4S Laporan perjalanan Marco Polo pada akhir

sarbn alasan letak geografis yang cocok sebagai pelabuhan pe!ayaran dan juga berdasarkan
persamaan bunyi dcngan A1zabaj. yang kadang-kadang juga dibaca Zabag oleh penyalin
sejarah Barat. (Lihat Soekmono. op. dr. him. 82). Sedangkan Siamet Muljana berpendapat
A1zabaj atau Zabag yang ditemukan dalam benta Arab itu adalah salinan kata lawaka.
lawaka tidak ada sangkur-paumya dengan lawa. Menurut orang Tamil. lawaka ialah Suma­
cera dan juga Semenanjung. seperti yang terdapat pada kisah Culawangsa yang mengatakan
bahwa lawaka menyerang Srilanka pada tahun 1247 dan 1271. Sedangkan dalam berita
Arab ieu sendiri dikatakan bahwa di A1zabaj itu terdapat Fansur. Malayur. dan Lamuri yang
ketiganya terletak di Sumatera. oleh karena itulah. Slamet Muljana berpendapat bahwa
A1zabaj itu maksudnya Sumatera yang sebelumnya disebut lawaka. (Lihat Siamet Muljana.
Kuma/a. SriIVijaya. dall SUUiarJJuabhumi hIm. 21).
43 Keterangan ini terdapat dalam majalah yang diterbitkan di Pakistan, Islamic StudieS yang
memuat tulisan S.O. Fatemi: "Dua Pucuk Surat Maharaja untuk Khlaifah" (Lihat Hamka, op.
cit. hIm. 54).
44 Pada umumnya sejarawan berpendapat bahwa asal nama Sumatera dari Samudt'ra yang
menjadi nama kerajaan di Aceh pada abad ke-14. seperti yang diungkapkan C. Snouck
Hurgronje dalam bukunya Dc Atjelters. Sedangkan N.J. Krom dalam Gescltiedenis van Neder­
iandsch luaic berpendapat bahwa nama $UUUltcra berasal dan $uIVarnadUiipa yang disalin oleh
Arab menjadi Sj.amralira.
45 Pase konoll berasal dari Parsa atau Parsi. Diduga penamaan itu karena di lokasi itu pada
mulanya didapatkan banyak saudagaryang berasal dari Parsi (Lihat juga C. Snouck HurgTon­
je dalam Dc Ari;hCTS).
25
abad ke-13 dan Ibnu Batutah pada pcrtengahan abad berikutnya memperkuat
berita kehadiran agama Islam di bCl'bagni pelnbuhan dngang Aceh. Dari
inilah sejak abad ke-s dan ke-9 Masehi agama Islam memasuki Minangkabau
dan menjadi lebih giat pada awal abad ke-13. Hal ini tcrbukti bahwa pada
tahun 1250 tercatat seorang uiama, Syekh Burhanuddin. seorang Acch yang
larna bermukim di Arch. telah bcrkubur di Kuntu yang pada masa itu merupa­
kan wilayah Darmnsnwa:1t; Adilnya kubur Syekh BUlhmuddin yang bcrtarikh
abad ke-13 bis;) memberi tafsiran bahwn pcnguasn di Darmasraya tidaklah
memusuhi orang-orang Islam. Adanya kubur itu memberi pctunillk bahwa eli
Kuntu tentulah telah banyak pengikm Syekh Burhanuddin.
Ketika Majapahit melakukan ekspcdisi ke Pase, yang tentu saja membawa
pasukan yang berasal dari Darmasraya y:mg juga 5Udah dikenal sebagai Mi­
nangkabau, persentuhan orang Minangkabau dengan Islam mcnjadi lebih
akrab. Sebagai dugaan, hal ini dipcrkuat sentil
Pase yang menceritakan juga kisah Giljnh Mada diperintah Sang N:m
wa, kerbau besar untuk diadu dengml kcrbau Patih Sewatang pada suatu
ekspedisi ke kaki Guntlng Merapi di Sumatcra. Y,mg dimnksud dengnn
Sewttang je\aslah Perpatih nan Sabatang yang dikcllal dalam
tertera namanya pada area Amoghapas<l.
Kemuclian dalam catatnn Kronik Islam di Filipina dikisahkan. bahwa pada
tahun 1390 seorang yang bcrnamn Raja Baginda dari Minrmgkabau yang
beragama Islam telah datang mcmimpin pasukan menyerang Moro. Dalam
catatan itu tidak diterangkan apakah pasukan itu berasal dari Malaka yang
telah memeluk Islam ataukah pasukan Majapahit yang menguasai Minangka­
bau. Hal itu bisa menimbulkan berbagai kemungkinan. Ker,ljaan yang paling
berambisi di Asia Tenggara untuk memperiu3s wilayahnya ialah Majapahit
meskipun pada masa itu Malaka yang Islam telah mlilai tllmbuh pula sebag<li
kerajaan yang kuat. Oleh karena itu, mungkin Raja Baginda ynng ikut me­
nyerang Pase, 1alu memeluk Islam di sana, dan kemudian ia diperintahkan ke
Moro oleh Majapahit. Namun, ia tidak kembali. Ja menctap di sana
menjadi raja serta mel1gislamkan masyarabt Moro di Filipina SelatanY
Meskipun orang Minangkabau telah banyak mcnganut Islam, raja Paga­
ruyung yang pertama memeluk agama Islam bam Sultan AliL yaitu pada tahun
1560. Ada berbagai pendapat bahwa masa itll Kerajaan Pagaruyung telah
terpecah belah dan sangat Jemah sehingga menjodi alasan raja mosuk
agar mendapat bantuan dari Aceh untuk memperkukuh taht:mya. Hal ini

46 Lihat Mahmud lunus. SCjara!! Pelldidikalf /;/am di J,ldol1cM.l, him. 10.


47 Nama Moro berasal dari bahasa Spanyo! yang artinya S;lll1<1 Jengan A1~0". schagai penamaan
bagi orang yang menganut agama Islam. Ketika Span),,,1 mcngwlsni Filipin3. orang-Nani'
Islam di selatan Filipina itu mereka sebut A1."o.

26
lambannya agama Islam berkembang di Minangkabau
yang penyebarannya tanpa menggunakan kekerasan itu.
Kemudi,1I1 sejmah mencatat pub bahwa tokoh ulama yang paling terkemu­
ka l11ul1cui di lllnkan, Pariaman, Yi~kni Syekh Burhanuddin. Konon pada awnl
abad ke-J 7 bersama orangtuanya terpaksa menyingkir ke Sintuk, karena
sebagai pengonut Islam. mercka diisolasi penduduk nagarinya, Parial1gan, yang
masih menganut agnma Budha. Sebclumnya, i:l bemama Pono yang berkenal­
India yanQ' bemama lIappai. 4s Hubungannya yang
keyakinannya
POM ke Aceh. Mungkin juga
la bertemu dengan Syekh Abdurrauf dan
em pat belas tahun belajar pada syekh itu, sebelum kembali ke
negerinya. Pono diberi l1am" Burhanuddin olch gUrlInya. Burhanuddin, yang
kemudian dig-elari Syekh oleh muridnya itu. menetap di Ulakan. Ajaran
tarekat Syatariyah yang dianutnya cep.u memperoleh pengikut sehingga
mengimbangi njarnn tarekat Wujudiyah yang tclah lebih dahulu disebarkan
Tuanku Can king y:li1g berkcdiaman di Nagari C:lngking yang terletak di kaki
Gunung Merapi. Ajar:ln tarebr ini diterimanya dari Syekh Hamzah Fansuri
yang juga dari B~lrus.

48 Lihar Gaz'llba. "Konflik dan Prnyc511ainl1 omara Adar. Agamn. dan Barat". dalam
.Ii Milf,lHgl'"ll"II!. 19()(I <11 f'.ldang. him. (,-7.
$(lJliHl/f /;IIIIH

4'> Syrkh Abdllrrauf jll~a discbllt Syckh AbdulTiluf Fansliri. FanslIf menurut bcberapa orang
bcr'lsal d'lri IW111a dc~a jl,IIWII'. pll~ artillya ~'all.:uran di dekar Oleulheu. Bonda Aceh. Abn
tl'tapi orang bin berpcnclnpat Dcso PanniI' yang dimaksud iabh yang terletnk antnra Singkil
dan Ra I'U;. f-bmb I1lcn~lJpas p~1I1j'lng Icbar ns.ll·lIsul ral1suri. y~lI1g dikatakallnya bemsnl dari
bahasa Minan):kabnll bl/mh l,lWilll bra (1,,1; (,I/ei!) mcnurur pcmahaman ekologi. Knta bnmh
bcntbah m'~l1jadi blll'llS bila ditlilis orang Bcbnda. Scdangbn orang Arab mcngejanya
ml'njadi hlfl;lf,.. Tidak lIbahnya dcngan bt'l klll'lll' mcnjadi kamfurtl dalnm bahasa Arab.
nwnj"di Ild"'(cr dalall1 b'lhu;a B~landn. d,ll1 iIll'njl1di IIt/HII't't dah1ln b'lhasa Indonesia tll1tuk
mcnyatabll "'!I'ur 1"II1I~. I /;lI11ka ju~a l1'\<'llglltip ;vair brYJ HanlZah Fansuri
bahwa in "rani' Mcbyu bcrasal dad flams. Pcndapat I'iamb ini didl'!m""
ulasanllya itu. Hmnka hcndak m"11\I~t"kan
clraupUIl H,lmzah t'ansuri llcrl1sal dnd Minangkabau. (Lihnt
M,:nufllt wilayah pcmcrimnhan scbrang. BanIs tcnnasuk dacrah Aceh. Akan tetapi, menu­
rut sejarahnya yang Ichih tua. sejak Aditiawannnn. Barus tennasuk wilayah Minangkabau.
Dalum pcrjalannn sejarah yang pnnjang, kontak antara Ace~ dnn Minan·gkabau. telah
l11cnycbnbkan pembauran penduduk antarn kcdua suku bangsa itu. Jib dilihat dari perwata­
knn orang Minc1l1gkaball yang lehih suka mcnjadi pcngikut ntau belajar dari suku bangsanya
sendiri. tcrutnma dalum pcngajnran Islam. scperti yang terlihat dalam sejarah hingga kini
bahwa tidak seorang pun tcrcatat mubalig atau ulama asing yangpernah hidup dan menetap
di Minangkabau. apalagi rnempunyai mUrld, mnka sangat mungkin bilhwa Abd!lrrauf dan
Hamzah Fansuri itu berasal dari suku bangsa Minangkabau. Jika sekiranya Hamzah Fansuri
ituorang Ac.:;h, tentu!ah ia tidak mengatakan dirinya orang Melayu dalam syair-syairnya.

27
Rupanya semangat pengembangan agama Islam orang Minangkabau pada
abad ke-17 itu sangat tinggi. Mereka bukan hanya pergi menuntut ilmu ke luar
negeri, tetapi juga menyebarkan ilmu dan agamanya ke negeri yang
di seberang lautan. Demikianlah tercatat beberapa ulama Islam Minangkabau
telah datang ke Sulawesi Selatan untuk melakukan misinya. Bahkan seorang
yang bernama Khatib T unggal, yang kemudian terkenal dengan nama Dato Ri
Bandang, .adalah salah seorang yang paling terkemuka karena mengislamkan
raja Goa, kemudian menjadi anggota kerabat istana.

Zaman Paderi
Ajaran tasawuf yang dianut kaum sufi aliran Wujudiyah di Cangking dan
aliran Syatariah di Ulakan. yang terutama mengajarkan kesucian batin umat
dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ilmu suluk dan zikir, tampak­
nya tidak berhasil menjadikan orang Minangkabau berjaya seperti masa silam­
n'ya meski secara sendiri-sendiri mereka telah berhasil mengembangkan Islam
ke seberang lautan. 5o Ulama dalam pemerintahan di pusat Kerajaan Paga­
ruyung tampaknya hanyalah sebagai alat kekuasaan pemerintah selama dua
abad. Raja meletakkan seorang pimpinan kerohanian Islam dengan gelar Raja
lbadat di Sumpur Kudus yang statusnya sarna tingginya dengan Raja Adat di
Buo dan bersama-sama dengan Raja Pagaruyung disebut Raja Tiga Sila. Se­

50 Tarekat Syatariyah ini sampai kini masih banyak penganutnya. Mereka seialu berziarah ke
makam Syekh Burhanuddin di Ulakan pada bulan Safar. Ziarah ke Ulakan ini dinamakan
basapa yang artinya bersafar. Upacara basapa ini dilakukan pada seriap han Rabu setelah
tanggallO bulan Safar setiap tahun. T anggal dan han yang dijadikan patokan ialah han dan
tanggal Syekh Burhanuddin meninggal yang jatuh pada han Rabu tanggal 10 Safar tahun
1111 H. Ziarah ke makam syekh itu tidaklah demikian tepat bila dikatakan sebagai upacara
pemujaan kepadanya. Upacara yang dilakukan jemaahnya tidak bersifat pemujaan sebagai­
mana yang dilakukan urn at Islam pada waktu Maulud yang bersifat pemujaan terhadap Nabi
Muhammad. Secara berkelompok di bawah pimpinan imam desa masing-masing. para
jemaah melakukan tahlil dan membaca Quran. terutama pada malam han. Tidak ada
upacara massal yang dipimpin oleh seorang imam. Dulu pengikut Syekh Burhanuddin ini
percaya bahwa setelah melakukan bampa sampai tujuh kali berttirut-turut tanpa putus sarna
nilainya dengan sekali ke Mekah menunaikan rukun Islam kelima. Mungkin upacara basapa
itu dilakukan untuk menyatukan atau mencari tempat perlindungan lahir dan bann jemaah
pada zaman kemelut yang selalu melanda wilayah Minangkabau masa itu. Mungkin juga
upacara itu dipengaruhi kepercayaan bangsa Arab yang memandang bulan Safar sebagai
bulan yang mengandung mara bahaya, bulan nahas, sehingga pada setiap han Rabu pada
akhir bulan Safar orang melakukan penyucian din dengan keramas. Pada masa lalu, keper­
cayaan itu dianut juga oleh penduduk sebelah utara Bengkulu. yaitu dengan melakukan
mandi sud ke laut. (lihat juga Sutan Moh. Zein. Kamlfs Modern Bahasa il1dOHcsia di bawah
kata Rab" dan Safar). Banyak pengamat lainnya mencampuradukkan upacara basapa itu
dengan kepercayaan Syiah yang selalu memperingati mala petaka yang menimpa turunan
Nabi Muhammad. Husein. yang terbunuh di Perang Kerbala pada bulan Safar. Terutama
pula pada setiap bulan Safar penduduk di sekitar Ulakan. khususnya Panaman. membiasa­
28
dangkan dalam kepemimpinan nagari. para ulama didudukkan sebagai anggo­
ta Orang nan Empat. 51
Beberapa ulama pengikut Tuanku Tuo dari Nagari Cangking yang meng­
anut ajaran tarekat Wujudiyah. seperti Tuariku Mansiangan, Tuanku Lintau,
dan Tuanku nan Renceh 52 yang kemudian terkenal sebagai pendiri gerakan
Paderi,53 ingin sekali melakukan pembersihan umat Islam yang terbenam
dalam kehidupan duniawi yang rusak. Namun. mereka belum menemukan
cara pembersihan yang tepat selain dengan cara memberikan dakwah. Barulah
ketika tahun 1803. setelah riga orang haji pulang dari Mekah, seperti
Sumanik. Haji Miskin, dan Haji Piobang. mereka memperoleh gagasan yang
tepat untuk melakukan rindakan pembersihan. Dari ketiga haji yang baru
kembali itu, terutama dari Haji Miskin yang berkediaman di Pandai Sikat.

kan pula melakukan penngatan ntas kematian Hasan dan Husein dengan mengadakan
perarak Tabur. (Lihat juga bab PmnainaH Rakyar). Perkembangan ajaran mistik dan tasawuf
tidak terlepas dari akibat kondisi dan siruasi masyarakatnya. Demikianlah munculnya ajaran
Nyary, yang mengajarkan upaya pelarutan hidup manusia kepada Allah. dan ajaran Gazali.
yang lebih memusatkan ajarannya kepada kesucian batin. adalah karena pada masa kelahir­
31'l kedua ajaran ltu dunia Islam tengah dalam kekalutan dan kekacauan yang tidak
terkendalikan lagi. Semua orang pasrah kepada keadaan dan satu-satunya eara menenang~
kan did lalah dengan melarurkan diri kepada Allah. Menurut ajaran tasawuf. dunia akan
tenteram apabila setiap umat bersih batinnya. Kondis! dan situasi Minangkabau pada masa
ajaran itu berkembang. sarna dengan keadaan pada masa ajaran itu lahir di tempar asalnya.
Ajaran itu hidup subur juga karena dorongan penguasa. Berkembangnya ajaran itu akan
dapat memantapkan posisi kekuasaannya karena setiap warga lebih mementingkan pende­
katan diri pada Allah dan kesucian batin daripada berjuang untuk memperbaiki keadaan
yang buruk akibat ulah penguasa. Syed Ameer Ali mengutip pendapat sarjana Barat yang
mengarakan bahwa jiki Nyary atau Gazali tidak lahir. maka pastilah orang Arab (baca Islam.
pen.) menjadi bangsa yang me!ahirkan Galileo dan Newton. (Lihat Syed Ameer Ali, Api
Islam. Jakarta. Bulan Bintang, 1978. hIm. 663-692).
51 Perihal pengertian OraHg Hall Empat. lihat juga bab UHdaHg-uHdaHg daH Hllkllm dan bab
PCHghulu.
52 Tuanku gelar tradisional yang diberikan kepada ulama. Oleh karena menyebut nama orang
yang dihormati adalah pantang dan pada umumnya pada satu nagari hanya didapati seorang
ulama. maka panggilan untuk mereka dipakailah gelar dan nama nagarinya. seperti Tuanku
Linrau. Tuanku Ulakan, dan Tuanku Cangking. Akan tetapi, kalau terdapat lebih dan
seorang. ulama. gelar tuanku ditambah dengan sifat fisiknya. Kalau ia lebih tua disebut
T uanku nan T uo. kalau hitam kulitnya disebut T uanku nan Hitam. Demikianlah tersebut
nama Tuanku nan Renceh. Tuanku nan Gapuak. dan sebagainya. U1ama yang dalam
i1munya lazim dipanggil dengan inyik. seperti Inyik Danau.lnyik RasuI.lnyik deer (Dr) bagi
H.A Karim Amrullah. Inyik Parabek. lnyik Candung. dan Inyik lambek (Lihat juga Hamka.
Ayahku. Djakarta. Djayamurni. 1967, him. 43). Lazim juga bagi ulama yang belajar agama
Islam di Mekah dipanggil dengan panggilan syekh dan untuk lebih memuliakan disebut
tuanku syekh.
53 Penulis asing umumnya berpendapat bahwa kata Padcri berasal dari bahasa Spanyol padre.
artinya bapak. yang lazim digunakan untuk pastor katolik. Penamaan ulama Katolik untuk
29
mereka memperoleh kisah bagaimana bum Wahabi melakuk\!ll pembersihan
setelah menguasai Mekah dal; kekuasaan dinasti Khalifah Usmaniyah dari
Turki. Tindakan kerns yang dilancarkan bum Wahabi di Mekah itu menim­
bulkan gagasan bagi para tuanku yang telah gelisah melihat kemerosotan
kehidupan umat Islam itu. 54 Oleh sambutan yang hangat dan para ulama,
seperti Tuanku Mansiangan, Tuanku nan Renceh, dan Tuanku Pasaman yang
kemudian dikenal pula sebagai Tuanku Lintau, kampanye Haji Miskin dt
nagarinya, Pandai Sikat, mendapat perlawanan dan para pengikut ulmna yang
merasa ajaran dan kedudukannya sudah mulai terdesak. Ulama yang menen­
tangini rupanya mendapat dukungan dari bum penghulu, karena bagaimana­
pun,ajaran yang disampaikan Haji Miskin itu sekaligus akan merombak sendi­
sendi ajaranadat Minangkabau. Akibat pertentangan yang kian mendalam ini.
balairungdi Pandai Sikat terbakar. Haji Miskil1, yang meras,~ dirinya tidak
aman lagi, laIu menyingkir ke nagari pengikutnya, Tuanku Mansiangan di
Koto Lawas. Sedangkan seorang tokoh yang paling radikal, T uanku nan

ulama Islam tentu saja tidak logis. Mungkin karena itulah, penulis Indonesia lebih sub
mengatakan bahwa asal kata paden dari Pidie, nama tempat di Aceh, yang
juga disebut Pidir. :rernpat itu dikatakan sebngni ternpnt pemukiman semcntnm pnm calon
haji yang menunggu kapal ke Mekah dan juga ternpat pem\lkiman sementara haji ynng baru
darang dan Mekah yang akan kembali ke kampung halaman masing-masing. Sebagai telT!pat
pemukiman sementara, bisa saja tempat itu menjadi pllsat komuniknsi temang dllnia Islalf!.
Dan nama Pidie arau Pidir itulah para ulnma mud a di Minangkabau mcnamai geraknn
solidantas mereka, yang kemudian menjelrna menjadi Pidan menurut lafal orang Minang­
kabau.
54 Kaum Wahabi ialah segoIongan umat Islam yang menganut ajaran Muhammad bin Abdad
Wahhab (1703-1777) yang bermazhab Hambali. Dalam bebcrapa hal. ajarannya berten·
tangan dengan pendapat ulama Iainnya. Misalnya, Wahabi me~olak pelbagai kebiasaan yang
disahkan ijma, yakni persetujuan para ularna tentang kesahan suatu hukum. ljma itu
mengenai ajaran pemakaian perantara atau syafaat orang-orang yang dianggap wall
atau keramat dalam komunikasi umat dengan Allah. Pendin Wahabi berhubungan crat
dengan raja Ibn Sa'ud yang mengu<1'sai sduruh Semcnanjung Arab padn abad ke-18. Akan
tetapi, setelah Raja Ibn Sa'ud meninggnl pada tahun 1814, maka Muhammad Ali. yang
menjadi raja bawahan Khalif"h Usmani"h di Mesir, menakJukkan kcmbali Scmcnanjung
Arab. Namun, pada tahun 1921 tlIrunnll Raja Ibn Sa'ud itu bangkit k.:rnbali dan mcnjadikan
Rind sebagai pusatkekuasaan. D.,n Riad mcrcka mcluaskan pengaruhnya dcngan mellakluk­
kan kembali seIuruh Semenanjung Arab itu hingga sekarang. Oleh knrena kckcrasal1
dilancarkan bum paderi di Min3ngkab;)u bersama"n dcngan penguasaan Mckah olch
Wahabi. maka ballyak orang menduga bahwa paderi adalah pengallut paham Wah,lbi pula.
Para peneliti Barat. seperti BJO. Schrickc. tidak Illclihat adallya pcrsa111aan antara ajarall
Wahabi dan Paderi. serta tidak mdihnt adany" bukti yang menunjukkall bahwa
Paden telah melakukan karnpanyc anti pcmujaan orang-omng keramat dan mengingkari
ijma atau konsenSlis para ulama. Pcngaruh yang dibcrikan bum Wahnbi bukan hanya
scmata-Illata kepada gcrakan Paderi. mala han kcpada duni;, Islam umull111ya. Gcrabn itu
dipandang sebagai awnl kcbangkitan Islam modern dala111 mcnentung pcnjajahun asing baik
terhadap kejiwaan urn.,t mauplill politik. (Lihat L. 5toddnrd. DUllill Bam /,/11111. Jakarta).

30
Renceh dari nagari Kamang. segera membentuk semacam dewan yang terdiri
dari delapan orang tuanku. Dewan ini terkenal dengan julukan "Harimau nan
Salapan", yang anggotanya terdiri dari: Tuanku nal1 Renceh dari Kamang.
Tuanku Lubuk Aur dari Candung, Tuanku Barapi dari Pasir, TuankuBiaro,
Tuanku Kapau, Tuanku Padang Luar, Tuanku Ladang Lawas, dan Tu~nku
Galung 55 Tuanku Mansiangan kemudian diminta menjadi pemimpinnya.
Dalam melakukan kampanye pembersihan ajaran Islam, Tuanku nan Renceh
malah sampai menghukum mati salah seorangmaHdeh-nya, seorangpererp.puan
kerabat ibunya sendiri. Guru Tuanku nan Renceh, yakni Tuanku rian TUCl di
Cangking, yang menentang eara kekerasan yang dilanearkan bekas inundrtya,
juga mendapat giliran tindakan bekas muridnya sendiri. Suratinya dibakar
sampai jadi abu. Tidak lama kemudian, ia sendiri meninggal dUrlia katena
sedih dan usia yang telah lanjut. Tidak sampai setahun, gerakan Paderi telah
menguasai seluruh Agam, malah merembes sampai ~e. Pa~arnan.Namun,
seorang pengikut Tuanku nan Renceh, Datuk Bi:\ndaro, mendapat p~rlawanan
keras di Nagari Alahan Panjang, sehingga ia menyingkir keNagari Bqnj91, yang
gerakan Paderinya dipimpin Peto Syari£. yang kemudian terkenal dengan
T uanku Imam Bonjol.
Di Luhak Tanah Datar, yang menjadi pusat Kerajaan Pagaruyung. pengem­
bangan ajaran Paderi banyak mendapat perlawanan yang keras, sehingga
perang terbuka sering terjadi. Perang yang tersengit terjadi di nagari T anjung
Barulak yang mengakibatkan tiga kali pergantian kekuasaan. Namun, ada
usaha Tuanku Lintau yang menjadi pemimpin Paderi untuk melakukan per­
undingan perdamaian dengan pihak Kerajaan Pagaruyung. Mungkin, karena
hubungan Pagaruyung dengan pihak Belanda telah terputus, kedudukan
Belanda di Pad~mg telah digantikan Inggris akibat perang mereka di Eropa,
ajakan Tuanku Lintau diterima pihak Pagaruyung. Perundingan dilakukan di
suatu lapangan di nagari Kototengah. Selagi perundingan itu dilakukan,
pasukan Paderi di bawah pimpinan Tuanku Lelo datang menyerbu dan mem­
bunuh seluruh perutusan Pagaruyung. Di antara yang terbunuh ialah anggota
Basa Empat BaIai. OIeh karena keselamatannya terancam, Sultan Muning
Alamsyah menghindar bersama seorang eucu perempuannya ke selatan, ke
Sinjunjung. Sedangkan Sutan Alam Bagagarsyah mencari bantuan Inggris yang
berkedudukan di Padang.
Inggris memasuki pedalaman. dengan membangun markasnya di Padang
Simawang. tanpa mendapati kontak senjata dengan Paderi. Dari sana Inggris
mengundang raja Pagaruyung. Yang datang ialah Tuan Gadis. istri rajaPagll­

,5 Sumbcr yang berbeda scringkali menyampaikan nama-nama keanggotaan Harimau nan


SaJapan Y'It1g berbeda pula. Umpamanya. antara makalah Asmaniar Z. ldris dalam SeHliHIlT
islnm di Mil1tll1gkabau dan tulisan Hamka dalam AJ'IIHku.

31
ruyung. Kehadiran Tuan Gadis di Simawang tampaknya tid~k dihaiangi okh
Paderi yang sesungguhnya telah berkuasa di Pagaruyung. Hal ini m;;:nunjuk­
kan bahwa kekuasaan Paderi di Minangkabau tidaklahmengubah sistem
pemerintahan. Mungkin yang telah berubah ialah personalia para penghu)u
yang telah meninggal dan atau yang te)ah menyingkir ke ~adang. Gerakan
Paderi bukanlah gerakan yang menentang adat dan Kerajaan Pagaruyung.
Gerakan itu rupa-rupanya merupakan gerakan solidaritas para ulama dalam
usaha membersihkan umat Islam dari perbuatan yang bertentangan dengan
ajaran agama. 56

Perang Paderi
Perang Paderi merupakan bagian penaklukan se)uruh Indonesia oleh Belan­
da. Penaklukan Minangkabau sesungguhnya telah mereka mulai sejak abad
ke-17 ketika mereka melakukan kontak dagang yang berlanjut dengan taktik
mengadu-domba kekuatan penduduk setempat. Dengan organisasi yang rapi
dan taktik yang jitu, secara berangsur Belanda berhasil menginjakkan kakinya
ke bumi Minangkabau setapak demi setapak. Dua kali mereka terpaksa me­
nyerahkan kubu-kubunya di Minangkabau kepada Inggris, yakni pada tahun
1781 sampai dengan 1785 dan tahun 1975 sampai dengan tahun 1819, karena
kalah menghadapi Inggris.
Selama Belanda meninggalkan Minangkabau, Minangkabau praktis sudah
dikuasai kaum Paderi, kecuali Padang yang diduduki Inggris. Di Padang itulah
berkumpul semua orang yang memusuhi Paderi, seperti para penghulu dan
kerabat Kerajaan Pagaruyung. Ketika Belanda menerima Padang kembali dari
Inggris, para penghulu dan kerabat Kerajaan Pagaruyung yang lari ke Padang
beramai-ramai meminta bantuan Belanda untuk mengalahkan Paderi dari
nagarinya masing-masing.
Sambil mengulur waktu untuk menghimpunkan kekuatannya kembali, Be­
landa melakukan perundingan dengan penghulu "pelarian" itu dengan sasaran
penyerahan Minangkabau kepadanya. Perjanjian itu baru dapat disepakati
pada awal tahun 1821.lsinya, para penghulu menyerahkan kekuasaan kepada
Belanda dan Belanda berjanji akan membantu para penghulu "pelarian" me­
mulihkan kedudukan mereka kembali. Belanda segera mengirimkan pasukan­
nya menduduki tempat yang paling strategis di Padang Simawang.
Dari Padang Simawang itulah Belanda melancarkan serangan-serangannya
dengan bantu an pengikut kaum penghulu. Sebagai langkah pengamanan posi­
si; yang pertama mereka serang ialah Sulit Air. Berikutnya mereka menyerang
nagari Gunung dan Simabur, tetapi mereka gagal menguasainya. Kemudian
setelah memperoleh tambahan kekuatan dari Batavia, mulailah Belanda me­

56 Lihat B.J.O. Schrieke op. cit. him. 15·20.


32
lakukan penyerbuan-penyerbuan untuk penaklukan. Yang mula-mula di­
serbunya ialah Pagaruyung pada awal tahun 1822, blu didinkannya benteng
yang dinamai Fort van der Capellen di dekat Batusangkar. Dan sana Belanda
menyerang kedudukan Tlianku Lintau di Lintau, tetapi serangan itu dapat
dipatahkan Paden. Belanda lalu mencoba mengisolasi Lintau dengan mendu­
duki berbagai tempat strategis, seraya menghimpunkari kekuaran bam di
benteng yang baru didirikannya di Batusangkar.
Pada pertengahan tahun 1922 Belanda mencoba menyerang kubu Tuanku
Mansiangan di Pandai Sikar dan Koto Lawas di Luhak Agam. Belanda be'rhasil
menawan Tuanku Mansiangan. Dan sana Belanda menyerang nagan Kapau
dan Tilaran9". nagari V1'lmr i;ldi kuhu t ... r~"n~" N:lgari k' !>mart'" rempat l~edt!d"
k;u ~_l!i F :;1:1 l.' kod~ 1: ; tid:d 'crh:-­
ll1C' .lO:· ..;!i it,··.. ., '," .. lkuk. 'lsoIicL: "den iu Old. ·J..;:arka .
scr;;·:::.'" b,\i.: '~m kl;' krcq (;l!i1l'ng Me:
. wih,yah .··.<:,im. T "unku Wansiang­
an yang ditawan daput 111embebaskan dirtnya, lulu memimpin kembali pasu­
kannya.
Aktivitas Belanda terhenti berbulan-bulan sampai kedatangan bala bantuan
dan Batavia pada awal triwulan kedua tahun 1823. Belanda menyerang Bukit
Marapalam yang strategis di perbatasan Luhak Lima Puluh dengan Luhak
Tanah Datar. Pasukan Belanda dapar dikalahkan, rerapi konon Tuankunan
Renceh akhirnya meninggal akibat luka dalam pertempuran yang berlangsung
selama tiga han tiga malam secara terus-menerus itu.
T uankll Mansiangan mengerahkan pasukannya untuk merebut Pariaman
guna memperoleh hubungan ke laut, tetapi Belanda mengetahuinya. Pandai
Sikat diserang ,Belanda lagi, tetapi serangan Belanda ini dapat dipatahkan.
Pasukan Belanda yang telah melakukan serangan di kaki Gunung Merapi, lalu
digerakkan membanru penyerangan ke Pandai Sikat lagi. Serangan itu pun
masih dapat dipatahkan Paderi.
Pada awal rahun 1824 Belanda membllar perjanjian perdamaian dengan
kaum Paderi Alf\han Panjang di perbatasan Agam dengan Pasaman. Setelah
ancaman dari sebelah utara itu bebas, Belanda sekali lagi mencoba menyerang
Pandai Sikat. Kali ini usaha Belanda berhasil. Setelah itu, Belanda menghenti­
kan p·enyernngannya. Pemusaran pasukannya terutama diarahkannya untuk
mengalahkan Pangeran Diponegoro di Jawa.
Setelah Diponegoro dapat ditawan pada tahun 1830, maka Belanda pun
aktif lagi melakukan penaklukan atas Minangkabau. Mereka memakai
t'~,L,·f r ' i rn! ; b·,­ \t~nri~, 'li-! he,
d.. d.... !~Cl' '. lk (fniki, ,';;::'~' "i"i' 'pat di'
sch:·, ;l'iUi ;-. 't"U~: U 1)( : t;,lhi1! $(' ~rri M~"ap~hln~.
i, pad;; .li-.hir tahull ; 83 I. iJda bulan April
Lintau pUll dapat mercb taklukkan, pada wahu itu Tuan­
33
kll Lintall telah meninggal karen., lIsianya slldah lanjut. "
Selanjutnya Kamang pun jatuh ke tangan Belanda. Menyusul nagari Matur
dan Sungai Puar jatuh setdah terjadi pertempuran sengit. Dengan jatuhnya
nagari-nagari itu. kedudukan Bonjol pun terancam. Belanda lalu mengirimkan
ultimatum agar Bonjol menyerah. Pimpinan Paderi terpecah dua dalam me­
minggapi ancaman Belanda. Namun, akhirnya Bonjol pun menycrah. Dari
Bonjol Belanda tid~rk tcrhalang lagi dalam menaklukkan selumh Pasaman.
Berikutnya seluruh Luhak Lima Puluh dapat ditaklukkan. Pada akhir tahun
1831 itu. selain Luhak Kttbung Tiga Belas. seluruh Minangkabau relah dapat
dikalahkan Belanda secara militer.
Secara diam-diam di seluruh Minangkabau telah terjadi konsolidasi paham
antara para pemimpin suku bangsa Minangkabau pada umumnya setelah
melihat praktek pendudukan kaum militer Belanda. temtama pelallggaran
terhadap kesucian agama mereka. seperti menggunakan masjid sebagai asrama.
memperkosa para wanita.
an rahasia di kaki Guntlng Tandikat
seluruh Minangkabau.
Serangan itu dilancarkan pada tanggal 11 Januari 1833 terhadap pos dan
asrama militer Belanda di Bonjol. Simawang Gadang. Tarantang Gadang.
Lubuk Ambalau. dan Rao di wilayah Pasaman. Dalam serangan itu hampir 150
orang militer Belanda terbunuh. Komandan Belanda yang sedang berada di
Sipisang, yang terletak antara Bonjol dan Palembayan, pun mendapat serangan
sehingga ia terpaksa masuk hutan keluar hutan dan kembali ke Bukittinggi.
Dalam pelariannya itll. 71 orang pasukannya terbunuh.
Aksi serentak di Luhak Agam dan Tanah Datar tidak dapat dilakukan,
karena rahasianya bocor. Sentot Ali Basyah, panglima Perang Diponegoro
yang berpihak kepada Belanda yang lalu dikirim ke Minangkabau untuk
mengalahkan Paderi, dituduh terlibat dalam gerakan Tandikat itu. la dikem­
balikan ke Batavia. Sutan A1am Bagagarsyah, regent T anah Datar ditangkap
dengan tuduhan yang sarna. lalu dibuang ke Batavia. 57 Beberapa pemuka
masyarakat lainnya, yang selama inl telah membantu Belanda, malah dipeng­
gal kepalanya.

57 Rupa-rupanya penangkapan atas Sman Bagagar Alamsyah oleh pihak Belanda dengan
tuduhan ikut serta dalam Perjanjian T,mdikat bersama Sentot Alib,lsya dan kaum Paden
berdasarkan fitnah yang ditcrima Bout. peng1.l3sa Bebnda di Padang. Kebetulan Bout
sendiri sedang mencari ''kambing hitam" untuk melcpaskan sakit hati dan rasa malunya
berhubung tcrjadinya gerakan perlawanan sercnt,)k yang dilancarkan Paderi hingga banyak
menjatuhkan korban di pihak Belanda. sedangkan ia telah membuat laporah ke Batavia
bahwa situasi betul-betul mantap. Seorang pejabat tinggi Belanda di Jakarta. De stuers. yang
diserahi memeriksa dan mcnyelidiki kasus itu. tidnk mclihat sutan Bagngar Alamsyah dan
Sentot Alibasya ikut Paderi melakukan gcrakan Pcrjanjian Tandikat itu. D,)lam laporannya

34
Namun, pada pertengahan tahun itu Buo; Tambangan, dan Guguk Sigan­
dang di Luhak Tanah Datar bangkit melakukan serangan terhadap Belanda.
Kebangkitan itu merembes pula ke Luhak Agam. Pos pasukan Belanda di
Kamang dan asramanya di Bukittinggi diserang secara serentak. Atas peristiwa
itu, Belanda menggantung 15 orang penghlliu dan pemimpin Paderi yang telah
mereka tawan, di antaranya Tuanku Mansiangan yang telah tua itu.
Akibat serangan yang beruntun iru, Belanda mengubah siasatnya. Wilayah
Alahan Panjang yang sulit teritorialnya im mereka lepaskan. Di Iuhak Iainnya
mereka umumkan suatu maldumat yang disebut "plakat panjang", yang isinya
menyatakan bahwa Belanda tidak akan mencampuri urusan penduduk, para
penghulu yang diangkat Belanda akan diberi gaji, dan sebagainya. Siasat ini
tampak berhasil di ketiga luhak yang telah dikuasainya itu, sehingga Belanda
dapat mengkonsolidasi kekuatannya untuk secara bertahap mengepung Bon­
jol di Alahan Panjang. Sebaliknya, kesempatan itu digunakan Paderi pula
untuk memperbaiki kubunya dan menghimpunkan kekuatannya di seluruh
Alahan Panjang.
Pada pertengahan tahun 1834 Belanda yang telah merasa cukup kuat
melakuk:m aksi pertamanya dengan menyerang Pantar dan Matur dengan cara
mendadak di tengah malam. Gerakan Belanda tenls merembes ke barat
dengan menduduki Andalas dan kemudian Sungai Puar dan selanjutnya
Sipisang. Akan tetapL. di Sipisang pasukan Belanda dapat dihalau Paderi.
Belanda lalu membelokkan arah serangannya ke Bonjol melalui Matur di
sektor burat, melalui Luhak Lima Puluh Kora di sektor timur, dan dari
Tapal1uli <Ii sektor urara. Serangan Belanda ke arah Bonjol dimulainya pada
tanggal 21 April.l8 35. Setelah dua bulan melakukan serangan, Belanda telah
kian dekat ke BonjoL tetapi gerakannya kian lamban karena perlawanan dari
pihak Paded kian sengit juga.
Pasukan Paderi tidak hanya bertahan. Mereka pun melakukan serangan
pada kedudukan Belanda di seberang Sungai Alahan Panjang. Pertempuran
berkecamuk selama lima hari lima malam sehingga Belanda kehilangan 100
orang tentaranya. Akibat serangan itu, Belanda menangguhkan serangannya
sambi! menghimpunkan tenaga bantuan yang jumlahnya sampai 14.000 o­
rang.
Barulah pada akhir tahun 1836 'Belanda melakukan serbuan sekali lagi
seca ra serentak ke benteng Paderi dengan memuntahkan peluru meriam tanpa

De Stuers mengatakan antara lain: "Tidak masuk akal seorang yang telah menyerahkin
negerinya kepada Belanda. seorang yang paling membenci semua yang berbau Paderi, akan
mengkhianati kita (maksudnya Belanda, pen.) dengan bersekongkol dengan Paderi dan
Untau dan Bonjol. Siapa pun yang percaya pada tuduhan ini; saya peringatkal'i Iiahwa kasus
ini memberikan nama yang sangat buruk bagi kita, karena memang nasib rakyat yang dijajah
itu untuk selah,! dikhianati akhirnya ..." (Uhat juga, RusH Amran, Op.< cit. hlni. 551-568).
35
putus-putusnya. Pada dinihari tanggal 3 Desember 1836, sep'asubn Belanda
berhasil menyusup ke benteng Paderi dengan tujuan membUD'Jh Tuank'u
Imam Bonjo!. Mereka berhasil memasuki rumah Tuanku Imam, re(;:.pi fuanh
Imam tidak di sana. Yang mereka temui hanyalah perempuan-percmpuan.
Seorang anak Iaki-Iaki, putra bungsu T uanku Imam, mereka bunuh. T uanku
Imam yang tidur di rumah lain datang membela keluarganya. Perkelahian pun
terjadi. Pasukan Belanda lari meninggalkan rumah itu, tetapi Tuanku Imam
luka parah dengan tujuh belas lukanya. Gagal membunuh Tuanku Imam,
Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Pasukan terdepan
mendapat hadangan Paderi secara mendadak sehingga tertegun serangannya.
Pasukan Belanda yang di belakang menembak dengan meriam, sehingga pasu­
kannya yang tidak bisa maju itu menjadi sasaran. Peristiwa itu menimbulkan
sikap frustrasi di pihak Belanda. Bahkan timbul kekhawatiran di kalangan
pemerintah Belanda sendiri bahwa andaikata peperangan itu berlarut7larut
akan dapat menimbulkan guncangan di kalangan penduduk Minangkabau
lainnya. Panglima ten tara Hindia Belanda datang dari Batavia untuk meninjau
situasi dengan matanya sendiri menjelang pertengahan tahun 1837.
Kemudian setelah menembaki benteng Bonjol di Bukit Tajadi dengan
meriam selama tiga bulan penuh, barulah tentara Belanda dapat merebut
benteng itu pada 'tanggal 16 Agustus 1837. Akan tetapi mereka tidak dapat
menawan Tuanku Imam Banjo!. la, yang telah terluka parah pada perkelahian
beberapa bulan yang lalu, dalam usia yang telah mencapai 64 tahun. akhirnya
ditangkap lawannya pada tanggal28 Oktober 1837 setelah kena bujuk untuk
melakukan perundingan. Kemudian ia diasingkan di Cianjur, lalu ke Ambon,
dan akhirnya meninggal dunia di Manado tanggal 6 November 1864.
Walaupun Tuanku Imam telah ditangkap, perlawanan Paderi belum lenyap.
Tuanku Tambusai yang berbenteng di Dalu-Dalu masih bertahan sampai
akhir tahun 1838. la dapat menyingkir ke Sumatera Timur setelah benteng
Dalu-Dalu jatuh. Kanan ia terus menyeberang ke Malaysia. 58
Selesai menghadapi Paderi di. Bonjol. Belanda memusatkan gerakannya ke
Kubung Tiga Belas, Kabupaten Solok sekarang. Belanda tidak mendapat
perlawanan berarti dalam gerakannya itu. Dengan demikian, seluruh wilayah
Minangkabau telah ditaklukkan Belanda pada akhir tahun 1838.
Meski Paderi telah dapat dikalahkan, suku bangsa Minangkabau
melakukan perlawanan bersenjata menentang Belanda. Dimulai pada awal
tahun 184 L yaitu tiga tahun setelah sisa Paderi dikalahkan di Dalu-Dalu, api
perlawanan dinyalakan di Batipuh oleh T uan Gadang yang pada waktu itu
telah diangkat jadi regent oleh Belanda. Benteng Belanda di Padangpanjang

58 Berkenaan dengan akhir sejarah hidup T uanku Tambusai lihat lebih Ianjut buku Hamka
Antam Fakra dan Khayal 'TU4HIIIl Rao" him, 222·224.
36
diserbu, sehingga beberapa orang tentaranya meninggaL Benteng Belanda di
Barusangkar, Fort van der Capellen, pun diserbu, sehingga pasukan Belanda
yang mengawalnya terpaksa menyingkir. Bahkan Bukittinggi, dengan benteng­
nya yang terkenal Fort de Kock, mendapat serangan sehingga rumah-rumah
Belanda. termasuk rumah asisten residen. sempat dirusakkan oleh penyerang.
Akibat serangan rakyat, orang Belanda di Solok bersembunyi ke benteng di
Muara Panas. Perlawanan itu hanya berlangsung selama sebulan. RegeHt Bati­
puh. Tuan Gadang. dapat ditawan, kemudian dibuang ke Cianjur, dan me­
ninggaJ di sana pada 12 Oktober 1842.
Pada tahun 1843 meletus lagi pemberontakan yang dlpimpin Kaja Huo,
yakni kemenakan dari raja Pagaruyung yang dirajakan di negeri itu. Perlawan­
an Raja Buo diiringi perlawanan Raja Hitam di Sijunjung.,9
Pada akhir tahun 1844 rakyat bergolak Jagi di Pauh dekat Padang, yang
diiringi serbuan rakyat di beberapa tempat di hulu Batanghari dan Alahan
Panjang di selatan Solok. T ahun berikutnya rakyat Koto Anau melakukan
perlawanan seiring dengan perlawanan rakyat di Sungai Pagu.
Perang yang berlangsung sejak tahun 1841 sampai dengan 1845 merupakan
perlawanan rakyat atas kerja paksa untuk menanam kopi yang terkenal dengan
nama cultuur stelsel. Setengah abad kemudian, yaitu pada ~ahun 1905, suku
bangsa Minangkabau sekali lagi melakukan pemberontakall melawan Belanda
karena menentang rodi atau pajak, yang dapat diganti dengan kerja untuk
membuat jalan. Pemberontakan itu berlangsung di beberapa tempat, seperti
Manggopoh, Kamang, Pauh, Ulakan, Koto Tujuah, dan Lubuk Alung.
Meskipun setiap pemberontakan itu dapat dipadamkan, perasaan perlawan­

59 Raja Buo (Tuanku di Buo) sering juga disebut Raja Sembahyang karena ketaatannya
beribadat. Meski oleh Elout ia telah ditawan menjadi hoofd regent (regen ktpala). sebagaima­
na yang dijabat oleh saudara sepupunya. Sutan Alam Bagagarsyah, dengan gaji yang jauh
lebih besar. ia retap berpihak kepada Paden dalam menentang kekuasaan Belanda. Ketika
Paden telah dikalahkan seluruhnya dan pemberontakannya yang terakhir pun tidak berha­
sil, ia bersembunyi di wilayah Raja Kuantan. yang merupakan saudara sepupunya. Dan
karena hendak menjaga keselamatan saudaranya yangjadi raja di Kuantan itu. ia menetap di
Pangkalan Kora Baru dan dan sana ia melancarkan serang-serangan ke arah kedudukan
Belanda. Kemudian ia memindahkan kedudukannya ke Sumpur dan dan sinilah ia melaku­
kan serangan frontal ke kedudukan Belanda. Barulah pada rahun 1861 ia mencoba mem­
buat kontak dengan Belanda unruk diizinkan kembali ke kampung halamannya setelah 30
tahun bertualang melawan kekuasaan Belanda. Akan tetapi. Belanda menolak. Namun.
pada tahun 1865 permohonannya diizinkan dengan syarat asal ia'mau tinggal di
Padang. Akan tetapi. pada saat ia hendak berangkat. ia sadar pada dirinya lagi bahwa tidal<
sepantasnya ia bersenang-senang di Padang dalam usia tua. mengingat koman telah banyak
yang jatuh karena pimpinannya. Akhimya. ia memilih tempat yang sunyidi Durian Gadang.
Di sana ia mencapai usia 75 tahun dan meninggal setelah menderita kelumpuhan. Dialah
satu-satunya kerabat Kerajaan Pagaruyung yang konsekuen. menentang Belanda. (Uhar
juga Rusli Amral.l. op. cit. hIm. 592-599).
37
an atas penjajahan Belanda itu terus-menerus tertanam daJilm sanubari suku
bangsa Minangkabau sehingga di kala komunis sempat menghasut rakyat
untuk memberontak di Silungkang pada tahun 1926, maka api peperangan
pun menyala lagi.60

Zaman Pembaruan
Sejumlah gerakan pembaruan berlangsung di Minangkabau selama masa
pemerintahan Hindia Belanda seabad lamanya. Seperti gemkan Paderi. setiap
gerakan pembaruan selaJu bermuara ke arah gerakan politik, sehingga korban
pun berjatuhan dalam bentuk pembuangan. Motivasi setiap gerakan bukan
hanya hasrat pembaruan dalam menerapkan kaidah agama Islam. Motivasi
lain. dilihat dari sudut falsafah suku bangsa itu. terutama adalah dorongan
harga diri atau dorongan untuk cksis sebagai suku bangsa dan scbagai pribadi
yang sama derajatnya dengn pribadi yang lain. DemikianJah, gerakan Paden
pada mulanya yang menganut isu pembaruan dan pembersihan ajaran agama
dari kebiasaanjahiliah. yang tidak lagi dapat dihalangi oIeh ajaran sebelumnya.
berkem~ang menjadi pemenuhan ambisi ulama Paderi untuk menduduki
posisl yang telah dUsi ulama tradisional. Namun, setelah gerakan Paden yang
b~rkembang menjadi gerakan politik dan mil iter itu dapat dikalahkan oleh
gerakan militer Belanda. praktis ajaran pembaruan yang dicetuskannya tidak
memberi kesan apa-apa dalam peribadatan suku bangsa Minangkabau selan­
jutnya.
Dekadensi ajaran tarekat Satariyah dan kegagaJan Paderi menimbulkan
gerakan baru pada tahun 1850. yaitu ketika Syekh Ismail yang juga dijuluki
Tuanku Simabur. kembali dari Mekah dengan membawa ajaran tarekat Naksa­
bimdiyah. Gerakan pembaruan T uanku Simabur ini segera mendapat pengikut
akibat adanya ketidakpuasan orang Minangkabau terhadap ajaran Satariyah.
Setelah huru-hara yang berlangsung demikian lamanya itu: ajaran Satariyah
tidak dapat lagi memberikan ketenangan batin. Sekali lagi. pertentangan di
antara para ulama muncul. Golongan Naksabandiyah menamakan dirinya
kaum muda. sedangkan ulama Satariyah disebut sebagai ulama adat."l Juga
karena pusat gerakan kaum muda itu berada di Cangking dan yang lainnya di
Ulakan, kedua aliran itu lazim pula disebut tarekat Cangking dan tarekat
Ulakan. 62 Pertentangan kedua aliran itu cukup tajam, tetapi pcrgolakan yang
terjadi tampaknya dapat dibatasi pada penguasaan masjid. Oleh karena go­
longan Satariyah mendapat dukungan kaum adat, maka golongan Naksaban­
diyah terpaksa mendirikan masjid sendiri. Dalam masa lima puluh tahun

60 Lihat juga A Muluk Nasution. PClJlbrrOllltlk.lIf Rakynr Silungkang. Jakarta. Mutiara. 1981.
61 Lihat juga B.J.O. Schrieke op. dr. hIm. 27.
62 Lihat juga Hamka. Ayahku. Djakarta. Djajamurni. 1967. him. 24.
38
golongan Naksabandiyah berhasil mendesak posisi golongan Satariyah.
Dominasi golongan Naksabandiyah dipandang telah kemasukan kebiasaan
yang bersifat bidah olch Syekh Ahmad Khatib, orang Kota Gadang yang ,
bermukim di Mekah sejak tahun 1871. Bahkan ia pun gencar menyerang
hukum adat yang bertentangan dengan Islam, seperti stelsel matrilineal dan
sistem warisannya. Serangan yang dilancarkan Syekh Ahmad Khatib belumlllh
mengguncangkan lapis;m masyarakat terbawah meski telah 111en'ggun~~ngkan
kalangan I.:endekiawan adat dan ulama Naksabandiyah. Akan tetapi, l<~nka
Yahya. yang juga berasal dati Simabur, pulang di,ln Me~i,lh membllw.a
ajaran Syekh Ahmad Khatib itu, timbullah guncangan cli kalangan m$syar;tkat
banyak. Hanya empat tahun Haji Yahya sempat mengembangk::m ajFlrannYIl
karena pada tahun 1904 ia ditangkap Pemerintah Hindia Belamia lalu djbJJang
ke Ambon. 63
Serangan yang dilancarkan Syekh Ahmad Khatib di Mekah dan Haji Yahya
terhadap ajaran tarekat Naksabandiyah dan adat Minangkabau t~lah memba­
ngunkan suatu sikap terancam akan kehadiran golongan mereka masing­
masing. Bahkan serangan ini telah menimbulkan ikatan solidantas antara
kedua golongan itu, seperti yang terlihat kemudian pada awal sejarah gerakan
politik di Minangkabau. Basis ll1ereka di desa, yang persawahan menjadi
sumber ekonominya, sulit tertembus pembaruan. Sebaliknya di desamiskin
yang pendllduknya terpaksa merantau, ide pembarllan lebih mudah ditenma
masyarakatnya."~
Pembuangan Haji Yahya ke Ambon tidaklah menghenrikan gerakan pem­
Pada tahun berikutnya. tiga orang ulama terkemuka, yaitu Haji
Ahmad, Haji Jal11il Jambek. dan Haji Karim Amrullah, kembali dan
Mekah setelah memperdalam ilmu agall1anya, antara lain pada Syekh Ahmad
Khatib. Belajar dari pengaJaman Haji Yahya, ketiganya tidak menyerang adat
Millangkabau dalam kampanye gerakannya. Malahan mereka mengemukakan

63 Libat juga B.J.O. Schrickc hIm. 30-37. Pcrtcntangan antara kaum tua dan bum muda bukan
scmata-mata inasalah perbcdnan ajaran yang konsekllcnsinya akan meruntuhkan posisi
kcpcnlimpinnn sajn. tetapi yang paling pCllting rupa-rupanya perubahan posisi itu akan
mcngnkibatkan para ulamn tun kehilangan lumber keuangan pribadi yang secara tradisional
tdah memberi kekaynan yang disahbn hukulll aganm. seperti zakat harta yang berjumlah
2.5% dari pendapntan umntnya per rahun. atau dari infak. dan sedekah. Ulama tradisional
lazim pula mcmungut 10% hurtn warisan yang dipersengketakan. Lihnt juga C. Snouck
Hurgmnje. Islam di HiHdia BcIaHda. Jakarta. Bhratara. 1973. hIm. 22-26).
M Peta dCl1likian masih tcrlihat sampai sckarang pada pCllgaruh gerakan politik sebagairilana
terlihat pad a hasil pemilihan umUIl1 tahun 1955 dan 1971. Tergambar bahwa peta
bum tun yang bergabung dalam partai Islam Perti (Persatuan Tamah Islamiah)
sangat dominan di nagari yang sumber hidup utnlnanya dari hasil pertanian. Sedangkan
kaum muda yang bergabung da!am Partai Musyumi dan kemudian dalam Partai Muslimin
Indonesia S3lH!3t domillull di lla~ari yang penduduknya banyak merantau.
39
suatu modus tentang harta warisan tanpa mengganggu hukum adat, yakni
dengan mengemukakan lembaga hibah dan harta pencarian yang diwarisbr:
menurut hukum Islam.~5
Gerakan pembaruan mereka yang terpenting bukanlah pembersihan upaca­
ra peribadatan Islam dari kebiasaan yang berbau syirik dan ~idah. melainkan
upaya peningkatan harkat ulama, agar setaraf dengan golongan kaum elite
baru yang herpendidikan sekolah pemerintah Hindia Belanda, sambil meng­
genggam bendera pembaruan yang digagaskan Muhammad Ahduh. Upaya
peningkatan harkat atau harga diri ulama dan golongan Islam. selain dengan
mendirikan sekoJah, menurut sistem yang dicontoh dari Mesir dan sekolah
pemerintah, juga dengan cara berpakaian menurut mode amtenar sebagai
manifestasi kehadiran goJongan mereka. 66
Pengaruh ketiga ulama ini menimbulkan prakarsa ulama lainnya yang
sepaham untuk mengubah sistem pendidikan surau dan madrasah. Perubahan
itu terwujud dalam Thawalib dan Diniyah, yang kadang-kadang disebutkan
juga Thawalib School dan Diniyah School. yang didirikan sekitar rahun 1915.
Perkembangan sekolah seperti itu kian pesat, bahkanjuga diikuti golongan tua
yang tergabung dalam tarekat Naksabandiyah. Malah kemudian Haji Abdul­
lah Ahmad mendirikan sekolah Adabiyah di Padang, yang memberikan pela­
jaran menurut kurikulum sekolah HIS, sekolah berbahasa Belanda untuk
pribumi, sebagai upaya untuk meningkatkan harkat bangsanya yang tidak

65 Lihat juga bab "Harta dan Pusaka".


66 Rasa "harga diri" yang diujarkan falsafah Minangkabau menjadi motivasi utama bagi suku
bangsa itu untuk bangkit agar sederajat dengan suku bangsa lain, bahkan untuk sama setara
dengan bangsa Belanda yang menjajahnya. Umpamanya. tingkah laku HA Karim Amrullah.
yang senantiasa memakai dasi pada upacara resmi. untuk menyatakan dirinya sama dengan
orang-orang yang berpangkat tinggi keluaran sekolah Belanda. Hal yang sama dilakukan juga
oleh Dokter A Rivai ketika ia menyelesaikan pelajaran di Sekolah Dokter Jawa pada tahun
1894, yang sengaja berpotret dengan pakaian gaya Belanda. dan sengaja kawin dengan
perempuan-perempuan Eropa. seperti Belanda, Inggris, dan Jerman agar semua orang meng­
hormatinya seperti menghormati orang Eropa. Demikian juga dengan H. Agus Salim yang
sejak sekolah menengah selalu hendak membuktikan dirinya. tidak kalah dengan murid
Belanda, bahkan suatu waktu dalam sejarahnya. ia mengangkat dirinya agar sama dengan
Belanda melalui hukum persamaan dengan Belanda meski ia tetap pribumi. Demikian juga
halnya dengan Tan Malaka, bekas murid yang pintar di Sekolah Belanda, yang kemudian
merasa dirinya dihina T uan Kebon Belanda di Deli, lalu berbalik menjadi patriot bangsanya.
Ataupun Rustam Hendi yang berusaha menjadi anggota Parlemen Belanda di Negeri
Belanda sendiri. Sepintas lalu hal demikian tidak ubahnya sebagai kompleks anak jajahan
terhadap tuan jajahan, seperti yang terdapat juga pada bangsa India pada awal kesadaran
nasionalnya. Akan tetapi. bagi orang Minangkabau, kompleks itu adalah kompleks Minang
yang dibangkitkan oleh ajaran falsafahnya. Untuk pemahaman Minang Kompleks, lihat juga
tulisan Dr.M. Amir dalam Bllnga Ram/lai, Medan, 1939, him. 183. Lihat juga AA Navis,
Seminar lnternasional Kebudayaan MiHaHgkabau, Bukittinggi, 1980, di bawah judul "Tingkah
Gerakan Politik di Minangkabau".
40
mendapat temp at di sekolah pemenntah.
Bagaimanapun motivasi untuk meningkatkan harkat dan harga din para
ulama itu, meski tidak mendapat tempat yang formal seperti yang dapat
dicapai golongan lain yang memperoleh pendidikan sekuler pada sekolah
pemenntah juga mempengaruhi din mund-round mereka. Bahkan gerakannya
menjadi lebih tinggi karena usia mudanya sehingga pada tahun 1918 mereka
mendinkan organisasi bernama SumateraThawalib, yang kemudian menjeima
menjadi gerakan politik Islam radikal di Minangkabau.

Gerakan Politik
Setiap gerakan pembaruan yang dianut bum muda semenjak gerakan
Paderi. meskipun pada mulanya ingin membersihkan ajaran Islam dan deka­
densi moral yang telah membusuk, mau tidak mau menjadi gerakan politik bila
alat kekuasaan pemerintah telah merasa terganggu, lebih-lebih pemerintah
yang korup yang sangat berkepentingan dengan ajaran lama yang telah deka­
den itu. Gerakan pembaruan yang dilancarkan Tuanku Simabur dengan
tarekat Naksabandiyahnya sejak tahun 1850 itu. tampaknya diberi angin oleh
pemerintah Hindia Belanda karena gerakan itu tidak ditujukan kepada kekua­
saannya melainkan kepada suku bangsa Minangkabau yang sesungguhnya
dapat memberikan keuntungan bagi pihak penguasa. Juga karena sifat ajaran
tarekat lebih mementingkan kesucian rohani danpada kehidupan duniawi.
Meskipun kemudian terjadi konflik antara golongan tarekat Satariyah dan
Naksabandiyah. pada dasarnya konflik itu bertolak dari perbedaan keupacara­
an dalam mendekatkan din kepada Allah yang Mahabesar.
Akan tetapi, ketika Syekh Ahmad Khatib melancarkan serangannya terha­
dap suatu sistem, baik ajaran Naksabandiyah. maupun adat Minangkabau,
dengan sendirinya sendi-sendi kekuasaan mulai terguncang. Oleh karena
itulah, ketika Haji Yahya baru saja mulai menyampaikan ajaran gurunya, ia
segera ditangkap dan dibuang pemerintah. Namun, serangan yang tajam dan
kadang-kadang sampai menyakitkan harga diri itu telah membangkitkan sofi­
nisme di kalangan adat, yang dibangkitkan Datuk Sutan Maharaja, yang
digelari "Bapak Wartawan Melayu", dalam tulisan-tulisannya di majalah Pelita
Kedl yang terbit di Padang pada tahun 1894. Kesadarannya sebagai seorang
cendekiawan Minangkabau masa itu membuat ia sangat antidominasi asing. Ia
bahkan menyerang isu yang dilontarkan koran Melayu Cina, sehubungan
dengan kemenangan Jepang atas Rusia, yakni isu "Asia untuk orang Asia."
Bahkan kesadarannya atas kemuliaan adat suku bangsanya yang menganut
sistem demokrasi telah menghasilkan tulisan-tulisan yang menyerang bupati
yang feodalistis. Namun, ia bukan tidak menyadari kekuasaan pemerintah
Hindia Belanda..Dan ia menyokongnya, selama pemerintah masih memulia­
kan adat Mina~gkabau.
41
Rupanya tiga serangkai haji, yang lama bennukim dan bei-ajar pada Syekh
Ahmad Khatib di Mekah, itu cukup memahami kondisi Minangkabau di kala
mereka sampai di kampung masing-masing, tidak lama setelah Hajj Yahya
dibuang ke Ambon. Mereka sam a sekali tidak menyerang adat Minangkabau
dalam upaya membersihkan Islam dari perbllatan Syilik dan bidah
kukllh dipercayai masyarakat. Mereka bukanlah semata-mata
hanya memperhatikan hukum dan ajaran Islam. Mercka adalah ccndekiawan
Islam yang mendapat aspirasi pikinm-pikiran yang dilontarkan Muhammad
Abdul. pemikir Islam modem yang berdiam di Mesir. Aspirasi yang mereka
bawa ke Minangkabau menjadi subur brena kondisi $osial dan politik yang
menguntungkan, baik di Minangbbau sendiri maupun di Jawa, terutama
akibat kemenangan Jepang dalam pepcrangan mcbwan Rusia serta kebangkit­
an "Turki Muda" di Asia Barar.
Pada mulanya gerakan itu bersifat kelompok, tanpa organisasi, yang bangkit
karena serangan-serangan Syekh Ahmad Khatib dari Mckah dan kemlldian
karena kemunculan Haji Yah),,). Setidak-tidaknya ada tiga kelompok
saling bertentangan keras, baik l11elall1i khotbah mallpun mdalui
dalam majalah. Haji Abdullah Ahmad rncndiribn Sarekat llsaha pad a tahun
1915, yang bcrtujuan mencari dana untuk mendiribn Sekolah Adabiyah.
Kehadiran organisasi itu, yang didllga ada hubtmgannya dengan Sarekat
Dagang Islam yang didirikan tahun 1911 di Yogya, mendorong kelompok
lainnya mendilikan organisasi masing-masing. Datuk Sutan Maharaja
kan Sarikat Adat Alam Minangkabau (SAAM), sedangkan Khatib Ali yang
beraliran tarekat Naksabandiyah mendirikan Sarikat Islam pada tahun 1916.
Di Padangpanjang mulai didirikan Sekolah Thawalib dan Diniah sebagai
wadah penyebaran ajaran kaum muda.
Dalam menghadapi gerakan kaum muda, SAAM dan SI tel'l1yata melakukan
kerja sama yang CUkliP erat, tetapi gerakan bum muda nampaknya lebih
berhasil karena lebih mampu mcnampung aspirasi pembaruan. Semenjak itu
muncullah berbagai organisasi seperti Sumatera Thawalib, Persatuan Guru
Agama dan Persatuan Ulama Sumatera. Dalam pada iru komunisme muncu1 di
kalangan kaum muda karena kehadiran Tan Malaka di dalam S1 Merah. Dan
setelah penggeraknya di Sumatera Barat, Haji Datuk Batuah, dibuang peme­
rintah pada tahun 1923 dan setelah tcrjadinya pemberonrak:m rakyat Silung­
kang tahun 1926-1927, tampaknya semu.l kegiatan politik di Sumatera Barat
terhenti. Kaum mud a yang berapi-api semangatnya itu mengalihkan kegiatan­
nya untuk memperdalam ilmu agama. 67
Namun, ketika Haji Abdul Karim Amrullah. yang telah dikucilkan teman­

67 Iaku gcraknl1 di Mil1nl1~kabnll dalam maS<1 uwal at-ad ini. Iihar I.:bih
Schriekc 01'. fit. 41-75.

42
temannya, aktif membawa Muhammadiyah ke Minangkabau, kaum muda
yang tergabung dalam Sumatera Thawalib merasa terdorong untuk bangkit
lagi. Mereka tidak hendak memasuki Sarikat Islam yang telah menjadi partai
politik. Mereka !alu mendirikan Pcrsatuan MusIimin Indonesia (PermO pada
tahun 1932 yang agitasi politiknya dapat mengimbangi Sukarno dalam PNI di
Jawa. Akhirnya, pimpinan Permi, sepcrti: Mochtar Lufti, IIyas Yakub, lalaludin
Thaib, dan Syahbilal Rasyod ditangkapi dan dibuang ke Digul bersamaan
dengan pembuangan Sukarno, Hatta, dan Syahrir. Kehadiran Muhammadiyah
dan Permi membangkitkan pula kaum tlla. Kaul11 tua dalam tarekat Naksaban­
diyah untuk memperkukllh dirinya mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti) dan bum adat mendirikan lagi organisasi baru dengan nama Majelis
Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM),68 Selaill yang mema­
suki PNI. gerakan politik ccndekiawan yang berpelldidikan sekolah Belanda
hampir tidak bcrarti. Pada umumnya mercka lebih menyukai bergerak di
bidang pendidikan. seperti M. SY<lfei dengan INS Kayutanamnya yang didiri­
kan tahun 1926.('-) Ada yang bergerak di bidang ekonomi. seperti Taher Marah
Sutan dengan Persatuan Dagang Indonesia (PersdO di Padang dan Anwar St.
Saidi yang mendirikan Bank Nasional pada tahun 1930. 70

6S Or~<1ni$~si ini k~tika dipimpin Dr. $imarajcl ikur m('nghadiri Kons-res GAPI rahun 1940 yang
bertemak,m "llldonesj~ ll~l'p~rlem':ll" la Illcrtlpuk,m sutu-sutunya organisasi yang lahir dan
rumbuh di Minangbb,lu V,Jnl! 11ll'nt:hadiri kongl'':s im St'tt'hlh organisn!i ini dibubarkan,
karen,l ballyak anggora pcngurusn)'a rt'rlibar perisriwa PRRJ, rnab pada tahun 1967 organ i­
susi scjenis itu dengan llama LKAAM (lxmbaga Kerapatall Adar Alam Minangkabau)
dimunculkan kembali.· Kcmudian organisasi ini bergabullg ke dalam kekuatan politik
Golongan Karya. Scdangbn pcranannya sendiri datam k..~giatan politik dan kcbudayaan
tidaklah dcmikian jdas.
69 INS ialah kepcndckan dari In./ol,,'slsd, Net/a/andse/rc School. Sebagai anggota Perhimpunan
Indonesia di Negeri Belanda, M. Syafci Jnngsung mendirikan sekolah itu sekembalinya ke
Indoncsi;. Sekolah itu memakai nama Indonesia dan merupakan lembaga yang perta!11a
yang memakai nama Indonesia di Hindia Bclanda pada masa itu.lajuga mcngarangsebuah
lagu pujaan yang berjudul "Indonesia Subur". Tujuan sckolah itu mendidik manusia
Indonesia yang merdeka, yang mampu berdiri sendiri melalui sistem aktif-kreatifsebagaima­
na kodrat al3m yang diciptakan T uhan Yang Maha Esa. Lihat (cbih lanjut Mohammad Syafei.
Dasar-dasar Pendidikajj, jakarta, CSIS, 1979.
70 Lihar juga 40 Tahulj PT Blink Nllsional. Bukit'tinggi. 1970.
43
· .'
"'.

TAMBO

ambo merupakan salah satu warisan kebudayaan Minangkabau

il
yang penting. Ia merupakan kisah yang disampaikan secara lisan
oleh tukang kaba I yang diucapkan oleh juru pidato pada upacara
adar. Orang cenderung membagi tambo itu dalam dua jenis.
Yakni tambo alam, yang mengisahkan asal-usul nenek moyang
serta bangunnya kerajaan Minangkabau, dan tambo adar, yang mengisahkan
adar atau sistem dan aturan pemerintahan Minangkabau pada masa Ialu. 2
Dalam menyampaikan kisah tambo tidak ada sistematika tertentu. Cara
mengisahkannya disesuaikan dengan keperluan dan keadaan. Sepenggal kisah
tambo dapat saja dikisahkan dengan merentang panjang. Ada kalanya dikait­
kaitkan dengan adat monografi suatu nagari, tempat tambo itu sedang disam­
paikan. Kadang-kadang dikaitkan dengan sejarah bangsa yang mereka kenaI
secara selintas. seperti sejarah Melayu, sejarah Majapahit. bahkan juga sejarah
Islam. Bukanlah sesuatu yang ganjil jika tambo dipandang sebagai karya sastra
yang menjadi milik umum yang isi kisahnya dapat berubah-ubah menu'rut

Tubng kaba semacam traubadour di Eropa, la selalu berkeliling memperagakan keahliannya

bercerita ke nagari yang sedang pasar. ke keramaian atau perhelatan yang diadakan orang.

Uraian lebih lanjut Iihat bab "Kesusasteraan" dan bab "Permainan Rakyat".

2 Tall1bo berasaLdari bahasa Sanskerta. rall1bay atau lambc yang artinya bermwla.

45
kesenangan pendengarnyn. Di kaln tambo ditulis dan kemudiai~ dicetak dalam
bentuk buku, kebiasaan tukang kaba berkisah dilanjutkan penulisnyn.'
Kisah tambo tidak mengennl jarak waktu. tetapi pada umumnya dimulai
dan keberangkatan Maharaja Diraja 4 ke Minangkabau. Tokoh yang dikisah­
kan berpusat pada Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih nan Sabatang
yangdimitoskan sebagai pendiri dua sistem pemerintahan Minangkabau. yang
didampingi tokoh lain yang bernama Cati Bilang Pandai. Sedangkan raja-raja
yang bersemayam di Pagaruyung. selain Bunda Kandung. tidak pernah
disebut-sebtit dalam tambo. Kisah tambo juga melukiskan kedatangan raja­
raja asing yang mencoba menaklukkan mereka. Akan tetapi. nama rnja-raj,l itu
dilukiskan dengan sindiran sebagai hewan. seperri RI4sa dtlri itHlt yaHg tlllfdulmYIl
bercabang-cabang dan Anggtmg d,lri laut ylmg te/arnYtl jatJAn di talfan MilttllfgI1llbal1.a­
tau nama-nama Jain yang dikiaskan dcngan nama yang samar.'.

Asal-Usul
Pada awal tambo dikisahkan tiga orang putra Sultan lskand~r Zulkarnain. b
Yang tertua Maharaja Alif menjadi raja di benua Ruhum. 7 Yang tengah

Tidak ada suatu kisah tambo yang sarna isinya. baik yang mcnggunakan tulisan Arab.
yang mcnggunakun tulisan Latin. yang baru dikcnal pada awal abad ke- 20 ini. Pcnulis
yang menggunakan bahasa Indonesia mcnambah keragaman kisah tambo. karena umumnya
mereka mencoba memberikan tafsiran mcnurut ilmu dan orientasinya masing·masing. Kisah
tainbi:> yang pertama ditlliis dcngan tulisan Arab. Oleh karena itu. pengaruh agama Islam dan
kisah-kisah yang bcrsumber dari Arab sangat dominan mewarnai kisah tambo. Sedangkan
kisah tambo yang ditulis dellgan tulisan Latin diberi tafsiran dengan menggunakan ilmll
sejanih Nusalltara dnri tangan kcdua ntal! ketiga. Bagaimanapun bercampuraduknya imaji­
nasi, mitos, dan legenda daram kisah rambo itu. ia masih dapat membantu para pcneliri
untilk mengenal kebudayaan Minangkabau. Edwar Djamaris dalam makalahnya telah men­
CObOl menguraikan cerita tambo menurut strukturnya. Lihat Edwar Djamaris. makalah
Seminar btteYIIMio1lal Kdntdnyaalt Miltllllgll,ll"w dalam judul "Tambo Minangkabau. Tinjauun
Struktural". Bukittinggi. [980.
4 Nama-nama tokoh dalam tambo umumnya bcragarn. demikian pula hubungan perkawinan
dan turunannya. bahkan fungsi atau pcran beberapa nama bercampur aduk. seperti yang
tertera dalam Baga» Si/li/IlI, MCHltnft B"rbagai Tilmbo pada him. 49.
Sebagai suatu suku bangsa yang tanpa cntaran sejarah. sesungguhllya hal ini agak anch. Jib
dikaji dari ajamn falsafahllya. maka sistelll lIlonarki rampaknya tidak disukni. Oleh karena
itulah. nama raja-raja selalu disamarkall urau dilukiskan dcngall kiasan. schingga identitas­
nya hilang. Hampir bolch dikatakan sduruh kisah mja-raja dan rurunannya dilukiskan
dengan warna yang geIap. Bahkan tokoh yang dimitosk,1n sekalipun diki5ahkan dcngan
warna yan~ gelnp. sepcrti halnya Datuk Kctumanggungan dib'1I1ding Datuk Pcrparih nan
Sabatang atau Dang Tuanku dibandin~ Cindur Mata.
6 Iskandar Zulkarnain ialah nama h1ill dan Alexander Yan~ A~mg dari Mascdonia yang
pernah menjaruh dunia sampai ke Indh1. Perihal pcmakaian namunya daJam tambo lihat bab
"Sejarah" pada cntatan 34.
7 Benua Ruhum diidcntifikasi tumbo scbagai Romawi Timur. Gelar Maharaia Nif
scorang raja yang bukan Arab. yang ditafsirbn sebagai raja pertama. sam;:! halnya

46
If
Maharaja Depang, menjadi raja di benua Cina. 8 Yang bungsu bernama Maha~
raja Diraja, berlayar ke selatan. Bersama Maharaja Diraja. selain istri-istrinya.
ikut pula Cati Bilang Pandai 9 seorang yang arif bijaksana. Dalam pelayaran.
mahkota Maharaja Diraja terjatuh ke laut dan tidak dapat diambillagi'karena
mahkota itu dililit naga laut yang sangat ganas. Cati Bilang Pandai menurun­
kan kaca dan dari pantulan kaca itulah ia membuat tiruan mahkota p~rsis
seperti yang asH.lo Selain permaisuri, Maharaja Diraja membawa juga empat
perempuan Iainnya: Harimau Campa. Kudng Siam. Kambing Hutan dan
Anjing yang Mualim. Nama-nama itu diberikan sesuai dengan tingkah
lakunya. 11

dengan penamaan atas nama raja Pagaruyung 'yang pertama memeluk Islam, yakni Sult;m
Alif. Mungkin penamaan dengan memakai abiad pertama dari abjad Arab itu dimaksudkan
kiasan anak pertama 1skandar Zulkarnain.
Depang kadang-kadang juga disebut Maharaja Dipang. Menurut tafsiran penulis
adalah dillihari. Judi, penamaan itu sebagai kias·bahwa Negeri Cina
timur. (Lihat M. Rasyid Manggis. MiHaHgkabau, Sejllrah Rillgklls, dlill Adatllya,
Padang, Sri Dhanna. 197}. him. 143).
9 Cuti Bilang Pandai merupakan tokoh yang tidak terkena kurun waktu dalam kisah tambo. Ia
ditafsirkan berdasarkan namanya. sebagai tokoh satna yang tersohor pandai, yang datang ke
Minangkabau bersama Maharaja Diraja. Di samping itu. ia hidup bersamaan dengan masa
Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih nan Saba tang. Namun, dalam tambo, Datuk
Ketumanggungan merupakan cueu. bahkan juga ddt Maharaja Diraja. Penafsir sejarah
mengidentifikasi ia sebagai Wiswarupakumara yang menjadi wakiJ kerajaan singosan di
(Lihat juga bab "sejarah" pada catatan 23).
10 Peristiwa ini mengiaskan bahwa sistem pemerintahan yang dibawa dari benua Asia itu
bukanlah seperti aslinya. mdainkan sekadar tiruan atau adaptasi cendekiawan asli
kabau bcrdasarkan penimbaan pengalaman sendiri dan ajaran tiga unsur kebudayaan yang
bertemu pada waktu penjarahan Iskandar Zulkarnain. Pembentukan nagari Minangkabau
menunjukkan persamaan dengan "polis" atau kera di Yunani kuno. Persamaan itu merupa­
bll pcngaruh kebudayaan Yunani kUllo. (Lihat juga M.D. Mansur dkk. Sejarah Minal1gkabau,
Jakarta. Bhratara. 1970. hIm. 23). sedangkan pengaruh kcbudayaan Cina ialah sistem
bersuku-sllku (dan). Mellurut sistem ini, perkawinan harus antarsuku. artinya orang yang
sama sukunya tidak bolch saling mengawini. Menurut M. Rasyid Manggis (op. cit. him. 144),
fillUf Cina Meng Tze (Mencius). yang hidup sezaman dengan Iskandar Zulkamain, mengem­
ajaran perslllffllQl1 antarmanusia sebagai unsur alam yang berada di bawah Iindungan
Unsur kebudayaan India. baik Hinduisme maupun Budhisme terlihat pada
nan Dua. Miral Manan dalam suatu diskusi pada Seminar sejarah Minangkabau
teori bahwa lahirnya matrilineal itu adalah akibat perang besar yang
bcrlangsung pada zaman Iskandar Zulkarnain. Dalam perangbesar, kelahiran anak yang sah
adalah dan ibunya. Hal ini berarti bahwa orang-orang yang bersaudara sekandung belum
tentu scayah. Dan sesuai dengan kodrat alnm yang jadi sumber falsafah Minangkabau,
hubungan yang paling akrab dan semua insan di dunia adalah antara ibu ·dan anak.
11 Dari sumber kisah rambo lainnya. nama-nama itu bukanlah nama perempulm. tetapi
nama-llama anggota rombongan yang mengikuti Maharaja Diraja. Tiap-tiap nama merupa­
kan idcntifikasi negeri asal anggota rombongan itu-,Umpamanya dan Campa, Kodn. Siam,
Kambay. dan Maumeill di Burma.
47
Setelah lama berlayar sampailah dia ke suatu tempa t yang hernama Lagundi
nan Beselo (Legundi yang bersila), seterusnya sampai ke Gunung Merapi, yang
semula sebesar telur lalu menyentak naik, sedangkan laut menyentak turun.
Kemudian dibangunlah sebuah nagari di lereng Gunung Merapi itu, yang
diberi nama Pariangan. 12 Karena penduduk kian banyak. dibangun lagi nagari
kedua. yakni Padang Panjang. Setelah kedua nagari itu kian ramai berpindah­
lah penduduk mendiami tanah yang luas di sekitar Gunung Merapi. Tanah
yang luas tempat kediaman baru itu dinamakan luhak. l l Tanah sebelah barat
dinamai Luhak Agam, sebelah utara Luhak Lima Puluh dan sebelah timur
Luhak Tanah Datar. 14 Ketiga tanah itu dengan menggunakan perumpamaan
dilukiskan sangat subur, yakni untuk Agam dikatakan bahwa buminya hangat,
airnya keruh. dan ikannya liar. Untuk Lima Puluh dikiaskan bahwa buminya sejuk,
airl1ya jernih, dan ikanl1ya jinak. Sedangkan untuk Tanah Datar dikiaskan bahwa
buminya nyaman, airnya tawar, dan ikanHya banyak. I ~

12 Umumnya penulis tambo mengatakan bahwa Pllriangan berasal dari kara rillllg. Ketika negeri
itu dibangun Maharaja Diraja. rakyat sangar senang dan mereka bekerja dengan riang harL
Demikian pula dengan nama negeri Padang Panjang. karena dibangun dengan mengguna­
kan pedang yal)g panjang untuk membabat semak belukar. Versi lain mengatakan negeri
Pariangan dibangun untuk tempat kediaman seorang raja yang mereka namakan "Rusa nan
Darang dari Laut" yang akan jadi semenda mereka. Mereka bekerja dengan riang karena raja.
yang semula hendak memerangi mereka. kini berbalik menjadi semenda berkat kebijakan
Datuk nan Bertiga. yaitu Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih nan Sabatang. dan Cati
Bilang PandaL Versi lain mengatakan bahwa ular naga yang besar di tempat itu telah
dibunuh "Rusa dari Laut" dengan pedangnya yang panjang. sehingga penduduk riang
gembira karena terbebas dari ancaman u[ar naga itu. Ular naga itu dikatakan sebagai
penyamaran si Katl Muno. seorang tokoh yang sakti dan menakutkan. Karena jasanya.
penduduk mengangkat "Rusa dari Laut" itu menjadi raja mereka dengan gelar Sri Maharaia
Diraja. Banyak pene1aah tambo. di antaranya M. Rasyid Manggis. Darwis Dt.
berpendapat bahwa Parillllgllil itu berasal dari kata para hyang. Sedangkan tokoh "Rusa dari
lautH ialah Sang si Purba (Sang Suparba). yaitu tokoh yang sarna dengan yang disebut-sebut
dalam Sejarah Me/ayu karya Tun Seri
13 Umumnya penulis tambo mengatakan luhak sarna artinya dengan lwah. da[am bahasa
Minangkabau yang artinya hUYallg. Ketika penduduk mencari permukiman baru. peffduduk
dl tempat asal menjadi luak. menjadi berkurang. Jib diambil dari bahasa Sanskerta. maka
lunak berasal dari {wa. artinya [uas.lapang. Luhak merupakan suatu teritorial pemerintahan.
Pada waktu pemerintah Hindia Belanda membentuk wilayah administrasi di bawah keresi­
denan. yang disebut afdediHg (kabupaten. sekarang) masyarakat menamakannya luhak dan
asisten residen yang Belanda disebut tuan luhak. Lihat juga bab "Undang-Undang dan
Hukum",
14 Menurut tambo. tlap-tiap luhak ditemukan dan dibangun oleh ketiga pimpinan mereka.
Luhak Agam' oleh Datuk Ketumanggungan, Luhak Lima Puluh oleh Datuk Perpatih nan
Sabatang, dan Luhak Tanah Datar oleh Datuk Maharaja nan Banego-nego.
15 M. Rasyid Manggis menafsirkan ungkapan itu sebagai berikut. Penduduk Agam dilukiskan
sebagai periduduk yang keras hati. berani. dan suka berkelahi. Penduduk Lima Puluh sebagai
penduduk yang berhati lembut. tenang. dan suka damai. Sedangkan penduduk Tanah Datar
48
BAGAN

SILSILAH MENURUT EsEBERAPA TAMBO

MAHARAJA DIRAJA
(a) GELAR (b) (1) Anak Raja
(a) Sri (2) Harimau Campa
(b) Sultan Sri
(e) Oatuk Sri (3) Kucing Siam.
(4) Kamblng Hulan
(e) (d) (5) Anjing Mualim

'Ir
I • --,
....
• I. I ,-,

-----­ - - -I-­
I I
_. _... ,
I

(2) (a) Indah Juliah I


(b) Indo Julita
(el Indo JulIa I I
.'
(d) Indo Jail
I
I
_ _ _ _ -I (a)
(A) (b)
Maharajo Basa I I
SI. Paduko Basa
(e)
(d)
SI. Marajo Basa
SI. Cadiak
I
I
(a)--­ .&. ---(b)
(1) SI. Balun (B) I
(2) Pull Reno Mande
(3) Puli Ambun Suri
I (3) Reno Mandah
(4) Puli Cayo Ounia I (4) Reno Sudi
(5) Pull Jamilan I (5) Reno Judah
(6) Cumatang (C)
I (6) Gadih Jamilan

• - _.1. __ _
(e) (d)
(1) Parpatih (8)
(2) Pull Leto Suli
(3) Pull Lelo Jali
(4) Puli Ambun Sun (4) Reno Sudah
(5) Pull Jamilan (5) Mambang Sutan

Keterangan. _ _ _ . garis kelurunan : nama keell 01. Ketumanggungan


_ _ _ _ _ : garfs perkawinan : nama keeil 01. Perpatih nan Sabatang
. nama keeil Ot. Sakalok Dunia
Abjad: menurul versi beberapa lambo
nan Banego-nego
Angka: jumlah iSlr; atau anak

49
Sedangkan tempat yang pertama mereka dapati yang dise1:>ut LaguHdi Han
Beselo, dilukiskan bahwa di sanalak pO/IOn beringilf sOlfsang. di sana/ak bukit fak
benmgin, di sima/ak hlrak tak berair, daH dl sanalah balfto bemyun. It>

Silsilah
Dari banyak vcrsi tambo, salah satu mengisahkan bahwa dengan istrinya
yang bernama Indah Jalito, Maharaja Diraja memperoleh sepasang anak. Yang
laki-Iaki, yang tertua, bernama Suri Dim.io. Sedangkan yang perempuan berna­
rna Indah Juliah. Indah luliah menikah dengan raja yang dinamai RHSO nan
Darang dari Lauik, MakotolfYo Bacabang Tigo (Rusa yang Datang dari Laut,
Mahkotanya Bercabang Tiga). Raja ini kemudian bergelar Maharajo Basa, yang
setelah dewasa bergelar Datuk Ketumanggungan. Setelah Sri Maharaja Diraja
meninggaL Indah Juliah mcnikah dengan Cati Bilang Pandai. Pernikahan ini
melahirkan banyak anak. Dua orang yang terpenting ialah Sutan Balun yang
kemudian bergelar Datuk Perpatih mm Sabatang. Yang seorang perempuan,
Puti lamilan. Puti lamilan menikah dengan raja yang discbut AlIggal1g IUlf!
Datang dan Lauik, Ditcmbak dek Datuak nan Baduo. Badia Sadmltam Duo Lmtilmyo.
}atuahlah Ta/uo Al1gglwg ka Bumi Nangko (Enggang Datang dan Laut. Ditembak
oleh Datuk yang Berdua, Bedil Sedentam Dua Letusannya. Jatuhlah T elur
Enggang ke Bumi Inl).'7 Dan perk:iwinan ini lahirlah Bunda Kandung yang
bersemayam di Pagaruyung. Bunda Kandung melahirkan Sutan Rumandung

sebagai pcramah. sabar. dan slika dnmai. (Lihat M. Rasyid Manggis op. cir. him. 6,,).
16 Kalimat seperti itl.! sering ditemui dalam karya sastra Minangkaball yang sulit ditafsirkan
secara tepat, seperti halnya kalimat pemeo yang suiit ditafsirkan Secara hurOah. Kalimat
seperti itu hanya dapat dirasakan dcnRan urainn yanR panjang lebar dan pcnmhaman latar
belakang falsafahnya. (Lihat ju~a bab "Kesusastcraan" pada bagian "pamco"). Namun.
kalimnt itu mungkin dnpat dipahami seperti halnya mcmahami brya saStr3 Mclayu yang
mengisahkan negeri yang j~lllh dengan ungkapan IJcg('Ti muah beramnl!. Sccanl
sekalipun tidnk mungkin dapat ditafsirkan makna bentuk pohon bcringin yang
sonsang, yang uratnya menjulang ke atas. ntau bukit yang tidak ditiup ;lngin. arauilirah atau
ngarai yan~ tidak ada air di dasarnya. ntllu bnJllo (sejenis rumput yang panjangnya sckitar 7
em) berayun-ayun ditiup angin seperti berayunnya ilalang. Hal yang sarna diungkapkan
dalam mengisahkan baras-baras wilayah Minangkabau seperti diuraikan dalam catatan 21.
17 Para penulis rambo pada umumnya s"ling berbcda dalam menuliskan nama-llama tokoh.
periode. dan silsilah turunan. bahkan komposisi dan fungsinya. Umpamanya !ambo yang
ditulis Bahar Datuk Nagari Basa menyebutkan bahwa Datuk Suri Dirajo dikatakan sebagai
salah seorang pengganti Maharaja Diraja. M. Rasyid Manggis mengatakatlnya sebag~i tokoh
anggota rombongan Maharaja Diraja yang pcrtam~ datang kc Minangkabau. yang juga diberi
gelar Paduka Berhala. Sedangkan Djanuir Chalifah Sutan Indera mengatabn Datuk Suri
Dirajo sebagai anak Mahara.ia Diraja. Tokoh senrral yang sarna pada scmua bllkll tambo ialah
Datuk Ketumanggungan yang bcrs311dara seibu d~ngan Datuk Perpatih nan Sabatan~. dan
•yang terakhirini ayahnya ialah Cati Bilang PandaL scdangkan adiknya Puti Jamilan menibh
dengan raja yang digelari "Anggang dari Laut"
50
yang kemudian bergelar Dang TUilnku. Bunda Kandung dan Dang Tuanku
terbunuh waktu diserang Tiang Bungkuk. Kemudian Tiang Bungkuk pun
terbul1uh oleh Cindur Mato. Tambo tidak mdanjutkan kisahnya setelah
peristiwa iru. I S

Asal Nama Minangkabau


Pada suatu masa datanglah bala tentara yang dipimpin Anggang dan Laut
yang hcndak mcnaklukkan mereka. Melihat kekuatan pasukan itu, mufakat­
lah Datuk yang Berdua (Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih nan
Sabatang) beserta Cati Bilang Pandai untuk mencaIi akal bagaimana menang­
kis kedatangan musuh.
Akhirnya didapat kata sepakat bahwa untuk melawan pasukan yang kuat itu
haruslah dengan tipu muslihat. Muslihat yang dipilih ialah mengadu kerbau.

IS Cuplikan kisuh Bundo Kandung tiduk ditcmui dalam rambo. la ditcmui dalam eenta kaba
\'ang Icbih tcrkl'l1al dCl1gun eerita bha Cindua Mato. Kisah hcrmuia dari mimpi Bundo
Kundung. la mcnyuruh bUj,mgl1ya, yang benmma Sdamat Panjang Gombak, mcmanjat
pollon nyiur gading yang sakti untuk mcngambil bual1l1ya. Ail' dua bunh nyir itu diminum
Bundc) K,mdung. Akibalilya. Ollndo Kandung pun humil dun melahirkan scorang anak
laki-I.,ki yang dinumai Sman RlIl11andung dcngan p'lnggilun Dallg T uanku. Scorang dayang
in hamil pula. Kl'll1udian ia me!ahirkan seOranl! anak
dinamai Suran Kecinduan. yang kbih tcrkcnal dc'ngan Cindua Mato.
Mato juga .1I1ak dari Bundo Kandung yang b.:rsnma-snma d~llgan Dang
Bujang Sclamat. Oleh karena tidak lazim pisang berbuah dua kali.
dikisahkan sa;a (indun Mato itu adalah 'lnak dnyang-daYJngnya. Dalall1 kisah itu dicerita­
bn Dan): Tu.mku bcrtllnangan dCI1~11 Puti Bungsu. anak mal11aknya yang Incnjndi raja di
Sungai Ngiang. Cindun Mat,l b~rtul1angan dcngan nn'lk Bandaro di Sungai Tarab. Oleh
kar~l1a SU.ltli fitnah yang Il1cngatakan bahwa Dang T uanku tdah mcndcrita sakit lepra. Puti
Bungsu ditunangl«ln dcnt!an Rajo !mbang JaY;l d"ri sclatan. Diutuslah (indua Mato ke
Sungai Ngiang. Illcnculik Puti Bungsu. In mcmb"wa tcman-tcmannyn yang sakti. seperti
GUllwfnng. seekor kuda st'mbrani. Binuang. seekor kcrbau yang buas, dan Kinantan, seek~r
jagll yang pandai tcrbang juuh. Pcnclilikan berha,i!. Puti Bungsu dapat dibawa ke
Tetapi Rnja Imbang Jaya tidak scnang hati. la mcngirim panglimanya yang
bern"ma Tiang Bungkuk I11cnycrbu Pagaruyung. Istann Bundo Kandung dihanguskan dan
Bundo Kandung beserta Dang Tuanku diceritakan mikrnj ke langit. Kerajaan lalu dipimpin
Cindun Mato yang tdah I11cnikah dengan anak Bandaro di Sungni Tarab. Akan tetapi. kisah
lain mengatakan bahwa Cindua Maro juga mikraj bersama ke lnngit. Menurut penduduk
Lunang, di Kabupaten Pcsisir Sclatan sekarang. kedua ibu dan anak itu tidak mikraj ke langit,
melainkan pindah ke Lunang dan memerintah dari saM hingga ajalnya. Sampai kini.masih
didapati kubur ibu dan anak itu. Bahkan dikatakan masih ada turunan langsungnya. yaitu
seorang wanita yang semenjak usia 9 tahull telah dipanggil dengan "Mandeh Rubiah".
Dalam majalah kebudayaan Minangkabau No. lO/Desember 1979. Prof. Drs. H. Amura
cenderul1g untuk mempercayai keterangan penduduk Lunal1g, sehingga ia pun mengatakan
bahwa kuburan yang terdapat di Lunang iru sama pentingnya dengan Borobudur. Akan
tetapi Drs. M.D. Mansur. dalam majalah yang sama. yaitu No. 12/Februari 1980, sangat
mcnyal1gsikan ~ebenaran pandangan Drofesor itu.
51
Kerbau siapa yang menang, itulah yang memenangkan pertempuran. Usul
diterima oleh panglima pasukan yang datang itu. 19
Pihak musuh mendatangkan kerbau yang sangat besar. larak kedua ujung
tanduknya empat depa. Untuk menandinginya tidak ada kerbau yang sepad­
an. Lalu dirundingkan lagi. Cati Bilang Pandai mengajukan saran agar kerbau
besar itu dilawan dengan anak kerbau yang lagi sarat menyusu. Sebelum
dilepas ke gelanggang, anak kerbau itu beberapa hari tidak dibiarkan menyusu
pada induknya. Pada hidungnya diikatkan sepotong besi yang runcing. Bes! itu
disebut Minang.
Demikianlah, pada hari yang ditetapkan, pihak musuh melepaskan kerbau­
nya yang besar itu, ke gelanggang. Kemudian pihak yang menanti melepaskan
anak kerbau yang kedl itu. Ketika melihat seek~r kerbau besar di geianggang,
anak kerbau itu menyangka itulah induknya. Berlarilah anak kerbau itu dan
menyeruduk ke perut kerbau besar untuk menyusu, lalu tembuslah perut
kerbau besar itu. Ia lari kesakitan. Di suatu kampung tersimpurnik (terburai) isi
perutnya. Lalu kampung itu dinamakan Simpuruik (Simpurut). Namun, ker­
bau besaritu berlari terus dan sampailah ia ke kampung lain.la rebah dan mati.

19 Pada umumnya ada dua versi kisah kcdatangan kapal·kapal itu. Versi pcrtama ialah yang
mengisahkan bahwa Datuk Ketumanggungan ingin menyambut dengan kekerasan. sedang­
kan Datuk Perpatih nan Sabatang menghcndaki agm disambut dengan perundingan. Versi
lainnya mengatakan Datuk Pcrpatih nan Sabatang yang menghendaki agar disambut dengan
kekerasan. Namun. kebijaksanaan dikemukakan Cati Bilang. Pandal. yaitu unttuk me­
nyelidiki lebih dahulu apa yang diinginkan armada itu. Panglima armada itu mengusulkan
diadakan peraduan sebagai pengganti peperangan. Usul itu diterima ketiga pimpinan yang
menanti. Oleh pendatang diminta kcpada penanti untuk menerka jenis kelamin allak itik
yang baru dilahirkan. Teka-teki itu dimenangkan pellami dengan mengatakan bahwa snak
itik yang pertams terjun ke air itulah yang betlna. Versi lain mengatakan bahwa teka-teki itu
mengenai anak angsa. Penanti juga menerb bahwa anak itik yang lebih dahulu dapar
memasukbn kepalanya ke lubang yang bensi makanan itulah yang jantan. Kemudian
pendatang menga;ukan sepotong ruyung yang diraut sarna besarnya untuk diterka ujung
pangkalnya. Penanti dapat juga nlenerka dengan mengatakan bahwa yang pangkal ialah
yang terbenam iika ruyung itu diletakkan ke kolam air. Namun. panglima armada itu
menghendaki peraduan fisik untuk menentukal) kalah menang. Cati Bilang Pandai mengaju­
kan aduan kerbau bukan aduan manusia. Tawaran diterima. Lalu panglima armada meng­
irim kurir ke negen asalnya untuk menjemput kerbau yangpalingbesar.
52
Kulit kerbau itu diambil penduduk. Dan kampung itu dinamakan Sijangek
(sijangar = kulit). Sejak kemenangan itu, tempat gelariggang itu menjadi
kampung yang dinamai Minangkabau. 20 .
Batas AIam Minangkabau
Batas alam atau luas wilayah Minangkabau menurut kisah tambo dilukiskan
dengan eara yang tidak mudah diperkirakan. Wilayahnya atau tempat­
tempatnya seperti seeara nyata ada, sehingga dapat menimbulkan fantasi atau
tafsiran kira-kira di mana letak perbatasan itu.
Sebagaimana halnya dengan lukisan asal mula Maharaja Diraja menjejakkan
kakinya ke darat, yaitu dengan kalimat-kalimat yang muskil maknanya, de­
mikian pula eara mengisahkan perbatasan wilayah Minangkabau masa lalu.
T empat Maharaja Diraja pertama menjejakkan kakinya dikisahkan sebagai
berikut: Digalsmdi nan base/a, dakelt bukiksiglAntang-glAntang, di sinan lurah satuka
banang, itulah lurah nan indak baraia, di situlah bukik Han iHdah baraHgiH-baraHglH, di
sUulah banta nan barayun, di bawah batu hamparaH putiah, di situlah sirangkak naH
badangkuang, di situlah buayo putiah dagwak, di maHO aia basimpang riga. Artinya:
pohon galundi yang bersila, dekat bukit siguntang-guntang, di sana lurah
setukar benang, itulah lurah yang tidak berair, di situlah bukit yang ridak
berangin, di situlah rumput yang berayun, di bawah batu hamparan purih, di
situlah sirangkak yang berdangkung, di situlah buaya berdagu putih, di mana
air bersimpang riga.
Dengan eara dan gaya demikian pulalah Wilayah perbatasan Minangkabau
dikisahkan, yakni: Dari sikilang aia bangih sapai ke raratak aia iram, dan sipisok-pisok

20 Kampung yang bemama Simpurut, Sijangat, dan Minangkabau itu hingga kini masih ada.
Oleh karena itu, peristiwa yang dikisahkan tambo itu sangat dipercayai orang Minangkabau
sebagai peristiwa sejarah. Namun, penamaan atas suatu suku bangsa berdasarkan suatu
peristiwa aduan kerbau tidak meyakinkan banyak penulis. Penulis Minangkabau pun meng­
emukakan berbagai pendapat, antara lain mengatakan bahwa asal kata minang dari nama besi
runcing yang dipasang di ujung hidung anak kerbau. Penulis lain mengatakan bahwa asalnya
dari kata maiHlllfg kabau. yang artinya meme1ihara herbau. Nama Minangkabau yang tertua
dalam catatan sejarah ditemui dalam Nagarakerragam/l yang ditulis pada tahun 1365 oleh
Prapanca, pujangga Majapahit. Dan penulis bukan orang Minangkabau pada umumnya tidak
menerima asal nama Minangkabau seperti yang dikisahkan tambo itu. Mereka umumnya
lebih suka mencari sumbemya dari bahasa-bahasa yang hidup di India. Ven der Tuuk,
umpamanya. mengatakan asal katanya dan phiHaHg khabu yang artinya taHah asal. Dr. Muh.
Hussein Nainar mengatakan bahwa asalnya dari melfOH khabu yang artinya taHah mu/ia. (Liha.t
juga M. Rasyid Manggis. op. cit. hIm. 41-42). Dalam buku SlImatera TeHgah. yang diterbitkan
lawatan Penerangan Sumatera Tengah. dikemukakan juga bahwa kata itu berasal dan
bahasa Sri Lanka mall angka bahu, yang artinya yaHg mfmerilftllH. Pendapat yang terakhir yang
mengaeakannya berasal dari kuta miHaHga tamlVan, mil1aHga menjadi minang, tamwan berubah
menjadi kabau. Kata ieu ditemukan pada prasasti Kedudukan Bukit (lihat.juga bab "Sejarah"
pada catatan 17~
53
pisau halfyuik sampai ka sialalfg balantak besi. dari riak naif badabila sampai ka durian
ditakuak rajo. Artinya: Dari sikilang air bangis sampai ke teratak air hitam, dari
sipisok-pisok pisau hanyut sampai ke sialang bersengat bcsL dari riak yang
berdebur sampai ke durian ditekuk raia. 21 •

Laras nan Dua


Tambo menyebl1tkan bahwa pemerintahan di Minangkabau menganllt dlla
sistem. yait).! Koto Piliangdan Bodi Caniago. 22 Sistem Koto Piliang digagaskan
Da~uk Ket9manggungan. sedangkan sistem yang lain oleh Datuk Perpatih nan
Sabatang. Kelahiran kedua sistem itu berlatar belakang sejarah kelahiran dua
tokoh itu. keduanya mempunyai ibu yang sama. tetapi berlainan ayah. Ayah
Datuk Ketumanggungan seorang raja yang bergelar Sri Maharaja Diraja. Se­
dangkan Datuk Perpatih nan Sabatang. ayahnya pembantu utama raja yang
bernama Cati Bilang Pandai. Sedari kedl keduaryya te1ah digambarkan selah.!
berkeiahL 5ampai dewasa pun mereka selalu bertentangan dalam menentukan
sistern pemerintahan.23 Dalarn suatu adu pendapat, yang digambarkan sangat
sengit dan menentukan. Datuk Ketumanggungan sampai menyentakkan ke­
risnya Ialu menikamkannya pada sebuah batu sehingga batu itu berilibang
tetapi tidak tembus. Datuk Perpatih nan Saba tang juga menyentakkan keris­
nya dan rnenikam batu itu pula tepat pada bekas tikaman sebelumnya. sehing­

2} Banyak penulis tambo menafsirkan kalimat itu secara harfiah karena berbagai kata. seperti:
sikilang. air bimgis. teratak. air hitam. sipisok-pisok. dan sialang juga merupakan nama
berbagai nagari. Dengan tafsiran itu diperkirakan butas Minangkabau dahulu kira-kira di
sebelah barut daya ialah Air Bangis sekarang. di sebelah tcnggara Desa Taratak dekat Teluk
Kuantan, di sebelah utara dekat Desa Sipisok--pisok sampai ke Sialang dekat perbatasan
Riau. dan disebe1ah se1atan di Pesisir sampai ke Desa Durian dekat perbatasan lambi. Jadi.
luas wilayah Minangkabau dilukiskan sebagaimana wilayah Provinsi Sumatera Barnt seka­
rang. Penulis tambo lainnya menyesuaikan peta wilayah Minangkabau dengan wilayah masa
jayanya dengan mengatakan bahwa desa (kini nagari) yang ditemukan dalam tambo itu
merupakan baras bagian barat. utara. dan selatan saja. scdangkan ke timumya sampai ke
seluruh wilayahRiau, bahkan sampai ke Negeri Sembilan di Malaysia sekarang. Akan tetapi.
bila dikaji menurut ilmu kesusasteraan Minangkabau. batas yang dilukiskan itu sarna dengan
pengertian "amah berantah". Misalnya. kalimat Siki/ang air bangis mcrupakan suatu pengcrti­
an yangtidak dapat dinyatakan secara kongkret. Karena kilang(kincir) takkan dapat diputar
rodanya oleh air yang bengis. Demikian pula halnya dengan teratah air hiram yang tidak dapat
diartikan orang akan mendirikan pcrmukiman yang airnya hiram. sedangkan orang me­
merlukan air yang jernih. Demikian pula dengan sill/aug bll/anlak bes; yang artinya lehuh yang
mempunyai pemantak daTi besi. Atau rink 111m bcrdchlfr yang artinya riak mcmccah di pantai
dan berdebur bunyinya bagai gc!omhang laut. Padahal pcngertian riak ialah alunan air yang
ditiup angin lemah dan takkan mcmecah di pamai dengan mcnimbulkan suara yang
berdebur.
22 Perihal asal kata Koto Piliang dan Bodi Caniago lihat bab "Penghulu" pada caratan 4.
23 Dalam kisah tambo di<:eritakan hahwa sejak semula Datuk Ketumanggungan bersikap kaku
dan selalu tidak mau mengubah putusan. Demikianlah ketika Datuk Perpatih nan Saba tang
54
ga tembus sampai ke sebelahnya. Batu itu dinamakan rakyat dengan batu
batikal1l yang terletak di Nagari Lima 'Kaum. 24
Karena sama-sama bertuah, keduanya pUll berdamai dengan m:enyepakati
bahwa kedua sistem itu dapat digunakan oleh nagari masing-masing. sesuai
dengan pilihannya. Sistem itu dinamakan lareh. 25 YMlg digagaskan Datuk Ketu­
manggwllgan disehwt Lal'eH Koto Pi/iang, yang lain disebut·Lareh Bodi Caniago.
Kedua-duanya disebut lareh nan dlfO (/aras nan dlla).
Perbedaan antara keduanya ialah yang berkenaan dengan kedudukan raja
dan sistem pemerintahan. Menurut Koto Piliang, raja adalah kepala pemerin­
tahan seluruh alam Minangkabau. karena itu raja digelari Raja Alam. Menurut
Bodi (aniago, raja mempunyai kekuasaan yang terbatas pada wilayah yang
berbeda. Kekuasaan raja hanyalah di rantau sedangkan di luhak ia berperan
sebagai lambang, seperti yang diungkapkan dalam mamang: Luhak berpenghu/u,
ra11taw beraja. Yang artinya kepala pemerintahan di luhak adalah penghulu.
sedangkan kepala pemerintahan di rantau adalah raja,26 Sistem pemerintahan

masih b~rnanla Sutall Balun. in ingin m~llgubah sanks; hukum yang bernama "tarik balas".
yaitu hukuman bunuh bagi yang membulluh. dan dilukai bagi yang melukai. Datuk Ketu­
mallggullgan ridak m~ngacuhkan keinginan adiknya itu karena adiknya tidak punya hak
apa-apa. scbab ia bukan anak raja. Sutan Balun bersedih hati. Lalu ia pergi .merantau
beberap;l rahun lamanya. Kerika pulang. ia membawa seekor anjing. Anjing itu disuruhnya
mCllggigir pCllgawal Duruk Kerumallggungan. HukUln yang adit harus dijalankan. Akan
t~tapi. bagaimana Lm·bksanakan hukum "tarik balas" kepnda anjing? Datuk Ketumanggung­
an sadar bahwa hukum "tarik balas" sudah harus diganti. Di waktu lain, Sutan Balun
lllcngusulkan kepada kakaknya agar dalam pemerintahan dipakai sistem permusyawnratan
yang k~pUtlLSi1l1l1ya di'ltnbil dcngan suara buhlt. Datuk Kerumanggungall menyangka bahwa
hak kcpemimpinal1nya abn dikufangi. tcrapi karcna enggan mengedlkan had adik, ia
mencrima sain apa yang diinginbn Sutan Balun. Kemudian alangkah lllenyesalnya dia
d.,lulll haci brenu adiknya ccrnyata tecap men~hcndaki kepemimpinannya. Ketika suatu
kcscpakaran diikmrbn. Datuk KCnLLUanggungan meml.kul kerisnya dengan tdapak ta­
ngannya sebagai tanda ikrarnya. Suran Balun malah menusukkan kcris itu ke. baw yang telah
lwedi" sehingga tClllbus. (Lihae juga BahM St. Nagari Basa 01'. cit. hIm. 22-26).
24 Mcnurur v('rsi Bahar Sr. Nagilri Bnsa yang lllcnikalll batu itu ialnh Datuk Perpatih nan
Sabarang scoraLlg diri (Lihat cataran 13). Menurut sumber lain. pada peristiwa yang sama
Datuk KetLlmanggungan pUll menikum sebuah b'ltu dcngan tombaknya. "Batu Batikam" itu
cersimpilll di Nagari Dusun T Ul) (UharSr. Mahmoed, B.A.. Himl'lIltaH TamboMilfaHgkabau dall
BLIIlri Srjanli!. tanpa pcncrbir dan caLlpa mhun. hIm. B).
25 Lm"Cil ntau itlrtl, yang arrinya kesesuaian. scpcrti dalam isrilah musik jawa, laras slendro dan
Iaras pdog. Makna datam hal ini ialah aliran dari sistem pemerintahan.
26 Ada baiknya juga diketahui apa yang ditulis scorang Bclallda. De Rooy. pada tahun 1889,
tetltang kcrajaan Minangkabau dan hubungallnya dengan nagan serta penghulu , sebagai­
mana yang dikurip Rusli ALnran dalam bukullya SUHlaltra Barllt iJiHgga "Iakat Palljallg:
"Kerajaan Minangkabau rua terdiri ams daerah·daerah yang badiri sendiri. masing-masing
di bawah pemerinrahaLl yang terdiri dari pcnghulu-pcnghulu dan semua daerah itu tundttk
pad a kedaulatan raja. Daerah·daerah a'tau nagari-Lwgari tidak ada hubungannya saru sama
laiLl dtln seb,crulnya bcbas sama sekati. Nagari-nagari juga bebas membuat huk~m dan
55
ar..tara keduanya pun berbeda. Menurur Koto Piliang, st'\ltllS penghu!u
bertingkat-tingkat dengan wewcnangnya yang bersifat vertibl. y,mg mC:1uru:;
mamang dikatakan "berjenjang naik. bertangga tur:m ". Sedangkan menur' ,;~
Bodi Caniago. status penghulu sederajat dengan kewenangan yang bersifa~
horisontal, seperti yang diungkapkan dalnm mamang "duduk sehamparan,
tegak sepematang".27.
Kompromi antara kedua sistem itu terjadi pada perdamaian yang berlang­
sung di Lima Kaum pada peristiwa Batu Batikam. Yang pokoknya ialah: pada
nagari yang didirikan penganut Koto Piliang, hukum Koto Pilianglah yang
berlaku. Demikian pula hukum Bodi Caniago akan berlaku di nagari yang
didirikan kaum itu. Setiap nagari berhak menentubn pilihannya masing­
masing. Juga penduduk suatu nagari boleh memakai kedua-duanya. 28
,.Untuk menyatakan eksistensi lareh masing-masing'dalam menyusun
mengatur pemerintahan. bahkan dalam arsitektur, keduanya memperlihatkan

peraturan-peraturan dan menjalankannya sckalian. tctupi lembaga-Icmbaga tua dan


sebagai dasar pemerintahan dan pembuat hukum. tetap berfungsi juga. Kekuasaan.
baik dikatakan kekuasaan tradisiona! atas scmua nagari im yang jumlahnya sclalu bertulIl­
bah. berpusat pada raja Minangkabau yang Increka unggap scbagai inkarnasi kcturunan dan
asal yang sama. yakni Pariangan-Padang Panjang. serta lembaga tua yang tumbLlh daripada­
nya. Hanya di sinilah berada kckuasaan raja. bulmn dalalll bcntuk pcmerintahan atau
pemameran kekuasaan yang disokong dari belakung olch kckuatan nyata." Raja dalam
menjalankan tugas tradisionalnya mempunyai hubungan langsung dengan nagari-nagari
tanpa perantara. Rakyatnya bukan perorangan atau pribadi. tctupi ,C/lccti(V('1I (kumpulan,
kdompok. golongan. atau IT.L1ngkin apa yang discbut kaHm, pcn.). yakni nagari yang diwakili
para penghulu. Oleh kare.la para penghulu dipilih langsul1g aleh rakyat.
tanggung jawab, dan mengambil keputusan-kcputusan bersama. maka Inercka
pemah menyalahgunakan kekuasaan. Dari ILlar. kerajaan bisa terlihat mcgah atau bobrok.
tetapi organisasi nagari itu tetap utuh karena dilindungi adat. Pcranan raja akan terlihat
apabila terjadi perselisihan antarnagari. Mcski tidak akan tcrjadi pcpcrangan sampai alah­
mengalahkan. kehadiran raja atau wakilnya sudah cukup alasan bagi kcdua bclah pihak yang
berselisih untuk menghentikan pcrsclisihan IIlcrcka. (Lihat juga Rusli Amran. 01'_ dr. him.
53-54).
27 Lihat juga lebih lanjut bab "Penghulu".
28 Diduga nagari-nagari yang mcnganut kedua sistelll kclamsan itu scring pula disebut iarc/l
(Iaras). Seperti halnya di Luhak Agam. nagari-nagari yang menganut kedua sistem itu
menyebut "lareh nan bunta" (laras yang bulnt). sedangkan di Luhak Tanah Dutar disebut
"Iareh nan panjang". Makna kata bLlnta dan panjang itu dapat dipahamkan sebagai ungkap­
an yang sama artinya. yakni sesuatu yang berbentuk bulat atau berbentuk panjang adalah
suatu kesatuan yang utLlh. Meski di nagari itu ada duu ali ran. mereka tetap sam. homogen.
Mungkin karena kekeliruan penafsiran. maka pemerintah Belanda. yang ingin membentuk
lembaga pemerintahan yang akan mengkoordinasikan bcberapa nagari. la!u membentuk
suatu jabatan yang mereka namakan tuanku laras dan pada setiap nagari diadakan jabatan
kepala nagari. Akan tet.api, setelah 65 tahun berjalan. jabatan tuanku lams dihapus dan
diganti dengan jabatan demang (dislrimchoofd) dan asistcn demang (olldcrdistrictschoofd) sejak
tahun 1913.Denganlahimya jabatan demang itu. maka jabatan reI/em pun dihapuskan.

56
nagari yang menganut Lareh Koto
nagari dalam jumlah yang genap. seperti Empai Koto,
Scpuluh Koto. atau New El11pat dan Naif Enam. Arsitektur rumah
gadang dan balairungnya mempunyai lantai yang bertingkat-tingkat.
Sedangkan Bodi Caniago membagi wilayah nagari dengan jumlah yang
ganjil. seperti Tiga Koto. TUjuh Koto. Sebelas Lingkung. dan Tiga Belas lorong.
Arsitektur rumah gadang dan balairungnya mempunyai lantai yangrat~.29

Raja Tiga Sila . \


Setelah periode zaman pemerintalulI1 Datuk Ketumanggu.ngan, Datuk P~r­
nan Sabatang. dan Cati Bilang Pandai yang Iazim disebut "ninik nan
serangkai), pucuk pemerintahan di Pagaruyung mempunyai
Kekuasaan raja tampaknya terbagi tiga. Yakni Raja Alam
di Pa2:aruvun2:. Raja Adat yang berkedudukan di Buo.
Kudus. Ketiganya lazim disebut
Tigo Sclo (Raja Tiga Sila). Masing-masing dengan kewenangan yang
berbeda. Raja Alam merupakan kepala pemerintahan. Raja Adat memegang
urusan Undang-undang dan Hukum. sedangkan Raja lbadat memegang urus­
an keagamaan. Raja Adat dan Raja lbadat lazim pula disebut dengan nama
Raja Dua Sila. Pimpinan Raja Tiga Sila berada di tangan Raja Alam. Dan yang
diartikail dengan Raja Alam ialah Raja Alam Minangkabau. 3"

Basa Empat Balai


Raja Alam di Pagaruyung selaku kepala pemerintahan dibantu oleh suatu
lembaga yang dinamakan Basa El11pat Balai (Pembesar Empat Balai). Keempat
(1) Bandaro di Sungai
di Nagao Sungai Tarab. la
(2) Al1domo di Saruaso. pembesar perben­
fa dijuluki sebagai Pum PaJ1Ua/1 Koto Piliang (Pura Penuh Koto
yang berkedudukan di Nagari Saruaso; (3) Mangkudul11 di SUl11anik.
pembesar keamanan yang berkedudukan di Nagari Sumanik.la dijuluki A/uang
Blmial1 Koto Pi/iang (Alung Bunian Keto Piliang); (4) Tuan Kadi di Padang
Gaming. pembesar keagamaan yang berkedudukan di Nagari Padang Ganting.

29 Perihal perbed~all arsircktur dari kcdun kclarasan itu tihat lcbih lanjut bab "Rumah Ga-

30 Sib ini sclalu ada hubungan kekerabatan


Motivasinya boleh jadi
pi. mungkin ada motivasi
scrangkai" kekuasaan mcteka agar tidak mudah -tcrpecah
dalum scjarah. temmma yang diperoleh dari sumber-sumbcr Belanda. sering dikemukakan
perpecahan antara pusat pemerintahan itu. sebenarnya perpecahan yang terjadi
57
Ia dijuluki dengan $uJuah Bendang Koto Piliang (Suiuh B~nderang Koto
Piliang). ,. '
Sebagai pejabat tertinggi. Bandaro di Sungai Tarab dibantu enam orang
gadang (enam orang besar). Bersama-sama. merck:! dinamakan Gadlmg HaH
Batujuah (Besar yang Bertujuh). Kctujuhnya ialal1: (1) Pllmw1Cai? KOla Pililllfg
yang berkedudukan di Sungai Tarab dan bertugas sebagai pimpinan; (2)
Pardamaian Koto PilitiHg yang berkedudukan di Simawang/Bukit Kandul1g yang
bertugas sebagai pendam<1i nagari-nagari yang bersengketa; (3) Ptl5tlk Kung­
kultng Koto Piliang (Pasak Kungkung Koto Piliang) dengan kedudukan di
N1agari Sungai larnbu. tugasnya ialah mengawasi kcamanan dalam ncgcri:
Hilrimau Campo Koro Piliang (Harimau Campa Koto Piliang) dengan kcdudll­
kan di Nagari Batiplih. tllgasnya ialah scbagai panglima perang; (5) Camill
Taruih Koto Piliallg (Ccrmin Terus Koto Piliang) yang berkcdudukan di Nagari
Saningbakar. bertllgas scbagai badan penyelidik; (6) Cumati Koto Pilitwg (Ce­
met! Koto Piliang) dengan kedudukan di Nagali Sulit Air. bertugas sebagai
pelaksana hukllm; (7) Gaitlh TOllgga Kata Pi/ill!1g (Gajah Tunggal Koto
dengan kedudukan di Nagari Silungkang. bertugas sebagai kurir. <!
Wilayah di luar luhak yang dipimpin penghlliu pada nagan yang berstatus
otonomi dinamakan wilayah nmrau. Statusnya 1::ll1gs11ng di bawah raja alamo
Dalam mamang diungkapkan dengan
berp!!nghulu rantau beraja). Kepala pemerintahan
orang yang diangkat raja. yang pada umllmnya adalah anggota kerabatnya
sendiri. baik karena hubungan darah maUplll1 brena hubungan perkawinan.
Panggilan atas kepala pemerintahan itu tidak seragam. Tampaknya disesuai­
kan dengan panggilan setempat yang telah ada sebeillmnya. Umpamanya Raja
di rantall lndrapllra. Raja/mei/I di Padang. Bemlahara di Kamvar. dtlHTaH
Tulth di Indragiri. 32

adalah antara anggoa Basa Empat Balai yang masing-masing mempunyai kewenangan
mcngutip "emas manah" (upcti) dari raja-raja bawahan yang berkuasa di rantau, atas nama
Raja Pagaruyung. What juga bab "Scjarah",.
3J Struktur pucuk pemerintahan yang dilukiskan tambo ini sama dcn"an struktur
pemetintahan Majapahit, Lihar bab "Sejarah" pada bag-ian "Zaman Pagaruyun,,".
32 Lihat A. Dt. Batuah & A. Dr. Madioindo. Talllbo MiHaHgkabau. Jakarta. Balai Pustab, 1957.

58
FALSAFAH ALAM

,.....--....,. rung' Minnnl!k:1h:'l11 tn('11:1'11;,k:111 t<1t1:,h ~;~!lV~ /J I(I!1!


1./
0

, \ ,,1\ '[:
t., '1"
I , ,~
"

\Ll~'il ,:i rn~n :. i.1Ld ~(~ . buk' han:,' SCbll~:.':


" "....."." ':<.'l11pn:. :;lhir d;ll, '1.'l11pa~ Il1,)l!,. (·cllii..~'~ ;~idup '.:.,1I1 uer:<emban&.
"--""" mc\ainkan juga mempunyai makna filosofis, seperti yang diung­
kapkan dalam mamangannya: Aiaul talwl1lballgjadi guru (Alam terkembang jadi
guru). Oleh karena itu, ajaran dan pnndangan hidup mereka yang dinukilkan
dalam pepmatl, petitih, pi/uall, 111amangall. wta laili-lailmya uwtgambil ungkapan dari
belltuk. sifal, dan hchidupall alam, I
Alam dall segenap Hllsumyil maeha lillat se/lallliasa terdiri dar; empat atau dapat
dibll'll dalam em pat, yilNg l1Iercha sebut nail a111pel~ (yang empat)2. Seperti halnya:
ada matahari. ada bulan, ada bumi. ada bintang, ada siang, ada malam. ada
pagi, ada petang; ada timur, ada barat, ada utara, ada selatan; ada api; ada air,
ada tanah, ada angin. Semua unsur alam yang berbeda kadar dan perannya itu
saling berhubungan tetapi tidak saling mengikat, saling berbenturantapi tidak
saling melenyapkan, dan saling mengelompok tapi tidak saling meleburkan,
Unsur-unsur ltu masing-masing hidup dellgaH eksistellsiHya dalam suatu harmo-

Perihal pepatah, petitih. dan sebagainya Iihat bab "Kesusastraan".

2 Pengertian Nil,1I AIH,'ek lihat lebih lanjut bab "Undang.Updang dan.Hukum''.

59
ni, tetapi dinamis sesuai dengan dialektika alam yang mereka
bakajadian (bersehab dan berakibat}.3
dengan segala unsurnya itu dikiaskan kepada kehidupan manLlsia,
sebagaimana mereka mengiaskan alam sebagai tanah air Minangkabaunya,
maka pemahaman unsur alam bermakna sebagai lembaga atau individu dalam
masyarakat mereka. Dan masing-masing berhak mempertahankan eksistensi
dalam perjalanan hidupnya. Sebaliknya, setiap lembaga mempunyai kewajiban
untuk memelihara eksistensi individu dalam lembaganya masing-masing, di
sarnping setiap individu pun berkewajiban memelihara eksistensi lembaganya
pula. Sedangkan harmoni dipahamkan sebagai keselarasan atau kesesuaian
hidup sesama Iembaga dan sesama individu, antara lembaga dan individu. dan
sebaliknya. Setiap Iembaga atau individu mempunyai perbeclaan clalam kadar
dan perannya. Oleh karena itu, mereka tidak akan dapat bemltu dengan yang
lain, tetaj:li akan tetap sama dengan yang lain. Jadi, dalam dinamika harmoni,
mereka dalam masing-masing menjadi 5at~1 untuk bersama clan masing-masing
menjadi sama

Manusia dan individu


Falsafah alam Minangkabau meletakkan manusia sebagai salah satu unsur
yang statusnya sama dengan unsur lainnya. seperti tanah, rumah, suku. dan
nagar;' Persamaan status itu mereka lihat dari keperluan budi clava manusia itu
sendiri. Setiap manusia. secara bersama atau sencliri-sendiri. memerlukan
tanah, rumah, suku. dan nagari sebagaimana mereka memerlukan manusia
atau orang lain bagi kepentingan lahir dan batinnya. Oleh brena itu. sangat
sulit menurut alam pikiran mereka jika seseorang tidak memiliki keperluan
hidup lahir dan batin itu. S Menurut alam pikiran mereb, manusia atau orang
merupakan sesuatu yang sempurna. seperti sempurnanya matahari clengan
dengan cahayanya, api dengan panasnya.

Lih. M. Nasroen, Da;ar Falsa/tllt Adlll MiU/lI1glmbllu. Jakarta. Bulan Bintanl!. 1971. hIm.
1'16-150.
4. Ibid. hIm. 77·82 dan 127 - 130. Mcnyusun sistematika falsafah adat Minangbb,lll tidaklah
mudah karena tidak mungkin menyuSullnya dengan mcnggunakan po!., ilmu falsafah
lainnya, lebih-Iebih dalam karangan yang bertujuan membcrikan informasi secara singkat.
M. Nasroen yang telah menyusun buku setebal 232 halaman pun merasakan kesulitannya.

Lih. ibid hIm. 46.

Menurut pemahaman orang Minangkabau. setiap orang harus je!as as"l-usulnya. jdas

sukunya. jelas nagarinya. Di samping itu harus pula jelas >a,ok jnrnmi"ya (sawah ladangnya).

harus jelas pendam pekuburannya. Maksudnya. sctiap orang Minangkabau tcntulah mem­

punyai harta pusaka yang berupa tanah dan tempat nCllek moyangnya dikuburkan. Tanpa

dapat menjelaskan kedua hal itu. ia akall dipandangbukan orang Millangkabau. Dan sebagai

manusia ia akan dipandallg


60
"',

busannya. Yang tidak mempunyai salah s~tu atau semua keperluan budi.daya
akan dipandang sebagai oral1g kural1g. Oleh karena itu, setiap manusia atau
orang dipandang dalam status yang sarna. Tagak samo ril1ggi, duduak ,amo ral1dah
(tegak sarna tinggi, duduk sarna rendah), kata pituah mereka.
Kenyataan alam sebagaimana mereka !ihat, secara fungsionaL mempunyai
perbedaan. Perbedaan fungsional itu tidaklah menyebabkan penilaiannya
berbeda. Api dengan panasnya, air dengan basahnya, angin dengan hembusan­
nya. dan tanah dengan padatnya mempunyai fungsi atau peran yang berbeda,
tetapi nilainya tidak dapat dibedakan karena mereka sarna dibutuhkan:De­
mikian pulalah dengan manusia dalam fungsi dan perannya yang saling berbe­
da menurut kodrat dan harkat yang diberikan alam kepadanya, tetapi nilainya
tetaplah sama. Mamangan mereka mengatakan: Nal1 buro paambuih la,ual1g, 111111
paltak palapeh badia, J1al1 lumpuah pal.myi rumah, 111m kuaik pambao babal1, 111111
bil1gual1g disurllah-suruah, l1al1 cadiak lawal1 barul1dial1g (yang buta penghembus
lesung. yang pekak pelepas bedil, yang lumpuh penghuni rumah, yang kuat
pemikul beban, yang bodoh disuruh-suruh, yang pintar lawan berunding).
Pengertiannya, dapat secara tersurat atauplln secara tersirat, adalah peman­
faatan peran seseorang menurut kodratnya masing-masing. Menurut harkat­
nya, fungsi seseorang pun akan berbeda dari yang lain karena ada yang jadi
petani. tukang, pedagang. penghulu. ulama atau, hulubalang. Namun, karena
mereka manusia atau orang, dan saling membutuhkan dalam kehidupan
mereka masing-masing, maka penilaian dan kedudukannya sama. Misalnya,
dibutuhkan angin untuk menghembus bara api agar menyala untuk memanas:­
kan air supaya buah tanah menjadi masak.
Secara sosio-psikologis, kemampuan manusia dalam berbuat sesuatu tidak­
lah sarna. Sesuai dengan contoh yang diberikan alam ada bermacam-macam
pohon dengan bermacam-macam buah yang berbeda bentuk dan rasanya.
Buah yang disukai ialah buah yang paling lezat rasanya, apa itu manggis, apa
itu mangga, apa itu pisang, apa itu duren dan nangka. Oleh karena itu,
pembedaan pandangan terhadap manusia ditentukan prestasinya dalam ber­
usaha menjadi mulia, ternama, pintar, atau kaya. Mamangan memberi petun­
untuk prestasi yang terbaik bagi masing-masing usaha yang mungkin dapat
dicapai manusia, katanya: Nak mulia barabua urai, l1ak wah tagak di l1al1 Hftmlll1g,
I1tlk cadiak SUJ1ggulih baguru, l1ak kayo kuaill mal1cari (hendak mulia suka memberi,
hendak ternama dirikan kemenangal1, hendak pandai rajin berguru, hendak
kuat berusaha). Maksudnya setiap orang harus benisaha sekuat-kuatnya
ingin mendapat tempat yang terkemuka.
memperoleh hasil yang paling baik dan bernilai, sam a dengan yang
lain, tergantung pada kondisi dan situnsinya pula. Umpamanya contoh yang
diberikan alam. dari pohon yang jenisnya sama akan dihasilkan buah yang
sarna. tetapi ti~ak selalu bobot dan mutu kelezatannya akan sama. Pohon
61
membutuhkan pupuk dan pengolahan. Demikian pula dengan manusia, yang
menjadi besar karena dibesarkan, sepeni kata petitihnya: Gadl1Mg dek diambak,
tinggi dek dianjullng (besar karen a diambak, ringgi karena dianiunQ). Maksud­
nya, seseorang yang mencapai presrasi ialah karena
orang lain.
Menurut strukturnya, seseorang adalah individu dan semua
anggota masyarakat etnis dan Iingkungannya. Sedangkan menurut sistem
m~syarakatnya yang komunaL setiap individu adalah milik masyarakamya dan
masyarakat itu sendiri adalah milik bersama dari seriap individu. Oleh karena
saling memiliki, kedua belah pihak tidak dapat saling menguasai. Uraiannya
ialah bahwa setiap individu dapat membangun dirinya. Sebagai anggota ma­
syarakat, ia aka,n dibela dan didorong kerabat dan Iingkungannya agar menjadi
orang. 6 Oleh karena setiap individu menjadi besar dan tinggi berbt ma­
syarakat sendiri, setiap individu akan merasa dirinya berutang budi. Dan
betapa pun besar egonya, ia tidak akan dapat mengembangkan ambisi yang
akan merugikan orang lain, apalagi masyarakatnya
karena ia selalu merasa berutang, ia senantiasa merasa _
kembali sepanjang hidupnya. Oleh karena ia telah membayar di sepanjang
hidupnya, lambat laun ia akan merasakan bahwa masyarakat itu adaiah
sebagian dan dirinya sendirL miliknya juga, yang harus dibela dan didorong
agilr menjadi berharga seperti masyarakat lain yang berada di luar Iingku­
ngannya.

Harga Diri
Meletakkan kedudukan seseorang agar menjadi berarti dan penting atau
setidak-tidaknya sama dengan orang lain ditopang ego manusia sendiri. Ego
itu didorong motivasi yang berrema malawan dunia tfTang (melawan dunia

6 MeHjadi oraHg adalah suatu ucapan simbolis bagi masyarakat Minangkabau. Sejak kedl
anak-anak telah diajar untuk mCHjadi orang, baik dalam nyanyian ibunya maupun dalam
ajaran dan nasihat orang tua-tua. Apa yang dimaksud dengan orang lihat bab "Undang­
Undang dan Hukum" pada bagian OraJlg. Dalam nyanyian auu nasihat mereka kepada
anak-anak mereka tidak pemah dianjurkan agar anak-anak mereka menjadi seorang fungsio­
nal. karena jabatan bukanlah suatu fungsi yang harus diperjuangkan untuk memperolehnya.
Dalam kehidupan modem. nyanyian atau nasi hat itu tidak berubah pada prinsipnya. Yang
menjadi buah nyanyian tetaplah agar menjadi orang yang berilmu, seperti dokter atau mister
(maksudnya sarjana hukum), menjadi orang alim dan orang kaya atau semua gelar yang
dapat diperjuangkan oleh setiap orang tanpa rnerugiknn atau mengurangkan hak-hak orang
lain. Jadi. menu rut alam pikiran mcreka. suatu jabatan, seperti penghulu. imam. auu
menjadi priayi tidaklah dijadikan maran perjuangan sebagai suatu cita-cita. Mung-kin.
memperjuangkan jabatan akan menimbu!kan oerebutan.
sesamanya. Perebutan dan
Minangkabau. apa pun
62
orang). Tema itu mengandung amanat untuk hidup bersaing terus-menerus
dalam mencapai kemuliaan, kenamaan, kepintaran, dan kekayaan seperti yang
dimiliki orang lain, seperti yang diungkapkan pituah: Mau mulia bertabur urai,
»tau teTltllma dirikalf kemelflllfgciIf, mau pimar rajilt berguru, mau kaya kuat berusaha.
yang dicapai pada persaingan dalam "melawan dunia orang" diukur '
dengan kondisi dan prestasi orang lain, seperti yang diungkapkan ml:lma,ngan
dan pituah, yang antara lain ialah: Baa di uralfg, baa di awak (bagaimana'orang,'
dcmikian kita). Artinya bila orang mampu. kita pun tentulah mampu .pula, dan
sebaliknya bila kita mampu. orang lain pun tentulah mampu pula.
Oleh karena setiap orang dengan egonya masing-masing membuahkarr
persaingan an tara sesama dapat menjadi pertarungan untuk saling
mengalahkan. T erjadilah disharmoni yang tidak sesuai dengan ajar:an 'alam .
yang dijadikan guru itll. Untuk menghindarkan bentrokan itu, mereka .mem­
buat hukum dan aturan yang mengikat setiap individu agar tid~kterlepas da.ri
kendali. yaitu dengan sistem kekerabatan dan ekonomi komunal berdasarkan
paham etnis yang menganut stelsel matrilineal serta sistem perkawinan anta­
retnis dengan cara eksogami. 1
Di samping itu. ajaran dalam bentuk pepatah, petitih, pituah! danmamang­
an. yang setiap kesempatan diulang-ulang penyampaiannya, menanamkan
bah wa persaingan hidup itu penting. tetapi keselarasan untuk menjaga keseim­
bangan pun sarna pentingnya. Pituah yang paling penting, di samping ungkap­
an lain, dalam menjaga keseimbangan itu ialah: Kurang 5io-sio, Iabiah ancak­
11I1(1l1~ (kllrang adalah sia-sia, berlebih adalah kegilaan). Artinya, adalah suatu
kesia-siaan jib merasa diri kurang dari orang lain. tetapi juga adalah suatu
kegilaan bila menganggap diri lebih dari orang lain. Sebab, manusia mempu­
nyai perala tan yang terbatas. sehingga kemampuannya pun terbatas, seperti
yang diungkapkan pituah; MMtjangkau saran tang tangan, mamikua sakuaik bahu,
J1Ialompek StlaYUll Illl1gkah. balmto sapalfjmfg aka (menjangkau serentang tangan;
ll1emiklll sekuat bahu, melompat seayun langkah, berkata sepanjang aka!).
Maksudnya dalam hidllP melawan dunia orang, diperlukan pengetahuan atas
kemampuan dirt. yang lazimnya disebut dengan tahu djri (mawas diri).
Pemahaman atas makna tahu diri berlaku untuk semua orang, bagi yang
berposisi lemah dan juga bagi yang berposisi kuat. Yang lemah disuruh berlaku
seslIai dengan kemampuannya, yaitu jika: Bakato di bawah-bawah, mandi di
(berkata di bawah~bawah, mandi di hilir-hilir). Maksudnya yang lemah
posisinya agar bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan­
nya tanpa mengurangkan harga dirinya sebab Iturang adalah sia~sia. Sedangkan
kalau ia bertingkah laku. menyamakan dirinya dengan orang yang besar ke~
mampuannya, mab yang dilakukannya merupakan alfcak-al1cak atau kegilaan.

7 Tentang sistem ferkawinan lihat bab "Perkawinan"

63
Orang yang berposisi kuat juga harus tanu din bahwa dia kuat. Namun,
pituah memberi peringatan: Nan i!/,ldang ijan malendan (yan'g besar jangan
melanda), yang maksudnya orang besar atau kuat jangan meremehkan orang
yang kedl dan lemah karena orang kecil iu pun tahu harga diriny" pula. Posisi
orang besar di mata orang kecil ibarat pohon beringin, yaitu: Dauunyo rampci?
balinduang. barangnyo tampek basanda, dahannyo tampek bagantuang, ureknyo
baselo (daunnya tempat berlindung, batangnya tempat bersandar. dahannya
tempat bergantung,uratnya tempat bersila}.s Sungguhpun demikian, orang
besar atau orang kuat itu harus tahu diri sesuai pituah bahwa: Kok kayo, urang
indak ka mamintak; kok cadiak, urang indak ka batanyo; kok kuaik. urang indak ka
ba,linduang; kok bagak, urang indak ka baparang (jika kava, orang takkan meminta;
jika pintar, orang takkan bertanya; jika kuat orang takkan berlindung; jika
berani, orang takkan berperang). yang maksudnya bahwa terhadap orang besar

8 Nahuys van Burgst, doktor dalam ilmu hukum berpangkat mayor jenderal. membuat laporan
yang diterbitkan pada tahun 1825 tentang tingkah laku orang Minangkabau yang tidak
merasa rendah dari orang lain. Ketika ia berkunjung ke istana Sutan Alam Bagagarsyah (yang
tidak dapat dibandingkan dengan istana raja-raja di )awa), ia melihat orang-orang hilir
mudik dekat raja tanpa memperlihatkan sikap hormat sarna sekali. Tidak terlihat iring­
iringan kebesaran, Sutan Alam Bagagarsyah membawa keperiuaimya seT'!diri, scperti tempat
rokok. tempat sirih, tempat tusuk gigi. atau korek telinga, yang masing-masing dimasukkan
dalam uncang (pundi-pundi) yang bergantungan di ikat pinggangnya. Ia memang dipayungi
seseorang, tetapi payungnya hanyalah seperti payung yang oleh banyak orang digunakan di
Jawa, Penghonnatan terhadap Sutan Alam Bagagarsyah semacam itu bukan karena peng­
aruh Paderi, Terhadap pimpinan lainnya pun rakyat tidak bersikap hormat, seperti yang
dilihatnya pada rakyat di Pulau Jawa terhadap bangsawan keraton, la berpendapat bahwa
tingkah laku'rakyat seperti itu sebagai tanda orang yang tidak merasa rendah diri, Dan ketika
rombongannya datang. para penghulu yang menyambut bersikap acuh tak acuh saja. Bahkan
ketika rombongan Belanda yangmenyertai Nahuys kembali melewati Bukit Ambacangtida!(
seorang pun dari dua bclas orang kuli yang telah disewa yang menanti kedatangan mereka
untuk mengangkut barang-barang rombongan itu, Terpaksalah rombongan itu mengangkut
barang masing-masing menuruni dan mendaki bukit-bukit. Katanya. rakyat Minangkabau
sangatbersikap merdeka. Bahkan ketika ditanyai bagaimana sikap para penghulu seandainya
Belanda perii, maka jawaban mereka ialah: "Kalau kami bisa hidup damai dengan Paden.
kami tidaklagi membutuhkan orang Belanda lagi di sini." (Lihat Rusli Amran. Sumatra Bam
" hingga Plakat Panjang. Jakarta. Sinar Harapan. him, 428). De Steurs dalam laporannya
inengatakan bahwa orang Minangkabau tidak atau sedikit sekali menganggap dirinya
sebagai orang bawahan, Kemerdekaan pribadi mereka begitu tinggi sehingga praktis tidak
ad~ perbedaan. ,antara pemimpin/penghulu dan orang biasa. kecuaH mengenai nama-nama
saja, Semuaor~ng mau memerintah dan tidak ada yang mau diperintah. Tidak ada perbeda­
an' antara yang kaya dan yang tidak kaya, Mereka tidak memandang tinggi supremasi
pemerintah, Berbeda dengan orang)awa. katanya. orang Minangkabau selalu saja menjawab
."Iyo, iyo':, terhadap peraturan pemerintah, tetapi mereka tidak melaksanakan, sedangkan
or~ng Jawa akan mematuhinya. Kalau dipaksa dan diancam, mereka akan meninggalkan
kampung halamannya dan berdiam di hutan-hutan untuk menghindarkan diri dari peng­
uasaan orang lain. (RusH Amran, cp, dr, him, 445). Sebaliknya Hendriks, seorang kapten,
64

'~'"
atau kuat, orang kecil tidak akan mau merendahkan diri kepadanya. 9 Terha­
dap tindakan orang besar atau orang kuat yang suka memamerkan dirinya,
pemeo memberikan peringatan dengan ungkapan: Elok-dok urang di areh, nan di
balVah kok manimpo (hati-hatilah orang atasan, yang di bawah mungkinmenim-.
pa). Yang maksudnya jika orang keeil melakukan perlawanan. maka keserasian
alam akan rusak dan itu tentulah merupakan kiamat. 1o

Malu yang Tidak Dapat Dibagi


Merasa diri kurang berharga merupakan kesia-siaan. Merasa diri lebih ber­
merupakan kegilaan. Akan tetapi. harga diri yang jatuh merupakan aib
yang memalukan. Tingkah laku yang merupakan aib bukan hanya menurut
ukuran moral dan etik yang umum. juga meletakkan harga diri lebih rendah
dari orang lain. terutama pada orang lain yang berada di luar lingkungan dan
kerabat sendiri. merupakan keaiban yang paling tidak bisa dimaafkan. Keaiban
demikian akan "rrienampar" semua muka kaum kerabat secara etnis atau
lingkungan. Menurut peribahasa mereka: Seckor kerbau berkubang semuanya kent!

menulis bahwa bagaimanapun berani dan nekamya orang-orang Paden dalum peperangan,
jib mereka sekali menyerah. mereka sangat menurut. damai, dan banyak yang dapat kita
kerjaknn dari mereka. Syaratnya lalah asal kita perlakukan mereka dengan wajar. Tegas
boleh. terapi wajar. (Rusli Alnran, op. cil. "him. 405). Sedangkan lenderal Michiels heran
melihat rakyat Bonjol yang telah dikalahkan menjadi penduduk yang patuh. sehingga
mereka tidak mengeluh kerika tertimpa malapetakadan kesengsaraan pada waktu melak­
sanakan "h1pie stelsel" yang berat itu. Suatu hal yang sangat mengherankan mengapa rakyat
yang begitu gigih dalam melakukan pemberontakan menjadi diam saja terhadap tekanan
hidup yang dipaksakan bekas musuhnya. Lain lagi pengalaman De Steurs. la berkata bahwa
Minangkabau merupakan bangsa yang tidak mempunyai perasaan rendah din sarna
terhadap orang Belanda. Mereka biasa saja menegur De Steurs di jalan, menyetop
danminta menyalakan rokok dari api cerutu yang sedang diisap residen dan komandan
militcr itu. lenderal Van Swicten (pcngganti Michiels) mengatakan bahwa yang dialami De
Steur; sudah bail< kalau mercka mcmintanya lebih dahulu. Tidak jarang terjadi cerutu itu
mereka cabut begitu sajn dan mulut si Belanda untuk mengambil apinya, tanpa berkata
apa-apa. (Uhat juga RusH Amran. op. cil. 1m. 406). .
9 Orang Minungkabau pantang rncngeiuh, menangis. atau me ngadukan kesulitannya kepada
orang lain. Untuk mengatasi keslilitan pribadinya, ia lebih suka menyanyikannya atau pergi
merantnu dcngan membawa hari yang iba. lihat juga M. Rajab. Paja/allall di Sumatra, lakarta
Balni Pustaka, 1949. him. (7). Bahkan kepada pasangan hidupnya pun. mereka tidak suka
kcsu!itall pribadinya.
10 Orang Minangkabau mempllnyai naluri, berkat ajaran falsafahnya, untuk menentang setiap
perkosaan tcrhadap nilai-nilai falsafah hidupnya, yaitu harga diri yang sama. Pemberonta-.
kan yang terjad I dalam scjarah Millangkabau pada dasamya bermotifkan hal itu. Lihat juga
bab "Sejarah". Secara individu,lI dapat dilihat pada tingkah laku dr. A. Rivai, yang merasa
dirinya sama dengan orang lain, sehingga ia tidak mau diperintah dan dHiina orang lain,
bahkan oleh orang Belanda yang menjadi penguasa masa itu. Untuk menyatakan dirinya
sama dengan Belanda. ia berlag,tk seperti Bclanda, menaturalisasi diri sebagai Belanda dan
menikahi ~udis-g~dis Eropa. scperti Belanda.lnggris. danlerman. [a memaki-maki bangsanya
65
lumpurnytl. Keaiban karena merendahkan diri pada orang lain adalah keaiban
yang tidak dapat ditebus, tidak dapat dibayar, bahkan tidak dapat dibagi­
bagikan. Hal ini disebabkan rasa malu yang diderita. Mamang mereka meng­
atakan: Kok ttlHan sebiHgkan alan bamiliak, ko/( rumpuik salai alan bap~myo, maht lWf
allm babagi (jika tanah sebongkah telah bermilik. rumput sehelai telah berpu­
nya, malu yang tidak dapat dibagikan). Menurut alam pikiran mereka, mercn­
dahkan harga diri 'yang tidak bisa dimaafkan antara lain mengemis dan
menjadi budak yang sama dengan menjual diri atau melacur. Sedangkan,
mengeluh atau menangisi kesll!itan hidup sudah merupakan pantangan dan
dilakukan sudah merupakan keaiban. apalagi mengemis yang bersifat
meminta belas kasihan atau menjual diri kepada orang lain. Rasa maJu yang
diderita itu melibatkan seluruh kerabat dan lingkungan masyarakatnya sendiri
karena perbuatan itu mencemarkan mereka seoiah-olah tidak mampu menghi­
raukan dan melindungi kerabat sendiri atall warga masyarakat scndiri. Seolah­
olah Iingkungan kerabat dan masyarnkatnya teJah mengabaikan sistem hidllP
yang mereka muliakan dan pegang sellmur hidup, yaitu adat mereka yang
tinggi.l J
Untuk menjaga agar tidak seorang pun akan "kena lumpur" aib itu. ajaran

yang "inlander" dan menghasur mercka agar menjadi bangsa yang scderajat
Belanda. (tentang dr. A. Rivai lihar lE.'bih lanjur. Dr. M. Amir, 8ulfga Rampai.
H. Agus Salim berbuat yang salOn dengan dr. A. Rivai dalam berhadapan dengan Belanda
yang otaknya ticlak pintar tctapi mendapat k('sempatan yang lebih luas. la mcnclltang
perlakuan yang ticlak adil dan meremehkannya. Memang. ia ticlak ekstrcm s~perti Rivai.
tetapi ia tidak kurang radikalnya. la memilih hidup yang konnas dengan Bdancln. In hidup
bertahan dalam kemiskinan asal bisa hid up merdeka di atas kakinya sendiri. schingga
anak-anaknya pun tidak disekolahkannya. Namun, pada seriap kescmparan in senantiasa
menunjukkan dirinya lebih dari Belanda. la mcmimpin bangsanya untuk kebebasan. Dan ia
menjacli anggota Dewan Rakyat demi pcrsamaan perlakllan tcrhadapnya. Kemudian
berhenti untuk menyatakan kebcbasan dan harga dirinya. Scdungkan Tan Malaka
revolusioner karena menenrang penghinaaan Belanda yang ia terin1n ketika ia menjaOI guru
di perkebunan. In menjadi komunis dan mclakukan pembcrontakan untuk mempercepat
proses kemerdekan bangsanya. Ketika ia melihat komunisme yang direrapknn komintern di
bawah Stalin, in keluar dari parrai irll lalu mendirikan partai tandingan khusus untuk
bangsanya. Ketika ia ditangkap, ia mcmilih buangan ke luar negeri daripada dipenjarakan
atau dibuang ke Digul karena di luar negeri ia mcrasa lebih mcrdcka. (Tentang sikap hidup
dan perjuangan Tan Malaka Iihat juga rulisan A1fian yang berjudul "Tan Malaka: Pejuang
Rcvolusioncr yang Kesepian" dalam Malfusin dtllam Kemdlll Sejllmlt. Jakarta, LP, ES. 1979).
11 Orang-orang Minangkabau yang mdakukan pekcrjaan hina. scpcrti mencuri. mengemis. dan
melacur. scnunriasn menycmbunyikan asal-usul kaum dan nagarinya karena motivasi ingin
memelihara nama baik asal-usulnya. Demikiun pula halnya dengan kerabat dan orang dari
nagarinya tidak akan mau mengatakan bahwa orang-orang yang bcrbuat hitHl itu dikenal­
'nya. Pada tahun 1930 Kerapatan Nagari Kurai cli Bukittinggi l1lCmbllat k.:putlisan
'anak kemenakannya yang percmpuan mcnjadi pcngasuh anak pada kduarga Cina
Bukittinggi karena ptrbuatan itu dipandang mcrcndahkan martabat kalllll.

66
mereka menyuruh setiap orang pandai,menyimpan aib dari mata orang
seperti yang diungkapkan pituahnya: Mamakan habin-habiH, manyuruak hilang­
Jlila11g memakan betul-betul habis, bersembunyi betul-betul hHang. Aib atau
kehinaan yang memalukan harus merupakan rahasia yang perlu
disembunyikan.12 Jib harus dibuka untuk mencari perbaikan, ia hanya akan
disampaikan kepada kerabat yang paling dekat. Jika kerabat yang paling dekat
tidak dapat memecahkannya sendiri. ia hams dibawa kepada kerabat yang
lebih luas. Tidak boleh kepada orang lain di [uar lingkungan kekerabatan.
Keaiban itu haruslah dilokalisasikan betul-betul. yang mereka ungkapkan
dengan mamang:.1l1: Babiliak l1eteh, babiliak gadang (berbilik kecH. berbilik besar).
maksudnya apabib rahasia itu merupakan rahasia kamar. jangan tahu
orang serumnh; kalau rahasia itu merupakan rahasia serumah. tetangga jangan
sampai tahu, demikian seterusnya. Orang yang sampai menceritakan aib
kerabatnya sendiri mereka namakan I'(lmacah tubo (penyebar racun),B

2 Mungkin karcna stdsel m;ltrilin~all\ya, rnereka iazimnya akan menyampaikan masalah


pribadinya kepada ibunya atau kepada neneknya, kal:tu ibunya tidak ada. Kalau keduanya
tid:tk ada, ia akan menyampaikannya kcpada saudara perempuannya yang tertua. Nanti
mereka itulah yang akan membicarakannya kepada mamaknya. Adalah tidak lazim 'mereka
mcngadukan persoalannya kcpada kerabm laki·lakillyn meski kepada mamak atau bahkan
kepada ayahnya scndiri.
13 Berbagai kasus yang dapat dikemukakan di sini misalnya yang menyangkut merek;!. sebagai
contoh. kcluarga yang pulang dari rantau kchilangnn gelang emas di suatu rumah di
pada saat banyak handai tolan datang m~njcngllk pcrantau itu. Ahli rumah merasa
malu. tcrlltama kepada orang semenda, suami percmpuan yang pulang dan rantau, yang
bukan orang yang berasal Minungkabau" Selidik punya sdidik, cari punya cari. gelang emas
iw tidak kunjung terjumpai meski ada beberapa orang yang dapat dicurigai. Oleh karena
tidak tahan mcnderita malu. ahli rumah itu meiapor kepada polisi. Polisi turun tangan, lalu
m<!llahan salah seorang yang paling dicurigaL Kerabat orang yang dicungai itu merasa
tersinggung karena mera!a kaumnya dituduh mcncuri. Salah seor3ng penghulu mereka
menemui polisi lIleminta orang yang ditahan agnr dibebaskan dengan menjamin barang yang
paSti akan daput ditemukan. Anggota kerabat yang lain mcndatangi rumah tempat
itll hilang untuk meyakinkan mereka bahwa gclang itu pasti salah letak. Tujuannya
yang utama ialah untuk meyakinkan scmenda yang orang luar itu bahwa di nagari mereka
tidak ada pcncuri, apalagi pcncuri itu kcmbatnya. Dua han kemudian. gelnng emas itu
ditcmukan kduarga yang dicurigai. Dikatakan bahwa gelang emas itu tidak dicun. melain­
kan salah ambil oleh seorung cucu mercka yang masih berusia 4 tahun. Cucu inl menyangka
gelang itu gelangmainan yang dijumpainya di lantai kamar mandi. Dan, katanya juga. gelang
emas itu ditemui sl cucu ketika ia sed'\ng main lempar·!emparan dengan adiknya, Gelang
itulah yang jadi sasaran lemparan permainan mercka. Kisah itu kelihatan dikarang demiklan
rupa, terapi orang yang kehilangan serta para ahli rumah menyatakan bahwa rnerekalah yang
bersalah karena terlalu cepat mencurigai serta mengadukannya kepada polisi. Persoalan itu
dianggap selesai. Padaha\, semua orang tahu bahwa gelang emas" l!'u betul-betul dicuri
perempuan yangscmpat ditahan polisi karena memang perempuan"iro dikenal sebai,ti orang
yang suka mengambil rnilik orang lain.
Kasus lain yang dapat diarnbil sebagai contoh muncul ketika novel Gerhana dimuat berturut­

6.7
Untuk menutup rasa malu dalam menjaga narga diri, kepa'da mereka diajar­
kan agar mampu memikul risiko dan konsekuensinya. 'sebagaimana yang
diungkapkan mamangan: Kald tadorong inai padtlnalfl1Yo, m~tluik tadorong amen
padahannyo (kaki terdorong inai tantangannya, mulut terdorong emas tanta­
ngannya). Artinya segala sesuatu yang dapat merugikan atau menjatuhkan
hargadiri kaum atau diri sendiri hendaklah ditebus, agar tidak memberi
Ditebus dengan apa saja. meski sangat berat akibatnya. sebagaimana yang
diungkapkan pemeo: Tak aia tala!1g dipancuang. tak kayu janjaHg dihapiang. tak
amen bungha dia5an) (tak ada air talang dipancung. tak ada kayu ,jenjang
dikeping. tak ada, emas bungkal diasah). Pemeo ini dapat diartikan secara
harfiah atau secara kiasan. Jika tidak ada air di tempat yang biasa. carilah ke
tempat yang tidak biasa meskipun dengan bekerja keras memancung pohon
bambu yang kemungkinan menyimpan atau tidak menyimpan air. Demikian
pula andai kata tidak ada lagi kayu untuk memasak nasi. jenjang atau tangga
rumah pun boleh dikepingi meski sesudah itu akan sulit naik ke rumah. Atau
kalau tidak ada harta untuk mengatasi kesulital1. akali kesulitan itu dengan
apa saja. meski dengan menipu.'-I
. Apabila dengan segala cara narga diri yang telah jatuh itu tidak mungkin lagi
dapat ditebus. ajaran mereka menganjurkan: Daripado baputian mato, labian doh
baputian tulang (daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang). yang
artinya daripa4a hidup menanggung malu Jebih baik bunuh diri." Namun,

turut daJam harian Kompa! scbagai ccrita bersambung. Scorang dokter penyakit jiwa, yang
berdiam di Pulau Jawa, berasnl dari Minnngkabuu dan bergelar datuk pula, berpcndapat
bahwa pengarang novel Gcrhallfl pastilah orang yang menderita sakit jiwa, brena telah
mengungkapkan aib orang Minangkabau kc tengah umull1 dengan mengisahkan skandal­
skandal yang terjadi di kalangan para sarjana di Sumatcra Barat.
14 Ungkapnn yang sangat Illas dikenal lI1asyarakat hldonesia. yang membcri kinsan tcntang
orang Minangkabau yang suka mcnipu. ialah Padang l>mgkok. Artinya, orang Padang (mak­
sudnya orang Minangkabaul tidnk lurus. Pada sctiap bangsa tentu saja ada omng-orangyang
tidak jujur. Namun, ungkapan yang tcrkcnalluas itll memberi kesan seolah-olah banyak
sckali orang Minangkabau yang suka mcnipu. Tampakn\'a. tabiat menipu mercka itu. selain
karcna rabiat manusia biasa, mcrupakan kcharusan karena kcterpaksaan 1I11tuk mengatasi
kesulitan hid up sesaat, sebagai suatu alternatif dari pandangan hidup mcrcka yang tidak
suka dan berpantang meminta belas kasihan atau meminta pertolongan orang yang bukan
kerabatnya. Selanjutnya dalam pandangan orang Minangkaball, orang-orang yang tertipu
tidak akao menimbulkan rasa simpati kepadanya. Mercka dipandang orang bodoh. orang
yang memalukan kaum kerabatnya sendiri.
15 Bunuh din karena merasa malu tampaknya menjadi poln kebudayaan mereka. Namun,
ajaran Islam yang mereka anut tidak hcnti-hcntinya mencegahnya karena merupakan dosa
bernt. Meski masih banyak orang bunuh diri karena l110tivasi demikian, tidak ada kasus
orang membunuh orang lain demi menutup rasa malu. seperti yang bermusim dewasa ini di
beberapa kota. Menghamili perempuan yang tidak boleh atau tidak pattlt dikawininya
merupakan aib yang sangat memalukan, Untuk menutup aib itu, orang Minangkabaulebih
68
mati karena putus asa tidak dipujikan. Oleh karena itu, kalau mau mati
hendaklah diperhitungkan masak-masak, sebagaimana yang dikatakan ma­
mangan: Hiduik baraka, mati bakiro (hidup berakal. mati berkira).
Andai kata rasa malu itu datang karena harga diri dijatuhkan orang
dengan cara penghinaan, pituah mereka mengajarkan agar mereka meiakukan
pembalasan: Musuah indak dicari. basuo pantang diilakkan, tabujua lalu. tabalintang
patah (musuh tidak dicari, bertemu pantang dielakkan, terbujur lalu, terlintang
patah). Akan tetapi, apabila orang yang memberi hinaan yang memalukan itu
kuat untuk dilawan, maka pemeo mereka mengajarkan: Tak lalu dan­
dang di aia, di gurun ditanjakkan juo (tidak dapat biduk lewat di air, di gurun pun
dilewatkan juga). Artinya, ka!au tidak dapat memba!as dengan cara biasa,
maka balaslah dengan cara yang tidak biasa. i " Peringatan pemba!asan orang
kedl yang lemah terhadap perlakuan orang besar atau orang kuat seperti itu,
diberikan pemeo: Elok-elok urang di ateh. nan di bawah kok manimpo (hati-hati
orang di atas. yang di bawah mungkin menimpa). Orang ked! akan dapat
membalas kejahatan orang kuat dengan berbagai caranya.
mau mendapat malu karena tidak mampu malawan dunia orang me­
rupakan motivasi untuk mencapai kemajuan dan kebanggaan serta menjaga
harga diri. Hasilnya dapat berbentuk positi£' tetapi juga berbentuk negatifP

Pola Awak sarna Awak


Sesuai dengan ajaran Alam terkembang jadi guru yang menjadi sumber falsa­
fahnya. orang Minangkabau membentuk masyarakat yang komunalistik. baik
dalam kediaman. sosial. maupun da!am usaha. Artinya. ·mereka itu' hid up
berkelompok. Setiap kelompok bukan hanya bergabung dengan kelompok lain
dalam ke!ompok yang !ebih besar, juga setiap kelompok yang ked! atau yang

suka memilih beberapa alternatit. seperti menerima hukum masyarakat yakni dikucilkan,
merantau. atau membayari orang lain yang termasuk kerabatnya untuk membuat pengaku o

an dan mcnikahi perempuan ilu. Ada saja kerabat yang bersedia membuat pengakuan demi
~njaga nama baik kerabat dan kaum seumumnya dan keaiban.
16 Cara yang tidak biasa untuk membalas hinaan itu ialah mQllcido (memberi cedera). yaitu
memukul dari belakang dengan menggunakan alat yang keras, tanpa diketahui orang lain.
Scbab. kalau ada orang lain yang tahu, mungkin hal itu akan menimbulkan perkelahian
ramai antarkaum mereka yang bcrsengketa. Cara pcngeroyokan beramai-ramai terhadap
seseorang atau sedikit orang lazimnya dipakai sebagai tindakan polisional penduduk suatu
desa terhadap orang luar yang mdakukan salah tingkah di desa itu. Dalam berbagai novel
Indonesia yang ditulis orang Minangkabau. seperti novel SUi Nurbaya.dan SeHgasam Membawa
Nikl'lat. pemukulan terhadap lawan secara sembunyi-sembunyi itu telah dilukiskan dengan
balk sekali.
17 Akibat positifnya ialah po!rsaingan atau perlombaan dalam memajukan kaum kerabat atau
nagari masing-masing, baik secara perscorangan maupull secara kolektif. Umpamanya.
dalam masaJah ,pendidikan anak.anaknya, mereka berlomba untuk menyekolahkannya
69
besar saling berbaur dengan identitas masing-masing yan~, terpelihara dalam
suatu ikatan kebudayaan dan falsafah yang sarna. Ibarat pengeJompokan dan
pembauran unsur-unsur alam yang dapat diraba indera man usia. Umpamanya.
dalam kelompok kediaman. ada banyak kampung dalam sam nagari. ada
banyak nagari dalam satu luhak. ada beberapa luhak dalam alam Minangka­
bau. Dalam kelompok sosiai. ada banyak kelompok yang dimuJai dari orang
serumah tangga yang bergabung dalam satu kaum, banyak kaum bergabung
dalam suku, dan banyak suku bergabung dalam UYaHg awak. Penggabungan
bukan berarti peleburan, melainkan seperti yang dirupakan riak air pada telnga
yang ditimpa batu di beberapa tempat. Airnya beriak mulai dari titik tempat
jatuhnya batu, lalu riaknya menumbuhkan lingkaran-lingkaran yang kian

sampai ke perguruan tinggi meskipun untuk ltu mereka berhema~ sam pal kc bawah batns
minimal kebutuhan hidupnya sehan-hari. Bahkan penjual sate atau penjunl sayur ketengan
tidak merasa rendah diri untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Anak-anak mud a yang
bakal jadi, baik dalam usaha maupun dalam pendidikan. akan senantiasa mcndapat dukung­
an moril dan materiil dan kaum kerabat masing-masing. SeenTa kuantitatif. berdasarkan
persentase ;umlah penduduk. $uku bangsa Minangkabau diperkirakan memp\lnyai jumJah
sarjana yang terbanyak jika dibandingkan dengan penduduk di daerah lain. Menyekolahkan
anak-anak ke perguruan tinggi, selain untuk memperoleh rasakebanggaan. dapat pula
ditafsirkan sebagai "membangkit batallg terandam". Artinya, kaum kerabat mereka pada
masa lalu juga adalah orang yang bermartabat sama dengan kerabat lain atau tidak kalah
dengan kerabatyang lain. Dalam perlombaan memajukan nagari (desa). masing-masing
secara kolektif. mereka membangun apa yang telah dibangun orang di nagan lain. Olch
karena itu, setiap nagari mempunyai masjid yang indah. gedung sekolah atau klinik kesehat­
aI), sebagaimana yang dimiliki nagari lain. Pada umumnya gedung-gedung kepentingan
umum di desa•. seperti sekolah negeri atau klinik kesehatan. dibangun atas swadaya warga
masyarakat setempat dengan bantuan kerabat mereka yang merantau di kota. }umlah
bangunan swadaya masyarakat dengan yang dibangun pemerintah seimbang.
Di samping it'll, ada perlombaan yang bersifat negatif, yang merupakan kegiatan yang
mubazir, sepem kegemaran mengadakan kenduri yang besar serta meriah meski untuk hal
itu, sebagian harta bendanya akan terjual atau tergadai. Untuk menjaga harga diri agar tidak
maluLmereka menjadi pesolek, suka memakai pakaian yang indah-indllh dan mahal. T ujuan-.
nya, selain untuk melawan dunia orang, juga agar mereka tidak kelihatan kalah d.-i orang
lain dan untuk menyembunyikan kekurangan din agar tidak kclihatan miskin. Ungkapan
Melayu lama yang cukup terkenal mengenai tingkah laku pesolek mereka berbunyi: Tipu
Aceh, gIlriHdam BaTlls, lagaN PadaHg. omoHg Berawi. Dalam kaba (cerita rakyat) RancaR dl Labuah
dan SI BlljllHg Kirai dilukiskan dengan tepat sekali betapa caranya lagak Padang itu. Persaing­
an yang didorong perasaan tidak mau kalah dalam melawan dunia orang ltu terlihat juga
dalam kehidupan rumah tangga mercka. Perempuan-perempuan yang bersaudara. yang
menempati kamar di rumah-bersama dengan suami masing-masing, juga saling berlomba.
}ika salah seorang suami saudaranya membeli radio, mesin jahit, atau barang-barang lainnya.
maka yang lain berusaha pula mendesak suami mereka masing-masing agar membeli barang
itu pula. Oleh karena itu, lazim jika pada suatu rumah di Minangkabau mempunyai tiga
sampai empat radio. mesin ;ahit. lampu petromaks. atau benda-benda lain yang dapat
digunakan sebagai lambang peningkatan status sosial mereka.
70
meluas. Dan lingkaran itu berbaur-bauran dengan lingkaran-lingkaran lain
yang dimulai dari titik tempat batu yang lain dijatuhkan. Tiap-tiap anggota
kelompok sejak dari yang kedl sampai yang besar menamakan dirinya awak.18
Segalanya bermula dari awak, oleh awak, untuk awak, dan demi awak. Selain
awak adalah orang lain yang tidak akan dap<;lt 'dimasukkan ke dalam Hngkaran.
Dalam pemahamannya, maka pengertian awak yang besar akan menuntut
simanya awak-awak yang lebih kedl ke dalam kebersamaan yang komunalitas
itu. Individu pun tidak berarti lagi karena ia hanya merupakan satu molekul
dati sesuatu yang lebih besar. Oleh karena itu pula, setiap kesutitani kejayaan
atau kepentingan orang seorang. kerabat, kaum, suku kampung atau nagari,
bahkan sealam Minangkabau. merupakan kesulitan, kejayaan. dan kepenting~
an awak pula. Demikian pula sebaliknya, sehubungan dengan itu, pemilikan
harus diartikan sebagai pemakaian, selama yang memakai dan yang dipakai itu
ada. Artinya, awak yang keeil merupakan bagian yang uruh dari awak yang
beser dan awak yang besar merupakan bagian yang utuh pula dari awak yang
ked!. 19 Namun, pemahaman lingkungan awak mempunyai batasan yang se­
suai dengan struhur masyarakatnya, yang mereka sebut: Babiliak ketek, babiliak
gadang (berbilik ked\' berbilik besar). Yang artinya, meski semua orang adalah
awak, tidak semua orang awak adalah awak. Ukurannya adalah lingkungan
masing-masing, mulai di tingkat yang paling kedl sampai ke tingkat yang lebih
besar, seperti kerabat terdekat, kerabat jauh, kerabat sekaum, kerabat senagari.
dan akhirnya barulah sesama awak Minangkabau.
Dalam pengertian awak babiliah ketek, babiliak gadang itu, yang paling didu
disempurnakan ialah awak yang d::t1am bilik kedL baik dalam menunjang
hidupnya, maupun dalam meminta bantuan serra menyampaikan kesukaran.
Meminta bantuan atau menyampaikan kesukaran melampaui baras bilik kedl
dipandang tabu karena maambiak angok Ita lua badfU1 (bernapas ke luar tubuh).
Andai seseorang ingin menyampaikan keluhan. ia harus menyampaikannya
kepada kerabat terdekat. Kalau kerabat dekat sedang tidak mampu, maka
kerabat dekat itulah yang akan menyampaikannya ke bilik besar atau ke kaum
kerabat yang berada dalam bilik besar, yakni kerabat yang lingkungannya lebih
jauh. Demikian pula halnya dalam memberi bantuan. haruslah kerabat dekat
yang menjadi prioritas pertama. Setiap bantuan yang diberikan tanpa diminta
atau dalam bentuk yang berlebihan dari kewajiban semestinya dipandang

18 Awak artinya sarna dellgan allggOla atau kila. Illgat akan istilah awah kapal. Istilah awak dapat
digunakall sebagai kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga tunggal atau jamak dan lazim
diikuti kata ganti personalnya, sehingga menjadi awak den (saya), awak ang atau awak kall
(kamu). dan Ilwak 11)'0 (dia). Dapat pula aw/tk diartikan sebagai hita atau orang kita yang
kerabat, yang sekaum, yang senegeri, atau yang se- Minangkabau, seperti lazim dikenal
dengan istilah orang await

19 Lihar juga,pab "Penghullu" dan bab "Harta dan Pusaka".

71
sebagai mampamgokan gadal1g bidang bahu (memamerkan kekua'tan bidang ba­
hu), yang artinya memamerkan kekuatan :)ada kalib sendiri.
Awak juga merupakan titik pusat lingkungan kehidupan m?n: Selain
awak, ia adalah orang lain. Antara awak dan orang lain ibarat air 0;m minyak
yang dapat berbaur, tetapi tidak serasi. Rtisc:n aia /W Ilia. rasan miwylli< Jill
(resam air ke air, resam minyak ke minyak), kata petitih mereka. Bahkan dalam
hubungan perkawinan pun, pasangan suami istri tetap seperti air dengan
minyak karena sistem perkawinan yang eksogami,20 Dengan demikian berarti
bahwa suami atau istri tidak pada tempatnya menceritakan kedukaannya pada
pasangannya. Kedukaan hanya boleh disampaikan kepada kerabat masing­
masing menu rut tali darah yang matrilineal.
Hubungan awak sarna awak yang demikian erat senantiasa dapat menghi­
langkan fungsi hukum formal yang ada dalam masyarakat mereka, jika terjadi
pelanggaran atau persengketaan di antara mereka. baik dalam bilik besar mau­
pun dalam bilik kecil. Lahirlah ungkapan yang cukup terkenal dalam hal ini
seperti: Kabau haji masuak parak haji (kerbau haji masuk kebun haji), yang
maksudnya kalau terjadi perusakan milik awak oleh salah seorang awak.
selesaikan saja dengan baik. secara awak sama awak pula. 2l Lagi pula perseng­
ketaan di antara orang bersaudara dikiaskan seperti: KU5Uik bulu ayam (kusut
bulu ayam), yang maksudnya kekusutan yang dapat dilenyapkan hanya de­
ngan barutan tangan.

Rasa dan Periksa


Menurut falsafah mereka. tema baa di ~!rang. baa di awak dan harga diri menjadi
motivasi untuk hidup dalam persaingan yang tajam antara scsama mereka.
baik secara individual maupun secara komunal. Persaingan itu bertujuan agar
tercapai suatu tingkat yang dapat mengangkat harga diri pribadi dan kaum
kerabatnya sebagai yang dimaksudkan dengan malatvalf dunia urang, tetapi
dengan nilai keseimbangan yang terjaga bagi harmoni kehidupan masyarakat.
Persaingan kelompok masyarakat :yang terdin dan suku-suku sesungguhnya
akan dapat menimbulkan perkelahian massal bahkan peperangan. Namun,
konflik-konflik fisik dapat dihindarkan karena adanya aturan perkawinan
yang mengharuskan perkawinan antarsuku, sebagai salah satu cara menghin­

20 Lihat juga bab "Perkawinan".


21 Menghukum anggota keluarga sendiri bagai memakan buah simalakama. kalau dimakan ibu
mati dan kalau tidak dimakan ayah mati. Menjadi suatu dilema hidup, jika pencurian atau
skandal yangdilakukan oleh keluarga terhadap keluarga sendiri tidak dapat didamaikan atau
disembunyikan dari orang lain. Seberat-berat hukuman bagi pelanggarnya ialah dibuang.
(Lihat juga bab "Undang-Undang dan Hukum). Pihak yang dirugikan kejahatan itu biasanya
dipersalahkan juga oleh pandangan umum, mengapa in bisa dirugikan. Kerugian yang
menimpanya merupakan kesalahan sendiri. scbab merekn alpa. bodoh. dan sebagainya.

72
dari konflik itu. Di samping itu, ada sistem kerja kolektif yang dikembangkan,
yang tidak terbatas di antara mereka yang sukunya sarna. Sistem kolektivitas
dikembangkan pada kelompok permukiman, tidak dalam kelompok genetis. 22 •
Hal yang demikian juga merupakan suatu alat untuk menjaga harmoni kehi­
dupan dalam masyarakat mereka.
Ajaran mereka dalam menjaga keseimbangan yang harmonis itu memakai
yang mereka sebut raso jo pareso (rasa dengan periksa). Artinya, setiap
sesuatu ditimbang dengan ukuran perasaan yang sarna dan dengan pemeriksa­
an yang senilai. Ukuran raso atau perasaan ialah rasa sakit da~ rasa senang.
Untuk rasa sakit mereka memakai ungkapan: Hukum pieiak jal1gek, sakik dek awak
sahlt deh UTal1g (hukum cubit jangat, sakit bagi kita sakit bagi orang), yang
artinya bahwa apabila kulit kita merasa sakit kalau dicubit, orang lain pun akan
merasa sakit kalau kulitnya dicubit. Oleh karena itu, janganlah menyakiti
orang lain dengan cara dan bentuk apa pun, baik jiwa maupun badannya,
selama kita juga akan merasa sakit apabila mendapat perlakuan yang sarna.
rasa senang, ukuran yang dipakai ialah: Lamak dek awak, katuju dek
uraflg (enak bagi kita, suka bagi orang). Artinya, setiap kesenangan yang kita
lakukan hendaknya disukai pula oleh orang lain, setidaknya jangan sampai
mengganggu orang lain.
Sedang .ukuran pareso atau periksa akan memakai nilai: Alur jo patuik (alur
dan patut). Maksudnya, periksalah suatu masalah menurut alur yang lazim,
tetapi pertimbangkanlah dengan rasa kepantasan (kepatutan), yang secara
sederhana dapat dikatakan periksalah dengan hati nurani sendiri.
raso jo pareso diungkapkan ke dalam pantun berikut ini:

kacal1g balimbial1g.

Tul11purua11g lel1ggal1g-1el1gga I1gka 11 ,

Bao mal1urul1 ka Saruaso.

Al1alt dipal1gku kamal1akal1 dibimbial1g.

Ural1g kampual1g dipatel1gggal1gkal1.

Tel1ggal1g del1gal1 raso jo pareso.

KeJuk paku kacang belimbing,

T empurung lenggang-lenggangkan.

Sawa menu run ke Saruasa.

Anak dipangku keponakan dibimbing,

Orang kampung ditenggangkan.

Ditenggang dengan rasa dan periksa.

22 Lihat juga ba~ "Harta dan Pusaka".

73
Akan. tetapi, seandainya dalam keadaan yang memaksa:'saat nilai raso jo
pareso itu tidak mungkin dilaksanakan lagi. orang pun dapat memakai earn lain
yang tidak menurut alur yang biasa. Cara itu diungkapkan dengan pemeo:
Awah mandapek. urang jndak kailangtln (kita mendapat. orang tidak kebilangan).
Artinya, kita dapat berbuat sesuatu yang kita ingini. tetapi orang lain tidak
merasa dimgikan. Pemeo ini memang dapnt digunabn bagi berbaf:ai keadaan.
tetapi maknanya sarna de~gan tengg'lI1g raso (tenggang rasa), yang
pasif jika dibandingkan dengan ungkapan raso jo pamo.

Kesamaan dan Kebersamaan


Sebagaimana alam. yang mercb jadibn guru. yang unSUf-ullsurnya saling
berbeda penman dan sifatnya, tetapi saling berbaur daJam kedudubn yang
sama pentingnyn dalam kemcstaan. dcmikian pula susunan masyarakat Mj­
Ilangkabau. Masyarakat Minangkabau adalah suatu kumpulan yang utuh
dengan segala keragaman manusia yang saling berbeda kepcntingan dan kc­
mampuan serta dengan segala kebaikan dan keburukannYil yang akan

antara sesamanya.
Mereka mempunyai satu motivasi yang kuat untuk bidup dinamis, yakni
memelibara barga diri yang tidak terkalabkan atau tidak tcrendahkan agar
tidak memalukan. Untuk itu mercka berlomba dan bersaing seeara terus­
menerus dalam lingkaran hannoni alamnya. Mereka membentuk kcluarga
dalam perkawinan, tetapi mereka mempertahanbn eksistensi pribadi dalam
kaumnya masing-masing. Lnki-laki memiliki kekuntan dan kekuasann, tetapi
laki-Iaki tidak memiliki bak al'ns barta dan turunan. Mereka hidup /lcrlmm)Jul1g­
kampung,2J tetapi mercka membelah dirinya dalam bersuku-suku. Mereka
tinggal bersarna dalam mmah gadtlng (mmah besar), tetapi mereka
berbilik-bilik. Mereka mempunyai kebanggaan bum secara fanatik. tetapi
mereka tidak membesarkan dirinya untuk mengalahbn yang
Bertolak dari pola im. mereka hidup. berusaba. dan berjuang untuk meng­
hadirkan dirinya sesuai.dengan tingkatan yang ada. Meskipun mereka bidup
dalam kelompok tingkatan masing-masing. kOlllunalisme mereka demikian
kukubnya. Sebuab pemeo mengungkapkan: Duduah SUl'alfg basampih-stlmpih,
duduak basamo baJapal1g-lapal1g (duduk sendirian bersempit-sempit. duduk ber­
sarna berlapang-Iapang). Artinya, bila orang bidup menyendiri. dunianya akan
terasa sempit karena jika terjadi sesuatu yang menyulitkan. tidak ada orang
yang dapat diajak benmding, bekerja sama, atau datang membantu.

23 Am kampung sesungguhnya ialah kllHlpul. berkampung-kampung berarti berklimplII­


kumpul.
74
hidup bersama-sama riada kesulitan yang tidak akan dapat diatasi sehingga
dunia aknn terasa lapang.
Di dalam hidup bersama ini, orang Minangkab,1u hidup menge\ompok, baik
dalam sosiaJ. t'konomi, maupun politik dan teritoria!' Dalam kelompok hidup
kelompok yang kedl yang terdiri

Orang-orang
sedarah dari beberapa rumah bersatu dengan semua orang yang sedarah
dengan mereka atau senenek llloyang dengan mereka, yang mereka namakan
bum atau suku. Mcskipun mereka bersatu. persatuan mercka lebih merupa­
knn pcrserikntan dalnm status yang sama. Kesatuan yang lebih besar tidak
menguasai kclompok yang Jebih ked!. Fungsi kcsatuan yang lebih besor lebih
ccndcrung kcpada sifat mclindungi. l'ersatuan mercka lebih merupakan per­
satuan lidi sapll yang diibt sebuah simp<li. Bukan persatuan kerikil, pasir. dan

tata hlctup mercka.


dan /Jersam£l. Jib SilIH.J dan bl'rstunil
Sil l1lu ,
menjadi saw, melainkan mercka scbllt menjadi
Dad makna istilah Silml~ dapat dikembangkan berbagai pengertian falsafah­
nya. Orang yang saw adalah ~ama dengan orang yang lain, kampung yang saW
SIlI11I1 dCllgan kampung yang lain. Orang y:tng satu dengan yang lain menjadi
berSalftll, bukan bersatlt. Dcmikinlliah mcn:ka hid up berkisar dad makna saU1il
dan baSilIl1tL Umpamanya cialam meneari !larta sebagai sumber hidup, mereka
senantiasa bcrsama seperti mellgerjabn sawah. Walnupun tempat bekerja itu
:reka tidak dapat bckerja sam::t, .
::ttau sama-sama menGlri h::trtn. Pengertian
Inh esensial. jib dilihat d,Hi falsafah Minangkaball. Sebab, hartn yang dig::trap
bcrsama atau sama-sama dicari ieu pada hakikatnya untuk keperluan kerabat
mereka yang sednrah, bllkan untuk dirinya sendiri. Selail1 dari tata ekonomi
mercb yang kOlnLlI1alisris, sistem penggarapallllya pun secara bersama-sama.
yang mereb sebut. bajulo-julo (berjula-jula). Demikian pula harta benda lain­
nya. seperti sawah dan ladang serra rLIl11ahnya, adalnh milik bersama. 14

24 Minangkabau. terutama laki-Iakinya, didorong agar kuat herusaha mencari hartn,


bukan saja untuk kepcntingan dirinya scndiri, juga untuk memperkaya kaum kerabatnya.
Kaum perantau dirangsang se!alu, lIntuk mengirimkan kekayaannya ke kampung.urituk
memegang sawah gadai, membuka ladang baru. membangun rumah salldara. bahkan untuk
membangun proyek-proyck sosial !ainnya seperti masjid, sekolah (madrasah), balairung,
'atau bangunan kepcntingull umum. Dari pola demikian, terlihat kini banyak rumah melcbi­
hi keperiu3n atall bangunan masjid yang indah megah di berbagai desa. Lihat bab "H~rta dan'
Pusaka",
75
Sebagaimana lazimnya penduduk agraris. mereka hidup saling membantu.
bekerja sarna, atau bergotong royong. yang polanya ialah: Rarek same
riHgaH same dijiHjiaHg (yang berat sarna dipikuI. yang ringan sarna dijinjing).
Artinya, segala tugas dan beban yang menjadi kewajiban orang seorang terha­
dap kepentingan bersama dikerjakan semua orang. Akan tetapi. karena keada­
an-orangtidak sarna, ada yang kava ada yangtidak kava. ada yang kuat dan ada
yang tidak kuat. m&ka sistem kerja sarna berdasarkan keseimbangan. Yang kava
dan yang kuat akan berkewajiban lebih dari yang lain. Sistem itu disebut:
GadaHg kayu. gadaHg bahal1nyo (besar batang kayu, besar bahannya).
Bantuan atau pemberian yang diberikan demi kerja sarna itu mempunyai
pembatasan-pembatasan. seperti pembatasan gadang kayu gadaHg bahannyo itu.
Apabila seseorang memberikan lebih dari kewajaran. ia akan dikatakan takanai
baragiah (salah beri). gadang lagak (besar lagak), atau mungkin ado udaHg di ba/.iak
batu (ada udang di balik batu). Yang artinya. jika seseorang memberi lebih dari
kewajaran. mungkin karena ia bodoh atau sok, mungkin juga karena ia
mempunyai maksud tertentu di belakang pemberian itu. Pituah mengajarkan
babuek baiak pado-padoi. babuek buruak sakali jaH (berbuat baik agar sepadan.
berbuat buruk sekali-kali jangan). Maksudnya ialah agar mereka dalam me­
lakukan kebajikan atau berbuat baik sepadan dengan kemampuannya. De­
ngan perkataan lain. kebaikan itu ada batasnya. Di samping itu. janganlah
melakukan kejahatan apa pun juga. Namun. ajaran mereka pun mengatakan
bahwa setiap kebaikan senantiasa menantang imbalan. setiap kebaikan selalu
menuntut penggantian. Jika ada seseorang berbuat baik terhadap kita. maka
kebaikan itu harus dibalas pada suatu waktu. Demikian pula kita yang berbuat
baik. selamanya akan ada imbalannya. Pituah mereka mengatakan bahwa
jariah manantang buliah. nlgi manantang labo (jerih payah menantang imbalan.
rugi menantang laba).
Kehidupan bersama tidak berarti kebersamaan serta persamaan secara tota­
litas. Kebersamaan serta persamaan itu terbatas pada tugas dan
kodratnya masing-masing dan sesuai dengan norma etik
dalam mencapai kebersamaan serta persamaan itu tidak berlaku paksaan
dengan kekerasan melainkan terbatas pada tekanan moral deh seluruh pihak.
yang puncaknya berbentuk hukuman kucil atau buang.25

Seiya Sekata
Dari rasa persamaan dalam kehidupan bersama yang menyeluruh iw, mere­
ka dituntut suatu aturan permainan yang dinamakan saiyo sakato (seia sekata).
Dalam kehidupan bersama. dengan hak dan kewajiban yang sarna, diperlukan

25 Uhat juga bab "Undang-Undang dan Hukum" sma bab "Penghulu··.

76
suatu kesatuan yang utuh (totalitas). Untuk mencapainya, mer~ka mempu­
pimpinan yang ditaati secara bulat. Pimpinan itu mempunyai hirarki dan
yang tertinggi, yaitu apa yang dinamakan saiyo sakato itu. Makna yang dikan­
dung dalam istilah saiyo itu disebut baiyo-iyo, (beriya-iya = berya-ya) dengan
(berbukan­
yang lazim diucapkan: baiyo-iyo barido-rido. Ardnya, bermufakat de­
ngan sungguh-sungguh, bukan asal mufakat. bukan mengiya-iya atau me­
nyatakan persetujuan segala apa yang diputuskan pimpinan mereka. Mamang
mereka menyebutkannya dengan:
Kamal1akan barajo ka mamak,
barajo ka panghwlu,
Pal1ghwlu barajo ka mupakaik.
Mwpakaik barajo ka alua jo patwik,
:Kemenakan be'raja ke mamak,
Mamak beraja ke penghulu,
penghulu beraja ke mufakat,
Mufakat be raja ke alur dan patut.
Maksud mamang itu ialah bahwa pimpinan kemenakan adalah. mamak
pimpinan mamak adalah penghulu. pimpinan penghulu adalah mufakat, se­
dangkan pimpinan mufakat adalah garis hukum dan garis kepatutan atau
kepantasan. Meskipun mufakat itu telah menu rut garis yang pantas untuk
dibicarakan bersama. mufakat itu mempunyai rukun. yakni kebulatan penda­
pat. sebagaimana yang dimaksud petitih: Bwlek aia dek pambwlwah, bwlek kato dek
mwgakaik (bulat air oleh pembuluh. bulat kata oleh mufakat). Kebulatan kata
itulah yang dimaksud dengan sakato, yang dapat ditafsirkan apa yang diung­
kapkan mamangan dan diperkuat oleh petitih itu. bahwa mufakat, yang juga
berarti beriya-iya, melahirkan kata yang bulat karena orang yang beriya-iya itu
telah melahirkan kesatuan kata dan juga kesamaan kata. Oleh karena itu.
pengertian kate di sini. bukanlah merupakan ucapan atau kalimat. melainkan
merupakan keputusan mufakat, baik berbentuk peraturan: undang-undang

sosiologis, seiya-sekata mempunyai makna homogenitas


yang berlandaskan kehidupan komunal. Sedangkan dalam peng- ,
ia mengandung makna demokrasi. '. Oleh karena itu.
rasa persamaan dan kebersamaan lebih tinggi nilainya' daripada seiya-sekata.
Seiya-sekata dapat juga timbul karena ada rasa segan untuk menyatakan suatu
pendapat yang berbeda dan pendapat umum, sedangkan rasa persamaan'dan
kebersamaan meletakkan setiap orang pada nilai yang sederajat pada tingkat
pertama. PemahaJ11annya dari sudut pikiran demokrasi. bahwa perbedaa'n
pendapat tida..k berarti tidak hendak ikut bersama yang lain. Mamangan
77
mereka mengatakan tentang perbedaan pendapat itu dengan Uftgkapan: Basi­
lang kayu dalam tungku. di sinan nasi mangllOnyo masak (bersilang kayu dalam
tungku. di sana nasi makanya masak). Pengertian harfiahnya. api barulah akan
marak dalam tungku apabila ditaruh secara bersilang. tidak tersusun seperti
anak korek api dalam kotaknya. Pengertian maknawinya. dalam permu­
syawaratan atau mufakat diperlukan pikiran yang berbeda. agar masalah dapat
dipecahkan dengan semasak-masaknya.

Pola Penyesuaian yang Serasi


Sebagai falsafah yang "berguru ke alam". mereka memandang falsafah
Minangkabau sebagai yang tak lapUllk dck kujan. tak lakang dck panch (takkan
lapuk karen a hujan. takkan lekang karena panas) karena keabadiannya. 26
Keabadian itu bukan karena statis atau beku. melainkan karena kemampuim­
nya menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. sebagaimana
alam itu pun senantiasa berubah pula. tetapi harbtnya akan tetap abadi.
Proses penyesuaian terhadap perubahrm yang terjadi diungkapkan pepatah:
Sekali aia gadal1g. sekali tapian barubah (Sekali air banjir. sekali tepian berubah).
Maksudnya, apabila. banjir besar, tepi sungai tempat mereka mandi abn
berpindah atau berubah bentuk. tetapi kehidupan sungai itu akan tetap saja.
Sebab, perubahan bukanlah karena satu hal semata. Ada perubahan yang
terjadikarena kehendak alam atau kehendak keadaan yangdi luar kemampu­
an manusia, seperti halnya yang dikiaskan pepatah: Sekali-sekali aia gadang,
sekali-sekali tapian barubah (sekali-sekali air besar, sekali-sekali tepi berubah).
Perubahan lainnya karen a memang harus berubah sebab keperluannya, seperti
yang dimaksud mamang: Usang-usang diperbaharui. lapuak-lapuak dikajal1gi, nan
elokdipakai nan buruak dibutll1g (yang usang diperbaharui. yang rusak ditatari.
yang baik dipakai, yang buruk dibuang),
Kemampuan dalam penyesuaian diri merupakan seni hidup manusia kalau
ia ingin tetap selamat. Seperti haliwa yang diungkapkan pantun:
Kayu pulai di Koto
Batangnyo sa"Ji_hl1<l1udi
Jikok pandai
Patak tumbuah
Kayu pulai di Koto Alam

Batangnya sendi-bersendi

26 Pepatah ini juga diumikan dCligan ungkapan lain. yakni: "Adat yang scbenarnya adat
seumpama adat api menghanguskan. adat air membasahi".

78
Kalau pandai dalam alam

Patah tumbuh hilang berganti

Pantun itu memberikan pengertian bahwa mereka menafsirkan ahim de­


ngan baik. Alam itu terus hidup meski ada yang patah, misalnya pohon, maka
ia akan tumbuh terus. Zat alam yang hilang, seperti air dan api, ia ak~n terus
ada. Sikap demikian merupakan sikap mereka yang selalu optimlstis, lisal
mampu menyesuaikan diri dengan alam dan lingkungannya. Penyesuaian
hidup dengan lingkungan itu, juga diungkapkan petitihnya: bi ma b~Hii dipij~k,
di sinan langik di jujuang. Di mana bumi dipijak, di sana l~ngit dijunjung).
Artinya, di mana pun orang hidup, aturan setempat itulah yang harus dip.a~ai.
Namun, bagi mereka hal itu bukanlah. merupakan sikap bungl,oti at~u si~ap
yang tidak berpendirian tetap. Untuk berpendirian tetap itu, terlihat ajaran
pada pantun lain, sebagai kelanjutan pantun di atas.
Biriak-biriak tabang ka salflak,

Dari samak ka halaman,

Pattlh sayok tabang baranri,

Btlsuo di tanah rato,

Dari niniak IWnm ka mamak,

Dari mtlmak tUTUn ka kamanakan,

tlAmbutlh i1ang baganti,

Pusako lamo baitu juo,27

Birik-birik terbang ke scmak

Dari semak ke halaman

Patah sayap terbang berhenti

Bertemu di tanah rata.

Dari ninik turun ke mamak

Dari mamak ke kemenakan

Patah tumbuh hHang berganti

Pusaka lama demikian juga.

27 Di dalam kiasan yang diungkapkan tambo alam atau seperti yang dilakukan dalam sejarah
Minangkabu, terlihadah betapa kelenturan sikap hidup orang Minangkabau dalam mengha­
dapi kekuasaan dan pengaruh luar, Tdah 5i1ih be rganti kekuasaan feodal otokrasi dan
kolonial, seperti Majapahit dan Belanda, menguasai Minangkabau, serra berbagai agama .
yang pernah mereka anut. seperti Budha, Hindu, dan Islam, wapi susunan dan falsafah
hidup mereka tetap menjadi Minangkabau yang terus-.menerus. Sedangkan perubahan itu
merupakan bagian luarnya saja, seperri mereka memakai $arawa Aceh. baju Cillo. dela lao
(celana Aceh, baju Cina. destar Jawa), Pakaian tradisional mereka selama ini merupakan
cermin kemampu~n mengikuti mode atau keadaan. tanpa mengubah pribadinya. Dalam
. 79
Ada pemeo yang kiranya dapat menunjukkan secara kong-kret betapa orang
Minangkabau hams mampu menyesuaikan diri tanpa kehilangan identitas
dirinya atau kebudayaan bangsanya.
Pemeo itu berbunyi: PaHdai bakisa duduak, bakisa di lapiak 1fan salai; pandai bakisa
,tagak, bakisa di taHah nan sabingkah (Pandai berkisar duduk. berkisar di tikar
yang sehelai; pandai berkisar tegak. berkisar pada tanah yang sebingkah).
Maksud pemeo itu' bahwa keadaan dapat bembah dan bagi orang yang bijaksa­
na pembahan itu diikutinya tanpa mengubah landasan hidupnya.

Hidup Bertahan dan Mempertahankan Hidup


Falsafah alam Minangkabau menafsirkan kehidupan sebagai suatu dinamika
yang mengandung pergeseran dan pembahan secara tems~menems. Oleh
karena itu, setiap manusia hams mampu menyesuaikan dirinya dengan alam
dan lingkungan hidup dengan sesamanya yang mempakan bagian alam. Pola
penyesuaian yang serasi ialah menyesuaikan diri dengan keadaan yang lebih
baik seperti yang diungkapkan mamang: Malawan dUHia uraHg (melawan dunia
orang) yang maksudnya menandingi kejayaan orang. Tidak sebaliknya, yakni
menyesuaikan diri kepada kehidupan yang lebih rendah. Dari mamang lain
yang berbunyi: NaH gadang jan malendaH, nan cadiak jan manjua (yang besar
'" jangan melanda, yang cerdik jangan menjual). terlihatlah pula bahwa ajaran
mereka pada dasamya mencegah adu kekuatan antara pihak~pihak yang
berlomba dalam kejayaan. sebab yang kuat tidak diberi hak untuk melanda
pihak yang lemah. Kebesaran dan ketinggian seseorang atau suatu kelompok
masyarakat yang bemama kaum atau suku, karena diambak daH dianjuHg
bersama~sama oleh sistem masyarakatnya yang komunal.
. Namun. mereka juga memahami hukum dialektis yang mereka sebut bakara­
no bakajadian (bersebab berakibat). Sewaktu~waktu akan timbul persengketaan
di antara mereka yang tidak dapat diselesaikan. Ajaran mereka memberi
pituah:

Adaik badunsanak, dUHsanak patahankan.

Adaik bakampuang. kampuang patahankan.

Adaik basuku, suku patahankan.

Adaik banagari. nagari patahankal1.

Adat bersaudara, saudara pertahankan.

zaman modem ini, terlihat pula arus kaum intelektual yang berpendidikan Barat atau
pesantren, yangsemula menghindar daTi adat Minangkabau. tetapi akhimya mereka kembali
menjunjung adat nenek moyangnya iru dengan menerima jabatan penghulu adat. Lihat juga
lebih lanjut bab "Penghulu".

80
Adat berkampung. kampung pertahankan.

Adat bersuku. suku pertahankan.

Adat bernegen. negen pertahankan.

Sinonim dan pituah itu ialah:

Adaik baduffsaffak mamaga dUffsaffak.

Adaik bakampuaffg. mamaga kampuaffg.

Adaik basuku mamaga suku.

Adaik baffagari mamaga ffagari.

Adat bersaudara memagar saudara,

Adat berkampung memagar kampung.

Adat bersuku memagar suku.

Adat bernegen memagar negeri. 28

Pengertian patakaffkan (pertahankan) dan mamaga (memagar) dapat juga


ditafsirkan dengan makna yang berbeda. Yang pertama dapat ditafsirkan
sebagai kegiatan yang aktif. sedangkan yang kedua lebih bersifat pasif dalam
memeUhara keadaan dan ataukedudukan yang sudah dimiliki. balkoleh kaum
maupun oleh kelompok hidup mereka secara bersama~sama.
Dalalll sikap mempertahallkan atau mcmagar diri danlingkullgallnya,
pola babiliak ketek babiliak gadang (berbilik ked!. berbilik besar) sangat dipegang
teguh. Lebih diutamakan ialah sanak saudara, kemudian orang sekampung
atau kampung halamannya sendiri. Selanjutnya orang yang sepersukuan atau
yang sesama sukunya. karena orang sarna sukunya belum tentu sekampung
halaman atau senagari. Pada urutan terakhir. barulah lingkungan senagari
atau boleh juga senagan itu diartikan dengan setanah air. Sedangkan memper~
tahankan alam Minangkabau tidak ditemukan dalam ajaran~ajaran mereka. 29

28 Kata adaiR (adat) dalam mamang ini biasa pula diganti dengan kata lagak (tegak). tetapi
sering pula tidak digunakan. Hal itu tergantung pada pokok pembicaraan yang memerlukan
dukungan mamang itu. Hal itu disebabkan arti kata adat itu banyak dan luas sekali. Lihat
juga bab "Undang-Undang dan Hukum" serta bab "'Kesusastiaan".
29 Hal ini dapat ditinjau dari berbagai sudut dan dari serba kemungkinan. antara lain mungkin
Minnngkabau secara keseluruhan tidak merupakan suatu kekuasaan pemerintahan ata'u
kerajaan. In hanya merupakan suatu kesatuan ajaran atau pemahaman. Yang merupakan
suatu pemerintahan ialah nagari. Hubungan antara nagari dan nagari ialah hubungan
karena kesatuan ajaran. sedangkan kedudukan antara sesamanya adalah sederajat. Oalam
sejarahnya yang telah panjang. terlihat bahwa beibagai kerajaan telah mencoba menguasai
Minangkabau. s!perti Kerajaan Majapahit mengirim Aditiawarman atau Kerajaan Belanda

81
Sasaran dalam mempertahankan kehidupan lingkungan pada batas-batas
tingkatannya yang bersifat aktif itu ialah malawan dtmia urang (melawan dunia
orang) agar kadar kedudukan mereka atau kedudukan sese orang dari mereka
sama dengan yang lain. Sedangkan dalam posisi mamagll (memagar) sifatnya
berjaga-jaga agar mereka. baik lahir maup~m batin. tidak menjadi lebih rendah
dari yang lain. Bentuk sikap mempertahankan dan memagari itu menuntut
kebersamaan yang hampir secara total. sehingga tidak seorang pun yang tidak
ikut serta. sesuai dengan gadalfg kayu. gadalfg bahalflfYo (besar pohon. besar
bahannya), yang artinya bahwa partisipasi masing-masing sesuai dengan ke­
mampuannya.

yang datang kemudian. Penaklukan Aditiawarman sebagai wakil Majapahit pada dasamya
tidaklah mengubah sistem pemerintahan Minangkabau. Meskipun kemudian dikenal orang
Kerajaan Pagaruyung. pengaruh kerajaan itu tidak terlihat dalam alam kebudayaan Minan~­
kabau sendiri. Schingga Kcrajaan Pagaruyung seolah dipandang sebagai bentuk pemerintah·
.,' an suatu nagari yang berada di luar hukum Minangkabau yang wilayahnya berada pada
Kabuparen Tanah Datar dewasa ini saja. Dengan penaklukan Kerajaan Pagaruyung pada
abad ke-19 Belanda menafsirkan seeara de jure telah menaklukkan seluruh wilayah Minang­
kabau. ·Padahal. peperangan rakyat Minangkabau menentang Kerajaan Belanda yang me­
nyerang mereka masih terUS hingga .1wal abad kc-20. Sistem mempertahankan lingkungan
yang terdekat pada tingkat ut.1ma terlihat pada sifat pcperangan rakyat Minangbbau
melawan Kerajaan Belanda seperti yang tcrlihat dalam Perang Paderi. yaitu tiap nagari
melakukan perlawanan sendiri dan atau dengan bantuan nagan tetangganya. sehingga tjdak
terlihat bentuk peperangan menyeluruh pada suatu saat yang sama. Dari sejarah itulah. di
Minangkabau terkenal adanya Pcrang Kamang, Perang Manggopoh, dan lain-!ainnya. serra
yang terakhir Perang Silungkang. yang semuanya merupakan peperangan lokal sceara
militer. Namun. pada dasamya hal itll merupakan perang rakyat Minangkaball seumumnya.
Jika dilihat dari sudllt ajaran falsafahnya yang menentang kekuasaan asing. (Ulm juga bab
"Sejarah").
Mungkin pula penonJolan nagari sebagai suatu kesatuan menjadi lebih penting akibat
terjadinya perbenturan-perbenturan dengan ajaran utau kekuatan. seperti Islam dan ke­
mudian kekllatan Belanda yang tentu saja lebih menyukai perpecahan masyarakat Minang­
kabau. Dalam hal perbenturan dengan ajaran Islam. umpamanya. penyebabnya adalah
datangnya berbagai aliran yang saling bertentangan. seperti antara kaum Syiah dan kaum
Sunnah dan kemudian antara keduanya dengan paham Wahabi yang keras. Tiap aliran
menguasai beberapa nagari. sehingga antara nagari yang menganut ali ran yang saling
·berbeda itu. terjadi permusuhan karcna masing-masing sangat fanatik terhadap alirannya
sendiri. Seeara Minangkabau. meskipun tiap-tiap nagan mempunyai berbagai varian dalam
pelaksanaan berbagai upacara adamya. tidaklah pemah dapat dibuktikan dalam sejarah
bahwa telah terjadi' 'peperangan antara nagan karena varian itu. Umpamanya pcngaruh
Kerajaan Aeeh di pesisir yang eukup lama telah memperkenalkan sistem patriarehat. seperti
terlihat pada gelar yang diwariskan ayah kepada anak. tid~k1ah menyebabkari nagari bagiall
dam menjadi sakit hati karena perubahan itu. Meskipun di wilayah pesisir ini mereka sangat
fanatik mempertahankan warisan patriarehat yang diperkcnalkan Kerajaan Aeeh ini. mereka
itu hingga kini tetap memakai ajaran Minangkabau sebagai falsafah hiduPllya. Lihat juga bab
"Penghulu" dan bab "Perkawinan".

82
Pemahaman bebas dan kewajiban itu hampir holeh qikatakan tidak ada.
karena alasan harga din dan rasa persamaan. Oleh karena itu, bagi yang
betul-betul tidak mampu, pituah mereka mengatakan: Tak aia talang dipan­
cuang, tak kayu janjang dikapiang (tidak ada air talang dipancung, tidak ada kayu
jenjang dikeping), yang maknanya usahakan bagaimanapun caranya, walau
akan bersusah payah atau menggadaikan harta. Namun, apabila dengan eara
demikian juga tidak mungkin, pituah mereka mengatakan: Tak In.lu dandang di.
aia, di gunw ditanjakkan juo (tak lalu biduk di air, di gurun tanjakkan juga).
Artinya, jika usaha gagal dengan jalan yang biasa, ambilah jalan yang tidak
biasa. Jika jalan yang biasa itu merupakan sesuatu yang tidak baik, pandai­
pandailah menyembunyikannya agar kerabat tidak mendapat malu. Kata
ajarannya:};kok HIaHlakan habih-habih,jil~ok HIal1yuruak ilal1g-ilal1g(jika memakan
betul-betul habis. jika bersembunyi betul-betul hHang), karena kalau tidak
sampai habis "tau sampai hHang. nanti akan ketahuan orang lain.

'.
83
· .'
UNDANG-UNDANG

DAN HUKUM

~
uatu suku bangsa yang mempunyai pemeTintahan sendiTi, tentu­
lah mempunyai undang~undang dan hukum, yang tertulis atau
tidak tertulis. Bila undang-undang dan hukum yang tidak tertu­
lis itu masih ditaati dengan setia oleh warganya, maka ia menjadi
pandangan hidup yang ampuh dan sebagai alat pemersatu suku
bangsa itu. Meski suku bangsa itu telah ditaklukkan dan dijajah suku bangsa
atau bangsa lain, namun pandangan hidup yang berasal daTi undang-undang
dan hukum itu telah dipandang sebagai adat 1 mereka. Demikianlah suatu
suku bangsa yang mendiami belahan barat Sumatera bagian tengah, yang
bernama Minangkabau, adalah suku bangsa yang masih setia kepada adat­
istiadat nenek moyangnya meskipun sebagai suku bangsa ia telah melebur ke

Adar berasal dan bahasa Arab adau. yang artinya kebiasaan atau perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang. M. Rasjid Manggis mengatakan dan bahasa Sanskerta yang terdin dan a dan
dato. A artinya tidal! dan dato artinya bersifat kebeHdaaH. Jadi, makna adat ialah lidak
kebeHdatlH. (Lihat M. R.asjid Manggis. MilltlHgkabau Sejarnh 'RiHgkas daH AdatHya. Padang.
Sndharma. 1971. him. S 5). Penulis lain mengatakannya berasal dati bahasa Yunani. yakni a
tidak dan d.1t = Hyata. Maknanya sesuatu yang tidak nyata. tetapi terasa. seperti nortna\,
erika. budi, dan kemanusiaan. (Drs. D. Darwas Dtk. Rajo Malano. Filsafat Adar MiHaHgkabau.
Lembaga Studi Mi~angkabau. 1979. him. 20).

$5
dalam kesatuan suku-suku bangsa yang menjadi warga shumpunnya.
Kesetiaan mereka pada adat diungkapkan oleh mamangan: Hiduik
duang adaik, mati dikanduang tal1ah (hidup dikandung adat. mati dikandung
tanah) yang mengandung makna bahwa antara hidup dan mati mereka sudah
. tabu tempatnya dan tidak akan ada pilihan lain. Sebuah pemeo yang muncul
pada zaman Hindia Belanda mempertegas pend irian mereka terhadap adat­
nytl, yaitu: Kompimi babenteang basi. Minangkabau babel1teang adaik (Kompeni
berbenteng best Mimingkabau berbenteng adat), yang maksudnya melukiskan
kekuatan mereka seiJnbang dengan kekuatan Belanda. Meski mereka kalah
dalam perang, jiwanya tidak akan tertaklukkan, sebab adat mereka awet.
sebagaimana yang diungkapkan mamangan mereka: Indak /apuak dek hUjan.
il1dak lakal1g dek pal1eh (tidak lapuk oleh hujan. tidak lekang oleh panas).
Dalam sejarah kehidupan Minangkabau. sudah banyak kekuasaan asing
yang menguasainya, tetapi mereka dapat berpegang teguh kepada adatnya.
seperti yang dinukilkan dalam pantun:
Sakali aia gadang.
Sakali tapian barubah.
Nal1 aia. ka
Sakali balega gadang.

Sakali aluran batuka.

Nan Adail~ baitu juo.

Sekali air besar.

Sekali tepian berubah,

Nan air ke hilir jua.

Sekali kuasa berlegar.

Sekali aturan berubah,

Yang adat begitu juga.

Maksudnya. peraturan dapat saja berubah setiap pertukaran kekuasaan. tetapi


alam pikirannya yang esensial tidak akan berubah. 2 Bahkan agama yang
pemah jadi anutannya pun tidak dapat mengl.lbahnya. 3 Mamangan mengata­

:2 Lihat juga bab "Falsafah AlalH ".


3 SClidak-tidakHya dua agama besar. yaitll Hilldu dall Budha. re/alt lHenjadi aHll/IIn orang MiHaHgkabau
sebelulH datangl1ya agama Islam. Mcnul'!/t scjarah. kedMaHgan IslalH ke MiHalfgkabau tidaklah melalwi
suatu kckuasallll atau peHaRluRan. Hahkllll raja lHereka memeluk Islam jauh lebih IwnudiaH jika
diballdiHgkan deng'an rakyatHya sClfdiri. Hal illi seperti sejarah kcdataHgaHlslam ke Sulu /Filiptna} yang
dibawa Raja BagiHda pada abad ke-l4. SedangkaH raja mereka meHle/uk Islam pada abad ke-16.
MeHurut dugaaH, Islam memasuki MinaHgkabau dibawa pedagaHg Arab, tetapt pengclI1btlllgaH daH
pelHbaruiln IslalH dilakukaH orang MIHilngkabau seHdiri setelah Inereka pergi meran/IIu kc Acch bahkan
ke Negerl Arab. Sejarah tidak dapat melHbuktikaH kehadirt!ll «Iama-ulama asing yllllg berperaH
mengembaHgkan Islam di Minangkabau. Hal in; m(mbuktikan bahU/a Islam diterima orang MiuQlfgka­

86
....

kan bahwa sifat adat terbuka karena adaik babuHua sCl1tak (adar herb'uhul
sentak), yang maksudnya sewaktu-waktu buhul itu dapat dibuka segera..
Sebagai suku bangsa yang mengambil alam sebagai sumber falsafah hidup­
nya, sifat adat mereka lentur. Oleh karena itu, mereka dapat menyesuaikan
din dengan keadaan yang berubah itu dengan memakai pola hidup seperti
yang diungkapkan mamangan mereka: Nal1 elok d.ipakai, I1.QH burutik dibiiaHg
kaidah yang baik dapat
disisihkan.

yang
tidak berlaku,
mereka masih mereka pakai sebagai pedoman hidup, umpamanya stelsel
matrilineal. harra warisan, pola kepemimpinan dalam masyarakat, dan ajaran­
ajaran seperti yang dituangkan dalam falsafahmereka.

ball dllri la"g<111 oralfg' Mil!l!lJgkabau wldiri. Kllrclla Islml! ridalr bcrt("UIIlIgllll dCHgaH falsafah merella
sCHdiri, !H11/1il scmrl1 Iilosl'fis, sulllbcr-SI!m!>a djl1rlllj alalll takarllb,Ufg jadi )jlml mcrupakan sumber
yang s~rna dengan sumbcr ajaran Islam. yukni ,1lum scbagai cont<1h ciptaan Allah dun
Kitab-Nya scbagai pegangan. Isbm juga mCl11ulldang manusia dubm kedudukan yang sama
untara scsamanya, dalum huk dan kcwajiban, serra saling melindungi dcngan nilai-nilai
moral dan erik yang agung. (lihut juga bab "Sejaruh" dan bab "Falsalah Alam"). Falsafah
Minungknbuu tidak mengenul kehidupan yang gaib. Apnbila agama mengcnalnya, hal itu
tidnk 111cnggoyahk~n ajaran mercka yang esensiaL mnlahall mcnambah kukuh. Memang
tcrdapar berbagai. perbedaan, sC'perti motivnsi kegiar3n dalam kehidupan yang dalatn adat
hamill Hllrgll diri. sednngkan dalam Islam kllYc'HIl AIIIlh. Pcrbcdaan lainnya tcrdapat pada sistem.
pewurisan scrra gaya kepemimpinan yang lahir brena perbedaan sumbcr hukum. Konflik
dalam sejarah suku bangsa ini tcrurama discbabkan pcrbedaan gaya kepemim­
masyarakat karena perbedaan lumber hukum dan sumber nafkah hidup kedua
itu. Kehadiran dun jenis kepemimpinall dalam masyarakat dengan sumber
berbeda menimbulkan konflik yang berkepanjangaii dalam $ejarah Minangka­
itu Iebih merupakan konflik politik daripada konflik soSial. Konflik politik itu
yang menentukan kalah.danmenang.
I, p hidupan mereka kiah kuat.Umpam~nv~
diperkirakanpada tahun 1560,

]badar. Personalia dalam Basa Empat l5alai pun


Tuan Gadang di Batipuh digeser TllaH Kadi di Padang GaHting. Demikian pula 'dalam
pemerintahan nagari; seorang ulama· mendapat tempat dengan.gelar MaUm dalam. komposisi
Oralfg EIHplll lenis. (Lihnt juga bab "Tambo'1 Rupa-rupanya perubahan itu tidak cukup,.
maka konflik baru pun muncul sehingga pada abad ke-19 lahir konsensus politik antara
penghulu dan ulama pada pe.r:t'emuan di Bukit Marapaian, seb.uah'desa dibatas,ulJhak Agam
dengan Tanah Datar. KOllsensl;!s itu dinamakan "Perjanjian Marap.alam'\yang isinya: Adal
basaHdi syarah, syarak basa"di adar (adat bersendi syarak, syarak bersendi adat); yang artinya
bahwa adat dan· Islam adalah satu· dan tidak terpisahkan;' Namun, ·kemlJdian.. pemlJka­
pemub Islam menulisbnnya menjadi: Adat berseHdi syamk, syarak bersendikltab,dlah: Maksud­

S7
Perubahan yang berlaku lebih merupakan sebagai rasionan,sasi kehidupan
sebagaimana yang dimaksudkan mamangan: "Nan baik dipakai. nan buruk
dibu~ng."

Adat
Adat bagi mereka .adalahkebudayaan secara utuh yang dapat berubah.
Namun, adaadatyang tidak dapatberubah, seperti kata mamangnya: Kail1
djp~kai usal1g, adaik dipakai baru (kain dipakai usang, adat dipakai baru). Mak­
sudnya. sebagaimana pakaian bila dipakai terus akan usang. sedangkan adat
yang dipakai terus-menerus senantiasa awet. Oleh karena ada adat yang tetap
tidakberubah di samping yang berubah. maka mereka membagi adat itu dalam
empat kategori. yakni: (1) adat yang sebenarnya adat. (2) adat-istiadat.

nya, sumber dasar dari ad at ialah hukum Islam. hukum Islam sumber dasamya Alquran.
Pandangan ini meletakkan Islam sebagai sumber utama dalam pandangan hidup orang
Minangkabau. Sedangkan penulis yang berpihak pada adatnya menuliskan bentuk lain.
yakni: AdaiR basaHdi a/ua. syamh basandi Kitllbullah. Adaik jo syarak buhan sIlHdi-basIlHdi. tapi
sllHda-baslilida (adat bersendi alur. syarak bersendi Kitabullah. Adat dengan syarak tidak
sendi-bersendi. tetapi sandar-bersandar). Maksudnya. sendi adat ialah alumya sendiri. sendi
Islam ialah Alquran, Keduanya mempunyai sendi yang berbeda. tetapi keduanya saling
menopang. (Uhat juga Darwis Thaib Dt. Didi Bandaro. Seluk Be/uk Adat Minangkabau.
Bukittinggi-Jakarta. NY. Nusantara. 1967. him, 54). Ada juga penulis yang tidak me­
nyinggung sama sekali hubungan antara adat dan agama Islam seperti M. Rasjid Manggis Dt.
Radjo Penghulu dalam bukunya. MiHIlHgkabau Sejarah RiHgkas dan AdatHYIl. Perbedaan pan­
dangan antara pemuka agama dan pemuka adat selalu terjadi dalam menyampaikan pikiran
mereka kepada pengikutnya atau kepada siapa saja. Lazimnya pemuka Islam lebih bersifat
agresif dalam mengemukakan pendapatnya. Scrangan yang paling ekstrem ialah tulisan
.Hamka yang mengatakan: "Adat yang tak lapuk oleh hujan. tak lekang oleh panas seumpama
batu dan karena batu itu telah berlumut sudah waktunya disimpan di museum". (Uhat
Hamka. Adar Min~Mgkabau Mcnghadapi Revoillsi. Jakarta. Fa. Tekad. 1963. him. 54). Kini
pertentangan-pertentangan antara pemuka agama dan pemuka adat tidak terlihat lag;.
setidak-tidaknya pada pcrmukaannya. Hal ini mungkin disebabkan nilai-nilai telah banyak
yang berubah atau tidak lagi punya ukuran. terutama sejak zaman Jepang. sehingga perhati­
an kedua golongan itu lebih terpusat kepada masalah yang lebih gawat atau mengguncang­
kan. Namun. pada Seminar Sejarah Minangkabau di Batusangkar pada tahun 1970. para
peserta yang berdatangan dari hampir seluruh Indonesia merumuskan suatu kesimpulan
yang berbau politik. yakni "Orang Minangkabau berasal dari Gunung Merapi. berkiblat ke
Mekah. berlandaskan Pancasila dan UUD 45".lde rumusan itu datang dari Hamka. Peristi­
wa itu dapat memberikan gambaran pikiran-pikiran yang hidup di antara pemuka-pemuka
Minangkabau yang menghadiri seminar itu. Mungkin pikiran yaog menerima rumusan
demikian sesuai dengan suasana politik yang telah mengguncangkan sendi-sendi kehidupan
mereka pada dekade terakhir. Dan pada Seminar Intemasional Kebudayaan Minangkabau
di Bukittinggi pada tahun 1980. setidak-tidaknya empat makalah yang mengemukakan
betapa perubahan nilai telah berlangsung pada kehidupan orang Minangkabau.

ss
(3) adat yang diadatkan, dan (4) adat yang teradat."
Yang dimaksud dengan adat yang sebenarnya adat ialah adat yang asli, yang
berubah, yang tak lapuk oleh hujan yang tak lekang oleh panas. Kalau
dipaksa dengan keras niengubahnya, ia dica/mik iudak mati, diasak iudak layua
(dicabut tidak mati. dipindahkan tidak layu). Adat yang lazim diungkapkan
dalam pepatah dan petitih ini, seperti hukum alam yang merupakan falsafah
hidup mereka.
Yang dimaksud dengan adat-istiadat ialah kebiasaan yang berlaku di tengah
masyarakat uinum atau setempat, seperti aeara yang bersifat seremoni atau
tingkah laku pergaulan yang bila dilakukan akan dianggap baik dan bila tidak
dilakukan tidak apa-apa. Adat ini dalam mamangan diibaratkan seperti: Pohon
sayuran y~ng gadaug dek diambak, tiuggi dt?k diaujuaug (besar karena dilambuk,
tinggi kar~na dianjung). yang artinya adat itu akan dapat tumbuh hanya
:tr'Cni.l t

Y~ng. . ud de r Jatong npa y; ',: d ";'>nab',


'.:bag<ll I.::-undn, ..' J:, huk lm y;~g be "'crti yan~, Jid~:)r;ti pad;]
Uudaug-Uudal1g Luhak dall Rimtau, Ulldaug-Uudaug uau Dua Puluh. T erhadap
adat ini berlaku apa yang diungkapkan mamangan: Jikok dicabuik mati, jiko.k
diasak /ayua (jika dicabut (ia) mati, jika dipindahkan (ia) layu), seperti pohon
yang telah hidup berakar, yang dapat tumbuh selama tidak ada tangan yang
mengganggu hidupnya.'
Yang dimaksud dengan adat yang teradat ialah peraturan ,yang dilahirkan
oleh mufakat atau konsensus masyarakat yang memakainya, seperti yang
dimaksud mamangan: Patah tumbuah, hi/aug bagami (patah tumbuh, hilang
berganti). Ibarat pohon yang patah karena beneana. maka ia akan dapat
tumbuh Jagi pada bekas patahannya. Kalau ia hHang. ia diganti pohon lain
pada bekas tempatnya hHang karena pohon itu perlu ada untuk keperiuan
hidup manusia. 6

. - ianda dan ,ini :~.~nw·riht:1h

ulumpamaJ<an pada keperluan kehadiran pimpinan dalam masyarakat


mereka. kepemimpinan pemerintahan telah diganti denganyang lain. mereka
89
Cupak nan Dua .,
'Oleh karena adat itu ada yang tetap dan ada yang berubah. maka
memperkenalkan nilai adat itu dengan istilah CIIpaF ]enis cupak itu ada
yang lazim mereka scbut alpnk HaM dHO (cupak yang dua), yaitu cHpak usali dan
cupak b~jatluj (cupak asli dan cupak buatan). Yang dimaksud dengan (lipak usali
ialah nilai-nilai yang mereka terima seCC1ra tumn-temurun dari nenek moyang­
nya, seperti nilai yang dituangkan falsafahnya. Scdangkan (upnk blttwm latah
nHai-nilai yang dibuat kemudian atas kesepabt::m atau karena keterpaksaan
keadaan.
Dalam alam pikirannya yang rasional. orang Minangkabau memahami
wa meskipun nilaiitu tetap karena ada ukurannya. balk yang asli maupun yang
buatan kemudian, dalam kenyataannya tidak selalu dapat dilaksanakan. Da­
lam hal ini, mainangan mengatakan: Cupilk Stlf1tl1ljtlllg /1tltltill1g. Ildflill SflrltlHhmg
jalaH (cupak sepanjang betung, adat sepanjang jnJan). Maksudnya ialah. takar­
an terbatas sepanjang ruas bambu. Dan bambu tumbllh pada tnnah yang tidak
sarna. Oleh karenn itu, nHai-niJai kehidupan yang dianut manllsia pun tidak
S3Dla. Akan tetapi. adat mereka pabi sepanjang jalan hidup mereb, di mana
pun tempatnya, di knmpung atm.! di rantau onmg. Namun. ada kemungkinan
cupakdipalsukan dan jalan dialih orang lain yang berkepentingan. Oleh
karena itu, pituah merek::! memperingntkan agar tidnk sampai
dililih ural1g mallggalelt. jllil111 dillliah Irral1g lalH (cupak diraut pedagang.
dialih oranglewat), sehingga niJai menciut dan .inl"n hidup pun dapat bergerak
ke arah yang salah.
Dalam· menilai perubahan yang terjadi karena kehcndak sejarnh.
melihat ajanin-ajaran pokok, seperti yang dituangkan dalam pepl1tah
petitih,yangmereka namakan barih balnbeh (baris belebas).s Artinya, mereka
akan menilai perubahan itu ben'lda padn yang digariskan pepatah dan juga
berada menu rut ukuran yang seslIai dengan garis ya.ng diperinci petitih.
Menurut mamangan, penilaian demikian dikatnkfm: Banh bmrkua jo pcparah,
balabeh bajallgko jo petitih (baris berukur dengan pepatah, belebas berukur
dengan petitih). Bnnh bauklta jo pepatah juga disebut al1ggo (angga), yaitu
batarig~ttibuh yang dibawa sejak bhir yang tidak dapat berubah sepanjang
hidtip.9·· Sedangkan balabeh. balJJwa jo petitih disebut· till1ggo (tangga), yaitu
semacarry jenjang yang digunakan untuk tunm dan naik.

·masih mendirikan kepemimpinan penghuill. Kehadir~n kepemimpinan penghulu ini


. ·setidak-tidaknya mercka perlukan bagi eksistensi mereka scbagai sllku bungsa, atau sebagai
simbol rasa kecimaannya pada kumpung halaman serra kaum kerabatnya.
7 Cupak ialah takaran bems dan bumbu.
g .Belehas ·ialah papan tipis seperti Iinial.

9 Angga·berasnl dan bahasa SJnskerta; artinya tubuh, bisa juga berarti 3nggota, amu warga.

90
Undang-Undang nan Empat .,..'
Undang-undang Minangkabau terbagi dalam empat pokok undang-undang
yang mengatur seluruh aspek kehidupan pemerintahan dan masyarakat.serta
ketertiban. Keempat pokok undang-undang itu dapat dipahami dengan mu­
dah karena sederhananya. Akan tetapi dalam penguraian, pokok undang"
undang itu masing~masing mempunyai sistematika yang tidak dapat dikatak;m
sederhana jib dilihat dari sudut sistematika undang,undang yang berdasar­
kan hukum yang umum. Hal ini diseb,tbkan undang-undang Minangkabau
disampaikan secara lisan dengan sistematika yang selalu beruhah-ubah sesuai
keperluan pada suatu sa at dan pada suatu peristiwa.
Oleh karena undang-undang itu disampaikan secara lisan dalam setiap
pidato kcnegaraan atall peradilan, ada kalanya sistematikanya lebih memet:1­
tingknn bra-btu bersajak daripada materi perundang-undangannya. Misal­
nya, pidato tentang ringkaran pemelintahan, yang lalu disambung dengan
tingkatan perllndang-undangan. Setelah mengucapkan Erase: Koto lfall ampek,
(Kota yang empat).langsling bersambung dengan frase: Kato nan ampek (Kata
yang cmpat), barulah kernuJian diucapknn apa yang dimaksud dengan koto nan
ampe/, secara garis besarnya saja dan dilanjutkan dengan apa yang dimaksud
deng.ln /wtO IItln ampcli secara garis besarnya pula. Setelah itu barulah diuraikan
pasal demi pasal secara panjang lebar, yang kadang~kadang diselang-seling
dengan pepatah-pctitih dan bahkan juga dengan pantlln.
Adapun yang dirnaksud dengan undang-undang nan empat itu ialah:
(1) wldal1g-HHdlll1g nagari, (2) Ilndmfg-wldal1g isi nagan, (3) undang-undang luhak
(itm rtlllttW, dan (4) lmdaug-undang dua p~jllth.

Undang-Undang Nagari
Undang-undang ini bolch dikatakan sebagai undang-undang tata negara
yang ruang lingkup berlakunya sebatas lingkllngan nagari yang berstatus
otonom.
Dalal1l llndang-undang ini tidak dirnuat pasal-pasal yang berkenaan dengan
pengaturan pemerintahan Kerajaan Pagaruyung. 10 Undang-undang illi meng­
andung delapan pasa!. Setiap pasal dituturkan dengan judul yang berpasangan.
dilihat secara terpisah. ia merupakan cnam bel as pasal. Semllanya meng­
atur persyaratan suatu nagari yang berpemerintahan penuh. Kedelapannya

10 Perartlr;ltl at'au undan~-undang y.1Ilg b"rk~naan


sebli ditcmukan. Hanya dalam membicarakan ramau
Sedikit s,lja mamangan yang mcmakai kata raia. 1m
kan kcklla$aan mja dengan pcnghlliu. Mllngkin kchadiran mja di
struktur kebudayaan ml'reka sehin!!):;} dalum membicarakall sisrem kctaranega
kedudukan

91
ialah: babalai-bamasajik, basuku-bal1agari, bakorol1g-bakampuang, bahuma­
babel1dang, balabuah batapial1, basawah baladaHg, bahalaman-bapamedanaJ1, dan
bapal1dam-bapusaro, (berbalai bermasjid, bersuku bernagari, berkorong berkam­
pung, berhuma berbendang, berlabuh bertapian, bersawah berladang, berha­
laman berpemedanan, dan berpendam berpusara). II
Kedelapan persyaratan itu harus dipunyai suatu nagari yang berpemerin­
tahan penuh. Artinya, setiap nagari harus mempunyai persyaratan itu dengan
lengkap, baik sarana fisiknya maupun sarana operasionalnya. Keterangan pasal
demi pasal dari persyanitan yang termakwb dalam undang-undang itu pada
umumnya dituturkan secara panjang lebar dengan tekanan tertentu pada
tema permasalahan yang dibicarakan. Umpamanya. di kala mengangkat pem­
bicaraan yang berkenaan dengan sistem pemerintahan yang diatur dalam balai
(balairung), orang dapat memulai dari menuturkan bentuk arsitektur yang
berbeda an tara kelarasan Bodi Caniago dengan Koto Piliang. Kemudian dilan­
jutkan dengan sistem kepemimpinan penghulu yang berbeda antara kedua
kelarasan itu. Kadangkala juga melompat dengan mengisahkan tambo tentang
terjadinya perbedaan itu. semasa Datuk Perpatih nan Sabatang dan Datuk
Ketumanggungan masih ada. Demikian pula cara menguraikan pasal-pasa[
lainnya.
Penjelasan dari kedelapan pasal undang-undang itu ialah seperti berikut.
1. Babala; bamusajik maksudnya ialah mempunyai balajl2 (balairung). tempat
roda pemerintahan nagari dilaksanakan di bidang eksekutif, legislatif, dan
juga yudikatif. Anggotanya seluruh penghulu. Juga mempunyai masjid,
yang merupakan pusat peribadatan seluruh penduduk nagari itu. Pada
pemukiman yang statusnya di bawah nagari tidak dibenarkan kedua
sarana itu didirikan. Untuk kedua sarana itu, masing-masing hanya boleh
didirikan satu pada saW nagari. Sebab. kedua sarana lembaga itu sekaligus
merupakan alat pemersatu seluruh penduduk. 13

11 Beberapa buku tambo adat Minangkabau tidak mempunyai kesamaan dalam menurunbn
urutan pasal-pasal undang-undang itu. Yang sam" pada seluruh buku ialah letak pasal
"Babalai-bamusajik", yaitu pada urutan pertama,
12 Balai atau balairung didirikan pada suatu lapangan luas. Lapangan itu dapat menampung
seluruh kegiatan masyarakat, seperti mengadakan keramaian dan tempat berjualan yang
diadakan sekali seminggu. Dalam kaitan ini arti kata k., b,lilli sama dengan h' Pc!WH. yaitu pergi
ke pasar. yang lazim diadakan sekali sepekan, (Uhat juga bab "Rumah Gadang"),
13 Menurut Islam, masjid juga merupakan suatu sarana sentral yang akan menampung seluruh
kebutuhan komunikasi yang harus diketahui semua orang. Mungkin juga sebelum Islam
dianut orang Minangkabau. fungsi sarana komunikasi berada di balairung. Oleh karena
masjid selalu dikunjungi orang untuk sembahyang, peranan masjid lebih efektif. terutama
pada waktu diadakan sembahyang Jumat yang pada umumnya dikunjungi semua orang.
Akan tetapi, pengumuman yang bersifat tertulis lazimnya diletakkan di balairung, jika

92
2. Basuku banagari maksudnya ialah setiap penduduk terbagi dalam kelom­
pok masyarakat yang bernama suku. Setiap nagari minimal mempunyai
empat buah suku dengan pimpinan penghulu dan peralatannya. Yang
dimaksud banagari ialah bahwa setiap penduduk hams jehis asal-usulnya,
baik sukunya maupun nagarinya yang semula, sebelum berpindah"ke
nagariyang ditempati saat itu, sehingga dapat diketahui'statusnya, seba­
gai warga resettlement ~tau sebagai warga migrasi atau pendatang yang'
hendak menetap untuk sementara. Status kependudukan ini sangatpeh­
ting bagi penentuan hak dan kewajiban mereka atas nagari itu. 14.
3. Bakorong bakampuaMg maksudnya bahwa setiapnagari mempunyai wilayah
kediaman, baik di dalam Iingkaran pusat yang mempunyai batas tertentu
yang dibentuk alam atau dibangun berbentuk parit atau pohon aur
berduri, maupun di luar Iingkaran sebagai perkampungan, sebagai satelit
atau hinterlaMd, Setiap wilayah perkampungan di lingkanin pusat disebut
sebagai koroMg. Sedangkan wilayah perkampungan di luarnyadinamakan
dengan berbagai nama sesuai dengan kondisinya, yakni koro, dUSUIf, dan
taratak, yang semuanya disebut kampung.
4. Bahuma babendang maksudnya ialah pengaturan keamanan dari gangguan
yang datang dari luar terhadap harta bend a serta pengaturan informasi
resmi tentang berbagai hal yang perlu diketahui, seperti musim tunin ke
sawah, gotong royong. situasi, dan kondisi yang periu dilaksanakan bersa­
ma agar segala sesuatu tidak menjadi simpang-siurY
5. Balabuah batapial1 maksudnya ialah pengaturan perhubungan' dan lalu
lintas serta perdagangan. 16
6. Basawah baladang maksudnya pengaturan sistem usaha pertanian serta
harta benda yang menjadi sumber kehidupan dan hukum
pewarisannya. 17
7. Baha/aman bapemedanlln maksudnya ialah pengaturan ruktm tetangga,
pesta keramaian, dan permainan. 1 g

balairung itu merangkap sebagai kantor kepala nagari.


1'1 Penjelasan lebih lanjut Iihat bab "Penghulu".
15 Lazim orang mengatakan bahwa huma itu peladangan di tepi hutan, tetapi sesungguhnya
semacam pos keamanan terdepan tempat petugas yang juga membuka peladangim sebagai
pengisi waktu. B£l1dang berasal dan bcndcrnng:. yang di sini maksudnya ialah informasi atau
petunjuk. .
16 Pengertian labuah dalam bahasa Minangkabau dapat berarti I£buh (jalan) dan labuh (pelabuh­
an). Kedua sarana itu sangat pendng bagi seh~r perekonomian dan perdagangan. f4sTapian
artinya tepi sungai yang fungsinya sebagai tempat bersandar kendaraan sungai dan juga
digunakan sebagai tempat mandi.
17 Lihat juga bab "Ham dan Pusaka"

18 Lihat juga Bab "Permainan Rakyat".

93
8. BaplH1dam bapusaro maksudnya ialah pengaturan masalah kematian beserta
upacaranya. 19

Koto nan Empat


Wilayah luJMk dan ranttlU merupakan wilayah yang menentukan perbedaan
sistem pemerintahannya, seperti yang diungkapkan mamangan: Luhak bapaHgu­
ran/au barajo. Sedangkan koto nail ampek (koto nan em pat) merupakan empat
tingkat daerah permukiman wilayah pemerintah nagari. Tingkat permukiman
yang lebih rendahdapat berkembang hingga mencapai status permukiman
yang. bertingkat lebih tinggi. Keempat tingkat daerah permukiman itu ialah
seperti berikut.
1. Tara/ak merupakan permukiman yang paling luar dari kesatuan nagari.
jug!! merupakan perladangan dengan berbagai huma di dalamnya. Pimpi­
nannya disebut tuo (tua atau ketua). Taratak belum punya penghulu, dan
karenanya rumah-rumahnya belum boleh bergonjong. 20
2. Dusun merupakan permukiman yang telah lebih banyak penduduknya.
Telah mempunyai tempat ibadah seperti surau. 2 t T elah dapat mendirikan
rumah gadangdengan dua gonjong, tetapi belum mempunyai penghulu.
Pimpin,m pemerintahan dinamakan tuo dusull. T elah boleh mengadakan
ken,duri atau perhelatan perkawinan. tetapi belum boleh melakukan hak
ball/ai (memotong ternak berkaki empat).
3. Koto merupakan permukiman yang teJah mempunyai hak-hak dan kewa­
jiban seperti nagari. pimpinan di tangan penghulu. tetapi balairungnya
tidak mempunyai dinding. 22
4. Nagarimerupakan permukiman yang telah mempunyai aJat kelengkapan
pemerintahan yang sempurna. Didiami sekurang-kurangnya empat suku
pimduduk dengan pCl1g/1ulu pucuk atau pellghulu lua selaku pimpinan peme­
tintah an tertingginya.

19 Pasal ini memberi pemahaman tenrang "danya pengaruh Hindu dan Budha y~ng mdctak­
kan penstiwa kcmatian sebagai suatu yang penting bagi kaum yang' ditinggalkan. schingga
pendam pusara merupakan sarana yang sam,) nilainya dengan sarana lainnya, (Lihat juga bab
"Harta dan Pusaka" dan bab "Penghulu"). Sedangkan agama Islam tidak memberatkan
upacara kematian.
20. Taratak b~rasal daJi bahasa Sanskerta yang artinya empcran atau bagian luar rumah.
21 Status surau sebagai rumnh ibadah lebih rendnh daTi masjid. Di surau belum boleh dilakukan
sembahyang Jumat.
22. Koto berasal dari bahasa Sanskerta kOla. yang artinya bcnteng. Dulunya koto terletak di luar
. Ifngkaran nagari danmerupakanpemukiman yang berfungsi sebagai benteng pusat pcmerin­
tahan nag-an. la dilingkari aur berdun atau kubu atau pagar batu, Kini koto telah berkem­
bang:seringkat dengim nagari dengan nama Koto Baru. Koto Tinggi. Koto Gadang•.dan
sebagainya. Ada pula gabungan beberapa koto tnenjadi satu nagari. sehingga ada nagan yang
bemama Tiga Koto. Empat Koro. Tujuh Koto. atau Koto nan Ampek. dan sebagainya,

94
Undang-Undang lsi Nagari ...
Yang dimaksud dengan undang-undang isi nagari·ialah ajaran hidup, yang
melingkupi pandangan hidup atau falsafah, etik, dan mord Y;lng· diGukung,
suatu motivasi yang kukuh, sehingga mempunyai kebanggaan i'nasional'/-nya '
sendiri. Sistematika penyamaan ajarannya', selain dari persamaan bunyi yang
bersajak, juga dimulai dari suatu istilah yang mengandung pengertian r~.ng~ap.
Dari pengertian rangkap itulah dimulai urutan penguraiannya. Ada kalanya :
dalam menguraikannya, sering pula melompat ke bidang ketatanegaraaQ. Yang·
terpenting dalam hal ini ialah mal1usia (orang) dengan alat komunikasinya,
llata. Tata tertib dalam bersikap sangat sedikit diuraikan. Hal itu mung'kin
karena ajaran falsafahnya yang meletakkan manusia berada dalam derajat
yang sama pada kehidupan masyarakat yang komunal dan kolektif itu:
Apabila undang-undang nagari lebih menekankan ketentuaf?mengenai
hubungan manusia sebagai warga dengan nagari tempat kediamannya, m·aka
undang-undang isi nagari ini menekankan hubungan manusia deqg~n mlll1U­
Sla, secara langsung atau tidak langsung. Umpamanya dalam sistem kek~rahat­
an, perkawinan, pewarisan, juga etik dan moral beserta nilai-nilainya:·

Ragam Orang .
Ragam orang merupakan penilaian manusia secara pribadi. yang bertolak
dari ajaran falsafat mereka. Pedoman falsafah mereka memberikan riga tim­
bangan pokok bagi penilaian manusia, yakni samo, rasa, dan malu. Atau, dengan
perkataan lain sesama, serasa, semalu. Dari pokok penilaian itu setiap 'orang dapat
mengembangkannya sesuai dengan kondisi dan situasinya.
Sebagai manusia, setiap orang mempunyai tanggapfln dan penghayatan
yang berbeda karena dasarnya yang tidak serupa. Ada orang yang mampu
menghayati ketiganya, ada juga yang hanya mampu menghayati dua atau saW
di antara ketiganya. Dari sudut itulah ajaran mereka mengategorikan manusia
dalam empat ragam, yakni seperti berikut.
1. Orang, yakni orang yang normaL yang merasakan yang buruk dan yang
baik, yang tinggi dan yang rendah, yang gelap dan yang terang sebagaima­
na orang lain. Dan merasa malu.kalau tidak dapat sama dengan orang lain.
2. Tai1ah orang, yaitu orang yang tampaknya seperti orang yang normal,
tetapi tidak mempunyai sikap yang tetap atau yang suka ikut-ikutan ke
mana arah angin yang keras. .
3. Allglwh orang, yaitu orang yang berlagak tahu sebagaimana orang lain,
tetapi sebenarnya ia tidak memahami apa yang dipahami orang lain itu.
Orang ini tidak mempunyai rasa malu.
4. Oral1g-0rtlHg, yaitu orang yang seperti orang-orangan (boneka) di sawah,
yang tidak dapat bergerak sendiri, yang senantiasa memerlukan orang
lain. Ia sarna ~engan orang bebal.
95
Orang yang Sebenamya Orang \
Orang sebenamya orarig ialah orang yang sempurna sebagai manusia. Mere­
ka itu terdiri dari golongan (kategori) dengan syaratnya masing-masing.
Mereka itu ialah: Orang kebilangan (orang ternama atau terkemuka), orang
kilat, dan orang tahu yang masing-masing terdiri dari empat jenis.
Orallg kebilallgall ialah orangyangterkemuka dalam masyarakatnya. Mere­
ka itu adalah seperri berikut.
1. Orallg fUa, yaitu orang yang jadi pemimpin atau dituakan dalam lingkung­
an dan tugasnya (profesional dan fungsiona\). Ia mempunyai persyaratan:
berakal agar dapat mencari penyelesaian permasalahan yang timbuL ben/mu
agar dapat memecahkan permasalahan dengan tepat, mampu (berkecu­
kupan) agar kehidupannya tidak tergantung kepada orang lain, pemurah
agar dapat membantu kesulitan orang lain, jaga (waspada) agar selalu
bersikap hatl-hatL sabar agar tidak dikendalikan emosi. adil agar tidak pilih
kasih dalam menghadapi orang lain, dan bijaksalla agar dapat selalu meng­
ambil tindakan yang tepat sehingga risiko menjadi sangat ked!.
2. Orallg palldai atau cendekiawan, yaitu orang yang berilmu agar ia dapat
memberikan petunjuk apa yang benar. gigih agar tidak mudah terombang­
ambing pendirfannya, pel1diam agar ia tidak digunakan orang yang tidak
tepat. 50kah agar sikapnya selalu memancarkan optimisme.
3. Orallg bagak (berani) mempunyai persyaratan: bersih agar tidak menimbul­
kan rasa ketakutan dan kecurigaan, ramah agar orang merasa terlindung,
sehat jasmalli dall rohalli agar tidak mudah dikalahkan, lapal1g agar tidak
mudah naik darah. atuu pemarah.
4. Orallg kaya mempunyai persyaratan rel1dah hati dalam pergaulan agar hidup
.tidak menimbulkan rasa iri orang lain. pemurah agar dapat membantu
kesulitan orang lain, hemat agar tidak mli!ndorong orang lain hidup
berIebih-lebihan, berimal1 agar tidak tergoda menggunakan harta sehingga
dapat merugikan orang lain ..
Orallg kuat ialah orang yang dipandang mampu memberi perlindungan
kepada orang lain tanpa merisaukan risiko yang akan dipikulnya karena
. perbuatannya itu. Ada empat hal pula yang menjadi dri orang kuat itu.
1. Kuat membela kebenaran. meski ia akan berhadapan dengan pendapat
umum yang akan menyalahkannya.
2. Kuat melakukan kebajikan. meski ia tidak akan mendapat apa-apa sebagai
imbalan.
3. Kuat menyelesaikan persengketaan yang terjadi sampai tuntas meski ia
akan menghadang bahaya.
4. Kuat memberi maaf kepada orang meski orang itu telah mencelakakan
kehidupannya.
Orang tahu. Ada empat penilaian tentang yang dikatakall sebagai orang
96
yang mengetahui -itu, yakni:
1. Orang dan memimpin dirinya
sendiri.
2. Orang mt:mlIIlplIl orang
orang yang tlclaK mencari
3. Orang yang tahu memimpin orang lain, tetapi tidak tahu memimpin
dirinya sendiri, itulah orang yang haus akan pujian;
4. Orang yang tidak tahu memimpin dirinya, juga tidak tahu memimpin
orang lain. itulah orang yang tidak terpuji.

Akal
AkaL dalam bahasa Minangkabau disebut aka, mengandung pengertian
semua yang dapat dilakukan manusia yang bersumber dari akalnya. Logika.
kreativitas. muslihat, pemikiran, dan lain-lain disebut dalam sam istilah aka.
Umpamanya mamangan: Iduik baraka. mati bakiro (hidup berakal. mati berkira)
memberikan pengertian betapa luasnya makna akal itu. Orang hidup hams
mempunyai dan menggunakan akalnya bagaimanapun caranya. positif atau
negatif. Namun. jika menghadap kematian. orang harus sudah memperkira­
kannya dan menyelesaikan masalah yang babl ditinggalkannya.
Ada sepasang pituan yang melukiskan betapa pentingnya hidup berakal bagi
mereka, yakni: Ketiadaal1 amen bu/ian di(ari. katiadaal1 aka putuin tali (ketiadaan
emas boleh dicari. ketiadaan akal putus bicara). Maksudnya. jib tiada harta,
harta itu masih dapat dicari. Akan tetapi, jib kehabisan akaL maka habislah
kemampuan untuk menyatakan pendapat. Pasangan pituah itu ialah: Tak
barameh putuilt tali, rak beraka tabal1 bumi (tak beremas putus tali. tak berakal
terban bumi). Maksudnya, kalau melarat atau sudah melarat habislah hubung­
an dengan siapapun juga. tetapi kalau tidak berakaL dunia orang tidak dapat
diimbangi.
Dalam bahasa mereka akal disebut aka yang mengandung dua arti; yakni
aka(/) dan aka(r). ,Oleh karena itu, sHat akal manusia sering diungkapkan
seperti bentuk akar kayu. Umpamanya seperti berikut.
1. Orang bijaksana disebut sebagai orang yang mempunyai aka! panjang, yang
dapat menjangkau permasalahan yang jauh ke depan dan juga jauh ke
belakang.
2. Orang pandai disebut sebagai orang yang mempunyai aka! banyak. yang
senantiasa dapat memecahkan masalah yang dihadapLdengan hasil yang

3. Orang Jicik disebut sebagai orang mempunyai akal berhelit, yang senantiasa
menggunakan akalnya untuk menipu atau memperdayai orang.
4. Orang bodoh disebut sebagai orang yang mempunyai aka! pfndek.
Pembica~aanmasalah akallebih merupakan ajaran etik yang kreatif
97
bagi kepentingan Iingkungan dan kepentingan pribadi. ·baik dalam mem­
buat pertimbangan maupun dalam memakai akal secara benar menurut
falsafah mereka. Berhubung kemampuan manusia dalam menggunakan
,akalnya tidak sarna. mereka mcmbagi ukuran akal dalam empat bagian.
1. ' A.ka sajangka (akal sejengkal). yakni ukuran aka] orang yang senantiasa
merasa dirinya lebih pandai dari orang lain.
2. Aka duo jangka (akal dua jengkal). yaitu lIkuran akal orang yang senantiasa
merasa dirinya sarna pandai dengan orang lain.
3. Aka tigo jangka (akal tiga jengka\). yaitu ukuran akal orang yang senantiasa
merasa dirinya kurang pandai dari orang lain.
4. Aka bajangka-jang/ta (aka) berjengkal-jengkal). yaitu ukuran akal orang
yang senantiasa merasa dirinya perlu belajar pada semlla orang. baik
kepada yang lebih pandai maupun kepada yang kllrang pandai.
T anda-tanda orang yang mempunyai akal adalah seperti berikut.
1. Yang terlihat pada lahirnya: ia pendiam. penvabar. rendah hati. dan suka
berbuat kebajikan.
2.. ' Yang terlihat pada batinnya: mau belajar. suka memberi. rajin beribadat.
dan berani mengatakan kebemmm.
Empat hal yang menyebabkan orang kehilangan aka!. yakni seperti berikut.
1. T akutmenghadapi kenyataan dan tantangan.
2. Malu melihat kelemahan diri sendiri.
3. lahat. melihat semuanya dari slldllt yang buruk.
4. Bebal. tidak mampu menggunakan pikiran.
Menurut ajaran mereka. akal berguna ialah untuk empat hal. yakni:
1. Untuk memelihara budi. agar senantiasa luhur;
2. Untuk memelihara diri. agar senantiasa selamat;
3. Untuk memelihara kaum. agar senantiasa sejahtera;
:4. Untuk memelihara harta. agar senantiasa memberi rahmat.
Hikmah akal adalah untuk membuat pertimbangan bagi enam kebajikan.
yakni:
1. Menimbang berat ringan. agar selalu adi!;
2. 'Menimbang tinggi rendah. agar selalu santun;
3. Menimbang .rugi laba. agar selalu berun tung;
4. Menimbang tingkah laku. agar selalu disenangi;
;; Menimbang hina' mulia. agar selalu jujur; dan
6. Menimbang'jerih-payah. agar selalu berkebajikan.

Kata .nan Empat


Kata dalam ,bahasa Minangkabau disebut kato. Kata dipahami bukan
semata-mata menu rut i1mu bahasa. melainkan seluruh yang diucapkan manu­
sia. seperti: ajaran. nasihat. perbincangan. rundingan. bahkan hukum dan
98
pcraturan. Kato mempul1yai nilai. jenis. langgam, wah. dan sebagainya yang
clapar ditafsirkan dalam jumlah yang cropat atau dalam jumlah kelipatan
cmpat. Yang dimaksud dengan J~ata 111m cmpal atau JUlto l1all ampck ialah hMo
pl/sa/w. Ilato 111 Hpa Iw ill, JUltO dalmlu, dal1 Iwto Jwaiall (kata pusaka. kata mufakat.
bta dahulu. dan kata kcmudian). lIr::liannya scbagai berikut.
1. Kilto ptlsaho, yaitu kata warisan. yang turun-temurun sejak ncnek-moyang
dan tidak dapat diubah-ubah. mengenai nilai-nilai falsafah serta hukum
dan peraturannya. Dalam pcngucapannya senanriasa mempunyai kalimat
pengiring. sehingga bcrbunyi: Ktlto pflsaJw, kmo diwarisi (kata pusaka. kata
diwarisi).
2. Karo Iffupakailt. yaitu kcputusan-kepurusan atau rumusan-rumusan suam
masalah yang dihasilkan permufabtan orang yang belwenallg. sehlngga
harus dilaksanakan bet'sama. Dalam pengucapan senantiasa mempunyai
kalimat pengiring. sehingga menjadi: Kato mupahailt. IUlto dijalal1i (kata
mufakat. kata dijalani atau dilaksanakan).
3. Kato dahulu. yaitu kesepakatan atau perjanjian yang pernah dilakukan.
yang harus ditaati. Dalam pengucapan senantiasa diiringi kalimat lain
sehingga menjadi: Kalo daiwlu. Iwto ditapati (kata dahulu, kata ditepati).
4. Kato k~ldjaH. yaitu kesempatan untuk mengubah kato dahulu karena keada­
an dan suasana menghendakinya, hasil kesepakatan yang timbul,itulah
yang disebut kato kudial1. Biasa diucapkan dengan kalimat iringan, sehing­
ga menjadi: Kato kudial1. karo bacari (kata kemudian, kata dicari).

Tuah Kata ..
Tuah kato atau tuah bra, dapat berarri hikmah sifat kata yang diucapkan
berkaitan dengan status yang mengucapkannya. Ada dua beias pasal s~perti
berikllt.
1. Kato rajo, kato malimpahklll1 (kata raja. kata melimpahkan). Makslldnya,
perinrah arau sabda raja bersifat melimpahkan apa yang dimilikinya
kepada yang memerlukannya. seperti kekayaan, kesenangan; dan k~kua­
saannya.
2. Kmo pellgilu/U. kato balipell (kata penghulu. kata berlipat). Maksudnya. apa
yang diucapkan penghulu senantiasa mengandllng makna yang berlapis­
karena apa yang dillcapkan seorang penghuJu lebih cenderung bersi­
fat undang-undang dan hukum. yang blimatnya b~rbentuk peribahasll,
seperti: pepatah. petitih. pituah, dan mamangan.
3. Kata alil1f. 11ato hakikaik (kara orang alim. kata hakikat).,Maksudnya. apa
yangdiucapkan ulama merupakan fa twa ajaran hakiki agama yangmereka
anut. ,
4. Ktlto bastl. kato mardcso (kata orang besar, kara merdesa). MaksudnYil. apa
yang diucaJ?kan orang besar merupakan pari kata yang memberikan
99
kebahagiaan.
5. Kato 'rang tuo, kato manyalasai (kata orang tua, kata yang menyelesai).
Maksudnya, ucapan orang tua atau orang yang dituakan bersifat memberi
penyelesaian atau keputusan yang menyelesaikan persoalan, tidak me­
nimbulkan persoalan-persoalan.
6. Kato'rangbijaksa,na, katd mangalah (kata orang bijaksana, kata mengalah).
Maksudnya, ucapan orang bijaksana tidak bersifat menentang atau mem­
'buat tantangan-tantangan sehingga menimbulkan guncangan.
" 7. Kato 'rangp~lHdai, kato bamakna (kata cendekiawan. kata bermakna). Mak­
sudnya, apa yang diucapkan cendekiawan mengandung arti yang dalam
karena ia mempunyai ilmu.
8. Kato 'rang, mudo. kato basimanih (kata orang muda, kata yang manis).
Maksudnyai ucapan orang muda hendaklah manis bahasanya, agar ia
tidak menimbulkan kericuhan. Oleh karena usianya yang muda, ia sangat
sulit mengendalikan diri. Maka, ia perlu berbahasa yang manis.
9. Kato pfnggawa. kato penghubuang (kata pegawai, kata penghubung). Mak­
sudnya, sHat kata-kata atau ucapan pegawai hendaklah bersifat sebagai
penghubung (informatif) kedua belah, yakni dari rakyat kepada penghulu
dan sebaliknya. Jadi, ia tidak memberikan penafsiran atau keputusan
sendiri.
10. Kato dubalang, kato mandareh (kata hulubalang kata menderas). Maksud­
nya. gaya ucapan hulubalang bersifat tegas.
11. Kato parampuan, kato marendah (kata perempuan, kata merendah), Maksud­
nya, gaya berbicara perempuan, jangan bersifat angkuh atau tinggi. karena
hal itu menjauhkan hati orang dari padanya.
12. Kato 'rang banyak, kato bagalau (kata orang banyak. kata bergalau). Maksud­
nya, apa yang diucapkan orang banyak bersifat simpang-siur sehingga
perlu diteliti kebenarannya,

Kerenah Kata
Kurenah kato atau kerenah kata dalam bahasa Minangkabau ialah semacam
tingkah laku kata-kata, yang fungsinya lebih cenderung sebagai bahan penilai­
an dalam memperbincangkan suatu peristiwa pada suatu kerapatan atau
persidangan. Apabila tuah kato lebih bersifat norma etik bagi fungsionaris.
maka kurenah kato cenderung kepada etik psikologis. Jumlahnya juga dua belas.
yaitu seperti berikut.
1. Kato iyo, kato baturuik (kata va, kata diturut). Maksudnya. sUatu ucapan
atau persepakatan yang telah disetujui hendaklah dituruti atau ditepati
dan dilaksanakan.
2. Kato !ido, kato mati (kata tidak, kata mati). Maksudnya. suatu ucapan yang
telah ditidakkan atau permusyawaratan masalah yang telah ditentang
100
dalam mengambil keputusan tidak dapat diteruskan lagi, .sudah tertum­
buk, dan tidak dapat berjalan lagi. .' .' .'" "
3. Kato aHtah. kato dipakatokaH (kata entah. kata diperkatakaJ;1). Suatu ucapan
atau pembicaraan yang .tidak jelas. samar, atau diraglikan,n:tasih! atau
harus diperkatakap. terus agar tidak berlanjut sebagai suatuyani,ridak
jelas atau meragukan~ , .. ",' .. ~
4. Kato duo, kato maragu (kata dua, kata meragukan): MaKsudnya, suatu ,"
ucapan atau. keputusan yang bermakna ganda akan. menirilbulkan
",
keragu­
:',.
raguan, . . "
5. Kato takuik. kato tak lalu (kata takut, kata yang tidak jalan) Maksuqnya,
ucapan atau keputusan yang lahir karena ketakutan atilt! karena tekanan
,merupakan ucapan atau keputusan yang tidak akan dapat dil'aksan~kan
dengan baik. " ., ', ":
6. Kato baHgih, kato talampau (kata marah. kata terlampau).Ma~s~dnya,
ucapan atau keputusan yang diambil karena kemarahan bersifat keterlalu­
an atau melampaui batas norma yang ada. .:
7, Kato naHg. kato berpaia (kata riang. kata berpair). Maksudnya, ucapanatau
pembicaraan yang berseloroh mengandung sifat yang tidak·· teratur.
berpecah-pecah, serta tidak jelas maknanya.
S. Kato maHih. kato maHggijau (kata Manis. kata menggijau).Maks~dnya,
ucapan ataupun pembicaraan yang Manis menimbulkan kelengahan atall
~d~ ,
9. Kato umum, kato biHaso (kata awam, kata binasa). Maksudnya, ucapan atau
pendapat orang awam akan menimbulkan bencana kalau tidak diteliti
secara tepat.
10. Kato sahabat, kato membuHuah (kata sahabat. kata membunuh). Maksud­
nya, ucapan sahabat dapat mematikan karena kepercayaan kepadasaha­
bat dapat melenyapkan sikap kritis dan kewaspadaan. '.
11. Kato laia. kato dijalaHi (kata lahir, kata dijalani). Maksudnya. ucapan yang
kongkret dapat dilaksanakan. "
12. Kato batiH. kato dimakaHi (kata batin, kata dimakani). Maksudnya, apa pun
kata hati pribadi tidak harus dinyatakan semua, lebih baik disimpan
sendiri. . ,

Langgam Kata .
Langgam bta, dalam bahasa Minangkabau disebut laHggam kato, ialah sema­
cam tata krama berbicara sehari-hari antara sesama mereka, sesuai dengan·
status sosial mereka masing-masing. Dengan adanya tata krama berbicara itu.
tidak berarti ada bahasa bangsawan, di samping ada bahasa rakyat. Tata krama
itu dipakai semua. orang. Sedangkan perbedaan pemakaiannya ditentukan
siapa lawan berbicara. Ada empat langgamnya, yakni seperti berikut.
101
1. Kato mendaki (kata mendakj), yaitu bahasa yang diguhakan orang yang
status sosialnya lebih rendah dari lawannya berbicara. Umpamanya, yang
dipakai orang yang lebih muda kepada yang lebih tua, murid kepada guru.
dan bawahan kepada atasan. Pemakaian tata bahasanya lebih rapi. ungka­
pannya jelas. dan penggunaan kata pengganti orang pertama. kedua. dan
ketiga bers1fat khusus. ambp untuk orang pertama, panggilan kehormatan
untuk orang yang lebih tua: mamak, illyiah. uda, tuan, eteh. amai. atau Imi •
. serta beliau untuk orang ketiga.
2. Kato mallunm (kata menurun), yaitu bahasa yang digunakan orang yang
statusrwa lebih tinggi dari lawannya berbicara. Umpamanya. yang dipakai
mamak kepada kemenakannya. guru kepada murid, dan atasan kepada
bawahan. Pemakaian tata bahasa rapi. tetapi dengan kalimat yang lebih
pen4ek. Kata pengganti orang pertama. kedua. dan ketiga juga bersifat
khusus, wah den atau awah dell atau wak adell (asalnya dari awak adell) untuk
orang pertama. Awak ang atau wah allg untuk orang kedua laki-laki. alVah
hau atau wak kau untuk orang kedua perempuan. Wak allg atau alVah lIyo
untuk orang ketiga. Kata awak atau wak. yang artinya sarna dengan kita.
selalu dipakai sebagai pernyataan bahwa setiap orang sarna dengan kita
atau di antara kita juga.
3: Kato malereng (kata melereng). Maksudnya. bahasa yang digunakan orang
yimg posisinya sarna. yang saling menyegani. seperti antara orang yang
mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan. misalnya. ipar.
besan. mertua, dan menantu. atau antara orang-orang yang jabatannya
dihormatl, seperti penghulu, ulama. dan guru. Pemakaian tata bahasanya
rapi. tetapi lebih banyak menggunakan peribahasa. seperti perumpamaan.
kiasan atau sindiran. Kata pengganti orang pertama. kedua. dan ketiga
"juga bersifat khusus. Umpamanya, wak ambo atau aWtlk mbo untuk orang
pertama, gelar dan panggilan kekerabatan yang 4iberikan ke1uarganya
" untuk orang kedua. Beliall untuk orang ketiga.
4. Kata mandata (kata mendatar). yaitu bahasa yang digunakan di antara
, orang yang status sosialnya sarna dan hubungannya akrab. Pemakaian
. tata bahasanya bersifat bahasa pasar yang lazim memakai suku kata
terakhir atau kata-katanya tidak lengkap dan kalimatnya pendek-pendek.
Kata pengganti orang pertama. kedua, dan ketiga juga bersifat khusus.
aden, atau den untuk orang pertama allg untuk orang kedua laki-laki. kau
untuk orang kedua perempuan, inyo atal! anyo untuk orang ketiga. 23

23, Dalam bahasa Minangkabau banyak sekali digunakan kata ganti orang pertama. orang
, kedua, 4an o{~ng kctiga. Variasi pemakaian kata ganti orang pertama selain tcrgantung pada
·status.\awan bcrbicara. juga ada hubungannya pada wilayah pemakainya. Kata ganti orang
pe~aniaadeH atauden untuk beberapa daerah, terutama didaerah (Luhakl Agam. dipaJidang

102
Martabat Kata
Martabat kata juga terbagi dalam empat btegori, yang mempunyai nilai
sendiri-sendiri. yaitu seperti berikut.
1. Kalo l1al1 sabal1a kato (kata yang sebenarnya kata); yaitu kata-kata yang
menjadi perbendaharaan kebudayaa.n dan sebagai warisan nene"k moyang.
Ia bukan hanya sebagai pandangan falsafah dan undang-undang serta
hukum, tetapi juga sebagai pituah serta kata-kata yang 'berhikmah yang
dapat dipakai sebagai pegangan hidup, seperti kata kias, perumpamajln,
dan bidal.
2. Kato I1tl1i dikatokaH (kata yang dikatakan), yaitu berupa wasiat atau ajaran
seseorang kepada orang lain yang harus dipegang teguh walaupun sifatnya
menyimpang dari norma yang lazim.
3. Kato l1ali bakato-karo (kata yang berkata-kata), yaitu ucapan yang mengan­
dung pengertian ganda, sehingga memerlukan penafsiran dan bahkan
mungkin akan menimbulkan perbedaan pendapat yang berlarut-Iarut.
4. Kato l1ali rakaro-katai (kata yang terkata-katai), yaitu ucapan yang tidak
mempunyai kendalL liar, :\tau tidak berarti apa-apa, baik' yang timbul
karena gurau, marah, sedih, maupun yang timbul karena kondisi yang
tidak normal. '

Sifat Kata
Sifat kata merupakan watak kata atau ucapan. yang bila diucapkan akan
menimbulkan reaksi bagi pendengarnya. la pun terdiri dari empat kategori.

bias;) digunakan oleh scriap orang tanpa memandang starus lawan berbicara. Akan tetapi.

kata S!anri iru dianggap tidak sopan oleh orang luar daerah Agam bila digunakan dalam

lawan berbicara yang lebih tinggi statusnya. Di beberapa daerah arau desa.

Mbupaten Pariaman. juga digunakan kara awak se arau wak Sf. yang asalnya dan

Adalah umum pula bahwa 3nak-allak menyebut


orang pertama. datam berbkara dengan kerabatnya
ganti orang kedua sdalu dibcdakan untura perempuan
perempuan digunakan kall (dibaca kll-w). Kepada laki-Iaki digunakan aHg, Mung­
kin kedlla-duanya bcrasal dan clfgkllu juga, Pada umumnya orang juga memakai sepotong
nama dad orang kedua. yaitu suku kata akhir dui namanya. seperti U untuk Ali. dan Man
untuk Usmal1. Orang yang lcbill tua disebut nama panggilan kepangkatannya dalam keluar­
gJ. yang banyak sekali jcnisnya dan berbeda-beda pula pemakaiannya pada berbagai wilayah.
bahknn ada yang khas bagi suaru dcsu. Sedangkan untuk yang umum. setiap laki-Iaki yang
agak jauh lebih tua disebut mamak, Di Wilayah Panaman yang dilazintkan panggilan aJo yang
bernsal dari raja, kebiasaan mereka tidak memakai konsonan r, Penduduk Padang dan
sekitarnya lazim memakai udo, Yang paling beragam ialah di Agam, Di sekitar Danau
Maninjau dilazimkan 141\'0 yang berasal dari tuo (rua), Di sekitar Koto Gadang. Sianok. dan
Balingka dipnkai ambo, Penduduk Sungai Puar di kaki Gunung Merapi memakai Iltink (atik)
yang mllngkin berasnl dari parik, Lainnya ada yang memakai tual' dan waH yang berasal dari
tWI'L

103
seperti berikut. "
1. Kato HftHfcari kawal1 (kata mencari kawan), yaitu kata-kata atau ucapan
yang menimbulkan rasa simpati atau rasa senang bagi yang mende­
ngarnya.
2. Kato Hfal1Cari lawal1 (kata mencari lawan), yaitu kata-kata atau ucapan yang
menentang, tajam, atau kotor, sehingga membangkitkan amarah yang
mendengarkannya.
3. Kato il1dak bakawal1 (kata tidak berkawan). yaitu kata-kata atau ucapan
yang bersifat fitnah. gunjingan, atau bohong.
4. Kato il1dak balawal1 (kata tidak berlawan). yaitu kata-kata atau ucapan yang
bersifat perintah yang salah. tetapi harus dilaksanakan.

Undang..undang Luhak dan Rantau


Undang-undang ini yang mengatur sistern pemerintahan pada dua wilayah
yang berbeda di Minangkabau pada zaman kerajaan masih berdiri. Wilayah
yang satu disebutkan luhak dan yang Iainnya disebut ral1tau. Dalam tambo
disebutkan bahwa "Iuhak bapangulu, rantau barajo" (Iuhak berpenghulu.
rantau baraja). yang artinya pemerintahan di wilayah luhak diatur penghulu.
sedangkan di rantau diatur raja. l4
Batas antara kedua wilayah pemerintahan itu tidak dijelaskan tambo. Akan
tetapi, hal itu dapat dilihat pada sisa-sisa sistem pemerintahan yang memben­
tuk ragam kebudayaan yang masih hidup. Namun, pada dasarnya. wilayah
luhak terletak di nagari-nagari yang berada di selingkar Gunung Merapi.
Sedangkan wilayah rantau terletak di luarnya. terutama di wilayah pelabuhan
di bagian timur atau di bagian barat Minangkabau. Dalam sejarah, rantau
senantiasa merupakan wilayah yang diperebutkan berbagai kekuasaan untuk
menguasai monopoli perdagangan lada. Kekuasaan yang sHih berganti di
wilayah itu menyebabkan kebudayaan yang dipakai penduduknya menjadi
beraneka ragam dengan berbagai perbedaan yang cukup ken tara, misalnya
sistem pemerintahan, sistem sosial seperti perkawinan. dan ius2'a bentuk·
bentuk kesenian, seperti arsitektur, musik. dan tari. 25

Luhak nan riga


Dalam tambo dikisahkan bahwa alam Minangkabau mempunyai luhak Hal1

24 Ada pendapat bahwa arti ramal! ialah teluk·teluk ked I di pantai tempat orang
dan memuat barang ke kapal. Kemudian berubah artinya menjadi tempat kediaman semen­
tara penduduk untuk mencari harta dengan berdagang atau mengambil upah. Selanjutnya
diartikan sebagai wilayah kolonisasi Kerajaan PagaruYllng, Mungkin asal katanya raHtaH dari
bahasa Sanskerta yang artinya tempat tinggal. Bisa juga berasal dari nlllllg dan rwa yang
artinya man&, menimba, Pergi merantau bagi orang Minangkabau merupakan aspek sosia!.
:2, Lihae juga bab "Perkawinan" dan bab "Permainan Rakat'·,

104
tigo (luhak nan tiga), yakni Lunak TaMan Data (Tanah Datar) Agam, dan Lima
(Lima Puluh) atau Limo Puluh Koto (Lima Puluh Kota). Kemudian
luhak tersebut berkembang menjadi empat dengan munculnya Lunak KubuaHg
Tigo Balen (Kubung Tiga Belas). Kapan luhak keempat ini lahir. tambo tidak
menjelaskannya. Letak luhak ini di sekitar Gunung Talang.
Di dalam kehadirannya. setiap luhak mempunyai ciri atau identitas sendiri
yang saling mereka pertahankan dan banggakan sebagai alat pemersatu dan
pendorong semangat perlombaan dalam memelihara harga diri mereka sendiri.
Perbedaan ciri antara luhak~luhak itu terlihat pada bentuk rumah gadang.
model pakaian resmi penghulu atau pengantin dan pengiringnya.
Ciri yang dilukiskan tambo tentang ketiga Iuhak itu ialah: (1) Luhak Agam,
hangat. airnya keruh. ikannya liar, (2) Luhak Tanah Datar, buminya
lembang. airnya tawar, ikannya banyak. (3) Luhak Lima Puluh. buminya sejuk,
airnya jernih. ikannya jinak. 2b
Sistem pemerintahan Iuhak berbeda dengan rantau. seperti yang diungkap­
kan mamang: lunak bapal1gulH, ral1tau barajo (luhak berpenghulu, rantau beraja).
bahwa pemerintahan tertinggi di wilayah luhak berada di tangan
sedangkan di wilayah rantau di tangan raja yang berpusat di Paga­
ruyung. Pemerintah luhak berpencar di nagari-nagari dengan pemerintahan­
nya sendiri-sendiri, seperti yang diungkapkan pantun berikut.
'Rang gadilf bakarek kHkH

Di/well ;0 pisau siraui/l

Pangarek baruang ruo

1>10 dolt kalantai

Nagari ba/laampeh suhu

Da/am sHhu babuan paruik

KampHl1g ba Man ruo

Ruman barungganai.

26 Ungkapan yang puiti's dari ketiga luhak itu melukiskan watak dan tingkah laku penduduk­
nya. Pcnduduk Luhak Agam digambarkan sebagai pcnduduk berwatak panas, masyarakat­
nya heterogen. Suatu nagari dcngan negari tetangganya hidup dalam persaingan yang sangat
rajam. sampai-sampai penduduk nagari yang bertetangga itu tidak saling mengawii-li. Um­
pamanya, penduduk nagari Koto Gadang. Sianok, Koto Tuo, Balingka. Sungai Puar. Banu­
hampu. Kurai, Gadut. Bayur, Maninjau. dan Sungai Batang. Kalau penduduk itu haNs
kawin dengan orang luar nagarinya. mcreka akan lebih suka mcngawini penduduk yang'
nagarinya melampaui nagari tctangganya. atau dengan penduduk luhak lain. bahkan dengan
orang sebcrang lautan. .
Sedangkan penduduk Luhak Tanah Datar dilukiskan lebih ramai dengan status masyarakat­
tidak merata. mungkin karena luhak itu menjadi pusat Kerajaan Pagaruyung. Penduduk
Lima Puluh mempunyai masyarakat yang homogen dan penuh kerukunan. Setiap
luhak mcmpunyai kebanggaan yang secara fanatik dipelihara. Namun. karena kesatuan
kebudayaan mcceka. muara fanatisme ito ialah apa yang mereka namakan alam Minangka­
105
~
Anak gadis mengerat kuku

Dikerat dengan pisau siraut

Pengerat betung tua

Betung tua baik untuk lantai

Nagari berempat suku

Dala.m suku beberapa perut

Kampung berya'ng~l:Ua

Rumah bertungganai.

Maksudnya, setiap nagari mempunyai empat buah suku. Setiap suku mem­
punyai beberapa buah perut (kaum dari turunan ibu). Setiap suku mempunyai
penghulu, yang dinamai pengMulu suku. Keempat penghulu suku inilah yang
menjadi pemegang pemerintahan nagari secara kolektif. Sedangkan yang me­
mimpin penduduk ialah kepala kaumnya masing-masing, yang disebut peugMI4­
lu kaum.2' Sedangkan kampung atau pemukiman penduduk diatur seorang
yang dinamakan tuo (kettIa) kampul1g, sebagai organik pimpinan pemerintahan
nagari. Kepala rumah tangga disebut tunggauai. yaitu seorang laki-Iaki yang
tertua dari keluarga yang mendiami rumah itu. menurut stelsel matrilineal.
Pimpinan pemerintahan yang berada di tangan penghulu mempunyai ke­
lengkapannya. yaklli dubaltmg (hulubalang).l'lIl1ggalViI (pegawai).IIIMlti (mente­
ri atau mantri). dan malin {mualim atau kiaO. Keempar mereka ini disebut
Urtll1g nan ilmpell {orang yang empat).u Kelengkapan lain. seperti petugas
pengawas kehutanan dan irigasi disebut ruo (tua atau ketua). misalnya ruo ~/t'1I1
atau tllO rimbo untuk pengawas hutan dan rimba. tHO banda (bcndar) untuk
pengawas irigasi.
Setiap luhak menyatakan dirinya dengan cara nlc-mpertahankan identitas­

bau. P~da zaman Hindia Beland~ pcmbagian wilayah dcngnn sistem !uhak diteruskan
bahkan berjum!ah lim:! d('ng~n mCl11aslikkan wi/ayah rantau sebag;!i luhak rerscncliri. yang
wiluyuhnya di pesisir bagian sdatan s3mpai ke Kurinci. Luhak dipimpin scorang asisten
residen yang oleh rakyat disebut tuan luhak. Jabae,111 itu dipegang B'c1anda. Pnda zaman
.Republik Indonesia. luhak itu. y,mg ketnudian dinamai kabupaten. berjumlah delapan.
Nnmun. nama lubuk yang asB. sept'rri Agam, Limn Puluh. dan Tanah Datar. tctap
hanbn untuk mcnamakan kabupatcll pada wilayah yang samn sepcrti scmula.
sedikit pergeseran pada tapal batasnya,
27 Lihat kcterangan lebih lanjut pada bab "Penghulu".
28 Jabatan OraHg Hall Eutpat itu bersifat turun-temurun dari ayah ke anak. Tidak ada suatu
ketcrangan mcng~pa terdapat suatu sistcm yang berbeda dari struktur kebudayaannya. Jib
terhadap jabatan malim. yang mcnjadi pengurus masalah keagamaan. hal ltu dapat dlpahami
sebagni suatu kelaziman daJam struktur kebudayaan Islam. labatan lain didug;l sebagai suatu
kemungkinan untllk menghindarkan timbulnya sistem monopoli oleh suntu suku terhadap
jabatan alat kekuasaan pemerintahan. Oleh karcnll ieu. 'dengan mcmakai sistcrn turunan dad
ayah ke anak. rnaka monopoli suatu suku atas jabatan itu tidak akan tcrjadi. karena suku
anak tidak sarna dcngan suku ayahnya.

106
nya masing-masing. terutama dalam bentuk-bentuk arsitektur dan pakaian
kebesaran seperti yang dipakai penghulu serta pengantin laki-laki dan per­
empuan. Rumah gadang di luhak Agam dinamai sural1lbi papek (serambi pepat).
yang mempunyai atap bersayap pada ked1.!3 belah ujung rumah. Rumah
gadang di luhak Tanal! Datar dinamai si, tinjau laillk (si tinjau laut) yang
mempunyai aHjualig (anjllng) di kedua belah ujung rumah. Sedangkan rumah
gadang di Luhak Lima Puluh. sama dengan yang di Luhak Tanah Datar, tetapi
tanpa anjung, yang dinamai mjo babaHdiang (raja berbanding).2~)
Pakaian para penghulu. terutama tutup kepalanya yang dinamakan deta
Sd/ticlk (destar saluk), juga dapat dibedakan bcrdasarkan luhak asal pemakai­
nya. Penghulu Luhak Agam memakai destar bill antik dengan dasar putih dan
motif batik biru tua, Destar pcnghulu Luhak Tanah Datar memakai batik yang
bcrwarna das,H cokdat kemerahan dcngan motif batik yang berwarna hitam.
PeqghuJu Luhak Lima PlIluh mcmakai destar dari I,~: .. \...:~~- 30

Rantau
Secara etnografis. rantall, ialah wilayah Minangkaball yang terletak di luar
wilayah lulfak nan riga. Batas-batas wilayah rantau tergantungpada pasang naik
dan pasang surut kekuatan Kerajaan Pagaruyung. Wilayah rantau pada mula­
nya merupakan wilayah untuk mencan kekayaan secara individual deh pen­
duduk. baik dalam bidang perdagangan. usaha dan jasa m:lUpun dalam kegiat~
an lain yang sifatnya sementara. Akan tetapi. kemud.ian menjadjsemacam
koloni Kerajaan Pagaruyung atau koloni berbagai ¥ekuasaan lain,sesuai
dengan situasi poJitik yang berkembang pada zamahnya),~ • . , c'
Sebagai koloni kerajaan. nagan yang tumbuh atau yang benida di wilayah
itu dipimpin seorang penguasa yang diangkat kerajaan. l'enguasa itu dijabat
secara turun-temurun menllrut stelsel patrilineal dengan gelar 'jabatan yang
sesuai dengan langgam tradisional yang tdah ada di tempat itu, seperti gelar
ranglwya, taH rualf di wilayah pantai timur, rang gadang, bagiHdo di wilayah pantai
Bahkan ada pula yang bergelar raja dengan nama sampiran lainnya
hingga menjadi rajo mudo (raja muda), rajo kaciak (raja ked!). Yang menyandang
gelar rajo itu ialah orang-orang bangsawan turunan Kerajaan Pagaruyung
sendiri.

2':1 Lihat juga bab "RulIl.h Gadang",


~o Lihae juga bab
31 Pada l1lasa java Minangknbau, wilay~'hnya meliputi Sumatra bagian tengah; sejak parttai
timur satnpai pantai bamt, bahkan mcnycberang ke Malaka, Di kala merosot, ada wilayah
yan~ mcmbentuk luhak baru seperti Kubung Tiga Belas di sekitar Solak. Ada juga yang
menabalkan dirinya scbagai keraiaan y.lI\!! bebas dari kekuasaan Pagaruyung dari mellyata­
kan kerajaannY~l,seb:lgai warisan Sri Maharaja di Raja pula, seperti halnya Kerajaan
ra dan Sungai, Pagu, kcduanya terh:tak di b'lgian sclatall Minangkabau.
107
Oieh arus perpindahan penduduk ke rantau yang demiki'an besarnya, baik
secara individual maupun secara berkelompok kampung atau suku. maka
secara lambat laun nagari-nagari di wilayah itu tumbuh menjadi nagari dengan
menumbuhkan jabatan penghulu. sebagai belahan dari nagari asalnya. Oleh
~arena itu. nagari-nagari di wilayah rantau merupakan wilayah Minangkabau
secara etnis, tetapi kebudayaannya lebih banyak berbaur dengan kebudayaan
luar. Umpamanya. kewajiban untuk membuat rumah gadang dan balairung
menu rut arsitektur Minangkabau tidak begitu ketat. Gelar asal-usul yang
disandang setiap laki-Iaki yang telah menikah seperti yang lazim disebut ketck
balfamo, gadalfg bagala (kedl mempunyai nama, dewasa mempunyai gelar)
dipakai secara berdampingan antara gelar garis ibu dan gelar garis ayah. Ada
. kalanya yang dipakai hanyalah gelar garis ayah. Di wilayah rantau Pariaman
.Tiku, lazim setiap laki-laki yang telah beristri memakai ge!ar bagilfdo, 5utalf. dan
sidi di samping nama kedlnya. Kalau nama kecilnya Ali. sete!ah dewasa ia
menjadi Bagilfdo Ali. Sutalf Ali. atau Sidi Ali. Bila ia akan menyandang gelar garis
ibu, ia akan dipanggil Bagilfdo Ali gelar Sutal1 Ali. Di rantau pesisir Padang.
garis ayah hanya dua, yakni sutalf dan marah. 31
Pergi ke rantau atau lazim pula disebut merantau merupakan produk
kebudayan Minangk,abau. Setiap orang, terutama anak muda akan senantiasa
didorong dan ditarik agar pergi merantau oleh kaum kerabatnya dengan
berbagai cara. Falsafah materialisme Minangkabau mendorong anak muda
agar kuat mencari harta kekayaan guna memperkukuh atau meningkatkan
martabat kaum kerabat agar setaraf dengan orang lain. Pantun berikut mem­
berikan ajaran pokok agar setiap orang mencari kekayaan .
. Apo gulfolfYo kabau bata/i

Usah dipauik di pamatal1g

Pauikalf sajo di talfgah padal1g

Apo gul1OI1YO badalf malfcari

lyo pamagalfg sawah jo ladalfg

Nak membela 5alfak kalfdualfg.

Apa gunanya kerbau bertali

Usah dipautkan di pematang

Pautkan saja di tengah padang

Apa gunanya kita mencari

Ialah memagang sawah dan ladang

Hendak membela saudara kandung.

Tempat mencari harta kekayaan itu di rantau. Tujuan mencari harta


kekayaan untuk menaikkan harga diri atau meningkatkan martabat kaum

32 Lihat juga bab "Perkawinan".


108
kerabat dalam masyarakat yang bersemangat kompetitif bukanlah merupakan
satu-satunya motivasi. Struktur sosial yang dialami kaum laki-Iaki. terutama,
ikut mendorong setiap orang untuk p~rgi merantau. Sebuah pantun lain dapat
memberikan tafsiran yang melengkapinya.
Karatau madaH(! di

Keratau madang di hulu


Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu
Di rumah berguna belum.
Dalam masyarakat Minangkabau, seorang laki-Iaki muda dinamai bujaHg.
Sebagai bujang, status sosialnya dipandang rendah atau tidak sempuma seba­
gai warga masyarakatnya. Dalam rapat-rapat keluarga ia tidak akan pernah
dibawa serta. T empat tinggalnya di suatu asrama yang bemama surau 33 dan
oleh keluarganya ia ditugasi sebagai orang suruhan (pesuruh) atau membantu
pekerjaan yang tengah dilaksanakan keluarga. 34 Untuk membebaskan diri dari
posisi itu, selain pergi merantau, ialah menikah. Akan tetapi, menikah tidaklah
mudah, lebih-lebih dengan gadis eantik yang didambakan, karena setiap orang
tua tidak akan membiarkan anak gadisnya menikah dengan seseorang yang
tidak mempunyai sumber hidup, pekerjaan, atau kekayaan. Untuk lllemper­
oleh kekayaan atau sumber hidup, lebih-Iebih pada nagari yang telah jenuh
atau sempit, salah satu eara yang paling baik ialah pergi merantau.
Undang-undang Dua Puluh
UHdaHg-uHdaHg Dua PuluH merupakan undang-undang yang mengatur per­
soalan hukum pidana. la terbagi dalam dua bagian. Yang pertama UHdaHg­
uHdaHg De/apaH dan yang kedua Undang-undang Dua Belas. Dalam undang­
undang ini tidak dicantumkan aneaman hukuman karena aneaman hukuman
terhadap pribadi yang melakukan pelanggaran hukum tidak sesuai dengan
sistem masyarakat komunal yang berasaskan kolektivisme. Setiap orang me­

33 oUJangan, seperti remaja, duda, dan


bahasa Sanskerta Swarwa , yang artinya segala, semua,
dan latihan seperti sekarang. Akhimya,
pendidikan agama
asrama yang bertirik senrral di rumah syek atau kiai.
34 Laki-Iaki vaM bdum menikah yang namanya ridak dikenali. lazim dipanggil buyulfg atau
mengandung ani khusus yang dapar diartikan atau disamakan dengan
nama BUjang Salamat dalam kaba CiHdur Marc, yang tugasnya jadi

109
rupakan anggota komunenya, yang dalam hal ini disebut K'ElUm atau suku.
Kaum atau suku mempunyai tanggung jawab terhadap tingkah laku anggota­
nya. Oleh karena itu. kalau seseorang melakukan kejahatan yang patut dihu­
maka yang akan memikul hukuman itu adalah
Sedangkan terhadap pelaku keiahatan itu
memberikan hukumannya.

Undang-undang, Delapan
Undang-undang DeTapan terdiri dari delapan pasal yang mencantumkan
jenis kejahatan. Setiap pasal mengandung dua macam kejahatan. yang sifatnya
sama tetapi kadarnya berbeda. Urutan kedelapan pasal itu ialah sebagai
berikut.
1. Tikam bunuah (tikam bllnuh). Yang dimaksud dengan tikam ialah perbuat­
an yang me1ukai orang atau milik orang. Yang dimaksud dengan bunuh
ialah perbuatan yang menghilangkan nyawa orang atau milik orang de­
ngan menggunakan kekerasan.
2. Upeh racun (upas racun). Yang dimaksud dengan upas
yang inenyebabkanseseorang menderita sakit setelah menelan makanan
atau itIinuman yang telah diberi ramuan yang berbisa atau beracun. Yang
dimaksud dengan racun ialah perbuatan yang menyebabkan seseorang
meninggal setelah menelan makanan atau minuman yang telah diberi
ramuan berbisa atau beracun.
3. Samlfn saka (sarriun sakar). Yang dimaksud dengan samun ialah perbuatan
merampok milik orang dengan cara melakukan pembunuhan. Yang di­
maksud dengan sakar ialah perbuatan merampok milik orang dengan cara
kekerasan atau aniaya. Pasal ini mempunyai sampirannya. yakni rabui/,
rampeh (rebut rampas). Yang dimaksud dengan rebut ialah perbuatan
mengambil barang yang dipegang pemiliknya. lalu melarikannya. Yang
dimaksud dengan rampas ialah perbuatan mengambil milik orang secara
tidak berhak dengan cara melakukan ancaman.
4. Sia baha (siar bakar). Yang dimaksud dengan siar ialah perbuatan mem­
buat api yang mengakibatkan milik orang lain sampai terbakar. Yang
dimaksud dengan bakar ialah perbuatan membakar barang orang lain.
5. Ma[iang curi (maling curi). Yang dimaksud dengan maling ialah perbuatan
mengambil milik orang dengan melakukan perusakan atas tempat pe­
nyimpannya. Yang dimaksud dengan curi ialah perbuatan mengambil
milik orang lain secara sambi! lalu selagi pemiliknya sedang lengah.
6. Dag9 dagi (daga dagi). Yang dimaksud dengan daga ialah perbuatan
'pengacauan qengan desas-desus sehingga terjadi kehebohan. Yang dimak­
!Iud dengan dagi ialah perbuatan menyebarkan fitnah sehingga merugikan
yang' bersangkutan.
110
7. Kic~jah kicang (kicuh kicang). Yang dimaksud dengan kicuh ialah perbuat­
an penipuan yang mengakibatkan kerugian orang lain. Yang diIllaksud
dengan kicang ialah perbuatan pemalsuan yang dapat merugikanprang
lain. Pasal ini mempunyai sampirannya, yakni umbuak uH~bai (umbuk
umbai). Yang dimaksud dengan umbuk ialah perbuatan penyuapan pada
seseorang yang dapat merugikan orang lain. Yang dimaksud, dengan.
umbai ialah perbuatan membujuk seseorang agar sarna-sarna melakukan
kejahatan.
8. SlImbang salah (sumbang salah). Yang dimaksud dengan sumbang
perbuatan yang menggauli seseorang yang tidak boleh dinikahi. Yang
dimaksud dengan salah ialah perzinaan dengan istri orang.

Undang-Undang Dua Belas


Undang-1II1dal1g Dua Be/as ialah bagian dari Undang-undang Dua Puluh, yang
mencantumkan dua belas pasal, yang dapat menjadi alasan untuk menangkap
dan menghukum seseorang. Undang~undang ini terdiri dari dua bagian, yang
masing-masing mempunyai enam pasal. Bagian pertama disebut bagian tud'iih.
pasal-pasal yang dapat menjadikan seseorang sebagai tertudilh dalam
melakukan kejahatan. Setiap pasal mengandung dua macaIil alasan tUduhan:
Urutannya sebagai berikut.
1. TtHllmbal1g raciak (tertumbang terciak). Yang dimaksud dengan tertum­
bang ialah tersangka tidak dapat menangkis tuduhan yang didakwakan
kepadanya. Yang dimaksud dengan terciak ialah tersangka mengakl!i
tuduhan yang didakwakan kepadanya.
2. Tatando tabukti (tertanda terbukti). Yang dimaksud dengan tertanda ialah
ditemukannya milik terdakwa di tempat kejahatan. Yang dimaksud .de­
ngan terbukti ialah ditemukannya benda-benda yang berasal dari tempat
kejahatan pada terdakwa.
3. Tercancang tarageh (tercencang teregas). Yang dimaksud dengan tercel1cal1g
ialah ditemukannya bekas. akibat. atau milik terdakwa di tempat kejahat­
an. Yang dimaksud dengan reregas, ialah ditemukannya pada tubuh ter­
dakwa bekas yang ditimbulkan benda yang berada di tempat kejahatan
itu.
4. Taikek rakabek. (terikat terkebat). Yang dimaksud dengan f48terikat ialah
terdakwa tepergok sedang melakukan kejahatan. Yang dimaksud dengan
rerkebat ialah terdakwa tepergok pada tempat kejahatan:
5. Talala takaja (terlatar terkejar). Yang dimaksud dengan rerlatar ialah ter­
dakwa dapat ditemukan di tempat persembunyiannya. Yang dimaksud
dengan rerkejar ialah terdakwa dapat ditangkap dalam suatu pengejaran.
6. Tahambek tapllkua (terhambat terpukul). Yang dimaksud dengan terhambat
ialah terdakwa dapat ditangkap setelah pengepungan. Yang dimaksud
. 111

dengan terpukul ialah terdakwa dapat tertangkap set~lah dipukul atau


dikeroyok.
Enam pasallainnya dari bagian Undang-undang Dua Belas lalah apa yang
dinamakan Cemo (Cemar). Keenam pasal itu lebih merupakan prasangka
terhadap seseorang sebagai orang yang telah melakukan suatu kejahatan
sehingga ada alasan untuk menangkap atau untuk memeriksar.ya. Keenam
pasal itu ialah. '
1. Basuriah bak sipasin, bajajak bak bakiak (bersurih bagai sipasin, berjejak bagai
berkik). Maksudnya, ditemukan jejak seseorang atau tanda-tanda di ta­
nah,jika diikuti ternyata menuju ke arah tersangka. 3S
2. Enggang lalu. ata jatuah (enggang lewat, atal jatuh). Maksudnya. di tempat
kejahatan terjadi. seseorang terlihat sedang berada di tempat itU. 36
3. KacondongaH mato urang banyak (kecenderungan mata orang banyak). Mak­
sudnya. bahwa seseorang telah menarik perhatian orang banya~,karena
telah berubah tanpa diketahui sebab-musababnya.
4. Hajua murah-murah (menjual murah-murah). Maksudnya, didapati seseo­
rang menjual suatu benda dengan harga yang sangat murah, seolah-olah
menjual benda yang bukan miliknya.
" lalaH bagageh-gageh (berjalan tergesa-gesa). Maksudnya. didapati seseorang
berjalan dengan tergesa-gesa pada suatu saat dan tempat yang tidak tepat.
seolah-olah ia sedang ketakutan.
6, Dibao pikek. dibao laHgau (dibawa pikat. dibawa lalat). Maksudnya. didapati
seseorang hilir-mudik pada suatu tempat tanpa diketahui maksudnya
dengan jelas sehingga menimbulkan kecurigaan,37

Ancaman Hukum
Dalam masyarakat komunal yang kolektif seperti Minangkabau, yang me­
mandang setiap orang adalah anggota kaumnya dan setiap kaum adalah warga
masyarakat yang harus disegani dan dimuliakan dengan status yang sama. as as
kehidupan mereka berpola pada rasa kebersamaan dan persamaan. Dengan

35 Kalimat perumpamaan yang menggunakan hewan melata sipasin. sejenis lipan yang tidak
bersuara dan tinggal di tempat yang basah. dan berkik (burung r~wa). yang jika berjalan
senantiasa meninggalkan garis dan jejak pada tanah yang lunak. sehingga dapat direlusuri ke
arah mana sarang hewan itu,
36 Kalimat perumpamaan yang lengkapnya disambung dengan: Anak raja mati ditimpanya,
Maksudnya. enggang sedang terbang di udara. sejenis pohon yang bergerak (sejenis kaktus)
tumbang. dan pada saar itu terjadi peristiwa yang dikiaskan dengan anak raja yang lewat,
Maksudnya. faktor kebetulan. yang meskipun tidak ada sangkut-pautnya. dapat diiadikan
pangkal pengusutan.
37 Seseorang yang membawa pikat burung bukan di telllpat yang biasa burung berserang dan ke
mana dia pergi lalar merubunginya. seolah-olah ada yang busuk dalam dirinya,
112
kondisi yang demikian. ancaman hukuman bagi tertuduh kejahatan berdasar­
kan asas kekeluargaan "awak sama awak". Maksudnya. setiap orang yang
bersalah. patut dihukum. Tibo di maIo indak dipiciangkan. tibo di paruik indak
dikampihkan (kena mata. tidak dipicingkan .. kena perot. tidak dikempiskan).
kata petitih mereka.
Untuk setiap kejahatan atau kesalahan yang dilakukan oleh seseorang,
karena ia adalah anggota dari kallmnya. yang bertanggung jawab ialah kerabat
atau kaum si pelaku. Dengan sendirinya. yang akan melaksanakan hukuman
ialah kerabat atau kaum si pelaku. Si penderita harus diberi pampasan oleh
kerabat si pelaku. Berat ringan pampasan itu ditetapkan oleh empat pasal yang
diungkapkan petitih berikut.
1. Mancancang mamampeh. mambul1uh mambangun (mencencang memampas,
membunuh membangun). Yang dimaksud dengan mencencang memampas.
ialah terhadap siapa yang menimbulkan kerusakan terhadap seseorang
atau terhadap milik seseorang. hukumannya ialah kewajiban memberi
pampasan atau ganti rugi. Yang dimaksud dengan membunuh membangun
ialah terhadap siapa yang membunuh seseorang atau milik seseorang,
hukumannya ialah menghidupkan yang terbunuh itu kembali. 38
2. Mamakan mamuntahl?an. maambiak mal1gambalikan (memakan memuntah­
kan. mengambil mengembalikan). Yang dimaksud dengan memakan me­
muntahkan ialah jika kesalahan itu berupa "memakan" miljk orang lain. ia
berkewajiban mengeluarkannya kembali apa yang dimakannya itU. 39
Yang dirnaksud dengan mengambil mengembalikan ialah jika seseorang
mengarnbil tanpa hak atau mencuri milik seseorang, hukumannya ialah
mengembalikannya kern bali kepada perniliknya. Sedangkan hukuman
terhadap yang melakukan kesalahan diatur oleh kerabatnya sendiri.
3. Sasell sunlill. gawa maubah (sesat surut. gawal mengubah). Yang dimaksud
dengan sesar surnt ialah ibarat orang yang dalarn perjalanan lalu tersesat, ia

3S Adapun tJf,iran dari kata mrmampas i~lah ganti rUgi. Jika yang dirusakkan itu berupa benda
atau ternak. ganti ruginya tergantung pada berat ringannya kerusakan itu. Kalau kerusakan
itu dapat diperbaiki atau diobati. maka ganti ruginya berupa biaya perbaikan atau pengobat­
an. Andai kata kerusakan itu menyebabkan benda atau temak itu tidak dapat berfungsi
sebagai semula. ganti rugi berupa nilai sepenuhnya. sedangkan yang rusak menjadi milik
pengganti rugi. Umpamanya kerbau yang putah kakinya. maka gantinya seek~r kerbau. dan
kerbau yang patah kakinya menjadi hak yang mengganti rugi untuk dipotong dan dijual
dagingnya. Yang dimaksud dengan membangun ialah jika seseorang mati dibununu atat,l
terbunuh. maka si pembunuhnya dihukum dengan dijadikan budak atau milik kerabat si
terbunuh.
39 Untuk mamakaH mamuHtakah lazim juga dip~kai ungkapan lain.seperti maHcotok ma./alftiallgkall
(memaruh melentingkan). Memakan atau memaruh milik orang.lain dapat juga ditafsirkan
dengan .berbagaj contoh. jika pengertian memakan atau memaruh itu dipandangsebagai
kata kias. Mem~kan milik orang dapat juga diartikan sebagai mengambil milik orang.
113
harus kembali lagi ke tempat semula. Artinya, setiap orang mempunyai
hak dan kewajiban untuk memperbaiki kesalahannya. Yang dimaksud
dengan gawal mel1gubah iaIah ibarat tupai yang bisa melompat. tetapi
kemungkinan lompatannya bisa gagal juga. Artinya, setiap orang yang
melakukan kesalahan dalam pekerjaannya mempunyai hak dan kewajiban
mengubah pek~rjaannya kembali.
4. Bautal1g' membaia, bapiutal1g mal1arimo (berutang membayar, berpiutang
menerima). Yang dimaksud .del1gan berutal1g membayar ialah setiap orang
yang berutang wajib membayar. Yang dimaksud dengan berpiutal1g meneri­
ma ialah setiap orang yang berpiutang berhak menerima kembali
piutangnya.40

Timbangan Hukum
Ancaman hukum pampasan tergantung pada berat ringan kesalahan. Ada
empat macam jenis hukuman yang dapat dikenakan pada yang melakukan
kesalahan. Namun, tidak ada jenis hukuman mati, hukuman penjara atau
hukuman siksa. Keempat .ienis hukuman itu merupakan pampasan atas dasar
pertimbangan yang setimpal dengan sifat kesalahannya. Keempatnya ialah
sebagai berikut. "'..
1. Ditimbal1gjo bicaro (ditimbang dengan bicara). Yangdimaksudkannya ialah
bentuk hukum damai. setelah yang melakukan kesalahan mengakui dan
meminta maaf.
2. Ditimb,ll1g jo bud; (ditimbang dengan budi). Maksudnya, kerabat yang
bersalah berkewajiban mengadakan perjamuan di hadapan orang banyak
dan terdakwa atau seorang anggota kerabat terdakwa menyatakan kesala­
hannya. Atau dapat ditafsirkan bahwa kesalahan itu dUmbali dengan
menjalin ikatan kekcluargaan. seperri perkawinan s.llah seorang kerabat
pelaku dengan kenlbat penderita. Atau bisa pula pelaku sendiri yang

Tingkatan meng.l!nbil bdllm akan mcngubah bl'ntllk bend., yang di'lmbil. s~d;1l1gkan
memakan atau mcmaruh ,edikit banyaknY'l d'lp,lt mcn~ubah bcntuk <l"llnya. Apabila
pengertian rnernakan itll sarna dcng,m bcrzina dcng,m scorang peremplian atall i,tri
harus mengganti posisi perempt!<ln itu. Kalau pcrl'mplion itu berst!ami. in hartls
perernpuan lain pengj::anti istri tidak sctia itll. tergantung padn tllntllt31l Sllami yang merasa
dinlgikan itt!. Narnun terhadap pcrcmpuan yan~ dizinai itu, tidak ada kewaiiban menikahi­
nyn. Kalau perzinaall itll mcrllpakiln perkosaan, mab hukllm IffCI1C/IItcallg IIlClltnlHPas akan
diperlakukan. Bernt ringan pampasannya tergamung pad a tuntlltun yang diajukan pihak
yang dirugikan.
40 Olch karena sescomng tidak bisa tcrlcpas dari ibtan kekcrabatan, m'lka 1If<ll'g pilltang
seseorangtidak terlepas dari tanj'!gungjawab ,emU'1 kerabat, Oleh brcna itu, utang-piutang
tidak rnungkin Intmjadi daluwarsa akibat salah s('orang meninggaL UlllJlg-pilitang akan
rnenjadi hak dan kcwajiban ahli waris, seperi halnya ut,lIlg-piutang dalam bentuk p~gal1g
gndai.

114
melaksanakan pernikahan dengan salah seorang kerabat penderita.
3. Ditimblmg jo ameh peralt (ditimbang dengall emas dan perak). Maksudnya,
kesalahan dipampas dalam bentuk
4. Ditimbang jo badan nyao (ditimbang dengan badan dan nyawa). Maksud~
nya. yang bersalah harus mellyerahkan nyawa dan badannya kepada
kerabat penderita apabiJa sifat kesalahan itu berupa pembunuhan. 41

Hukum Buang
Pertflma-tama yang berhak memberikan hukuman kepada seseorang ialah
atau sllkllnya sendiri. scbab orang itu adalah anggotanya. Pihak lain
berkewajiban mcmperkuat atau mendukung hukuman itu. Apabila kejahatan
seseorang dilakukannya kepada flnggota kaumnya sendiri. pihak luar sarna
sekali tidak berhak mencampuri meskipun kejahatan itu bersifat berat. T erha~
dap pelaku kejahatan yang tidak bisa diampuni lagi. oleh sebab tingkah
lakunya tidak akan dapar berubah. akan dikenakan hukum bUllI1g. Ada empat
jenis atau tingkat hukum bH{IIlg yakni seperti berikut. .
1. BWII1S! siriah (buang sirih). Yang dimaksud dengan blfaftg siriH ialah peng­
oleh kaumnya sendiri. sehingga hak dan kewajiban terhadap kaum­
nya dicabut. demikian pula hak dan kewajiban kaum terhadapnya.
2. Buang biduak (buang biduk). Yang dimaksud dengan bllang bidllk ialah
pengucilan oleh seluruh kaum atau pellduduk nagari tempat kedi­
amannya.
3. Bllang ti11gkarallg (buang tingkarang). Yang dimaksud dengan buangringka­
rang ialah tindakan pengusiran dari nagari kediamannya.
4. Buang dakl (buang deki). Yang dimaksud dengan buang daki ialah pengusir-:
an dari nagari kediamallnya dan seluruh harta bendanya dirampas .serta
diberikan kepada penderita kejahatan.
Jangka waktu hukum buang tidak ditentukan, tergantung kepada perubah­
an tingkah laku orang buangan itu dan kesepakatan orang yang akan mene·
rimanya kembali,42

Peradilan
Oleh karena setiap orang merupakan saudara dari yang lain. maka sistem
peradilal1 dalam masY,lrakat Minangkabau bersifat kekeluargaan. Pelaksanaan

41 M~ksudl1y;1. pelaku di;adikan budak. Sebngai budak stntusnya terlcpas dari keanggotaan
semUJ pihak.
42 Bi,lsa pula rerj~di pcngeroyokan terhadap pcncuri. jago3n. dan penggoda perempuan.
Biasanya yang dikeroyok itu ad~lah orang luar. Kalau yang melakukan kejahatan itu orang
bmpung mcreka sendiri. pdakunya akan diadukan kcpada pimpinan kaumnya untuk
diambil tindakan yang scsulli deng~n hukum yang bcrlaku. Pengeroyokan rerhadap orang
lu~r yang mdakuk:1l k.:onaran lebih merupakan peringatan keras agar tidak meiakuk4H lagi.

115
peradilan dilakukan bertingkat yang disebut bakandang ketek. bakandang gadang
(berkandang kedl, berkandang besar).43 Bakandallg ketek ialah kejahatan yang
dilakukan anggota kerabat terhadap kerabatnya sendiri. Oleh karena ltu. yang
berhak dan berkewajiban mengadilinya hanyalah kerabatnya pula. Demikian
pula jika kejahatan itu dilakukan salah seorang anggota kaum terhadap
nya sendiri. Yang mengadilinya hanyalah kaumnya pula. Kalaukejahatan itu
dilakukan anggota suatu kaum terhadap kaum yang berbeda sukunya. maka
yang mengadili pimpinan nagari. yakni bakandang gadang,
Akan tetapi. bila kejahatan itu dilakukan orang Iuar. atau orang yang berasal
dari nagari lain. orang itu tidak dapat diadili karena orang luar berada di Iuar
hukum peradilan. Kepadanya tidak dapat ditagih pampasan sebagal sanksi
hukumnya. Terhadap pelaku kejahatan itu. biasanya dilakukan hukum ma­
syarakat. yaitu pengeroyokan di tempat yang tidak bertuan seperti di tempat
yang sepi atau di suatu tempat umum seperti di keramaian atau pasar.
Peradilan perkara yang diangkat ke tingkat ba/!aHdang gadal1g ialah peradilan
yang dilaksanakan dalam balairung, Orang-orang yang tersangkut dalam per­
kara itu akan hadir dan masing-masing didampingi penghulunya. Penghulu
dari pihak pendakwa akan bertindak sebagi jaksa, sedangkan penghulu dari
pihak terdakwa akan bertindak sebagai pembela, Penghulu pihak ketiga yang
tidak terlibat akan menjadi pengadil atau juri dan hakim

Pelaksanaan Peradilan
Pelaksanaan peradilan tetap berpegang pada pola awak same awak. yang
artinya bahwa yang bersengketa adalah saudara sendiri. Oleh karena itu.
kebijaksanaan pengadilan bertolak pada usaha bagai: Maelo rambuik
tapuang. rambuik. H4ak putuih, tapuaHg ndak taserak (menghela rambut dari te­
pung, rambut tidak putus, tepung tidak berserak). Maksudnya, bila keputusan
telah diambil, diharapkan persengketaan baru tidak sampai tumbuh, atau
keputusan yang diambil diharapkan tidak sampai menimbulkan kesengsaraan
yang tidak terdentakan oleh yang terkena hukuman.
Oleh karena itu, peradilan mempunyai suatu sistem kebijaksanaan. yang
pedomannya terdiri atas empat, yakni seperti berikut.
1. Dicari jo bicaro (dicari dengan bicara). Yang dimaksud dengan dicari
dengan bicara ialah upaya untuk mencari perdamalan antara kedua belah

karena mereb tidak dapat menghllkum si pelakll. Namun. pengeroyobn itu seling pula
dibalas oleh teman-teman yang kena keroyok terhadap salah seorang pengen.1yok. Bila
terjadi semacam itu, kewajiban pemimpin kampung atau nagalilah unruk menyelesaikan­
nya. Biasanya dilakukan perd'lmaian. tidak ada tuntut·menuntut tanpa peduli betapa besar
kerusakan telah terjadi. Pengeroyokan itu lazimnya dilakukan anak muda. scdangkan orang
tua berperan melakukan penyeiesaian.
'13 Biasa juga disebut orang dengan: B~bili~k ketek. babiliak glldmrg,

116

......

pihak yang bersengketa.


2. Dicari ja hwkwl11 (dicari dellgan hukum). Yang dimaksud dengan 4icari
dengan hukwl11 ialah apilbila perdamaian antara kedua belah pihak tidak
tereapai, lalu persengketaan diselesaikan menurut undang-undang yang
berlaku.
3. Dicari jo alua dan patuik (dicari dengan alur dan patut). Yangdimaksud
dengan dicari dengan aIwr dan paM ialah apabila kesalahan pelaku telah
terbukti dan aneaman hukuman telah dapat ditemukan, maka berat
ringannya aneaman hukuman yang akan dikenakan dipertimbangkan lagi
berdasarkan kemampuan terdakwa untuk menjalankannya. , ..
4. Dicari jo sakata (dicari dengan sekata). Yang dimaksud dengan dicari dengan
sekata ialah apabila keputusan telah diambil, maka kedua belah pihak
harus menerima keputusan dan sama-sama melaksanakannya. Andai kata
belum dapat kata sepakat. terutama karena hukum pampasan yang
kenakan tidak dapat dipikul terdakwa beserta kerabatnya, meskipun
sudah dapat dipahami sebagai keputusan yang adil. perlu lagi dilanjutkan
untuk mencari kata sepakat mengenai hal itu.
Akan tetapi, peradilan, dalam hal ini para juri atau hakim yang terdiri dari
penghulu itu, mempunyai wewenang untuk mengambil kebijaksanaan lain
apabila sistem yang semula tidak akan dapat menyelesaikan perkara. Kebijak­
sanaan yang merupakan wewenang juri atau hakim itu terdiri dari empat
macam eara, yakni seperti berikut.
1. Hukul11 di tangah batang (hukum di tengah batang). Yang dimaksud ialah'
hukum dijatuhkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang
bersengketa. .
2. Hukul11 l11aniti blilang (hukum meniti batang). Yang dimaksud ialah hukum
dijatuhkim jika kedua belah yang bersengketa tidak dapat memperoleh
kata sepakat ten tang bentuk hukuman itu.
3. Hukum dhruiianf!. balanl! (hukum di2'uling batang). Yang dimaksud
eukup meskipun terdakwa tetap
tuduhan.
4. Hukul11 di baliak batang (hukum di balik batang). Yang dimaksud ialah
dijatuhkan tanpa mengadili terdakwa terlebih dahulu.

1. Putwih di paHgka (putus di pangkal). Yang dimaksud ialah penyelesaian


perkara telah terjadi sebelum dibawa ke peradilan, karena yang pendakwa
menarik kembali pengaduannya.
2 Putuih dek damai (putus karena damai). Yang dimaksud ialah penyelesaian
perkara telah terjadi sebelum dibawa ke peradilan karena kedua belah
pihak telah melakukan kesepakatan untuk berdamai.
3 Putuih dek talata~ (putus karena terletak). Yang dimaksud ialah peradilan
117
tidak dapat menjatuhkan hukuman karena kedua belab plhak sama·sama
tidak mau menerima keputusan yang akan dit~tapkal1. Oleh karena itu,
peradilan dihentikan sampai kedua belah yang bersengketa memperoleb
kata sepakat untuk menerima apa pun bentuk keputusan yang bakal
ditetapkan peradilan.
4. Putufh dek 1tURUm (putus karena hukum). Yang dimaksud p.UtU5 kareHCl
hukum ialahpenyelesaian persengketaan berdasarkan hukum yang ber­
Jaku.
Meskipun ancaman hukum dapat diputuskan, setiap orang yang berhak
mengambilkeputusan akanselalu diingatkan pada pedoman bukuman seperti
yang dinukilkan pemeo: Hukum palu-palu ula, ula dipalu indak mati, tanah dipalu
iHdak lambang (hukum palu·palu ular. ular dipalu tidak mati. tanah dipalu tidak
lembang). Maksudnya. seperti memukul ular (seseorang yang dianggap bersa­
lah). Ular (orang yangbersalah) tidak mati (habis masa depannya) dan tanab
(tempat kehidupannya) jangan lembang (berantakan). Maksudnya, orang
yang bersalah boleh dihukum. tetapi jangan merusakkannya, apalagi membu­
nuhnya.

118
PENGHULU
rang Minangkabau hidup bergolong-golongan dan

(Q) berke1ompok-ke1ompok yang beraneka ragam. Golongan yang


terpenting ialah kekerabatan sedarah dari turunan ibu (matrili­
Oneal), Golongan it" bertlngk"-tingk.., Dati tlngk.. yang paling
kedl sampai ke tingkat yang paling besar merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Tingkatan itu laksana air telaga yang tenang dijatuhi
sebuah benda sehingga terjadi lingkaran riak-riak kedl atau besar.
Oalam suatu nagari, golongan itu berbaur dengan golongan lain. Ibar"r air
telaga yang tenang tadi. kejatuhan beberapa buah benda pada temp at yang
berlainan, sehingga setiap benda membuat lingkaran yangberiak-riak. Tiap­
clap riak yang berpusar pada titik benda itu jatuh berbaur dengan lingkaran
riak-riak yang lain, tanpa kehilangan Iingkaran riak asalnya. Oemikianlah sifat
dan bentuk golongan-golongan yang bersumber dari garis keturunan ibu yang
terdapat dalam masyarakat Minangkabau.
Oi samping golongan seturunan darah, mereka hidup berkelompokdalam
berbagai jenis perkampungan, seperti = teratak, dusun, korong koto, dan nagari.
Oalam perkampungan itu. hiduplah golongan-golongan itu secara berbaur erat
dalam bentuk integrasi dan asimilasi antargolongan. Oi samping itu mereka
pun mempunyai perserikatan dalam jenis pekerjaan, keahlian, kegemaran, dan
sebagainya tanpa terikat pada golongan turunan darah. kelompok permukim­
an, dan status sosial.
119
Suatu golongan, kelompok atau perserikatan dapat berkembang menjadi
lebih besar atau mengecil sampai lenyap. Namun, hal itu bukanlah karena yang
satu mengalahkan atau menghancurkan yang lain, melainkan karena faktor
alamiah atau karena hal lain yang berpangkal dari dirinya sendiri.
Kejayaan suatu nagari tidak tergantung pada luas atau sempitnya teritorial­
nya (wilayahnya), subur atau tandus tanahnya, melainkan karena aktivitas
warganya masing-masing. Nagari yang sempit atau tandus menjadi daerah
industri kerajinan dan menumbuhkan pengrajin yang terampil atau pedagang
yang ulet di luar nagarinya atau di rantau. Sedangkan nagari yang luas
teritorialnya atau subur tanahnya menjadi makmur oJeh hasil pertanian. I
Di samping pergi merantau, penduduk nagari yang telah padat membiasa­
kan pula melakukan perpindahan dengan membuka pemukiman baru yang
jauh dari tempat asalnya. Di pemukimannya yang baru itu, secara lambat laun,
mereka dapat mendirikan lembaga adatnya sendiri sebagaimana yang ada di
nagari asalnya. Tidak ditemukan dalam sejarah mereka bahwa penduduk di
nagari yang telah padat, lalu menjarah wilayah atau nagari tetangganya untuk
mengatasi kesulitan hidup mereka. Juga tidak pernah terjadi penyerbuan atau
perampokan penduduk suatu nagari ke nagari lain. Bahkan tidak pernah
terjadi peperangan antara penduduk suatu nagari dan nagari yang lain karena
alasan apa pun juga. Cara-cara kekerasan demikian bertentangan dengan
falsafah mereka. 2 •
Nagari-nagari yang sempit umumnya mempunyai spesialisasi dalam hal kcrajinan atau
industri. dan juga dalam hal perdagangan. Umpamanya. dalam kerajinan emas perak yang
terkenal penduduk Nagari Koto Gadang dan Guguk. Sulam dan jahit sepertl konveksL yang
terkenal Nagari Empat Angkat. Kubang. juga Koto Gadang. Pandal besl. yang tcrkenal orang
Sungai Puar. Pertenunan yang terkenal orang Silungkang dan Pandal Slkat. Tilam yang
terkenal orang Bayur. Dalam perdagangan. pun terdapat spesialisasi. Umpamanya. perda­
gangan tembakau oleh orang Sianok. kaln oleh orang Manlnjau dan Balingka, tcmak oleh
orang Pitalah dan Koto Enau. Perdagangan kelontong oleb orang Kumango. sehingga
perdagangan ke.lontong pernah dikatakan perdagangan kumango. Dalam hal makanan pun
mereka mempunyai spesialisasi. seperti gelamai (dodol) oleh orang Payakumbuh, kerupuk
oleh orang Sanjai, Lemang oleh orang Pitalah, kedai nasi oleh orang Kapau dan Sumpur. Di
bidang perdagangan orang Minangkabu terkenal uler. sehingga padagang Cina di sana tidak
dapat berkembang sebagaimana yang terdapat di daerah lain di seluruh Indonesia, Istilah
perdagangan mempunyai banyak sinonim dalam bahasa Minangkabau, sesuai dengan spesia­
Usasi perdagangannya. Mulanya badaglmg (berdagang) yaitu eara bemiaga dengan membawa
barang pada bahu atau pikulan serta berjalan beriringan beramai-ramai agar tidak dirampok
di perjalanan. Orang luar yang menetap lama atau sementara di suatu nagad disebut juga
scbagai orang dagang. MaggalcH (menggelas) ialah saudagar yallg spesiaHsasinya jual beli
barang pecah belah, Jaga atau bajaga (jagal), yaitu penjual temak dan daging, .Ioio atau bajojo
(jaja) yaitu eara berjualan dengan mcnjunjllng keranjang barang dengan kcpala.
2 Dalam sejarah Kerajaan Minangkaball terjacii pasang naik wilayah kerajaan, yang dapat
diartikan sebagai suatu bentuk ekspansi ke kerajaan lain, terutama ke bagian timur, Sejarah
melukiskan ekspansi itu bersumber dari lahimya kerajaan dari dinasti Singosari, yang
120
Untuk mengatasi kesulitan hidup di dalam nagarinya sendiri, bail< karena
kepadatan maupun karena tanah yang tidak subur atau karena lain~lain ,hal,
umumnya mereka pergi merantau. Di rantau mereka berusaha sendiri~sendiri
atau bersama-sama dengan membuka lapangan usaha. seperti bertukang.
berdagang, atau memburuh. Seperti hidup di nagarinya sendiri. di rantau
orang mereka tidak akan melakukan penjarahan atau penaklukan terhadap
penduduk yang ditepatinya. Tidak ada halangan bagi mereka untuk mendiri~
kan lembaga seperti di kampung halamannya. apabila kebanyakan mereka
ingin menetap di rantau itu. 3.

Asal-usul Lahimya Suku


Pada mulanya orang Minangkabau hidup dalam empat golongan yang
mereka llamakan suku. 4 Masing-masing bernama Bodi, Cal1iago, Koto, dan
Pilial1g, Kedua suku yang disebut pertama menganut aliran politik yang juga

kemudian Majapahit, yang menguasai Minnngkabau sebagai salah satu basisnya. Pada suatu
masa basis kerajaan berpindah ke Pagaruyung, yaitu pada masa pemenntahan Raja Aditia­
warman, Perpindahan penduduk Minangkabau keluar wilayahnya semula disebabkan ber­
bagai hal, yakni karena merantau, mencari sumber hidup baru, atau melankan din karena
tidak tahan oleh tekanan atau teror yang dilancarkan pemenntah yang berkuasa. Mereka
tersebar ke berbagai pelosok Nusantara. bahkan sampai ke Serawak di Kalimantan Utara
atau Sulu di Filipina Selatan, Sebagian dari mereka itu lari ke hutan belantara Sumatra. Oleh
karena hidupnya terisolasi kebudayaannya tidak berkembang, seperti halnya yang tetjadi
pada orang T alang Mamak. yang mendiami hutan di Provinsi Riau. (Uhat juga makalah
Zuber Us man. "Suku Talang Mamak". pad a Seminar Sejarah Minangkabau di Batu Sangkar
tahun 1970).
Jika ditdusuri wilayah Minangkabau yang terbagi dalam luhak dan rantau pada masa
dulunya. dan yang dinamakan rantau itu ialah wilayah bagian luar dan Luha~ Hilil rigll.
terlihat bahwa kedua wilayah ltu kemudian mendukung kultur yang sama. Artinya di
wilayah yang dahulunya rantau itu telah didirikan lembaga adat yang sama dengan yang ada
di wHayah luhak. Hal itu berarti bahwa di wilayah rantau pun masyarakat Minangkabau
dapat mendirikan penghulunya pula. Jika dilihat perkembangannyasekarang. yaitu orang
Minangkabau telah merantau ke hampir seluruh pelosok tanah Indonesia, maka jumlah
orang Minangkabau di rantau jauh mungkin lebih banyak iika dibandingkan dengan yang
menetap di kampung halamannya sendiri. Namun. menurut pendapat umum orang Minang­
kabau bahwa di rantau yang sekarang tidak dapat atau tidak periu didirikan jabatan
penghulu. Sungguh pun di rantau sekarang banyak mereka yanil. membawa gelar datuk­
nya dari nagari asaln;a. tetapi jabatan itu hanya berfungsi di kampung halamannya saja.
Walaupun demikian, perantau yang menetap di Lampungyang berasal dari Nagari Maninjau
pernah mcnegakkan gelar pusaka mereka di sana. Oemikian pula perantau dari Solok yang .
menetap di jakarta pernah melakukan hal yang sam a, Peristiwa itu tidak Iuput dati pendapat
yang kontroversial yang pada pokoknya bertolak dan tiga pemikiran, Ada yang mengatakan
bolch. ada pula yang mengatakan tidak boleh. Oi samping itu ada yang mengatakan bolth.
retapi petjamuan dan peresmiannya harus dHakukan di kampung asalnya sendiri.·",
4 SlIkll dari bahasa $.anskerta artinya kaki. Oimaksudkan satu badan mempunyai empat kaki.
121
disebut Kelarasan Bodi Caniago pimpinan Datuk Perpatih nan Siibatal1g. Dua Suku
berikutnya menganut aliran politik yang juga disebut Kelarasan Koto Piliang
pimpinan Datuk Katumanggungal1. 5
Oleh karena perkembangan keadaan dalam sejarah, juga oleh kedatangan
I<;ekuasaan asing yang menjarah Minangkabau, jumlah sllku yang em pat men­
bertambah.Tambo mencatat bahwa perombakan pertama terhadap
aliran sistem politiI< dilakukan oIeh Datuk nan Sake/ap Dunia yang mengingin­
kan hak yapg sarna. seperti kedua saudaranya. dengan cara memisahkan diri
dari lima kaum dan membentuk lima suku baw. Kelimanya ialah Krufllnyir.
Patapang. Banukampu, Salo dan}ambal1. Nama kelima suku ini diambil dari nama
Salonagari asal penduduk yang menjadi pengikutnya.(i
Kehadiran Kerajaan Singosari dan kemudian Majapahit menyebabkan
munculnya. s~ku-suku bangsa lain di Minangkaball. Mereka kemudiannya
membentuk suku baru sebagai integrasi dengan kebudayaan yang ditepatinya.
Lahirlah suku baru yang namanya berasal dari nama bangsa itu sendiri, seperti
Me1ayu dari bangsa Melayu. Singkual1g dari bangsa Cina Sinkiang. dan Mandaht­
ling dari suku bangsa sebelah utara.

Satu kaki artinya sepcrempat dari satu kesntuan. Dalam bahasa Melayu yang masih digunn­
kan di Malaysia suku artinya seperempnt. Dnlnm pengertian Minangkabau. suaw nagan
mempunyai cmpat suku. Suku dapat pula dipnhami sebagai' marga. Sistem bcrsuku di
Minangkabau scrupa dcngan sistcm berpuak-puak seperti yang dianut orang Cina. War"a
puak tidak bolch saling mengawini. Perkawinan hanya bolch dilakukan dengan warga punk
yang lain. Bedanya dengan Minangkabau. puak Negcri Cina m.;-nganut stelsel patrilineal.
Konon. kebudayaan Cina dcmikian yang ditcrapkan pcndiri masyarakat Minangkabau pada
masa kedatangan Maharaja Dimja. lihat juga bab "Tambo A1am".
Penulis tambo menafsirkan Bodi Caniago be rasa! dan Imdi nan
cermin ketinggian budi Datuk Perpatih nan Saba ran!! dalam
Katumanggungan. Versi lain mcnQataka
nan Sabatangsenantiasa curiga
kan Koto Piliang berasal dan Kala (nan) I,ilialt (pilihan) yang maksudnya
Datuk Katumanggungan bempa pcrintah yang selcktif. Akan trtapi. Icbih tepat
asalnya dikatakan dan bahasa Sanskerta. yakni bodhi dan (c~) >li"go (nia~a) ,erta hotL> (korra)
dan (pc/c) hiaHg. Sisipan ca pada niaga mungkill dari sisipan si atau sang. dan dari camlla, yang
kehilangan beberapa bunyi karena kata-kuta yang dikembarkan. sebagaimana lazim dalum
bahasa Minangkabau. Caralla artinya pcrjalanan atau pejalan. Demikian pula dcngan sisipan
/Ide pada hiaHg lazim dipakai sebagaimana yang terdapat pada begu mcnjadi pdcbcgu. Pclc pada
hiallg menjadi pili karena pengaruh hi pada hi/llJg. Dnlam pengelompokan pandangan hidup
manusia. maka kaum BlIdha yangmemuliakall pohon Bodhi bcrsama kaum suudngnr (!liaga)
dan mungkin juga musafir (carana) mcrupakan golongan yang
. sama derajatnya. Demikianlah halnya kaum kelarassan Bodi
(benteng) yang hidup bertingkat-tingkat scbagai prajurit. bintara
anut agama Hindu yang berkasta-kasta, membiasakan cara
yang: bcrtingkat-tingkat. Demikian pula halnya dcngan sistem kelarasan Koto Pilianl!.
6 Datuk nan Sakelap Dunia (Datuk nan Sakalok Dlinia) adik scayah $eibu Datuk Perpntih nan

122
Pemekaran Suku
Oleh karena proses sejarah serta perkembangan masyarakatnya, maka jum­
lah suku bertambah banyak juga. 1ika pada mulanya dikenal hanya ada empat
seperti Bodi. Caniago. Koto, dan Piliang lalu bertambah dengan apa
yang dilakukan Dr. Nan Sake/all Dl.H1ia di Lima Kaum, maka kehadiran Kerajaan
Pagaruyung ikut menambah jumlah suku. 7 Sctelah suku-suku itu berkembang
banyak. masing-masing mengelompok ke dalam dua aliran sistem pemerintah­
an. Mllligkin karena kedudukan Raja Pagaruyung sudah kian melemah atau
karena alasan lainnya, prinsip-prinsip yang dianut suku menurut alirannya
semula kian melonggar. Terutama di wilayah ramau suku yang semula meng­
anut aHran Koto Piliang beralih menganut aliran Sodi Caniago, sedangkan di
wilayah Luhak nan riga pada umumnya suku-suku itu masih kukuh menganut
alirannya semula.
Pertumbuhan dan kehadiran suku tidak merata. Ada suku yang mekar di
suatu nagari. tetapi ada juga Suku yang lenyap karena kepunahan warganya.
Umpamanya, suatu nagari yang semula mempunyai empat suku seperti Koto
Piliang. lambak, dan Melayu lalu berubah komposisinya. Salah satu suku.
llmpamanya suku Koto mekar dengan eara pembelahan menjadi dua atau tiga,
sedangkan suku lainnya, umpamanya lambak lenyap karena· kepunahan
warganya. Sisa juga terjadi muneulnya suku baru yang berpindah atau berkem­
bang di nagari itu. sehingga komposisi jumlah dan maeam Suku pun berubah
pula.
samping itu ada beberapa suku yang hanya ada di 5atu nagari atau di satu c

luhak saja. llmpamanya suku Pinawan di wilayah 5elatan Solok atau Gudam di
Nagari Lima Kaum dalam Luhak Tanah Datal'. Sedangkan suku yang te~besr
atall yang merata ada pada seluruh Mimlngkabau ialah Sodi, Caniago; Cuei,
Jambak. Koto. Melayu. Piliang. dan Tanjung.
Lahir dan mekarnya suku disebabkan beberapa hal. seperti pertumbuhan
jumlah penduduk karena kelahiran. pertambahan jumlah pendud uk karena
penggabungan, pembukaan pemukitnan baru. dan kedatangan orang asing.
1. Pemekaran karen a pertambahan penduduk
jumlah warga suatu suku dalam suatu nagari telah demikian besarnya,
sehingga tidak seimbang lagi dcngan jumlah warga suku lainnya, maka
akan terjadi kesulitan sosial. terutama dalam hal perkawinan. Dalam

Sabatang. Ciri yang menonjol dari sist<!mny~ bahwa suku-suku masyarakat bukan bersumber
dari ,ljaran keagamaan. sepcrti Budha dan Hindu. mdainkan dari bangsa-bangsaatau dari..
asalnya. Pembauran untuk mencapai homOllenitas mdalui asimilasi. Kalau sistem yang
,dianut saudaranya mempunyai p!ltltang perkawinan antara orang yang sama sukunya. maka
aliran Datuk nan Sakelap Dunin memantangkan perkawinan antara orang sebangsa atau
senagari. Gclarnya scring pula ditambah dcngan MI!f BllllegO-H(gO.
7 Lihat juga A. Dr. ~atuah &: A. Dt. MajOindo. TIlJllboMilfllllgkab<IJdakarta, Balai Pusaka. 1957.

123
sistem perkawinan mereka, sangat terlarang perkawinan antara orang
yang sukunya sarna. Untuk mengatasi kesulitan mendapat jodoh. suku
yang sangat berkembang itu terpaksa membelah sukunya menjadi dua
atau tiga, sehingga antara warga mereka dapat dilakukan perkawinan.
Untuk membedakan suku yang lama dengan suku yang baru tidak perlu
·mencari nama baru. Untuk suku baru dapat diberikan nama suku lama
dan ditambah dengan !}ama sampiran. Nama sampiran itu tergantung
pada jumlah kaum atau keturunan yang ikut dalam suku yang baru. Dan
tergantungpada aliran kelarasan yang dianut suku itu. Jika yang memben­
·tuk suku baru itu berasal dari sejumlah orang dari beberapa ninik (nenek
· perempuan), jumlah ninik itu dipakai sebagai nama sampirannya. lumlah
itu pun tergantung pada aliran kelarasan yang dianut mereka. Jika yang
menganut aliran Koto Piliang. jumlahnya dalam angka genap: kalau Bodi
· Caniago dalam angka yang ganjil. Umpamanya yang membelah diri atau
memekar itu adalah suku Melayu yang termasuk penganut ali ran Koto
Piliang, sedangkan yang bergabung terdiri sejumlah ninik, maka nama
suku baru itu akan menjadi Melayu Empat Ninik atau Melayu Enam
. Ninik, tergantung pada jumlah yang bergabung dalam suku baru itu.
likalau yang dimekarkan itu terambil dari sejumlah kaum, maka namanya
menjadi Melayu Empat Kaum dan seterusnya. Jika yang dimekarkan itu
terambil dari tempat kediamannya dalam nagari yang bersangkutan, maka
namanya Melayu Dua Korong, dan seterusnya.
2. Pemekaran karena pemukiman bam
·BHa jumlah wargasuatu suku atau nagari telah demikian bertambah dan
nagari itu sendiri tidak dapat lagi memberikan kesejahteraan karena
wilayahnya sempit, maka mereka harus mencari pemukiman baru
beramai:-ramai dengan cara berkelompok. Kelompok orang itu mungkin
berasal dari satu atau beberapa ninik atau kaum yang sukunya sarna atau
terdiri dari beberapa suku, dan bisa juga arus perpindahan itu dari beber­
apa nagari. Pemukiman yang baru itu berada di lu~r wilayah nagari
masing-masing. Bisa dekat dan bisa jauh sekali. Di tempat yang baru itu
mereka dapat memilih beberapa altematif, yakni : (a) Setiap anggota suku
bergabung (berintegrasi) dengan suku yang telah lebih dahulu ada di
tempat itu, seperti orang Tanjung bergabung dengan suku Tanjung, orang
Dalimo bergabung dengan orang suku Dalimo; (b) Beberapa ninik atau
kaum dari suku yang sarna yang berasal dari nagari yang sarna membentuk
suku baru di nagari tempatan itu. Pembentukan ini karena alasan suku
yang sarna di nagari tempatan itu telah terlalu banyak warganya, sehingga
pengintegrasian akan merugikan kedua belah pihak; (c) Orang-orang dari
satu suku dan satu nagari itu tidak bisa berintegrasi dengan suku yang ada
~i nagari tempatan, karena di sana tidak ada suku yang sarna dengan suku
124
mereka. Mereka lalu berkelompok dalam sukunya; (d) Orang-orang dari
beberapa nagari yang mempunyai suku yang sama bergabung mendirikan
sukunya sendiri di nagari tempatan yang baru itu; (e) Orang. dari
bermacam-macam suku tetapi dari nagari yang sama bergabung untuk
mendirikan suku yang baru di nagari tempatan itu.
Sagi altematif (b), maka suku baru yang mereka dirikan dapat memakai
nama sukunya dengan tambahan sampiran dari julnlah ninik at au kaum
mereka, dengan ditambah kata HaH di tengahnya. Umpamanya Caniago
dari aliran Kelarasan Sodi Caniago akan memakai nama Caniago nan Tiga
ninik atau Caniago nan Lima Kaum. Pemakaian angka dan nama kelom­
pok tergantung pada jumlah dan tingkat kelompoknya. Lazim juga istilah
ninik dan kaum tidak dipakaL sehingga menjadi Caniago nan Tiga atau
C;aniago nan Lim\! saja. Sagi altematif (c) mereka bisa saja memakai nama
suku mereka tanpa sampiran apa-apa. Jika mereka itu terdiri dari suku
Kutianyir, maka di tempat yang baru dapat memakai nama yang sama.
Terdapat altematif (d) mereka akan memakai nama sampiran KoroHg dan
di tengahnya kata HaH dan aHgka yang semestinya. Umpamanya, jika nam~
suku asalnya Koro, dari dua nagari ata"u lebih, maka mereka akan memakai
nama suku Koro HaH Dua KoroHg atau lainnya pula. Terhadap altematif (e),
mereka dapat mendirikan suku dengan memakai nama nagari asal mereka
semula. Umpanya, PadaHg Laweh, PadaHgDarar, Gudam, daH PiHawaH. 8
3. Pemekaran karena imigran
Orang asing atau bukan orang Minangkabau dapat menjadi warga yang
sarna utuhnya dengan penduduk asli, baik secara individual maupun
secara bersama-sarna dalarn bentuk kelompok. Melalui proses asimilasi
tidaklah mereka dapat dipandang sebagai orang Minangkabau meskipun
telah berlangsung beberapa generasi.Mereka tetap dipandang sebagai
orang asing. Kalau orang asing itu laki-Iaki yang menikahi wanita Minang­
kabau, ia tetap dipandang sebagai orang asing, sedangkan anaknya secara
otom,a·tis menjadi orang Minangkabau, sesuai dengan stelsel matrilineal.
Kalau orang asing itu perempuan yang menikah dengan orang Minangka­
bau. ia tetap dipandang sebagai orang asing. Anaknya juga dipandang
sebagai orang asing karena ibunya orang asing.
Dalam sejarah Minangkabau ternyata telah sering terjadi gelombang
kedatangan orang asing atau suku bangsa asing, yang datang sebagai
pedagang, petani. dan juga sebagai penjajah. Tent'u saja telah terjadi
perkawi.nan dengan orang Minangkabau. Di samping itu, juga telah terjadi
integrasi melalui proses adat yang berlaku tanpa kehilangan identitasnya,
seperti yang terdapat pada suku Melayu, Singkawang, Mandahiling, dan

s lihat juga ibid.•


125
KOMPOSISI PENGHULU SATU TUNGKV

SETELAH PEMEKARAN SUKU

satu suku

STRUKTUR KAUM

DALAM ORGANISASI SUKU

(1) seibu (2) seperul (3) senenek (4) seninik


(5) sekaum (6) sekuku

126
Kampai. 9
Melakukan integrasi dengan eara mendirikan suku sendiri di nagari tempat­
an lebih menguntungkan. Pertama sebagai suku mereka akan memperoleh hak
yang sama dengan suku yang telah ada sejak semula di nagari tempatan itu,
yaitu penguasaan atas tanah ulayat sendiri. 10 Kedua, mereka akan dapat ikut
serta mengatur nagari itu karena mereka juga mempunyai penghulu yang
sederajat dengan penghulu yang telah ada sebelumnya. Ketiga, proses pengin­
tegrasian akan lebih padu karena mereka hanya akan dapat menikah dengan
warga suku yang lain, dan tidak dapat menikah dengan warga sesama penda~
tang.

Tata Cara Menjadi Warga Minarigkabau


Menjadi penduduk dan menjadi warga suatu negara mempunyai tata cara
tersendiri. Di Minangkabau pun ada tata caranya sendiri. Oalam sejarah
Minangkabau ternvata bahwa setiap suku ban2sa dari mana pun asillnya dapat
menetap di negeri itu, terutama di wilayah rantau. Hal ini disebiabkari railtau
merupakan wilayah kolonisasi raja, juga menjadi daerah kegiatari perekotioini­
an. Sebagai daerah perekonomian, dengan sendirinya rantau akan banyak
berhubungan dengan orang asing, terutama dalam hal perdagarigan. Oleh
karena itu, dengan sendirinya tentulah akan banyak orang asingyang menetap

9 Orang asing yang darang untuk menjajah. seperti orang Jawa. Aceh dan kemudianBelanda.
tidaklah melakukan inregrasi. ·Oleh karena. lazimnya kaum penjaJah memandang orang
jajahannya bersratus lebih rendah. sehingga penginregrasian dipandang sebagai l'fierendah­
kan martabat mereka sendiri. Orang-orang asing yang datang pada zaman Hindia,'sepertl
Cina. Arab. dan Keling. pun ridak hendak berinregrasi karena alasan yang sama. Bahkan
Arab dan KeUng yang beragama Islam pun tidak melakukan integrasi. Oleh karena
tidak terdapat suku yang bemama Jawa. Aceh, Arab atau KeUng. Namun orang Jawa
yang datang pada masa Hindia Belanda, yang bukan bertugas sebagai milirer, melainkan
sebagai buruh atau lilniwa, pada umumnya merasa dirinya sebagai orang Minangkabau,
seteJah melalui proses integrasi, bahkan juga melalui proses asimilasi. Kedua proses itu
membukrikan bahwa orang Minangkabau bersikap terbuka. balk dalam hubungan perkawin­
an maupun d.llam hubungan sosiallainnya. Banyak pemuka bangsa Indonesia yang terkenal
yang berasal dari turunan orang-orang ini. antara lain; Marah Sutan dan Syekh Jamil lambek
dari generasi yang lebih tua; Mohammad Harta, Mohammad Yamin, Eni Karim. Bahder
lohan dari generasi berikutnya. Rosihan Anwar, Enggak Bahauddin. Hasyim Ning. Bustanil
AriEin dari generasi yang lebih muda. Nama-nama kalau akan dikemukakan lebih banyak.
Dapat pula ditemukan nama-nama itu yang berasal turunan orang Eropa. yang telah hampir
seabad yang lalu menganut agama Islam dalam rangka pengintegrasian mereka kepada adat
Minangkabau. Mungkin pula proses pengint~grasian bangsa-bangsa asing dengan mendiri­
kun suku mereka dapat dilaksanakan pada masa kerajaan masih kukuh. sehingga dengan izin
raja prosesnya akanlebih mudah. Setelah kerajaan hapus, pengintegrasian dengan mendiri­
kan suku baru. tidak terjadi lag!.
10 Hal tanah ulayat li,hat juga bab "Harta dan Pusaka".

1.27
dan menjadi penduduk negeri itu. "
Akan tetapi. untuk menjadi warga Minangkabau dengan hak-hak yang
sama. diperlukan tata cara. Tata cara itu dinamakan mengisi adat: Cupak dUsi
limbago dituang (cupak diisi lembaga dituang), kata pepatah mereka. yang
maksudnya mengiaskan aturan tersendiri untuk memenuhi suatu kewajiban
pada keadaan yang berbeda-beda. Mengisi adat itu merupakan prosedur yang
umum berlaku, bukan hanya terhadap orang asing yang hendak menjadi warga
Minangkabau. tetapi juga bagi orang Minangkabau yang melakukan perpin­
dahan desa atau nagari.· Umpamanya, orang Minangkabau yang berasal dari
Bukittinggi, yang ingin tinggal sementara atau untuk selamanya di Kuraitaji,
harus mengisi adat kepada penghulu yang ditempatinya di Nagari Kuraitaji itu.
Kalau ia menjadi warga dari suku Caniago. maka penghulu yang ditempatinya
ialah penghulu suku Caniago pula.Ia tidak dapat memilih penghulu suku lain.
Dalam mamang Minangkabau dikatakan: Tanah sabingkah alah bamihak, rum­
pUik sala; alah bapul1Yo malu nan alun babagi. suku il1dak dapek di.1SlIk. (tanah
sebingkah telah bermilik, rumput sehelai telah berpunya. malu yang belum
dibagi, suku tidak dapat digeser). Bagian terakhir artinya bahwa suku seseo­
rang tidak dapat berpindah-pindah. Andai kata di Kuraitaji itu tidak ada
penghulu suku Caniago, ia dapat menempati atau menemui penghulu yang
sealiran dengan Kelarasan Bodi Caniago, umpamanya suku Bodi atau juga
boleh suku T anjung.
Tata cara demikian disebut: Hinggok mal1cakam. tabang mal1umpu (hinggap
mencekam, terbang bertumpu). Ibarat burung yang hinggap ke dahan, ia
mencekamkan kakinya dan jika hendak terbang kakinya bertumpu ke dahan
itu. Artinya. jika seorang Minangkabau meninggalkan nagarinya ia pamit pada
penghulunya, lalu melapor ke penghulu di nagari tempatannya. Dalam mela­
por itu, ia harus mengisi adatnya. Jika untuk tinggaI sementara. tata cara
mengisi adat cukup dengan membawa rokok untuk dipersilahkan dihisap
penghulu yang ditempati. Akan tetapL kalau ia ingin menetap, syarat mengisi
adanya ialah dengan membawa sirih dalam caral10 (sirih dalam carana) dalam
memajukan permintaannya. Namun, permintaan itu memerIukan persetujuan
warga suku yang dipimpin penghulu terIebih dahulu. Apabila kaumnya sepa­
kat. barulah permintaan itu diluluskan dalam suatu perjamuan ked!.
Bila yang meminta itu orang asing. ma1<a persetujuan akan dimintakan juga
kepada seluruh penghulu yang ada di nagari itu oleh penghulu yang ditempati
orang asing itu. Seek~r kerbau akan dipotong untuk perjamuan bagi seluruh
penduduk nagari. sebagai tanda orang asing itu telah menjadi penduduk
nagari, sebagai kemenakan Datuk Bagindo dari suku Piliang. umpamanya. 11

11 Menjamu dengan memotong kerbau dapat juga dilaksanakan dengan cara yang lebih
128
·t._.

Dengan pengesahan itu, haknya sebagai warga suku dan warga nagari telah sah
untuk dibawa sehilir semudik, yang artinya untuk dibawa berunding atau
mendapat perlindungan.
Orang Minangkabau yang menetap di suatu nagari tanpa melalul prosedur
adat dianggap sebagai orang dagang yang diperlakukan sebagai orang luar yang
tidak jelas asal-usulnya. Sebagai orang dagang, mereka dapat memilih pimpi­
nannya dengan nama jabatan penghulu dagang. 12

Nama Suku dan Aliran Kelarasannya


Suku yang pertama berjumlah empat. yakni Bodi. Caniago, Koto, dan
Piliang, yang terbagi dalam dua kelarasan, yaitu Kelarasan Bodi Caniago dan
Kelarasan Koto Piliang. Kemudian jumlah itu telah menjadi lebih banyak. baik
karena pembangkangan Datuk nan Sakelap Dunia maupun karena kehadiran
bangsa-bangsa lain yang menjadi kaula raja. Lambat laun suku itu berkembang
menjadi lebih dari empat puluh buah. Pada mulanya suku-suku itu merupakan
penganut laras yang ada. Selain Lams nan Dua. muncul pula laras ketiga yang
bernama Laras nan Panjang di bawah pimpinan Datuk nan Sakelap Dunia yang
membentuk lima suku lainnya, yaitu Kutianyir, Patapang, Banuhampu, Salo,
dan lambak. Sedangkan orang asing yang jadi kaula Raja Pagaruyung mendiri­
kan suku Melayu, Mandahiling, Kampai. Singkuang, dan Bendang. 1 ~ Kemudi­
an aliran kelarasan tidak lagi menjadi anutan suku, melainkan menjadi anutan
nagari. Contohnya, ada suku Caniago yang menganut kelarasan Koto Piliang
karena warga suku Caniago mendiami nagari yang menganut aliran Koto
Piliang, seperti yang terjadi di Luhak Kubung Tiga Belas. 14
Pengambibn nama-nama suku beraneka ragam, umpanya yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, seperti: lambak, Kutianyir, (Si) Pisang, Dalimo, Mandali­
ko, dan Pinawan (Pinangawan); yang berasal dari nama benda: (SO Napa,
Guci, Tanjung, Salayan, dan lain-Iainnya. Nama suku yang berasal dari nama
desa ialah Padang Datar, Lubuk Batang, Padang Laweh, Salo, dan sebagainya.
Ada pula yang berasal dari nama orang, seperti: Dani, Domo, dan (SO Magek.
lumlah suku itu' diperkirakan lebih dari empat puluh buah, yakni: Banu­
hampu. Bendang, Bingkuang, Bodi Caniago, Dalimo, Dani, Domo Gud, Gu­

sederhana, tergantung pada tingkat masalah yang diselesaikan dengan perjamuan im. Bisa
dengan menyembelih seekor kerbau, bisa hanya dengan menyediakan kepala kerbau saja,
juga bisa hanya dengan menyediakan beberapa kilo daging dalam gulai yang dihidangkan
pada perjamuan itu.
12 Pcnghulu dagang ialah jabatan yang diadakan pemerintah Hindia ~elanda untuk mengepalai
penduduk yang bukan asli di tempat pemukiman itu. Umumnya jabatan 1m hanya ada di
kota dan diangkat Pemerintah. Oleh karena itu, jabatannya tidak turun-temurun.
13 Kapan terjadi dan mengapa pengintegrasian itu dilanjutkan tidak dapat diketahui.
14 Lihat juga A. Dt.,Batuah op. cit. him. 153-164.
129
dam, Haro. Jambak. Kampai. KarambiL Koto. (SO Kumbang. I<:utianyir, Lubuk
Satang, (SO Mabur, (SO Magek Mandahiling, Mandaliko. Mansiang, Malayu,
(SO Napa, Padang Data. Padang Laweh. Pagarcancang. Panai. (SO Panjang.
Patapang, Payobada, Piliang, Pinawan. (SO Pisang. Salayan, Salo. Singkuang.
Supayang, Tabu, dan Tanjung. Sila jurai yang telah dimekarkan menjadi suku.
seperti Gudam nan Empat. Melayu Tiga Korong. dan Pi/iang Sani dihitung
sebagai suku, maka jumlahnya mencapai 96 buah.

Keragaman Penghulu
,Golongan'dan kelompok dalam masyarakat mempunyai pimpinan yang
berada di tangan' mamak. Pengertian mamak secara harRah ialah saudara
laki-laki ibu. Secara sosif?logis semua laki-Iaki dari generasi yanglebih tua
adalah mamak. 15 Hal inisebagai pemyataan bahwa semua orang berkerabat,
sesuaidengan ajaran falsafah mereka. Yang tidak termasuk mamak adalah
laki-Iaki kerabat dekat ayah. yang dipanggil dengan bapak atau pak. 16
Mamak juga merupakan pemimpin. Oleh karena itu, pengertian mamak
pada setiap laki-Iaki yang lebih tua juga berarti pemyataan bahwa yang muda
,memandang yang lebih tua menjadi pimpinannya. sebagaimana yang diung­
kapkan mamang: Kemal1akal1barajokamamak.mamakbarajokapel1ghulu.pel1ghulu
barajo ha l1al1 bal1a. bal1a badiri sal1diril1Yo (kemenakan baraja kepada mamak.
mamak baraja kepada penghulu. penghulu baraja ke kebenaran, kebenaran
berdiri sendirinya. 17

15 Sebagai pemimpin. mamak dipandang sebag-Ji raja mcnurut mamang itu.


itulah. di wilayah rantau Pesisir Tiku-Panaman nama pamrl!'ilan mamak.
di Luhak nan Tigo. diganti denl!an aio vanl! bcrasal
konsonan T seperti yang lazim
sekitamya. yang dipakai ialah udo (uda), Scdangkan dibcrbagai magari.
ialah panggilan uwo yang asalnya dari tHO (tua). ada juga yang memanggil ambo (hamba),
seperti yang terdapat di nagari sekitar Kota Gadang. Nagan Sungai Puar mcmakai istilah
ariak (ank) yang mungkin bemal dan palik (saya, sahaya).
16 Vanasi panggilan bapak banyak sekali, Untuk panggilan bapak kandung sdain panggiJan
hapak. juga apak. nynh bapak. Ilbak. Knlangan ulama Islam melazimkan pemakain panggilan
buya yangberasal dari bahasa Arab abuya. Kalallgan yangberpendidikan sekolah gubememen
pada masa Hindia Belanda melazimkan pemakaian pnpa dan papi. Untuk panggilan saudara
ayah.lazim dipakai pak yang merupakan kependekan dan bapak dengan menambah sampiran
yang tergantung pada posisi dan atau sifat !uar dan saudara ayah itu. Umpamanya, kakak
ayah yang tertua dipanggil pak IUO, kakak yang nomor dua dipanggil ayah pak adaHg yang
be rasa! dari gadaHg (besar), Jika posisi saudara ayah itu di tengah. dipanggil pnk nHgah yang
berasal dan raHgah (tengah), Saudara ayah yang muda dipanggil pak erek atau pak aciak yang
berasal dari kelek dan kadak yang artinya ked!. dan yang bungsu dipanggil pak UHeu,
17 Mamangan ini ada kalanya berbunyi "kemenakan beraja ke mamak. mamak beraia ke

130
Pemimpin goiongan dan kelompok geneologis yang berdasarkan stelsel
matrilineal itu ialah mamak menurut tingkatannya masing-masing. Pemimpin
sebuah rumah tangga 18 disebut tungganaL 19 Pemimpin kaum disebut mamak
kaum 20 Pemimpin suku ialah penghulu. 21
labatan penghulu bertingkat-tingkat seperti berikut :
1. Penghulu suku. yaitu penghulu yang menjadi pemimpin suku. la juga
disebut sebagai penghultt pucuk menurut kelarasan Koto Piliang atau
penghulu tuo (penghulu tua) menurut kelarasan Bodi Caniago. Pel1ghulu
pucuk atau penghuiu tua ialah penghulu dari empat suku pertama yang
datang membuka nagari tempat kediamannya, mereka merupakan pim­
pinan kolektif pada nagari itu. Mereka dinamakan penghulu andiko
(andika).22
Penghulu suku yang datang kemudian, meskipun statusnya penghulu
suku, tidak dapat menjadi andiko nagari. Penghulu tua mereka tetap
berada di negeri asalnya. 23
2. Penghulu payung. yaitu penghulu yang menjadi pemimpin warga suku yang
telah membelah diri, karena terjadi perkembangan pada jumlah warga
suku pertama. Penghulu belahan baru ini tidak berhak menjadi penghulu
tua yang menjadi anggota pimpinan nagari.
3. Penghulu indu/ 4 yaitu penghulu yang menjadi pemimpin warga suku dari
mereka yang telah membelah diri dari kaum sepayungnya.Pembelahan

penghulu. penghulu beraja ke mufakat. mufakat beraja ke alur dan patur" (lihat bab
"Falsafah Alam" bagian "Seiya Sekata"). Fungsi memangan ini sebagai .pedoman 'dalam
membicarakan "permufakatan". Sedangkan mamangan yang tertera pada bab ini berfungsi
hirarki kepemimpinan. yaitu pimpinan rertinggi setelah penghulu ialah yang mudak,
yakni yang balla (benar) atau kebenaran.
18 Pengertian rumah tangga di sini bukan berarti satu rumah. melainkan dapat berarti beberapa
deretan rumah dari satu kerabat orang-orang yang senenek. .
19 TIHiggalllll. mungkin berasal dari tul1ggak (tiang). ditambah kata-kata sisipan al. kemudian
kehilangan k dan digantikan oleh II, sebagai lazim dalam bahasa Minang. seperti denai dari
adell atau dell (aku) dan amai; uwai. biai dari amak. UWQ. bibi.
20 Mamak kaum ada kalanya berstatus penghulu, tergantung pada kondisi kaum atau apa yang
dinamakan kaum. yaitu kaum yang seindu atau sepayung. Lazim pula mamak kaum yang
berstatus penghulu itu disebut dengan penghulu kaum.
21 P"l1giIU/U berasal dari kata hulu dengan awalan pengo
22 Alldiko berasal dari bahasa Sanskerta Adhika yang artinya lebih urama.
23 Ada kalanya bila telah terjadi pembelahan suku pada suatu nagari. sehingga penghulu dan
kedua suku yang terbelah itu masing-masing mempunyai hak untuk menjadi pengganti
penghulu pucuk atau penghulu tua yang tidak berfungsi lagi, tetapi tidak didapat kesepakat­
an untuk mengallgkat "'salah seorang dari mereka. maka jabatan penghulu tertinggi itu
diletakkan atau dibekukan dahulu sampai terdapat kesepakatan nantinya. Pembekuan itu
bahkan bisa sampai saw abad.
24 Iudu ialah jlld~~ atau ibu. Maksudnya. turunan dari orang-orang yang !1eneknya seibu.

131
ini disebabkan alasan pembengkakan jumJah warga mereka, perselisihan
daJam perebutan geJar atau jabatan penghulu, atau karena memerlukan
seorang pemimpin bagi kaum mereka yang telah banyak dirantau atau di
pemukiman baru. Yang terakhir ini dapat juga dipakai sebagai alasan
mendirikan penghulu payung.
Semua penghulu 'suatu suku dari suatu nagari, yakni penghuJu pucuk,
penghulu tua penghulu payung, serta penghulu indu, secara bersama-sama
disebut penghulu satu tungku.

Gelar dan Gelar Penghulu


Mamangan mengatakan bahwa orang Minangkabau sebagai ketek baHamo,
gadang bagala (keeil bemama, besar bergelar). Artinya selagi kecil mereka diberi
nama dan setelah besar, yang umumnya setelah menikah, mereka memperoleh
gelarY hal itu hanya berlaku khusus ulituk laki-Iaki.
Setiap laki-Iaki yang menikah akan memperoleh gelar. Hal ini berarti nama
baginya menjadi tiada. Sehari-hari gelar itulah yang dipanggil kepadanya.
Memanggil nama kedl dapat diartikan sebagai penghinaan. Lebih-Iebih kalau
yang memanggil kera"bat pihak istri. GeJar itu merupakan warisan kerabat.
Umumnya gelar te.rdiri dari satu dua kata. Warga suku asal. seperti Sodi.
Caniago, Koto, Piliang, dan beberapa yang lain memakai nama-nama yang
bersumber dari bahasa Sansekerta yang disesuaikan dengan lafal Minangka­

25 Dalam masyarakat Minangkabau, posisi pribadi hanyalah sebagai salah satu unsur ma­
'syarakatnya, sehingga menjadi temama bukanlah menjadi tujuan seseorang. Yang mereka
carl ialah tuah yang maksudnya sarna dengan nama, wapi perwujudannya berbeda. Nama
menjadi pennng dalam masyarakat yang nonkomunal dan nonkolektif, Dalam masyarakat
Minangkabau satu nama tidak pemah diabadikan meskipun tuah atau jasanya luar biasa.
Oleh sebab itulah, ge1ar penghulu tidak pemah memakai angka untuk mengenalkan identi­
tasnya, seperti Datuk Maharaja Diraja Idan Datuk Maharaja Diraja II. Seorang penghulu bisa
saja luar biasa jasanya sehingga mengharumkari nama kaumnya. Akan tetapi, bila ia sudah
'meninggaI. maka penghormatan diberikan kepada yang menggantikannya. Oleh sebab
itulah, fungsi batu nisan hanyalah sebagai tanda pekuburan saja. Kubur 1m sewaktu-waktu
dapat digali lagi dan diisi dengan jenazah yang lain, Penghulu yang menjadi pemimpin
kaumnya juga dikuburkan di tempat yang sarna dengan warga kaumnya sendiri. Hanya pada
upacara penguburan saja diberikan perlakuan yang istimewa, Nama bagi masyarakat Mi­
nangkabau tidaklah penting. Oleh karena itu. nama Datuk Perpatih nan Saba tang selagi
kedl disebut si Balun dan Datuk. Ketumanggungan si Cadiak dan saudaranya seibu yang
kemudian bergelar Datuk Nan Sekelap Dunia disebut si Jatang, Pada umumnya anak
laki-Iaki dipanggil si Buyung atau si Bujang atau Ujang. sedangkan anak percmpuan si Gadih
(gadis) atau Upiah (upik). Kemudian karena pengaruh agama I,slam. nama seseorang menjadi
penting. Umpamanya, si Pono diberi nama oleh gurunya Burhanuddin yang kemudian
terkenal dengan geiarTuangku Ulakan. Sejak pengaruh Islam kU3t, nama-nama diambilnya
dari nama Arab atau dari kata-kata yang ditemukan dalam Alquran. sepcrti Muhammad.
Abdul Rahim. Syarifah, dan Siti Khadijah, Kemudian pada zaman koIonial Belanda. mereka
132
bau. Umpamanya, marajo dari maharaja, indo dati indera, mangkuto dati
mahkota, sinaro dari sunaria, batuah dari tuah, cumano dati laksamana,
sampono dari sampuma, dan tianso dari triwangsa. Suku yang tumbuh ke­
mudian, selain memakai kata yang berasal dari bahasa Sansekerta, juga mema­
kai bahasa Minangkabau asli, seperti : maiel1ggal1g, kadak dati kecik (kecil),
gunung, payung dan balimo (berlima). Bahkan kemudian ada gelar yang
bersumber dari bahasa Arab, seperti : kulipah dari khalifah, i~adaik dati ibadat,
kari dari qOri, dan katik dari khatib.
Pada umumnya gelar itu diawali dengan gelar kehormatan seperti sutan3 6
Sehingga menjadi Sutan Sinaro, Sutan Malenggang. atau Sutan Samik. Vatiasi
lain dari gelar awal itu menunjukkan fungsinya dalam masyarakat kebudayaan
Minangkabau, terutama fungsi keagamaan, seperti, kari, katik. tuanku, malin,
dan imam. sehingga menjadi Kari Mudo, Katik Batuah, Tuanku Mancayo,
Malin Gadang, dan Imam Marajo.
Variasi lain dari gelar awal itu bisa pula dengan memakai gelar pusaka itu
pada awalnya, sehingga menjadi Rajo Bagindo, Malenggang Sutan, dan seba­
gainya.
Sedangkan di rantau pesisir seperti Pariaman dan sekitamya lazim'dipakai
gelar sutan, bagindo. dan sidi pada awal namanya, seperti Sutan Muhammad
Nur bagi orang yang bemama Muhammad Nur, Bagindo Sulaiman bagi yang
bernama Sulaiman, dan Sidi Tando bagi yang bemama Tando. Gelar ini
merupakan warisan dari ayahnya. Kalau ayahnya bergelar sutan, maka anak·
nya bergelar sutan. Demikian pula dengan gelar bagindo dan sidiY Sedang di
wilayah Padang dan sekitamya lazim dipakai gelar sutan dan marah sebagai

memakai nama-nama Belanda, seperti: Johan. Ema. Yuliana, Andrias. Marten, bahkan
Abraham sebagai perubahan dari Ibrahim. Nama Romawi pun tidak ketinggalan, seperti
Yulius dan Octavianus. Bahkan nama Rusia seperti Lenin mendapat pasaran. Kini nama
orang Minangkabau baik nama, laki-Iaki maupun nama perempuan, menjadi aneh-aneh,
yaitu nama yang tidak lazim digunakan bangsa apa pun juga. Yang berorientasi pada
peristiwa seiarah, seperti Muhammad Renville. Nama gabungan, seperti Suhatman dari
Sukarno. Hatta, dan Sudirman, Perty Jaya yang bemal dari PRRl Jaya, dan Primanda dari
prima ananda. Mengapa nama menjadi tidak pentingdan tidak diabadikan sebagai kenanga~
sejarah, hal ini mungkin karena ajaran falsafahnya yang memandang setiap orang sarna
dengan yang lain. Ana]oginya, jika seseorang dikekalkan namanya dalam sejarah hal itu akan
berarti dapat mengecilkan kehadiran orang lain atau tidak memberikan kedudukan yang
sarna dengan yang lain.
26 Sutan berasal dari bahasa Sanskerta su dan rail. Su artinya baik. TaH berasal dari tuaH yang
berubah pengucapannya, di Melaka berubah bunyi menjadi tull.TuaH berasal dari to dan waH,
yang artinya orang dan mulia.
27 Gelar sutan, bagindo, dan sidi merupakan gelar sebagai identitas turunan ayah. Suran
menandakan asal~usul ayahnya orang Luhak nan Tiga. Bagimo menandakan asal-usul
ayahnya dan bangsawan Kerajaan Pagaruyung. Sedangkan sidi menandakan asal-usulnya
dari prajurit Aceh yang dinamakan sahid. Pariaman lama dikuasai Aceh sebelum dikuasai
Belanda.
133
warisan dati ayah. Pemakaiannya di depan nama, sehingga menjadi Sutan
Sulaiman jika namanya Sulaiman. Marah Rizal kalau namanya RizaJ.28
Bagi orang Luhak Agam, gelar sutan merupakan gelar orang muda. Ukuran
tua dan muda dalam hal ini ditentukan dengan kelahiran cueu. Orang yang
belum punya eucu dipandang sebagai masih muda, tetapi kalau sudah punya
cucu dipandal)g s~dah tua.Sebagai orangtua, maka gelar sutan tidak dipakai­
nya lagi, dan diganti dengan gelar angku (engku). Kalau seseorang pada
mulanya bergelar Sutan Bandaro, ketika telah tua bergelar Angku Bandaro.
Ada kalanya perubahan gelar itu secara keseluruhan, umpamanya gelar semula
Sutan Pangeran berubah menjadiAngku Malano Basa.
Dalam pergaulan sehari-hari, panggilan gelar itu tergantung pada orang
yang memanggilnya. Umpamanya. terhadap orang yang bergelar Sutan Rajo
Ameh. orang yang lebih tua dari padanya akan merrtanggil dengan Sutan saja.
Kalau orang yang seusia, akan memanggilnya Rajo Ameh. Dalam suasana yang
formal. gelar itu disebutkan secara lengkap.
Apabila setiap warga masyarakat diberi gelar setelah ia menjadi gadal1g. maka
penghulu yang menjadi oral1g gadal1g basa batuah (mahabesar bertuah) pun
diberi gelar panggilan datuk. 29 Gelar itu dipakai pada awal gelar warisannya.
Macam gelar warisan tergantung pada status kepenghuluannya. Kalau status­
nya penghulu andiko. gelar warisannya memakai nama tunggaJ. Kalau penghu­
Iu belahan. akan dipakai gelar warisan ganda dengan tambahan kata sifat yang
lazim dipakai sehari-hari. Kalau terjadi lagi pembelahan. maka gelar itu diberi
kata sisipan l1al1. Keterangannya sebagai berikut.
1. Datuk Marajo (atau nama tunggallainnya. seperri sinaro,indomo.malano,
sati. tumanggung. parpatih. dan pamuncak) merupakan gelar penghulu
andiko dllri suku yang mula-mula membangun nagari tempat kedi­
amannya.
2. Datuk Marajo Basa (dengan kat a sifat tambahan lainnya, seperti kaciak.
gadang. kuning. dan hitam)merupakan gelar penghulu dari suku Datuk
Maraj() yang telah dibelah. Gelar demikian dapat juga merupakan gelar
penghulu andiko pada suatu nagari yang tumbuh kemudian. apabila suku

28 Gelar sutan dan marah merupakan gelar warisan dan ayah karena pcrsilangan dan perkawin­
an bangsa)¥an Padang. Laki-Iaki bangsawan Padangyangbergelar sutan menikah dengan purl
(putri) bangsawan Padang, anak laki-lakinya akan bergelar sutan dan anak perempuannya
akan bergelar puti. Kalau laki-laki bangsawan itu menikah dengan perempuan biasa. anak~
nya memperoleh gelar bangsawan pula. Sutan dan puti. Laki-Iaki tidak bangsawan menikah
dengan pun. anaknY3 akan memperoleh gelar marah. Marah yang menikah dengan per­
empuan biasa atau .dengan puti. anaknya tetap mendapat gelar marah. Marall berasal dan
/ffeurah. bahasa Aceh, yang arrinya raja kedl. Sebagaimana panaman, Padang juga merupa­
kan basi~ kekuasaan A~h di pantai bant Minangkabau.
29' Datuk berassl dan hahasa Sanskerta dan da atau ra dan to. Da arrinya yang mulia, to arrinya
orang. ladi. dato arrinya orang yang mulia.
134
~ ""0
9 "='
~. ~
;; t"
C)
0 ~ b
.. ~ s::
'" r .
0
~
~

~ ~
m
9
~I
I
:>::
~ g
4
~ i
,....
~ s::
:J:
E -, ~
S; >
:>::
S'" ~

(lIVlVO HVNYI }!YHnl WY0Vi1) lOYl nVfNIllS-DNYl1ld OlO}!


.. '
NAGAR! TERTUA. PARIANGAN
9NYNIW SYH)llIRDI31ISlIY 'DNVaVD HVWmI
US.TANO PAGARUYUNG DI PADANG SIMINYAK, BATUSANGKAR
nVHV')l9NVNIWI0 '1530 HVIllElS
MASIIO 01 NAGAR! GURUN, KABUPATEN BATUSANGKAR SURAU DI DESA BATIPUH, DENGAN ARSITEKTUR GAYA KOTO PlllANG
O~VINVJ laOB VAV~ lln.D!311511V NV~N30 'wnV)l VWIl V53a 10 aIfSVW
UKIRAN DINDING I

DAR! ATAS KE BAWAH:


AKA CINO SACACANC (AKAR CINA SEGAGANG) AKA ClNO TANCAH DUO CACANC (AKAR
CINA SATU SETEN.GAH GAGANG) LUMUlK ANYlIIK (LUMLIT HANYlIT) - AKA BARA rUN (AKAR
BERAYUN). .
XXXIX
UKlRAN D1NDING /I

DARI ATAS KE BAWAH:

AKA CINO DUOGAGANG(AKAR CINA DUA GAGANG) - TANGGUAK LAMAH(TANGGUK lEMAH)

- 51 KAMBANG MANIH (SI KEMBANG MANIS) JAREK TAKAMBANG (JERAT TERKEMBANG).

XL
UKIRAN D1NDlNG III

DARI ATAS KE BAWAH:

RAJO TIGO SElO (RAJA TIGA SILA) - Sf KAMBANG MANlH (51 KEMBANG MANIS) - SIKUKAlAIA·

WA BAGAYUlK (SIKU·SIKU KElELAWAR BERGAYUT) - JAREK TAKAMBANG (JERATTERKEM·

BANG). ...

XLI
UKIRAN B1NGKAI LEBAR

DARI ATAS KE"BAWAH: .

SALOMPEK (SELOMPAT) - SIRIAH GADANG (SIRIH GADANG) SIKU·SIKU BADAUN (SIKU·SIKU

BERDAUN) - PUCUAKRABUANG SALOMPEKGUNUANG(PUCUK REBUNG SElOMPAT GUNUNG).

XLII
UKlRAN BJOANG

OARl ATAS KE BAWAH:


51 KUMBANG JANTI(SI KUMBANG lATI) - KUCIANG LALOK(KUClNG TlOUR) - KAMBANG PAPO
(KEMBANG PAPA) AKA BADUYUN(AKAR BEROUYUNG) - 51 TAMPUAK MANGGIH(SI TAMPUK
MANGGlS) AKA BA'SAUA (AKAR BERSAUR).
XLIII
t;;
\5
c2
""
=
::I
~
.. ' "?
g
\!).
~
~
~
t;;
~

~
t;;
«
....""=
I
~
...~~~
C)
Z
;;
C)g!
~ ~C)
S2
::I ~~
",=
-::e
· .'
-.Ii<

RUMAH BATING,KOK (BERTINGKAP) YANG PERNAH ADA DI BASO PADA ABAO YANG LALU.

.BALIURANG (BALAI ADAT) OARI KELARASAN KOTO PILIANG YANG TERDAPAT 01 BATIPUH,
. BEBERAPA KILOMETER DAR! PADANG PANJANG•.

f<'~ :'.' .
xxX;
.('c :.
~
~
0
to
0
52
n
:»­
z
.. '
:;;:
Cl
0
""0
m$;i
~~
>~
3::::-;
Om
:;;l~
.. '
~l
Q
~
s: c
~ ::5
n ~
~ ""
Z
Cl
~
n
c
n
c
~
UKIRAN BINGKAI KECIL
.

. I

I~I
~
I~
~
DARI ATAS KE BAWAH,

SIPATUANG TABANG(CAPUNG TERBANG) BADA MUDIAK(IKAN TERI MUDIK) CANCADU

BARARAK(CENCADU BERARAK) - lTIAK PULANG PATANG{lTIK PULANG SORE) - WNIK(WA]IK)

CANDADU MENYASOK BUNGO{CENCANDU MENGHISAP BUNGA) SIKU·SIKU BABUNCO


(SIKU·SIKU BERBUNGA)
XLVI
· .'
RAGAM H1AS KA1N BALAPAK I

KETERANGAN GAMBAR DARI ATAS KE BAWAH:


I). PUCUK REBUNG BERJARI
2). AKAR CINA BERKELUK
3). SISIK BATANG PINANG
of}. KELUK BERlINGKAR

XLVIII
RAGAM HIAS KAIN BALAPAK II

KETERANGAN GAMBAR DARI ATAS KE BAWAH:

I). BUGIS BATAL!

2). KELUK BERBUNGA

3). ITIK PULANG P'TANG

4). BUNGA SITABA '.

XLIX
RAGAM HIAS KAIN BALAPAK III

DARI ATAS KE BAWAH: ;


SIPATUANG TABANG (CAPUNG TERBANG) - BADA MUDlAK (IKAN TERI MUDlK) - CANCA­
DU BARARAK(CENCADU BERARAK) - ITIAK PULANG PATANG(ITIK PULANG SORE) - WAJ1K
<WAnK) CANCADU MENYASOK BUNGO (CENCANDU MENGHISAP BUNGAi - SIKU-SIKU
BABUNGO (SIKU-SIKU BERBUNGA).

" 1 Il1t;Jn ".?; i )Ull)" j lllL lunga, " Jl8gari "<lhy/a. Apabila
pcmbclahan itu karena terjadi persengketaan dalam berebutan jabatan
penghulu oleh para ahli wans yang berhak, maka gelar penghuiu yang baru
memakai urutan kata yang terbalik. Umpamailya Datuk Marajo''Basa
dibaJik menjadi Datuk Basa Marajo. ,
Lazim pula bahwa Datuk Marajo Basa yang telah merijadl penghuhJ
andiko di nagannya yang baru, yang hendak memutus nl.lbungan dtngan
nagari asal, karena ingin menjadi penghulu yang setaraf dengan yang di
nagari asa!. lalu memakai gelar tunggal pula. Untuk membedakan:dengan
penghulu dari nagari asal, ia lalu memakai kata akhir darlgelaryang
semestinya, sehingga jadilah gelarnya yang barn Datuk Basa, atau kata
sifat lainnya, seperti gamuk. putih, kulabu. . "
3. Datuk Marajo nan Basa merupakan gelar penghulu suku dari Datuk Maraja
yang telah membelah dirinya untuk kedua kalinya. Digunakan penghulu
yang masih menetap di nagari asal atau yang telah bermukim di nagari
lain.
4. Datuk Marajo Basa nan KrAning merupakan gelar penghulu dan suku Datuk
Marajo Basa yang telah membelah dirinya pula.
Gelar datuk bukan monopoli orang yang berjabatan penghulu saja.Gelar itu
dapar juga dipakai orang yang dihormati karena jabatannya, seperti orang yang
menjadi pembantu utama seorang pengrlUlu,yang kemudian akan menjadi
penggantinya. Lazimnya ia disebut panungkek (penongkat). Gelar yang dipakai~
nya menggunakan dua kata, dimulai dengan kata tugasnya: seperti:' Datuk
T ungkek Ameh, Datuk Payung Hitam, dan Datuk Mangkuto lntan.
Orang~orang yang berjabatan tinggi, seperti kepala negeri, asisten demang,
atau demang pada masa Belanda, ada kalanya diberi juga gdar datuk sebagai
gelar kehormatan. Gelar ini tidak dapat diwariskan. Gelar itu umum,nya
memakai dua kata, seperti kata benda dan kata sifat yang mulia yang bersifat
umum dalam bahasa Minangkabau. Umpamanya, Datuk Gunung Kayo, Datuk
Alam, dan Daruk Gampo Alam. 30 .
~~,

30 Gelar kchormatan yang dipakai penongkat atau orang yang dihormati karena ;abatannya
tidak sarna. Ada nagan yang mcmakai gdar itu sebagai gelar penghulu yang sah dan
sebaliknya. Secara teon. hal itu hanya dapat rnenimbulkan bcrbagai dugaan saja. Misalnya,
omng yang menyandang gelar kchormatan itu, dengan suatu cara, dapat mengusahakan ~gar
in dapat dijadikan penghulu yang sah. Kemungkinan lain, gclar penghulu di suatu nagan
dijadikan gdar kehormatan pada nagan lain sebagai usaha mcngecilkart arti nagan yang
semula memakainya. Namun, bisa pula tanpa maksud apa-apa, sclain 'untuk mengambil
keindahan atau kegagahannya saja. terutama olch orang yang berkedudukan tinggi yang
ingin memakai gelar yang disukainya. Gdar kehormatan ini kcmudian diturunkan juga ke
kemenakan, sj:hingga muncullah gelar datuk yang bukan penghulu. '
135
Yang Berhak Menjadi Penghulu ..
Menurut mamangan, jabatan penghulu ialah jabatan yang diwariskan dan
n/niak ,ka mamak, dan mamak ka kamanakalf (dari ninik ke mamak, dari mamak
Ke"kemenakan),31 sesuai dengan hukum stelsel matrilineal. Kemenakan seo~
. rang penghuiu, secara sosiologis, ialah semua orang yang menjadi warga
sukunya pada nagari kediamannya. Namun tidak semua laki~laki warga suku
itu berhak dicalonkan sebagai penghuiu. Yang berhak dicalonkan menjadi
pengganti penghulu ialah kemenakan di bawah dagu. yakni kemenakan yang
mempunyai pertalian darah.
Ada empat jenis kemenakan dalam struktur kebudayaan Minangkabau.
yakni seperti berikut:
1. Kamalfakan di bawan daguak (kemenakan di bawah dagu). Maksudnya.
kemenakan yang ada hubungan darah, baik yang dekat maupun yang
jauh. Menurut mamangan, jaraknya dikatakan dengan naif sajalfgka. Ifalf
saeto. dan nan sadapo (yangisejengkal, yang sehasta, dan yang sedepa).
2. Kamanakalf di bawan dado (kemenakan di bawah dada). Maksudnva, ke~
menakan yang ada hubungan karena sukunya sarna, tetapi penghulunya
lain.
3. Kamalfakalf di bawah pusek (kemenakan di bawah pusat). Maksudnya,
kemenakan yang hubungannya karena sukunya sarna, tapi berbeda nagari
asalnya.
4. Kamanakalf di bawan lutuik (kemenakan di bawah lutut). Maksudnya, orang
lain yang berbeda suku dan berbeda nagari, tetapi minta perlindungan di
tempatnya.

Nasan Mendirikan Penghulu Baru


Dalam perbendaharaan bahasa Minangkabau ada ungkapan = Batagak
gadalfg atau batagak pengnulu (mendirikan kebesaran atau mendirikan penghu­
Iu). Pemakaian kata menobatkan atau melantik, tidak ada karena penghulu
bukanlah raja dan juga bukanlah pejabat kepala pemerint"ah.
Alasan~alasan mendirikan penghulu baru ialah sebagai berikut:
1. Mati battmgkek budi (mati bertongkat budi). Yang dimaksud dengan mati
bertongkat budi ialah mendirikan penghulu baru karena yang lama me­
ninggal dunia. Penggantiannya dilakukan dipekuburan sebelum jenazah
dikebumikan. Upacara mendirikan penghulu demikian tidak lagi me­
merlukan perjamuan adat. Alasannya karena pada waktu upacara itu
semua pihak yang dipandang sebagai wakil kaum dan masyarakat urn um­
nya telah hadir, sehingga sebagian tujuan perjamuan pada hari pelantikan

31 Mengapa warisan jamh kepada kemenakan Iihat lebih lanjut bab "Harta dan Pusaka".

136
BAGAN GARIS PEWARISAN· PENGHULU

menurut

STELSEL MATRILINEAL

Pewarisan panghulu "gadang manurut sistem kal.arasan


Caniago.

-.---­
3J.. Pewarisan pangh~.lu "patah tumbuh hilang barganti" manurut slstem
.
~ kelarasan Koto Plhang.

. 137
formal sudah dilakukan. Di samping itu. upacara penggantian penghulll
papa saat itu merupakan peristiwa yang luar biasa karena penstiwa itu
melukiskan kekompakan kaum dan penghulu itu. larang terjadi proses
penggantian penghulu demikian cepat selesail1ya. Oleh karena itu. hal itu
patut dihonnati.
Hiduill bakareiaan (hidup berkerelaan). Yang dimaksud dengan hidup
berkel'elaan ialah mendinkan penghulu baru karena yang lama mengun­
durkan diri secara sukarela tersebab usia atau lainnya.
3. Mambangkik batang tarandam (membangkitkan batang terendam). Yang
dimaksud,dengan membangkitkan batang terendam ialah mendinkan
penghulu. baru setelah bertahun-tahun tidak dapat dilaksanakan karena
belum tersedia biaya yang cukup untuk mengadakan perjamuan yang
layak. ..
4. Maigambangkan nan talipek (mengembangkan yang terlipat). Yang dimak­
sud dengan mengembangkan yang terlipat ialah mendirikan penghulu
baruyang 'tidak dapat dilaksanakan pada waktunya atau tertangguh
beberapa. masa karena belum didapat kesepakatan semua warga terhadap
calon pengganti.
5. M(lI1u~/mkan nan, targat1tJfI1gan (menurunkan yang tergantung). Yang di­
maksud dengan menurunkan yang tergantung ialah mendirikan penghull1
baru setelah Imna tertangguh karena calon belum cukup umur atau
brena persiapan belum dapat disempurnakan sebagaimana mestinya.
6. Baju saa/ai dibagi duo (baju sehelai dibagi dua). Yang dimaksl1d dengan baju
sehelai dibagi dua ialah mendinkan penghulu baru karcna pembelahan
suku akibat warganya telah sangat bcrkembang. sehingga diperlukan
seorang penghulu lain di samping penghulu yang telah ada.
7. Mangguntiang sibil bajl~ (Menggunting belahan baju), Yang dimaksud de­
ngan menggunting belahan baju ialah mendirikan penghulll bani karena
terjadi persengketaan yang tidak dapat didamaikan antara dua atau
beberapa kaum lainnya dalam l11enetapkan calon yang berhak sebagai
pengganti penghulu lama yang tidak berfungsi lagi. Dalam pembelahan
ini, suatu suku dibelah menjadi dua atau bcberapa bum. yang masing­
masing ingin mempunyai penghulu sendiri.
8. Gadaflg manyimt1llng (besar menyimpang). Yang dinHlksud'dengan bcsar
menyimpangialah mendirikan penghllill bam oleh suatu kaum yang
memisahkan din dari pimpinan penghulll yang telah ada.

Kewajiban Penghulu
Penghulu adalah andiko dan kallmnya atau raja dari kemcnakannya. yang
berfungsi sebagai kepala pemerintah dan menjadi pemimpin. menjadi hakim
dan pendamai di dalam kaumnya. la juga menjadi jaksa dnn pembela dalam
138
perkara yang dihadapi kaumnya terhadap orang luar. Dalam mengurus ke­
pentingan kesejahteraan dan keselamatan kemenakannya, ia bertindak seba­
gai penggembala yang bersifat mobil, yang tiada bermarkas atau tempat ke:­
dudukan. Dalam menghadap orang luar, ia hanya dapat dihubungi di
rumah tempat tinggal
sama dengan orang sumando lainnya.
penghulu dikatakan 1l1empunyai "utang",
tanggung Jawab dan kewajiban yang harus diingatnya sepanjang waktu.
mengatakan bahwa penghulu ibarat: Kayu gadaHg di tangah padaHg.
basdo. dal1ilftHyo tt!M1}Jck bagal1fUaffg, diHIJ1HYO tampek baliHduaHg.
tlIliI}Jck basanda (kayu besar di teng~hpadang. uratnya tempat bersila,
dahannya tcmpat bergamung, daunnya tempat berlindung, batangnya tempat
bersandar). Maksudnya. sebagai seorang pemimpin. penghulu harus memeli­
hara keselamatan dan kesejahteraan warganya scsuai dengan hukum serta
kelaziman. '
Utang Penghulu itu diselesaikan warganya. seperti yang diungkapkan ma­
mangan lain: (MiHnall (pt'l1gJwlll) £Ii pinti1 ~ltang, Iwmanakan di pintu baia (M~mak.
(penghulu) di pintu utang,kemenakan di.pintu bayar). Maksudnya, utahg:yapg
menjadi tanggung jawab dan kewajiban penghulu harus dibayar ol~hkemena~
kannya pula. yaitu dengan menjaga nama baik penghulu mereka'. 'misalnya
dengan mematuhi perintahnya atau tidak sampai membiark'an perintahnya
tidak dipatuhi orang. " "
Ada empat jenis utang penghulu yang harus diingatnya selalu. yaknlseper'ti
berikut: ", :
1 Alur dan paulik (alur dap patut). Yang dimaksud dengan <ilur ialahgans
kebijaksanaan menurut ·hukum. Yill1g dimaksuddengan paiut ialali·h·sa
kcpantasan suatu hukum untuk dilaksanakan pada situasi dap kondisinya.
yang tepat.
2 yang pasa). Yang dimaksud dengan jalan yang pasa
berdasarkan konvensi atau janji yang mengikat.
3 maksud dengan
pusako'ialah warisan

4 Yang dimaksud dengan ~nak 'ke­


kampung.

Martabat Penghulu .
Penghulu mempunyai martabat. yakni kehormatan jabatannya. Dalam ma­
mangan dikatakan bahwa penghulu itu tumbuah dek ditanam, tiJ1gg(dekdial1juaHg,
gddalJg dek c/iambalt (tumbuh karena ditanam, tinggikarena dianjung, besar
karenadilaHlbul~). Artinya, seorang penghulu lahir karena dilahirkan kaumny.a,
. ..,'
139
tinggi karena didu.kung kaumnya, dan besar karena dipupuk k~umnya. Marta­
bat itu bisa berarti timbal balik. Bagai penghulu, agar ia melaksanakan tugas­
nya dengan benar dan bagi pihak kemenakan agar mereka menjaga nama dan
hhormatan penghulu mereka.
Setiap penghulu berhak menghadiri kerapatal1 nagari, tetapi tidak wajih.
Kalau salah seorang penghulu tidak hadir tanpa diketahui sebabnya, kerapat­
all'nagari tidak dapat dilangsungkan. Demikian pula dalam mengambil kepu­
tusart; jika masih ada penghulu yang tidak menyetujui, kerapatan nagari itu
tidakdapat mengesahkannya. Seorang penghulu yang tidak menghadiri suatu
kerapatan sarna artinya dengan tidak menyetujui maksud kerapatan itu diada­
kan.Akan tetapi, kalau ketidak hadirannya karena sa kit atau sedang di rantau,
kerapatan dapat dilaksanakan dan mengambil keputusan. Meskipun mempu­
nyai penongkat, keanggotaan penghulu dalam kerapatan itu tidak dapar
·diwakilkarf padapenongkatnya.
Para penghuluyang menghadiri kerapatan dalam balairung duduknya bersi­
la di lantai. Balairung kelarasan Koto Piliang mempunyai lantai yang
bertingkat-tingkat. Tingkatan yang tertinggi merupakan tempat penghulu
pucuk. Sedangkan balairung Bodi Caniago lantainya rata dan kedudukan
pengh~luti.lo ialah pada kedua bagian ujung balairung. Andai kata kerapatan
dihadiri penghulu dari kedua kelarasan, maka sikap yang diambil disesuaikan
dengan inamangan habih adaik bakare1aal1(habis adat karena kere1aan). Artinya,
jika raja sarna raja. adat yang mana hendak dipakai tidaklah menjadi soal.
r," :

Pantanga,p Penghulu
5jebagai warga masyarakat. apa yang tidak boleh dilakukan orang umum,
juga tidak boleh dilakukan penghulu. Bahkan timbangan kesalahan penghulu
akan inenjadi lebih berat jika dibandingkan dengan kesalahan yang sarna kalau
dilakukanorang biasa. Di atas segalanya penghulu juga mempunyai pantang­
an. Dal~in mamangan pantangan itu diungkapkan sebagai berikut: Mamerah­
kal1 muke, mahariak mahal1tam tal1ah, mal1yil1sial1gkal1 ial1gal1 baju, balari-Iari,
mamanjek-mal1jek. mal1jul1jual1g jo kapalo (memerahkan muka. menghardik
ni~ilghantam tanah. menyingsingkan lengan baju, berlari-Iari, menjunjung
del;lgan kepala). Penjelasannya dapat ditafsirkan dengan cara bertolak dari
pe'ngernan harfiahnya, lalu mencari sebab-musabab mengapa seorang penghu­
Iu melakukan yang diungkapkan mamangan itu. Penjelasannya dapat ditafsir­
kan sebagai berikut:
1 . Memerahkal1 muka ialah sikap yang emosional yang tidak mampu mengen­
dalikan perasaan.
2 Mel1ghardik mel1ghal1tam tal1ah ialah sikap pemarah dan pemaki atau peng­
gertak.
3 Mel1yil1gsil1g lel1gal1 baju, ialah melakukan pekerjaan kasar seolah-olah tidak
140
mempunyai sumber hidup dan tidak ada orang yang mau membantunya,
padahal ia mempunyai sawah kagadaftgaft dan anak buahi yait4 warga
kaumnya, yang menggarap sawah itu. ;',' .
4 Ber/an-Ian ialah sikap orang yang seialu terburu-buru, sepertipe'il~emas
atau tidak tabah dan penakut. :i
5 Memanjat-malljat ialah sikap orang yang suka memanjat-m~njat· seperti
tingkah-laku anak-anak atau kekanak-kanakan. .'
6 MelljUftjuHg deftgaft kepala ialah meletakkan beban dikepala, seolah meng­
gambarkan tugas kepalanya untuk meietakkan benda, bukarl urituk ber­
pikir. . .,
Sebagai manusia biasa, seseorang yang menjabat penghulu tentulah merri~
punyai kelemahan-kelemahan yang bersumber dari ringkah laku dan watak
pribadinya. Oleh karena itu, ajaran memberikan ungkapan-ungkapan yang
berwarna negatif, sebagai bahan peringatan bagi setiap penghulu, agar ia
menghindar dari kelemahan-kelemahan yang merugikan kaumnya dan dirinya
sendiri. Ungkapan-ungkapan itu lebih merupakan suatu pertilaian warga ma­
syarakat terhadap tingkah-laku penghulu. Yang populer dikemukakan antara
lain empat macam penghulu dengan enam perangainya.
Yang dikatakan empat macam penghulu ialah seperti berikut.
1 PeHghulu, yaitu penghulu yang sebenarnya penghulu at,au bolehjuga
dikatakan. penghulu yang sempurna memegang ajarandan memenuhi
harapan kaumnya.
2 Pallgaiuah (pengeluh) yaitu penghulu yang senantiasa suka mengeiuh,
sebagai gambaran ketidakmampuannya menyelesaikan atau mengatasi
kesulitan yang dihadapinya, baik kesulitan kaumnya maupun kesulitan
dirinya.
3 Pallgaiall (pengalah), yaitu penghulu yang hanya maumenang sendiri,
tidak mau mengalah atau mundur dan hanya mau mengalahkan .pikiran
dan pendapat orang lain.
4 PaHgelah (penghelah), yaitu penghulu yang senantiasa membuat helah
atau mengelakkan kewajiban yang sesungguhnya harus dikerjakannya.

Yang dikatakan enam perangai penghulu ialah seperti berikut.


1 Penghulu Haft di tanjuang (penghulu yang di tanjung). yaitu penghulu yang
diibaratkan sebagai orang yang tinggal di tanjung, yang dapat berenang di
air sebeiah kanan atau kiri. Situasi itu menyebabkan dia mudah mempu­
nyai alasan atau dalih, bila orang tidak dapat menemuinya. Hal itu
mengiaskan sikap penghulu yang suka mengelakkan tanggung jawabnya.
2 PeHghuhl ayam gadang (penghulu ayam jago), yaitu penghulu yang diibarat­
kan bertingkah seperti ayam jago yang berkokok merdu. Hal ini mengias­
kan sikap penghulu yang pandai omong tapi tidak mampu bekerja.
141
3 Penghwlu balan battHlHg (penghulll belah bambu), yaitll' penghulu yang
sikapnya ibarat orang membelah bambu. yang sebelah ditekan dan yang
sebelah ditarik. Hal itu mengiaskan sikap penghulu yang tidak adil.
4 PeHghu/1l katuak-katwak (penghulu ketuk-ketuk), yaitu penghulu yang si­
kapnya seperti tong yang berbunyi bila diketok. Hal itu mengiaskan
penghulu yang tidak mempunyai inisiatif.
5 Penghulu tupai tilo (penghulu tupai tua), yaitu penghulu yang sikapnya
seperti tupai yang telah tua. Hal itu mengiaskan penghulu yang tidak mau
berusaha karena takut salah. seperti orang yang tidak percaya
sendiri.
6 Penghulu bu~uak hariang (penghulu busuk haring). yaitu penghulu yang
sikapnya seperti orang yang bau kencing. Hal itu mengiaskan penghulu
yang bertingkah laku seperti orang yang membawa keresahan ke mana­
m.ana.

Lamhang Pakaian Penghulu


~" Pakaian penghulu mengandung arti simbolik. baik warna. model. maupun

cara memakainya. Pada dasarnya pakaian penghulu serba hitam. mulai dari

destar. baju sampai eelana. Warna hitam melambangkan ketahanan. keuletan.

dan ketidaktereelaan. Sedangkan pengertian model pakaiannya l l sebagai ber­

ikut.

1 Deta salwak (destar sal uk). Lipatan kerut-mcrut destar saluk meneermin­

kan akal yang berlipat-Iipat, tidak mudah ditafsirkon dan mampu me­
nyimpan rahasia. Destar dipasang lurtls di kepala melambangkan pertim­
bangannya yang adil. Kedudukannya yang longgar melamb::mgkan pikir­
an yang lapang, tetapi tidak tergoyahkan.
2 Baju taJipa sllku, beriargan il~pang dengan 11anitmg sedikit di balVah siku. Baju
tidak bersaku melambangkan penghulu tidak mengantungi apa pun bagi
dirinya sendiri. Lengan longgar dan tergantung sedikit di bawah siku
melambangkan sifatnya yang ringan tangan dalam membantu kesukaran
orang lain.
3 Celana Ionggar sma lallang, melambangkan kemampuan membuat

jaksanaan yang tetap dan dengan gerakan yang ringan. santai.

4 Sisampiang (samping). Kain yang pinggang ke bagian atas

32 Model pakai~m Minangkabau lazim juga disebut: sarawaaceH, bajll glmriaflg dna. dew jao.
Maksudnya bercelana model Aceh. baju model Cina. dan destar berbatik Jawa. Beberapa
bj.lku tambo'mempunyai perbedaan atau variasi dalam membicarakan makna pakaian dan
alat p,!!l~ngkapan penghulu itu.
142
lutut melambangkan kehati~hatian dan kewaspadaan dalal;l1 menjaga diri
dari kesalahan atau kekhUafan. .
Cewek (cawat). yaitu ikat pinggang yang melambangkan kekukuhan'ikatan
atau pegangan dalam menyatukan warga kaunl. baik yang di dalam.
maupun yang di luar kampung. '.
Salempang (selempang) yang digantungkan di bahu melambangkan ke­
mampuan memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya/,
Kank (keris) yang disisipkan di: pinggang dengan hulunya.yang tidak
terpatri, dan diarahkan ke sebelah kiri, melambangkan bah*a peng­
mempunyai senjata, tetapi bukan untuk memhunuh.
...\
8 Tungket (tongkat) dari kayu yang lurus. Melambangkan bah:wa penghulu
dapat menopang dirinya sendiri tanpa membebani kaumnya; . "

Pembantu Penghulu .
Sebagai orang gadang atau besar, penghulu dilengkapi dengansepeningkat
staf yang akan membantunya dalam bertugas. Namun,. tidak ·berarti bahwa
semua penghulu yang memperoleh perangkat yang lengkap. Yang mempunyai
perangkat lengkap hanyalah penghulu andiko. yaitu semua.penghulupucuk
atau penghulu tua. Sedangkan penghulu lainnya memperoleh seorang paHung­
kek atau penongkat.
Perangkat penghulu itu ialah sebagai berikut.
1 Panungkek (penongkat), yaitu pembantu utama penghulu.la dapat mewa­
penghulu ..bila penghulu berhalangan. Namun, dalam kerapatan.naga:­
ri, ia hanya boleh mewakUi selaku pendengar. Danboleh menyampaikan
pendapatnya bila diminta oleh anggota kerapatan. Ada kalanya ia menjadi
calon utama pengganti penghulu. Oleh.karena itu. ia berhak menyandang
gelar datuk. Penghulu dengan penongkatnya merupakan satu kesatuan
pimpinan.
2 Malin (malim), ialah guru dan orang alim dalam hal agama, yang mengatur
serta mengurus masalah keagamaan dan ibadah.
3 Manti (mantri), yaitu pembantu penghulu di bidang tatalaksana pemerin­
tahan nagari.
4 Dubalang (hulubalang). yaitu petugas penjaga keamanan nagari.
Penghulu dengan ketiga perangkatnya disebut sebagai urang ampek
(orang empat jenis).33 Mamangan melukiskan keempat fungsional itu seperti
berikut.

33 Setelah Minangkabau ditaklukan Belanda, jabatan manti dan dubalang dihapus, sesuai
dengan strukt~r pemerintahan desa yang dibangun masa itu. Sedangkat:\'peranan malim
143
Penghulu 'taguah di ddaik

Malin taguah di agama

. Mantitaguah di buek

Dubalang taguah di nagari.

Penghulu setia pada adat

Mualim setia pada agama

Mantri setia pada tugas

Hulubalang setia pada nagari

Penghulu dengan perangkatnya memperoleh penghasilan dari sawah kaga­


dangan. yaitu sawah yang dikerjakan warga kaum dan hasilnya diserahkan ke
penghulu sepenuhnya. Di samping itu. penghulu mengutip berbagai bea dari
hasil hutan ulayat.

Pemilihan Calon Penghulu


Jabatan penghulu merupakan warisan turun-temurun. Dari niniak turun ka
mamak. dan' mamak turun ka kamanakan (dari ninik turun ke mamak. dari mamak
turun ke kemenakan). Kemenakan yang berhak menerima warisan itu ialah
kemenakan di bawah dagu. yakni kemenakan yang mempunyai pertalian darah.
Namun. ada dua pendapat dalam hal pewarisan itu sesuai dengan aliran
kelarasan yang dianutnya.
1 Warih dijawek (waris dijawat). Maksudnya. yang berhak mewarisi jabatan
penghulu ialah kemenakan langsung. anak dari saudara perempuan. Sis­
. tern ini dianut oleh aliran kelarasan Koto Piliang.
2 Gadang bagilia (besar bergiliran). Maksudnya. yang berhak mewarisi jabat­
an penghulu ialah semua laki-Iaki warga kaum dengan cara bergiliran
antara mereka yang seasal-usul. Slstem ini dianut aliran kelarasan Bodi
Caniago. H

diganti ulama. Sejak itu susunan uraHg ampck jiHin berubah menjadi Hil1iak mamak. alim ulama.
cadiak paHdai (cerdik pandai) dan IIlD mudD (ketua orang muda. seperti guru silat) Saat ini
setelah peranan wanita kian kukuh serta berkat dukungan pemerintah. posisi rUD mudD (yang
pamornya menu run karena tidak terpelajar) beralih pada wanita dengan gelaran bUHdD
kaHduaHg (bunda kandung).
34 ·Perbedaan sistem itu kini tidak begitu kelihatan lagi. Karena pengaruh pendidikan formal.
setiap kaum lebih berkeinginan mempunyai penghulu yang bersekolah lebih tinggi daripada
mempertahankan hak-hak warisan semata-mata. Kaum atau suku lebih mementingkan
status calon penghulu daripada hak pewarisannya. Sebagai contoh pemberian gelar penghu­
lu pucuk kepada Harun Zain yang pada waktu itu menjadi Gunbernur Sumatera Barat. Pada
mulanya penghulu suku piliang di Pariaman meninggal. Harun Zain mempunyai hak sebagai
penggantinya. Oleh karena ia seorang gubernur. status penghulu suku yang bukan penghulu

144
Semua calon diseleksi dengan cara ditiHtiaHg ditampih bareh, dipilian aHtan ciek
ciek (ditinting ditampis beras. dipilih antah satu satu). Artinya seleksi itu
dilakukan seperti orang menampis beras untuk mencari gabah sebelum dita­
nak. Setelah diperoleh calon yang serius.lalu dimah didJako; (dituah dicelakai).
Artinya. keadaan calon itu dikaji kebaikan dan keburukannya oleh warga
kaum, sehingga andai kata calon itu terpilih, tidak akan terjadi TUman sudan
tokoh paek babuHyi (rumah sudah ketokan pahat berbunyi). Maksudnya. bila
calon itu telah diangkat jadi penghulu. tidak ada omelan di kemudian had.
SUl1gguhpul1 prosedur pencalonan dilakukan secara musyawarah di kalangan
kaum sendiri, sesungguhnya usaha mencari calon yang paling tepat telah
sebelumnya oleh urang paruik.patuik daJam kaum (orang terke­
dengan cara meresek·resek (meraba-raba), yakni semacam
untuk mencari calon
.Akan tetapi, usaha mencari calon penghulu tidak selalu lancar jalannya, baik
dalam pencalonan menurut sistem warih dijawek maupun dalam pencalonan
menurut sistem gadang bagilia. Karena beberapa orang calon yang berambisi
atau yang paling berhak menurut sistem warih dijawek atau gadal1g bagil;a
mempunyai banyak kelemahan tidak mendapat dukungan sepenuhnY'a, maka
acara penggantian penghulu dilatak duJu (diletak dulu), yang artinya ditang­
guhkan dahulu sampai tiba saatnya yang tepat. Akan tetapi, kalau tidak
didapat kesepakatan antara kaum yang berhak, ada banyak altematif yang

dipandang terlalu kedl baginya. Suku Piliang kaum itu merupakan belahan suku
di Sungai Puar. Penghulu pucuk mereka telah 100 tahun "terbenam" karena
beberapa alasan. Oleh karena itu. suku Piliang di Sungai Puar dan di Pariaman mendapat
kesepakatan untuk "membangkit batang terendam" karena telah ditemukari orang yang
tepat. Dalam kelazimannya, warga suku belahan tidak boleh menjabat penghulu pucuk
nagaro asal. Akan tetapi, sesuai dengan mamangan "kemenakan beraja ke mamak, mamak
berja ke penghulu, penghulu beraja ke mufakat dan mufakat berajake alur dan patut", maka
mufakat segenap kaum ieu eelah dipandang menu rut alur dan patutnya; sesuai dengan apa
yang dimaksud oleh adat yang teradat. Oleh karena itu, pengangkatan Hamn Zain menjadi
penghulu pucuk di tanah rantau dengan menyandang gelar DatukSinaio.telah sesuai dengan
adat mereka. Perihal tokoh-tokoh Indonesia yang berasal dari Minangkabau yangbersedia
diangkat menjadi datuk merupakan kisah yang menarik. Padahalkampanye anti a,dat yang
dilancarkan para cendekiawan bukan tidak gencar semenjak Iebih dari 59 tahun yang lalu.
Bahkan roman yang ditulis pada awal sejarah kesusastraan lridoh~sia' bukan sediklt yang
melakukan kampanye anti. adat Minangkabau. Anehnya, banyak pengarang roman itu
sendiri yang bersediamenerima gelar datuk itu. Umpamanya Arnan bergelar Dt. Majoindo,
Hamka bergelar Dt. Indomo dan Adinegoro bergelar Dt. Marajo S"utan. ,Malahan ada
jenderal, gubemur, dan menteri yang bergelar datuk. Umpamanya, Asaat, Natsir, Syahbilal
Rasjad, Sirajudin l\bbas. dan Nasrun Syahrun adalah penghulu kaumnya yang bergelar
datuk. (Lihat juga AA Navis. Meninjau Masalah Sosiologi Minangkabaii dalall! Ncivtl·Novel
Indonesia. BudaYa Jaya No. 99 Th IX 1976).
145
pada dasarnya menghasilkan perpecahan atalJ pembelahan kaum dalam ben­
tuk mengguntiang siba baju atau gadang manyimpallg, (mengunting sebar baju atau
besar menyimpang),
Apabila ac;ara pencalorian berjalan lancar, sehingga telah diperoleh seorang
ea,lon pilihan, oIeh kaum yang bersangkutan disampaikan hasilnya kepada
kerapatal} nagari yang dihadiri oIeh semua penghulu. Kepada kerapatan di­
J:Ilil1ta persetujuan,nagari, agar penghulu kaum mereka diterima sebagai peng­
hulu yang san dan clijadikan salah seorang dari yang banyak. Setelah semua
anggota kerapatan menyatakan persetujuan, lalu oIeh kaum itu disampaikan­
lah hariperjamuan managakkannya, Seiring dengan itu, diundang seluruh urang
ampek jinin ur,ltuk menghadiri perjamuan itu. Lalu kepada kerapatan dibayar­
kan bea lilin ,ambalau dan bea manurunkan jamuan (lilin ambalau dan menurun­
kan jemur),. yaitu bea persetujuan dan bea perjamuan.

Upacara Mendirikan Penghulu


.' 5esuai dengan martabatnya, upacara managakkan penghulu dilangsungkan
di ·medan nan bapanen (Iapangan yang berpanas). Merawal atau panji-panji
dikibarkan, gong dipalu sepanjang hari, kerbau disembelih. Perjamuan ber­
langsung selama tiga hari dengan acara sebagai berikut.
1 Hari pertama, hari batagak gadang (mendirikan penghulu), yakni upacara
peresmian. Upac~.ra berlangsung di ruman gadang dan dihadiri urang ampek
jinin. Salah seorang penghulu dari yang satu tungkunya menyampaikan
pidato penobatan. yang isinya antara lain mcminta hadirin agar penghulu
baru dibawa sehilir semudik atau bekerja sarna oIeh yang hadir. Kemudian
oleh penghulu yang tertua dari yang setungku diletakkanlah destar saluk
di kepalanya dan disisipi sebilah keris di pinggangnya. Akhirnya diucap­
kanlah sumpah sakti kalau ia menyimpang dan tugasnya.lsi sumpah: Akan
dimakan biso kaw;. di aten indak bapucl/ak, di bawan indak baurek, di tangan­
tangan dilariak kumballg (akan dimakan bisa kawi, di atas tidak berpucuk~ di
bawah tidak berakar. di tengah ditembus kumbang). Habis sumpah di­
baeakan doa, lalu oleh janang semua tamu dipersilahkan mcnyantap nasi
yang terhidang dengan pidato persembahannya.
2 Han kedua, han perjamuan yang dimeriahkan dengan kesenian serta
jamuan makan minum kepada isi nagan yang datang.
3 Han ketiga, hari peraarakan (peraarakan) dengan diantar gaJombang 3 5 dan
ditingkah bunyi-bunyian, penghulu baru diarak ke rumah bako,36 Jika

35 Peri hal tari Galombang Iihat bab "Pennainan Rakyat",

36 Perihal pengertian bako Iihat juga bab "Perkawinan",

146
dinobarkan itu penghulu pu('uk atau penghulu tua, maka perarakan
. 1yu \~ ~

.~ llc.n c:: r~; (: i:~ , d,' diL;,


,cbt ,1 . "~I: 1.1 ~ .. 1,S~1I1;'
bn P;""\ I:.:,,,, ilbiraiJ ttallab lagi HH.:raL), y.tkiH palla saat upacara penguburan
penghulu yang digantikall. Kalau upacara itu dilaksallakan dalam masa 40 hari
~etelahpenghulu yang digantikan meninggal. disebut fa/amllok talabuah (pe­
terlabuh). dalam jarak waktu 110 han disebut rirai wkambQIff! (tirll i
-'j ldk:!j·

,! ~.11; -:
.'
L',Hlll1 ' ;,1. ~~!~U ),0
"I P(,:t1~

,ll!ih· ',1ks,'i'
, l' '" .. . "li\ lIntuil l.",;:c;.ra !ll~I;q;akk.tll b~bc: ,'pa orallg pcnghuhl. CarOl kolektif ini
diderong pula elch ketentuan p~merintah untuk mengesahkan perubahan atau penggantian
pcnghulu. Karena peresmian pengesahan itu dihadiri para pejabat pemerintahan. yang ada
kalanya gubernur sendiri, maka perjamuan itu dibuat secara besar·besaran. Namun orang
"~'l"", .. I:., .. ",. hidu;~): ""'i '1 hil"i J::;j~\~! ""t !')}cn i " I: '.' ~t ,I. 1.. '!';'1Y, <

l"l'/
· .'
. "

HARTA

DANPUSAKA

asyarakat komunal. seperti masyarakat Minangkabau. menganut

JF!jJ sistem kolektif dalam kegiatan usahanya terutama di sektor


produksi yang vital dalam kehidupan ekonomi agraris. Dalam
ekonomi agraris dengan sendirinya tanah menjadi vital pula.
Oleh karena itu. tanah menjadi milik komunenya. yang dalam
hal ini dalam bentuk suku. Tanah yang tidak diusahakan menjadi milik nagari.
Meskipun sektor produksi yang vital seperti sawah menjadi milik komune dan
digarap secara kolektif. individu dapat juga mengusahakannya sepanjang usia­
nya. Setelah invidu itu meninggal. sawah yang diusahakannya otomatis mfmja­
di milik bersama para kemenakannya. Sejak itu sawah menjadi milik sebagian
komune kembali dan tidak bisa dijual atau diberikan ke orang lain.
Sektor usaha yang tidak vital. seperti perkebunan, peternakali. industri, dan
perdagangan, dikelola individu. Kalau usaha itu memerlukan banyak tenaga.
maka mereka akan memakai sistem kerja kolektif dan sistem bagi hasil. Tidak
ada bentuk perburuhan atau karyawan yang dibayar dalam sistem ekonomi
mereka itu. Sistem buruh yang dibayar meletakkan manusia bertingkat­
tingkat. yang satu lebih tinggi dan yang lain lebih rendah. Sistem meletakkan
manusia bertingkat-tingkat itu tidak sesuai dengan ajara'n falsafah mereka.
Falsafah mereka memandang manusia berada pada tempat yang sama. hanya
fungsi dan perannya yang berbeda.
Produksi usaha individu itulah yang menjadi bahan untuk perdagangan
yang diangkut ke luar nagari mereka masing-masing atau dijual di kampung
halamannya saja. ,5edangkan hasil usaha komune; seperti beras, tidak diperda­
. 149
gangkan. Kelebihan produksi digunakan untuk cadangan 'atau untuk mem­
bantu orang lain yang sedang menghadapi musibah. Untuk mengatasi keje­
nuhan tenaga, lazimnya mereka membuka permukiman baru dengan membu­
ka komune baru pula di tempat itu. Jika hal itu tidak mungkin, maka secara
individual mereka pergi merantau. 1 Hidup tanpa pekerjaan, terutama di kam­
pung halaman sendiri, dipandailg tabu.

Arti Tanah
Bagi masyarakat agraris tanah dipandang sangat penting. Dari segi falsafah­
nya, tanah merupakan lambang bagi martabat hidup mereka. Kaum atau
orang';.seorang yang tidak mempunyai tariah barang sebingkah dianggap seba­
gai orang kurang. Siapa yang tidak mempunyai tanah dipandang sebagai orang
malakok (melekap = menempel) yang tidak jelas asal usulnya. T anah merupa­
kan tempat lahir, tempat hidup, dan juga tempat mati. Analoginya, sebagai
tempat lahir, maka setiap kerabat harus memiliki sebuah rumah tempat anak
well dilahirkan, sebagai tempat hid up, setiap kerabat harus memiliki sawah
atau ladang yang menjadi andalan untuk menjamin makan kerabat; sebagai
tempat mati setiap kaum harus mempunyai pendam-pusara agar jenazah
kerabatjangan telantar. 2 Ketiga-tiganya merupakan harta pusaka yang melam­

1. Perihal merantau Iihat iUl(a bab "Undang-Undang dan Hukum" bab "Penghlllu".
2 Setiap perantau senantiasa ingin ru1ang bila tiba masanya. Selain untllk melepaskan hati
, rindu, setidak-tidaknya untuk berkubur ke haribaan tanah kelahiran dan disaksikan sduruh
kerabat. Oleh karena itu. pemntau yang tengah menderita sakit keras senantiasa dibawa
pulang. Jika sanak yang di rantau berkeberatan. maka sanak yang di kampllng akan mende­
. sak dengan keras. Adalah suam kehinaan bagi seluruh kaum apabila mereka membiarkan
warganya mati dan berkllbur di rantau. Peristiwa itll dipandang
kaum yangsulit bisa dimaafkan. Demikial1 pula setiap perempuan yang h~l11i1 tuo sel~lu akan
pulang untuk melahirkan di rumah pusakanya. Ada beberapa aspek yang hendak merck"
capai dal.am hal ini, yakni: anak mereka mempunyai tanah tumpah darah yang sama dengan
orang tuanya, sehingga hatinya akan terikat sclalu pada nagari asal-usul nenek moyangnya.
Andai kuta ibu atau 5i anak yang dilahirkan itu meninggal, mercka meninggal di had'lpan
kerabat'tercinta dan dikuburkan di pusara kaum sendiri. Alasan lninnya ialah karena
sebab-sebab.yang praktis, yaitu ada ke1uarga dekat yang akan merawat dan mengurusnya.
yang biasanya ibu kandung sendiri. Kemudian setelah tingkat perawatan perempuan hamil
lebih baik karena tel.ah ada bidan atau dokter. mereka tidak pulang lagi llntuk melahirkan.
Untuk kepentingan moril perempuan yang akan melahirkan itu, m~ka ibunya dipesan agar
datang kna'iltau guna n'fendampingnya.
SaHall dari bahasa San5kcrta. artinya sawlam. Dalam alam pikirah Minangkabau. artinya
kakak dan adi.K. scibu at\1u scayah. Dan 5anak ialah keluarga'yallg punya hubungan darah kc
.utas dan ke bawali tanpO! mc'm.1ndnng sllkuny~. Berbcda dengan pcngcrtian kerabM
berasal dari bahasa Arab. Pcngenian kcrabat ialah selainkeluarga ibu. juga
keluarga istri. d:3n
150

bangkan kesahannya sebagai orang Minangkabau. ,


Demikian pentingnya arti tanah, pantun berikut mungkin dapat memberi
penjeiasan tentang motivasi seseorang untuk memperoleh sepotong tanah.
Apo gtfl10 kabau bataJi,

Lapeh ka rimbo jadi jalaHg,

PauikkaH sajo di pamaumg,

Apo gUHO badaH maHcari.

Iyo pamagang sawah jo ladaHg.

Nal~ mcmbela sanalt kanduaHg. 3

Apa guna kerbau bertali,

Lepas ke rimba jadi jalang.

Pautkan saja di perna tang.

Apa guna badan mencari,

lalah pemegang sawah dan iadang,

Untuk membela saudara kandung.

Yang dimaksud saudara kandung ialah saudara perempuan, yang akan


meiahirkan kemenakan mereka. Andai kata kemenakan mereka dilahirkan
tanpa tanah punya milik kaumnya sarna artinya kelahirannya tanpa tanah
tumpah darah atau tanah air. yang akan menjadi kebanggaannya kelak." Oleh
karena itu, tanah bukan semata·mata berfungsi ekonomi, malah lebih cende­
rung ke fungsi sosial.
Tanah Ulayat
Setiap nagari di Minangkabau mempunyai ulayat 5 dengan batas·batas se·
suai dengan situasi alam sekitarnya, seperti puncak bukit atau sungai. LU,a:s
wilayah suatu nagari tidaklah sarna, tergantung pada kehadiran nagari yang
menjadi tetangganya. Jika tidak ada nagari yang menjadi tetangganya, maka
Iuasnya ditentukan batas kemampuan perjalanan seseorang, mungkin sampai
di puncak bukit, tebing yang curam, sungai yang airnya deras, atau hutan lebat
yang tidak dapat ditembus. Wilayah yang tidak tertembus itu disebut hutan
lalen (hutan lelas), yang artinya hutan lepas yang tidak ada pemiliknya. Ada

Berbeda dengan pengertian kerabat yang berasal dan bahasa Arab. Pengertian kerabat ialah
selain keluarga ibu, juga keluarga ayah. keluarga istri, dan keluarga suami.
4 Mungkin hal itulah yang menjadi pendorong utama orang Minangkabau bersebar dan
kampung halamannya, baik mencari permukiman baru maupun menjadi perantau. Mencan
permuJdman baru berarti memperoleh tanah dan jika merantau untuk mencan rezeki yang
akan dibawa pu!ang untuk memegang sawah dan !adang.
Rasa kebanggaan yang bertolak dan persaingan antara sesama mereka dalam menegakkan
harga din merupakan motivasi kuat bag; orang Minangkabau dalam mencapai kemajuan dan
penampilan. Lihat juga bab "Fa!safah Alam".
WaYM berasal dan bahasa Arab wi/aY4h.

151
dua jenis ulayat dalam suatu nagari, yaitu ulayat nagari dim ulayat kaum.
Ulayat riagari berupa hutan yang jadi eagar alam dan tanah eadangan nagari.la
juga disebut sebagai hutan tinggi. U1ayat kaum ialah tanah yang dapat dim an­
fa atkan tetapi belum diolah penduduk. la juga disebut hutan rendah.
Ulayat itu berada di bawah kekuasaan penghulu. Ulayat nagari di
kekuasaan penghulu andiko. yang juga disebut penghulu keempat suku. Se­
dangkan ulayat kaum di bawah kekuasaan penghulu suku yangjadi pueuk atau
tuanya. Pengertian kekuasaan di 5ini dalam hal mengambil hasilnya atau
mengambil pajak hasH hutan yang diperdagangkan.
Hasil hutan ulayat nagari yang beraliran Koto Piliang boleh diambil siapa
saja setelah mendapat izin dan membayar pajaknya kepada penghulu yang
mempunyai wewenang. HasH hutan nagari yang beraliran Bodi Caniago hanya
boleh diambil kaumnya dengan persyaratan yang sarna. Demikian pula izin
penggarapan ulayat untuk dijadikan sawah atau ladang. Pengambilan hasil
hutan seperti kayu untuk dipakai sendiri. tidak dikenakan bea yang dinama­
kan bungo (bunga). Ada empat maeam bunga yang dipungut penghulu. yakni
seperti berikut.
1. Bungo kayu (bunga kayu). yaitu pajak hasH kayu yang diperniagakan.
Besarnya 10%.
2. Bungo aleh (bunga alas).6 yaitu pajak hasil hutan lainnya. seperti damar.
dan rotan. yang akan diperdagangbn. Besarnya 10%.
3. Bungo ampiang (bunga amping)/ yaitu pajak hasH penggarapan sawah dan
ladang. Besarnya 10%.
4. Bungo tanah (bunga tanah). yaitu pajak hasH tambang. Besarnya 10%.
Kegunaan hasH pungutan bea ulayat nagari ditentukan penghulu keempat
suku. Mereka dapat menggunakan untuk keperluan sendiri dan keperluan
pembantu-pembantunya. Kegunaan hasH pungutan bea ulayat bum ditentu­
kim penghulu kaum.
Izin Usaha Orang Luar
Orang luar,s yakni orang yang bukan berasal dari nagari yang mempunyai
ulayat, diizinkan menggarap tanah ulayat itu, selama ulayat itu tidak mampu
digarap warga nagari itu sendiri. Namun, syaratnya lebih berat. Di samping bea

(; Allis berasal dan bahasa Sanskerta yang artinya hutan.


7 AHlpillg berasal dan bahasa Sanskerta yang artinya sembunyi. Maksud ampiHg ialah hasil yang
semula tersembunyi di dalam tanah. yang berbeda dengan hasil tambang.
Orang luar di sini maksudnya bukan orang asing. Orang asing tidak pernah diberi izin
membuka tanah oleh penghulu yang umumnya berpegang teguh pada prinsip adat. Tanah
yang dapat dikuasai orang asing pada umumnya tanah di kota. Penguasaan itu melalui
Pemerintah Hindia Be!anda. Suku bangsa lain. yakni suku bangsa pribumi lainnya. tidak
152
yang harus dibayarnya, syarat Iainnya ialah sebagai
1. Bagi setiap orang yang telah memperoleh izin, wajib menyelesaikan pe­
kerjaan membuka ulayat itu menurut jangka waktu yang telah disepakati.
Bila tidak terpenuhi. kesepakatan batal.
2. Pemegang izin tidak boleh memindahkan haknya pada orang lain tanpa
persetujuan pemberi izin. Pemindahan hak. tingkat pertama prioritasnya
diberikan kepada warga suku pemilik ulayat, tingkat kedua kepada warga
nagari tanah ulayat, tingkat selanjutnya pada siapa saja yang sanggup
menerima pemindahan hak itu.
3. Pemegang izin wajib mengembalikan hak izinnya kepada penghulu yang
memberikannya, apabila pemegang tidak hendak melanjutkan usahanya
dan tidak ditemui orang yang mau menerima pemindahan hak itu. Peme­
gang izin berhak menerima pampasan dari penghulu yang memberikan
izin dalam jumlah yang disepakati. Lazimnya sebanyak bea yang'pernah
dikeluarkannya.
4. Apabila pemegang izin meninggal tanpa ahli waris, tanah garapan itu
menjadi amta gantuaMg (harta gantung) untuk jangka waktu tertentu, Bila
kemudian pemegang izin ternyata mempunyai ahli waris, maka hak izin
dapat diteruskan. ',

rata Cara Menggarap Sawah "


Menurut ajaran masyarakat komunal seperti Minangkabau, sawah yang
menjadi sumber hidup itu merupakan milik bersama. Dalam hal ini, ta'nah
merupakan milik kaum atau kerabat. sehingga ptmgerjaimnya pun Seea.ra
bersama oleh seluruh warga pemiliknya. OIeh karena ajaran falsafahnya me­
nuntut kehidupan kebersamaan dan kekerabatan bagi setiap kaum, maka
penggarapan sawah dilakukan secara kolektif pula. Akan tetapi kolektivitas i,tu
diterapkan sesuai dengan ajaran rasa persamaan. Rasa persamaan bertema vaa
di urang, baa di awak (bagaimana orang, demikian kita). Maksudnya, kalau kita
dibantu orang. kita pun harus membantu orang. Tata caranya iatah'saling
maimbau (memanggjl), yang dapat diartikan saling mengundang bekerja sarna.
, "l
Tanpa maimbau orang lain. kerabat lain, atau kaum lain, takkan ada yang
datang membantu menggarap sawah itu. Mereka yang tidak melakukan Im­
bauan akan ditafsirkan bahwa mereka tidak memerlukan bantuan, mereka
akan melaksanakan penggarapan sendiri, atau bisa pula ditafsirkan bahwa
mereka tidak hendak bekerja sarna dengan orang lain. Namun, bisa pula

dipandang sebagai orang asing, Namun, kepada mereka itu tidak diberikan hak memegang
gadai. terutama di wilayah Luhak nan Tiga. Kalau kemudian banyak dijumpai penyinipang~
an. hal itu bermula semenjak )epang. karena tangan-tangan yang berkuasa adak lagi
menghiraukaj1 hukum adat.

153
diartikan lain, yakni yang tidak kena imbauan itulah yang sedang dikucilkan.
Cara bekerja sarna imbau-mengimbau juga disebut julo-julo (jula-jula), yakni
semacam arisan tenaga. Pada musim ke sawah, pada musim tanam, atau musim
panen, kerabat atau kaum yang memerlukan bantuan mengimbau kerabat
at~u kaum yang ingin diajaknya bekerja sarna agar datang ke rumahnya pada
harLyang diingini. Para undangan dijamu makan. Sehabis makan, si I'alfgkalalf
(ahli rumah) menyampaikan maksud jamuan itu, yakni hendak mengajak yang
hac;l.ir .turun ke sawah atau menyabit padi. Lazimnya setelah hadinn me­
nyetujui ajakan itu, seorang malill membacakan doa agar maksud dan
mereka diridhai Allah. Sehabis itu, para tamu yang sesungguhnya sudah
maklum maksud imbauan itu langsung pergi ke sawah yang akan dikerjakan itu
seraya membawa peralatan yang telah sejak semula dibawa atau diletakkan di
dekat, rumah orang yang menjamu. Kalau yang akan dikerjakan itu sawah
kagadaHgaH, 9 alatbunyi-bunyian pun dibawa untuk menyemarakkan pekerjaan
itu. Jika sawah itu merupakan milik orang seoran'g yang diperolehnya dan
menerima gadai, penggarapannya memakai sistern julo-julo antara sesama
penggarap.
Pe~ilik sawah yang tidak dapat ikut mengerjakan sawahnya dapat menem­
puh dua cara, yakni dengan cara sa duo (sedua) atau dengan cara sarayo (seraya).
Orang-orang yang melakukan sedua atau seraya inilah yang mengadakan
jula-jula sesama mereka.
'Pekerjaan menggarap sawah dilaksanakan laki-Iaki dan perempuan dengan
tugas yang berbeda. Pekerjaan membuka sawah baru, yang disebut taruko
(teruka); dilakukan laki-l"ki. Demikian pula pekerjaan awal musim ke sawah,
seperti men'qangkul, ineIunyah atau membajak sampai kepada membangun
atai.i merawat pepgairan. $etelah padi masak. laki-Iaki yang menyabit, meng­
irl't,dan akhimya mengangkut padi ke lu·mbung. 1o Tugas perempuan, selain
m~nyediakan makanan selama musim ke sawah, juga bertanam benih, me­
nYiang, mengangin pacli, dan kemudian menumbuknya sampai menjacli beras.
, Jarak waktu antara turun ke sawah dan musim panen clan antara musim
p~llen dan turun ke, sawah lagi adalah masa yang cukup panjang. Saat itulah
biasanya yang digunakan orang-orang muda yang belum atau sudah menikah
uhtukpergi ke rantau, belajar memperdalam ilmu yang diminatiriya, mengerja­
kanladang, atau mengambil hasil hutan untuk dijual.

9 Sawah kagadaHgan ialah sawah yang hasilnya untuk penghulu yang akan digunakannya untuk
keperiuan yang dipikulnya karena ;abatan itu. Sama halnya dengan sawah bcngkok di lawa.
10 MeHgirit ialah memisahkan padi dati tangkainya. Caranya. kaki menginjak.injak gumpalan
batang padi dan tangan bertongkat pada dua potong bambu di kin dan di kanan agar tidak
;atuh.
154

."".
Sistem Bagi HasH
Orang Minangkabau merasa diri rendah bila menjadi orang suruhan ;atau
orang upahan. Pekerjaan itudipandang sebagai pekerjaan budak at~ubuj~ng;;
Seseorang yang memerlukan tenaga orang .lain, seperti mengerjakan. atau
memperbaiki rumah atau benda-benda lainnya yang memerlukan keahlian.'
disebutkan sebagai meminta tolong manyarayo (menyeraya), meminta ~olong
menyambilkan pekerjaan itu. Artinya, seseorang akan mengerjakannya bila ia
sempat atau punya waktu untuk memberikan pertolongan. Peketiaan mEmo~
long seperti itu bukan cuma-cuma, sebab jariah manantang buliah ~(jerih payah
menentang kebolehan), artinya jerih payahnya akan memperolehimbalan.
Selain dapat makan selama melakukan pekerjaan itu, ia alan trlemperoleh
pambali rokok (pembeli rokok) dengan cara menyelipkan uang itu'ke sakunya.
Jumlahnya tidak pernah ditetapkan, tergantung pada kerela~n' hati yang
memberi. Namun,kalau yang memberi itu pelit, jangan harap lain waktu akan
mudah mendapat pertolongannya. J I Demikian pula dalam pengei'jaan' sawah
yang rnernerlukan waktu yang singkat atau rnernerlukan tenaga ahlinya. seper­
ti rnemperbaiki pernatang yang bobol atau mernbuat ,dangau (p()ndok~ u,ntuk
berjaga-jaga ketika padi mulai rnasak agar jangan habis dirnakan burung;
Apabila sawah itu tidak dapat dikerjakan pemiliknya sendiri, baik karena
kekurangan tenaga di pihaknya sendiri rnaupun karena ketidakadaan waktu"
rnaka sawah itu dapat dikerjakan ahlinya, yakni petani penggarap. ,Caranya
ialah dengan saduo (sedua). Artinya pemilik dan penggarap akan rnembagidua
hasilnya. 12

TQwar-mCn3war untuk menetapkan biaya suatu pekerjaan dipandang sebagai bllurallg-urallg


(berorang-orang). seperti mengerjakan pekerjaan orang lain. yang bukan saudara. Adalah
tidak masuk alam pikiran orang Minangkabau menetima uang sebagai upah dari saudaranya
sendirL begitu juga membeti upah. Oleh karena itu, tukang atau pengrajin salit berkembang
di kampung halaman senditi, Lazimnya tukang atau pengrajin yang bekerja secara' profesio­
nal di suatu nagari berasal dati nagati lain. Mereka tidak menghadapi kesulitan psikologis
dalam menetapkan harga atau tawar-menawar. Pengrajin yang tinggai di kampung halaman
sendiri lazimnya tidak menjual hasH kerajinannya di kampung halaman senditi. Ia akan
menjualnya ke nagari orang lain etau menjualnya kepada orang nagan lain yang datang
membeli. Kalau orang kampllng sendiri yang menjadi tengkulaknya, istilah yang dipakai
ialah menolong menjualkannya secara amanah (menitip). Meskipun keadaan telah banyak
berubah, setelah ekonomi ditentuk.m oIeh sistem uang. sikap tradisional dalam hal yang
sama masih menguasai alam pikiran orang Minangkabau. Biarpun di kota, sangat sulit bagi
orang sekampung. apalagi ada hubungan kekerabatan. untuk berhubungan jual beli atau
upah-mengupah secara komersial.
12 Kini lazim pula orang melakukan borongan bagi sebagian-sebagian pekerjaan sawah itu.
Umpamanya dalam pekerj.lan membajak. membersihkan pematang. menyabit, dan mengan­
tarkan padi pulang. Sedangkall pekerjaan kecil-kecillainllya, seperti memperbaiki pengairan·
atau bandar salVah. ada kalanya dilaksanakan dengan borongan juga. Terutama sejak
155
Dalam sistem sedua itu. tidak berarti hasilnya dibagi duo; sama banyak.
melainkan hasilnya dibagi dua yang tidak sama banyak antara mereka. Penm­
bangan bagi hasil itu tergantung pada lokasi dan kondisi
jauh dan tanahnya kurang subur, petani penggarap akan
banyak. Perbandingan bagi hasil. itu umumnya berkisar pada

Meskipun pembagian telah disepakati. kedua belah pihak terikat pada


persyaratan lainnya. antara lain seperti
1. . Benih disediakan pemilik.
2~ Antara jarak waktu panen dan turun ke sawah kembali. pihak penggarap
boleh menggarap sawah itu dengan tanaman palawija. yang hasilnya
semata-mata untuk penggarap.
3: Kerusakan yang terjadi karena bencana alam menjadi tanggungan kedua
belah pihak.
4. SHa penggarap meninggal. haknya diteruskan pada ahli warisnya.

Bagi HasH Petemakan


Sistem sedua dilazimkan juga dalam hal memelihara ternak yang berkaki
empat. Dalam hal ini. dua macam caranya. yakni
1. Saduo sambutiln(sedua sambutan).13 yaitu bagi hasil dalam hal memelihara
ternak potong. Sebelum ternak itu diserahkan pemilik kepada peternak.
harganya dinilai bersama terlebih dahulu. Sila ternak jtu hendak dipotong
atau hendak dijuallagi. harganya pun dinilai kembali. selisih harga pem­
belian dengan penjualan itulah yang dibagi dua antara pemilik dan
peternak dengan jumlah yang sarna.
2. Saduo itiak (sedua itik).H yaitu bagi hasil dalam hal memelihara ternak
yang dikembangkan. T ernak yang diseduakan ini iaJah ternak betina.
Y<;lng dibagi dua antara pemilik dengan peternak iaJah anak yang dilahir­
kan ternak itu. Sedangkan SU$U yang dihasilkan ternak betina itu sepe­
rtuhnya menjadi hak peternak. Kalau ternak betina itu rnulai dipelihara
sedan kecil. maka bagi hasil rnenurut kedua sistern sedua itu.
Sistem sedua hampir bersifat umurn untuk kegiatan sektor produksi. Urn­

pemilik sawah bukan lagi bum. melainkan orang seorang yang punya banyak uang dan
tinggal di kota. maka pekerjaan gotong royong memperbaiki pengairan hampir tidak berlaku
lagi. Perintah yang dikeluarkan pejabat pemerintah untuk gotong royong itu dianggap
sebagai kerja paksa. Sebagai kerja paksa. gotong royong demikian ditcntani! petani penggarap
sesuai dengan cara dan kemampuannya. antara lain dengan membuat dalih ada urusan
kerabat yang mendesak atau melalaikan obyek gotong-royong itu.
13 Sambut atau 'sambutan dari bahasa Sanskerta artinya pegang.
14: ltlk dari bahasa Sanskerta artinya
156
pamanya dalam hal mengutip hasil bumi, seperti kelapa atau cengkih. yang
lazim perbandingannya seperlima dengan empat perlima. Bagian teroanyak
untuk pemilik. 15

Pemilikan Harta
Bagi alam pikiran Minangkabau. yang dimaksud dengan harta ialah benda­
benda yang tidak bergerak. seperti tanah. sawah. ladang. dan rumah. Yang
memiliki benda itulah yang dipandang sebagai orang berharta. Tanpa memiliki
salah satu. dianggap sebagai uraHg kurang (orang kurang). orang yang berkeku­
rangan dalam segala hal. Oleh karena itu. ia akan dipandang rendah. bahkan
hina. Alam pikiran demikian bertolak dari ajaran falsafah mereka bahwa setiap
orang dilahirkan sama dalam zatnya dan adalah kesalahan mereka sendiri
apabila kurang dari yang lain. Sebagai masyarakat yang menganut paham
materialisme. pemikiran akan benda menjadi salah satu ukuran yang paling
utama untuk menilai seseorang. Apabila salah satu dari keempat macam harta
tidak dimilikinya. tentu saja ada yang kurang dalam dirinya. Mungkin ilmu­
nya. dinamika hidupnya. atau mungkin juga tidak punya kerabat atau pembela
karena tidak diketahui asal-usulnya seperti orang buangan .atau pdarian
bahkan juga mungkin budak.
Oleh karena itulah. agar menjadi sama dengan orang lain dan agar jangan
dipandang sebagai urang kurang. setiap orang senantiasa berusaha memiliki
harta. Kalau tidakbisa semua. sekurang-kurangnya sebuah rumah. Suatu
keluarga, lebih-Iebih yang mempunyai anak perempuan, sangat didorong
hasratnya tnemiliki sebuah rumah. agar nilai anak perempuan itu menjadi

15 Dalam usaha resroran. yang terkenal dengan nama Resroran Padang, sisrem bagi hasil itu
digunakan juga. Bagi hasilnya antara pemilik modal. juru masak. dan peHalillg (pelayan).
Masing-masing memperoleh sepertiga bagian. Dalam bekerja sama mereka berbagi tugas.
Pemilik modal (biasanya seorang) menyediakan tempat. peralatan. dan modal. Juru masak,
yang terdiri dan beberapa orang. menyiapkan masakan yang akan dijual dan kebersihan
dapur. Pcnaring. yang biasanya beberapa orang pula. mdayani tamu dan juga kebersihan
mang makan. serta menghitung harga makanan yang dimakan tamu. Kasir dan pembeli
bahan yang akan dimasak adalah pemilik modal. Tara kerjanya menganur sisrem manajemen
rerbuka. Seriap malam. sehabis berjualan. uang masuk dan uang keluar dihirung bersama­
sama. Pada saar itu pula setiap pcrsoalan dipccahkan bersama. Kdemahan bagian-bagian
dibicarakan. umpamanya masakan yang kurang enak. pelayanan yang lambat arau kasar.
peralatall dan bahan yang kurang, baik jumlahnya maupun murunya. Wakru membagi h,!sil
keuntunga!l dilakukan berdasarkan pcrsetujuan semua pihak. misalnya sekali dalam tiga
bulan atau en am bulan. Seriap anggota memperoleh makan gratis. Mereka juga boleh
I1MJ1)'auak (mengambil) uang yang diperlukan untuk belanja rumah tangganya bila diperlu­
kan. SaukaH (ambilan) itu dicatar sebagai panjar. yang akan diperhitungkan pada wakru
pembagian laba. Setiap anggora yang berhenti. baik kar~ma mengundurkan din atau diber­
hcntikan. ba~n yang menjadi haknya diserahkan pada saar keberhenriannya. Dengan
157
tinggi di mata masyarakat dan dengan demikian akan m~lapangkan jalan
untuk memperoleh jodoh yang pantas. 16
Ada empat eara bagi seseorang memperoleh harta, yakni seperti berikut.
1. Pusako (pusaka), yaitu warisan. yang menurut adat Minangkabau diterima
dari mamak oleh kemenakan.
2. Tambilang basi (t~mbilang besi).17 Yang dimaksud ialah harta yang diper­
oleh dari usaha sendiri, umpamanya dengan eara manaruko sawah atau
membuka hutan untuk perladangan cancang latiah (eeneang letih) yang
artinya dengan tenaga sendiri.
3. Tambilang ameh (tembilang emas). Yang dimaksud ialah memiliki harta
dengan eara membeli. Oleh karena harta di Minangkabau tidak dapat
dibeli, maka eara memperolehnya ialah dengan memegang gadai.
4. Hibah, yaitu harta yang diperoleh karena pemberian.

Pusaka
Bagi masyarakat yang berstelsel matrilineal seperti Minangkabau. warisan
diturunkan kepada kemenakan. baik warisan gelar maupun warisan harta.
yang biasanya disebut sako dan pusako (saka dan pusaka). Sebagai warisan.
harta yang ditinggalkan pewaris tidak boleh dibagi-bagi oleh yang berhak.

sistem demikian. sistem atasan dan bawahan tidak ada. Anggota bagian masing-masing
dinilai. diberhentikan. atau diterima kerja oleh bagian atau kelompoknya sendiri. Umumnya
mereka bekerja sungguh-sungguh. cepat. ramah. dan pantnng mengatakan Ielah. karena tahu
untuk apa dan ul1~k siapa mcreka bekcrja bcrat. Dalam usaha dagang atau usaha
prinsip bagi h~sil terlihat pada sistem IIIlnk SCUllllfg imlu/l 5CI'laIfg. Misalnya scornng pedagang
atau pengusaha di rantau lebih mcnyukai menerima tennga kerja seperti kemenakan
kerabat atau orang kampungnya sendiri. Mcrcka tidak digaji. tapi diberi makan dan tum­
pangan di toko atau perusahaan. yang sckaligus bcrtugas sebagai penjaga. Ada kalanya
mcreka tinggal di surau yang disertai oleh induk semang itu membangunnya. (ini suatu
aspek lain kenapa pedagang Minangkabau sub membangun smau/mushala di rantall. yakni
bukan hanya kare:na untuk tcmpat bcribadat. tapi juga dapat dijadikan rumah tumpangan
bagi ke:rabatnya yangdatangdari rantau). Sckali scbulan mereka diberi uang saku y.ml;l tidak
jumlahnya. tergantung pada hasil yang diperolch induk semang. Hila tiba waktunya
semang itu berumah tangga. mcrcka dilcpas untuk bcrdiri sendiri. Absannya. selain
induk scmang tidak suka mcmpunyai tenaga kerja yang telah bcristri kareml biayanya akan
lebih mahal. tapi juga memaksa mereka berusaha sendiri scbagaimuna mestinya. Ada yang
dengan cara memberikan barang amanah untuk dijualkan secara berkdiling utau di kaki
lima. sedangkan bagi yang berbakat diajak berkongsi dengan sistem bagi hasil. Yang diajak
berkongsi bisa dalam toko atau perllsahaan yang ada. tapi juga dengan mcmbuka cabang
yang baru. Tidak jar:mg pula anak semang yang berbakat itu diambil jadi menantu. lalu
memberinya modal atau menggantinya tugas induk semang tersebut. Akan tctapi sistem
·perkongsian antara sesama pedagang atau pcngusaha setaraf. jarang sekali yang kekal.
16 Uhat juga bab "Rumah Gadang" dan bab "Perkawinan".
17 . Tembilang ialah alat untuk menggali tanah.

ISS!
Setiap harta yang telah jadi pusaka selalu dijaga agar tinggal utuh. demi untuk
menjaga keutuhan kaum kerabat, sebagaimana yang diajarkan falsafah alam
dan hukum ndat mereka. Pada gilirannya diturunkan pula kepada kemenakan
berikutnya. Kemenakan laki-Iaki dan perempuan yang berhak menerima wa~
risan memiliki kewenangan yang berbeda. Kemenakan laki-Iaki mempunyai
hak mengusahakan. sedangkan kemenakan perempuan berhak niemiliki. Da~'
Jam mamangan disebutkan warih dijaweh, pusaho diroloHg (waris dijawat, pusaka
ditolong). Maksudnya ialah bahwa sebagai warisan harta itu diterima dari
mamak, dan sebagai pusaka harta itu harus dipelihara dengan baik
Sagi seorang laki-Iaki yang be'rhasil mengumpulkan kekayaan. tugasnya
yang utama ialah memegang sawah dan ladang yang diperuntukkan bagi
saudara kandung. IS Maksud saudara kandung di sinilah ialah saudaranya yang
perempuan. Hal ini diungkapkan pantun sebagai berikut.
Apo gUHO habau bara/i,

Lapel! ka rimbo jadi jalaHg,

Pauikal1 sajo di pamataHg,

Apo gUHO badaJ1 maHcari,

Jyo mamllgaHg sawah jo ladal1g,

Nah mambela saHah J1aHduaHg.

Apa guna kerbau bertali.

Tiba di rimba jadi jaiang,

Pautkan saja di pematang.

Apa guna badan mencari,

Ialah pemegang sawah dan ladang,

Untuk membela saudara kandung, ,

Selama harta yang diperoJehnya, baik karena tembilaHg besi atau tembilang
emas belum diserahkan secara resmi kepada ~audara kandungnya, ia berhak

1S Dalam pola yang' baru. seorang laki-Iaki berusaha meneari harta kekayaan seh~in,. bagi
kepenringan dirinya sendiri. juga bagi keperluan saudara perempuannya. Kalau saudara
perempuan itu masih gadis, maka keperluannya berupa alat persiaparl p~rkawinannya. sejak
pakaian yang indah-indah, peralatan kamar pengantin, perbaikan rumllh y~ng diperkirakan
periu diperbaiki dan bahkan juga menyediakan biaya perkawinan. Penyediaan peralatan
yang pantas akan mempermuqah bagi saudaranya itu mendapat suami' yang pantas pula.
Lazimnya pembiayaan itu semua diberikan oleh desakan ibunya. Se!l.ang~~n untuk sl!udara
perempuannya yang telah bersuami. kewajiban seoratig laki~lakiialah' metnbuatkan twnah
untuknya. Rumah saudara perempuannya itu akan merupakan rumah kemenakan~y'a'yang
perempuan. Kememikannya perempuannya itu pada s'uatu masa akart niemerlukl!n suami.
Tidaklah akan mudah bagi seorang gadis untuk memperoleh jodoh yang paritas apaliila.pada
dirinya tidak ada persiapan yang pantas. Demikianlah berkelanjutan' tugas, seorang Iflki-Iaki
Minangkabau, (J.:ihat juga bab "Perkawinan"), Sedangkan menurut polalama. sebagainiana
159
J11emperlakukannya menurut sukanya, kecuali menyerahkan'kepada anak dan
istrinya. tanpa setaqu dan seizin kerabatnya. 19
Hak Warisan
Petitih mengatakan bahwa sako (saka) dan pusako (pusaka) diwanskan
kepada kemenakannya: Dari miHiak ke mamak, dari mamak rUrtlH ke kamaHakan
(dan nenek (moyang) ke mamak, dari mamak ke kemenakan). Pengertian
nenek (moyang), sudah tentu berdasarkan stelsel matrilineal itu, yaitu mamak
dari mamak. Mamak merupakan saudara laki-Iaki ibu. Pengertian turun dan

yang dinukilkan pantun itu. tugas seorang laki-Iaki tetap untuk membela saudara kandung­
nya: agar saudara kandungnya mempunyai liarga din dan martabat yang pantas. yakni
dengan membennya sawah atau ladang. Tujuan menyediakan sawah atau ladang bagi
saudaranya itu iaJah agar pada masa perkawinannya hidupnya tidak tergantung pada
suaminya. Menggantungkan hidup pada suami sama artinya sama dengan menggantungkan
hidup kepada orang Jain menurut sistem p,crkawinan eksogami. Laki-Iaki tidak akan me­
nyukai istri yang demikian. Setidak-tidaknya kerabat suaminya akan merasa tidak bersenang
.hati apabila jenh payah s3J.ldara laki-Iakinya akan digunakan untuk menghidupi istrinya.
padahal istrinya adalah orang lain.
19 Semenjak sumber kehidupan masyarakat tidak lagi hanya semata-mata dari hasi! pertanian,
bahkan setdah penghasilan dan jasa dan perdagangan telah menempati posisi yang lebih
baik. maka penguasaan atas tanah persawahan dan perladangan telah beralih kepacla kedua
golongan yang terakhir ini. melalui sistem pegang gadai. Pola pewansan pun menghadapi
guncangan. Oleh karena uangnya banyak. kedua golongan ini menebus harta pusaka
kaumnya yang tergadai oleh kaum lain. Penebusan atas namanya pribadi. Secara moral hal
itu tidak salah. malah lebih baik daripada harta pusaka tetap dikuasai kaum lain. Sejak itu
hasil sawah menjadi hak pribadinya. Ketika ia meninggal. secara hukum adat. sawah itu
diwanskan kepada kemenakan. Dalam hal ini kemenakan itu adalah yang kandung. yaitu
anak saud~ra kar.dungnya. Sejak dari sini mulailah lahir keruwetan masalah pewarisan itu.
Pertama karena jumlah kemenakan cukup banyak. Kedua. kedudukan kemenakan itu tidak
sarna. karena di antaranY3 mungkin ada anak dan saudara perempuannya yangtidak scayah,
yang menurut hukum stelsel patrilineal merupakan saudara tiri sedangkan menurut hukum
adat merupakan saudara kandung. Ketiga, anak-anak saudara sepupu yang
secara hukum adat masih berhak atas wansan itu karena sawah atau ladang itu,
tergadai ke orang lain, merupakan haTta milik mereka juga. sebagai pusaka tinggi. Dahulu
harta itu digadaikan demi kepentingan bersama. yaitu menutup malu anggota kerabat
seluruhnya. Salah seorang di antaranya adalah mamak atau ibu penebus yang telah mening­
gal. Oleh karena itu menurut logika hukum adar, wansan itu harus kembali meniadi pusaka
tinggi yang meniadi hnk bersama. Dari struktur pewansan itu. pertama-tama kesulitan yang
timbul adalah untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh hasil sawah warisan itu
atau siapa yang berhak menggarapnya. Hal itu tidak mudah diatur lagi karena pengaruh
individualisme telah berangsur-angsur mendesak sistem komunalisme tradisional. Inilah
sumber persengketaan yang berlnrut-Iarut dalam kehidupan sosial masyarakat nagari di
Minangkabau. yang kemudian mempengaruhi tingkah laku politik yang didalangi partai
yang saling memusuhi. Ada indikasi bahwa di nagan yang luas tanah dan sawahnya
komunisme lebih subur jika dibanclingkan dengan nagari yang sempit tanahnya. Dari
160
nenek ke mamak. dari mamak ke kemenakan ialah turunnya hak warisan dari
sako dan pusako. Sako adalah warisan jabatan sedangkan pusako merupakan
warisan harta benda. 20
Berhubung sistem ekonomi mereka bersifat komunaI.maka dengan sendiri­
nya harta benda itu milik bersama seluruh kerabat atau seluruh kaum yang
secara geneologis menurut garis turunan perempuan. Oleh karena kaum itu
terdiri dari laki-Iaki dan perempuan. maka sHat warisan itu menjadi bergaris
yang paralel. Sako diwariskan pada kemenakan, yang di dalamnya melengket
segala tugas. hak. dan kewajiban laki-Iaki. Dalam masalah pusako, kaum
laki-Iaki merupakan kllasa, sedangkan pemilikan oleh seluruh kerabat. Dengan
sendirinya. meskipun sebagai kuasa.laki-Iaki tidak berhak menetapkan sendiri
kedudukan pusako. Pihak perempuan mempunyai hak yang sarna.
Untuk kedudukan barang-barang yang bergerak berlaku juga ket~ntuan
adat, seperti halnya bendi, pedati, serta ternak. Kemenakan laki-Iaki dapat
memakai atau memeliharanya sebagai sumber nafkahnya. tetapi tidak dapat
memilikinya. Namun, dalam perjalanan sejarah, kuasa serta pemilikan terha­
dap warisan yang demikian seperti ada suatu kesepakatan yang telah menjadi
kelaziman umum. yaitu harta pusaka demikian jatuh kepada kemenakan
laki-Iaki, sedangkan harta pusaka seorang ibu jatuh menjadi milik anak per­

persengketaan warisan inilab muncul perkara yang lebib tinggifrekuensinya pada semua
pengadilan negeri di Sumatera Barat semenjak zaman Hindia Belanda bingga dewasa ini.
Babkan Derkara pidana di desa pun banyak bersumber dan sengketa masalilb harta pusaka
juga. Mocbtar Naim. MeJlggali Hukum TaHah daH Hukul1I Waris MiHiniglr,ibau,
Center For Minangkabau Studies Press. 1968, Buku kumpuian makalab "Seminar
Hukum Adat Minangkabau" di Padang tahun 1968. '­
20 Dalam tambo dikisabkan alasan sako daff pusako (saka dan pusaka) diwariskan kepada
kemenakan, Ada berbagai versi kisabnya. Di antaranya ialab babwa pada waktu Datuk
Perparih nan Sabatang masih bernama Sutan Balun. ia terpasah ke Nagari Tiku. Pada wakru
iru Raja Tiku. TU,anku Rajo Tuo, menyurub anak buahnya membuar perahu besar. Kesulir­
an diremui. Serelab perabu siap, ridak dapat dirurunkan ke air, meskipun tdab ditank
beramai-ramai. Suran Balun diminta membantu.la mencoba menank seorangdin, iuga'tidak
berhasiI. lalu katanya babwa perabu bisa ditarik apabila digalang dengan tubuh manusia.
Tuanku Raio Tuo menvurub anaknya menjadi penggalang. Anaknya tidak mau. 'Lalu
Si kemenakan menyanggupi. Kemudian Suran Balun melecut
oleh badan kemenakan Tuan Rajo Tuo. serra merta meluncur­
mencederai tubub yang menggalanginya. Sejak itu diputuskanlah
Bilang Pa!1dai babwa pusaka diwariskan kepada kemenakan. Versi lain mengisah­
kan babwa Datuk Kerumanggungan dan Datuk Perpatih nan Sabarang melakukan peJayar­
an. Suaru ketika perabunya rerdampar ke karang, Mulanya disuruh semua anak'untuk
menarik perahu di aras karang iru, ridak seorang pun yang mau. Ketika semua kemenakan
disurub. maka mereka semua rerjun ke laur untuk menarik perabu iru. Karena kesetiaarinya
irulah. kcmcnaJ<an yang berbak mewarisi warisan tnamaknya,
161
empuan. Seperti halnya rumah kediaman pribadi yang tidak'diperoleh karena
warisan, barang emas atau peralatan rumah tangga.
Terutama berkenaan dengan harta milik ibu ini, anak laki-Iaki akan merasa
malu menggunakan haknya sebagai ahli warisan. Ajaran mereka "berpantang
laki-Iaki memakan pencarian perempuan" dapat menghalanJ;inya untuk me­
riunrut warisan itu sebagai haknya. Harta itu adalah hak saudara perempuan­
nya. Seandainya saudaranya yang perempuan tidak ada, hak-warisan itu akan
diberikannya kepada saudara sepupunya yang perempuan (anak dari saudara
ibunya yang perempuan).
Membagi-bagi harta pusaka kepada ahli waris yang tidak berhak. dengan
sendirinya berakibat memecah-belah keutuhan sistem kekerabatan. Perbuat­
an itu dipandang tabu serta melanggar sumpah sakti nenek moyang: Ka Men
indak bapucuak, ka bawah indak baurelt, di tal1gan-tal1gan dilariak kumbllng eke atas
tidak berpucuk. ke bawah tidak berurat, di tengah dilubangi kumbang), yang
artinya orang yang melanggar sumpah itu ibarat pohon yang pucuknya mati,
akar-akarnya layu; dan hewan ngengat memakan batangnya. 21

21 Sistem pewarisan Minangkabau tidak henti-hentinya dibicarakan dan dipersengketakan.


terutama oleh kalangan ulama yang ingin menegakkan hukum faraid (warisan menu rut
hukum Islam). Penentangan hukurn warisan adat ini diperkirakan te!ah semenjak awn Iabad
ke-19, meJ:.lurut keterangan Syekh Jalaludin dalam tulisannya yang masih tcrdapat di
museum, Jakarta. Masalah pewarisan itu telah menimbulkan salah saw isu yang kuat bagi
gerakan Padli, Setelah zaman Padri, ulama yang paling keras menentang hukum warisan
, adat itu ialah Syekh Ahmad Khatib, ulama Minangkabau terkemuka yang menetap di
Mckah. la tidak tanggung-tanggung melakukan penyerangan dalam berbagai buku dan
risalah yang ia tuBs. Bahkan ia sampai mengatakan bahwa hukum warisan adat itu produk
Datuk' Perpatih nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan yang kanr. yang berasal dari
sya,itan. Siapa saja yang memperlakukan hukum orang kanr di samping hukum Islam. maka
mereka itu pun kanr dan akan masuk neraka. (Lihat B.1.0..Schriek. PergO/llkall Agama di
Sumatera Bartlt, Jakarta, Bhratara, 1973, him. 35-36). Akan terapi, ulama yang menerap di
Sumatera Barar sendiri bersikap lebih loyal. meskipun di bidang hukum lain ia termasuk
keras., Ur;npamanya, Dr. HA Karim Amrullah memandang hukum warisan adat Minangka­
bau yangberbentuk pusaka tinggi tidak dapat diganggu lagi karena harta itu sudah merupa­
kan milik umum. Akan tetapi. harra pcncaharian seyogyanyalah mengikuti hukum faraid.
~Lihat>Mochtar.Naim op. dr. hIm. 32-40). Pendukunghukum adat menyatakan bahwa sistem
perkawinan cksogami serra struktur kekerabatan Minangkabau menempatkan pasangan
sua,mi istri tetap sebagai warga suku masing-masing, Seorang laki-laki mempunyai kewajiban
yang sama terhadap anak dan kemenakannya seperti kata mamang: "Anak dipangku
kemenakan dibimbing". Setinp konperensi. kongres. atau seminar adat sejak tahun 1952
hingga tahun 1968, senantiasa mengambil keputusan bahwa untuk pusaka tinggi tetap
berlaku menurut hukum ndar, tetapi warisan dari harta pcncarian harus mengikuti hukulll
faraid. Tidak ada angka-angka yang pasti untuk membuktikan keputusan itu telah direrima
masyarakat. Memang sudah ada indiknsi yang kuat bahwa hak kemenakan tclah berangslIr
tersisihkan. Kemcnakan mendapat warisan sekalipun dalam jumlah yang tidak scimbang
162
Pusaka Rendah dan Pusaka Tinggi
Warisan yang ditinggalkan seseorang, pada tingkat pertama 4isebut.sebagai
pusako relldah (pusaka rendah). Keterangannya ialah sebagai berikut. Oleh
karena ahli warisnya masih berjumlah kecil, ahli waris dapat membuat kesepa­
katan untuk mengelola harta warisan itu, umpamanyauntukdijual atau untuk
dibagi~bagi antara mereka, meskipun tindakan itu tidak terpuji. Di samping
itu,karena orang yang mewarisinya masih sedikit, maka.statusnyamasih
dipandang rendah. Akan tetapi, apabila para ahH waris tetapmenjagakeutuh~
an warisan itu, dan kemudian pada gilirannya mewariskan. pula..ke'pada ahli
warisnya, sehingga tidak mudah lagi mengadakan kesepakatan untuk pengelo­
laannya, maka statusnya telah dapat dipandang sebagai pusako tillggi (pusaka
tinggi).:.. "
Sebagai pusaka tinggi. warisan itu memerlukan persetujuan penghuli.l'kaum
untuk mengubah statusnya, umpamanya untuk menggadaikannya. Persetuju~
an penghulu itu tentu saja tidak akan mudah didapat karena penghulu itu
hanya akan menyetujui tindakan itu apabi\a seluruh ahli waris telah sepakat. 22
Petitih mereka mengatakan tentang harta warisan itu: Wanh dijawek pusakd
dito!ollg, (warisan dijawat pusaka ditolong). Yang artinya sebagai warisan. ia
diturunkan kepada yang berhak dan yang berhak menjawatnya (menyambut­
nya), tetapi sebagai pusaka (yakni sebagai warisan yang telah diterima). maka
ia harus ditolong atau dipelihara, brena ia merupakan suatu lembaga milik
bersama untuk turun-temurun.
RUH1ait gadal1g sebagai pusaka mempunyai nilai sendiri dalam sistem pewaris­
an.la ditempatkan seolah-olah pusaka yang "sakti" atau tidak dapat diganggu
gugat atau dipindahtangank:m seperti sawah atau ladang. Rumah kediaman
biasa, meskipun telah menjadi warisan, pada umumnya tidaklah menimbulkan
persengketaan antara ahli waris, Oleh karena, akhirnya ia merupakan milik

dengnn diperoleh annk. Namun. amanah yang diberiknn pewaris kepada anak-anaknya
umumnya ccnderung tidak memakai hukum faraid. Warisan dibagi sama bnnyak antara anak
laki-hlki dan anak perempunn. Bnhkan apabila warisan itu hnnya sebuah rumah di atus tanah
yang dibeli atau disewa. lebih-lcbih di kota. maka hak waris jatuh kepada anak perempuan
semata-mnta. Opini umum masih memandang janggal kalnu anak laki-laki sampai menunt~t
hnknya. Malahan pada kongres Partai Scribt Islam Indonesia (PSII) tahun 1934 diBanjar­
negara tdah mengajukan suatu mosi besar bahwa sistem harta pusaka'dan pegang gadai yang
berlaku sebagai suatu sistem yang tercela.
22 Semeniuk lewat zaman )epang. ketika moral telah mempunyai nHai yang berbeda. sudah
banyak penghulu yang tidak menjunjung hukum adat lagi, Tanah pusaka atau t3nah kaum
telah in bagi-bagikan menurut kemauannya sendiri, bahkan menjualnya atau meny.etujui
penjualannya kepadn siapa saia ynng sanggup membcli mahal. Hal ini menyebabkan jumlah
sengket.l tunnh yang diajukan ke pengadilan negeri dinyatakan sebagai einggi. Dan bagi
pengadilan negen..bukan masalnh yang mudah untuk menyelesaikan sengketa itu.
163
yang dikuasai kerabat yang perempuan. Orang laki-Iaki ti'dak dapat meng­
aturnya.
Sebagaimana rumah gadang. rumah kediaman biasa dibangun seeara kolek­
tif. Seorang laki-Iaki yang sukses kehidupannya. di sam ping membantu mem­
bangun rumah untuk saudara perempuannya. ia sendiri juga membangun
rumah untuk anak perempuannya. dengan bantuan atau tanpa bantuan
mamak-mamak anaknya. Untuk menghindarkan persengketaan di kemudian
hari, maka rumah yang dibuat untuk anak itu dibangun di atas tanah kaum
istrinya. Jika dibangun di atas tanah kaum sendiri. rumah itu berarti akan
menjadi warisan bagi kemenakan perempuannya. 23

Harta Pencarian
Yang dimaksud dengan harta pencarian yaitu harta yang diperoleh karena
usaha pribadi. umpamanya dengan cara menggarap sawah atau ladang. berda­
gang, atau dengan menjual jasa. Biasanya orang-orang muda dianjurkan pergi
merantau untuk meneari harta. Merantau itu ada kalanya antara jarak waktu
habis panen dan turun ke sawah lagi. ada kalanya beberapa musim. tetapi tidak
jarang pula sampai beranak-pinak. Semua harta bend a yang dimilikinya di
rantau merupakan harta peneariannya. Sebagai harta penearian. hak warisan­
nya tidak jatuh kepada hukum adat. Apabila dari hasil peneariannya. ia
memegang gadaian di kampung halamannya. maka hak warisan dari harta itu
jatuh kepada hukum adat. Sesuai dengan bunyi petitih: Di mana b~lmi dipijak. di
situ langitdijujuang (di mana bumi dipijak. di sana langit dijunjung).24

~3 Beberapa yurisprudensi hukum waris ini secara lebih luas telah disampaikan Dr. Iskandar
Kemal. S.H. dalam "Seminar Hukum Adat" yang ber;udul "Beberapa Aspek Dari Hukum
Kewarisan Matrilineal ke Bilateral di Minangkabau" (Lihat Mochtar Nairn. op. cir. him.
151-162).
24 Sesungguhnya istilah harra pCl1caria1f bukanlah salah satu produk lembaga adat Minangkabau.
lstilah itu muneul setelah adanya sistem ekonomi unng. dengan ciri perdagangan dan
perburuhan telah menjadi sumber hidup yang penting. dan sistem kekerabatan mulai beralih
'·kepada sistem keluarga: ayah. ibu. dan anak. supaya p~ncarian seseorang terhindar dari
tuntutan hukum adat yang komunal itu. Namun, perubahan sosial bukan tidak menimbul­
kan banyak konflik dalam masyarakat Minangkabau sendiri. baik yang bcrada di Minangka­
bau maupun yang berada di luamyn. Di satu pihak. orang laki-Iaki mulai mempunyai
.kekuasaan yang tinggi di rumah tangganya. Frekuensi pereeraian dan poligami meningkat
karena bukan hanya dilakukan penghulu atau ulama saja. melainkan knum pedagang dan
pegawai serta buruh pun dapat melaksanakannya. Di lain pihak. dominasi kerabat istri pada
ruinah tanggaitu tetap sebagaimana biasa. karena mereka seeara bergantian dan terus­
menerus menempati rumah yang didiami suami istri itu sebagai penumpang sementara. Hal
ini mengakibatkan si suami tidak ubahnya sebagai "tambang emas" yang tidak habis­
habisnya. tetapi kehilangan kewenangan di atas rumah yang dibangunnya sendiri seearn
berangsur-angsur. Uhat juga bab "Perkawinan".
164
Harta pencaharian yang letaknya di rantau, hukumnya menurut: Di mana
bumi dipijak di sinan langik dijujuang (di mana bumi dipijak, 'di sana hingit
dijunjung). Artinya, hukum yang dipakai ialah yang berlaku di tempat harta
terletak. 25

Harta Suarang
Perempuan bukan tidak mungkin memperoleh harta karena usah'anya. baik
dari usaha bersama dengan suaminya maupun dari usaha sendiri. umpamanya
dari menggarap sawah. berdagang, atau bentuk usaha lainnya. Harta yang
diperoleh karena kerja sarna dengan suami itu disebut suarang. 26 Artinya, suami
istri yang bersama-sama berusaha, tetapi kedudukan harta itu tidak menyatu,
seperti yang diungkapkan mamang: Suarang dibagi. pusako dibalah (barang diba­
gi, pusaka dibelah). Maksudnya. sebagai harta bersama masing-masing mem­
punyai hak bagiannya dan sebagai pus aka ia dibelah menurut warisan masing­
masing pula. Artinya bila perkawinan mereka bubar (bercerai atau meninggal)
harta itu dibagi atau dibeJah dua. Ketentuannya sebagai berikut. (1) BHa
suami istri bercerai. harta suarang dibagi dua antara mereka yang berusaha.
(2) BHa perkawinan itu bubar karena suami meninggaL harta itu dibagi dua
antara istri dan ahli waris suaminya yang daJam hal ini kemenakannya. (3) Bila
yang meninggal istri. harta itu dibagi dua antara suami dan ahli waris istrinya
yang dalam hal ini anaknya. (4) BHa keduanya meninggal serempak. bagian
suami diwarisi kemenakannya. sedangkan bagian istri diwarisi anak-anaknya.
Pengertian anak dari istri itu bisa saja anak-anaknya dari
, suaminya yang lain.
Pegang Gadai
DaJam pindah tangan pemilikan harta di Minangkabau tidak dikenal sistem
jual belL Di Minangkabau tidak ada orang yang mau dan dapat menjual
hartanya. seperti sawah. ladang, atau rumah. karel1a selain harta demikian
merupakan milik bersama, hukum adat pun tidak membenarkannya. Pemeo
mereka mengatakan: Dijua tak dimakan bali. digadai tak dimakan sando (dijual tak

25 Senng juga terjadi bahwa kerabat sekaum berusaha memperoleh hak wansan "dan mamak
turun ke kemenakan" dengjln berbagai dalih. antant lain bahwa pewans dimodali oleh kaum
umuk menyekolahkannya atau memulai usaha dagangnya, Ada kalanya perebutan warisan
itu sampai diajukan ke pengadilan negen. Ketika kasus itu diajukan ke pengadilan negen
Medan pada masa sebelum Perang Dunia II. tuntutan pihak kemenakan telah ditolak. Ak.m
tetapi. kasus-kasus yang sama jika diajukan ke pengadilall negeri di Sumatera Sarat umum­
Ilya dimenangkan pihak kemenakan. Artinya. pengadilan negeri hanya mengakui hukum
ad at setempat dan tidak menganut hukum yang dipcgang pcnganutnya. (Lihat juga makalah
Dr. Iskandar Kemal. SH. ibid).
26 SuaraHg berasal dan bahasa Sanskerta swa dan twa. Kata TWa biasa berubah menjadi mal/g,
seperti YlllIl1g pu/uh. Di sini artinya satu berdua.
165
dimaka.n beli,digadai tak dimakan sandera).
Apabila harta pusaka itu hendak dipindahtangankan untuk mengatasi kesu­
litan, ia hanya dapat digadaikan atau disandokan atau juga disebut disandarokan
(dis~nderakan), sebagai jaminan pinjaman. Sando atau sandaro ada tiga jenis­
nya, yakni seperti berikut.
1. Sando atau sandaro (sandera), yaitu menggadaikan harta yang akan ditebus
se.waktu-waktu, sekurang-kurangnya setelah sekali panen.
2. Sando kudo atau sandaro kudo (sandera kuda), yaitu menggadaikan harta
yang tidak mungkin dapat ditebus lagi karena telah beberapa kali dipada­
lam (diperdalam), yakni uang gadaian diminta tambah, sehingga kalau
hendak ditebus harganya telah terlalu tinggi. Lebih baik memegang gadai
orang lain yang luasnya sarna tetapi harganya akan lebih rendah.
3. Sando aguang atau sandaro aguang (sandera agung), yaitu merungguhkan
harta untuk selamanya, bagai salamo matonari. bulan dan bintang berada,
salamo awan putian, salamo gagak itam. salamo aia ilia (selama matahari.
bulan. dan bintang beredar. selama awan putih. selama gagak hitam.
selama air mengalir).

Alasan Gadai
Hanya karena empat alasan pegang gadaj27 bisa dilakukan. Itu pun harus atas
kesepakatan semua warga kaum. Keempat alasan itu ialah seperti berikut.

I
27 Ulama yang ekstrem pada umumnya ulama secara radikal menyatakan sistem gadai sebagai
riba hukumnya. karena si pemegang gadai akan mengambil seluruh hasil tanah itu. Hasil itu
merupakan bunga uang. Pendapat ulama ini sangat gencar pad a masa awal abad ke-20.
Sedangkan pihak pembela adat mencari dalih bahwa gadai itu sarna dengan dijual dengan
perjanjian atau illai raklik dan harga gadaian cukup tinggi. Oleh karena itu. huku~nya tidak
dapat dikatakan sebagai riba. Dalam Seminar Hukum Tanah dan Hukum Waris yang
dihadiri para ahli hukum. ulama. dan penghulu di Padang pad a tahun 1968 tidak lagi
ditemukan suatu pendapat yang menghukum sistem pegang gadai Minangkabau sebagai
riba. Malahan semua peserta sepakat bahwa Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1960.
pasal yang mengatur pegang gadai. tidak tepat dilaksanakan di Minangkabau. Peraturan itu
mewajibkan bahwa tanah pertanian yang telah tergadai selama tujuh tahun dikembalikan
kepada pemiliknya dengan tidak ada hak untuk menuntut pembayaran uang tebusan.
Namun. pada umumnya perhatian orang terutama pada sistem pegang gadai sawah. Sedang­
kan mengenai pegang gadai perkebunan. yang pada umumnya berbeda. penggarapan dan
hasHnya tidak mendapat perhatian. Pemegang gadai sawah !11asih memerlukan usaha peng­
garapan kalau ingin mendapat hasil. Pemegang gadai perkebunan. seperti kebun kelapa.
tanpa bekerja dapat mengutip hasH. Ada kalanya hasH kebun itt.: dapat mengembalikan uang
gadaian. Namun. hasH itu tidak diperhitungkan sama sekali. Sebagai akibat dari pengaruh
ekonomi uang. empat alasan semula diperlu~s dengan enam alasan lagi. yakni untuk
membayar utang kehonnatan. untuk membayar biaya perbaikan bandar sawah kepunyaan
kaum. untuk membayar utang darah (karena warga bum melukai atau membunuh orang).
1(l6 .
"t".

1. Maik rabujua di Men mman (mayat terbujur di atas rumah). Upacara


kematian seorang anggota kaum yang dihormati harus ~ama agungnya
dengan upacara perkawinan ataupun penobatan penghuiu. Upacara ber­
langsung bertahap-tahap, seperti pada waktu tiga hari, tujuh hari, tiga kali
tujuh hari, empat puluh hari. seratus hari. dan akhirnya tiga kaliseratus
Setiap upacara senantiasa mengadakan kenduri makan minum. 28

untuk menutup kerugian atas suatu kecelakaan.~untuk ongkos naik haji ke Me~ah, dan
untuk membayar utang yang dibuat kaum seeara bersama-sama. Kemudian diperhJas lagi
dengan empat alasan lainnya, yakni untuk menutupi ketekoran uang kas yang dipercayakan
kepada salah seorang kaum. untuk biaya pcngobatan terhadap anggota kaum yang.sakit
parah. untuk membiayai pendidikan anggota kaum. dan untuk memodali anggota kaum
dalam perdagallgan. Sebenarnya, hal-hal itu tidak mungkin dapat disetujui seluruh anggota
kaum yang berhak. Namun. Pemenlltah Hindia Belanda membenkan jalan dan kekuatan
suatu lembaga yang ditumbuhkan untuk hal-hal seperti itu. yakni Mamak
Sistem administrasi menuntut surat-surat perjanjian yang ditandatangani. Untuk
menandiltangani surat pcrjanjian itulah lembaga bam ditumbuhkan. Dengan wewenang
Mamak Kcpala Waris itu, tanah pusaka tinggi dapat dihipotekkan kepada bank atau dijual
dengan kckuatan hukum yang didukung pengadilan negeri. Adanya lembaga inilah yang
menyebabkan masalah harta pusaka menjadi neuh tcrus-menerus. bukan hanya mcnggun­
cang kehidupan sosial. retapi juga menyebabkan terjadinya banyak perkara pi dana dan
perdata. bahkan masalah politik setelah kcmerdekaan Indonesia, Umpamanya, di wilayah
pcrsawahan luar masyarakatnya Icbih tcrpecah-pecah karena mengikuti partai politk yang
bertentangan. Partai itu digunakan sebagai scnjara dan tameng dalam menyerang dan
mempertahankan diri dan lawan sengketa dan dendam lama yang terpendam akibat sengke­
ta ten tang harta pusaka ini.
28 Kendllri dan bahasa Persi klllllldllri. artinya mengadakan selamatan dcngan menghidangkan
makanan minuman berkenaan dengan upaeara kcagamaan. Orang Minangkabau sangat
biasa melakukan kenduri utau yang semacamnya pada berbagai kesempatan, baik yang
bersifat ritual kcagamaan maupun yang bersifat bukan ritual keagamaan. Ada yang dikaitkan
dcngan kcpercayaan non-Islam, seperti pada pcristiwa kcmatian dan peristiwa ke:lahiran.
Ada yang dikaitkan dengan kepercayaan kepada agama Islam. seperti khitanan. khatam
Quran. dan hari-hari raya agama. Orang yang tidak melakukannya dipandangsebagai orang
yang telah jatuh miskin dan juga sebagai orang yang tidak mau ,bergaul "sehilir semudik"
antara sesamanya. Ajaran falsafah mereka sangat mendorong setiap orang agar tampiluntuk
dihargai. Salah satu earanya ialah dengan mengadakan kenduri atau perjamuan, .makan
minum, seperti yang diungkapkan pituah: Nak 11!Idia bmabur urai. Ma~sudnya. bila:mau
dihonnati orang. perlihatkanlah kedcnnawanan. Salah satu earanya ialah mengundang
'oran'g ke rumah untuk makan minum. Mengajak makan minum ke. restoran atau Iepau
dipandang tida~ pantas. Oleh karena hanya orang mampu atau kaya Yang dapat \:!erbuat
demikian. maka eara demikian akan mendorong mereka untuk.berusaha meneari hlltta
dengan giat. seperti yang diungkapkan lanjutan pituah tadi:.Nak mu!ia.bmabur.urai,.Hak ktiY4'
kuat m/lHcari. (Dengan sendirinya penbahasa Me/ayu "hemat pangkal kaya" tidak mereka
pakai). Pada masa sebelum Perang Dunia [J para ulama di Minangkabau. teru~ama di
kalangan kaum'muda tdah melitkukan kampanye antikenduri .tradisiol1al itu,:terutama
'kenduri pad~waktu han-hari upaeara kematian sebagai suatu perbuatan ria dan bldak (Ria
167
2. Mal1agakkall gala pusa/[o (mendirikan gelar pusaka), y~itu mendirikan
penghulu baru menggantikan penghuJu yang tidak dapat berfungsi lagi.
karena mengundurkan diri atau karena meninggal. 2Q
3, Gadih gadallg il1dak ba/aki (gadis dewasa belum bersuami). yaitu biaya
'persiapan dan pelaksanaan perkawinan seorang gadis yang biasanya mahal
karena perjamuan yang berlarut-larut. 30
4. Rumah gadallg kaiirisal1 (rumah gadang ketirisan), yaitu biaya memperbaiki
rumah gadang yang telah rusak. ) I

Syadlt Pegang Gadai


Sy:aratpegang gadai sangat berat bagi pihak yang menggadaikan. Nilai harga
gadaian hampir seperti harga jua\, sehingga akan sulit menebusnya kembali.
Da'1 seiama terg!idai, hasil atau sebagian hasil dari harta pusaka itu tidak
diperoleh lagi. Oleh karena itu. kalau tidak oleh alasan yang berat yang akan
dapat memberi malu seluruh kaum kerabat. maka pegang gadai tidak akan
pemah dilakukan: 32
Syaiat dalam perjanjian pegang gadai ialah sebagai berikut.
~:' Pegang gadai dianggap sah. apabila semua ahli waris telah menyetujuinya.

berasal dari bahasa Arab riYlltlH. yang- artinya perbuatan scpcrti mcmamcrkan kckayaan.
Bidah juga berasal dari bahasa Arab yang artinya pcrbuatan yang mcngada-ada dari ajaran
agama). Kebiasaan mcngadaknn kcnduri itu tdah menimbulkan kemiskinan pada berbagai
kduarga. Kalau kenduri itu sampai menggadaikan harta pusaka. selalu timbul sengkcta pada
ahli wans. Kampanye bum Illuda ittl ternyata tidak Illcncapai hasH seperti yang diiniJinkan­
nya hingga sckarang.'Di wilayah yang keagaillaannya dikllasai katLm ttLa. tcrutama di
agraris. kebiasaan mengadakan kenduri itu masih terus bcrlangsung hingga kini. Meskipun
demikian, berbagai peringatan pada upacara kematian tclah banyak merckn tinggnlkan
karena keadaan yang kerns selama masa Peran!! Dunia II yang bcrlanjut d<'ngan Perang
Kemerdckaan.
29 Upacara atau perjamunn mencgakkati pcnghulu baru ,ungat mahaL baik karena kchidupan
telah demikian berat maupun knrena banyak kaum telah tidak punyn pcmilikan sebab telah
tergadai atau scbab lain. Kini lazim dilaksnnakan upacarn penobatall secara kolektif. Arti­
nya, pada stlatu perjamuan banyak penghulu yang dinobatkan pada SU<ltu nagari.
30 Lihat lebih lanjur bab "Perkawinan".
31 Berbagai ahli adat mcnafsirakan pasal ini bukan dcngan makna harfiah. Mercka menafsir­
kannya dengan adat tidak berdiri atau tidak terlaksana. Maksudnya. suatu peristiwa yang
akan menimbulkan malu pada bum yang harus ditcbus. ant,ITa lain untuk mcmbayar utang
salah seorang mamak kaum. Deng:m tafsiran scmacam itu. terbuknlah berbagai alasan untuk
menggadaikan harta pusaka scbagaimana yang dikemukakan dalam catatan sebelum ini.
31 Oleh karena sistem ekonomi komunal pada dasarnya tidak mengenal milik pribadi, maka
lembaga jual beli tidak menempati tempat yang penting. Tcrutama daIam hal harta bcrsama.
yang bila dilakukan jtlal beli akan menyebabkan ada pihak yang sangat kaya di samping ada
pihak yang sangat miskin. Namun. dengan sistem pcgan~ gadai, pihak yang mcndapat
kesulitan akan mtLngkin mcngatasinya tanpa terancam unttLk menjadikan anak cucu mcreka
168
Andai kata masih ada salah seorang saja yang berkeberatan, pegang gadai
dip~ndang tidak sah.
2. Jangka waktu perjanjian pegang gadai sekllrang-kllrangnya sampai si pe­
megang telah memetik hasil harta yang digadaikan, yakni .sekali panen.
3. Pihak penggadai mempunyai hak pertama untuk menggarap tanah (sa­
wah) yang tergadai dengan sistem sedua. Jika ia tidak hendak menggarap*
nya, pemegang boleh menyerahkan kepada orang
4. Pemegang gadai tidak boleh menggadaikan lagi tanah atau sawah yang
dipegangnya ke pihak ketiga tanpa persetujuan penggadai pertama. Seba­
liknya, penggadai pertama wajib menyetujui penggadaian ke pihak ketiga,
pemegang memerlukan uangnya dan si penggadai belum dapat mene­
Dalam hal inL penggadai pertama atau ahli warisnya dapat menebus
gadaian itu langsung kepada pihak ketiga.
5. Nilai harga harta gadaian boleh diperdalam. Arrinya, si penggadai boleh
meminta tambahan harga gadaian dalam masa perjanjian pegang gadai
berjalan. Sebaliknya. penebusannya tidak dapat dilakukan dengan eicilan.
6. Jika salah saru pihak yang membuat perjanjian pegang gadai meninggai
atau keduanya meninggaL maka hak pegang atau hak tebus diwariskan
kepada ahli warisnya masing-masing.
7. Jika dalam masa perjanjian itu terjadi kerusakan terhadap harta ga4aian.
umpamanya karena beneana alam. kedua belah pihak tidak terikatpada
masalah ganti rugi. Pemegang berhak memperbaiki kerusakan itu serta
menggarapnya terus sebagaimana blasa. Andal kata si pemegang'tidak
hendak memperbaikinya, maka harta gadaian itu kembaH menjaQi hak
penggadai. .
8. Jika yang digadaikan itu tanaman keras. seperti kelapa atau eengkih.

Sebab mereka atau anak cucunya akan mempunyai kesempatan


tergadai itu kcmbali. Pemegang gadai tidak dapat mengoperkan
gadaiall itu ke pihak ketiga tanpa seizin penggadai telah merupakan suatu eara
pencegahan agar hak milik tidak menjadi barang dagangan dan simpang siur statusnya.
Kesimpulan "Seminar Hukum Adat" yang diselenggarakan di Padang tahun 1968 antara
lain menyatakan. bahwa hukum peganggadai yang dituangkan dalam peraturan'pemenntah
Rcpublik Indonesia supaya tidak diberlakukan di Sumatera Barat, karena sistem pegang
!!,adai yang dimiliki orang Minangkabau dipandang lebih baik dan makanya harus terus
dipertahankan. (Lihut Mo~htar Naim op. ci/. him. 242). Menurut falsafahnya, sistem pegang
gadai sesllai dengan polu ajaran "m~mpertahankan harga din", bahwa siapa pun akan
berpantang mcngeiuh, menyatakan kesulitan dan kesedihan, apalagi minta tolong. Olch
karena ieu. setiap orang yang mdakukan penggadaian tentulah karena kesulitan. Akan
tetapi. untuk mengatasinya, ia berpamang rnelakukan pinjaman, karena peminjaman berwu­
jud kepada sifat merendahkan diri seseorang kepada yang lain. Sedangkan sistem penggadai­
an l11enel11pat~an kedua belah pihak saling memberi keuntungan.
169
pemegang berhak mengambil hasilnya, tetapi tidak menebang
pohonnya. 33

Hibah
, Hibah artinya pembenan. Arti yang khusus bagi masyarakat Minangkabau
ialah pembenan harta ayah kepada anaknya. seperti pembenan tanah. sawah,
atau ladang. Oleh karena yang akan dihibahkan itu merupakan harta kaum.
maka tata cara penghibahan itu senantiasa meJalui hukum adat. yaitu perse­
tujuan anggota kaum pcmberi hibah dan penyerahannya dihadiri mamak atau
penghulu kedua belah pihak. H

33 Berbeda dengan penggadaian sawah. maka penggadaian terhadap tanaman keras hasilnya
akan bisa jatuh kepada hukum riba jib berlangsung lama. Sawah tidak akan mcnghasilkan
apa-apa kalau tidak digarap. Kalaupun digarap. akan menghendaki modal pub. Scdangbn
tanaman keras tanpa garapan dan tanpa modal akan selalu menghasilbn. Hasil yang dikutip
akan dapat melampaui nHai gadaian dcngan jumlah yang jauh lebih banyak. Nilai jumlah
yangjauh lebih banyak inilah yangoleh ulama dinyatakan scbagai riba dan scbagai riba mab
hukumnya adalah haram.
H Hibah sebetulnya merupakan suatu cara ydng kompromistis antara hukum adat dan Islam
yang menjadi a'nutan orang Minangkabau. Secara falsafah adat. hibah bertentangan dengan
struktur dan sistem masyarakat komunal. Sebab. sistem hibah secara berangsur akan meng­
ubah sistem komu'nal menjadi sistem individual dalam pemilikan harta. Namun. orang
Minangkabau yang teguh menganut agamanya tidak mampu menghalangi pcrubahan sistem
itu. Di sam ping pengenalan sistem hibah, agama Islam pun memperkenalkan sistcm wakaf.
yang pada dasamya merupakan pengaHhan milik pribadi kepada pemilikan umum. Falsafah
adat pun tidak mengenal sistem im. karcna selain orang seorang tidak mempunyai hak milik
p.ribadi, juga kepentingan umum telah diatur oleh adat sendiri. Demikian pula halnya
dengan sedekllh. yang pada prinsipnya oleh falsafah adat dipandang sebagai pekerjaan yang
memalukan kaum apabila menerima sedekah, yang pada hakikatnya meletakkan diri sebagai
orang miskin yang tidak dipelihara kaum kerabat sendiri, Demikian pula halnya dengan
ibadah zakat. yang sangat penting artinya di suatu struktur masyarakat yang pincang karena
adanya masyarakat kaya dan masyarakat miskin, tidak ditemukan dalam p.erbendaharaan
pikiran adat Minangkabau yang komunalistis, Oleh karena keteguhannya sebagai pcmeluk
agama Islam, sistem itu mereka terima dan laksanakan sebagaimana mestinya. Namun.
dalam pelaksanaan ibadah zakat itu, ada beberapa. lembaga 3snllf yang tidak ada atau
diangg~ptidak ada dalam alam pikiran Minangkabau. yakni anak yatim dan fakir miskin.
Sebagaimana halnya tidak ada prajurit yang menjadi asnaf karena tugasnya bukan bertolak
dari jihad karena Allah, Asnaf yang ada ialah guru agama. murid perguruan agama. serta amil
yang umumnya terdiri dari guru atau ulama Islam. Sejak Perang Dunia Il. anak vatim dan
fakir miskin sudah tidak terhindarkan lagi kehadirannya. Mereka pun telah
penerima zakat dan sedekah. Sistcm hibalij dilaksanakan orang yang bcrtanggung jawab
kepada masa de pan anaknya. Agar yang dilakukannya tidak menyinggung perasaan kebu­
dayaan dan sekaligus akan dapat mcnghindarkan sengkcta WJrisan setelah ia meninggal
dunia. maka hibah merupakan suatu kompromi atau akulturasi yang tcrpaksa. Pelaksanaan
hibah dipelopori para ulama Islam yang memperoleh kekayaan dari zabt yang diserahkan
170
't";-

Rumah Gadang

umah Gadang Minangkabau merupakan tugu hasil kebuaayaan

1& D
suatu suku bangsa yang hidup di daerah BukitBarisan yang
menjajar di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera bagian te­
ngah. Sebagaimana halnya rumah di daerah katulistiwa yang
dibangun di atas tiang. rumah gadang mempunyai kolong yang
tinggi. Atapnya yang lancip merupakan arsitektur yang khns serta mem:beda.:
kannya dcngan bangunan suku bangsa lain di edaran garis karulisriwa itu.
Sebagai tugu kcbudayaan suku bangsa. ia dinyatakan dengan rasa b'angga;
dengan bahasa yang liris. serta meta fora yang indah dan kaya. Juga iitdiucap­
dcngan gaya yang beralun pada pidaro dalam situasi yang tepar. Bunyinya
ialah sebagai
Ruman gadang sambi/an ruang. salanja kudo balari. sapakiak budak maimbau.
sajarian Itubin malayang. GOlljongnyo !'abuang mambasuik. al1tiang-al1tiangnyo disemba
alal1g. Paral1Hal1gl1Yo si ula gerang. batatalt timan putialt, barasuak taren limpatp.
Cucurtllmy() Illal1g babega. saga tasusul1 hair bada mudiak. Paral1HYo si ulagerang
batata aia amelt, salo-mal1yalo aia pemk, jariaunyo puyualt balari, iHdan sUHggualt
dipal1dang mato, tagamba dalam sanubari. Didiang ari dilanja pallen. TiaHg paHjaHg sf
maltarajoldo, tiang pal1giriang mal1tari da/apan, tiang dalapal1, tiang tapi paH,agua jamu,
tiang dalam putf baltabual1g. U/liran tOl1ggak jadi ukural1, batatan aia amen, disapuan jo
tanan Ilawi. kamilau mato mamandang. Dama tirin bintang kemarau. Bam ta/a~akaH
camin talayang. Cibuak mariau baru sudan. Pananjua paritm bapaHtua. Halama~

ulanl3 yang harus nlelaksanakan hukum Islam, maka pewarisan yangia


sendirinya akan ia sesuaikan dengan hukum faraid. Namun, sebagai orang
OIPKSU!1.il, ia lebih suka me!akukan eara komornmi
171
ameM
batu
jolong gadang. ayam mancangblll jolol1g Hmm. laM kanyang bani ciisitlllhkal1. jo
panggalan sirantiaM dolai. ujuangnyo dibari bajamblia suro. Ado pulo ballO/am ikaH.
aianyo bagai mato kucial1g. lumpua tido lumHikpun rido. ikal1 sapek balayaHgal1 ikal1
gariang jinak-jinak, ikt111 puyu baral1dai amen. RaHgkial1gl1Yo rtJjuaM sajaja. d; tal1gaM si
til1jau lauik, panjapuik dagal1g lalH. pal1il1jau pal1calang ma,u"k. di kanal1 si bayau­
bayau, lumbuang makan pt1tal1g pag;, di hiri si ttl Hggua I1g lapa, tampd~ si misikin salaHg
tel1ggang, panolong urang hampuang, di mllsim lapa gal1tual1g tUHgku. lumbual1g kaciak
salo mal1yalo, tampek mal1yimpal1 padi abliaH.

Rumah gadang sembilan ruang, selanjar kuda berlari. sepekik budak meng­
sejerih kubin melayang. Gonjongnya rebung
elang. Perabungnya 5i ular gerang, bertatah
timah putih, berasuk teras \impato. Cueurannya elang berbegar. sagartersU5un
bagai badar mudik. Parannya bak si bianglala,bertatahair emas. sela-menyela
air perak. Jeriaunya puyuh berlari, indah sungguh dipandang mata. tergambar
dalam sanubari. Dinding ari dilanjar panas. Tiang panjang si maharajalela.
tiang pengiring menteri delapan, tiang tepi penegur tamu, tiang dalam putri
berkabung.Ukiran tonggak jadi ukuran. bertatah air emas. disepuh dengan
tanah kawi. kemilau mata memandang. Damar tiris bintang kemarau. Batu
telapakan eermin terlayang. Cibuk meriau baru sudah. penanjur perian ber­
pantul. Halaman kersik terbentang. pasir lumat bagai ditinting. Pekarangan
berpagar hidup. puding emas pagar luar. puding merah pagar dalam. Pohon
kemuning pautan kuda. Lesungnya batu berlari. alunya limpato bulat. Limau
manis sandarannya. Gadis menumbuk jolong gadang. ayam meneangkur jo­
long turun. 'Iah kenyang baru disiuhkan. dengan penggalan sirantih dolai.
ujungnya diberi berjambul sutera. Ada pula kolam ikan. airnya bagai mata
kudng, berlumpur tidak berlumut pUll tidak, ikan sepat berlayangan,
garing jinak-jinak, ikan puyu beradai emas. Rangkiangnya tujuh sejajar, di
tengah sitinjau laut; penjemput dagang lalu, peninjau penealang masuk, di
kanan si bayau-bayau, lumbung makan petang pagi. di kiri si tanggung lapar,
tetitpat si miskin selang tenggang, penolong orang kampung. di musim lapar
gantung tungku.lumbllng keeil sela-menyela. tempat menyimpan padi abuan.

Arsitektur
Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam terkembang jadi guru.
mereka menyelaraskan kehidupannya pada susunan alam yang harmonis
tetapi juga dinamis. sehingga kehidupannya menganut teori dialektis. yang
mereka sebut bakarano bakajadial1 (bersebab dan berakibat). yang menimbulkan
172
berbagai pertentangan dan keseimbangan. Buah karyanya yang menumentaI
seperti rumah gadang im pun mengandung rumusan falsafah itu.
Jika dilihat dari bentuk dasarnya, rumah gadang itu berbentuk segi.empat
yang tidak simetris yang mengembang ke atas. Garis melintangnyameleng­
kung secara tajam dan juga landai dengan bagian tengahnya lebih rendah.
Lengkung pada atapnya tajam seperti garis tanduk kerbau, sedangkan leng­
kung badan rumah landai seperti badan kapal.
Garis segi empat yang membesar ke atas dikombinasikan dengan garis yang
melengkung rendah di bagian tengah secara estetika. merupakan komposisi
yang dinamis. Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan, maka segiempat
yang membesar ke atas ditutup, semuanya membentuk suatu keseimbangan
estetika yang sesuai dengan ajaran hidup mereka.
Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah
gadangnya kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang .bagian
puncaknya bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis

Jika melihat lengkung atap rumah gadang yang seperti tanduk kerbau, kian kukuhlah penda.
pat umum orang Minangkabau yang bersumber dari kisah tambo tentang cerita yang mcmg­
isahkan kemenangan kerbau mereka dalam pcrtandingan melawan kerbau kerajaa'n 'dan lawa.
Keyakinan akan cerita kerbau itu juga tergambar pada kegemaran orang menjadikan luki'san
kepala kerbau sebagai lambang atau hiasan yang istimewa. Hal ini pun diperkuat lagi oleh
adanya tutup kepala wanita yang mirip dengan tanduk kerbau itu yang mereka namai takuluk
taHduk, dan juga nama Minangkabau atas suku bangsa mereka.· Ada pendapat lain. yang
menyatakan bahwa potongan rumah gadang itu meniru bangun sebuah kapal yang dinamai
laHcimg. Lancang itu datang dari arah timur memudiki Sungai Kampar yang sekarang, lalu
ditarik ke daratan, untuk mencegah pelapukan lunasnya. lalu disangga dengan tiang-tiang.
Lancang itu diberi beratap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang diikatkan pada
itu. Oleh karena berat Jayar yang digantung itu, maka tali itu membentuk
itulah yang membawa suatu
mendirikan rumah kediaman­
lancang itu. sebagai simbol
03[angnya ajnran dan falsafah serta sistcm pemerintahan yang mereka terima dati soko
guru yang datang bersama lancang itu,
Bila dilihat arsitektur rumah gadang itu, yang dindingnya mengembang ke atas dan
lantainya tidak rata air, melainkan melengkung rendah bagian tengahnya, serta terdapat petak
kedl pada ujung rumah yang dinamakall 3njung seperti nama yang diberikan kepada petak di
buritan kapa!, inakill ku.ltiah pendapat golongan inL Lebih-Iebih bila ditilik dari cerita tambo,
yang menaangkan bahwa nenek moyang orang Minangkabau qatang dari laut, pendapat
golongan ini semakin kuat.
Pendapat lain mengatakan bahwa rUlllah gadal)g itu menirukan bentuk susunan sirih dalam
cerana. yang tulangnya melentik sepcrti bubungan amp, Pendapat ini didukung peranan sirih
dalam kehidupan adat Minangkabau. sebagai lalllbang persaudaraan dan kekeluargaan.
Namull. pendapat yang umum di kalangan masyarakat ialah bahwa bentuk atap rumah
gadang itu 1erkaitan dengan peristiwa aduan kerbau pada masa lalu. sepertj yang dikisahkan
tambo.
173
lerengnyamdengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga
pula. Garis alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis
yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat
secara- estetika. Jika dilihat dari segi fungsinya, garis-garis rumah gadang
menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis. Atapnya yang lancip berguna
U11tuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-Iapis itu, sehingga air
hujan yang betapa pun sHat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya.
Bangun rumah yang membesar ke atas. yang mereka sebut silek, membebaskan­
nya dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar,
terutama pada musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajar­
an menurut arah mata angin dan utara ke seJatan guna membebaskannya dan
panggang matahan serta serbuan angin. 2
Jika dilihat secara keseluruhan. arsitektur rumah gadang im dibangun
menurut syarat-syarat estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang
mengandung nilai-nilai kesaman, kelarasan, keseimbangan. dan kesetangkup­
an dalam keutuhannva yang padu.

Ragam Rumah Gadang


Rumah gadang m'empunyai nama yang beraneka ragam menurut bentuk,
ukuran, serta gaya kelarasan dan gaya luhak. Menurut bentuknya, ia Jazim
pula disebut rumah gOHjOHg atau mmah bagonjong (rumah bergonjong). karena
bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Namalah yang membe­
dakannya dengan rumah yang beratap biasa.
Jika menurut ukurannya, ia tergantung pada jumlah Janjarnya. LaHjar ialah
ruangan dan depan ke beJakang. Sedangkan ruangan yang berjajar dan kin ke
kanan disebut mango Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandaH (lipat
pandan). Umumnya Iipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlan­
jar tiga disebut balah bubuaHg (belah bubung), AtapI')ya bergonjong empat.
Seda,ngkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah mengeram),
Lazimnya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih.
Menurut gaya kelarasan, rumah gadang aliran Koto Piliang disebut si tinjau
laut. Kedua ujung rumah diberi beranjung, yakni sebuah ruangan kecil yang

2 Ada juga yang percaya bahwa arah hadapan rumah gadang ialah ke Gunung Merapi yang
dillandang sebagai gunung bertuah karena dalam kisah tambo diceritakan bahwa Datuk
Maharaja Diraja mendarat ke pantai Pulau Sumatera demi melihat Gunung Merapi sebesar
telurdari arah laut. Tempat pertama yang dijadikan perkampungan ialah di lercng gunung itu.
(Lihat juga bab "Tambo"), Sejak adanya jalan raya yang malang-melintang. maka posisi
h~nc"'Mn rumah gadang ikut terpengaruh. schingga b'lnyak yang dibangun paralel
sisa bangunan tua di Nagari Sumanik dekat Batusangkar (sekarang) akan dapat
contoh kotnPosisi n .. rL-~",n"
174

lantainya lebih tinggi. Karena beranjung itu, ia disebut juga rumah baanjuang
(rumah barangjueng). Sedangkan rumah dan aliran Bodi Caniago laziinnya
disebut rumah gadang. Bangunannya ridak beranjung atau berserambi sebagai~
mana rumah dari aliran Koto Piliang, seperti halnya yang terdapat di Luhak
Agam dan Luhak Lima Puluh Koto. '
Rumah kaum yang tidak termasuk aliran keduanya, seperti yang teitera
dalam kisah tambo bahwa ada kaum yang tidak di bawah pimpinan Datuk
Ketumanggungan dan Datuk Perpatih nan Sabatang, yakni dan alinin Datuk
Nan Sakelap Dunia di wilayah Lima Kaum, memakai hukumnya sendiri.
Kedudukan kaum ini seperti diungkapkan pantun sebagai benkut. '
Pisallg si kalek-kalek tHan,
Pisallg tambatu lIan bagatan.
Koto Pi/iafig inyo bukall,
Bodi Caniago illYo alltah.
Pisang si kalek-kalek hutan,
Pisang tambatu yang bergetah,
Koto Piliang mereka bukan
Bodi Caniago mereka antah.
Rumah gadang kaum ini menurut tipe rumah gadang Koto Piliang, yaitu
memakai anjung pada kedua ujung rumahnya. Sedangkan sistem penterinta­
hannya menurut aliran Bodi Caniago. Rumah gadang dari tuan gadang di
Batipllh yang bergelar Harimau Campo Koto Piliang yang bertugas sebagai
p,anglima, disebut rumal1 batillgkok (rumah bertingkap). Tingkapnya terletak di
tengah puncak atap. Mungkin tingkap itu digunakan sebagai tempat mengin­
tip agar panglima dapat menyiapkan kewaspadaannya.
Rumah di daerah Cupak dan Salayo, di Luhak Kubung Tiga Belas yang
merupakan wilayah kekuasaan raja. disebut rumah basurambi (rumah berseram­
bi). Bagian depannya diberi serambi sebagai tempat penghulll menerima tamu
yang berurusan dengannya.
Jika menurut gaya luhak, tiap luhak mempunyai gaya dengan namanya yang
tersendiri. Rlimah gadang Luhak Tanah Datar dinamakan gajah maharam
karena besarnya. Sedangkan modelnya rumah baanjuaHg karena .luhak itu
menganllt aliran Kelarasan Koto Piliang. Rumah gadang Luhak Agam dinama­
kan surambi papek (serambi pepat) yang bentuknya.bagai dipepat padakedua
belah ujungnya. Sedangkan rllmah gadang Luhak Lima puluh Koto dinamakan
rajo babandiallg (rajaberbanding) yang bentuknya seperti rumah Luhak Tanah
Datar yang tidak beranjung). , ".
Pada umumnya rumah gadang itu mempllnyai satu tangga, y~ng terle'tak di
bagian depan. Letak tangga rumah gadang rajo babandiangdari Luhak Lima
PlIluh Koto di be~akang. Letak tangga rumah gadang sllrambi papek dan Luhak
175
Agarn di depan sebelah kiri antara dapur dan rumah. Ruman gadang si tinjau
laut atau rumah baanjuang dari tipe Koto Piliang mempunyai tangga di depan
dandi belakang yang letaknya di tengah. Rumah gadang yang dibangun baru
rn~l~,zimkan letak tangganya di depan dan di bagian tengah.
Dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada
d~nding. Tangga rumah gadang rajo babandiang terletak antara bagian dapur
danrumah.. Dapur rumah gadang surambi papek, dibangun terpisah oleh suatu
jalan untuk keluar masuk melalui tangga rumah.

Fungsi Rumah Gadang


Rumah gadang dikatakan gadaHg (besar) bukan karena fisiknya yang besar.
melainkan karena fungsinya. Dalam nyanyian atau pidato dilukiskan juga
fungsi rumah gadang yang antara lain sebagai berikut.
Rumah gadaHg basa batuah.

Tiang baHamo kato hakikaik.

PiHtunyo basamo da/ia kiasaHHya,

BaHduanyo sambah~manyambah.

BajaHjalfg naiak batanggo tunm,

DiHdiangHYo paHutuik malu,

BiliakHYo aluaHg bUHiaH.

Rumah gadang besar bertuah.

Tiangnya bernama kata hakikat.

Pintunya bernama daHl kiasan.

Bendulnya sembah-menyembah.

Berjenjang naik, bertangga turun,

Dindingnya penutup maJu.

Biliknya alung bunian. 3

Selain sebagai tempat kediaman keluarga. fungsi rumah gadang juga sebagai
lambang kehadiran suatu kaum serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan.
seperti tempat bermufakat dan melaksanakan berbagai upacara. Bahkan juga

Ungkapan yang biasa diucapkan dalam pidato pada upacara baragak TUman (mendirikan
rumah). khususnya pada waktu mendirikan rumah gadang ada kaitannya dengan buah
nyanyian (pidato) yang telah disinggung pada bagian awa! bab ini. Pengertiannya ialah bahwa
jumJah tiang menentukan besar kedl bangunan. [etak pintu menentukan sistem kelarasan
yang dianut pemilik rumah. bandu! merupakan batns rumah dengan !uar rumah yang tidak
dapat dilampaui tanpa tata tertib tersendiri, rumah yang berdinding me!ukiskan nilai kebu­
dayaan dan peradabannya. sedangkan kamar adaJah tempat menyimpan harta benda yang
berharga.
176
sebagai rempat merawat anggota keluarga yang sakit.
Sebagai tempat tinggal bersama, l'UIU,1h gadang mempunyai ketentuan~
ketentuan tersendiri. Setiap perempuan yang bersuami memperoleh sebuah
kamar. Perempuan yang termuda memperoleh kamar yang terujung. Pada
ia akan berpindah ke tengah jika seorang gadis memperoleh suami
pula. Perempuan tua dan anak-an;)k memperoleh tempat di kamar dekat
dapur. Sedangkan gadis remaja memperoleh kam;)r bersama pada ujung yang
lain. Sedangkan I::lki-Iaki tua. duda, d;)!1 bujangan tidur di surau milik kaumnya
masing-masing. Penempatan pasangan suami imi baru di kamar yang terujuhg.
agar su;)sana mereka tidak terganggu kesibukan dalam rumah. Demikian
pula menemparkan perempuan tua dan anak-anak pada suatu kamar dekat
dapur ialah karena keadaan fisiknya yang memerlukan unruk turun naik
rumah bila malam harL
Sebagai tempat bermufakaran, rumah gadang merupakan bangunan pusat
dari seluruh anggota kaum datam membicarakan masalah mereka bersama.
Sebagai tempat melaksanakan upacara. rumah gadang menjadipenting
meletakkan tingkat martabat mereka pada tempatyang semtstinya.Di
sanalah dilakukan penobatan penghulu. Di sanalah tempat pusat perjamuan
penting untuk berbagai keperluan datam menghadapi orang lain dan tempat
penghulu menanti tamu-ramu yang mereka hormati.
Sebagai tempat merawar keluarga, rumah gadang berperan pula seb'agai
rumah sakit seriap laki~laki yang menjadi keluarga mereka. Seorang laki-Iaki
yang diperkirakan ajalnya akan sampai akan dibawa ke rumah gadang atau ke
rumah tempat ia'tiilahirkan. Dari rumah itulah ia akan dilep.as ke papdam
pekuburan bila ia meninggal. Hal ini akan menjadi sangat berfaedah, apabila
laki-Iaki itu mempunyai isrri lebih dari seorang, sehingga terhindarlah perseng­
ketaan anrara istri-istrinya.
Umumnya rumah gadang didiami nenek, ibu. dan anak-anak perempuan.
SHa rumah iru telah sempir, rumah lain akan dibangun di sebelahnya. Andai
kara rumah yang akan dibangun itu bukan rumah gadang. maka lokasinya di
tempat yang lain yang tidak sederetan dengan rumah gadang.

Fungsi Bagian Rumah


Rumah gadang rerbagi atas bagian-bagian yang masing-masing mempunyai
fungsi khusus. Seluruh bagian dalam merupakan ruangan lepas. terkecuali
kamar tidur. Bagian dalam terbagi aras [anjar dan ruang yang ditandai ole,h
riang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang
yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan thing dati
kiri ke kanan menandai ruang. lumlah lanjar tergantung pada besar rumah.
dua, tiga. dan empat. Ruangnya rerdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga
dan sebelas.
177
·
Lanjar yang terletak pada bagian dinding sebelah belakang biasa digunakan
untuk kamar-kamar. Jumlah kamar tergantung pada jumlah perempuan yang
tinggal di dalamnya. Kamar itu umumnya keci!. sekadar bensi sebuah tempat
tiduf, leman atau peti dan sedikit ruangan untuk bergerak. Kamar memang
digunakan untuk tidur dan berganti pakainn saja. Kamar itu tidak mungkin
dapat digunakan u\1tuk keperluan lain. knrena .keperluan lain harus meng­
gunakan ruang atau tempat yang terbuka. Atau dapat diartikan bahwa dalam
kehidupan yang komunalistis. tidak ada suatu tt'mpat untuk menyendin yang
memberikan kesempatan pengembangan kehidupan yang individual. Kamar
untuk para gadis ialah pada ujung bagian kanan, jib orang menghadap ke
bagian belakang. Kamaryang di ujung kiri, biasanya digunakan pengantin baru
atau pasangnn suami istri yang paling muda. Meletakkan mereka di sana agar
mereka bisa terhindar dari hingar-bingar kesibukan dalam rum'ah. Kalau
rumah mempunyai anjung. maka anjung sebelah kanan merupakan kamar
para gadis. Sedangkan anjung sebelah kiri digunakan sebagai tempat kehor­
matan bagi penghulu pada waktu dilangsungkan berbagai upacara. Pada waktu
sehari-han anjung bagian kin itu digunakan untuk meletakkan peti-peti
penyimpanan barang berharga milik kaum.
Lanjar kedua merupakan bagian yang digunakan sebagai tempat khusus
penghuni kamar. Misalnya, tempat mereka makan dan menanti tamu masing­
masing. Luasnya seluas lanjar dan satu ruang yang berada tepat di hadapan
kamar mereka.
Lanjar ketiga merupakan lanjar tengah pada rumah berlanjar empat dan
merupakan lanjar tepi pada rumah belanjar tiga. Sebagai lanjar tengah. ia
digunakan untuk tempat menanti tamu penghuni kamar masing-masing yang
berada di ruang itu. Kalau tamu itu dijamu makan, di sanalah mereka ditem­
patkan. Tamu akan makan bersama dt'ngan penghuni kamar serta ditemani
seorang dua perempuan tua yang memimpin rumah tangga itu. Perempuan
lain yang menjadi ahli rumah tidak ikut makan. Mereka hanya duduk-duduk
di lanjarkedua menemani dengan senda gurau. Kalau di antara tamu itu ada
laki-Iaki, maka mereka didudukkan di sebelah bagian dincling depannya, di
sebelah bagian ujung rumah. Sedangkan ahli rumah laki-Iaki yang menemani­
nya berada di bngian pnngkal rumah. Sednngkan ahli rumah laki-ktki yang
menemaninya berada di bagian pangkal rumah. Pengertian ujung rumah di sini
ialah kedua ujung rumah. Pangkal rumah ialah di bagian tengah, sesuai dengan
letak tiang tua, yang lazimnya merupakan tiang yang paling tengah.
Lanjar tepi, yaitu yang terletak di bagian depan dinding depan, merupakan
lanjar terhormat yang lazimnya digunakan sebagai tempat tamu laki-Iaki bila
diadakanperjamuan.
Ruang rumah gadang pada umumnya terdiri dari tiga sampai sebelas lanjar.
Fungsinya selain untuk menentukan batas kamar tidur dengan wilayahnya,
178
juga sebagai pembagi atas riga bagian. yakni bagial1 tengah. bagian kiri, dan
bagian kanan. apabila rumah gadang itu mempunyai t~l1gga di tengah, baik.
yang terletak di belakang maupun di depan. Bagian tengah digunakan untpk
tempat jalan dari depan ke belakang. Bagian sebelah kiri ataukanan digunakan
:" ".' .1udul . ,1;,. ~J"l!', l',lj1 p~d(l J(!~". '.[·h,--' ·,,:;:.· ....c pad;c
~Nak{" -~H! h He;;: L Ru' 'l(L,;~~ "~'::
'/nljt~ ,1isi,~J-: 1. \"Ui:~: ltl ' ,~·lt;id· 'ng 1 ~:;" ruan:
di ujtC.;'~ c,.:: .,:ang p,ug;,', :'i:<1U rJang di p1llib"a (pi)ibiiil,=.. pallgkai). palam
bertamu atau perjamuan, ruang di ujung tempat tamu. sedangkan ru,ang di
pangkal tempat ahli rumah beserta kerabatnya yang menjadi si paHgkal (tuan
rumah).
Kolong rumah gadang sebagai tempat menyimpan alat-alat pertanian dan
atau juga tempat perempuan bertenun. Seluruh kolong ditutup dengan ruyung
yang berkisi-kisi jarang.

Tata Hidup dan Pergaulan dalam Rumah Gadang


Rumah gadang sangat dimuliakan, bahkan dipandang sud. Oleh karena itu;
orang yang mendiaminya mempunyai darah turunan yang murni darikaum
yang bermartabat. 4 Stelse! matrilineal yang dianut memberi eukup pe!uang
bagi penyegaran darah turunan ahli rumah bersangkutan. yakni. mel1lh~r:.i
kemungkinan bagi pihak perempuan untuk memprakarsai suam perkawinan
dengan eara meminang seorang laki-Iaki pilihan. Laki-:olaki pilihan ditentukan
kekayaannya. ilmunya dan atau jabatannya. Oleh karena jabatan penghuluitu .
sangat terbatas dan ditentukan dengan cara "patah tumbuh. hHang berganti",
maka orang lain akan lebih menumpu ke arah memperoleh, Hmu' atau
kekayaan. 5
Sebagai perbendaharaan kaum yang dimuliakan dan dipandang sud. maka
setiap orang yang naik ke rumah gadang akan meneud kakinya lebih dahulu di

4 Falsafah Minangkabau memandang manusia itu sama derajatnya. Namun. kodrat telah
membedakan kemampuan orang dan dari perbedaan kemampuan ini terjadilah perbedaan
mal'tabatnya. Oleh karena itu. martabat £as tjdaklah penting. sehingga setiap orang memper­
oleh peluang yangsama untuk meninggikan martabatnya agar sama dengan yang lain. Bertolak
dari falsafah ini, orang miskin tidak harus membiarkan dirinya tetap miskin. Mereka dapat
meningkatkan martabatnya aengan belajar dan atau berusaha dengan kuat. Jika ·mereka
berhasil, pintu rumah gadang yang penghuninya bermartabat tinggi terbuka Icbar juga bagi
mereka. baik sebagai teman berunding maupun 'sebagai semenda.
Semanjak terbuka pekerjaan sebagai pegawai negeti, maka posisi pegawai negeti menjadi jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lain. Hal ini disebabkan kondisi keuangan pegawai
negeti lebih baik, Rcndidikannya yang lebih tinggi. serta kekuasaannya yang lebih nyata. Posisi
179
bawah tangga. Di situ disediakan sebuah batu ceper yang lebar yang disebut
batu telapakan. sebuah tempat air yang juga dan batu yang disebut cibuk meriau.
serta sebuah timba air dan kayu yang bernama taring berpanto.
Perempuan yang datang bertamu akan berseru di halaman menanyakan
apakah ada orang di rumah. Kalau yang datang laki-Iaki, ia akan mendeham
lebih dahulu di ha1'ilman sampai ada sahutan dan atas rumah. Laki-Iaki yang
boleh datang ke rumah itu bukanlah orang lain. Mereka adalah ahli rumah itu
sendin. mungkiri mamak rumah. mungkin orang semenda, atau laki-Iaki yang
lahir di rumah itu sendin yang tempat tinggalnya di rumah lain. Jika yang
datang bertamu itu tungganai, ia didudukkan di lanjar terdepan pada ruang
sebelah ujung di hadapan kamar gadis-gadis. Kalau yang datang itu ipar atau
besan, mereka ditempatkan di lanjar terdepan tepat di hadapan kamar istri
laki-Iaki yang menjadi kerabat tamu itu. Kalau yang datang itu ipar atau besan
dan perkawinan kaum laki-Iaki di rumah itu. tempatnya pada ruang di hadap­
an kamar para gadis di bagian lanjar tengah. Waktu makan, ahli rumah itu
tidak senintak. Perempuan yang tidak bersuami makan di ruangan dekat
dapur. Perempuan yang bersuami makan bersama suami masing-masing di
ruang yang tepat di hadapan kamarnya sendin. KaJau banyak orang semenda
di atas rumah, maka mereka akan makan di kamar masing-masing. 6 Makan
bersama bagi ahli f1:lmah itu hanya bisa terjadi pada waktu kendun yang
diadakan di fumah itu.:;.
i,·~".

,penghulu yang semuJa sangat diagl.lngkan terdesak ke bahwa oleh posisi pegawai negeri itu.
Kem1ldia,n pada gilirannya, pad a pemilihnn penghulu. lebih cenderung kepada kemenakan
mereka yang menjadi pegawai negeri. Ketika masa penjajahan Jepang dan awal lahimya
Republik Indonesia, saat posisi pegawai negcri turun karena gajinya yang kurang dan kekua·
saannya yang rendah, pilihan penggunti penghulu jatuh pada kemenakun yang menjadi
pedagarig atau tentara. Perubahan pilihan bagi pcngganti jabatan penghulu itu di satu pihak
bertujuan untuk memberi perlindungan bagi anak kemenakan lainnya. Hal itu terjadi karena
orang berpangkat utau kuyu akan lebih mampu membela dan mengangkat martabat kemena­
kan atau kaumnya. Di samping itu, prestise kaum pun meningkat karena penghl.llu mereka
adalah orang berpangkac atau orang kaya. Di pihak lain jabatan penghulu masih cecap
dipandang mulia, karena orang yang tertinggi martabatnya di kampung halaman mereka
tetaplah seorang penghulu yang mempunyai gelar datuk. Jadi bagaimanapun tinggi pangkac
kuasanya. dan bagaimanapun kayanya sebagai pedagang, ia masih kurang mulia di maca orang
. kampung halamannya. Dia belumlnh akan dibawa sehilir seml.ldik oleh orang-orang penting di
nagarinya itu; Berpangkat atau kaya masih belum cukup terhormat kalau belum menyandang
I" gelar datuk di sampingnama asalnya. Demikian pula gelar kesarjanaan belum dipandang mulia
sebagaimana seorang penghulu di kampung halaman scndiri. (Uhat juga bab "Penghulu" pada
catatan 34)
6 Berhubung selera dan kemampuan keuangan tiap semenda berbeda. kebijaksanaan yang
ditempuh tidaklah menyediakan makan bcrsama bag; seluruh isi rumah. Makan bersama
dengan menu yangsnma hanya cersedia bagi perempuan·perempuan yangtidak bersuami sem
anak-anak. Sedangkan bagi orang scmenda. istrinya sendirilah yang menyediakan makanan
ISO

""".
Kalau ada ipar atau besan yang datang bertamu, mereka akan selalu diberi
makan. Waktu makan para tamu tidaklah ditentukan. Pokoknya semua tam'u
harus diberi makan sebeium mereka pulang ke rumah masing-masing. Yang
menemani tamu pada waktu makan ialah kepala rumah tangga, yaitu per­
empuan yang dituakan di rumah itu. Perempuan yang menjadi ism saudara
atau anak laki-laki tamu itu bertugas melayani. Sedangkan perempuan­
perempuan lain hanya duduk menemani tamu yang sedang makan itu. Mereka
duduk pada lanjar bagian dinding kamar.
Para tamu datang pada waktu tertentu, Jazimnya pada hari baik bulan baik,
umpamanya pada hari yang dimuliakan seperti hari-hari besar Islam atau
dalam hal urusan perkawinan. Kaum keluarga sendiri yang datang untuk
mengikuti permufakatan ten tang berbagai hal tidak diberi makan. Hanya
sekadar minum dengan kue ked!. Bertamu di luar hal itu dinamakan bertan­
dang sekadar untuk berbincang-bincang melepas rindu antara orang bersauda­
ra atau bersahabat.
Orang laki-Iaki yang ingin membicarakan suatu hal dengan ahli rumah yang
laki-laki, seperti semenda atau mamak rumah itu, ridak lazim melakukannya
dalam rumah gadang. Pertemuan antara laki-Iaki tempatnya di mesjid atau
surau, di pemedanan atau geianggang, di balai atau kedai. Adalah janggal kalau
tamu laki-laki dibawa berbincang-bincang di rumah kediaman sendiri.

Tata Cara Mendirikan Rumah Gadang


Sebagai milik bersama, rumah gadang dibangun di atas tanah kaum dengan
cara bergotong-royong sesama mereka serta dibantu kaum yang lain. Ketentu­
an adat menetapkan bahwa rumah gadang yang bergonjong empat dan sele­
bihnya hanya boleh didirikan pada perkampungan yang berstatus nagari atau
koto. Di perkampungan yang lebih kedl. seperti dusun atau lainnya, hanya
boleh didirikan rumah yang bergonjong dua. Di teratak tidak boleh didirikan
rumah yang bergonjong. 7

menuruC selera dan kemampuan keuangan suami masing-masing, Mereka 'makan terpisah.
biasanya di kamar tidurnya masing-masing. Kadang-kadang makanan dimasak pada peralatan
dapur yang cerpisah pula. hanya dapumya saja yang saCu. Siscem yang berpisah-pisah demikian
sesungguhnya memperkuac motivasi bagi seseorang agar lebih' kuat mencan harga kekayaan.
agar cidak kalah dan semenda lainnya. Penyacuan menu makanan akan menimbulkan keingin­
an pemisahan pada din suami yang mampu. karena ia tidak bisa mene'nma layanan yang sama
dengan semenda yang tidak mampu. Kalau hal itu cerjadi. suami yang mampu lebih cenderung
memisahkan diri. martabat rumah gadang akan bisa menurun, Sebaliknya dengan sistem
demikian. semenda yang tidak mampu merasa rendah diri.lalu membawa istnnya pindah kci
rumah lain. Kalau hal itu terjadi. rumah gadang tidak akan merasa dirugikan marta~acnya.
Namun. pimpinan yang bijaksana dan tungganai akan selalu mellempuh cara"y,angbijaksana
demi keutuhan iii rumah gadang itu. .,
7 lihat bllb "UHdal1g~l1dlll1g dliH H~k~IH"
181
Himpunan orang sekaum yang lebih kedl dari suku, seperd kaum sepayung,
kaum seperut, atau kaum seindu, dapat pula mendirikan rumah gadang
masing-masing.
Pendirian rumah gadang itu dimulai dengan permufakatan orang yang
sekaum. Dalam mufakat itu dikajilah patut tidaknya maksud itu dilaksanakan.
ji~a dilihat dari ker.entingan mereka dan ketentuan adat. Juga dikaji letak yang
tepat serta ukurannya serta kapan dimulai mengerjakannya. HasH mufakat itu
disampaikan kepada penghulu suku. Kemudian penghulu suku inilah yang
menyampaikan rencana mendirikan rumah gadang itu kepada penghulu suku
yang lain.
Semua bahan yang diperlukan. seperti kayu dan ijuk untuk atap, diambil
dari tanah ulayat kaum oleh ahlinya. Setelah kayu itu ditebang dan dipotong
menu rut ukurannya. lalu seJuruh anggota kaum secara beramai-ramai mem­
bawanya ke tempat rumah gadang itu akan didirikan. Orang-orang dari kaum
dan suku lain akan ikut membantu sambi! membawa alat bunyi-bunyian
untuk memeriahkan suasana. Sedangkan kaum perempuan membawa makan­
an. Peristiwa ini disebut acara maelo kayu (mengheJa kayu).
Pekerjaan mengumpulkan bahan akan memakan waktu yang lama. Kayu
untuk tiang dan untuk balok yang melintang terlebih dahulu direndam ke
dalam lunau atau lumpur yang airnya terus berganti agar kayu itu awet dan
tahan rayap. Demikian pula bambu dan ruyung yang akan digunakan. Sedang­
kan papan dikeringkan tanpa kena sinar matahari.
Bila bahan sudah cukup tersedia. dimulailah mancatak tiang (Ua. yaitu per­
kerjaan yang pertama membuat tiang utama. Kenduri pun diadakan pula
khusus untuk hal in1. Sejak itu mulailah para ahli bekerja menurut kemampu­
an masing-masing. Tukang yang dikatakan sebagai ahli ialah tukang yang
dapat memanfaatkan sifat bahan yang tersedia menurut kondisinya. 1I1dak
rukang mambuallg kayu (tidak tukang membuang kayu). kata pituah mereka.
Sebab, setiap kayu ada manfaatnya dan dapat digunakan secara tepat, seperti
ungkapan berikut ini.
Nan kuaik ka jadi tOllggak,
Nail luruih jadikall balabeh,
Nail bungkuak ambiak. ka bajak,
Nan lantiak jadi bubuangan,
Nan satampok ka papall tuai.
Panarahan ka jadi kayu api.
Abunyo ambiak ka pupuak.
Ya'ng kukuh akan jadi tonggak,
.Yang lurus jadikan penggaris.
Yang bungkuk gunakan untuk bajak.
182
Yang lentik jadi bubungan,

Yang setapak jadikan papan tuas,

Penaranannya akan jadi kayu api,

Ahunya gunakan untuk pupuk.

Selanjutnya pada setiap pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga, seperti


ketika batagak tiang (menegakkan hang). yaitu pekerjaan mendirikan seluruh
tiang dan merangkumnya dengan balok-balok yang tersedia, diadakan pula
kenduri dengan maimbtlu (memanggil) semua orang yang patut diundang.
Demikian pula pada waktu manaiakan kudo-I?udo (menaikkan kuda'-kuda)S
kenduri pun diadakan lagi dengan maksud yang sarna.
Apabila ruman itu selesai diadakan lagi perjamuan manalki rumah (menaiki
ruman) dengan menjamu semua orang yang telan ikut membantu selama ini.
Pada waktu perjamuan ini semua tamu tidak membawa apa pun karena
perjamuan merupakan suatu upacara syukuran dan terima kasin kepada semua
orang.

Ukiran
Semua dinding ruman gadang dari papan, terkecuali dinding bagian bela­
kang yang dari bambu. Papan din ding dipasang vertikal. Pada pintu dan
jendela serta pada setiap persambungan papan pada paran dan bendul terdapat
papan bingkai yang lurus dan juga berelung. Semua papan yang menjadi
dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, seningga selurun dinding menjadi

sCam membangun rumah dengan gotong royong masih berlaku 'hingga sekarang.Cara yang
masih berlaku ialah upacara menegakkan tiang bagi rumah kayu. dan upacara !11enaikkan
kuda-kuda bagi rumah batu. Keduanya memeriukan tenaga banyak. Karib-b~it diimbau
(diundang) untuk membantu. Perjamuan pun diadakan sambil mengadakan doa seiamat.
Kesempatan yang demikian. bagi beberapa tempat. terutama di Kabupaten Padang Pariaman
sekarang. diadakan dengan cukup besar. semua karib-bait dan ipar-besan diundang pula.
Setiap orang yang mendapat undangan akan membawa bahan bangunan sebagai penyertaan
atau bantuan benda guna merampungkan rumah itu. Yang dilazimkan kini. bantuan benda itu
berupa atap seng. paku dan juga uang. Bantuan benda itu diantar sendiri oleh ka'um laki-laki
yang menghadiri undangan itu. Kaum perempuan membawa bahan makanari.seperti be~s
setekong dua, bagi bantuan biaya perjamuan. Perempuan-perempuan yang hubungannya
terdekat, lebih-Iebih yang berstatus ipar-besan, membawa makanan yangtelah siap dengan
jambar dijunjung di kepala. Cara bantu-membantu demikian. disebutkan juga derigan nama
Kebiasaan Hinduisme yang masih tersisa dapat dilil1at dengan digantungkannya
setandan pisang. beberapa buah kelapa yang telah tumbuh tunasnya, dan sepotong kain pada
kayu perabung sebagai sesajen. Darah rernak yang diporong untuk perjamuan itu'diserahkan
di tanah perumahan dan pada tonggak. Ada kalanya seekor ayam dipotong langsung di atas
kuda-kuda yang telah terpasang dan darahnya disebarkan ke mana-mana.
183
penuh ukiran. Ada kalanya tiang yang tegak di tengah diberi juga sebaris
ukiran pada pinggangnya.
Sesuai dengan ajaran falsafah Minangkabau yang bersumber dari a1am
terkembang, sifat ukiran nonfiguratif. tidak melukiskan lambang-lambang
atau simbol-simbol. Pada dasarnya ukiran itu merupakan ragam hias pengisi
bidang dalam bentuk garis melingkar atau l'ersegi. Motifnya tumbuhan me­
rambat yang disebut 'akar yang berdaun. berbunga. dan berbuah. Pola akar itu
berbentuk lingkaran. Akar berjajaran. berhimpitan. berjalinan. dan juga
sambung-menyambung. Cabang atau ranting akar itu berkeluk ke luar. ke
dalam, ke atas. dan ke bawah. Ada keluk yang searah di sam ping ada yang.
berlawanan. Seluruh bidang diisi dengan daun. bunga. dan buah.
Oleh karen a rambatan akar itu bervariasi banyak, maka masing-masing
diberi nama. Pemberian nama itu tergantung pada garis yang dominan pada
ukiran itu. Pada dasarnya nama yang diberikan ialah seperti berikut.
1 lingkaran yang berjajar dinamakan ulargeral1g karena lingkaran itu menim­
bulkan asosiasi pada bentuk ular yang sedang melingkar.
2 lingkaran yang berkaitan dinamakan saluak (seluk) karena bentuknya yang
berseluk atau berhubungan satu sarna lain.
3 Ungkaran yang berjalin dinamakan jalo (jala) atau tal1gguak (tangguk) atau
jarek (jerat) karena menyerupai jalinan benang pada alat penangkap hewan.
4 Lingkaran yang sambung-bersambung dinamakan aka (akar), karena ben­
tuknya merambat. Akar ganda yang paralel dinamakan kambal1g (kembang
=mekar).
5 Lingkaran bercabang atau beranting yang terputus dinamakan

(keluk).

6 Lingkaran yang bertingkat dinamakan Sa1ol11l'ck (se!ompat). Ukuran atau


bentuk tingkatan lingkaran itu sarna atau tidak sarna.
Dari motif pokok itu dapat dibuat berbagai variasi antara lain ialah seperti
berikut.

1 Mengkombinasikannya motif segi empat.

2 Menyusun dalam kombinasi rangkap.

3 Memperbesar atau mempertebal bagian-bagian hingga lebih menonjol dari

yang lain.

4 Memutar atau membalikkan komposisi.

Di samping motif akar dengan berbagai pola itu. ada lagi motif akar yang
tidak memakai pola. Ukirannya mengisi seluruh bidang yang salah satu bagian
sisinya bergaris relung.
Motif lainnya ialah motif geometri bersegi tiga, empat, dan genjang. Motif
ini dapat dicampur dengan motif akar, juga bidangnya dapat diisi ukiran atau
dihias ukiran pada bagian luarnya.
Motif daun, bunga, atau buah dapat juga diukir tersendiri, secara berjajaran.
184
Ad, :31;1'<1 'Jl<.:h ,lkar .•111< il;l,~i"
:h;IU .!lfK,' jUn t . 'pi "un. nt,
b('r~('1;1ng-$cling berlawall~!l
nrah, atau bcrsdang-sding dengal1ll1o;iflainnya.
Olch karena banyak variasi dan kombinasi, serta banyak pula komposisinya
yang saling berbeda maka masing-masing diberi nama yang berfungsi sebagai
kode untuk membedakan yang satu dengan yang lain,9
N:1m;! bngi motifrlaul'1, hllnga. ':hn h'l:lh·holf.'J., ,.I;1'~~"Ikan ~",..,,,:> ...., .. nggtl't'l~"
iilJ d". <. b u ,ga, 1 UU,' ,1 1'31',,, -iilll",i s· mOL :' . ;." SCPCi"
daCll s'rih, s,1LI, (:u-.ggrck), kacang, d;lII bOiii. Dnb~; d bur.;:: iak.:1 (cngbb,
mentimun, lada. kUl1dur, kapeh, salemo. Dalam hal buah ialah manggis, keladi.
rumbia. rambai. Ada kalanya hiasan ukiran pengganti bunga atau buah itu
dipakai motif dari benda perhiasan lainnya, seperti manik. jambuL mahkota,
tirai-tirai. bil1tal1g, dan kipas. Ada kalanya pula motif daun dinama dengan nama
itik, 'ffill, I:uml' 111g, ..'m r -J( ..
. . 1 gc( ,nctri ~)crsebitiga : ada llti;Ui,.· :.iiseb l ; Ci ',~.l puc!,;;;
rebung atatl si tinjau laut. Nam~ pucuk rebung diambil karena pucuk rebung
memang runcing seperti segitiga dan si tinjau laut mengingatkan pada atap
rumah gadang dengan nama yang sama jika dilihat dan samping. Ukiran segi
empat dinamakan siku. Ukiran segi empat genjang dinamakan sayat gelamai
karena bentuknya seperti potongan gelamaiyang disayat genjang.
Nama yang diberikan pada ukiran yang bermotif akar disesuaikan dengan
polanya. Setiap nama umumnya terdin dan dua kata, seperti akar dna (a.kar

9 ,i.i1Wi.1 lll..1td" l' ,ran ~t;iiHl~;k~· 'JU r (n~u:'\.. ·~t.;rt!. ,ai


;:'Vi1. r'~!lgi1n L:,:miki\lll p~ncmpatanny,i hiLus \':i5('suaik~,n
yang t~mpt1t
t'~P'H Pad" dinding, umpal11anya. dipakai llkiran yang mendukung arau menggambarkan
keramah-tamahan yang dilambangkan oleh ukiran si kembang mauis. Ada kalanya yang dipakai
pada dinding itu ukiran yang bemama jala tersebar atau jerat terkembang, yang masing-masing
melambangkan hukum laras Bodi Caniago dan Koto Piliang. Dinding bagian atas diberi ukiran
yang melambangkan kekerabaran seperti yang ditemui pada ukiran yang bemama seluk laka
arau lambang hukum adat keluk paku. Dinding relung penutup bagian kolong diberi ukiran
yang melambangkan keputus3n hukum pada penghulu, seoerti vanS( dilambangkan ukiran

, ,.';,: :h:Oh') "Ion;:.: .. JKna } Jnl~ ad~ kail lin)'.l ~: ):tro1H. :i.

,·J'I ;'\ill'll1;:::abau. Llmp,lI11anya: I kduk p"ku ditafsirkar, scbagai ajarall anak


kemenakan dibimbing; 2. PllCllk rcbung ditafsirbn scbagai hidup yang praktis seperti yang
diungkapkan dengan kedl berguna besar terpakai; 3. seluk laka melambangkan kekerabatan
yang saling berkaitan antara saw dan yang lain; 'I. jala melambangkan sistem pemerintahan
yang diruanl"kan Datuk Peroatih nan Sabat~n£: ,. krat melambangkan sistem pemerintahan
, )1..ll1 t:f ,t.;tcrUl.
-n, 7. ,v;~: 111:.11 ! d~11'i."'· ~:k:""
:~lin y n~ :;H:lk,! b.d·,,· ,·)11 :·~rll1'l! seL in
sebagai
185
terikat), akar berpilin, akar berayun. akar segagang, akar dua gagang. Akar dua
gagang lazim pula disebut kembang manis. Akar yang berjalin dinamakan
seperti alat penangkap hewan. yakni seperti jala terkakar (terhampar), jerat
terkakar atau tangguk terkakar. Akar yang saling berkaitan dinamakan seluk
laka karena bentuknya sebagai laka yang berupa alat untuk tempat belanga
yang herisi masakan.
Nama ukiran yan'g dibuat bervariasi dengan berbagai kombinasi dan per­
uhahan komposisi dan penonjolan bagian-bagiannya lImumnya memakai na­
ma hewan, seperti tupai. kucing, harimau. kuda. ular dan rama-rama. Nama
hewan itu lazimnya ditambah dengan suatu kata yang melukiskan keadaan.
seperti rama-rama bertangkap. kucing tidur. kijang Iari. gajah badorong. kelela­
war bergayut. Ada kalanya bemama sebagai kiasan yang pomo. IO
Penempatan motif ukiran tergantung pada stlsunan dan letak papan pada
dinding rumah gadang. Pada papan yang tersusun secara vertikal. motif yang
digunakan ialah ukiran akar. Pada papan yang dipasang seC<lnl horisontaL
digunakan ukiran geometris. Pada bingkai pintu. jendela. dan pclapis sam­
bungan antara tiang dan bendul serta paran. dipakai lIkiran yang bermotif
lepas. Sedangkan pada bidang yang salah satt! sisinya berclung. dipakni motif
ukiran akar bebas. Ada kalanya dipakai motif kumbang. mahkotll. dan lain­
lainnya sebagai hia~an pusat.
Pemherian nama tampaknya tidak mempunyai pola yang jelas. Umpama­
nya, motif yang sarna tetapi berbeda jenis ukiran yang mengisi bidangnya akan
memperoleh nama yang tidak ada hubungannya sarna sekali. seperti antara

dekorasi saja. Prinsip ukiran Minangbbau adalah: AI1JI41wknmilnl1g jlldi gWll, (tllf(llllg [rr;crok it,di
uk/ran. Artinya. motif serta pola ukiran dapat dibuat menurut kemampuan dan selcra pcng­
ukirnya sendiri. Namlln. dikatakannya bahwn nama-nama ukirall yang ada dj~mbil dari
sampiran-sampimn pantun, Tampaknya pendapat tcnrang pencmpatan motif ukiran umu
pemberian nama serra penafsirannya yang I11cngandllng simbolis t<;'rI1yata tidak tahan uji.
Umpamanya, pada telung piotu seri!)g tcrdapat motif mnhKota Kcmjaan Belanda serta
jambul-jambul yangmenghiasi bahu atall tali pedang pClwira Bclanda dalam pabian upacara­
nya.lni dapat memberikan tafsirall bahwa motif ukiran berkcmbang teTUs menurut musimllya.
Pada umumnya ukiran bersifat nonnguras, Akan tetapi. masuknya unsur mahkota dan
serta lukisan kembang memberikan berbagai alasan tcnt3ng motif serta pcranalll1ya yang
s'angat tergantung pad a kctcrampilan dan sclera p<lm pengl.lkir. Berbagai nama hewan yang
tidak ada ditemukan dalam perbendaharaan kesusastraan atau kiasan-kiasan yangdinukilkan
dalam tambo. seperti keldawar. kalong, centndu. dan singa. scsungguhnya sulit mempcrkllut
semua pendapat di atas. Demikian pula pengambilan llama berbagai bllilga yang tidak
termasuk dalam kesusastraan mcngandung berbagai pertanyaan atau bermacam-macam pc­
nafsiran oleh berbagai penclaah.
10 Nama yang mcngandllng kiasan porno ialah nama ukiran yang disebllt kudo IHCIlYCI'ok dolaltl
handang. yang umumnya ditafsirkan sebagai kiasan a!nt kclamin yang creksi. tctapi tidak
mendapat saluran.
186
singo mandongkak (singa mendongkak) dan pisang sasikek (pisan~ sesjsir).
Ukiran yang bernama kaluak paku (keluk pakis) jika disalin melalui lantunan
kaca akan berubah namanya menjadi kijang iari. Demikian pula ukiran yang
.bernama ramo-ramo (rama-rama) jika disalin melalui lantunan kaca namanya
berubah menjadi tMlggU'lk tamalt (tangguk I __ ~l.. \ 11
Rangkiang
Setiap rumah gadang mempunyai rangkiang. yang ditegakkan di halaman
depan. I J Rangkiang ialah bangunan tempat menyimpan padi milik kaum. Ada
empat macam jenisnya dengan fungsi dan bentuknya yang berbeda. Jumlah
rangkiang yang tertegak di halaman memberikan tanda keadaan penghidupan
bum. l l
Bentuk rangkiang sesuai dengan gaya bangunan rumah gadang. Atapnya
bergonjong dan dibuat dan ijuk. Tiang penyangganya sama tinggi dengan
tiang rumah gadang. Pintunya kecil dan terletak pada bagian atas dari salah
satu dinding singkok (singkap). yaitu bagian segi tiga lotengnya. T angga bambu
umuk menaiki Rangkiang dapat dipindah-pindahkan untuk keperluan lain
dan bila tidak digunakan disimpan di bawah kolong rumah gadang.
Keempat jenis Rangkiang itu
Si rilljau lauik (5i tinjau laut), yaitu tempat menyimpan padi yang akan
digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga yang tidak
dapat dibikin sendiri. Tipenya lebih langsing dari yang lain. berdiri di atas
empat tiang. Letaknya di tengah di antara rangkiang yang lain.

Pola memberikan nama pad a suatu obyck mungkin dasarnya sama dengan memberikan nama
11
pada orang, yaitu nama bag; seseol'ang tidak penring, seperti yang dimaksudkan mamangan
kcrl'k blllWU<v ga,1allg bagala (kedl bernama besar bergdarl. Oalamhal ini dapat pula pcmberian
nama bag; lagu-Iagu, seperti Damam PU)'ltaJ. (Oelam Puyuh). PiHcuraH Tujuah. dan Kelok BarangiH
(Kelok Berang;n) tidak ada sangkut pautnya dengan isi lagu. Nama diberikan pada melodi.
isi bgu adaJah pantun apa saja yang patut dilagukan sesuai dengan pertnintaan.
situasi atau tempat. Ada kalanya melodinya sama, tetapi namanya berbcda karena pemain
rebab ,]tau peniup salung membuat improvisasi lain. Jndi, tidak Sama dengan pemahaman yang
L1tnUiIl bahwa nama sebuah lagu yang diubah iramanya akan retap sama dengan nama lagu
aslinya, Diduga memberikan nama oleh pemain rcbab atau peniup salung terhadap lagu yang
sama, dengan mengubah improvisasinya, merupakan suatu kelaziman yang bcrsumber dari
penonjolan ego. Penanrah lIkiran tumpuknya mempunyai kebiasalln yang sama dengan peA
main rebab atau peniup salung itu. ,
12 Rangkiang asal katanyn dari Rwwg Hiilllg Oewi Sri (Oewi Pudi). Perubahan bunyj dari Ruang
menjadi rllug, atau mug bllkan suatu yang ganjil. Ingat saja kata rUQIt yang ada kalanY3 mcnjadi
r,III urau /ll/j,
13 Di bebernpa tempat padi yang tdah disabit tidak segcm dibawa Melainkan diumpuk
dilQl1ggobn di sawah ulltuk bebcrnpa masa. Pada nlllsa dahulu banyak longgokan
dipcrrandin,li:kan.

187
2 Si bayau-bayau, yait:! rempat menyimpan padi yang akan digunabn untl;.k
makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiangnya.
Letaknya di sebelah kanan ..
3 Si tal1ggual1g lapa (si tanggung lapar). yaitu tempat menyimpan padi cadang­
an yang akan digunakan pada musim paeeklik Tipenya bersegi dan berdiri
di atas empat tiangnya.
4 Ral1gkial1g kaciak (rangkiang kecil), yaitu tempat menyimpan padi abuan
yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada
musim benkutnya. Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya lebih keeil
dan rendah. Ada kalanya bentuknya bundar.
Balairung dan Masjid
Balairung14 ialah bangunan yang digunakan sebagai tempat para penghulu
mengadakan rapat tentang urusan pemerintah nagan dan menyidangkan
perkara atau pengadilan. Bentuknya sama dengan rumah gadang, yaitu diba­
ngun di atas tiang dengan atap yang bergonjong-gonjong, tetapi kolongnya
lebih rendah dan kolong rumah gadang. Tidak berdaun pintu dan berdaun
jendela. Ada kalanya balairung itu tidak berdinding sama sekali, sehingga
penghulu yang mengadakan rapat dapat diikuti oleh umum seluas-Iuasnya.
Seperti dalam hal rumah gadang, maka kedua kelarasan yang berbeda aliran
itu mempunyai perbedaan pula dalam bentuk balairung masing-masing. Balai­
rung kelarasan Koto Piliang mempunyai anjung pada kedua ujungnya dengan
lantai yang lebih tinggi. Lantai yang lebih tinggi digunakan sebagai tempat
penghulu pueuk. Anjungnya ditempati raja atau wakilnya. Pada masa dahulu,
lantai di tengah balairung itu diputus, agar kendaraan raja dapat langsung
memasuki ruangan. Lantai yang terputus di tengah itu disebut lebuh gajah.
Sedangkan balairung kelarasan Bodi Caniago tidak mempunyai anjung dan
lantainya rata dan ujung ke ujung.
Balairung dan aliran ketiga, seperti yang terdapat di Nagari T abek, Pariang­
an, ·yang dianggap sebagai balairung yang tertua, merupakan tipe lain. Balai­
rung ini diberi labuah gajah, tetapi tidak mempunyai anjung. Bangunannya
rendah dan tanpa dinding sama sekali, sehingga setiap orang dapat melihat
pennufakatan yang diadakan di atasnya.
Tipe lain dari balairung itu ialah yang terdapat di Nagari Sulit Air. Pada
halaman depan diben parit, sehingga setiap orang yang akan masuk ke balai­
rung harus melompat lebih dahulu. Pintu balairung diletakkan pada lantai
dengan tangganya di kolong, sehingga setiap orang yang akan naik ke balai­
rung itu harus membungkuk di bawah lantaL I5

14 Balafnmg berasal dan bra bnlai dan rnnllg.

15 Menurut ceritanya, bahwa mengadakan pant dan meletakkan pintu melalui kolong mengias­

188
Balairung hanya boleh didirikan di perkampungan yang berstatus nagari.
Balainya pada nagari yang penduduknya terdiri dari penganut kedua aliran
kelarasan, bentuknya seperti balairung Koto Piliang. tetapi dalam persidangan
yang diadakan di sana lantai yang bertingkat tidak dipakai. Ini merupakan
suatu sikap toleransi yang disebutkan dengan kata "habis adat oleh kerelaan".
Apabila balairung digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan. maka
masjid merupakan pusat kegiatan kerohanian dan ibadah. Masjid hanya boleh
didirikan di nagari dan koto.!ei Bentuk bangunannya selaras dengan rumah
gadang, yakni dindingnya mengembang ke atas dalam bentuk yang bersegi
empat yang sama panjang sisinya. Atapnya lancip menjulang tinggi dalam tiga
tingkat. Di samping masjid, juga didapati pula semacam bangunan yang di~
namakan surau. Jika masjid adalah milik nagari. maka surau adalah milik kaum.
Surau digunakan juga sebagai asrama kaum laki-Iaki. duda. dan bujangan. Di
surau itulah tiap kaum memberikan pendidikan i1mu pengetahuan kepada
anak-anak muda. l7
Pemedanan Gelanggang dan Sasaran
Pusat kegiatan duniawi ialah pemedanlll1, yaitu suatu medan atau lapangan
luas yang terletak di luar perkampungan. Pemedanan merupakan wilayah yang
tidak bertuan. la digunakan sebagai tempat menyelesaikan persengketaan
antara orang seorang, antara kaum. dan atau antara nagari yang tidak mungkin
diselesaikan penghulu masing-masing. Persengketaan yang dibawa ke peme~
danan itu bukanlah persoalan hukum, melainkan persengketaan karena harga
diri yang tcrsinggung. yang diselesaikan dengan perkelahian. baik dengan
secara fisik maupun secara simbolik. Perkelahian simbolis umpamanya yang
terdapat dalam kisah tambo tentang peraduan kerbau antara penduduk dan

bn petitih: /OI"11a1 SaUlt/pilla/I. 1Itt'''YIII1lN >allttl/"fIlgk"lI, yang artinya kesepakatan untuk bersama
mcmiku! sc!uruh risiko. Pcndap,lt lain, oleh bren;1 Nagari Sulit Air tnerupakan Nagari Cwmati
KOlo Piiitmg yang bertugas sdaku pelaksana hukum dari kcrajaan, mungkin adanya parit dan
letak pintu pada li1l1tai itu adalah untllk pengamanan persia pan yang lazimnya merupakan
hukurn bad an.
16 Masjid ialah satu·satunya rumah ib,ldah yang dapat dipakai untuk bersembahyang lumat.
sedangkan rumah ibadah !ainnya tidak dibenarkan. Dengan demikian kehadiran suatu masjid
dalam nagan menjadi sarna pentingnya dcngan balairung yang menjadi pusat pemerintahan
nagari, Dengan adanya satu masjid dalam nagari dapat menghindarkan perpecahan di kalang­
an masyarakat karena perbedaan ajaran agama Is!am,
17 Surau fllngsinya semula scbagai asrama !aki·!aki duda dan bujangan. Lambat laun rungsinya
menjurus scbagai tempat orang muda beiujar agama Islam. Akhirnya, surau menjadi lebih
terkenal scbugai tempat pendidikan agama Islam yang mcnyediakan asrama bagi siapa saja
yang datang belajar, sehingga ulama-ulama muda yang memperoleh pendidikan dari sana
disebutkan "oran~ surau". Surau demikian tidak ubahnya seperti pesantren di Jawa pada
189
pendatan~ yang hendak menjarah.
Dalam perkelahian fisik, pihak yang bersengketa masing-masing membawa,
ternan' yang bertugas sebagai saksi atau sebagai pembantu untuk menggotong
pulang yang kalah atau untuk membalas kecurangan yang mungkin dilakukan
sam pihak. Masing-masing mungkin membawa pendekar yang menjadi jagoan­
nya. Aturan permainannya ialah orang yang bersengketa akan melakukan
petkelahian satu lawim satu dengan disaksikan sahabat masing-masing. Lazim­
nya merekatidak langsung berkelahi, tetapi berbicara lebih dahulu apa yang
menjadi penyebab persengketaan itu. Apabila dengan dialog itu tidak mungkin
didapat penyelesaian, mereka, akan melakukan perkelahian bebas dengan
bersenjata atau tanpa senjata. Pendekar dan kedua beJah pihak dapat melerai
perkelahian itu jika menumt pertimbangan mereka, hasilnya akan tidak sesuai
dengan maten penyebab persengketaan itu. Akan tetapi, perkelahian itu bisa
menghasilkan perkeJahian massaL bila salah satu pihak melakukan kecurangan
sehingga memancing ternan yang cunga ikut tampil dalam perkelahian. Perke­
lahian massal yang sampai menjadi dendam yang berkepanjangan akan menja­
di urusan ninik mamak masing-masing untuk mencari jalan perdamaian.
Artinya, dalam persengketaan yang bersifat pnbadi ini. tugas penghulu ialah
menyelesaikannya dengan membuat perdamaian tuntas. Tidak ada yang salah
tidak ada yang benar. demikian pula tidak ada yang kalah atau yang menang.
dan tidak ada tuntut-menuntut ganti rugi atas kerusakan yang terjadi oJeh
persengketaan itu. Lazimnya perdamaian ditutup dengan suatu perjamuan
yang diadakan bersama oleh kedua belah pihak. Kalau terjadi lagi insiden
setelah perjamuan. maka hukum akan dilakukan menu rut semestinya.
Orang perkasa yang melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap orang
kedI boleh dikeroyok pada saat kesewenangan itu dilakukannya. tidak boleh
pada waktu yang lain. Pengeroyokan pada waktu lain harus dilakukan dengan
'bersembunYi sehingga tidak seorang pun tahu. Akan tetapi. pcngeroyokan
yang tidak berdasarkan alasan yang tepat akan menimbuJkan pembalasan oleh
ternan atau kerabat yang kena keroyok. 1S
Di samping pemedanan, ada pula galanggang (gelanggang). Ia merupakan
tempat permainan rakyat. baik perlombaan ada ketangkasan maupun peradu­
an hewan piaraan mereka. Pimpinan gelanggang dinamakan juaro (juara).
Guna tempat latman ketangkasan atau permainan lainnya. di dekat surau
dibangun pula suatu bangunan yang dinamakan sasaran. Bangunan itu bersegi
empat tanpa dinding dan atapnya belah ketupat. Artinya. perabungnya mem­

akhimya. Surau yang masih tetap berfungsi seperti asalnya masih ada hingga kini. Lihat juga
catatan pada bab ':UHdllllg-HlldaHg daH Hukum",
1S Lihat lebih lanjut catatan bab "Ulldallg-ulldaHg dall Hukum",
190
punyai titik di tengah. Sasaran tidak hanya digunakan kaum yang bersangkut-.
an. tapi juga dapat digunakan anggota kaum lain sebagai tempat belajar pada
salah satu pendekar terkemuka di bidangnya. Karena pada setiap sasaran tidak
mungkin ditemukan juara yang mampu mengajar seluruh permainan rakyat.
atau setiap sasaran mempunyai kelebihan tersendiri. maka dengan cara mem­
berikan kesempatan kaum lain belajar pada setiap sasaran. ~erjadilah pengerat­
an hubungan anak-anak muda pada setiap kaum yang ada dalam nagari itu.
Ada kalanya anak-anak muda dari nagari Jain dapat datang menuntut ilmu
pada seorang juara di nagari itu.

191
· .'
PERKAWINAN

~
telsel matrilineal dengan sistem kehidupan yang komunaL seper­
ti yang dianut. suku bangsa Minangkabau. menempatkan perka­
winan menjadi persoalan dan urusan kaum kerabat. mulai dari
mencari pasangan, membuat persetujuan, perrunangan, dan per­
kawinan, bahkan sampai kepada segala urusan akibat perkawin­
an itu. Perkawinan bukanlah masalah sepasang insan yang hendak membentuk
keluarga atau membentuk rumah tangganya saja. Oleh brena falsafah Mi­
nangbbau relah menjadikan semua orang hidup bersama-sama. maka rumah
tangga menjadi urusan bersama. sehingga masalah pribadi dalam hubungan
suami istri tidak terIepas dari masalah bersama.
perkawinan mereka bersifat eksogami. Kedua belah pihak atau salah
saW pihak dari yang menikah itu tidak lebur ke dalam bum kerabat pasangan­
nya. Oleh brena, menurut struktur masyarakat mereka. setiap orang adalah
warga bum dan suku mereka masing-masing yang tidak dapat dialihkan. ladi,
setiap orang tetap menjadi warga kaumnya masing~mas'ing, meskipun telah
perkawinan dan telah beranak-pinak karenanya. Anak yang lahir akibat
perkawinan itu menjadi anggota bum sang istri, sehingga ayah tidak perlu
bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. bahkan terhadap ru­
tangganya. Kelihatannya hubungan perkawinan mereka sangat rapuh.
tetapi para istri n:enipunyai daya pemikat yang khusus. yaitu resep kuno "dnta
193
melalui perut suami" dengan kepintarannya mcmasak. 1 Di 'samping itu para
istri pantang mengeluh kepada suaminya. sehingga para suami tidak mempu­
nyai beban pikiran yang berat di rumah tangganya.
Perkawinan eksogami melctakkan para istri pada status yang sama dengan
suaminya. SteIsel matrilineal serta pola hid up komunal menycbabkan mereka
tidak tergantung pada suaminya. Walaupun suami sangat dimanjakan di
dalam rumah tangga, ia bukanlah pemegang kuasa atas anak dan istrinya. Jika
ia inginterus dimanjakan, maka ia harus pandai-pandai pula menyesuaikan
dirinya.

Perkawinan Ideal
Menurut alam pikiran orang Minangkabau. perkawinan yang paling ideal
ialah perkawinan antara keluarga debt. seperti perkawinan antara anak
kemenakan, Perkawinan demikian lazim disebut sebagai pulaHg IlC mamall atau
puiaHg he bako. 2 Pulang ke mamak berarti mcngawini anak mamak. sedangkan
pulang ke bako ialah mengawini kClllenakan aY:1h. Tingkat perkawinan ideal
berikutnya ialah perkawinan ambil-mcHgambil. J Artinya kakak beradik laki-laki
dan perempuan A menikah sccara bersilang dengan kakak beradik laki-laki dan
perempuan B. Urutan selanjutnya ialah perk:1winan orang sekorong. sekam­
pung. senagari. seluhak. dan akhirnya sesama Minangkabau. Perkawinan de­
ngan orang luar kurang disukai. meskipun tidak dilarang.
Dengan kata lain. perkawinan ideal bagi masyarakat Minangkabau ialah
perkawinan antara "awak sarna awak", ltu bukan menggambarkan bahwa
mereka menganut sikap yang cksklusif. Pola perkawinan "awak sarna awak" itu
berlatar belakang sistem komunal dan kolektivisme yang dianutnya. Sistem

1. Orang Minangkabau terkenal pintar masak. schingga Restoran Padang menjadi sani!at
terkenal di seluruh Indonesia.
2. Perkawinan dengan anak mamak atau dengan anak bako lebih bersifat rncngawctkan
hubungan suami istTi itu agar tidak terganggu elch masalah yang mungkin timbul terscbab
campur tangan kerabat kcdua belah pihak. Perkawinan eksogami yang mereka anut sangat
mudah berantakan apabila kerabat masing-masing tidak serasi. Oleh karena itu. perkawinan
antara anak dan kemenakan menjadi sangat ideal, brcna daTi perkawinan itu ekses-ckses
negatif pewarisan harta pusaka akan dapat dihindarkan. Perkawinan antara anak dan
kemenakan !ilerupakan manifestasi mamangan. HAnak dipangku kemenakan dibimbing."
3.. Tt:juan perka.winan ambil mengambil ini selain untuk mempererat hubungan kekerabatan
antarorang beripar-besan. juga untuk memudahkan mernperoleh suami yang pantas bagi
anak kemenakannya. MencaTikan suami untuk seorang gadis memanglah tidak mudah,
lebih-lebih di wilayah yang memakai adat-istiadat uang jemputan. Dengan sistem ambil­
mengambil itu masalah uangjcmputan atau masalah lainnya telah dapat diatasi. Akan tetapi.
banyak pendapat yang tertelak dari takhyul bahwa salah satu daTi pasangan itu tidak akan
panjang usianya karena salah seorang akan mati muda. Banyak contoh yang dapat dike­
mukakan. tetapi belurn ada suatu pcnclitian untuk memastikannya.
194
yang dianut mereka itu barulah akan utuh apabUa tidak dicampuri orang lua(.
Dalam pola perkawinan eksogami yang menjadikan ikatan suami istri begitu
semu itu diperlukan modus agar lembaga perkawinan tidak menjadi rapuh.
Modus itu ialah perkawinan "awak sam a awak". Tambah dekat hubungan
ilwaknya, tambah kukuhlah hubungan perkawinan itu.
Perkawinan dengan orang luac terutama mengawini perempuan luar dip an­
dang sebagai perkawinan yang akan bisa merusakkan struktur adat mereka.
Pertama-tama karena anak yang lahir dari perkawinan itu bukanlah
bangsa Minangkabau. Di samping itu kehidupan istri akan menjadi beban bagi
suaminya, padahal setiap laki-Iaki bertugas utama bagi kepentingan sanak
saudaranya, bumnya, dan nagarinya. Oleh karena itu, kehadiran seorang istri
yang orang Juar dipandang sebagai beban bagi seluruh keluarga pula. Bahkan
bisa pula laki-laki itu akan menjadi Hanak hilang" dari kaum kerabatnya
karena kepintaran perempuan itu merayu suaminya. Sebaliknya, perkawinan
perempuan mereka dengan laki-laki luar tidaklah akan mengubah struktur
adat, karena anak yang lahir tetap mcnjadi suku bangsa Minangkabau. 4

Kawin Pantang
Sehin untllk memenuhi kebl!tuhan biologis dan perkembangan anak cucu,
perkawinan juga untuk mempererat dan memperIuas hubungan kekerabatan.
Oleh karena itu, hukum perkawinan sclain mempunyai larangan juga mempu­
pantangan. Pengertian larangan ialah perkawinan tidak dapat dilakukan.
Yang berupa pantangan, perkawinan dapat dilakukan dengan sanksi hukuman.
Di sam ping itu ditemui pula semacam perkawinan sumbang, yang tidak ada
larangan dan pantangannya, akan tetapi lebih baik tidak dilakukan. Perkawin­

... Dad sudut struktur sosial omng Minangkabau. perkawin<11l dengan orang luar akan mend a­
tangknn kecanggungan bagi anak-anak dari perkawinan iru. Kalau perempuan Minangkabau
mcnikah dengan laki-Iaki luar, tidak ada kesulirannya. karena anak-anak yang lahir dari
nerknwinan itll akan tetap sebagai anggora bum mereka juga, orang Minangkabau. !<elema­
hubungan kerabar anrara kedua belah pihak yang beripar besan tidak
dapat dilakukan menurut adar-istiadat scmestinya. Akan retapi, perkawinan laki-Iaki Mi­
nangkabau dengan perempuan luar dianggap scbagai sU3ru perkawinan yang ridak mengun­
rungkan. Anak-anak yang dilahirkan oleh pcrkawinan iru ridaklah memperbesar jumlah
anggota kaum. scbnb anak-anak iru ridak dapar dipandang sebagai orang Minangkabau. Di
s'lmping itll bila percmpuun yang dinikahinya iru mcnggantungkan hidup scpcnuhnya pada
sunminya, maka kewajiban laki-Iaki tcrhadap kerabatnya akan hnganggu. Agaknya rasa
kecnggamm mcnerima menantu percmpuan yang bukan Minangkabau dapat dipandang
yang umum. Misalnya. Kcrapatan Adat Nagari Rao-Rao yang terletak di
debt Batu Sangkar. pernah pada tahun 1955 mengduarkan hpu­
tus.lIl bnhwn scluruh warga nagari iru tidak dibcnarkan 111cnikah dcngan orang luar dari
Pelanggaran tcrhadap keputusan kcrapatan itu dikenai sanksi bahwa mereka
mcnurut adar. Artinya, mereka tidak diakui lagi sebagai warga nagari itu. Pada

195
an yang dilarang ialah perkawinan yang terlarang menurut'hukum perkawinan
yang telah umum seperti mengawini ibu, ayah. anak saudara seibu dan seba­
pak. saudara ibu dan bapak. ("mak adik dan kakak. mertuu dan menantu. anak
tiri dan ibu atau bapak tiri. s<ludara kandung istri atau suami, dan anak saudara
laki-Iaki ayah. s
Perkawinan pantang ialah perkawinan yang akan merusakkan sistem adat
mereka, yaitu perkawinan orang yang setali damh menurut stelsel matrilineal.
sekaum, dan juga sesuku meskipun tidak ada hubungan kekerabatan dan tidak
sekampung halaman."
Perkawinan sumbang yang akan merusakkan kerukunan sosiallebih berto­
lak pada menjaga harga diri orang tidak tersinggung atau memsa direndahkan.
Oleh karena ajaran mereka yang terpenting ialah memelihara harga diri. maka
untuk hal itu diagungkan ajaran raso jo pareso (rasa dan periksa) atau tCHggaHg
raso (tenggang rasa) sebagaimana yang diungkapkan ajaran falsafah mereka.
Pantangan perkawinan untllk memelihara kerukunan sosial itu ialah (1)
mengawini orang yang telah diceraikan kaum kerabat. sahabat, dan tetangga
debt; (2) mempermadukan perempllan yang sekerabat. sepergauian, dan
setetangga; (3) mengawini orang yang tengah dalam pertunangan; (4) meng­

tahun 1967 penduduk Nagari Banuhampu yang tcrletak dekat Kota Bukittinggi pernah pula
menghimpunkan sctnua warganya yang lulusan perguruan tinggi yang bcrkediaman di
semua kota Sumatera Barat. dan IIlcmbuat pcnnufnkatan dengan kepurusan yang lebih
lunak dari apa yang dicctuskan Nagari Rno-Rno. Bcntuk keputusan yang mereka sepakati
ialah mcnyerukan agar anak-anak muda yang bcrasal dari Nagari Banuhampu, di mana pun
mereka berada. agar tidak menikah dcngan gadis nagari lain. Motivasi hscpakatan itu ialah
kecemasan kalangan orang·orangtua terhadap kcsulitan anak gadisnya mendapat jodoh dan
kekhawatiran akan hilangnya rasa cinta mcrcka pada kampungnya. Dan yang lebih penting
lagi ialah ketidakikhlasan mereka akan mama~a h!lapo cOlldollg (memagar kelapa condong),
yang artinya batangnya milik kita tctapi buahnya jatuh kehalaman orang lain. Jauh sebelum
kasus larangan kawin dati kcdua nagcri itu. telah menjadi ttadisi pula pada berbagai nagari di
Luhak Agam (Kabupaten Agam sekarang) memantangkan perkawinan antara penduduk
dari nagari yang bertctangga. Antara lain sepcrti nagari yang saling bertetangga. seperti
Kurai. Sianok. Koto Gadang. Koto Tuo dan Balingka. Banu Hampu. Gadut dan juga seperti
Nagari Maninjau. Bayur. dan Sungai Batang di repi Danau Maninjau. Akan tctapi. perkawin­
an orang nagari itu dengan penduduk dari nagari yang lebih jauh. bahkan dengan orang luar
Pulau Sumatera te1ah lama mcreka terima atau tidaklah menjadi persoalan. Tentu saja jika
perempuan pada pihak mereka. Adal.ah sikap umum pula jib anak kemcl1akannya menikah
dengan perempunn luar Minangkabau. maka mcrcka akan berusaha membubarkanl1ya.
Sekurang-kurangnya mereka akan berusaha hendak mcnjodohkannya dcngan gadis sekam­
pung halaman yang lebih cantik danlcbih muda. Biasanya rayuan kerabat itl! bcrhasiL Maka.
pada masa lalu banyak gadi! luar Minangkabau yang takut bersuamikan pemuda Minangka·
bau dengan alasan bahwa laki·laki Minangkabau Stika banyak istri.
5. Larangan kawin itu sesuai dengan larangan kawin hukum Islam.
6. Perkawinan orang sekaum ntau sesuku, umpamnnya orang Caniago dengan Caniago. bukan

196
awini anak tiri saudara kandung. Sanksi hukurn ditirnpakan kepada pelanggar
tergantung kepada keputusan yang ditetapkan rnusyawarah kaurnnya. Tingka­
tannya antara lain: rnernbubarkan perkawinan itu, hukurn buang dengan
diusir dari karnpung atau dikucilkan dari pergaulan, juga dapat dilakukan
dengan hukurn denda dengan cara rnerninta' rnaaf kepada sernua pihak pada
suatu perjarnuan dengan rnernotong seekor dua ekor temak. 7

Aneka Ragam Perkawinan


Dalarn alarn pikiran orang'Minangkabau, tata cara perkawinan ada dua,
yakni menurut syarak (agarna) dan rnenurut adat. Yang disebut rnenurut
syarak ialah rnengucapkan akad nikah di hadapan kadhi.
Pemikahan dernikian belurn dapat diartikan sebagai suatu perkawinan yang
telah selesai menurut alarn pikiran rnereka. Kedua orang yang telah dinikah·
kan itu belurn' boleh hidup serurnah tangga sebagai suarni istri. Upacara
perkawinan rnenurut adat perlu pula dilaksanakan. Perkawinan rnenurut
syarak saja lazirn disebut kawin gantung atau nikah ganggang. 8 Melakukan kawin
gantung atau nikah ganggang disebabkan berbagai kernungkinan antara Jain,
salah satu atau kedua orang yang rnenikah itu belurn cukup urnur, atau yang
laki-Iaki belurn rnernpunyai pekerjaan, atau pihak perernpuan belurn sanggup
menyelenggarakan perhelatan rnenurut adat. Akan tetapi. kedua belah kera­

hanya akan mengaburkan pertalian darah seseorang atas dasar stelsel matrilineal. juga akan
dapat membiakkan pertentangan antarkaum dalam suatu nagari atau nagari lainnya. bahkan
dapat menghancurkan sistem pemerintahan dalam nagari. Suatu suku akan dapat menjadi
sangar kuat dan karenanya tidak membutuhkan kehadiran suku yang lain. Fanatisme
terhadap suku yang ada pada mereka akan dapat menimbulkan peperangan antarsuku.
sebagaimana yang biasa ditemukan pada sejarah suku-suku bangsa lain. Untuk menghindar­
kan fanatisme suku itulah salah sam alasan mengapa peda suku bangsa Minangkabau
dijalankan larangan kawin bagi orang yang sukunya sama. What juga bab "Penghulu". Oleh
karena orang Minangkabau meletakkan hukum Islam lebih tinggi dari pada hukum adat.
maka perkawinan pantang sering juga dilanggar orang Minangkabau di luar wilayah Minang­
kabau. Perkawinan demikian tidak diakui menurut hukum adat. dan bagi pelanggarnya
dikenakan hukum buang dan nagari. Malah sanksi hukum adat terhadap perkawinan itu
demikian kerasnya jika dibandingkan dengan anak perempuan mereka yang menikah
dengan bangsa asing atau bangsa Indonesia yang bukan umat Islam.
7. Perkawinan sumbang pada umumnya dipandang sebagai perbuatan orang yang tidak benno­
ral. tidak beradat.

S. Pada berbagai nagari ada kalanya masa pertunangan sangar lama. antara lain sebabnya untuk
mengikat seorang jejaka yang hendak merantau agar tidak sampai menikah dengan per­
empuan yang bukan dan desanya sendiri. Upacara pertunangan dilaksanakan hampir seperti
perhelatan perkawinan. yang maksudnya supaya pertunangan itu tidak begitu mudah
diputuskan. Lazimnya cara demikian dilakukan penduduk dan nagan yang perantau. seperti
Maninjau, Bali~ka. dan Sulit Air.
197
bat telah sepakat untuk bertalian keluarga secepatnya dan ~gar kedua remaja
itu tidak terpaling kepada yang lain, terutama bila si jejaka hendak pergi
meraritau. Perkawinan baru dianggap sah bila telah dilakukan perkawinan
menurut adat; yakni setelah dilaksanakan upacara baralek (berhelat), yaitu
perjamuari:"
Jenis perkawinan lainnya yakni perkawinan gantt lapik atau gant{ tikar yaitu
perkawinan seseorang (\aki-Iaki atau perempuan) yang pasangannya telah
meninggal. Lalu si janda atau duda dikawinkan dengan saudara yang mening­
gal itu. Perkawinan seperti ini hendak mendukung tali persaudaraan antara
duakerabat agar tetap utuh. dan juga karena alasan agar anak-anak dari
perkawinan lama memperoleh ayah atau ibu tiri yang bukan orang
PerkaWinan yang unik ialah dno buto (cina buta). Sepasang suami istri yang
telah tiga kali melakukan kawin cerai. tidak dapat rujuk atau menikah kembali.
Namun, mereka akan dapat menikah kembali apabila si janda telah menikah
dan bercerai pula dengan laki-Iaki lain lebih dahulu. Pada dasarnya pasangan
suami istri itu masih saling mencintai, tapi telah telanjur melakukan perceraian
sarn:pai tiga kali. Untuk mengatasinya dicarilah seorang laki-Iaki yang baka)
menikahi janda itu dengan perjanjian tidak akan menggaulinya. Caranya ialah
setelah akad nikah. laki-Iaki itu segera menceraikannya lagi. Laki-Iaki yang
menikahi janda itu 'dengan perjanjian demikian ialah yang dinamakan dna
buta. Biasanya laki-Iaki yang jadi dna buta itu seseorang yang terbelakang
mentalnya. Untuk pekerjaan itu ia dibayar.IO
Bentuk perkawinan lain yang lazim pula ialah kawin wakiI. Terjadinya karena
pengatin laki-laki tidak dapat hadir pada waktu pernikahan. Biasanya karena
tidak dapat meninggalkan pekerjaannya di rantau. Lalu si pengantin laki-Iaki

9 Menurut adatnya. orang-orang yang telah melakukan pemikahan tetapi belum barakk tidak
dibenarkan tinggal serumah. Malah bertemu muka pun dianggap scbagai suatu yang janggal.
Jika suami istn yang belum baralek itu melakukan kontak. :yang lazimnya bersembunyi­
sembunyi. memang tidak ada hukumannya selain dan sesalan orang-orang tua dan ejekan
yang diarahkan kepada mereka oleh warga masyarakatnya.
10 Cina buta dalam bahasa Minangkabau disebut dno huto. Juga senng disebut Cindua buto.
Beberapa pendapat'mengatakan asal katanya dan cQndra. bahasa Sanskerta, yang artinya
matahari atau benderang. Ada juga yang menafsirkannya candra dan calldra mara yang artinya
tallda mara. Pendapat lain mengatakannya dan cillha yang artinya juga tanda. ladi. arti cilia
bUla ialah rllnda yallg buta. Timbulnya dna buta ini untuk mengatasi peraturan hukum
perkawinan Islam yang tidak membenarkan seseorang melakukan rujuk pada istnnya yang
telah diceraikan atau ditalak riga kali berturut-turut. Dalam aturan Islam seseorang yang
menalak istrinya untuk pertama kali dapat melakukan rujuk (menikah kembali) tanpa
menunggu waktu tiga kali haid. Demikian pula dalam melakukan talak yang kedua. Akan
tetapi. setelah melakukan talak ketiga. rujuk tjdak dapat dilakukan lagi. Kalau mereka ingin
serumah tangga lagi. ia harus menunggu jandanya itu menikah dengan orang lain lebih dulu.
Dan sdelah perempuan itu bercerai pula dengan suami barunya, barulah suaminya yang
198
""

memberi surat wakil pada ayah atau saudaranya laki-Iakinya untuk mengucap:­
kan akad nikah atas namanya di hadapan kadhi. Setelah pernikahan berlang- •
sung. perhelatan dapat juga dilakukan menurut adat tanpa hadirnya pengantin
laki-Iaki. marapulai. Habis perhelatan pengantin perempuan diantar ke tempat
suaminya di rantau.

Pinang-Meminang
Pinang-meminang lazimnya diprakarsai kerabat pihak perempuan. Bila seo­
rang gadis dipandang telah tiba masanya untuk berumah tangga. mulailah
kerabatnya meHyalal1gl1aH mata. yang artinya melihat-lihat atau mendengar­
dengar jejaka mana yang telah pantas pula untuk beristri dan yang kira-kira
eoeok bagi anak gadis mereka. Bila yang dicari telah ditemukan, berundinglah
para kerabat untuk memperbineangkan keadaan calon yang dUnear itu. Bila
rundingan itu lancar, barulah ditugasi seseorang untuk melakukan penyelidi­
kan, apakah pihak sana akan mau menerima pinangan mereka.
Jika hasil penyelidikan itu memberi angin, barulah dikirim utusan untuk
melakukan pinangan. Utusan itu dipimpin mamak si gadis. Namun. sebelum
pinangan resmi disampaikan. beberapa penghubung telah pergi bolak-balik ke
rumah pihak laki-Iaki untuk merundingkan waktu dan eara peminangan yang
akan dipakai. Mamak yang datang untuk meminang itu diiringi beberapa
orang laki-Iaki dan perempuan. Sedangkan di rumah orang yang akan dipinang
telah menanti kerabat terdekatnya dengan pimpinan mamaknya.
Kepastian hasil dalam pinang-meminang itu belum diambil. Pihak laki-Iaki
akan merundingkan lebih dahulu masalahnya dengan semua kerabat. Beber­
apa hari berikutnya dikirim lagi oleh pihak perempuan seorang utusan untuk
menanyakan kapankah harinya pihak perempuan bisa diterima untuk mende:'
ngar hasil keputusan. Pada hari yang disepakati kedua belah pihak, utusan
pihak perempuan datang lagi menemui pihak kerabat laki~laki untuk mende­
ngarkan pinangan mereka diterima atau tidak. '
Apabila pinangan telah diterima, tidaklah otomatis perkawinall bisa dilang­
sungkan. Rundingan se!anjutnya ialah untuk menelltukan kapan waktunya
pertunangan dilaksanakan. Hari pertunangan itu biasa disebutkan batimbal1g
yaitu pertukaran tanda bahwa mereka te1ah berjanji menjodohkan'aniik
kemenakan mereka di suatu waktu kelak. Benda yang dijadikan pertukaran
tanda itu tidaklah sama pada semua nagari. Ia bisa berbentuk cincin emas, kain

pertama dapat menikahinya lagi setelah Icwat masa haidnya yang ketiga. 5istem dna buta ini
sangat ditentang ulama Islam karena alasan moral. Tujuan celaan itu ialah agar pasangan
suami istri tidak begitu gam pang melakukan per,craian. 5ebab. perkawinan merupakan
suatu iembaga,yang sud,
199
bersuji benang emas (kain balapak), atau keris pusaka. Namun, yang umum
• pihak perempuan memberikan kain atau perhiasan emas, sedangkan pihak
laki~laki memberikan keris pusaka.
Andai kata pertunangan itu putus, pihak yang memutuskan akan mengem­
balikan tanda yang diterima dahulu. Namun, pihak lain tidak berkewajiban
mengembalikan tanda yang diterimanya.
Setelah pertunangan memakan jangka waktu tertentu, barulah dimulai pula
perundingan pemikahan. Dalam perundingan pemikahan ini dibicarakanlah
waktu dan cara yang akan digunakan dalam perkawinan itu, seperti besar
kecilnya perjamuan perkawinan, jenis atau macam pakaian kedua pengantin,
upacara menginai kuku, sampai kepada masalah yang lebih ked!. Perundingan
dalam hal ini biasanya dilakukan kaum perempuan yang menjadi utusan atau
wakil kedua belah pihak.
Andai kata laki~laki yang menghendaki seorang perempuan, pihaknya dapat
mengirim utusan untuk melakukan tinjauan ke pihak kerabat perempuan itu.
Jika pihak perempuan menyetujui, maka lamaran atau pinangan formal tetap
dilakukan pihak perempuan.

Mas kawin, Uang Antaran, Uang Jemputan dan Seba­


gainya
. Masyarakat Minangkabau tidak mengenal mas kawin atau semacamnya,
karena perkawinan lebih merupakan suatu perikatan antara dua kerabat
daripada perjodohan antara dua jenis kelamin. Namun, marapulai yang datang
untuk bertempat tinggal di rumah istrinya selain membayar mahar menurut
hukum Islam, membawa juga perangkat keperluan anak dara yang jadi istrinya
itu, yang disebut sebagai pal1ibo. 11 Panibo itu berbentuk sepasang pakaian
lengkap untuk anak dara. Di berbagai luhak atau nagari panibo itu berbeda­
beda bentuknya. Ada yang memberi selimut wol teba!. umpamanya di nagari
yang berhawa dingin.
Di berbagai nagari, terutama di daerah pantai barat. dikenal uang jemputan
yang berupa uang atau benda lain yang diberikan kerabat perempuan kepada
kerabat laki-laki. 12 Sistem uang jemputan dilakukan terhadap laki-laki yang
bermartabat tinggi yang ditandai mempunyai gelar turunan seperti sidi. bagin-

II Panibo asalnya dari tibo atau tibn dengnn awalnn pn.


12 Adat memberikan uang jemputan pada masa dahulu hampir merata dilaksanakan diseluruh
Minangkabau. Nilainya sampai sekitar 50 gram emas mumi. (Lihat J.L van der Toom.
Aanteekeningan !lit her Familie Leven bij den MaIder in de Plldanglchc Boven/linden I lit ll, 1871). Kini
masih berlaku di wilayah pantai bam, terutama di seluruh Kabupaten Padang Pariaman dan
oleh penduduk asli Kota Padang sekarang. Jika pada masa lalu di kedua daerah itu uang
200
do, dan s~tan. 13 Dengan mengambil semenda demikian. maka anak-anak yang
dilahirkan oIeh perkawinan itu juga akan mendapat gelar turunan yang sangat
didambakan itu.
Di daerah Padang, sekitar Kota Padang sekarang. yang orang-orang bangsa­
wannya menyandang gelar turunan seperti marah dan sutan. juga dipakai
sistem uang jemputan itu. Namun, bisa pula terjadi sebaliknya, yakni pihak
laki-Iakilah yang memberikan uang pada pihak perempuan yang dinamakan
dengan uang antaran kalau laki-Iaki yang mengajukan peminangan.
Di kedua daerah itu, sistem panibo dilakukan juga oleh pihak laki-laki.
Namun, panibo itu diimbangi paHaHti (pen anti) oleh pihak perempuan dalam
bentuk pakaian laki-Iaki tentunya. Variasi dalam hal ini cukup beragam. sarna
halnya dengan peribahasa LaiH lubuk laiH ikannya, lain padang lain belalangHya.
Malam Bainai
Acara malam baiHai dilaksanakan di rumah anak dara, yang diadakan sehari
atau beberapa hari sebelum hari pernikahan. Bainai ialah memerahkan kuku
pengantin dengan daun inai yang telah dilumatkan. Bainai semata-mata
dihadiri perempuan dari kedua belah pihak. pihak ibu atau bakonya masing­
masing. Marapulai dibawa kerabatnya dari garis ibu dan garis ayahnya, yang
semuanya perempuan, ke rumah anak dara. Acara ini semata-mata acara

jemputan itu dilakukan bagi orang yang mempunyai darah bangsawan. maka kini telah
bergeser kepada setiap pemuda pcnduduk asli yang mempunyai gelar kesarjanaan. Yang
paling tinggi nilainya ialah para sarjana yang diharapkan akan banyak menghasilkan uang
seperti dokter dan insinyur teknik. Besarnya uang jemputan itu bukan \agi dinilai dengan
emas. melainkan kendaraan bermotor, paling rendah senilai sebuah sekuter. Uangjemputan
bukan diuntukkan bagi pengantin laki-Iaki yang dijemput, melainkan untuk ibunya. Di
samping uang jemputan. pihak kerabat pengantil1 laki-Iaki masih juga menghendaki uang
dapur, yaitu untuk biaya perhelatan. Di wilayah luar kedua daerah itu, yang sudah lama
menghapuskan adat-istiadat demikian. hal itu kini mulai berkembang lagi. Namanya me­
mung bukan uang jemputan, melainkan uang dapur. Adat-istiadat demikian bagai tidak ada
pengecuali~n bahkan bagi du~ pasangan kekasih yang mau menikah. Artinya. masalah uang
jem putan atau liang dapur itu menjadi syarat yang mutlak bagi suatu perjodohan Jejaka yang
hendak lllcnikah tidak dapat berbuat lain karena ikatan kekerabatannya lebih kuat danpada
cinta kasihnya kepada calon istrinya. Umumnya oleh masyarakat Minangkabau kebiasaan
demikian memang dipandang kurang simpatik. Akan tetapi, jika mereka punya jejaka yang
bergelar kcsarjanaan, hal itu akan mereka lakukan juga. Oleh karena, di satu pihak setiap
kerabat berebut untuk memperoleh jejaka yang berritel demi martabatnya dan di pihak lain
kerabat jejaka tidak mau rugi untuk biaya menikahkan anak kemenakannya. Logika mereka,
yang paling beruntung akibat perkawinan itu iatah pihak perempuan, karima selain menaa­
pat semenda yang status sosialnya tinggi. juga nantinya pihak perempuan akan memperoleh
lebih banyak harta yang didapat semenda itu. Jadinya, motivasi utamanya ialah materi dan
perasaan tidak mau merugi untuk keuntungan pihak lain. Meskipun adat-istiadat demikian
tidak dipakai semua orang, sifatnya masih berlaku secara umum.
13 Lihat juga cat~an pada bab "Penghulu" pada bagian "Gelar dan Gelar Pusaka".
201
perempuan. Dan kalau ada laki-Iaki pihak marapulai yang hadir, mereka
hanyalah pengiring untuk teman pulang di tengah Mereka tidak ikut
naik ke rumah. Hanya di halaman saja.
Dalam acara ini hanya dihidangkan minuman dan makanan ked!. Ketika
acara akan dimulai. anak dara dibawa dari kamarnya ke ruangan yang telah
dipasang pelaminan. Ia didudukkan di sebelah marapulai. Keduanya memakai
pakaian penganrin yang lebih sederhana dari hari baralek (berhelat). Acara
dipimpin seorang perempuan baya yang bijak untuk tugas itu. Bahan inai
diletakkan dt hadapan kedua pellgantin. Yang akall diinai kedua puluh kuku
jari mereka masing-masing. Anak dara diinai kerabat marapulai. sedangkan
marapulai diinai kerabat anak dara. Masing-masing dipanggil oleh pemimpin
acara. Yang pertama diberi kesempatan ialah ibu marapulai untuk menginai
calon menantunya dan yang kedua ibu anak dara yang akan menginai calon
menantunya pula. Demikianlah selanjutnya secara berturut-turut.
Tujuan menginai kuku agar merah itu ialah untuk memberikan pertanda
kepada kedua pasangan itu bahwa mereka yang merah kukunya adalah peng­
antin baru sehingga kalau mereka berjalan berdua atau pergi mandi bersama ke
pancuran, semua orang sudah tahu bahwa keduanya adalah pcngantin baru
dan takan ada orang yang mcngusiknya. Agar inai itu lebih dahlm masuk ke
dalam kuku, lumatan daun inai itu dibungkus pada kuku dan dibiarkan begitu
saja. Bertambah lama dibiarkan lengket di kuku akan bertambah lama daya
tahan pemerahnya.

Acara Perkawinan
Acara perkawinan dimulai pada hari pcrnikahan. Hari yang dianggap paling
baik ialah petang Kamis Inalam Jumat, kalau pernikahan akan dilaksanakan
malam hari. Kalau dilaksanakan siang hari, maka hari yang dipilih ialah hari
Jumat.14 Saatnya sebelum sembahyang Jumat. Namu!1, ada kalanya juga di

14 Masyarakat mempercayai bahwa waktu petang Kamis malam Jumat dan hari Jumat merupa­
kan hari yang terbaik dalam seminggu. Suasana pada waktu itu sangat bersifat keagamaan.
Pada mal am Jumat itu biasa orang beramai-ramai ke masjid untuk menghadiri tablikh
(pelajaran agama) hingga hampir eengah malam. Han Jumat dipandang scbagai han besar
karena pada han leu upacara sembahyang berjemaah dengan didahului khotbah. Oleh
karena kepercayaan demikian, orang pun memilih hari itu untuk melakukan segal a yang
dianggap suci, umpamanya untuk melangsungkan perkawinan. Bahkan juga orang memilih
waktu itu untuk melakukan hubungan seks dengan pasangannya agar mendapat berkah
yang lebih baik. Pilihan waktu pada masa bulan naik dikaitkan pada kepercayaan bulan naik
melambangkan rezeki yang menaik pula. Kepercayaan ieu sebetulnya tidak ada hubungan­
nya dengan akidah agama. la lebih berupa eradisi yang diambil dari bangsa Arab yang
menjadikan hari Jumat sebagai hari Iibur karena akal1, bersembahyang Jumat, sama halnya
dengan han Sabtu bagi bangsa Yahudi dan hari Minggu bagi orang Kristen.
202
beberapa nagari orang melaksanakannya sesudah semoahyang lumat. Sedang~
musim perkawinan pada umumnya sehabis panen pada daerah~daerah
agraris. Di daerah yang penduduknya banyak merantau, musim perkawinan
pada waktu menjelang bulan puasa tiba karena pada saat itulah pad a umum­
nya perantau pulang, sehingga seluruh kerabat dapat menghadiri acara perka~
winan itu. Peredaran bulan pun dianggap peprlng. Oleh karena ittt, orang
memuih saatnya pada waktu bulan mulai terb.it sampai pada waktu pumama.
Saat itu juga disebutkan ketika bulan naik.
Acara perkawinan itu sangat beraneka ragam tergantung pada wilayah yang
dalam sejarahnya dipengaruhi kebudayaan luar atau tidak. Misalnya, di wi­
layah pesisir pengaruh kebudayaan Cina dan India mewamai keanekaraga­
mannya, di samping sisa pengaruh Hindu. 1s Sedangkan di wi1ayah darar
pengaruh ajaran Islam yang lebih dominan. Akan tetapi, ada riga macam acara
pokok yang sama dilaksanakan pada semua wilayah, yakni pernikahan, men­
jemput marapulai, dan menjalang.

Pemikahan
Acara pernikahan menurut kebiasaan yang lazim dilaksanakan di rumah
anak dara. Namun, biasa pula dilaksanakan di masjid. Jika dilaksanakan di
masjid, calon marapulai dijemput ke rumah orang tuanya untuk dibawa ke
masjid oJeh utusan kerabat anak dara. Utusan itu terdiri dari kaum laki-Iaki
semata. Bila dalam perjanjian semula ada syarat-syarat yang harus diisi pihak

1, Pengaruh kebudayaan Cina sangat menonjol dalam ragam hias pada pakaian dan, orang
membiasakan pula aearn berebut cinchl antara kedua peiaminan penganrin, terurama pada
annk dara.luga ada kalanya pengantin pada malam pertama. Marapulai harus merebut cincin
anak dara dan anak dara harus mempertahankannya selama mungkin. Upaeara
ini disaksikan oleh semua kerabat dari kedua belah pihak. Aeara ini lazimnya dilakukan
penduduk asH Kota Padang sekarang. Dalam aeara makan, orang membiasakan 'mahn
berjambar. ya itu nasi ditaruh di dulang atau pinng bcsar untuk dimakan bcrkelompok,
sekllrang-klmlngrlVu cmpar orang dabm i<ltll kdompok. Pada waktu makan, lauk-pauk
ditllangbn kc atas nasi. Makan bcrjambar di ranah darat dilakukan dengan suatu etiket
(basa-basi) yang bcrbeda dengan di tanah pesisir. Di tanah darat orang menjemput nasi
sedikit-sedikit. hllu melcmparkannya kc dalam mulutnya tanpa menyentuh bibir. Maksud­
tidak t<?rscntuh jarinya, karena jarinya itu akan menyentuhi nasi yang
bersama. Mcmakan nasi yang tdah tersenruh air liur orang lain dipan­
memakan sisa. yang merupakan pantangan bagi harga din mereka. Sedangkan
di tanah pesisir cara makannya se!ahap-bhapnya, lamu boleh bertenak-teriak meminta
lallk-pullk mmbahan. Lauk-pallknya yang disukai ialah kari. yakni masakan gaya KeHng,
y,Hlf; bere'lbe mcmh warnanya dan yang bcrkcwmbar putih. Cam makan berjambar ini
dipalldall~ mub;lzir mCllurur njar;ln Isl'llll. k<1rena akan banyak b:rsis~. Dan sebagai ~isa,
"~;-" ,'];11:' . ~;H1 Jcp;,,: !i1~1'"
Nalllllll. ni IlH;
:11 \.' i',~

203
ke!'abat umpamanya seperti uang
itulah Semua syarat itu
tua.
Kalau pernikahan itu dilaksanakan di rumah anak dara. utusan akan terdiri
dari laki-laki dan perempuan. Saat itu merupakan kesempatan yang tepat
untuk mengundang seluruh kerabat marapulai untuk menghadiri perjamuan
di rumah anak dara; Apabila pernikahan itu akan dilaksanakan dalam beber­
apa hari, marapulai akan memakai pakaian biasa yang lengkap saja. Akan
tetapi. bila saat pernikahan itu acara perhelatan perkawinan langsung diada­
kan, marapulai akan mengenakan pakaian marapulai tradisional. 10 Pakaian itu
biasanya dibawa utusan anak dara. Sehabis pernikahan marapulai akan kem­
bali ke rumah orangtuanya. la akan ke rumah anak dara bila dijemput secara
adat.
Dalam acara pernikahan marapulai dan anak dara tidak dihadirkan
Sebab, yang akan mengucapkan akad

kepada ayah (wali) anak dara. Anak dara nanyalan me­

nyatakan persetujuannya kepada para saksi yang datang menanyainya di


kamarnya. 17 Saksi yang utama dalam hal ini ialah kadhi. Akan tetapi ayah anak
dara boleh juga meminta kadhi untuk mewakilinya untuk melaksanakan akad
nikah. Setelah upacara pernikahan selesai. semua yang hadir disilakan me­
nyantap makanan yang telah tersedia. Selesai makan, marapulai kembali ke
rumah kerabatnya. Ia bisa juga tetap di rumah anak dara, jika acara perkawinan
menurut adat terus langsung pada hari itu saja.
Menjemput Marapulai
Acara yang paling pokok dalam perkawinan menurut adat istiadat ialah
baStlHdiallg (bersanding), yaitu mendudukkan kedua pengantin di pelaminan
disaksikan jamu atau tamu yang hadir. Sebelum bersanding, marapulai
lebih ke rumah kerabatnya. Pada waktu itulah segala upacara
adat perkawinan harus dipenuhi sebagaimana yang disepakati sebe­
Kerabat anak dara mengirim utusan untuk
Yang menjadi utusan umumnya perempuan. Mereka memakai pakaian yang
indah-indah. Beberapa orang perempuan muda yang menjadi sumaHdaH 1S

16. Pakaian marapulai di tallnh darat berbeda dCllgan di tanah pesisir. Pakaian di pesisir disebut
roki. Tampaknya seperti pakaian matador. Mungkill juga karena adanya peng,Huh Portugis.
17. Dalam menyatakan persctujuannya untuk dinikahkan. lazimnya seorang gadis hanya de­
ngan sedikit menganggukkan kcpala bila ditanyai saksi-saksi. Tidak dianjurbn mcngangguk
pada pertanyaan pertama. In akan mcnunggu dahulu desakall seluruh perempuan yang
berada di kamar bersamanya. Persetujuan yang cepat. apalagi bersuara, dipandang sebagai
tingkah laku yang genit, pemurah.
18. Sumandan berasal dari bahasa Sansekcrta 511 yang artinya baik dan "w.d" yang artinya

204
mengenakan suntingdi kepaianya, serta mengenakan baju yangbersuji benang
emas serta bersarungkan IU1.in belapak. 19 Perempuan iainnya membawa syai'at­
syarat penjemputan marapuiai di atas baki,20 Besar kecilnya perhelatan itu
akan tercermin pada banyak sedikitnya jumlah utusan yang datang. Rombong­
an utusan itu diikuti beberapa orang laki-Iaki yang akan menjadi juru bicara.
Di rumah marapulai persiapan menanti utusan yang akan menjemput
marapulai hampir tidak kalah megahnya dengan rombongan utusan itu. Mes­
kipun kedatangan utusan itu telah diketahui maksudnya, dilakukan juga
dialog singkat tentang maksud kedatangan mereka. Namun, pihak yang me­
nanti belum hendak memperpanjang pembicaraan itu. Sesuai 8engan ma­
mangan beruliding sehabis mahan, maka makanan dihidangkan ke tengah helat.
Terjadilah pidato sembah-menyembah untuk menyilakan tamu menyantap
makanan yang telah terhidang.
makan, setelah menghisap sebatang rokok, secara resmi pihak utusan
menyampaikan maksudnya dengan pidato yang penuh ungkapan pepatah
petitih. Upacara pidato itu bertahap-tahap. Pada mulanya pidato yang isinya
menyatakan diri mereka sebagai utusan yang membawa kiriman dan meminta
agar kiriman itu diterima, setelah pihak penanti memeriksa isi kiriman dan
dapat mencrimanya karena telah sesuai dengan perjanjian sebelumnya, baru­
lah disampaikan maksud kedatangan utusan itu sesungguhnya. Upacara men­
jemput marapulai ini banyak sekali memakan waktu untuk pidato yang
bersahut-sahutan dari kedua belah pihak. Oleh karena kedua belah harus
menunjukkan bahwa pihak yang diwakilinya bukan sembarang orang, tetapi
orang yang mempunyai dan menyandang adat yang tinggi, maka kedua belah
pihak yang menyampaikan pidato dengan sendirinya harus pula menyampai­
kan pidato yang bermutu tinggi.
Selesai upacara pidato. barulah marapulai dilcpas kerabatnya untuk dibawa

Dalam hal ini aninya perempll~n pengantin. Yang menjadi sumandan


per~mpuan muda yang belum lama LaZlmnva ialah istri anggota kerabat yang
terdekat.
19. Balapak ialah kain yang ditCllun secam padat dengan banang emas. Kalau digunakan untuk
sarung disebut ,anmg balapak. Untuk disandang di bahu melingkar tubuh sampai pinggang
discbut ~llJldll"'i' I,alnpak. Dan yang dipakai untuk mcnutup kepala disebut rfllgku/uk balapak.
Kain V<1I12 ditenun denl?an cam Van\: iaralW b.manl1 emasnya disebut kain barabua (kain

10. Pada umumnya yang dibawa dengan baki itLl ialah pakaian yang akan dikenakan marapulai.
Apabila pakaian marapulai yang dibawa itu merLlpakan pinjaman (pakaian sewaan). maka
pendampingnya ialah sepasang sepatu. Pokoknya, dalam baki itu perlu ada salah saW benda
akan dipakai se!amanya. Andai kata dalam perjanjian semula pihak anak dara harus
uang jemputan, maka pada saat itulah uang itu harus diserahkan pada baki
khusus. Kini lazimnya uang jemputan diserahkan pada waktu akan melakukan akad

205
ke rumah anak dara. Namun. ia tidak dilepaskan sendirian.la diiringi kerabat­
nya dengan suasana yang sama megahnya dengan utusan yang datang men­
jemputitu. 21 .
Di rumah anak dara, kedlla pengantin didudukkan bersanding di pelamin­
an., Di sini acara makan minum dan pidato pun dilakukan pula dengan tidak
kalilh iridahnya dengan di rumah marapulai. Selesai upacara bersanding.
marapulai dibawa lagi oleh kerabatnya pulang ke tempatnya. ada kalanya
bersama-sama anak dara. Hal ini bergantung pada rencana yang dimllfakati
sebeluninya oleh kedua belah pihak. Tidak ada keseragaman pada semua
nagan.. "

Manjalang
Manja/ang (menjelang). yang artinya berkunjung merupakan acara puncak
di rumah marapulai. Para kerabat berkumpul menanti anak dara yang datang
menjelang. Waktu berangkat dari rumah anak dara. kedua pengantin berjalan
bersisian, diapit sumandan dengan pakaian mereka yang terbagus. diiringi
perempuan kerabat anak dara, dan di belakangnya perempuan yang

21. Ibu dan saudara ibu serta dUlf511flilk marapulai melepas kepcrgian marapulai bukan dengan
perasaan bahagia. Mereka umumnya mcnangis bahkan sampai meratapi kepergian marapu­
lai, tidak ubahnya seperti meiepas mayat lIntuk dibawa kc pekuburan atau melepas keluarga
yang pcrgi merantau atau naik haji ke Mekah. Ratapan itu merupabn ratap pcrpisahan
kerabat tercinta yang tidak tahu apakah abll bertemu lagi atall tidak. Seolah si marapulai
akan mun!!kin lupa pada sanak saudaranya sendiri setdah menikah. Pada malum pertama itu
menggauli istnnya. scbaliknya anak dara harus berusaha agar ia tidak
k..hf'ndak suaminya. Proses yang cepat memben 31amat bahwa
tidak akan lama atau hubllngan mereka akan Tapuh. Konon
..sengaja
berjaga-jaga agar hal yang tidak diingini tidak sampai terjadi pada malam pertama itu,
Marapulai juga harus berusaha agar ia tidak sampai bangun kesiangan. Sebelum beduk subuh
berbunyi. ia sudah keluar dan rumah itu. Kalau ia sampai kesiangan. ia akan diolok-olok
orang selama beberapa saat. Untuk menjaga agar ia tiduk sampai kesiangan.lazim pula orang
muda yang menjadi temannya mcmbangunkannya dengan mengetuk jendela kamar peng­
antin. Hubungan seks yang pertama dipujikan kalau dilakl1kan secepatnya pada malam
ketiga. Setelah melakukan hubungan itu. kedua pengantin berkewajiban mengunjungi
rumah kerabat marapulai sebagai pertanda bahwa kedu3 pengantin merasa bahagia oleh
perkawinan mereka, Akan tetapi. andai kata anak dara ketahuan tidak perawan Jagi sebelum
menikah. marapulai akan meninggalkan anak dara dan mengembali
da kerabatnya. Ada beberapa cara meninggalkan istri yang tidak perawan,
sikap mental marapulai. Cam yang paling sopan. marapulai akan meninggalkan selepah
rokok) yang kosong di bawah banta I tidurnya. eara yang kasar yaitu ia bolch merobek-robek
ban tal tidur dengan pisau agar ahli rumah mendapat malu. eara lain ialah meninggalkan
kamar pengantin melalui jendela. eara yang dilakukan itu tergantung pada hubungan
kerabat kedua belah pihak. Andai kata mereka yang menikah mempunyai hubungan
206
jung jambar 1 di kepala. Seperangkat pemain musik mengikuti mereka paling
belakangY Semuanya merupakan perarakan yang indah.
Scsampai arakan pengantin di rumah marapulai. di anak tangga kedua
pengantin disirami beras kunyit untuk memberi berkah. Kemudian barulah
semua rombongan dipersilakan naik. Kedua pengantin dibimbing naik tangga
oleh sumandan pihak kerabat marapulai.lalu mereka didudukkan di pelamin­
an. Dalam acara ini laki-Iaki tidak berperan. Acara lebih mengutamakan saling
memperkenalkan kerabat dari kedua belah pihak yang telah terikat menjadi
anggota kerabat yang baru. Suasana lebih santai. Namun. kedua belah pihak
senantiasa berusaha memperlihatkan kehalusan adat atau budi bahasa yang
mereka punyai. Jika laki~laki mengisi acara dengan pidato. maka perempuan
saling berbincang-bincang dengan bahasa perempuan pula. yakni kato maraH­
bercakap-cakap tanpa menyombong. tapi tidak pula merendahkan diri. 24
Biasanya yang memegang peranan ialah perempuan yang paling bijak berbica­
ra. yang sengaja disediakan pihak masing~masing. Saatnya setelah selesai
makan dan semua hidangan telah disingkirkan.
Pada waktu rombongan yang datang menjelang hendak kembali pulang.
semua jambar yang mereka bawa tadinya diletakkan kembali ke tengah helat.
lsinya telah ditukar dengan masakan yang dibuat kerabat marapulai. Salah
satu dulang yang tidak ditutup dengan tudung saji telah diisi dengan pember­
ian kerabat marapulai untuk anak dara. lsinya bisa berupa kain baju. bisa juga
berupa perhiasan.
Rombongan itu kembali bersama anak dara. Marapulai tidak ikut pergi.

kerabat. maka eara yang paling sopanlah yang akan dilakukan marapulai. La:zimnya apabila
terjadi peristiwa demikian. pihak anak dara akan segera mencari eara penyelesaian dengan
kcrabat marapulai. Pihak kcrabat marapulai dapat menuntut ganti rugi kalau hubungan
suami istri akan dilanjutkan. Kemauan marapulai akan ditentukan oleh kerabatnya.
22. }lll1lbar diueapkan jamba olch orang Minangkabau. yaitu dulang yang berisi nasi. Di atas
unggukan nasi itu tersusun piring-piring yang bcrisi lauk-pauk. Iambal itu ditutul' dengan
tudung saji yang dianyam daTi daun cnau dan kemudian di atasnya lagi dilampiri dengan
kain bertabur bcnang erilas.
23. Perangkat musik pengiring pengantin itu selain yang biasa digunakan. yaitu musiktradisio­
nal seperti talempong. lazim juga dipakai perangkat musik gamat (semaeamorkes Melayu),
arau alat musik Barat. Bahkan kini la:zim pula digunakan alat musik elektronik yang semua
disandang di atas bahu. Perangkat musik yang berasal dan kebudayaan Islam.
seperti rabana. dan Indang. tidak pemah digunakan untuk memeriahkan perhelatan perka­
winan. (Lihat juga bab "Permainan Rakyat".
24. Kata merendah ditandai dengan ungkapan yang artinya berlawanan. Umpamanya; I'Ilmah
diungkapkan dengan pondok. caHrik dengan bUYIlk, besar dengan ked!. banyak dengan sedikit.
Umpamanya. ketika mengajak besan datang ke rumah akan dikatakan. "Silaulah pondok
kami nan buruk." Kalau mempersilakan makan. dikatakan. "Cobalah bawaan kami yang
seadanya, entah kurang garam entah kurang asam."

207
apabila waktu itu masih siang. Akan tetapi apabila waktu··jtu telah malam,
maka marapulai pun akan berangkat bersama anak dara. Hka marapulai tidak
ikut saat itu, maka pada waktu hampir tengah malam. biasanya sekitar pukul
9.00, ia akan dijemput lagi beberapa anak muda yang sebaya dengan marapu­
laL Jemputan merupakan acara menjemput mampulai untuk berdiam di rumah
anak dara untuk pertama kali. 25 Marapulai akan dUringi oleh beberapa teman­
nya yang sebaya yang disebut rang mudo (orang muda),
Rang mudo ini bertugas menemani marapulai di rumah anak dara. Setelah
tiga hari marapulai tinggal di rumah anak dara. kedua pengantin dalam
pakaian yang lebih sederhana dan diiringi seorang perempuan tua atau ada
kalanya seorang gadis yang belum remaja pergi ke rumah semua kerabat dekat
marapulai. Dimulai ke rumah marapulai. Dan mereka bermalam di situ, tetapi
di rumah lainnya tidak dibiasakan. Acara ini selain untuk memperkenalkan
anak dara kepada kerabat marapulai agar menjadi lebih akrab, juga guna
menyatakan bahwa keduanya merupakan pasangan yang bahagia.

Perjamuan
Upacara dan perhelatan terpusat di rumah anak dara. Oleh karena itu,
segala keperluan dan persiapannya disediakan pihak perempuan, seperti per­
lengkapan kamar pengantin, pakaian pengantin, makan mihum , dan juga
permainan untuk meramaikannya. Untuk mempersiapkannya, sanak keluarga
serta para tetangga diajak membantu. Sanak keluarga dengan benda dan
tenaga, sedangkan para tetangga dengan tenaga. Bahkan tamu juga biasa
membawa buah tangan. 26 Untuk penyelenggaraan akan banyak diperlukan
biaya. Untuk mengatasinya, dibenarkan melakukan penggadaian harta pusa­

25. Yang menjadi "orang muda" sebagai penginng marapulai pada waktu dibawa ke rumah
istnnya pada malam pertama ialah teman kanbnya sehan-han. yang masih jejaka atau yang
telah beristn. Tugas mereka menemani marapulai agar tidak sampai nkuh dan cepat
mengantuk. Memperlihatkan rasa mengantuk akan menimbulkan olok·olok sebagai mara­
pulai yang "rakus" atau tidak sabar menunggu untuk tidur dengan anak dara. Sikap yang
demikian merupakan hal yang konyol dan memalukan. Orang muda itu pun harus arif pula
bahwa menjelang tengah malam, hendaklah pamit meninggalkan marapulai sendirian. Tidak
lama setclah semua orang muda pergi, salah seorang dan perempuan yang hadir. biasa yang
telah tun. mempersilakan marapulai untuk memasuki kamar pengantin. Namun, ia tidak
boleh langsung masuk. la harus mellunggu sampai tiga kali orang menyilakannya. Di nagari
sekitar Kota Padang Panjang kedatangan marapulai biasanya lewat tengah malam, hampir
dinihari. Orang muda yang mengantarkannya tidak pulang. melainkan menunggu marapulai
keluar kamar pengantin menjelang beduk subuh berbunyi. Bersama-sama mereka mening­
galkan rumah anak dara pad a pagi yang masih gelap itu.
26. Secara tradisional para tamu yang perempuanlah yang membawa buah tangan, yang lazim­
nya beras. Namun, berbagai nagari membuat aturan yang diciptakan dengan kesepatakan
bersama. Ada nagari yang mewaiibkan para tamu laki-laki juga ikut membantu dengan

20S
ka. Dalam mamangan adat diungkapkan penggadaian itu sebagai berikut:
Harta Pusaka baru boleh digadaikan di antaranya karena gadis gadaHg tak
berlakiY
Besar kedl perhelatan tergantung pada kemampuan serta kedudukan orang
yang berhelat. Perhelatan yang sederhana di~ebut gOHteh pucuak (petik pucuk)
yang perjamuannya hanya menghidangkan makanan seadanya seperti ikan
dan ayam serta mengundang kerabat dan tetangga dekat saja, seperti yang
dikiaskan ungkapan, Sa liHgkuaHg saliugka parik, sadusuH duo dUSUH, saseba jalo ikaH,
salaHtak sapaHjaHg galah (selingkung selingkar parit, sedusun dua dusun, sesebar
jala ikan, selantak sepanjang galah).
Perjamuan yang lebih besar disebut kabui:ll1g bataHg kabung batang). Untuk
perjamuan ini disembelih sapi dan diundang semua kerabatserta sahabat
kenalan yang dekat dan juga yang jauh,seperti' yang dikiaskan ungka'pan,
Sakoto duo koto, diimbau ma.Ho HaH patuik, dipaHggia maHO HaH faaiua, jikok dtikek
diimbau jo caraHO, jikok jauah surek dilayaHgkaH (sekata dua kata, dihimpunkan
siapa yang patut, diimbau siapa yang semestinva, jika dekatdimbau dengan
eerana, jika jauh surat dilayangkan). '
Sedangkan perjamuan besar disebut iambaHg urek Clambang urat) yang
artinya perjamuan itu diselenggarakan seeara besar-besaran atau habis­
habisan dengan memotong kerbau sebagaimana yang dimaksud oleh ungkap­
an, PaHggilaH sisiak pe/apahaH, dipaHggia sampai tabao, pakai tombak pakai gaHdaio,
sarato padaHg jiHawi baapikaH, dikambaHg payuaHg ubua-ubua, tapaHcaHg marawa di
halamaH. laHgkok jo gOHg jo taiempoHg, dilapeh jo latuih badia, bapakaiaH adaik
5alaHgkokHYo (panggilan sisik pelepahan, dipanggil sampai datang, dengan tom­
bak dan gendola, serta pedang jenawi berapitan, dikembang payung ubur­
ubur, dipanjang merawa di halaman, lengkap dengan gong dan telempong.
dilepas dengan letusan bediL berpabian kebesaran lengkap semuanya). Mak­
semua orang diundang dengan eara sesuai dengan kedudukan mereka
masing-masing, sehingga tidak seorang pun yang terlupakan.

mcmbawa buah tangan. yakni dalam bcmuk uang. Nagari lain membuat kesepakatan
tentang bantuan uang tamu laki-Iaki dengan melerakkannya pada saw dulang yang ditaruh
di halaman. Namun, ramu itu ridak ikut makan. Mereka hanya meletakkan uang di atas
lalu pergi lagi.
27. Menurut alam pikiran orang Minangkabau, itu dipandang scbagai .nasib yang siaL Jika bolch
memi!ih, orang akan lebih sub memilih menjadi janda sepanjang masa daripada menjadi
perawan seumur hidup. Menjadi perawan tetap menjadi beban moral bagi seluruh keluarga.
Sedangkan menjadi janda menempatkan perempuan itu sebagai orang telah mempunyai
kebebasan daJam banyak hal, antara lain ia merdeka mengerjakan pekerjaan yang dikehen­
daki untuk kepemingan dirinya sendiri bersama anak-anaknya. 1a bebas mencari suami atau
berinisiatif untu~ memperoleh suami. juga bebas mcnolak kehendak kerabatnya unruk
menjodohkann,ya lagi. Hal itu tidak akan pemah dapat dilakukan seorang gadis.
209
Perkawinan Menurut Kerabat Perempuan
Jika dipandang dan segi kepentingan, maka kepentingan perkawinan lebih
berat kepada kerabat pihak perempuan. Oleh karena itulah, pihak mereka
yang menjadi pemrakarsa dalam perkawinan dan kehidupan rumah tangga.
Mulai dari meneari jodoh, meminang, menyelenggarakan perkawinan, lalu
mengurus dan menyediakan segala keperluan untuk membentuk rumah tang­
ga, sampai kepada memikul segala yang ditimbulkanperkawinan itu. T ujuan
perkawinan bagi pihak mereka serba rangkap. Pertama-tama ialah melaksana­
kan kewajiban, yang merupakan beban hidup yang paling berat, untuk menjo­
dohkan kerabat'mereka yang telah menjadi gadisgadang atau gadis dewasa yang
telah tiba saatnya untuk bersuami. Seorang gadis yang telah dewasa, yang
tidak segera mendapat jodoh, akan menimbulkan aib seluruh kaum. Oleh
karena, masyarakat akan memandang bahwa gadis itu mungkin menderita
eaeat turunan, eaeat lahir atau batin. Atau oleh karena orang enggan berkera­
bat dengan kaum itu karena tingkah laku mereka yang asosial. Mcmpunyai
gadis gaek (perawan tua) dalam suatu rumah tangga merupakan aib yang akan
mel1jadi beban sepanjang hid up kerabat itu sendiri. Harga diri kaum akan
jatuh karenanya.
Oleh karena itu, untuk mempcroleh jodoh bagi anak gadis mereka, setiap
keluarga akan bersedi q mengadakan segala-galanya atau akan berusaha de­
ngan segala eara yang dapat mereka lakukan. Sekiranya dianggap patut mem­
peroleh jodoh itu dengan cara memberi harta benda, mereka akan menyedia­
kan. Untuk itu, harta pusaka kaum boleh digadaikan. Dalam suasana yang
paling mendesak, mereka hampir dapat mempertimbangkan berbagai ealon
tanpa memandang usia atau telah menikah, dan lainnya, asal sepadan dengan
martabat sosial mereka.
Perkawinan seorang gadis dapat pula digunakan untuk menaikkan martabat
kerabat atau kaum. Caranya dengan menjodohkan anak gadis mereka dengan
seseorang dari kalangan yang lebih mulia dari mereka. baik mulia karena
uangnya, pangkatnya, i1munya, atau karena kewenangannya. 18 Dengan perka­

28. Jenis, orang yang biasa mempunyai banyak istri senantiasa berubah menurut musimnya.
Pada mulanyn ialah para penghulu. kemudian para ulama pun suka pula mempunyai banyak
istri. Kemudian pedagang dan pegawai negeri. terutama pegawai negeri yang bertugas "
menjadi pengawas pada program pemerintah untuk jangka waktu berbilang bulan. dari suatu
desa ke desa yang lain. Di setiap dcsa tempatnya bertugas. ia akan mengambil istri dengan l
tujuan yang praktis, yakni mendapat rumah tumpangan dan seorang ternan hidup yang akan
menyediakan makan minumnya, mencudkan pakaiannya serta kebutuhan lainnya yang ia
perlukan. Pada masa lalu tidak mudah bagi seorang suami untuk membawa istrinya
berpindah-pindah, Oleh karcna itulah, istrinya ditinggalkan di kampung dan di tempat
I

f
kerjanya ia menikah lagi dengan perempuan lain tanpa perlu mcnceraikan istri di kampung­ f
t,

210 t
"

~.'
winan demikian berarti mereka telah mempunyai hubuq.gan kerabat dengan
orang terkemuka. sehingga mereka akan mendapat tempat yang lebih baik dari
sediakala dalam pandangan masyarakatnya. Jika perkawinan itu membuahkan
turunan. maka dengan sendirinya mereka telah mempunyai anak kemenakan
yang berdarah turunan dan mulia pula. 29
Perkawinan juga dapat digunakan sebagai pengukuhan hubungan sosial
antara kerabat. antara sahabat. atau untuk menyambung pertalian yang telah
lama putus atau hubungan yang telah lama renggang. .
Untuk yang pertama sebagai contohnya ialah perkawinan anak dengan
kemenakan. perkawinan dengan anggota kerabat besan. Untuk yang kedua
ia[ah perkawinan anak kemenakan dengan anak kemenakan sahabat atau
dengan anak kemenakan tetangga. Sedangkan untuk yang ketiga ialah perka~
winan anak kemenakan dengan anak kemenakan besan atau ipar yang telah
lama putus karena kematian.

Posisi Semenda dan Kerabatnya


Oleh karena kepentingan perkawinan lebih berat cenderung ke arah kera~
bat pihak perempuan. posisi semenda beserta kerabatnya lebih tinggi. Oleh
karena itu. layanan terhadapnya bagai mafftltiang minytlk panl/ak (menating
minyak penuh). Yang artinya orang semenda itu harus dijaga perasaannya agar
tidak tersinggung seperti orang membawa minyak dalam talam. bila tergoyang
sedikit saja. maka minyak akan tumpah. Ibarat menjaga hati seorang tamu
yang sangat dimuliakan. demikian pula orang semenda dipandang sebagai
tamu. bukan sebagai anggota kerabat. Kepadanya tidak diberikan tanggung
jawab apa pun. Bahkan kesulitan rumah tangga tidak diceritakan kepadanya.

nyn. Bukan hal yang luar biasa apabila banyak laki·laki yang selama usianya tdah menikah
sampai dun atau tiga puluh kali. Malah banyak yang teluh lupa pada nama-nama bekas
istrinya atau tidak tahu persis tdah berapa orang jumlah anaknya. Kebiasaaq demikian
bukanlah merupakan suatu lambang penghinaan atau merendahkan kedudukan perempu­
an. Sebaliknya. banyak perempuan merasa beruntullg katcn3 menjadi janda tokoh-tokoh
tcrkcmuka pada masanya. Dan scbagai janda orang rerkemuka. martabatnya akan dipan·
tinggi dan banyak laki·laki yang mendambakan memperoleh janda seperti itu. jika
dibandingkan dcngan gadis remaja atauianda orang-orang biasa. Lain halnya dengan status
bckas piaraan atau nyai yang mcnurut pandangan masyarakat merupakan petempuan yang
bermoral rendah.
29. Sikap pemburuan status sosial demikiun tidak jarang ter.iadi pada orang-orang berpangk:it.
sepcrti tuanku lams. dan demang. Bahkan ulama-ulama serra orang-orang kaya memperoleh
kesempatan untuk mcnikah dengan banyak perempuan. bahkan sampai empat puluh orang.
meskipun yang tetap di sampingnya ialah ctnpat orang sepanjang yang diizinkan agama
Islam. Ada kalanya meteka sampai lupa kepada jandanya. apalagi pada anaknya. (Uhat juga
Hamka. Adar !\1inaugkabaH M~lIghlidapi Rcvolusi. Jakarta. Fa. Tekad. 1963).
211
Terutama terhadap ibunya. penghormatan harus dinyatak'an dalam berba­
gai cara. Jika ia datang, ia harus didudukkan pada tempat yang terhormat. Pada
setiap hari baik dan bulan baik. seperti pada waktu menjelang puasa. kepada­
nya diantarkan airwangi-wangian untuk balimau 30 , pada bulan puasa diantar­
kan makanan untuk pabukoan 3 !, dan pada bulan Maulud diantarkan
lemang.32 Apabila hal-hal itu terlalaikan, dapat dipandang sebagai tindakan
yang hendak memancing gara-gara.
Dalam kehidupan sehari-hari. terdapat empat macam penilaian terhadap
semenda. Yakni: (1) sumando bapak pajiJ (semenda bapak anak), yaitu semenda
yang bertingkah sebagai pejantan semata, yang tidak menghiraukan kehidup­
an dan keadaan istrinya. (2) sumando kaciJng mial1g (semenda kacang miang),
yaitu semenda yang tingkah lakunya membuat onar dan pecah belah di rumah
istrinya. Lazim pula disebut 5cmiJndo langau hijau (semenda lalat hijau) yang
suka pada keadaan yang kotor atau busuk, (3) sumando lapiak buruak (semenda
tikar buruk), yaitu semenda yang tingkah lakunya menguras harta benda
istrinya, (4) sumando niniak mamak (semenda ninik mamak), yaitu semenda
yang menghiraukan suka duka kehidupan rumah tangga istrinya.
Meskipun semenda itu dihormati dan sangat dipelihara hatinya baik-baik
agar betah hidup di tengah keluarga istrinya, bagi semenda yang tingkah
Iakunya tidak disukai, ada berbagai cara untuk menyatakannya. Mulai dari
sindiran halus, umpamanya para ahli rumah berbincang-bincang sesamanya
tentang kehidupan yangsulit atau ten tang keberhasilan semenda tetangganya.
Perbincangan itu dilakukan di kala semendanya sedang dalam kamar. sehingga
pembicaraan itu sampai ke telinganya. Kalau secara sindiran halus tidak
mempan, lalu dilakukan sindiran kasar. Umpamanya dengan membuat
ribut di kala semenda tadi lagi tidur. Yang lebih kasar lagi, melalaikan membu­

30. Sejenis air yang diberi ramuan harum-haruman dengan inti jeruk 3sam yang berkhasiat
untuk membersihkan rambut untuk keramas dalam menghadapi bulan suci Ramadhan, pada
waktu mereka akan melakukan ibadah puasa.
31. Pembukaan ialah makanan ringan yang lezar yang akan dimakan par3ma pada waktu
berbuka puasa.
32. Bulan Maulud, ketika memperingati kclahiran Nabi Muhammad, dimeriahkan scbagai
mengadakan pesta besar secara tradisional. Pada waktu itu perempuan-pcrempuan mem­
buat makanan yang enak-enak. terutama lemang pulut, yang akan dimakan bersama-sama di
surau dan masjid teristimewa untuk para santri. Akan tctapL kepentingan hubungan sosial
antara menantu dan mertua juga berpcran pada hari itu dengan eara mengantarkan dun atau
tiga batang lemang kepada mertua dan juga kepada para bako mereka masing-masing.
Tambah banyak yang dimasak di halaman memberi pertanda akan berbagai hal. antara lain
kesanggupannya mengadakan bahan, yang artinya ia bukan orang miskin; kemampuannya
inenyediakan makanan bagi santri, juga banyak kerabatnya sebagai tanda bahwa ia orang
balk-baik yang disenangi.

212
ka pintu rumah jika semenda pulang malam. .
Peeahnya suatu perkawinan tidaklah menimbulkan kerisauan yang berat.
Lebih-lebih bila penyebabnya bukan dari pihak mereka. Meskipun mereka
menghendaki agar anak kemenakannya tetap mempunyai suami, dan suami­
nya itu mesti dihormati, usaha meneegah perpeeahan itu dengan eara meren­
dahkan martabat sendiri merupakan pantangan yang tidak akan dilampaui­
nya. Akan tetapi. jika penyebabnya adalah mereka sendiri, mereka akan mau
meneari jalan agar perpeeahan itu dapat diperbaiki lagi dengan eara apa pun.
terkeeuali kalau akan merendahkan martabat sendiri. Artinya. sampai batas
tertentu yang dipandangnya pantas. mereka akan mau mengalah terhadap
tuntutan pihak semenda itu. Mereka memandang peeahnya suatu perkawinan
bukanlah sesuatu yang sangat serius atau sebagai sesuatu yang luar biasa.
Sehingga seeara psikologis tidaklah akan merupakan suatu kejanggalan atau
kelainan.

Perkawinan dari Segi Pandangan Istri.


Perkawinan bagi seorang perempuan tidak hanya untuk menjadi istri dan
melahirkan anak-anak dari suaminya. melainkan juga mengemban tugas seba­
gai wakil kaum kerabatnya dalam hubungan perserikatan dua kerabat. Sebagai
wakil kerabatnya, ia tidak dapat menentukan sikap sendiri terhadap suaminya.
Kewajibannya yang utama ialah melayani suaminya agar betah dan kerasan
menjadi semenda di rumah itu. Suaminya tetap dipandang sebagai orang lain
yang menjadi wakil kaum kerabatnya pula. Oleh karena itu. ia harus me­
nyembunyikan seluruh perasaannya dari suaminya sehingga tidak terlihat rasa
duka dan sukanya.
Kepada ibunyalah ia harus menyampaikan segala perasaan dan pikirannya.
Dari ibunyalah ia akan memperoleh petunjuk untuk melaksanakan perannya
agar tujuan perkawinan itu berhasil. Apapun tujuan perkawinan, ibunyalah
yang menentukan. Sebab ibunyalah yang menjadi pimpinan rumah tangga.
Sebagai pemimpin, ibu itulah yang mengendalikan segala-galanya dan me­
mikul segala beban dan mengatasi segala kesulitan. Sebagai istri. ia hanya
mempunyai peranan dalam kamar tidurnya. Perasaan yang khusus terhadap
suaminya hanya dapat ia ungkapkan di kamar tidurnya. Itu pun kalau rasa
senang atau cintanya. Kalau ia sampai memperlihatkan perasaan kasihnya di
luar kamar tidur. apalagi di luar rumah. ia akan dianggapsebagai perempuan,
genit. Jika hal itu sampai diketahui mertuanya atau kerabat suaminya. mereka
akan merasa tidak senang. Mereka tidak suka jika si suami itu terlalu terpedaya
hubungan mesra. Hubungan mesra akan dapat m~nyebabkan laki-laki bisa
lupa pada kewajibannya kepada kaum kerabatnya sendiri. Jika terjadi pergaul­
an yang mesra karena dnta kasih antara pasangan suami istri. hal itu hanya
dapat mereka n-V:,atakan dalam kamar tidur mereka saja. Oleh katena,di
213
sanalah wilayah milik mereka berdua. Sedangkan di luam~, mereka adalah
warga kaumnya masing-masing yang akan senantiasa harus lebih mencintai
humnya sendiri.
, Oleh karena bentuk perkawinan yang demikian, hubungan suami istri
seohi.h-olah rapuh. Hal itu senantiasa menanamkan sikap waspada dan siap
mental Pilda seorang istri bahwa suatu ketika perkawinan itu akan bubar, atau
sertdak-tidaknya suaminya akan menikah lagi. Andai kata suaminya menikah
lagi, suka tidak suka ia harus menerimanya. Sebab dalam hubungan mereka
selama ini, suaminya senantiasa berparuh hati padanya karena statusnya tetap
sebagai warga kaumnya dan mempunyai kewajiban utama terhadap mereka.
lustru karena itu pula sikap seorang istri kepada suaminya berparuh hati pula.
Kalau pun ia melayani suaminya, maka tujuannya adalah bagi kepentingan
dirinya sendiri, bukan untuk tujuan kebahagiaan rumah tangga mereka ber­
dua. Untuk kepentingan dirinya sendiri itulah, ia berusaha agar mendapat
perhatian lebih baik jika dibandingkan dengan madunya, apabila suaminya
mempunyai istri banyak Perhatian itu berupa materi yang diberikan
suaminya.
Apabila perkawinan itu melahirkan anak-anak, terlebih-Iebih anak per­
empuan, maka istri akan lebih berusaha agar suaminya lebih banyak member­
ikan perhatian lagi. Dengan usaha itu, ia berharap agar suaminya mau mem­
buatkan rumah bagi anak mereka yang perempuan. Setidaknya akan lebih giat
berusaha untuk mulai mengumpulkan bahan bagi pembuatan rumah untuk
anak mereka. 3 3
lstri-istri yang mempunyai usaha sendiri pada prinsipnya usaha itu tidak
boleh dicampuri suaminya. Masing-masing dengan kasnya sendiri-sendiri.
Namun, pihak istri akan selalu berusaha memperoleh sesuatu dari suaminya,

33. Umumnya rumah dibuat untuk kepentingan anak perempuan. Anak pcrcmpuan yang telah
gadis dewasa akan lebih dihargai bila berdiam di rumah orang tuanya. Artinya, si gadis akan
lebih mudah mendapat jodoh jika orang tuanya mempunyai rumah yang mereka
scndiri dan terpisah dan rumah bersama yang dipusakai turun-teml!run. lustru karena
orang Minangkabau sangat mementingkan membuat rumah bagi anak perempuan mereka.
Terutama orang yang sukses di rantau merasa sangat perlu membangun sebuah rumah di
kampung halamannya. Oleh karena itu. nagari yang sempit. yang wilayahnya tidak luas.
seperti Koto Gadang. Balingka. Sulit Air. Anau. dan Kumango menjadi padat oleh kebanya­
kan rumah, sedangkan penduduknya sendiri kebanyakan menetap di rantau. Rumah yang
dipangun. yang sedianya untuk anak perempuan mereka. temyata kemudian tidak dapat
digunakan seperti maksud semula, kerena anak-anak mereka juga ikut merantau bersama
orang tua masing-masing dan mendapat jodohnya di sana. Sejak sehabis Perang Dunia II,
perantau tidak ]agi gandrung membangun rumah di kampung halaman sendin. Mereka
membangun rumah di tempat mereka hidup. Namun.. motivasinya yang utama senantiasa­
lah karena kelahiran anak-anak perempuan.
214
yang menjadi haknya sebagai istri. ,4
Perceraian merupakan mimpi buruk bagi setiap perempuan. Akan tetapi,
oleh karena setiap istri tidak tergantung kehidupannya pada suaminya, perce­
raian tidaklah akan menyebabkan ia hancur. Malah sebaliknya ia akan mem­
punyai suatu posisi yang kuat sebagai seorang manusia. Ia akan memperoleh
dirinya sendiri dan tidak terikat oleh suatu beban sebagai wakil kaum kerabat­
nya. Tidak ada seorang pun lagi yang dapat memaksanya untuk memikul
beban itu kembali. Kalau ia hendak menikah lagi, ia akan bebas menetima
laki-laki yang disukainya. Di samping kebebasan ia pun memperoleh motivasi
untuk menegakkan kehidupannya sendiri. Meskipun ia senantiasa sadar bah­
wa ia tetap sebagai warga kaumnya dan anggota kerabatnya. Sebagai janda, ia
hanya akan memikirkan kepentingan anak-anaknya dan dirinya sendiri.
Keadaan kaum kerabat bukanlah urusannya. Itu adalah urusan mamak dan
saudaranya taki-lakinya bersama ibu mereka. Kalau ia mendapat kesulitan
dalam membiayai keperiuan anak-anaknya, ia akan dapat meminta bantuan
kepada saudaranya laki-Iakinya, kepada marnaknya, atau kepada ibunya. Dan
kepahitan hatinya karena diceraikan suami itu akan rnendorongnya untuk
tampil sebagai pribadi yang lebih baik dari istri-istri bekas sU,aminya.
Jika menjanda karena suaminya rneninggal, keadaannya akan sama dengan
perceraian. Namun, hubungannya dengan kerabat alrnarhum suaminya tidak
terputus. Kehidupan anaknya akan lebih baik, karena pihak bako anaknya itu
akan tetap rnempunyai perhatian. Hidup menjanda lebih bebas daripada istri
yang ditinggalkan merantau oleh suaminya dan sebagai janda ia bebas memilih
jodoh.

Perkawinan Menurut Kerabat Laki..Laki


Seorang anak kemenakan laki-laki yang telah matang untuk menikah senan­
tiasa merisaukan pikiran kaum kerabatnya. Kalau tidak ada orangyangdatang
meminang, pertanda bahwa pihaknya tidak mendapat penghargaan layak dari
orang lain. Memang pihak mereka dapat mengambil prakarsa unwk mer,nan­
cingpinangan, tetapi andai kata pancingan itu tidak mengena akan menambah

34.

215
jatuhnya harga diri mereka. Jarang kerabat yang mempunyai' anak gadis
mau melamar jejaka yang tidak mempunyai mata pencaharian. Kecuali
ieiaka itu anak oran!:! terkemuka karena hartanya, jabatannya, atau karena
ilmunya. Karena anak orang terkemuka pada umumnya mempunyai masa
depan yang lebih baik.
lejaka yang tidak mempunyai mata pencaharian disarankan agar pergi
merantall untuk memperoieh harta atal! memperolch iJmu. Scandainya ia
sukse.s .cjj rantau, maka ceramI akan pasti datang bersilang ke rumah ibunya
untuk meminangnya, lib pun belum sukses, asal punya mata pencaharian,
pinangan lambat laun tentu akan datang juga. Mereka makJum bahwa bagi
masyarakat yang berpoJa pada ajaran materialisme itu meskipun mereka ingin
memperoleh semenda yang jejaka, mereka lebih suka mempunyai scmenda
yang punya mata pencaharian yang besar, walau berusia tua atau telah meni­
~ah. Apalagi kalau dud a yang masih muda .
. Perkawinan seorang jejaka sama pentingnya dengan seorang gadis.
nelltukan atau memilihkan jodoh serta membuat persetujuan dan mengada­
kan perjamuan perhelatannya merupakan tugas kaum kerabat. Seorang jejaka
tidak dibiarkan memilih jodoh sendiri. Tujuannya demi menjaga agar tidak
sampai memperoleh jodoh yang mempunyai cacat lahir babn atau turunan. Di
sampingitu, juga untuk menjaga agar perjodohan itu tidak menyebabkan anak
kemenakan sampai lupa pada kewajibannya terhadap kaum kerabatnya kelak.
lbunyalah yang mempunyai peranan penting dalam memilihkan jodoh bagi
anaknya. Biasanya jejaka itu akan takJuk oleh kehendak ibunya.
Konsekuensi perkawinan atns pilihan kerabatnya itu didukung kerabatnya
pula. Segala kewajiban yang hams ia pikul bagi istrinya akan disediakan
kerabatnya selama ia belum mampu. T ujuannya ialah agar anak kemenakan­
nya terpandang sebagai semenda yang dihormati kerabat istrinya. T entu saja
dukungan atas konsekllensi itu mempunyai jangka waktu. ~5 Yang pasti
tiba waktunya, sesuai dengan kelaziman yang manusiawi, muncul kematlan
berusaha sendiri dan hidup bertanggung jawab. Suatu perkawinan yang tidak
rukun tetap rnenjadi urusan kerabat. Jika yang 111enyebabkannya pihak anak
kemenakan sendiri, maka mereka berusaha ikut memperbaikinya. Akan tetapi,
apabila yang menyebabkannya pihak besan atau menantunya. mereka pun
akan ikut campur untllk membuharkannya. Demikian pula apabila perkawin­
an itu menyebabkan anak kemenakan mereka lupa akan kewajiban atas

3S. Pada masa Inlu scorang jejaka, vang dilcpa5 ke Tumah istrinya karcna menikah. senantiasa
dibekali dcngan setumpuk sawnh untLik digarapnyn ba¢ keperlunn rllmah tangganya, Sawah
itu dinamakan hararo 1'~mbaoal1 (harta pembawaan), yaitu sawah yang dibawa kc Tumah
istrinya. Harta itu tetap menjadi hak milik kaum yang Illcnyerahkan. Jadi. hak yang dibawa
hanya hak pakai.

216
kerabatnya sendiri, mereka akan bemsaha merenggangkannya. Berbagai cara
akan mereka tempuh. Yang paling ampuh ialah mencarikannya lagi seorang
istri yang lebih eantik dan lebih muda. Biasanya eara demikian sangat ampuh
oleh sebab kodrat poligamis yang umum serta tidak akan ada beban atau
tanggung jawab berat atas perkawinan yang dikehendaki kaum kerabat itU. 36

Posisi Menantu dan Kerabatnya


Seorang istri dipandang sebagai menantu oleh kerabat suaminya. Posisinya
tidaklah sama dengan posisi suaminya sebagai semenda. Jika semenda bagai
dimanjakan di rumah mertuanya, maka menantu perempuan harus pandai­
pandai mengambil hati mertua. Selain dari memperlihatkan air muka yang
manis, juga harus cekatan mengerjakan apa pun yangdisuruhkan mertua
kepadanya. Dalam upaeara berkabung atau perhelatan di rumah,mertua, ia
akan menjadi andalan yang diharapkan tenaganya untuk bekerja di dapur.. Bila
tidak ikut serta bekerja di dapur, ia akan disindir sebagai peremptian yang tidak
pandai masak. Bila di rumah itu berlangsung perhelatan menurunkan marapu­
lai. ia akan menjadi sumandan.
Kalau perhelatan menaikkan marapulai, 17 ia akan bekerja di dapur atau
menghidangkan makanan.
Posisi istri kedua dan selanjutnya, lebih-lebih istri yang bukan menjadi
kerabat. Iebih dngan jika dibandingkan dengan istri pertama. Kalau
semua istrinya hams hadir, maka istri pertama mendapat tugas di atas rumah,
sedangkan yang lain di dapur. Demikian pula halnya dengan kerabat-kerabat
yang peremplIan akan mendapat tempat yang lebih kurang jika dibandingkan
dengan kerabat semenda rumah itu. Kerabat menantu perempuan sarna dise­
but sebagai besan dengan kerabat semenda. Besan di pihak menantu perempu­
an dibtakan sebagai bcstln memmm sedangkan yang di pihak semenda dikata­
kan sebagai bestln mendahi. Besan menurun atau besan mendaki dapat ditafsir­
kan sebagai besan yang di bawah dan besan yang di atas.

36. Novel yangditulis pcngarang yang berasaIdari Minangkabau pada awal scjarah kesusastraan
Indonesia sangat gencar menyerang tingkah laku musyarakat Minangkabau dalam mencam'·
puri kehidupan rumah tangga kerabatnYll. Novel-novel itu meman,g tclah dapat membentuk
tetapi tingkah laku para kerabat itu masih terns berlangsurig, terutama dalam kehi-'
masyarakat di desa. Diduga hal itu merupakan salah satu faktor yang kuat yang
menjeHli penyebab terbdahnya kepribadian mereka (splits personality) seperti yang disinyalir
para ahli ilmll jiwa dari Universitas Indonesia (Uhat juga l. Gunawan dan J. Banunaek,
"Peranan Faktor-Faktor Sosial Budaya dalam Etiologi Gangguan liwa Orang Minangkabau,"
kerras kerja pada Seminar Sejamh dan Kebudayaan Minangkabau, 1970.).
37. Jikn anak kemenakan laki-Iaki yang menikah dinamakan menurunkan marapulai; ;ika
kemcnakan ya~ pcrempllan yang mcnikah dinamakan mCl1aikkan marapulai. Artinya, yang
217
Perkawinan dari Segi Pandangal1 Suami '
Menjadi semenda di rumah istri menempatkamn<l sebagai seorang yang dihor­
mati, malah dimanjakan. la tidak perlu memikul beban kehidupan rumah
tangganya dengan segala akibatnya. Lebih-lebih jika ia sebagai orang yang
di)emput karena h.utanya, karena turunannya atau karena ilmunya. Keliha­
tannya kehidupan demikian mengenakkan. Terutama pula jika ia mempunyai
istri banyak.
Akan tetapi, bagi laki-laki yang normal, apalagi kalau akalnya sehat serta
rohaninya bersih, bertempat tinggal di rumah mertua menimbulkan keadaan
yang runyam bagi kehidupannya. Oleh karena. ia tidak mungkin bergaul
dengan anak istrinya sebebas yang dikehendakinya. la tidak mempunyai
waktu yang luang untuk bercengkerama dengan istri atau anak-anaknya.
Pagi-pagi sebelum beduk subuh berbunyi. ia telah turun dari rumah. Setelah
matahari marak di pagi hari, ia kembali ke rumah istrinya untuk makan pagi.
lalu sesegeranya berangkat lagi. Ia kembali sehabis lohor untuk makan siang. Ia
pergi lagi dan kembali sehabis isya untuk makan malam. Lalu pergi lagi. Hampir
tengah malam ia akan pulang untuk
Kalau ia terlambat bangun pagi atau terlalu malam pulang untuk tidur,
semua mata akan miring kepadanya sambi! memencongkan bibir. Dengan
jadwal demikian ia memang tidak sempat memperhatikan anaknya dan si anak
tidak lekat hati kepadanya. Andai pun ia ingin bercanda dengan anaknya, si
anak tidak kerasan karena kurang pergaulan. Kalau ia ingin lebih dekat lagi
dan hendak menggendongnya, ia.akan dikatakan sebagai laki-Iaki termakan
guna-guna istrinya. Jika ia hendak ke balai karena hari pasar ia tidak berangkat
bersama istrinya. Kalau mereka bertemu di pasar, keduanya harus menghin­
dar. Bila tidak dapar menghindar, mereka pura-pura tidak melihat. Bila mereka
pergi atau pulang dari pasar, mereka naik bendi yang tidak sarna. Istri boleh
sebendi dengan laki-Iaki lain dan suami sebendi dengan perempuan lain.
Seandai istrinya sakit. ia ridak dapat merawatnya. Ia akan tidur .di rumah
ibunya atau di surau karena di kamarnya ada perempuan yang sedang merawat
is·trinya. Sebaliknya. kalau ia yang sakit. saudaranya yang perempuan yang
datang merawatnya. Bila sakitnya demikian parah. ia digotong ke rumah
ibunya untuk di rawat di sana. Lebih parah lagi jika istrinya lebih dari seorang.
Meskipun ia sakit dan hari sedang hujan pula. ia harus pergi dari rumah
istrinya yang satu ke rumah istrinya yang lain sesuai jadwal gilirannya yang
harus ia laksanakan. Jika ia ridak pergi, mungkin istri yang mendapat giliran
akan datang menjemputnya. Lalu kegaduhan tidak terhindarkan.

pertama ada marapulai yang turun dati rumah itu dan arti yang kedua ada marapuJai yang
naik ke rumah itu.

218
T entu saja banyak suami yang memanfaatkan sistem sosial dalam perkawin­
an demikian untuk enaknya sendiri. Jika pelayanan istrinya tidak memadai
seperti yang dikehendakinya, ia dapat saja merajuk atau mengancam hendak
kawin lagi atau mau menceraikannya. Scbab, pelayanall yang kurang dapat
ditafsirkan sebagai penghinaan.
Kalau ia sudah tua, ia tidak dapat tinggal bersama istrinya di rumah
mertUJnya. Sebab, kamar yang selama illi ditempatinya harus diserahkan
kepada anak perempuanllya dengan sllaminya. Lalu ia kembali ke surau, ke
tempat tillggal masa remaja yang sudah lama lampau, bergaul dellgan anak
remaja yang dunianya sudah berbeda. Seandaillya dalam kehidupan suami
istri, mereka sempat membangun rumah sendiri, nasibnya boleh dikatakan
akan lebih baik. Akan tetapi. istrinya akan sering pergi meninggalkannya
apabila aJ1ak-anak mereka yang di rantau menghcndaki ibunya datang mem­
bantunya menjelang melahirkan sampai beberapa bulan sehabis melahirkan.
Seorang ayah tidak akan diminta oleh anaknya datang ke rantau untuk tuju3n
yang sama. Selanjutnya mereka tidak mungkin berangkat berdua, sebab salah
seorang menjaga rumah mereka yang ditinggalkan. Yang tinggal selamanya si
sllami
Suami yang telah menjadi laki-Iaki tua tidaklah akan tersia-sia apabila pada
masa mudanya ia mengamalkan ajaran adat sebagaimana mestinya. Yaitu
apabila ia tetap menjaga keseimbangan hidupnya di antara kepentingan anak
dan istrinya dan kemenakan dan kaum kerabatnya. sebagaimana yang diung­
kapkan oleh mamangan aMak dipaMgkH i1eH1aI1allaM dibimbial1g (anak dipangku
kemenakan dibimbing). Bila ia disia-siakan istrinya, ada kemenakan dan
kerabatnya yang akan membelanya, antara lain dengan mencarikannya seo­
rang istri lagi, yang tidak akan meninggalkannya.

Suami Istri di Rantau


Kehidupan suami istri yang tinggal di kampung dan berdiam di rumah kaum
harus menyesuaikan diri dengan tata kehidupan bersama. Kegandrungan
pribadi terhadap pasangannya dipendam dalam di lubuk hati agar tidak
menimbulkan tanggapan yang tidak serasi. Lebih-Iebih apabila di rumah itu
tinggal juga beberapa pasangan suami istri Iainnya. Persaihgan yangtidak sehat
akan mudah menimbulkan perselisihan diam-diam atau terbuka. Apalagi
kalau ibll yang menjadi pimpinan rumah mempunyai sikap yang berpihak. 38

3 s. Hidup dalam persaingan dengan siapa saja merupakan terna yang paling menonjol dalam
kehidupan seorang Minangkabau karena ajaran falsafah mereka yang memaksakan agar
setiap orang tidak mau kalah dari yang lain. Dalam pola yang konsumtif, bentuk persaingan
menjadi berlomba dalam memiliki benda-benda yang berfungsi sebagai peragaan. Dalam
kehidupan di [umah besar (rurnah gadang), yang didiami beberapa perempuan dengan
219
Kehidupan dalam rumah bersama hanya balk dan me~yenangkan bagi
pasangan yang suaminya sukses dalam materi. Seisi rumah akan memelihara
hatinya atau J!lenenggang perasaannya agar tidak tersinggung. Tingkah laku
yang lazimnya menjadi bahan gunjingan kalau dilaksanakan orang lain akan
didiamkan saja jika dilakukan semenda yang sukses. Bahkan akan disembunyi­
kan hilang-hilang andai kata ia berlangkah sumbang. Sikap ahli rumah yang
seperti memijak batual1gsabalah (memijak betung sebelah) itu tentu saja menim­
bulkan beban perasaan bagi semenda yang tidak sukses. lbarat orang membe­
lah betung, yang satu dipijak yang lain ditarik ke atas oleh ahli rumah itu, maka
ini mendorong semenda yang tidak sukses untuk berangkat meninggalkan
rumah bersama itu. Kalau ia dengan istrinya lngin bisa hidup berkasih-kasihan
tidak lain pilihannya ialah pergi ke rantau. Kalau tidak bisa pergi bersama
suaminya. ia akan pergi sendidan lebih dahulu.
Suami istri yang membangun kehidupan bersama di luar rumah keluarga
mereka atau yang pergi merantau bersama, lebih terbuka iika dibandingkan
dengan kehidupan dalam rumah bersama. Hal ini disebabkan segala-galanya
akan mereka rundingkan berdua dan di antara keduanya tidak lagi ada sikap
kepura-puraan yang selama ini biasa mereka lakukan karena menenggang
perasaan orang luar. Akan tetapi. apabila istri datang kemudian ke tempat
suaminya di rantau, maka istri akan merasa dirinya lebih ringan terhadap
suaminya. Hal ini disebabkan ia merasa segala sesuatu yang ada di rumah
tangga mereka merupakan milik suaminya. bukan milik mereka berdua, suami
yang memimpin dan menjadi kepala rumah tangga.
Seorang laki-laki yang sukses di rantau akan memikul berbagai kewajiban.
Sebagai anggota kaum, ia berkewajiban membantu keperluan kaumnya di
kampung, juga menampung kemenakannya atau anggota kerabat yang lain
yang ingin berusaha di rantau. Jika ia tinggal bersama istrinya. kewajibannya
berganda. Meskipun tidak secara langsung. kerabat istrinya pun menjadi
tanggungannya pula. Setidak-tidaknya jika ada kerabat istrinya lngin meran­
tau, maka rumah mereka akan menjadi tempat penampungannya. Oleh kare­
na, menurut alam pikiran Minangkabau. rumah adalah milik istri. Hal itu
menimbulkan konsekuensi bahwa secara psikologis dan berangsur kerabat istri
akan lebih dominan di rumah itu jika dibandingkan dengan kerabat suami.
Andai kata hubungan suami istri tidak kekal. umpamanya terjadi perceraian

suami masing-masing, perlombaan menjadi sangat tajam di antara perempuan-perempuan


itu meskipun mereka bersaudara kandung. Perempuan yang mempunyai suami yang lebih
sukses dan yang lain akan senantiasa memperagakan pembelian suaminya. seperti pakaian
yang baru, perhiasan emas. atau sekurang-kurangnya makanan enak. Di samping itu. juga
ada persaingan untuk memiliki benda-benda seperti : radio, lampu strongking, dan mesin
jahit. Sebagai akibat persaingan ini, jumlah strongking, radio. dan mesin jahit sebagai barang
peragaan dalam satu rumah akan sebanyak perempuan yang punya suami.
;220
di rantau, setidak-tidaknya hak mendiami rumah di pihak istri. Suami tidak
mungkin menyuruh pindah istri yang dkeraikannya itu sebab terhalang faktor
anak-anak mereka. Jika ia menyuruh istrinya pergi, hal itu sama dengan
mengusir anaknya sendiri, sebab status anak adalah anggota kaum ibunya.
Lain halnya jika mereka tidak mempunyai anak. Apabila selama mereka di
rantau tinggal di rumah sewa, jika terjadi perceraian, istri dan anak-anak akan
diantarkan ke kerabatnya di kampung, atau disuruh jemput kerabatnya.
Sebab, istri tidak mungkin bertahan di rumah itu karena tidak akan mampu
menyewanya. Sedangkan seluruh perabot dapat ia bawa ke kampung. Suami
tidak akan mungkin menahannya demi anak-anak. Keadaan akan sama bila
perantau itu mendiami rumah yang mereka bangun di kampung halamannya.

Hubungan Kekerabatan
[,k ;)C 1 ~"\I.~" '11 "j) j Ill. ,~' i1
:1>;,11\ ;'a!1 '::ll:' "y;u :;} !.at ai \ indivi \r jail'
:'dscl 1m' ;;1~';': n siS"'"i!l pet:'uku,,"l. C.·.p~lt jllFi' dikataka!1.
b,·hwa olch
hubullgan kckerabatan mCllurut jalurnya akan sangat dan dapat membangkit.
kan sovinisme kesukuan. Namul1, oleh karena hubungan kekerabatan akibat
perkawinan itu dengan sendirinya dapat melenyapkan kebanggaan suku yang
berIebih-lebihan, maka sovinisme tidak akan terjadi.
Perkawinan bukan semata-mata hubungan antara dua orang individu,
tetapi juga hubungan antara dua kerabat dan bahkan hubungan antara selu­
ruh kerabat yang telah berhubungan karena perkawinan itu. Ada empat
macam hubungan kekerabatan atau pertalian kekerabatan, yakni: (1)
kerabat mamak kemenakan, (2) tali kerabat suku sako, (3) tali kerabat induak,
bako anak pisang, (4) tali kerabat andan pasumandan. Tali kerabat dua yang
pertama bersifat hubungan ke dalam. Timbulnya karena pertalian darah.
Sedangkan tali kerabat jenis yang lain bersifat keluar dan timbulnya karena
perkawinan.
Keempat tali kerabat itulah yang di bawah tata tertib tertentu telah menjadi
daya ikat dan yang menyatukan individu-individu ke dalam suatu jaringan
yang kompleks. Meskipun sangat kompleks, tata tertib yang mengaturnya
dapat menjamin kesatuan, kesamaan, dan keutuhan pendirian sikap dan
perbuatan seorang individu terhadap suatu kasus yang menyentuh kehidupan
kekerabatan mereka!9 .

39. Lihat juga Drs. Mohammad Hasbi dalam makalah yang disampaikannya pada Seminar
Intemasional Kebudayaan Minangkabau tahun 1980 di Bukittinggi dengan
"Talikerabat-~alike rabat pada Kekerabatan Orang Minangkabau."

221
Mamak Kemenakan
Tali kerabat mamak kemenakan ialah hubung211 antara seoranf anak laki-iaki
dan saudara laki-Iaki ibunya, atau hubungan seorang anak Iak i-Iaki dcngnn
anak-anak saudara perempuannya. Bagi seseorang. saudara lakl-laki
adalah mamaknya dan ia adalah kemenakan saudara laki-laki ibunya. Sedang­
kan anak saudara perempuannya merupakan kemenakan dan ia adalah mamak
anak saudara pere~puannya. Hubungan itu dilukiskan sebagai benkut:

E = ego

S saudara

I ibu

K = kemenakan

B = bapak

SS = suami saudara

M = mamak

Berhubung mamak adalah fungsi laki-laki. maka hl.lbungan m::Il11ak kemena­


kan adalah hubungan yang memerankan peranan laki-laki. Hal itu karena E
adalah kemenakan M yang pada gilirannya ia juga merupakan mamak K
menurut gans laki-laki. Oleh karena peran mamak adalah peran laki-Iaki.
perempuan tidak akan dapat berperan sebagai mamak Oleh karena itl.l.
seorang laki-Iaki. dalam hubungan tali kerabat mamak kemenakan itu, akan
selalu memangku dua fungsi yang sifatnya diagonal. yaitu sebagai kemenakan
saudara laki-Iaki ibunya (M) juga sebagai mamak saudara pcrempuannya
sendin (K). Fungsi M dalam hubungan ini ialah menyiapkan kemenakannya E
untuk menggantikannya sebagai mamak dal:lm membimbing K pada waktu­
nya. Yang dimaksudkan dahlm menyiapkan ini ialah dalam berperan sebagai
pemimpin kemenakan-kemenakannya dalam lingkungan sosial yang terkecil
(rumah), kaum, kampung. dan s:lmpai Iingkungan yang lebih besar seperti
222
nagari.
Bimbingan yang diminta dan ditunrut pada seorang laki-Iaki yang berkena­
an dengan fungsinya sebagai mamak dalam membimbing lingkungan ma­
syarakat yang dipimpinnya itu pada pokoknya terdiri dari dua sasaran, yakni
seperti bertkut.
1. T erhadap kemenabnnyn yang perempuan, bimbingan itu meliputi per­
siarnn ulltuk menyambut \lftH'ili biljl1WCl? (waris berjawat) dan persiapan
ul1wk tnelanjutbn wrunan. Wilrilt bajml't'll di sini ialah pemahaman
nilai-nilai Iingkungan 505i::d yang tnenempatkan perempuan sebagai pusek
iblJ1 (rusat jala pumpunan ibn). yang artinya mereka
citik PUS,1t lingkung-an tnasyarakatnya di rllmah dengan peran
sebagni nenek dan ibu y:lIlg abn tnengasuh anak cucunya dan sebagai
istd yang menjadi tali penghubul1g dcngan lingkungan masyarakat lain.
2. I erlladap kcmenal<annya yang laki-lakL bimbingan itu meliputi persiapan
untuk J!11~'lko bar%l'lg (pusaka berrolong) yang maksudnya ialah untuk
berperan sebagai penunjang dan pengembangan sumber-sumber kehidup­
an snnak saudaranya. terutama sanak saudara perempuannya yang akan
melanjutkun tmunan mercka. 4t1
Tugas mamak kepada kemenakannya tidak ubahnya seperti tugas ayah
pada masyarakat non-Minangbbau. Berbeda dengan ayah, seorang mamak
akan bcrhadapan denganlebih banyak kemenak:m jib mamak itu mempunyai
banyak saudara perempu;:m. Akan retapi, tugas mamak ada kalanya jauh lebih
ringan mana kala seorang dua perempuan mempunyai banyak saudara laki-laki
yang menjadi mamak anak-anak mcreka. .
Tali kerabat mamak kemenakan merupakan tali kerabat yang ditumbuhkan
bagi keperluan kesinambungan dan kestabilan kepemimpinan di lingkungan
sosiai. sejak dari rumah, kampung sampai ke nagari. FUllgsi kepemimpinan itu
pada tingkat yang lebih tinggi dan yang lebib luas disebut penghulu.

Suku Sako
Tali kerabat suku sako dikenal sebagai hubungan kera~at yang bersumber dari
sistem kekerabatan geneologis yang berstelsel matrilineal padalingkungan
kehidupan sosial sejak dari rumah sampai ke nagari yang lazim disebut suku.
Suatu nagari didiami penduduk yang rerdiri dari sekurang-kurangnya empat
buah suku. Nagari itu sendiri terbagi dalam beberapa kampung. Setiap kam­
pung di!s! beberapa kelompok rum::!h. Tiap-tiap keIompok rumah itu didiami
orang-orang yang saparuik (sepcrut). Situ::lsinya seperti gambar hal. 224.
Pada gambar tersebut terlibat beberapa kelompok rumah gadang suatu

40, Lihlt jll~a bab. "Harta -illn Pusaka."

223
1 ,2

1 2 1 2

ffi ffi
Paruik A' dengan dua rumah gadang berkembang dengan
menumbuhkan paruik B dengan dua rumah gadang dan terus
berkembang dengan tumbuhnya paruik C, OJ dan E dengan rumah
gadangnya masing-masing. Himpunan semua paruik itu menjadi kaum
dan dapat mendirikan seorang penghulu.

kumpulan masyarakat yang seeara genelogis adalah satu turunan. Kumpulan


rumah gadang A samapi E didiami orang-orang yang disebut saparuik. Rumah
gadang 1 merupakan rumah gadang yang pertama dari kerabat yang saparuik
dan. disebut sebagai parnik gadang (perm gadang). Rumah gadang 2 didirikan
kemudian dan disebut paruik ketek (perut kedl). Semua bum yang mendiami
rumah gadang A sampai dengan E disebut kaum. Jika suku mereka Supayang,
maka dinamakan semua kumpulan itu dengan Kaum Supayang. Setiap kelom­
pok rumah gadang A sampai E dipimpin seorang tungganai. Sedangkan semua
kelompok rumah gadang itu dipimpin seorang mamak kaum, ada kalanya bisa
seorang yang berstatus penghulu, yang lazimnya disebut penghulu kaum.

Induk Bako Anak Pi sang


Tali kerabat induak bako anak pisang ialah hubungan kekerabatan mereka antara
224
seorang anak dan saudara-saudara perempuan bapaknya dan atau hubungan
kekerabatan antara seorang perempuan dan anak-anak saudara-saudara laki­
lakinya. Dengan demikian, juga berarti bahwa seorang perempuan merupakan
induh baho anak saudara laki-lakinya dan ia pun merupakan anah pisang saudara
perempuan bapaknya. Berhubung induk bako adalah perempuan, hubungan
tali kerabat itu lebih memerankan peranan perempuan. Seorang perempuan,
yang selain merupakan kemenakan saudara laki-laki ibunya, juga merupakan
anak pisang dan akan menjadi induk bako atau bako pula. Oleh karenanya,
seorang perempuan akan memangku dua fungsi. Pertama fungi intern (dalam
paruiknya), ia adalah ibu anak-anaknya. Kedua, fungsi ekstern (dari segi
paruik istri saudara laki-lakinya), ia adalah bako anak-anak saudara laki­
lakinya. Hubungan itu seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

E '" ego AP anak pusang atau anak pusako. AlB = anak induk bako
IB induk bako B = bapak 1M '" iSlri mamak
IS islri saudara I = ibu AM = anak mamak
SIB suami induk bako M = mamak S saudara

Anak pisang lazim pula disebut dengan nama lain, yakni anakpusako (anak
pus aka). Jib anak laki-Iaki lebih mendapat pendidikan dari mamaknya, maka
anak perempuan mendapat pendidikan dari bakonya di samping dari ibunya
Oleh karena itu, seorang anak perempuan mendapat pendidikan dan
dua jalur rumah gadang, yaitu dari jalur rumah gadang tempat ibunya dilahir­
kan dan dari rumah gadang tempat ayahnya dilahirkan. Dengan· mendapat
pendidikan dari dua jalur itu, seorang anak perempuan akan mengenal dan
juga akan mempunyai perbandingan dalam tata kehidupan rumah tangga yang
akan sangat berguna baginya bila menjadi seorang istri dan ibu.
225
Andan Pasumandan
kerabat alfdaH paHlHtalfdal1 adalah hubungan antara anggota suatu rumah.
rumah gadang, atau kampung dan rumah. rumah gadang, atau kampung yang
lain tersebab salah satu anggota kerabatnyaa melakukan perkawinan. Tali
kerabat karena perkawinan bersifat horisontaL kedua bclah pihak berstatus
sarna derajatnya. Tali kerabat andan pasumandan berbentuk segi tiga. seperti
terlihat pada gambar berikut ini.

~
, q
:?~

.;;.
~
~

tali pernikahan
_ _ _ tali kerabat pasumandan
= == == = tali kerabat andan

Seorang anggota rumah A menikah dengan seorang anggota rumah B. maka


rumah A dan ahli rumah B telah dihubungkan dengan tali kerabat yang
disebut pasumaHdan. Seorang anggota rumah B menikah pula dengan seorang
anggota rumah C. Lalu antara ahli rumah A dan ahli rumah C terjalin tali
kerabat yang disebut aHdaH. Begitu pula antara ahli rumah B dengan ahli
rumah D. Sedangkan ahli rumah A dengan ahli rumah D tidak mempunyai
hubungan apa-apa dalam bentuk tali kerabat. Tali kerabat itu mempunyai
konsekuensi yang berbeda dalam kehidupan antara sesamanya terutama da­
lam peristiwa kelahiran, perkawinan. dan kematian yang dialami ahli rumah
masing-masing. Tali kerabat pasumandan akan mendukung konsekuensinya
dalam bentuk l110ril dan materiil. Sedangkan tali kerabat andan akan mendu­
kung konsekuensinya dalam bentuk moral. Dukungan moral dan mat~rial
sebagai konsekuensi hubungan tali kerabat itu akan lebih terfokus pada
226
turunan atau anak-anak yang lahir dan hubungan perkawinan ituY
Hubungan tali kerabat yang bersifat vertikal, diagonal, dan honsontal itu
terpusat pada satu pnbadi (ego) yang statusnya dalam perkawinan mungkin
sebagai suami atau sebagai istn. Setiap orang yang ada hubungannya dengan
titik pusat itu membentuk suatu lingkaran besar yang disebut kerabat, yang
dalam bahasa aslinya disebut saHak sudaro (sanak saudara) seperti yang terlihat
dalam bagan benkut ini :

E = ego suami/istri AP = anak pisang


M = mamak AC "" anak cucu
AB = ayah bunda B = bako
IB == ipar besan K = kemenakan

Selain dan hubungan kekerabatan menurut tali darah ibu, maka mereka
juga tenkat pada hubungan tali darah bapak, bahkan juga hubungan kekera­

'I L Dan sistem inilah pada umumnya allak-anak lIIuda mereka dapat mcmasuki perguruan
tinggi.

227
batan karena perkawinan anak~anak mereka. Dengan dem'ikian hubungan
kekerabatan dapat dilihat dari titik yang menjadi penghubung antara individu
dengan individu yang lain, antara kaum dengan kaum yang lain. selain karena
kesukuan belaka. Masing-masing mempunyai tugas-tugas sosial ke atas. ke
bawah. atau ke samping. menurut garis verrikaL horisontal, dan diagonal yang
tidak boleh dihindarkan. Tali~tali kerabat itu terjalin dalam suatu anyaman
yang mendukung falsafah mereka, yakni adat. Oleh karena itu. setiap orang
luar membuat kontak dengan salah satu individu mereka, dengan sendirinya
kontak itu akan mengalir ke segenap organisasi mereka, baik kontak itu
bersifat positif maupun bersifat negatif.

228

KESUSASTRAAN

:lhasa Minangkabau mempunyai banyak dialek. Setiap luhak ada


D kalanya mempunyai lebih dari sebuah dialek. Bahkan dialek

IB3
D suatll nagari yang bertetangga pun bisa berbeda. setidak~
tidaknya dalam irama. Ada dialek yang melodius. ada yang rata,
juga ada yang kasar. Namun, ada juga suatu bahasa umum yang
menjadi pengantar bagi seluruh suku bangsa. Bahasa umum inilah yang menja­
di pendukllng kesusastraan Minangkabau.
KeSllsastraan Minangkabau banyak mengaridung ungkapan yang plastis dan
penuh dengan kiasan, sindiran, perumpamaan atau ibarat. pepatah, petitih,
sebagainya yang dikategorikan para ahli sebagai peribahasa.
sehari-hari orang pun lazim menggunakan ungkapan yang
itu. dua orang perempuan mempercakapkan kelahiran
seorang
a. Seorang perempuan temannya, S1 mea~

T: Apo anaknyo? (Apa anaknya?)


J:
T: Lai gapuak? (Apa dia gemuk?)
J: KI.H1dua. (Kundur.)
T: Lai putiah? (Apa dia putih?)
J: GaHiah. (qanih.)
229
1.

ynitu tata krama yang merupa­


orang lain.

230
I

kiasan. atau kata sindiran yang disebutkan sebagai kata melereng itu. Karena
mereka. sepotong kalimat yang telah diucapkan seseorang pada
umumnya telah mereka pahailli ke mana arah pembicaraan itu. Malah me­
nyebutkan sepotong kata s<lmpiran sebuah pnntun sudah cukup menyampai­
makna sduruh maksud pembicaraan. Oleh karena itu.akan dipandang
beballah seseorang mana kala tidak memahami kata sindiran dan akan
dang tidak be-radar atnl! tidak sopan mana kala berbicara terus terang.
Oi samping itl!. banyak pula istibh yang bermakna ganda dan kebiasaan
mengubah-ubah suatu istilnh guna membedakan pengertian suatu kata benda
yang mnknanya hampir sama. Ump::llnanya, istilah baso-basi berarti banasa dan
bisa bemrti /'asa dari pas:lI1gan /lastl-basi. hlinUlit bisn berarti Icbun (jalan),
bisa pub berarti l'lb~tlj (persinggahan kapal). btlsi bisa berarti besi. bisa pula
bernrti 1'11,'111. rtlStll1 bisa berarti rt'stll1. bisa pula berarti rtlst!m (sifat). Oleh karena
itu. dalam mctnahami hasil sastra Minangkabau sangat diperlukan penguasaan
pengertian g.lnda itu. sehingga makna yang terkias di dalamnya dapat diketa­
hui dengan tepat.
Demikian pula istilah IWlI11l. yang diucapkan dalam bahasa Minangkabau
dengan israM, dipakai dengan untuk pengertian tempattinggal raja. dan ustal10
untuk pengertian makam raja. AgtlJl1C1 yang diucapkan agamo dan igamo untuk
pengertian agama dan HgaH10 untuk pengertian kepercayaan yang tidak bersifat
agama. .

Susunan Kalimat
Meskipun dalam percakapan sehan-hali orang r;nembiasakan menggunakan
peribahasa, bahasa percakapan banyak berbeda dengan bahasa kesusastraan.
Bahasa percabpan menggunakan kalimat yang pendek-pendek dan meng­
gllnakan potongan kata akhir secara berurutan. Umpamanya. Ok can lu di. Wak
makal1 cel~ I". Bahasa utuhnya ialah Hancilt cacalt dulu jadi. Awak maltal1 dek dulu.
Terjemahannya ialah "Tunggu sebentar va. Saya makan dulu.
Sedangkan bahasa kesusastraan memakai kata-kata yang utuh. Kalima~nya
panjang-panjang dengan menggunakan banyak anak kalimat, yang masing­
masing terdiri dan empat buah kata, tidak ubahnya seperti kalimat pantun.
Oleh karena itu. mengucapbnnya tidak ubahnya sebagaimana mengucapkan
pantlln dengan irama dan tekanan suara yang teratur. Ada kalanya pula
kalimat itu hanya menggunakan tiga buah bta atau lebih dan empat buah
kata. Waktll pengucapan dan irnmanya tetap sebagaimana mengucapkan
kalimat yang terdiri dan empat kara.
Banyak juga kalimat-kalima t itu dibantu berbagai macam kata sandang yang
berfungsi sebagai penyempurna agar pengucapan dapat benrama. Misal­
nya. llall, lah, malah. bak, lai, dek, kal1, int, lito. dan alah. Lazim pula sebagai kata
berulang diucapk?11 dengan susunan yang terbalik. Umpamanya kara berulal1g
. 231
mangati-ngati menjadi Imti mcngari; bapilin-pilin menjadi pilin:Qapilin; ba/,aik-kaik
menjadi kaik-bakaik. Contohnya ialah sebagai berikut.
Mulonyo kato nan ka dlkatokan. asanyo kajl nan ka disabuik, ado kapado suatu
malam, hari nan tarang-tarang laren, pawng kamin malam Jumaik. dalam
nan
ural1g nan
samto nant; jo punggawa ... 2
Di samping kelaziman penggunaan empat kata dalam satu kalimat, sering
juga ada pemakaian tiga kata. Bentllk kalimat yang memakai tiga kata biasanya
ada pada kisah yang mengandung ketegangan, misalnya sebagai berikllt.
Bagak bana Rajo nan Panjang, nak basutan di matonyo, nak barajo di natinyo, inyo
kacak langan, alan bak langan, inyo kacak batin, alan bak batih, Dena; tu/ak
pintonyo, inyo berang mamburansang, inyo ajak denai, nak bamain padang,
MU5uali indak dicari, basHo pantang dii/akkan. ljan kan salangkan, salapak mon
denai surnik .. :'

.Pantun
Buah kesusastraan Minangkabau yang terpenting ialah pantun, kaba, dan
pidato. Pantun merupakan yang paling utama dari semuanya. 4 la menjadi
buah bibir, bunga kaba, dan hiasan pidato. Di mana-mana orang berpantun.
dalam percakapan. ketika menjajakan jualan. atall dalam meratap dan berden­
dang. Ada sebuah ungkapan dalam bentuk pantun yang kena sekali untuk
melukiskan betapa pentingnya pantun dala~ kehidupan sehari-hari.

2. Kutipan kaba Saba; nan Aluin.


3. Kutipan kabn Saba; nan Aluih.
4, Beragam pendapat mengenai makna
umpama seperti yang dikenal dalum
yang ditemukan pula dalam bahasa Melayu yang sering menyebutkan
hasin ayam maka mCJljadi atau tWan sepanlun kiln! cc:rmin. di balih gunulfg tampak
penyelidikan banyak ahli bahasa dan antropologi temyata pantun merupakan
pertumbuhan peribahasa atau perumpamaan. Atau kalimat perumpamaan diberi kata peng­
antar yang bunyi dan maknanya mirip. Katu pengantar itu dinamakan sampiran. Zuber
Usman berpendapat. dalam suatu diskusi pada Seminar Sejarah Minangbbau di Bacusang·
kar tahun 1970. bahwa karu pantun berasal dari pe-runruH (pa-tuntun penuntun).
Perubahan bunyi palUnll<ll menjadi pamUH adalah hal yang lazim pada bahasa Minangkabau
dan Melayu. seperti' rumpur·rumpul menjadi TCJ'Umpur. laki-Iaki menjadi Idaki atau dalam
bahasa Minangkabau kata lambek·lambek menjadi liIambek. maiH-lffain menjadi mimaiH atau
maUfain,jalaH-jalaH menjadijil1jaian. dan lari-iari menjadi lalari. DaJam percakapan sehari·hari
di Minangkabau. jika orang ingin mengemukakan pendapatnya dengan pantun. ia cukup
mengucapkan sam piran pantun saja. maka orang pun sudah maklum apa
nya. Ada kalanya dengan hanya mengucapkan sepatah kata pantun saja. orang pun telah
maklum hendak ke mana maksud pembicaraan itu.
232
Sarancak saelok ikolah parak,

Indak badaswn agak sebuah.

Samncak saelok ikolah awak,

Indak bapantun agak sabuah.

Secantik seelok inilah parak,

Tak berdasun barang sebuah.

Secantik seelok inilah awak,

Tak berpantun barang sebuah.

Pantun terdiri dari beberapa baris dalam jumlah yang genap, dari dua baris
sampai dua belas baris. Setiap baris teTdiri dari empat kat a dengan rima akhir
yang sarna. Separuh jumlah baris permulaan disebut sampiran. Separuh ber­
ikutnya adalah isi pantun yang sesungguhnya. Fungsi sampiran lalah sebagai
pengantar dari isi, bunyi, dan iramanya. Pantun yang sempuma ialah apabila
sampirannya mengandung ketiga unsur itu. Contohnya ialah sebagai berikut.
Ti~ggi melaHjuiklah kau batuang,

Indak ka den tabang-tabang lai.

Tingga mancaguiklah kau kampuang.

Indak ka den jalang-jalang lai.

Tinggi melanjutlah kau betung,

Takkan ditebang-tebang lagi.

Tinggal mencagutlah kau kampung,

Takkan kujelang-jelang lagi.

Den tatah indak tatatah,

Den tutuah juo nan jadi.

Den tagah indak tatagah,

Den suruah juo nan jadi.

:)~ ~: 3;'
; ..,~. "~~:t1-' . ,'::< tc~' ~"
Ku suruh jua yang jadi.

0, upiak rambahlah paku,

Nak tarang jalan ka parak.

0, upiak ubalah laku,

Nak sayang urang ka awak.

0, upik rambahlah paku,

Biar terang jalan ke parak.

0, upik ubalah laku,

233
Biar sayang orang ke awak.
Pantun yang sempurna itu tidak banyak karena memang tidak mudah
menyusun atau memilih sampiran yang dapat memberi kiasan yang tepat serta
didukung bunyi dan irama kata demi kata yang tepat pula.
Namun, ada usaha menyempurnakan sampiran dengan bentuk lain. Meski­
pun demikian, tidak ada pautan maknanya dengan maksud dan isi pantun itu,
yakni dengan memakai sampiran yang mengisahkan suatu kejadian atau
keadaan yang benar-benar ada. Umpamanya, seperti berikut.
Maninjau padinyo masak,

Batang kapeh batimbo jalan

Hati risau dibao galak,

Bak paneh menganduang hUjan.

Maninjau padinya masak.

Batang kapas bertimbal jalan.

Hati risau dibawa gelak

Bagai panas mengandung hujan.

Pada kedua sisi jalan di desa Maninjau memang terdapat banyak pohon
kapas. Contoh pantun berikut ini. sampirannya mengisahkan keadaan yang
benar-benar ada.
Pulau Pandan jauah di tangah,

Di baliak pulau si angso duo.

Haneua badan dikanduang ranah.

Budi baiak takana jUo.

Pulau Pan dan jauh di tengah,

Di balik pulau si Angsa Dua.

Hancur badan dikandung tanah,

Budi baik terkenang jua.

Letak Pulau Pandan di Pantai Padang memanglah di balik Pulau Angsa Dua.
Pantun yang demikian sempurnanya tidak pula banyak. Yang terbanyak
dijumpai ialah pantun yang sampirannya sekenanya saja, asal berima dengan
isi pantun. Umpamanya seperti berikut.
Kaluak paku kaeang balimbiang.

Tampuruang lenggang-Ienggangkan.

Bao manurun ka Saruaso.

Tanam siriah jo ureknyo. .

Anak dipangku kamanakan dibimbiang,

Urang kampuang dipatenggangkan.

Tenggang nagari jan binaso,

Tenggang sarato jo adaiknyo.

234
Keluk paku kacang belimbing,

T empurung lenggang-Ienggangkan.

Bawa menurun ke Saruaso,

Tanam sirih dengan uratnya.

Anak di pangku kemenakan dibimbing,

Orang kampung dipertenggangkan.

Tenggang negari jangan binasa,

Tenggang beserta dengan adatnya.

Ragam Pantun ,, "


Umumnya yang dinamakan pantun ialah kalimat berima yang terdiri dari
emput baris dan setiap baris terdiri dari empat kata. Akan tetapi. banyak pula
ditemui pantun yang terdiri dan dua baris. Di samping hu. banyak pula
ditemukan pantun yang terdiri dari enam sampai dua belas baris. Di bawah ini
beberapa contoQ.
Pantun dua baris:
Sabab puJui/( SafHal1 bil1aso,

sabab muluik badal1 bil1aso.

Sebab pulut santan binasa,


Sebab mulut badan binasa.
Pantun empat baris:
Biriak biriak tabal1g ka samak.

Dari samak ka nal~mal1.

Dari l1il1iak tUrult ka mamak,

Dar; mamak ka kemel1a/(alf.

Birik birik terbang ke semak,

Dari semak ke halaman.

Dari ninik turun ke mamak,

Dari mamak ke kemenakan.

Pantun enam baris:


Simpanian cil1dai l1an pi/ianal1,

Simpal1ian, ado /(a gUI1OI1YO.

Peti ame/l cewal1g di lal1git,

di(~Jrai dipapakalf.

Jilwk dibukak si tambo lamo,

Ari pallen alal1g bakulik.

Simpanlah cindai yang pilihan,

Simpanlah, akan ada gunanya,

Peti enam cewang di langit,

235
Jika dieurai dipaparkan,
Jika dibuka 5i tambo lama,
Han panas elang berkelit.
Pantun delapan baris:
Putu;h maniak di SaNdo

Pacah tarampeh tlteh karang,

Dipiliah anak ranl{ Kunnci,

Ikan balang dibao lalu.

Babantah niniak nan baduo

Mamanggakkan lareh surang-surang,

Karano at; samo sud,

Aman datang damai batamu.

Putus manik di Salido.

Peeah terempas di atas karang.

Dipilih anak 'rang KerineL

lkan belang dibawa lalu.

Berbantah ninik nan berdua,

Memujikan laras seorang-seorang,

Karena hati sarna suci,

AIDan datang damai bertemu.

Pantun sepuluh baris:


Ditabeh sarek bungo cindai.

Batikam bahulu gadiang.

Carano batirai suto,

Basulam basuji maniak,

Rendo ameh ban baturab.

Kebasaran Basa Ampek Balai,

Tuan kadi di Padang Gant/ang

Andomo di SaYUaso,

Mangkudun di Sumaniak,

Bandaro di Sungai Tarab.

Ditatah sarat bunga cindai,

Bertikam berhulu gading.

Cerana bertirai sutra,

Bersulam bersuji manik,

Renda emas beri berturab.

Kebesaran Basa Empat Balai,

Tuan Kadi di Padang Gantiang,

Andomo di Saruaso.

Mangkudum di Sumanik,

236
Bendahara di Sungai Tarab.
Pantun duabelas baris:
Mancampak tibo di uIu,

KanaiIan pantau daIam payo,

Ditatak batang

Dirandang daun ampaIen.

TaIang daIam nMI dipatankan,

Dipatan dalam paranu.

Lunak nan bapanguIu.

Rantau nan bamjo,

Tagak indak tasendak,

Malenggang indak tapampen.

Jikok tabaIintang patan.

Jikoh tabujua IaIu.

Mencampak tiba di

Kenalah pantau daiam paya.

Ditetak batang cempedak,

Direndang daun empelas.

Talang dalam nan dipatahkan,

Dipatah dalam perahu.

Luhak nan berpenghulu,

Rantau nan bemja,

Tegak tidak tersondak,

Malenggang tidak terpampas.

Jika terbelintang patah.

lika terbujur lalu.

Seloka, Talibun, dan Gurindam


Pantun yang enam sampai yang dua belas baris juga dinamai taIibun. Seloka
ialah pantun empat baris yang terdiri dari beberapa untai. Tiap-tiap untai
pantun berhubungan dengan untai berikutnya. Hubungan itu ialah baris
kedua dan keempat setiap untai yang disisipkan pada baris pertama dan ketiga
dari untai berikutnya. Kalau seloka itu terdiri dari beberapa buah untaL maka
untai ketiga mengutip lagi baris kedua dan keempat untai kedua. Berikut ini
contoh seloka.
basusun tangkai,

ciek-ciek,

basusun bangkai,

Dagiang nancua manjadi ciek.

237
Tal1am padi ciell-clek,

Alfali limah dalam CUlfit<.

Dagial1g al1cua jadi cieli,

Tando bacinto dalam dlmie.

Anak lintah dalam cUnia,

Ubua-ubua bala'h duo,

Timdo bacinto dalam dUffie,

Ciek kubua kito badu",

Tanam melati bersusun tangkai.

Tanam padi satu-sattl.

Kalau boleh bersusun bangkai.

Daging hancur menjadi satu,

Tanam padi sattl-satll,

Anak lintah dalam dunia,

Daging hancur jadi saw.

Tanda bercinta di dunia.

Anak Iintah dalam dunia.


Ubur-ubur belah dua,
Tanda bercinta di dunia,
Saw kubur kita berdua,
Dalam bentuk lainnya, pantun itu ada yang dinamai gurindam. Pada u­
mumnya gurindam berisikan saripati kata yang tersusun dalam dua atau empat
baris, Berbeda dengan pantun. gurindam tidak mempunyai sampiran, Gudn­
dam langsung masuk kepada maksud dan isinya. Contoh gurindam dua baris:
Awa diingek akia iffdak.
Alamaik badan lia rusall.
Awal diingat akhir tidak.

Alamat badan akan rusak.

Contoh gurindam empat bans:


Adaik ffaff biaso dipakai.
Limbago ffaff biaso dituaffg.
Nan dok ffan dipal~ai,
Nan buruak nan diblfang,
Adat yang biasa dipakai.

Lembaga yang biasa dituang.

Nan eloknan dipakai.

Nan buruk nan dibuang.

238
Pantun Adat
Menurut isinya, ada lima jenis pantun, yaitu: pantun adat, pantun tua,
pantun !nuda, pantun duka, dan pantun suka.
Pantun adat itu digunakan dalam pidato. Isinya kutipan undang~undang,
hukum, tambo, dan sebagainya, yang berhubungan dengan adat. Berikut ini
contoh pantun adat.

Yang berkenaan dengan tata pemerintahan:

Rtll1g gadih memapek

Anak gadis memepat

Dipepat dengan pisau siraut,

T erpepat pada betung tua,

Betung tua baik untuk lantai,

Nagari berempat suku,

Berhindu berbuah perut,

Kampung diberi bertua,

Rumah diberi bertungganai.

Yang berkenaan dengan sistem kepemimpinan:


Dahal1 kaullmiaMg bialah patah,
Asa maHgkudu jaM pUMaJ1,
Di la/1ia raja disambah,
Di batil1 rayail1 mamarllftak
Dahan kemuning biarlah patah,

Asal mangkudu jangan punah,

Di lahir raja disembah,

Di batin rakyat memerintah.

Yang berkenaan dengan ungkapan hukum:


Sal1aIi Iadal1g baganti,

Saimii tal1amal1 babuah,

Tumbuahl1Yo di sil1al1 juo.

Sakali gadal1g bagaHti,

Sakali illl1ggam berubah,

Adar bairu j~o.

239
Sekali ladang berganti,

Sekali tanaman berbuah,

Tumbuhnya di situ juga.

Sekali pembesar berganti.

Sekali langgam berubah.

Adat begitu juga.

Yang berkenaan dengan hukum pidana:


Urang Siluflgkaflg mambao
Uraflg Padlmg mambao aia,
Nafl maflcancaflg flafl mamampeh,
Nafl barutang nafl mambaia.
Orang Silungkang membawa kapas,

Orang Padang membawa air,

Yang mencencang yang memampas,

Yang berutang yang membayar.

Pantun Tua
Pantun tua berisi petuah orang tua kepada anak muda, yang mengandung
nasihat serta ajaran etik yang lazim berlaku di masa itu. Sebuah contoh pantun
sebagai berikut.
Kamufliaflg di tangah

Ditutuah batambah tiflggi,

Barufldiaflg jo uraflg tak pafldai.

Bak a/u pancukia duri.

Kemuning di tengah balai.

Ditutuh bertambah tinggi,

Berunding dengan orang tak pandai.

Bagai alu pencukil duri.

Contoh pantun tua yang berisi nasihat untuk anak muda yang hendak pergi
ke rantau atau sebagai pedoman bagi perantau baru.

Kok waaflg pai ka pakafl,

lyu bali, ba/aflak bali,

lkafl pafljaflg

Kok waaflg pai baja/a fl ,

Iflduak carl dUflsaflal1 cari,

samaflg cari du/u.


Kalau engkau pergi ke pekan.

Hiu beli, belanak beli,

240
Ikan panjang beli dahuIu,

KaIau engkau pergi berjalan,

Ibu carL saudara cari,

Induk semang cari dahulu.

Pantun muda
Pantun muda ialah pantun asmara, yang mengiaskan atau' menyindirkan
betapa daIam cinta asmara yang terpendam. Kadang-kadang pantun itu sangat
cabuL lsi pantun ini sering merupakan dialog antara bujang dan gadis, yang
seorang menyatakan cintanya dan yang seorang meminta bukti. Juga isinya
kadang-kadang pemujaan atas kecantikan seorang kekasih yang dikiaskan
kepada wajah alam yang seindah-indahnya. Yang paling disenangi orang iaIah
pantun yang berisikan cinta yang patah. Disenangi karena demikian halus
lukisannya. Pantun yang bersahutan antara bujang dan gadis' biasa pula
berbentuk seIoka. Contoh pantun muda.
Pisau sirauik ilang di limbo,

Dipakai anak rang Payokumbuah,

Karam di lauik bulian ditimbo,

Karam di hati mambao luluan.

Padang Panjang dilingka bukik,

Bukik dilingka si kayu jati,

Kasian sayang indak $adikik,

Dari malO jatuah ka hati,

Pisau siraut hiIang di rimba,

Dipakai anak orang

Karam di laut boleh dltlmhll

Karam di hati membawa

Padtlng Ptmjang
Bukit dilingkar si kayu jati.

Kasih sayang bukan sedikit,

Dari mata jatuh ke hati.

Pantun suka
Pantun suka iaIah pantun jenaka yang berisikan olok-olok. Kadang-kadang
isi pantun ini juga ejekan yang tajam terhadap buah perangai orang-orang yang
tidak menyenangkan. yang termasuk pantun suka ini ialah pantun teka-teki.
Contoh pantun oIok-olok jenaka: .
Tanan liek ,bakapiek,
241
Ditimpo tanah badarai.

Nan a/un diliek a/an diliek.

Kuciang jo manciah same bakasai.

T anah liat berkepiat.

Ditimpa tanah berderai.

Yang belum dilihat sudah dilihat.

Kucing dengan tikus sarna berkasai.

Pantun ejekan:
Tangah an masuak ha utan,

Potong rumpuik di tapi

Asih pungguak nnduhan bulan.

Bulan nan dikawa si rajowali.

T engah hari masuk ke hutan.

Potong rumput di tepi kali.

Asik pungguk rindukan bulan,

Bulan yang dikawal si rajawaIi.

Pantun tekateki:
Biduak haia mambao sapek.

Sapek dijua rang Soloh.

Makan di lauik mutan di darek,

Kok tahu cubolan takoh.

Biduk kail membawa sepat,

Sepat dijual orang Solok.

Makan di laut muntah di darat,

Kalau tahu cobalah terka.

Pantun Duka
Pantun duka ialah pantun yang umumnya diucapkan anak dagang yang
miskin. yang tidak sukses hidupnya di rantau orang. Isinya sangat melankolis.
Yang paling terkenal pantun ini ialah:
Singkarak kotonyo tinggi,

Sumani mandado dulang.

Awan bararak ditangisi.

Eadan jauah di rantau orang.

Singkarak kotanya tinggi.

Sumani mendada dulang.

242
Awan bararak ditangisi.

Badan iauh di rantau orang.

Kaba
dilihat dari gaya bahasanya. Kaba 5 betul-betul merupakan produk khas
Minangkabau. Jika dilihat dari isi ceritanya. maka kaba dapat ?ibagi dalarn. dUll
kategori, yaitu yang klasik dan yang baru. Kaba yang dikategorikan Idasik ialah
kaba yang diangkat dan hikayat. Misalnya. dari hikayat Malil1 Demal1, menjadi
Ivlalin Dcmal1. hikayat Al1ggwt Ok Trmgga/ menjadi kaba AHggUH Hall
Trmgga. 6 Atau hikayat lainnya yang menjadi kaba. seperti: hikayat ilmbur

Kal'a menurut pendapat yang umum, berasal dari bahasa Arab akhbar yang dilafalkan ke
S.
dalam bahasa Indonesia menjadi kabdr dan ke dalam bahasa Minangkabau.ntenjadi halrl!.
Pemah"man ini diperk1l3t pancun pcmbukaan pa'da hampir selima kaba ya'ng berbunYi: Da'ri
lallgik labarito. lib" ,Ii bllllli ;tldi kllba (dari langir terberita. sampai di bumi jadi kabar). Namuh.
dalam berbagai ungkapan istHah kabn sering didahului istililh (unto (cerita). sehingga sefalu
discbur clfril,' kllha (cerita bbar). Kara itu sulit dipahami maknanya. Yang laziin disebut kaba
bul'ilO (bbar berita). Jika menurut sumber pcngambilan istila'h pada masa lalu atilu masa
tua. mab yang lazim diambil ialah bahasa Sanskerta. Menutut bahasa jtu.
Rilba attinya SCilda-gllrall atau pelillur lara. Oleh btcna itu. (uriro kllba akan dapac dipaliami
sebagai '<:rita pelipur lara snjn dan kisahnya dapat saja lI1'enyimpang dari sistem atau scruktur
sosial masyarakat Minangkabau.
6, Dalam kcpuscakaan kaba. yang paling tua yang diculis dengan menggunakan huruf Arab.
cernyata kaba bukan merupakan cerita asH Minangkabau. Umpamanya. kaba Mlilill DeHlaH
dari Aceh yang betsumber dati hikaync yang berasal dari Persia. Kaba Si GOHdaHg Sari
Dcwa. kaba Si Tabllallg. Iwba Raja Tllklltllg rupanya betasal dan Barus. Kaba A/aHg BClltlill. kabll
AlIggllf1 I!all T1Hlgga Magek j<lbllllg berasa! dati Malaysia. Namun. penduduk Pariaman meng­
atakan b"hw3 Anggun nan T ungga adalah orang Pariaman, yang diangkat Basa Empat Balai
menjadi raja muda. yang hingga kini masih ada turunannya di sana. Oleh karena itu. mereka
mcnolak pendapat yang mengatakan kabn AlIggUH If/lll TOlIggll berasal dan Malaysia. Jika
dilihat pada jalinan kisah yang sal1gat bersifat petualangan pada kaba Allggull Hilli TOlIgga
yang hampir minp dengan Malill KUH<iaJlg (bedanya Anggun nan Tungga tidak duthaka pada
ibunya). tctapi sama-sama petgi b~tlayar dan menguasai lautan Talu mendapat PUtri yang
canrik dan dibaw,mya pulang, lalu juga bila dilihat pada sepinyakisah cpos dan episode
s.::jarah Minangkabau dalam kaba. mab sungat mungkin ada dua Anggun nan Tongga yang
saw dalam prmahaman pendllduk Pariamnn iw. Dalam kisah Anggun nan T ongga
dan P"ti"man diccritakan sutat pclantikannya oleh Basa Empat Balai. Bilakah itu terjadi
dapat dihubungkan dengan teralihnya kewcnangnll kekuasaan antara Basa Empnt Balni dan
Raja Paganlyung. Demikian juga nama atau gelar yang disandang tokoh itu. yakni Anggun
Magek Jabang, ndalah nama atau gelar yang tidak lazim dipakai raja-raja muda
di wilaynh pcsisit. Nama Tongga atau T ungga memang lazim dipakai. tetapi Anggun dan
nama yang demikian panjang tidak!ah Iazim dipakai. Dan jib dilihat sejarah Minangkabau
yang scpi kisah epos. hampir bolch dikatakan tidak ada. karcna bertentangan dengan pola
falsafah mctcka (scperti yang dikemukakan pada catatan 10). mungkin dapat menimbulkan
kesimpuinn bahwa kisah antara rajn muda di Tiku Pnnaman dan kisah kaba nierupakan dua
kisah yang kCJ'!.ludian menyatu. Di sam ping itll, kehadiran seorang tokoh centa secara fisik
. 243
Muda, hikayat Murai Batu dan hikayat Raja Tuktul1g. Atau -kisah yang sarna
dengan hikayat, seperti: Sabat l1al1 Aluin, Talipuk .Layu, Gadis"'RaHti, dan Tupai
Bahkan tambo seperti tambo Pagarnyul1g diolah menjadi kaba Cil1dur
Mato.
Peristiwa sensasional pun diangkat menjadi kaba, seperti kaba Si Sabarian (Si
Sabariah mati dibunuh suaminya), kaba Siti lamilan (Siti lamilah mati bunuh
diri), dan kaba Si Udil1 Al1ak Ral1g Palembaya 11 (Si Udin mati digantung). Ketika
mesin cetak yang menggunakan huruf Arab dan kemudian huruf Latin mun­
cuI. media yang semula, tukang kaba, beralih ke buku. Kemudian permainan
randaL sebagai teater rakyat, memunculkan banyak kaba baru, antara lain
kaba si MaraHtal1g, kaba Siti Rabiatul1, dan kaba Al1gku Kapalo Sitalal1g,
Rupa-rupanya kaba pada mulanya beredar di wilayah rantau pesisir bagian
barat Minangkabau yang dikuasai raja Aceh. Mungkin melalui Aceh inilah
hikayat dan syair*syair diperkenalkan ke Minangkabau. Bila melihat wilayah
peredaran kaba di rantau pesisir itu dan sumber-sumber yang mempengaruhi­
nya, dapatlah dipahami bahwa cerita kaba yang klasik itu senantiasa mengisah­
kan raja-raja dan pangeran-pangerannya. dewa-dewi, atau kisah-kisah yang
menyimpang dari struktur sosial Minangkabau sendiri. Cerita kaba memperli­
hatkan produk kebudayaan yang bukan asli Minangkabau pada awal
pertumbuhannya. 7

lazim dipercayai masyarakat. Dr. Taufik Abdullah dalam suatu percakapan pemah mengata­
kan bahwa oleh banyak penduduk Makassar dipercayai adanya tokoh Pendekar Sutan,
seperti yang dikisahkan Hamka dalam TCHggelamHya Kapal yaH dcr Wijek, Begitu pula halnya
banyak generasi sekarang percaya akan kehadiran Siti Nurbaya secara fisik sebagaimana
yang dikisahkan Marah Rusli dalam roman Sw Nurbaya, sehingga sebuah bukit di tepi panrai
Kota Padang dipercayai scbagai tempat yang bersejarah dalam peristiwa Siti Nurbaya.
Bahkan banyak orang-orang terkemuka di Padang sampai merasa tersinggung dengan
pergelaran centa lakon "Wanita Terakhir" karya Wisran Hadi yang ditampilkan di Taman
Ismail Marzuki Jakarta pada tahun I Q76, karena Wisran Hadi menunggangbalikkan kisah­
'kisah Malin Kundang. Malin Deman. serra Puti Bungsu. Malahan keberatan mereka terha­
dap centa lakon:i,tu nyaris dibkarakan LKMM (Lembaga Kerapatan Adat AJam Minangka­
bau) karena ku£tnya desakan orang-orang terkemuka itu. Hal itu melukiskan betapa
mudahnya orang memitoskan tokoh-tokoh yang dilukiskan dalam cerita fiksi. bahkan
sampai sekarang.
7. Berbagai kisah kaba yang tclah menjadi.klasik sehingga diagung-agungkan. seperti Sabai Hall
Aluih. Umbut Muda. Gadis RaHti. dan Gadis BasaHai. temyata kisanya mcnyimpang dan
struktur sosial Minangkabau, Umpamanya. Sabai nan AJuih dipinang orang kepada ayahnya
dan karena ditolak lalu si ayah dibunuh peminang. padahal dalam struktur sosial Minangka­
bau seorang gadis dipinang kepada mamaknya, Oleh karena itu. tidak ada alasan untuk
membunuh seorang ayah karena menolak pinangan itu. sebab keputusan ayah bukanlah
yang menentukan. Demikian pula halnya dengan Gadis Ranti yang terkena fitnah.lalu diusir
ayahnya dan rumah dan dan desa asalnya, padahal dalam struktur sosiaI Minangkabau
status ayah adalah orang semenda yang tidak mempunyai wewenang di rumah istrinya,

244
Sebagai pelipur lara, kaba yang bermula muncul di rantau pesisir itu laiu
menjaiar ke darek (darat), yang merupakan pusat kebudayaan Minangkabau.
Sampai di darek kaba menyempurna menjadi iebih bereiri Minangkabau. Yang
dapat dilihat iaiah kehadiran mamak dalam hampir semua kaba yang dimun­
cuikan sebagai tokoh yang menyampaikan pesan kemuliaan sistem adat.Bah­
tidak kurang pula ulama yang dimuncuikan sebagai tokoh yang me­
nyampaikan pesan-pesan kez.gamaan. seperti yang terlihat pada kaba Si Gadis
Rtll1ti, kaba Si jombang, kaba Si Umbut Muda, dan kaba Si Gadis Basanai. Mungkin
untuk pemuasan selera umum penduduk di darek yang menghendaki cerita­
cerita yang betui-betul didukung sistem sosialnya, tukang kaba pun muiai
mengambil kisah yang benar-benar terjadi.

Gaya bahasa
Kaba adalah saiahsatu cerita rakyat di samping dongeng, hikayat, dan cerita
lainnya. Ada beberapa perbedaan yang khas antara kaba dan yang lainnya.
yakni bentuk bahasanya yang Iiris, ungkapan-ungkapannya yang plastis, dan
penggunaan pantun yang cukup dominan. Dongeng dan cerita lainnya yang
menggunakan bahasa percakapan sehari-hari. sedangkan hikayat meng­
gunakan syair.8
Bahasa kaba mempunyai susunan yang tetap. Empat buah kata dalam
sebuah kalimat. Ada kalanya terdiri dari tiga buah kata bila kalimat itu

sehingga ia tidak berhak mengusir


pengusiran hanya dapat dilakukan mamak dun iru pun harus melalui kesepakatan bersama
jika sifat pengusiran itu sampai ke luar dari desanya. Gadis Sasanai diceritakan mati berulam
jantung. kemudian menyusul tunangannya. Mereka dikuburkan berdekatan.

rut struktur sosial Minangkabau orang dikuburkan padn pendum pusara kaumnya

masing. Suumi istri pun tidak mungkin dikuburkan pad a pendam pusara yang sama.

an juga halnya dengan Umbut Muda dengan kekasihnya yang juga dikuburkan pada pendam

pusara yang sama merupakan penstiwa yang bertentangan dcngan kultur Minangkabau.

(erita kaba tidak pernah disampaikall dengan menggunakan syair. Yang menggunakan syair

ialah hikayat. Hikayat sendiri pun tidak pula pernah menggunukan pantun. Pengaruh

hikayat jelas sangat besar pada kaba karena banyak bahan cerita hikayat yang dianibi! kaba.

Namun, penggunaan syair dalam kaba belum pernah terjadi. Dan peristiwa ini tampaknya

terlihat ketegaran kebudayaan Minangkabau dalam mengambil pengaruh kcbudayaan luar,

bahkan yang bersifat Islam sekalipun. Sebagaimana hikayat, kisah nubi-nabi dan sahabat

nabi lazim dikisahkan dalum bcntuk syair, tetapi tidak pernah kisah rambo dikisahkan

dengan syair. Demikian pula halnya, kisah nubi-nabi dan sahabatnya tidak pernah pula

dikisahkan ke dalam kaba. Sahkan dalam khotbah, para khatib la:zim bersyair, wapi tidak

pernah berpantun. Dalam pidato para penghulu ridak pernah syairdiucapkan. Hal yang sama

akan lebih terlihat pada permainan atas kesenian rakyat, yang berperan pada upacara

tertentu. yang melukiskan pemisahan pemakaian kescnian pada upacara adar yang tidak

sama dengan yang dipakai pada upacara Islam. (Lihat juga bab "Permainan Rakyat").

245
bersuasana penegasan, sebagaimana yang lazim ditemukan p'ada kalimat pan~
tun.Selain susunan bahasanya yang tetap, juga ungkapan-ungkapannya pun
tetap, sebagaimana bahasa klise, terutama dalam mengisahkan suatu peralihan
peristiwa, waktu, dan suasana. Bentuk dan tingkah laku orang pun diungkap­
bn dengan hah~sa klise. Umpamanya sebagai berikut.

Pemindahan suatu lldegan ke adegan yang lain:


. Kin; ~aba ~aralian nanyo lai, Hwggun baralian di si!la~

Sekarang kaba beralih lagi, meskipun beralih di situ jua.

Penutupan suatu adegan:


kaba dikaballal1, nan utal1g mlmgabakan. salah banil ndalt Silto.

Begitulah kabar dikabarkan, utang mengabarkan. benarnya kita


tak serta.

Menceritakan suatu masa yang berlaku:


Dck lamo-bahillclH10IUl. salama lambalt Hal1 bilh Rlal1. alMI Sllml1ta'1g
kadHo ralHang prmjlll1g. mllko tibolah Inlba /laritonyo.

Berkat lama-kdamaan. setelah scdcmikian lamanya. sudah serentang::tn


perjalanan. cukup akan dun rentangan panjang. tibalah kabar beritanya.

Masa yang berjangka tahunan:


Lah satalall1 duo ta/wH. wnr/H tapck. sim/~'ailllh kabll maSil itt! ..

Setelah setahun dua tahun. genap tiga persis.

sampailah kabar masa itu ...

Memulai sebuah percakapan biasa digunakan kata-kata seperti berikut:


Mano/an nal! l!il11dual1g jUo jllllO dcngakan banalan bahlk-bllialt. lIilk deltai
c~rrai denai papakaH. iolan santpo Jlrtll1g wo-ruo ...

Wahai anak kandungku. dengarkanlah baik-baik, apa yang kucumi


parkan, ialah seperti kata orang tua-tua ...

Kadang~kadang pemakaian kata untuk melukiskan kecantikan seomng per­


empuan akan sama dengan kecantikan perempuan lain yang menjadi madu­
nya. Umpamanya sebagai berikut:
KOllon/an Siti DjIHffilan. loroHg kapado wbuanHYo ilfdaldah pulo ado bandiangaH­
246
nyo, l1fill1onyo pmHwh bar/si, bll/~ bulan al11pek baleh hari, talingonyo jarek tatahal1.
kaHiallgllYo hiliran taji, pipinyo paHah dilayang. bulu fj1~lt0I1YO samuik baririang,
dagHakll)'o baltlabah illggoJllangatmyo bah li/in dirual1g. batichnyo ball pamik padi.
tltUlilul),o bah laltll,! bUrlltll1g.

Kononlah Siti D.iamilah, potongan tubuhnya tak ada bandingannya.


mukanya penuh berisL bagai bulan empat belas hari. telinganya jerat
tatahan, keningnya kiliran taji. pipinya pauh dilayang. bulu matanya
semut beriring, dagunya bagai lebah hinggap, Icngannya bagai liIin di­
tuang, betisnya bagai perut padi. tumitnya bagai telur burung.

Dan kecantikan Siti Rawani yang menjadi madu Siti Djamilah:


KaH illfHLl Siri Rawani. ral1Ca/1 nan buktll'l alang Ilepaltlng IfItlhonyo IWII bak bHlan
pal'll1ah. pipin)'o 11an bak pauah dilayang, bulu fjfarOHYO samuill bairiaHg, wmilmyo
baIt whlil buruallg . ..

Sedangkan Siti Rawani, cantiknya bukan alang kepalang, mukanya yang


bagai bulan penuh, pipinya yang bagai pallh dilayang, bulu matanya
semut beriring, tumitnya b:lgai telur burung ...
Di bagian lain Siti Rawani itu dikatakan:
... l11ukol1YO bak bufall ~1alluah, pipinyo pauah diIayaHg. kaHiaHgHYo hiliraH taji.
bibianyo marapalalfl masak. dagllalmyo Iahah bagmltuaHg. bulu matoHYo samuik
bairiLmg, hiduangHYo bak dasuH tUl1gga, tHmihnyo bantalutl buruang... .
... wajahllya bagai bulan penuh, pipinya pauh dilayang. keningnya kiliran
tajL bibirnya marapalam masak. dagunya lebah bergantung. bulu matanya
semut beriring, hidungnya bagai bawang putih tungga), tumitnya. bagai
telur burung ..
Unsur Pantun dalam Kaba
Hadirnya pantun dalam kaba merupakan unsuryang paling dominan. 9 Pada
umumnya, setiap kaba dibuka dengan pantun dan ditutup pula dengan pan­
tun. Dialog yang sentimentalumumnya menggunakan pantun. Demikianlah
pula n3sihat orang pada anaknya.
Pantun pembukaan sebuah kaba bermacam-macam pula. Kadang-kadang

9 Dalnm bb,\ Tua"lw Lard! $j"',llVaug yani! b~rdiri dari $.000 btu terdapat 83 buah pantun
atau seperenaf11 dari seluruh c~rita disampaikan dengan pantll!1. Kaba Umblll Muda memiliki
68 pantull atau scperlima dari sdurllh cerita disall1paikan dengan pantun.

247
,
yang bermacam-macam itu diucapkan berturut-turut. Lazimnya bentuk pan­
tun pembukaan itu adalah seperti berikut.
Kaik-bakaik rotan sago,
Takaik di aka baha.
Dari langik tabarito,
Tibo di bumi jadi kaba.
Kait-berkait rotan saga,

Terkait di akar bahar.

Dari langit terberita,

Tiba di bumi jadi kabar.

Atau seperti begini;


Banda urang kami bandakan,

Padi tahampa di pamatang,

Dirambah daun jarami.

Kaba urang kami Itabakan,

Amah talabiah antah takuYal1g,

Kok salah mintak diubahi.

Bendar orang kami bendarkan.

Padi terhampar di pematang,

Dirambah daun jerami.

Kabar orang kami kabarkan,

Entah terlebih entah terkurang,

Kalau salah minta diubahi.

Atau seperti ini:


Rami/ah pakan Tujuah Koto,

Rami nan sadal1g tangah hari.

Dikambang kaba carito lamo,

Untl4ak parintang-rintang ati.

Ramailah pekan Tujuh Kota,


Ramai di kala tengah hari.
Dikembang kabar cerita lama,
Untuk perintang-rintang hati.

Pantun penutup sebuah kabar:


Kok ado jarum nan patah,

Usan di/atakkal1 dalam

Latakkan siljo di pamatang,

248
Buliah pancukia cukia duri.

Kok ado kato nan salah.

Usah dilatakkan dalam ilati,

Lafakkan sajo di balakal1g.

Usah mal1jadi upek puji.

ada jarum yang

Usah diletakkan dalam peti,

Letakkan saja di pematang,

Bol~h pencukil-cukil dun.

Kalau ada kata yang salah,

Usah diletakkan dalam hati.

Letakkan saja di belakang.

Jangan menjadi umpat puji.

lsi Cerita
Dengan mengangkat tema yang serba menyenangkan, fungsi kaba betul­
betul sebagai pelipur lara. Penstiwa dikisahkan pada suatu tempat yang tidak
jelas lokasinya dan pelaku diberi nama-nama yang tidak lazim dipakai. seperti
pada centa hikayat. Banyak kisah raja atau anak raja. tetapi tidak ada centa
epos dan episode sejarah Minangkabau. Satu-satunya yang mungkin merupa­
kan epos suatu episode sejarah. menurut yang mereka percayai. ialah kisah
Cindur Mato yang diangkat dan tambo Pagaruyung. 10 Sedangkan kisah tambo

10 Apabila kisah kaba tidak mcnampilkan epos dan episode sejarah. sebagai yang terlihat
terutama pada kaba pada periode kedua yang lebih menonjolkan perannya sebagai media
kritik sosial. maka hal itu mungkin dapar dilihat dari latar belakang falsafah Minangkabau
yang telah mernbentuk watak manusianya. Mungkin pula hal itu dapat dimulai 'dengan
bahwa Minangkabau lebih merupakan suatu kultur etnis daripada suatu bangsa
dan besar karena menganut suatu sistem monarki. Pengenalan nama Minar
pertama dimula'i dengan suatu eatatan pada prasasti Sriwijaya pada akhir abadke-7
Kedukan Bukit. Kerajaan yang berselang-seling sampai abad ke-14 pada bagian pant'ai timur
Pulau Sumatera seeara etnis bukanlah pendukung kultur Minangkabau. B\\rulah pada
pertengahan abad ke-14. Aditiawarman masuk ke pusat Minangkabau dan mendirikan
kerajaannya di Pagaruyung. Dalam keadaan yang sangat lemah.kerajaan itu punlenyap
setelah dikuasai Belanda pada abad ke-19. .
dalam sejarah Minangkabau dikenal adanya raja-raja yang menguasai wilayah itu.
seeara kultural haruslah dipahamkan bahwa kehadiran raja-raja itu tidak ubahnya dengan
kehadiran kekuasaan asing. seperti kehadiran Aeeh yang lebih dari seabad di pesisir atau
Belanda dalam waktu yang sama di darat. Kehadiran kekuasaan asing itu seeara kultural
tidak menjadikan Minangkabau menganut sistem monarki. Sistem pemerintahatmya yang
paling bawah y@ngdisebut nagari penganut sistem pemerintahan "republik:' del)gan.pimpin­
an kolektif para'penghulu yang terdiri dari pimpinan "partai" yang mereka sebutkansebagai
249
yang tidak kalah indahnya seperti kisah Datuk Perpatih nan S~batang bersama
Datuk Ketumanggungan dan Cati Bilang Pandai yang berhadapan dengan
raja-raja yang datang kc Minangkabau masa dahulu tidak pernah diangkat
dalam kaba. Peristiwa itu dikisahkan dengan gaya bahasa yang lain dan
disampaikan pada peristiwa yang resmi. seperti dalam pidato pada perjamuan
penobatan penghull).
Umumnya tema cerita bersifat laki-Iaki dan perempuan selalu
obyek. Raja baik melawan raja jelek, p::mgeran baik melawan pangeran
dalam memperebutkan perempuan yang bertingkah laku' baik dan halus
Polanya sudah tentu sama, bahwa yang baik selalu menang dari yang jelek.
Laki-laki turunan orang biasa. seperti dalam kaba Malin DemlUf atau dalam
kaba Anggun nal1 tOl1gga. dimungkinkan juga mendapat pcrempuan yang cantik.
Namun, perempuan itu tentulah anak dewa atau putri kerajaan di atas angin.
Di samping itu, ada kisah kesetiaan dayang-dayang pada tugas yang diberikan
ratu kepadanya seperti kaba Si KambaHg, atall kisah perempllan-perempuan
yang termakan sumpah. seperti kaba T~lpai ]anjang. yang mengisahkan seorang
perempuan mandul yang ingin mendapat anak biar seperti tllpai sekali pun.
lalu lahirla~ anaknya seperti rupai. Atau seperti kaba Sigalang Bal1yal~. yang
mengisahkari perempuan yang merendahkan dnta Umbut Mudn. sehingga in
jatuh sakit oleh tiupan suling buluh perindu dan hanya dapat diobati dengan

suku. Sedangkan ajaran falsafalinya meletakkan manusia datam prinsip samo yang
dung makna kebersamaan. persamaan. dan kesamaan antara sesamanya. sehingga
individu. keloll1pok arau apa pun yang lebih ringgi dan yang lain. Yang mereka ll1uliakan
ialah "orangtua yang didahulukan selangkah dan ditinggikan serantil1g" dan yang dihormati
ialah penghulu "yang besarnya karena diambak dan tingginya karena dianjung". Pengertian­
nya ialah bahwa kell1uliaan dan kehormaran yang diberikan itu ll1empunyai pCll1baraSJIl.
yakni 'sepanjang jabaran itu ada padanya. Jika ia telah Il1cninggal. kell1uliaan dan kehormat­
an itu dialihkan pada penggantinya. sedangkan kuburnya tjdak diperlakukan dcngan C,Ha
yang isrimewa dalam bentuk apa pUll. Oleh karena itulah. di Minangkabau tidak ada kubur
yang dikeramarkan. selain kubur ulama seperti kubur Syekh Ulakan 'yang dikerall1atkan
pengikutnya. jemaah Syarariah. Tidak adanya kubur yang dikeramatkan atau dimuliakan.
juga tidGk adanya prasasti sctelah zaman Adiriawarmall. ll1ungkin dapat memben perunjuk
bahwa Minangkabau tidak memiliki kebudayaan pCll1ujaan i1tas individu dalam ben~uk apa
pun.
Oleh karena kulturnya ll1enolak pcngkulrusan dan menolak ll1onarki. hal itu dapat mCll1ben
petunjuk mengapa ccrita cpos atau episode scjarah tdak ditell1ukan daJall1 kebudayaan
t)1inangkabau. sebagaimana lazimnya yang dilakukan bangsa-bangsa yang menganur sistem
monarki. Kisah-~isah dell1ikian pada dasarnya untuk pengukuhan sistem monarki itu.
Ji~a!au .kisah epos Cindur Mata dapat dikarakan sebagai satu-sarunya episode scjarah
Minangkabau yang dikisahkan kaba. ll1aka hal itu harus dilihar pada latar bclakang Cindur
.Mara sebagai anak inang pengasuh yang ditonjolkan scbagai pembda Kerajaan Pagaruyung.
DlIlall1 kaba dikisahkan bahwa runangan purra mahkora. Dang Tuanku. telah ditunangkan

250
ramuan yang diberi Umbut Muda saja, atau kaba Gadis Basanai, yang mengisah~
kan gadis yang melanggar larangan kebsihnya, schingga ia meninggalsebelum
kekasihnya pulang dari mcrantau.
Akan tctapi. pada cerita kaba era baru yang lahir dari tukang kaba di tanah
darek. tema cerita diangkat dari tragedi berdal'ah yang pernah terjadi atau
yang benar-benar pernah terjadi. Misalnya, yang terdapat pada kaba Tual11tu
Larek Simawai1g, yang mengisahkan seorang istri yang membunuh anak­
anaknya lalu membunuh dirinya sendiri karena Tuanku Lareh hendak meni­
lagi dengan seorang gadis yang cantik. Atau seperti kaba Si Sabariak, yang
mengisahkan seorang istri yang dibunuh suaminya ketika kembali dari 'rantau
karena si Sabariah telah dipaksa kawin lagi dengan seorang kaya. Atau kabaSi
AIII1/e Rtll1g Palembayall. yang mengisahkan seorang lelaki yang mati digan­
tung karena merampok dan membunuh orang untuk memperoleh uang biaya
pernikahan sebagai ganti uang yang telah dihabiskannya dalam perjudian.
Atau kaba Si MaralHang yang mengisahkan seorang laki-laki yang mcnjadianak
semang seorang perempuan pedagang yang dihukum buang karena ,meinbu­
nuh laki-Iaki yang akan menikah dengan induk semangnya itu.
Banyakjuga cerita fantasi dikarangorang. tetapi dengan temayang diang~at
dari gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat pada masa; itu.:Umpamanya,
kaba Si Rancak di Labuk yang mengisahkan secara sinis tingka)1 l~ku seorang
anak muda yang mempunyai pendidikan, tetapi tidak pandai ben.~saha untuk
kehidupannya, selain dari menjual tampang di sepanjal1g.jalan::Ataukaba
Amai Ciia/tO yang mengisahkan seorang janda yang, gandrungbe.rganti­
ganti suami. Atau kaba Al1gku Palo Sitalang, yang mengisahkanseoratlg pemim~
pin yang terlalu rajin mengutip beban pajak rakyat yangdipimpinnya.

dapat juga menemui putri Raja


Pagaruyung. PeristiwQ ini dibalas Raja 1mbang Jaya dengan menyerang Pagaruyung.
istana Pagaruyung dapat dibakar panglima Raja 1mbang Jaya yang bemama Tlang
oungkuk. Dikisahkan kemudian Bunda Kandung dan Dang 'ruanku mikraj ke langit dan
Kerajaan Pagaruyung ditahtai Cindur Mata. Dengan menampilkan heroisme anak seerang
dayang-dayang istana, bahkan kemudian diterima sebagai pengganti raja Pagaruyung, dap.at
ada anggapan bahwa kisah itu merupakan ejekan masyarakat Min'angkabau terhadap'sistem
m,'narki. Pada tahun 1914 kaba Cil1dur Mara diangkat ke pentas sandiwara qleh si~wa
Sekelah Raja (KtVeekschool) di Bukittinggi dengan naskah yang disusun seorang guru Bdanda.
Peran Bunda Kandung sebagai ratll yang berkuasa sangat dominan dalam s~hdiwara·ini. hal
yang sejalan dengan kebijaksanaan Pemcrintah Hindia Belanda yang scdang ditahtai Rai:u
Emma. Peristiwa ini masih berpengaruh sampai sekarang sehingga erganisasi pata wanita
yang bcmaung dalam LKAAM diberi nama Bunda Kandung dan wanita-wanita yang'
memakai pakajan adat pada berbagai upacara resmi disebut sebagai Bunda 'Kandimg pula.
251
Tidak ada satu pun cerita kaba yang mengangkat tema patriotik atau
menampilkan tokoh yang ideal. Kisah-kisah humor pun rupanya tidak tenna­
suk perbendaharaan kaba. Ada memang cerita humor seperti kisah Si libuH
yang populer di wilayah darek dan Si MalaHca di wilayah rantau pesisir, tetapi
ceritanya tidak berbentuk kaba, melainkan merupakan kisah-kisah pendek
yang mengandung kelucuan seperti Si KabayaH di lawa Barat.
Setidak-tidaknya ada dua periode penciptaan kaba jika dilihat pada struktur
sosiologinya, tema, dan personifikasi pelaku. Kaba yang diciptakan pada
periode pertama mengisahkan kisah yang bukan Minangkabau. Sedangkan
pada periode yang kemudian, diciptakan kaba yang mengisahkan Minangka­
bau. Pada periode ini kaba berfungsi sebagai suatu media kritik sosial. Sedang­
kan jalinan ceritanya, baik pada periode pertama maupun pada periode kedua
sangat sederhana. Sedangkan kekuatannya terletak pada kalimat-kalimatnya
yang penuh dengan perumpamaan, peribahasa, dan kata kiasan yang plastis.

Pidato
Kemahiran berpidato II sangatlah penting bagi pimpinan masyarakat,
lebih bagi para penghulu. Berbagai acara dan upacara, seperti perhelatan
perkawinan, kenduri dan perjamuan, upacara kematian, penobatan penghulu,
serta kerapatan kaum atau kerapatan negeri di balairung, sangat membutuh­
kan kemahiran berpidato.
Gaya bahasa pidato dan ungkapannya merupakan hasil kesusastraan yang
sarna mutunya dengan kaba atau pantun. Kalimat pidato panjang-panjang.
Setiap kalimat mempunyai banyak anak kalimat. Tiap-tiap kalimat dan anak
kalimat terdiri dari empat kata. Di samping itu bentuk kalimat pidato lazim
menjajarkan berbagai ungkapan yang sinonim sebagai penegasan masalah yang
dibicarakan atausebagai bunga pidato. Pidato sarat dengan pepatah, petitih,
mamangan, pituah, dan pameo yang merupakan bahasa hukum, undang­
undang, ajaran moral. dan etik. Ungkapan itu tidak jarang pula disampaikan
dalam bentuk pantun. Penilaian terhadap mutu pidato tergantung pada ke­
mampuan pembicara dalam memantunkan, (menyusun ke dalam bentuk
pantun), isi pidatonya. 12

11 Pidato berasal dari bahasa Sanskerta, vangrerdiri daTi kata pri Ttl to. Pri = bra. TIl (da) = mulin.
to = orang, }adinya, pidato berarti kara orang Hlulia. Dari Ra (da) dan to, lahir kemudian kata
ratu, dan datu yang kemudian berubah menjadi datuk,
12 Hingga sekarang dalam pidato resmi pejabar pemerinrah arau anggota DPRD di Sumatera
Barat seringkali digunakan beberapa buah pantun, Yang mendapat sambutan hangat dari
hadirin. Hal ini lebih menarik Jagi karena pantun atau berpantung tidak lagi dimasukkan
dalam kurikulum sekolah. Meskipun sangat populer, pantun belum lagi menjadi perbenda­
haraan para' khatib dalam menyampaikan khotbah agama Islam.
252
Sesuai dengan struktur sosial masyarakat Minangkabau dengan ajaran falsa­
fahnya itu, maka fungsi pidato dalam kerapatan di balairung itu bersifat
khusus. Pidato tidak berfungsi untuk mengemukakan pendapat yang saling
berbeda atau saling uji alasan dan landasan hukum. Perbedaan, pendapat
mengenai suatu masalah tidak dikemukakan dalam kerapatan, agar tidak
terjadi suatu perdebatan, apalagi untuk saling mengalahkan orang lain yang
akan menimbulkan sengketa. Masalah yang pelik dan tidak mendapat kesepa­
katan dibicarakan di luar kerapatan lebih dahulu. Fungsi pidato,dalam kera­
patan di balairung lebih cenderung bersifat formalitas, sebagai pemyataan
bahwa masalahnya telah dibicarakan suatu kerapatan di balairung.

Pidato dalam Perjamuan


Pidato yang paling mengasyikkan ialah yang diucapkan pada perjamuan
penobatan penghulu. Umumnya disebut sebagaipidato persembahaH, Pidato
persembahan ini lebih cenderung sebagai media untuksaling memperaga\<.an
kemahiran berbicara pihak pangkalan dan pihak tamu, yang saling bersahutan
dengan suatu cara yang khas sekali. Hampir semua orang terkemuka dari setiap
kaum yang hadir akan tampil berpidato. Pidato dimulaiseorangjaHaHg13 yang
menyampaikan kepada mamak kepalo alek l4 bahwa hadlrin telah'datangsemua
dan dimintanya agar mamak itu menyampaikan maksud perjamuanjtu., ,
Mamak kepalo alek tidak langsung menyampaikannya. Ia"a,kan bermufaht
dahulu dengan orang yang lebih tua, ninik mamaknya dengan meny~mpaikan
serta mengulangi permintaan janang tadi. Umpamanya, orang itu A, A tid~k
langsung menjawab pula kalau ia merasa perlu berunding lagidengan seja'wat­
nya B. Andai kata Bmasih merasa ada orang laiMempatnya bermufakat, maka
ia menyampaikan pula pada orang berikutnya,; umpamanya C.,Andai ka~a
tidak ada yang dianggapnya patut bermufakat, B menyampaikan ,penA~patnya
pada A kembali. Lalu A menyampaikan isi pidato Batasinama seluruh,p~Qgkal­
an kepada mamak kepalo alek kembali. la dapat meny~rahkan kepada jana~g
untuk menyampaikan maksud perjamuan ituagar disampaikan pada,hi:l;dirin.
Itu tergantung pada marta bat hadirin. Apabila mamak kepa,lo alek mengang­
gap dia sendirilah yang lebih pantas menyampaikannya, dengan suatu cara ia
akan mengisyaratkan kepada janang agar dialah yang diminta janang untuk
menyampaikan pidato persembahan itu.
Mamak kepalo alek itu IaJu menyampaikan sembah kepada setiap pimpinan
kaum yang hadir sambi! menyebutkan gelarnya. la mulai menyampaikan
sembah kepada penghulu yang paling muda. Umpamanya, caranya sebagai

13 jaHaHg semacam protokol. ~

14 Mamak kaP'.!lo alek (mamak kepala heJat) sama artinya dengan ket'uapanitia.

253
berikut.

Mamak kepalo alek Angku Datuak Palimo. bakeh aHgku ambo ma-

Datuk Palimo lvIaHitahlah.

Mamak kapalo alek AJlgku DatHak Gamlltlll, baluh ambo mt1­

Datuk Gamuk
Demikianlah sebagai awal pidato persembahan kepada setiap penghulu
kailm yang hadir dalam perjamuan itu. Pihak pangkalan akan tetap mengata­
kan ia menyembah yang hadir. tetapi yang hadir akan tetap mengatakan agar si
pangkalan menyampaikan titah. 15
Habis tata eara sembah-menyembah itu. bantlah mamak kepalo alek akan
menyampaikan maksud perjamuan itu. Namun, ia tidak akan menyampaikan­
nya seeara langsung. Ia lebih dulu akan mengemukakan alasan-alasan hukum
dan sejarah serta tamboalam Minangkabau dengan segala pepatah petitih.
sertamatnangan yang mendukung terjadinya perjamuan itu. Pada bagian
penutup, persembahan disampaikan lagi kepada salah seorang pimpinan kaum
yang diserunya pada permulaan tadi, umpamanya Datuk Palimo.
Bermtila Datuk Palimo itu menjawab dengan mengulangi sari pati pidato
mamak kepalo alek. Lalu ia meminta persetujuan mamak kepalo alek. apakah
fuemang demikian ueapan yang disampaikan. Setelah mamak kepalo alek
.membenarkan, lalu ia minta agar ia diberi kesempatan untuk merundi­
ngkannya lebih dahulu kepada yang hadir. Kemudian kepada yang hadir,
terutama kepada setiap orang yang diucapkan gelarnya ketika mamak kepalo
alek menyampaikan persembahan tadL ia sampaikanlah sari pati pidato itu
kembali. yang minta dijawab oIeh yang hadir. Salah seorang yang paling muda
dari yang hadir. umpamanya Datuk Gamuk. akan mengulangi sari pati pidato
.yang disampaikan Datuk Palimo itu, lalu meminta keterangan apakah demiki­
an yang dimaksudkannya. Setelah Datuk Palimo membenarkannya. lalu Da­
tuk Gamuk minta persetujuan Datuk Palimo agar kepadanya diberikan kesem­
patah untuk bermufakat dengan yang lain. Setelah Datuk Palimo menyetujui,

15 Dalam setinp pidato, sctiap orang yang hcndak mcnyampaikan maksudllyn dibtabnnya
bahwa ia menyampaikan sembah, sambi! mercntangkan kedua belah tnnRannya
tangannya ke arah semua orang yanghadir. Kemudian telapak tangan itu
persis di depan kcningnya tanpa m.:nekurkan kepala. Olch lawan berbicaranya. semua
pidatonya itu dipandang sebagai titah karenn pihak lawan \:>~rbicara itu ingin pula mcnghor·
mati yang menyampaikan pidato itu. Telapak tangannya jUj(<1 dirapatkan dan dinngkat
sctinggi kening. tanpa mercntangkan kcdlla belah tangannya Icbih dahulu. karena tujuan­
nya penghormatan iru bagi orang yang akan berbicara itu.

254
maka Dntuk Gamuk mengulangi apa yang dilakukan Datuk Palimo terhadap­
nya tadi. kepada datuk yang hadir lainnya yang lebih tua dari dirinya. Kemudi­
an datuk ini akan menguianginya pula pada seorang datuk yang lebih tua
lainnya lagi. Akhirnya semua penghl.llu yang hadir di perjamuan itu telah
dibawa scrta bermllfakat. Setelah itu barulah Datuk Palimo memberikan
jawaban atas persembahan yang disampaikan mamak kepalo alek itu. Dalam
pidato yang beranrai itu. meskiplln pidato yang satu akan mengulangi makna
pidato yang lain. setiap pembicara akan membungai pidatonya dengan pepa­
tah petitih atall peribahasa lainnya. Apabila dicatat. seluruh isi pidato. yang
diucapkan saling bersahutan pada perjal11l1an itu. akan merupakan dokumen
yang hampir lengkap tentang masalah tambo. 1Il1dang-undang dan hukum,
serta falsafah Minangkabau.

Pepatah
Dalam pidato para penghulu di balairung. dalam pidato adat dalam per­
jamuan, atau dalam pidato persembahan akan selalu diucapkanpepatah,16
petitih secara beruntun. Ada kalanya ditambah dengan adat sehingga menjadi
pepatah petitih adat. Di samping itu. seringpula disebut mamangan yang selalu

10 tlmuOlnya para ahli berpendapat bahwa pepatah itu sejenis penbahas'a. ,yang mengandung
nasi hat. ajaran orang tua-tua (Lihat W.J.5. Poerwadarminta. Kamus Ul1lum Bahasa Indonesia.
Jakarta PN Barai Pusrnka. 1976), Pendapat lain mengatakannya pcmarah yang tidak dapat
diterangkan artinya biarpun orang tahu arti kara-karanya. seperti'ada gula. ada semut, (Uhat
St. Moil, Zaino Kamus Modcrn Bahasa Illdollcsia. Jakarta. Grafica). Ada pula ,yang bC'rpendapat
bahwa p<'jI'lIa/l bcrasal dari palatalJ yang bcmkar kara rata II. M. Rasyid Manggis Dt. Rajo
rncmberikan contoh kalimat peparah itu ialah Mamilltak kuah ka pangek. mamintak
ka limbdl (meminta kuah ke pal1g~k (gulai yang kcring); meminra sisik ke ikan Ide)
(Uhat "Kcsusastcraan Minangkabau Selilyang Pandang", kertas kerja pada Seminar Intema-'
sional Kebudayaan Minangkabau di Bukittinggi tahun 1980), Sedangkan Darwis Thaib Dt.
Sidi Bandaro berpendapat sama bahwa pepillal, berasal aan patatah yang merupakan'pahatan,
kata norma, atau patokan hukum adat, sepcrti Cupak nan Duo. Undang·U~dangnanEmpat.
dan Karo nan Empat, (Uhar Darwis Thaib Dt. Sidi Bandaro. Seluk.-beluk Adar Millangkaba.u,
Bllkittinggi. Nusuntara. 1965), Jib diteliri bahwa istilah pepatah senngdisebut 'pada pidato
adm arau ket~ral1gan adat. dibandingkan dari pembicaraan lainnya. maka peparah bukanlah'
bta kins, perumparm13n atau ibarat. apalagi kalimat yang mematahkan lawan
bicara, Berat dugaan bahwa pcpatah mcrupakan kalimat hukum.yang bertolak atau berda­
sarkan pada hukum alam. sebagaimana yang dinukilkan pada moroA/am rakambangjadi gUrli.
Olch karena im. akar bta pcp/llaJr sangat mungkin dari jlctl<ah-petuah yang berubah penguca­
pannya menjadi peparah. sebagaimana lazimnya kata berulang yang sering' dipersingkat
mcnjadi Iclaki. dan SIW10-SaI1l0 menjadLsasamo. Kata luah
juga m~rupakan kclaziman seperti kata rIIaHg menjadi rang pada rIIang
Jliilllg yang lllcnjadi raJlg/{itlJlg atall nwng' mcnjadi rlllIg atnu rOJfg dalam bll/a/rllng atau balairang.
Kata tllaJl mepjadi raft ,ltat! IU!I dan seballuinya. Uhat juga catatan tentang pituah.
255
diikuti dengan kata adat, sehingga menjadi mamangan adat. Lalu sering
diueapkan pituah yang selalu diiringi dengan orang tua~tua.
Kalimat pepatah ialah kalimat yang mendukung dasar falsafah Minangka­
bau yang bersumber dari alam terkembang menjadi guru itu. Alam merupakan
hal yang benar, yang pasti, dan tidak akan berubah. seperti yang dikiaskan
ungkapan. Adm yang sebenarnya adm. tidak lapuk karena hujan. tidak lekang karena
panas. Yaitu, undang-undang yang seperti dan seutuh hukum alam yang
bersentuhan dengan manusia atau hukum sebab akibat antara alam dan
manusia, seperti apt menghanguskan. air membasahi; ke bukit mendaki. ke lurah
menurun; dan dirantaHg panjang. dipifitaI pCl1dek.

Bentuk Kalimat Pepatah


Bentuk pokok kalimat pepatah terdiri dari dua buah kalimat. Tiap-tiap
kalimat terdiri dari dua buah kata. Kalimat pertama sebetulnya telah selesai.
tetapi didampingi anak kalimat kedua sebagai penyempurna. sehingga kedua
bagian itu menjadi kalimat yang utuh. sebagaimana bentuk bahasa kesusastra­
an'Minangkabau.
Dilihat dari segi sifatnya. bagian kedua sebagai kalimat penyempurna itu
ada tiga maeam, yakni sebagai penyempurna yang sejajar, penyempurna yang
menyilang. dan penyempurna yang berlawanan.
Contoh kalimat penyempurna yang sejajar:
1. Kalam disigi. lakuang ditinjau.

Kelam disigi, lekung ditinjau.

2. Buhua mambuku, ulehmangasan.


Buhul. membuku, ulas mengesan.
3. Cupak dUsi, limbago ~ituang.
Cupak dUsL lembaga dituang.
Keadaan tempat yang ke/am dan di tempat yang Iekung sama-sama gelap. Disigi
dan ditinjau adalah eara melihat yang sarna eermatnya. Demikian pula dengan
kata buhul dan ulas artinya sarna. yakni menyambung Membuku dengan menges­
an artinya sarna pula, yakni membekas. Cupak dengan lembaga bersifat sarna,
yakni eekung. DUsi dengan dituang arti katanya sarna sifatnya. yakni memasuk­
kan sesuatu ke dalamnya.

Contoh kalimat penyempurna menyilang:


Gawa diubah. cabuah dibuang.
Gawal diubah, eabuah dibuang.
Taraju tak palingan. b~mgkah nan piawai.
Taraju tak palingan. bungkal yang piawai.
Baiak budi. indah baso.
Baik budL indah bahasa.
256
Gawal dengan cabuh artinya sarna, yakni salah, tetapi prosesnya berbeda.
Diubah dengan dibuaHg artinya sarna, yakni ditiadakan, tetapi pelaksanaannya
berbeda. Taraju dengan bUHgkal artinya sarna, yakni alat tirnbangan, tetapi
fungsinya berbeda. Tak paliHgaH dengan piawai, artinya sarna yakni sernpuma,
tetapi sifatnya berbeda. Baik dengan iHdah artinya sarna, yakni bagus, tetapi'
sifatnya berbeda. Budi dengan bahasa artinya sarna, yakni- sikap rnanusia yang
!\opan, tetapi surnbemya berbeda. -
Contoh pepatah kalirnat penyernpuma berlawanan:
Ka bukik maHdaki, ka lurah maHUTUH.
Ke Bukit rnendaki, ke lurah rnenurun.
TaraHdam basah, tahampai karia Hg.
T erendarn basah, terjernur kering.
Bulek maHggoloHg, pipih malayaHg.
Bulat rnenggolong, pipih rnelayang.
Bukit artinya berlawanan dengan lurah, dernikian pula meHdakidengan meHuruH.
TereHdam artinya berlawanan dengan terhampai, dernikian pula basah aengan
keriHg. Bulat artinya berlawanan dengan pipih, dernikian pula meHggoloHg dengan
meiayaHg.
Petitih
Bentuk kalirnat petitih 17 sederhana seperti pepatah. Dalarn pidato, petitih
diucapkan setelah pepatah, sehingga rnenjadi pepatah petitih. Kaitan antara
pepatah dan petitih disebut rnarnang: Garih baukua jo pepatah, balabeh bajaHgko jo
patitiah (gans berukur dengan pepatah, belebas berjangka dengan petitih).
Garis pepatah itu disebut juga dengan iHggO (hingga), sedangkan belebas
petitih disebut taHggo (tangga). Maksudnya ialah bahwa garis kehidupan rnern­

17 Pada umumnya istilah petitih tidak demikian jdas ditafsirkan orang. Seolah dianggap
sebagai istilah sampiran dan pepatah, seperti ftmaram pada teraHg-ttmaram, gulita pada
gelap-gulitll. dan siaga pada sial'-;iaga. Dalam bahasa Minangkabau sangat banyak ditemukan
pasangan kata yang bersampiran itu, seperti: dago-dagi, kicun-kicIlHg. IlHak-piHak, kalalif-buHfIlHg,
dan /uJulr-laHfak. Apa yang dimaksudkan dengan petirih, bentuk kalimat, akar kata, dan
pengertiannya senantiasa tidak jelas. Ada pendapat yang mengatakan bahwa akar katanya
dan tili (jembatan), titir (bunyi sesuatu yang dipukul berulang-ulang), tltis (tetes atau
turunan). Dari kemungkinan akar kata itulah dicankan maknanya. Akan tetapi. tidak ada
suatu keterangan bagaimana bentuk kaitan petitih dan apa fungsinya. lika dilihat dari
penempatan kata petirih yang senanriasa berada di belakang pepatah. maka jelas fungsil'lya
sebagai peIengkap utama. Apabila pepatah merupakan kalimat hukum alam yang digauli
manusia. maka petitih merupakan hukum yang harus dijalani manusia dengan sesamanya
dalam pergaulannya dengan alam. Oleh karena sumber bahasa ilmu pengetahuan Minangka­
bau berasal dari bahasa Sanskerta. maka dapat dipastikan bahwa petifin atau patitill herasal
dan bahasa Sa,nskena patitis yang artinya tepat.
257
punyai kehinggaan pada pepatah yang menetapkan kemainpuan manusia
sebatas hu~um alamo Sedangkan belebas (mistar) kehidupan mempunyai ting­
kat sebatas petitih yang menetapkan hubungan manusia dengan sesamanya.
Jika dilihat pada isinya, kalimat petitih bertolak dan kalimat pepatah de­
ngan menyisipkan satu atau dua kata. Kata sisipan itu merupakan norma
falsafah Minangkabau yang dijadikan hukum antara sesama manusia, yaitu
hukum sebagaimana yang diungkapkan dalam Adaik nan kaw;, kok d;asah layua,
kok dibubu;k mati (adat yang kawi (kuat), jika diasak layu, jika dibubut mati).
Maksudnya, norma hubungan antara manusia yang diganskan adat mereka
ibarat pohon yang tidak dapat dipindahkan atau dicabut dan tempat tum­
buhnya.
Kata sisipan yang merupakan norma falsafah Minangkabau itu ialah kata­
kata yang sesuai dengan struktur sosial masyarakatnya yang kolektif dan
kesederajatan manusianya, yaitu kata samo (sarna), sehingga hukum alam yang
bersenggolan dengan manusia seperti yang diungkapkan pepatah itu berubah
menjadi hukum antara sesama manusia. Umpamanya, kalimat pepatah Ka
mandaki, ka lurah mammm; api mahanguihkan, aia mambasahi; kalalft disigi,
lakuang ditinjau: lalu menjadi petitih jika disisipi dengan kata samo. Kalimat
petitihnya ialah: Ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun; kllnai apt samo
hanguih, kana; aia samo basah; kok kalam samo disigl, kok lakuang samo ditinjllu (ke
bukit sarna mendaki. ke lurah sarna menurun; kena api sarna hangus. kena air
s~ll1a basah; jika gelap sarna disigi, jika lekung sarna ditinjau.

Pepatah Petitih, dan Peribahasa


Kalimat pepatah dan petitih sangat elastis. la dapat diolah ke berbagai
bentuk kalimat dengan eara menyisipi beberapa kata atau merombaknya dan
kaIimat positif menjadi kalimat negatif. Kalimat yangtelah diolah itu tidak
disebut pepatah atau petitih. Ia telah menjadi kalimat peribahasa dengan
susunan kalimat sebagaimana benttlk dan gaya kesusastraan. Umpamanya
pepatah yang berbunyi sebagai berikut.
Kareh difakiak, lunak disudu.
Keras ditakik, lunak disudu.

dapat diolah menjadi berbagai maeam kalimat, di antaranya ialah:

Kok kareh d;takiak, kok lunak disudu.


Kalau keras'ditakik, kalau lunak disudu.
Mii nan kareh d;takiak, ma nan lunak disudu.
"',' Mana yaI)g keras ditakik, mana yang lunak disudu.
Inyolak nan ka manakiak nan kareh, inyolah nan ka manyudu nan lunak.
Dialahyang'akan menakik yang keras, dialah yang akan menyudu yang
lunak. '
bldak 'ado kareh nan indak ditakiaknyo, indak lido lUJ1l1k nan indak disudul1YO.
258
Tak ada yang keras yang tak ditakiknya, tak ada yang lunak yang ~ak
disudunya. ... .. ' '
Kalimat yang diolah menjadi kalimat negatif ialah sebagai berikut, -
Kok karen tak dirakiak, kok lunak tak disudu.
Kalau keras tidak ditakik. kalau lunak tidak dislidu.
Ma I1MI karen indak ditakiaknyo. mil nan lunak indak disudunyo. .
Mana yang keras tidak ditakiknya. mana yang lunak 'tidak disuclunya: '
Inyo/an nal1 manakiak nan indak karen, inyolan nan manyudu nan lunak.
Dialah yang menakik yang tidak keras. dialah yang menyudu yapg l~nak.
Indak (l1an) karen nan ditakiaknyo, indak (nan) lunak nan Jisudunyo. ;'
Tidak (yang) keras yang ditakiknya, tidak (yang) lunak yang disuduriya:
Kalimat positif dan negatif itu dapat pula diolah, sehingga sebagian kalimat
menjadi positif dan sebagian lainnya menjadi negatif, umpamanya ialilh:
Nal1 karen il1dak ditakiaknyo. naif lunak sajo disudunyo.
keras hdak ditakiknya, yang lunak saja disudunya.
atau menjadi sebaliknya.
Nal1 karen ditakiaknyo. 111m lunak il1dak disudunyo.
Yang keras ditakiknya. yang lunak tidak disudunya.

Mamang
Mamangan lazim juga disebut mamang. 1S Kalimatnya mengani:lung am
sebagai pegangan hidup. sebagai suruhan, anjuran, dan larimgan.' !3~ntuk
kalimatnya berupa dua bagian kalimat yang masing-masing' terdiri'dari dua
sampai empat buah kata. Contohnya ialah sebagai berikut.
AHal? dipal1gku. kamtmakan dibimbil1g.
Anak dipangku, kemenakan dibimbing.
Maksudnya, seorang laki-Iaki berkewajiban memangku. yang artinya mem­
beri kehidupan. anaknya, di samping itu ia bcrkewajiban memberi bimbingan
kepada kemenakannya.
Gadang jan malendo. eadiak jan
Sesar jangan melanda. cerdik jangall menjual.
Maksudnya. seorang pembesar atal! pemimpin jangan menggilas orang kedl
dan orang pintar jangan menipu orang bodoh.
Ktlba baiak bahimbauan. kaba burna', banambauan.
Kabar baik berhimbauan. kabar buruk berhamburan.
Maksudnya. jika mengadakan perjamuan hendaklah mengundang orang kare­
na orang- tidak akan hadir bila tidak diundang. Sebaliknya. bila mendengar

18 Mamang artinya pegangan,


259
kabar buruk ten tang kecelakaan atau kematian setiap orang berkewajiban
datang menjenguk secepat ia mendengamya.
Mamakan habih-habih. manyuruak hilang-hilang.
Memakan habis-habis. menyuruk hilang-hHang.
Maksudnya. jika memakan sesuatu hendaklah sampai habis dan tidak bersisa
agar tidak mubazir. Demikian pula jika bersembunyi atau menyembunyikan
~uatu rahasia hendaklah betul-betul tidak dapat diketahui oleh orang lain.
Babuek baiak pado-padoi, babuek buruak sakali jangan.
Berbuat baik pada-padai, berbuat buruk sekali jangan.
Maksudnya. melakukan kebajikan sebatas kemampuan, melakukan kejahatan
sekali pun jangan.
Ada kalanya mamang disampaikan dengan pantun. seperti:
Kaluak paku kacalfg balimbiang,

Tampurualfg lenggang-Ienggangkan,

Bao manurulf ka Saruaso.

Anak dipangku kamanakan dibimbiang.

Orang kampuang dipatelfggangkan.

Paga Ifagan jan binaso.

Keluk paku kacang belimbing,

T empurung lenggang-lenggangkan.

Bawa menurun ke Saruasa.

Anak dipangku kemenakan dibimbing.

Orang kampung dipertenggangkan.

Pagar nagari jangan binasa.

Pituah
Pituah l9 merupakan kalimat yang bermakna sebagai kata berhikmah atau
kata mutiara yang diucapkan orang bijaksana atau orang tua. Dalam kesu­
sastraan selalu ditemui sebagai kat a orangtua dengan ungkapan Bak pituah
urang tuMuo (bagai petuah orang tua-tua). Bentuknya merupakan dua bagian
kalimat yang masing-masing terdiri dari dua sampai empat buah kata.

19 Pada umumnya orang berpendapat pi/uah berasal dan fatwa. Dilihat penggunaannya. kata
pituah atau paluah (petuah) selalu diiringi uraHg tuo-tuo (orang tua-tua). sehingga menjadi
piluah (paluah) urang tuo-tIiO. Sedangkan falWa (patuah) diiringi wlama. sehingga menjadi falWa
(patwah) ulama. Pendapat lain mengatakan bahwa asalnya pima. yang berasal dari kata pli dan
twa, yang artinya kala orang tua. Man tetapi dalam bahasa Minangkabau twa selalu diucapkan
menjadi 1110. Oleh karena itu, kata pi/uah tidak mungkin berasal dan pli dan ilia. Oleh karena
piluah itu diucapkan dengan iringan uraHg tuo-tuo yang dapat dipahami kata-katanya sebagai
nasihat atau kata berhikmah. maka asal kuta pituah tidak lain danpada pli dan twah. yang
artinya kata yang bertuah. (kata yang saktO.
260
merupakan ajaran etik yang nilainya universal. Contohnya sebagai
berikut.

di
Maksudnya, berbieara jangan sombong, kalau mandi di sungai sebaiknya di
sebelah hilir, agar air orang tidak sampai keruh kalau mandi sebelah mudik.
Lamak dck alVak. kawju deh kurang.
Enak bagi kita. senang bagi orang.
Maksudnya, apa yang ingin kita lakukan hendaknya disukai orang lain.
Tuah sakato, sCl11gketo basilang.
Tuah sekata, sengketa bersilang.
Maksudnya, berhikmah kalau seia sekata, bersengketa kalau tidak sepakat.
urai, nak wah tagak di nan manang.
uraL mau masyhur berdiri atas kemenangan.
jika ingin dimuliakan hiduplah dalam kemewahan. dan jika mau
masyhur rebutlah kemenangan.
Nan Ctldiak rajin baguru, nak Iwyo kuaiak mancari.
Mau eerdik rajin berguru. mau kuya kuat berusaha.
Maksudnya. kalau mau pintar belajarlah sungguh-sungguh, kulau mau kaya
rajinlah berusaha.

Pemeo
yang dilihat isinya berbentuk sungsang atau
jadLla sastra yang khas Minang­
sebagai
Duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-Iapang.
Duduk seorang bersempit-sempit. duduk bersama berlapang-Iapang.
Maksudnya. ialah kalau orang hidup sendirian arau bernafsi-nafsL maka
dunianya akan menjadi sempit karena tidak dapar saling mengisi keperluan.
Namun. kalau hidup bersama, dunia akan terasa lapang karena segalanya akan
dapat dipersamakan. baik dalam pemikiran maupun dalam materi dan tenaga.
Tahimpik nak di ateh, takuruang nak di lua.

Terhimpit mau di atas, terkurung mau di luar.

eara atau sikap hidup yang galir arau eerdik yang kreatif.
Seeara harfiah dapat diartikan bahwa seseorallg jika terhimpit jangan mau
terletak di bawah. tetapi terletak di atas, kalau terkurung jangan mau di dalam
kurungan. tetapi di luar kurungan. Pengertiannya ialah agarsetiap orang tida.k
hidup sebagaimana biasa. melainkan meniadi orang yang lain dan yang lain
atau menjadi orang yang istimewa.
Tagang bajelo-jelo, kandua badantiang-dantiang.
Tegang berj.~la-jela, kendor berdenring-denting.
261
Maksudnya.· ibarat tali biasa kalau kendur karena panjangnya berlebihan.
tetapi kalau ditegang kuat dapat menimbulkan bunyi. merupakan hal yang
biasa. Namun. adalah hal yang luar biasa kalau sikap seseorang dapat menjadi
luar biasa. Pemeo ini lebih ditujukan pada pimpinan yang tegas. tetapi hatinya
lapang. tindakannya lembut tetapi hatinya keras.
Samuik iapijak il1dak mati. alu tatarual1g
Semut terpijak tidak mati. alu tertarung patah tiga.
Maksudnya. melukiskan tindakan seseorang yang bijaksana.· yang dalam
melangkahkan kakinya tidak akan membunuh yang ked\' tetapi bila berha­
dapan penarung yang keras maka penarung itu akan dapat dipatahkannya.
Sayallg ka allak dilacuiki. sayal1g jo kampual1g ditiI1ggaka11.
Sayang kepada anak dipukuli. sayang kepada kampung ditinggalkan.
Maksudnya. secar~ harfiah, bila seseorang sayang kepada anaknya, ia harus
tega memberi pelajaran yang keras sekalipun. Sayang pada kampung artinya
harus berani pergi merantau mencari harta bencla untuk meningkatkan nilai
kampung halaman sendiri. pada pandangan umum.

Kias
Dalam sastra .Minangkabau banyak sekali sinonim istilah kiM int, seperti:
silldia (sindir), hcreaHggnldelll1g(hereng-gendeng).dan karo Inllicreallg (kata mde­
reng = kata tidak langsung). $indir lebih cenderung merupakan kata-kat..
yang ditujukan untuk merendahkan sasaran yang dibicarakan. Sedangkan kias
merupakan kata-kata yang ditujukan secara tidak langsung kepada sasaran dan
sebagai suatu bahasa yang sopan tanpa merendahkan siapa pun. Um­
pamanya, seseorang b~rtamu ke rumah seseorang dan sangat haus karena
jauhnya perjalanan yang telah ia tempuh. la tidak akan meminta air pada
penghuni rumah itu secara langsung. Sebab, meminta dipandang sebagai
perbuatan yang merendahkan diri sendiri. Ia akan mengatakan bahwa rumah
yang dikunjunginya itu cukup jauh rupanya. Penghuni rumah sudah memaha­
mi bahwa tamunya haus dan memerlukan minuman. KaJau orang tidak
memahami kata kiasan akan dipandang sebagai orang bebal. yang tidak meng­
enal peribahasa maHusia tahal1 kias. kerbau tahal1 palu. kemampuan mengutara­
kan pendapat dengan kiasan dan kemampuan menanggapi kiasan termasuk
dalam pemahaman makna etika tata kehidupan seperti yang dimaksudkan
baso-basi atau budi bahasa.
Pemahaman kata kiasan sangat penting. terutama karena diperlukan untuk
komunikasi dalam hubungan kekerabatan yang rumit yang menuntut sopan
santun, saling menghormati. tanpa kehilangan harga diri antara sesamanya.

262

PERMAINAN RAKYAT

ermainan rakyat Minangkabau sebagai kesenian tradisionaI ber­

[?)
D sifat terbUk,a, oleh rakyat dan untuk rakyat, sesuai dengan,sist,em
masyarakatnya yang demokratis yang mendukung falsafah pet­
samaan dan kebe~samaan antara manusia. Oleh sebab sifatnya
yang terbuka sebagai milik umum, maka permainan rakyat mu­
dah berubah akibat persentuhannya dengan kebudayaan Iuar. PengeItian
berubah bisa diartikan sebagai berkembang, meniperkay'a;' atau mempetbk­
nyak. Persentuhallnya dengan kebudayaan luar ialah akibat peranannya da­
lam sejarah sebagai suku bangsa yang menerima hubungan dengan pihak luar
dan juga karena kebiasaan mereka pergi merantau.
Dalam sejarahnya dilukiskan bahwa berbagai kekuasaan asingdatang ke
Minangkabau seeara bergelombang dan berganti-ganti, ada y;mgmenakhikkan
seluruh Minangkabau dan ada yang hanya sebagiannyasaj~.OIeh,' k,arena itu,
peta permainan rakyat itu pun sesuai dengan wilayah penga,r.uh' kekuasaan
asing yang datang itu. Demikian pula pengaruh ajaran yang datang kemudian
yang menjadi anutan suku bangsa Minangkabau memberi wama yang berbeda
dengan permainan rakyat t r a d i s i o n a l . '
Sebagian pengaruh kebudayaan asing atau luar itu inenyatu atau mengubah
permainan rakyat Minangkabau. tetapi ada yang tetap terpisahdalam pelaksa­
naannya. seperti terpisahnya minyak dengan air dalam suatu belanga. Peng­
aruh kebudayaan, Islam aliran Syiah dan mistik setta pengaruh kebudayaan
263
Barat lewat Be1anda dengan Minangkabau hidup bergandengan dengan eksis­
tensinya masing-masing. Pengaruh kebudayaan Barat yang berkembang di
kota dipakai secara se1ektif oleh ajaran Islam. sehingga pituah elok dipakai
buruak dibuang (baik dipakai buruk dibuang) tampak berperan.
Pengaruh kebudayaan itu mempunyai penganut masing-masing. Kadang­
kadang terjadi perbenturan sosial antara mereka dalam sejarahnya yang lalu.
tetapi lambat laun ·segalanya diterima menurut apa adanya. Namun. yang
terkuat akhirnya menjadi dominan berkat seleksi hidup mereka yang praktis.
sehingga permainan rakyat yang lebih bersifat duniawi. seperti yang diajarkan
falsafahnya a/am takambang jadi guru. kelihatan lebih menonjol jib dibanding­
kan dengan lainnya.

Darat dan Pesisir


Selain pengaruh kebudayaan luar itu. perbedaan geografis. yaitu darek
(darat) dan pasisia (pesisir) juga menyebabkan adanya perbedaan corak dan
gaya permainan rakyat. Perbedaan ini selaras dengan mamangan mereka lunak
bapangu/u. rantau barajo.
Pengaruh kebudayaan luar sangat kuat di wilayah pesisir sehingga permain­
an rakyat di wilayah ini lebih beragam. Selain yang bersifat Minangkabau.
maka kesenian yang berasal dari kebudayaan Islam Syiah cukup dominan.
seperti: tabut,~ebus, indang. dan salawat dulang. Di samping itu. musik
gambus dan wbana Arab pun hidup dengan suburnya. Kesenian Melayu,
seperti rnusik gamat dan tarian sapu tangan, selendang. dan payung, memiliki
peininat ters~ndiri pula. terutama di kota-kota .
.' Peminat yang mendukung jenis permainan rakyat itu berbeda. Permainan
rakyat yang bersifat Minangkabau serta yang bersifat Islam didukung pendu­
duk desa yangdigelari dengan nama golongan parewa. gambus dan kasidah
didukung golongan surau. dan gamat didukung golongan angku-angku. 1 Se-

Golongan parewa. golongan surau dan golongan angku-angku merupakan kelompok sosial
yang saling berbeda orientasinya pada masa sebelum Perang. Hubungan antara ketiganya
hampir boleh dikatakan tidak Il.Ikun. Golongan parewa dan goiongan surau hidup di kota
dan di desa. Sedangkan golong3n angku-angku hanya terbatas di kota saja. (Lihat juga bab
"Sejarah" pada bagian "Zaman Pembaruan"). Menurut istilah orangsurau pad a masa zaman
pembaruan. yang disebut parewa ialah golongan yang selalu memakai pakaian hitam atau
memakai destar di kepalanya. gemar berjudi dengan menyabung ayam atau lainnya. Umum­
nya mereka pendekar. Meskipun tidak suka sembahyang. mereka sangat menjaga kehonnat­
an diri. kerabat. dan kampung halamannya. (Lihat juga keterangan Hamka dalam roman
Tcnggelamnya Kapa/van dcr Wijck. 8ukittinggi Nusantara. 1966. him. 129). Di Bugis-Makassar.
yang banyak dipengall.lhi ajaran Minungkabau sejak tersiarnya Islam yang dibawa Dato'ri
Bandang. rupanya dikenal juga istilah parewa. yakni parcwa ade' (petugas di bidang adat) dan
parcwa sara' (pemangku di bidang syarak). (Uhat Mattulada. "Minangkabau dalam Kebu­

264
dangkan di wilayah darat yang dominan ialah permainan rakyat yang bersifat
Minangkabau, seperti musik dan nyanyian, tarian. dan seni bela diri. Yang
dimaksud bersifat Minangkabau dalam hal ini ialah bentuknya yang sederhana
dan temanya yang juga sederhana. Pemerannya semata-mata laki-laki. Mung­
kin permainan itu di samping sebagai alat memenuhi kebutuhan rohani, juga
sebagai media untuk menghayati falsafah hidup mereka. Terutama tari-t~rian
akan senantiasa mengangkat gerakan yang mengandung arti atau mengan­
dung suatu kisah. Sebaliknya, tari-tarian di pesisir lebih bersifat tari pergaulan
yang gerakannya tidak mengandung arti. Beberapa jenis pennainan rakyatj4ga
diperankan perempuan. Mungkin fungsinya sebagai hiburan kaum istana raja
yang memiliki dayang-dayang yang mereka namai si kambal1g (si kembang).
Peralatan karawitan di pesisir lebih beragam dan melodinya memiliki 'lima
nada dan lebih dinamis. Sedangkan karawitan darat lebih bersifat monotoll
dengan jumlah pemainnya yang juga sangat terbatas. Komposisi alat karawitan
pesisir bisa berkombinasi dengan berbagai alat yang berasal darikebudayaan
luar, terutama alat pukul yang bervariasi, mulai dari telempong. gong, tansa,
gendang. dan indang, sampai alat untuk lagu rebab. dan bangsi. Sedangkan di
darat alat pukulnya hanyalah telempong dan adok serta alat untuk lagu seperti
salung.
Permainan rakyat yang bersifat Minangkabau yang terpenting pada dasar­
nya bertolak dari kaba sebagai tema dan pencak silat sebagai gerakan dengan
dendang serta karawitan sebagai alat pembantu. Artinya, tema yang djangkat
dalam tari atau nyanyian berkisar pada cerita kaba baik yang bersu'mber pada
kisah tambo maupun Y&i'.g bersumber pada kisah laipnya. Pola seluruh gerakan
tari tidak terlepas dari pola gerakan pencak sHat dan dengan gerakan ititlith
diimprovisasi seluruh tema yang diangkat. T ema yangtidak dapat diimprovisa­
si dibantu oleh nyanyian.

Pencak Silat
Pencak silat sebagai suatu permainan rakyat mempunyai dua peranatl
Sebagai permainan ia dinamakan pencak dan sebagai seni bela diri ia 'dinama­
kan silat. Peranan pencak di samping sebagai permainan juga sebagaitangga
mempelajari silat. Pesilat disebut pandeka (pendekar). sedangkan pemain penN,
cak disebut anak sitek (anak sHat) karena yang memainkarinya atau mempela­
jarinya ialah anak-anak dan remaja.
Seorang pendekar mempunyai etik. seperti yang diungkapkan pituah. Mu­
suah il1dak dicari, jikok basuo pantal1g diilakkal1 (musuh tidak dicari kalau bertemu

dayaan orang Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan". makalah dalam "Seminar Imemasional


Kebudayaan Minangkabau di Bukittinggi tahun 1980),
265
pimtang dielakkan). Dalam keonaran ia tidak tampil ke depan untuk me­
nyelesaikannya. 1a membiarkan anak didiknya menyelesaikan walaupun ia
tahu keadaan itu tidak akan mudah mereka arasi. Hal itu merupakan salah
satu metode pendidikan pendekar. Bila keadaan telah kritis, yang akan dapat
menimbulkan bencana, barulah pendekar tampil ke depan. Namun, pada
umumnya para pendekar jarang sekali terlibat dalam persengketaan karena
mereka saling menyegani. Mereka selalu memperingatkan anak didiknya agar
tidak membuat sengketa dengan seorang pendekar. Malahan, mereka akan
menganjurkan anak didiknya agar pergi berguru kepada pendekar yang lain.
Dengan cara demikian dapat dihindarkan persengketaan antara remaja yang
akan dapat melibatkan seluruh anggota sasaran sependidikannya. Perselisihan
antara remaja lazimnya mereka selesaikan sendin. Jika harus berkelahi, mereka
akan pergi ke' pemedanan. 2
Silat juga mempunyai berbagai ali ran. Yang terkenal ialah aliran silat lintau,
yaitu silat dan Nagan Lintau. Dan yang lain silat pauh, yaitu dari Nagari Pauh
yang terletak di luar Kota Padang. Di samping itu terkenal pula sitaraJak yaitu
jenis silat yang cenderung pada gerakan yang mematikan. Perbedaan aliran
lintau dan pauh ialah yang pertama mengutamakan keterampilan tangan,
sedangkan yang kedua mengutamakan keterampilan kaki.
Padil dasarnya silat merupakan seni bela diri. Artinya, sifat keampuhannya
lebih mengutamakan pertahanan. Pertahanannya ialah tangkap dan e1ak. Jenis
tangkap ialah: tangkok (tangkap) dengan menggunakan kedua tangan, kabek
(kebat) dengan menggunakan lengan dengan mengantukkan siku, dan kunci
dengan menggunakan seluruh anggota tangan. Dari tangkapan itu dapat
dil~kukan tindakan yang mencederakan, seperti mematahkan, memilin, dan
membanting.Sedangkan jenis elak ialah: elak yaitu gerakan menghindari
serangan dengan mllndur, meJompat. dan merungkllk; gelcl1 dengan mengge­
rakkan bagian badan ke kiri atau ke kanan tanpa menggeser tempat tegak;
kepoh ialah menepis serangan dengan menggunakan tangan dan kaki. Senjata
yang digunakan untuk menyerang ialah tinju, telapak tangan. siku. bahu.
lutut, clan kaki. Kaki melakukan sepakan, terjangan, dan hantaman. Kaki juga
dapat melakukan sepai. yakni mengait kaki lawan. Mencakar. menjambak

2 Orang Minangkabau yang berselisih dengan sesamanya tidak akan berkelahi di hadapan
orang ramai atau di tempat perselisihan ltu tetjadi. Mereka akan pergi ke tempat yang sepi
b~rdua saja atau ditemani kawan masing-masing. Kawan-kawan mereka hanya menyaksikan
saja;Tidaklloleh ikut campur selama tidak terjadi kecurangan dengan menggunakan alat
ataubilamelihat gelagaualah seorang akan terbunuh. Perkelahian yang dilakukan di tempat
ramai dipandang sebagai perkelahian para pengecut yang mengharapkan bantuan teman­
ternan sendiri atau minta dilerai segera. Jika terdap;:tt perkelahian di tempat ramai, maka hal
jtu merupakan suatu pengeroyokan terhadap seseorang yang tertangkap basah karena
mencuri atau menggoda perempuan. Lazimnya orang yang dikeroyok itu dibiarkan saja o[eh
teman-temannya sendiri.

266
mengait kaki lawan. Mencakar, menjambak
termasuk perbendaharaan sHat karena serijafa ftu

seluruh gerakan pencak me­


tanpa tindakan yang akan
dapat mencederai lawan bermain. Gerakan-gerakannya terpusat pada kaki dan
tangan yang bertekuk dan mengembang serta dengan jari yang melentik.
Gerakan kakinya dengan langkah yang melebar atau kaki tergantung dalam
posisi badan yang miring agar sasaran menyempit serta buang-an tangannya
yang mengembang. Dan ada kalanya gerakan itu merupakan siasat menanti
pihak lawan terlengah atau juga merupakan gerakan yang sumbang atau
langkah yang mati untuk memancing lawan agar menyerang, tetapi ada kala­
nya dilakukan berbagai gerakan tipuan lain seperti gerakan pendadakan dUri­
ngi pekikan yang melengking. Jika mereka menyepak tangannya memukul
pisak celananya yang besar sehingga menimbulkan bunyi yang mengejutkan.
Permainan pencak dapat juga menggunakan pisau. Misalnya, seorang pemain
menggunakan pisau. yang lain berusaha mengelak, menangkis. dan merebut­
nya. Bila pisau itu telah direbut. ia pun ganti menyerang dengan menggun,akan
pisau itu. Permainan selesai bila pisau itu terpelanting. Lalu keduanya bersala­
man 4an mellyampaikan sembah kepada hadirin. Variasi lain dari permainan
pencakyaitu dengan menampilkan tiga orang pemain. Pemain ketiga ada
kalanya bertindak sebagai penengah atau sebagai pemain yang dikeroyok dua
orang. Ada kalanya pula ditampilkan empat orang pemain dalam pola permain­
an dua lawan dua atau semua lawan semua. l

Tarian Pencak
Pencak merupakan permainan yang dilakukan dua orang dengan melaku­
kan perkelahian bergaya sHat. Yang dinamakan dengan tarian pencak ialah
gerakan yang menyerupai pencak, baik dalam gerakan maupun dalam prinsip­

267
nya. Perbedaannya dengan pencak ialah secara fisik pemain y~ng berhadapan
tidak bersinggungan atau boleh dikatakan tidak bersinggunglln dan sebagai
tari, permainan itu diiringi bunyi-bunyian'. Akan tetapi, gerakan tari tidak
harus mengikuti irama bunyi-bunyian itu. Alat bunyi-bunyian pokok ialah
talempong (telempong) yang sering diiringi alat tiup yang disebut pupuik batang
padi (puput batangpadi), yaitu, puput yang dibuat dari batang padi yang
dipecah dekat ruasnya dan bagian ke ujung dililit daun kelapa sehingga bagian
ke ujungnya kian membesar seperti terompet. Iramanya dibentuk dengan
menutup dan membuka cerobongnya dengan memainkan tangan dan jari­
jemari. Gerakan tarian pencak itu lebih ditentukan oleh penyesuaian dengan
gerakan lawan yang dihadapi, baik sebagai suatu aksi maupun sebagai reaksi.
Yang terutama dalam tarian ini ialah tari sewah, tari alo 'ambek, dan tari
galombang.
1. Tari sewah yaitu tarian yang dilakukan dua atau tiga orang, seperti
permainan pencak yang menggunakan senjata sewah, yaitu senjata tajam
yang lebih kurang saW ela panjangnya. Yang memakai senjata bisa satu
orang atau keduanya. Kalau pemain tiga orang, yang bersenjata dua
orang, sedangkan yang tidak bersenjata menjadi sasaran tikaman. Dalam
tarian dua orang, yang masing-masing memegang senjata, senjata mereka
pun tidak bersinggungan.
2. Tari alo ambel14 yaltu tanan yang ctllakukan dua orang yang dibantu dua
pendamping yang dinamakan dampeang; (damping) dan dua orang janang.
Tarian ini merupakan suatu perlombaan keterampilan menyerang dan
menangkis secara bergantian antara dua orang yang berhadapan. Bentuk
penyerangan ialah merebut pakaian Iawan, seperti destar, baju, dan kain
sesamping yang dililitkan di pinggang. Siapa saja dapat tampil ke gelang­
gang sebagaimana permainan pencak untuk memperagakan keterampi­
lannya. Permainan ini dipimpin wasit yang disebut dampeang. T ugas
dampeang ialah mengatur permainan sambi! bernyanyi. Yang seorang
menggunakan suara rendah mengatur langkah tarian yang juga merupa­
kan ancang-ancang seperti dalam pencak sebelum serangan dilakukan.
,Dampeang ini juga disebut sebagai dampeang betina. Yang lain yang
disebut dampeang jaHtaH menggunakan suara tinggi memberi aba-aba di­
mulai dan dihentikannya suatu babakan pertarungan. Sedangkan janang
memberikan penilaian atas keterampilan dua pemain itu. Setelah melaku­
kan salam kepada penonton, kedua pemain yang saling berhadapan me­
lakukan gerakan tarian yang dipimpin dampeang betina, dan ketika dam­
peang jan tan meneriakkan aba-aba, kedua pemain memulai pertarungan­
nya dengan gerakan pencak. baik pada waktu menyerang maupun pada

" Alo al1fbek berasal dari kata halau dan al1fbek (hambatl.
268
waktu menangkis. Tujuan penyerang ialah untuk merebut pakaian yang
diserang. Ia diberi kesempatan melakukan penyerangan dalam tiga babak.
Kemudian pihak penyerang memperoleh giliran untuk diserang dalam
tiga babakan pula. Antara babakan satu dan berikutnya diselingi gerakan
tarian. Penyerang melakukan gerakan mengambil pakaian lawannya de­
ngan berbagai eara dan tipuan. Pola gerakan itu ialah gunriang (gunting),
yaitu menggunting kain samping lawan; simbua (sirhbur), yaitu me­
nyimbur lawan lantas merebut buah bajunya; dan batuah (batuh), yaitu
memukul kepala lawan untuk mengambil destar. Apa yang akan diambil
duluan tidaklah ditentukan. tergantung pada kesempatan yang dimung­
kinkan situasi pertarungan. Penyerang dapat melakukan gerakan tipuan
yang semula. seperti melakukan gerakan gunting. tetapi yang dilakukan­
nya gerakan sebenamya. yaitu gerakan batuh. Pihak yang diserang mam­
pu membaea gerakan itu dan menangkis serangan dengan gerakan yang
tepat. Jika pihak penyerang berhasil merebut. ia dinyatakan menang.
Kalau pihak penyerang dapat ditangkis. ia dinyatakan kalah. Dalam satu
babak hanya dilakukan saw kali penyerang dan hal itu ditandai teriakan
dampeang jantan. Fisik kedua penari dalam melakukan gerakan pl{'tem­
puran tidak boleh bersinggungan, sehingga setiap gerakan menyerang dan
menangkis bagai sllatll gerakan pantomim dcngan gaya peneak yang bebas
brena kedua belah pihak bebas melakukan gerakan-gerakan dalam men­
eapai sasaran masing-masing.
3. Tari gclol11bal1g. Lebih merupakan rarian upacara daripada permainan
atau tontonan. Tarian ini dihidangkan pada upaeara perjamuan besar,
baik dalam upaeara perkawinan maupun dalam upaeara penobatan
penghulu. 5 Pemerannya terdiri dar! puluhan laki-Iaki yang terbagi dua
kelompok, yang masing-masing dipimpin seorang tuo yang memberikan
aba-aba. Setiap kelompok diiringi pemain alat bunyi-bunyian. yang biasa­
nya telempong dan puput batang padi. Keduanya merupakan pasukan
pengawal. Yaitll pengawal rombongan tamu utama dan yang lainnya
pengawa[ tuan rumah yang mengadakan perjamuan. Rombongan tamu,
baik yang membawa marapulai maupun penghulu, datang ke tempat
perjamuan dengan didahului penari gelombang yang melangkah dengan
langkah pemain peneak yang disebut langkah empat. Setiap hendak
membuat langkah maju, mereka bertepuk dengan aba-aba pimpinannya
yang berada di depan. bagaikan dua pasukan pendekar silat yang hendak
bertempur. Gerakan mereka mengembang lepas dengan tangan yang
terbuka serta jari yang melentik. Gerakan badan merendah ketika me~

Tarian ini kini sering juga digunakan dalam menyambut camu dari kalangan pemerincah.
269
langkahkan kaki lebar-Iebar. lalu mcninggi dengan me~gangkat sebelah
kaki hampir setinggi lutut seperti alunan gelombang. Alat bunyian telem­
pong mengiringi di belakang. Scmua gerakan tidak menyesuaikan diri
dengan irama bunyi-bunyian. melainkan tergantung pada aba-aba yang
membuat improvisasi berdasarkan rasa keindahan. Kira-kira lima puluh
meter dari tempat perjamuan. rombongan disongsong kelompok penari
gelombang si pangkal (tuan rumah). Dalam jarak kira-kira sepuluh meter
akan berhadapan. kelompok penari si pangkal membuat gerakan mundur.
Sedangkan kelompok tamu terus juga maju. Bedanya dengan pencak.
kedua kelompok tidak melakukan gerakan menyerang atau menangkis.
Gerakan mereka terutama seperti gerakan pemain pencak dalam situasi
intai-mengintai langkah h,wan. T epat pada pintl! gerbang. janang yang
menjadi pemimpin upacara tampi! kc tengah dengan langkah dan gerakan
pemain pencak di kala melerai perkeIahian. Kelompok penali pun me­
lakukan gerakan lllundur sampai tamu utama yang dikawalnya bcrada di
depan mereka. Selesai itu per~lnan dipegang pemuka yang dituakan oleh
k\':dua belah pihak. Dan tarian gelombang pun selesai.
If'

Tarian Pcrintang
T mian orang mLlda yang biasa disebut tali pcrinti1ng merupakan rari;tn yanr!
dilakllkan pemllda-pemllda lIntuk kegcmbiraan atau perintang-rintang hari
atau waktu. Tari perintang ditarikan secara bersall1a-sama atau seorang diri
dengan iringan bunyi-bllnyian. seperti telempong. gendang. adl'k. dan ada
blanya juga diikuti puput batang padi. Gerakannya bebas denpn irama 4/-1
tanpa terikat pada bllnyi-bul1yian yang lll,;ngirini,;inya. Setiap pcn~ll'i bebas
membuat improvisasi menurllt kemahiran masil1~:-ll1asing. kecuali bila sedang
melakukan gerakan yang tclah mCll1pllnyai bcnt'uk. sepcrti mcnirukan gerakan
tupaL eiang terbang. kerbau menganlllk. dan berbagai t'ingkah lakLl para gadis
dalam berhias atau bekerja. Tarian ini biasa dilakukan eli sawah pada musim
panen atau dalam berbagai keramaian. Banyak sckali jenis tarian ini. antara
lain ialah seperti berikut.
1. Tari piril1g. Yilitll tari yang dimainkan secara [ungg,1! st'all bersama. Di
telapak tangan ada piring porselen dan di ujung jari tengah dipasang
einein. Cinein itu dijentikkan pada pi ring sehingga menimbulkan bunyi
sesuai dengan irama musik atau nyanyian yang cepat. Gerakan kaki
terutama pada rentak dan langkah membllat lingkaran. Gerakan yang
terpenting ialah gerakan pada tangan yang menanai pi ring dengall sllara
jentikan cinein. Gerakan mengimprovisasi elang terbang berbegar dengan
mengembangkan atau mengibaskan sayap di udara lalu Il1cnukik me­
nyambar anak ayam; petani membajak. mencangkul dan mengirit padi;
270
gadis berhias menyisir rambut dan berbedak perempuan menjahit dan
b~rtenLln. Setiap jcnis gerakan dilakubn berulang sampai habis sebuah
pantun dinyanyikan neaL: bolch dikatakan satu gerakan memerlukan
kali empat ketukan. Variasi gcrakan lainnya antara lain memper­
kt-mahiran meliuk-liukkan badan sambi! terus mengayunkan ta­
ngan araL! berguling··guling ke kiri dan ke kanan. Ada kalanya mereka
menari meniti jajaran piting. Bahkan kadang-kadang dipertontonkan pula
kemarnpuan magis dcngan mcnginjak peeahan bea. Kalau mereb menati
bersama, mereka tidak tetikat pada formasi. Artinya, tiap-tiap penari
boleh bergerak ke arah mana yang disukai. Akan tetapi, dalam mengim­
provisusi gcrakan yung tclah mempunyai pola. mereka melakukan gerakan
yang sercntak. Sedangkan dalam memainkan gerakan bebas. seperti mem­
perlihatkan kcmahiran. dapat dibkukan menmur suka dan kemampuan
masil1g-masing tanpa kehilangan irama musiknya. Lazim pula penari me­
masang Iilin di kcdua piringnya bila menari di malam hari. Dalam menari
sabh seorang menjadi pemimpin yang menuntun penari
daJam ml'iakukal1 gerakan-gcrakan y:mg mereka tatikan. Jib tarian itu
diiringi nyanyian. maka penyanyilah yang akan memberi aba-aba dengan
mengucapkan jenis geraknn yang akan ditarikan. Di antara satu gerakan
dan gcrakan lain yang berimprovisasi. penyanyi hanya mengucapkan
btu-kata yang tidak bernwkna, seperti iyo iyo alai berulallg-ulang. dan
bergcrak bebas dalam irama tarian selama aba-aba belum diber­

2. Till'; gillllk, yaittl tati yang memakai ga/uk (tempurung) di kedua be1ah
tangan. Sambil menari galuk itu diJaga-lagakan menurut irama. Tarian ini
Icbill mcngutamakan berbagai kemungkinan gerakan yang dapat diolah
se1uruh anggota badan sambi! melaga-lagakan galuk tanpa kehilangan
imma musiknya. sehingga unsur bunyi galuk yang berlaga lebih dominan.
Tari ini memungkinkan pemainnya membuat berbagai improvisasi me­
nirttkan kehidupan hewan atau petani.
3. Tar; Jwblll1 illlilllg. yaitu t:1I1an yang mengimprovisasi gerakan kerbau liar
yang menggila. Kedua tangan pemain diacungkan lewat kepala memben­
tuk .tanduk kerbau. Napas mendengus-dengus. Keliaran gerakan tari ini
hampir sampai ke tingkat pemain menjadi kesurupan. Dan ada kalanya
menyerunduk ke arah penenton sehingga penonton menjadi gaduh dan
terlibat >1ktif cialam wrian itu dengan sendirinya. Kerbau yang jalang itu.
setelah mcnanduk kiill1 ke mari. berguling-guling seperti dalam kubangan.
falu tcrkejut karena seeker ha,rimau mengendap-endap hendak mener~
Klimaksnya pada perkelahiannya dengan harimau sampai ia
menghunjamkan tanduknya ke tubuh hatimau yang imajina­
tif itt!.
271
.
Tarian Kaba
Tarian kaba ialah pel~amaan untuk berbagai jenis tari yang mengangkat
tema eerita kaba. Tari yang mengangkat tema eerita kaba sangat banyak
ragamnya. Gerakannya terpusat pada tangan dan kaki yang melangkah dan
merentak. Musik pengiring lazimnya telempong dan adak. Adok berperan
mengiringi nyanyian. T elempong tidak digunakan pada waktu ada nyanyian
karena suaranya yang lengking tajam. Berbagai jenis tari ini lebih mengutama­
kan nyanyian daripada tari. Pola gerakan bila penari bernyanyi sangat tidak
bervariasi. bahkan ada kalanya hanya melangkah biasa saja berkeliling-keliling
arena. seolah~olah gaya tukang kaba menyampaikan suatu eerita dalam ben­
tuk yang lain. Bedanya ialah tukang kaba bermain, menyanyi, bergerak, dan
memukul alat bunyi-bunyian sendiri. sedangkan tarian kaba dilakukan beber­
apa' penari serta diiringi beberapa pemain gendang adok. Yang pokok dalam
tidian ini adalah nyanyian. Bila nyanyian berhenti karena perpindahan adegan
eerita yang dinyanyikan, pemain menggerak-gerakkan badannya. Umpama­
nya, pada carian si kambal1g, yang di tempat lain disebut buai-buai di kala
menyanyi si pemain membuat gerak mengayunkan anak daJam gendongan
atau membuaikannya dalam buaian. Jika tidak menyanyi, sambil melangkah
berkeliling arena, gerakannya seperti seorang yang lagi menggendong
Pad'a tari buai-buai; si penari berkeliling sambi! menggendong anak dan
kepalanya menjunjung sebuah kendi.
Kisah yang diangkat tarian ini tergantung pada pesanan. Ada kalanya
penyanyi tidak berkisah melainkan berpantun seperti pendendang yang diiri­
ngi rebab atau salung. Sehabis menyanyikan dua tiga pantun, ia pun membuat
gerakan kembali. Yang penting dan menarik hati penon ton dalam menyaksi­
kan tarian ini ialah buah nyanyian yang diungkapkannya.
Tarian yang sama jenisnya ialah tad ilau yang dimaink::m 5ekurang­
kurangnya empat orang, yang sambil berjalan berkeliling, mereka meratap
berganti-ganti mengisahkan suatu peristiwa dalam eerica, lalu meratap bersa­
rna sebagai intro adegan berikutnya. Tarian ini, dan juga tari buai-buai dan 5i
kambang, dibawakan perempuan. T arian ini dapat dibawakan saw orang dan
sering pula dimainkan bujang-gadis (banei).
Tarian jenis ini, yang dibawakan laki-laki dengan dasar gerakan peneak
gerakannya lebih lineah, antara lain tari nlpai jal1j'lI1g dan far; barabah mandi,
yang di kala tidak menyanyi lalu membuat gerakan menirukan tingkah laku
hewan itu sambi! diiringi gendang atau alat bunyian lainnya. Akan tetapi,
tarian itu ada kalanya mempunyai variasi lain. 5i penari tidak menyanyi,
mereka hanya mengikuti aba-aba yang dinyanyikan dahlm bentuk pantun.
Antara satu pantun dan pantun lain, penyanyi menyerukan kata yang lazim­
nya berbunyi yo ala hai berulang-ulang. Di kala itu penari membuat gerakan­
gerakan berputar-putar dengan rentakan kaki yang sesuai dengan irama gen­
272
dang menurut tema tarinya.
Lazim pula berbagai tnrian digabungkan dan nama tariannya berubah.
Umpamanya tari ttl!1 be'1ftlfl menarikan lima jenis gerakan tari secara
berganti-ganti. seperti tar; pado-11ado. dotdang-dendang. adau-adau. dindin-dindin,
dan si jUlldai. Tari tan bentan ini juga dinamakan alang benfan. dengan
perbedaan gerakan, seperti tanduk buang, gcndm1g, adau-adau. doh di l1andong,
awan bentt1l1. dan bam bah mandi. Pnda kesempatan lain gerakan tari barabah
mandi ditemukan pula pada waktu orang menarikan alo ambek.·.
Pada mulanya tari tan bentan, yang juga disebut tari adok, merupakan
tarian yang mengisahkan cerita kaba yang panjang. Pada setiap perpindahan
babakan, sebuah tari ditampilkan sebagai selingan. Selama cerita kaba dikisah~
kan. berbagai macam tarian ditampilkan. Pada waktu yang pendek, seluruh
kisah tidak dapat dinyanyikan. Namun, berbagai macam tari sempat ditampil~
kan, sehingga akhirnya tarianlah yang menjadi dominan. Hal ini mengakibat­
kan yang semula merupakan penampilan kaba. berubah menjadi tari.
Akan tetapi, dalam sejarahnya yang panjang, berbagai rombongan pemain
tampaknya membuat kecenderungan sendiri dengan mengubah pola untuk
disesuaikan dengan pesanan atau keperluan setempat. Oleh rombongan pena­
ri Padang Laweh daerah Agam, umpamanya, tari ini dinamakan alang bentan
yang dibawakannya murni sebagai tarian.'" Sedangkan oleh rombongan penari
dari Saningbakar, daerah Solok. dinamakan tan bentan dengan menyelipkan
sepotong cerita kaba Cindur Mata. Lazim pula disebut tari adok. mengambil
nama gendang pengiring yang dinamakan adok. Tarian dari Saningbakar ini
polanya berubah jauh jika dibandingkan dengan tari seasalnya dari Padang
Laweh, karena rombongan ini memasukkan unsur lakon dan dialog dalam
membawakan kisahnya. Hal yang sama didapati pula pada randal.

6 Tarian aiang bentan kemudian terkenal sebagai tari aiang suming pcnghulu. yang katanya
merup'lkan tarian upacara bagi penobatan penghulu dan diartikan di atas rumah gadang
(Lihat EHSiklopcdi IHdoHcsia I, Jakarta. Ichtiar Baru-Van Hoeve, him. 140). Tampaknya
karangan dalam ensiklopedi itu bersumber dari informasi yang keliru. Dalam masyarakat
yang tidak menganut sistem pemerintahan monarki. terutama di tanah durat yang di bawah
perintah penghulu. maka penobatan penghulu dengan menggunakan upacara tarian sesung­
guhnya merupakan keterangan yang mengada-ada. Apalagi kalau tarian itu hanya ada di
Padang Laweh, salah satu nagari di Luhak Agam. Sedangkan di Luhak Tanah Datar yang
menjadi lokasi istana Kerajaan Pagaruyung tidaklah dijumpai suatu tari upacara dalam
bentuk apa pun. Apalagi kalau dikatakan ditarikan di rumah gadang. Padahal. di P~dang
Laweh tidak ada satu pun rumah gadang yang dapat menampung tarian yangberanggotakan
bnnyak orang.lebih-Iebih lagi kalau ada tamu di rumah itu. Memanglazim apabila tari-tarian
digelarkan pada perjamuan penobatall penghulu, tetapi fungsinya sebagai hiburan ~eramai­
an dan diselenggarakan di halaman. Kalau pun ada keterangan bahwa tari itu se)jagai tari
upacara. hal itu harus dilihat sebagai suatu "manipulasi" untuk meletakkan tingkat derajat
tarian mere~a supaya sama dengan tari yang digelarkan di keraton pada penobatan raja di
273
Bakaba
(berkaba) men,pakan suatu permainan ,<l"yat yani:
popule.r.7 Bakaba suatu eara berkiSilh yang meriimbulkan banyak
kepada berbagai bentuk permainan rakyat hinnya, seperti lari. nvanyi. dan
lakqn. Berkaba. selain dari berkisah biasa, sering diirin[~i nyanyian. Tidak
jarang pula ia disertai tari dan bahkan juga lakon. Dalam berkisah biasa,
pembawanya disebut 'tukang kaba. Akan tetapi. jika kaba itu disampaikan
dengannyanyian. terdapat berbagai cara serta gaya sendiri dan masing-masing
mempunyai nama sendiri pula. Setiap nyanyian selalu diiringi alat
bunyian sebagai pengiring. Alat bunyi·bunyian itu bisa apa saja. seperti alat
gesek, alat tiup, atau alat pukul. Paling kurang alat pukul itu kotak korek api
yang berisi sesuatu sehingga ketika diketok·ketokkan ke lantai mengeluarkan
bunyi berderai. Bakaba dengan memakai kotak korek api sebagai alat
bunyian pengiringnya terdapat di daerah Payakumbuh dan disebut sebagai
sijobang. 8 Lazimnya kaba yang dibawakannya cerita Nan T ungga Magek la­
bang. Apabila yang dibawakan cerita kaba lain namanya badikia (berdikir).9

Jawa. Pada waktu tari itu dipergdarkan lmtuk pcrtall13 kali pad" malam kesenian dalam
rangka Konperensi Jawarnn Kebudayaan sdllruh Indonesia di Bukittinggi mhlln 1953.
tarian itu masih bemall1a alang beman. Kctika tari itu disempurnakan gcrakannya oleh
jerias St. Bagindo untuk dipenunjukkall pada malam kescllian Kongres Adat Sum,ltera di
Bukittinggi tahun 1956. tari itu berubah menjadi tari alang sunting penghulu sebagai
pehgimbang tari gending Sriwijaya yang dibawa rombongan Sumatera Selatan yang mcnda­
pat penghormaran sebagai tari pembukaan. Scor,lng peneliti yang mclakllkan
tari Minangkabau pernah dun kali mclihat pertunjukan tan yang dilakukan
gadang. Namun, yang tidak ditelitinya mengapa tarian yang hllihar itu sampai dipertunjuk­
kan di rull1ah gadang dan in pun tidak pernah mclihat apakah memang ada tari-tarian
digelarkan di rumah gadang pad a waktu upacara pellobaran penghulu. Mcmbangga­
banggakan kehebaran hasil nagari masing-masing merupakan kelaziman dalml1 kehidupan
suku bangsa Minangkabau. Hal ini mc1uas kepada yang ada dan khas
Malahan dalam hal membincangkan buah-buahan tiap-riap nagari pun membanggakan
nagari masing-masing. Dcmikian juga dalam hal kemalllpuan memasak. membuat hasil
kerajinan tangan, dan sebagainya. Kelaziman ini pun berlanjut pada bidang kesenian dan
pencak silar. Di samping membanggakan tari alangbentan, ada pula nagan yangmembangga­
kan tarian lI1ereka. Misalnya. tari sirompak dari Nagari Tach (Payakumbuh) yang dikatakan
bahwa dahulu kala dimainkan di tempat yang sakti yang berpenghuni makhluk halus dal1
gendang yang dipakai menggunakan kulit harimau. Sedangkan rari tupai janjang dari pesisir
bagian selatan dikatakan bahwa dahulunya tarian itu hanya ditarikan anak-anak raja. Oleh
karena ltl,!, tidak bolch ditarikan sembarang orang.
7 Pcrihal kaba lihat bab "Kesusastraan".
S Sijoba.ng merupakan kata yang berasal dari ,i jabang yang diucapkan menurut lafal penduduk
·Payakumbuh. Spesialisasi tukang kabanya ialah mengisahkan Kaba Alfggull Half TOHgga Magel!
Jabang. Kinikaba lain yang dikisahkan dengan alat korck api itu juga dinamakan ba,iojobaHg.
9 . Dikir berasal dari zikir. Akan tetapi, berubah pcngertiannya. Zikir ialah bahasa AraL yang

274
Jika menggunakan alat bunyi-bunyian sebagai pengiring. jumlah pembawanya
tergantung pada alat yang digunakan. Jika memakai alat tiup. diperlukan dua
orang. Yang lainnya bisa scorang atau lebih banyak. sehingga mereka bisa
membawakannya berganti-ganti. sebagaimana yang lazim pada permainan
salung dan rabab. Lazimnya permainan salung dan rabab mengiringi nyanyian
yang berpantun dan isi pantun lazimnya pula menurut pesanan.

Randai
Permainan randai dibawakan banyak orang. Mereka bermain membuat
lingkaran. Sambi! melangkah kecil-kedl seeara perlahan mereka bernyanyi
berganti-gantian. Sebelum menyanyi. 'mereka membuat gerakan peneak de­
nganlangkah maju. mundur, ke dalam memperkeeillingkara·n.lalu ke luar lagi.
Ada kalanya mereka menyepak. menerjang. atau memukul dengan tangannya.
Sesudah itu mereka berjalan sambi! bernyanyi. Semua gerakan peneak ditUn­
tun aba-aba salah seorang di antaranya. Mula-mula seorang menyanyiktm
sebait pantun atau sepotong kisah. Pada setiap kalimat terakhir. mereka
mengulangi seeara beramai-ramai. Habis menyanyikan sepotong kisah atau
beberapa buah pantun. mereka kembali melakukan gerakan peneak. Selesai
menyanyikan sebuah adegan eerita. mereka lalu duduk meronggoh dalam
Iingkarannya, untuk beristirahat. Untuk mengisi aeara istirahat, ditampilkan­
lah ke tengah Iingkaran itu keterampilan mereka masing-masing. seperti pen­
eak. tari, atal! permainan apa saja yang dapat mereka peragakan, Peragaan
kererampilan itu tidak dibawakan semuanya atau sekaligus pada satu kali
istirahat itu. Hal ini disebabkan dalam suatu permain:m randaL yang akan
membawakan eerita yang umumnya panjang, sehingga sampai larut malam
baru bisa diselesaikan satu babak eerita, akan terdapat empat atau lima kali
waktu istirahat. Pada setiap waktu istirahat itu ditampilkan permainan yang
lainnya lagi sebagai pengisi aeara.
Ada kalanya pula; permainan randai tidak merupakan aeara pokok. Yang
pokok ialah permainan yang pada mulanya merupakan selingan itu. sehingga
terdapatlah permainan rakyat yang bernama randai alo ambek. seperri di
daerah Pariaman yang membawakan nomor utama tari alo ambek. Atau
seperti yang terdapat di Saningbakar yang bernama tall bentan. Kemudian tan
bentan ini meninggalkan permainan randai dengan mengkhususkan berbagai
tarian sambi! membawakan eerita kaba Cindur Matti.
Dalam sejarah perkembangannya, randai itu kemasukan unsur lakon. seper­

artinya perbuatan memuji nama Allah setdah selesai scmbahyang, terutama dilakukan
orang yang melakukan suluk. Scdangkan dikir (dikia dalam bahasa Minangkabau) ialah
suatu perbuatan yang dilakukan pada perayaan Maulud Nabi, yairu orang menyanyikan
puji,plljian kepada Nabi Mululmmad dengan iringan indang atau rcbana.

275
ti yang dibawakan pemain-pemain dari daerah Payakumbuh. Dasar pennainan
randai tidak berubah. Akan tetapi, pada waktu-waktu istirahat, yang lazimnya
diisi dengan berbagai keterampilan anggota rombongan, disuguhkan penam­
pilan lakon. Sesudah sebuah adegan cerita dilakonkan. mereka berandai lagi.
.Lalu ditampilkan lanjutan lakon cerita. Begitulah seterusnya, sehingga sebuah
kaba selesai dilakonkan. Fungsi randai menjadi berubah, yakni menjadi peng­
antar lakon yang akan disampaikan pada babakan berikutnya dengan
bernyanyi.1O Pennainan randai ini pada zaman jayanya juga mempengaruhi
pennainan rakyat lainnya. seperti halnya dengan tarian tan bentan di Saning­
bakar dan pembawaan tukang kaba yang membawakan kaba Tupai janjang di
daerah pesisir bagian selatan atau tari si kambang di daerah Padang. Populari­
tas randai gaya Payakumbuh ini menumbuhkan cerita-cerita kaba yang baru
karena publik menghendakinya. I I

Gamat
Tarian ini merupakan tarian Melayu dan bersama musiknya dinamakan
gamat. 12 Gamat ditarikan penduduk kota atau pendatang yang tennasuk suku
bangsa Melayu. Alat musiknya biola dan gendang dengan irama 4/4 dan nada
diatonis. 13 Ia 'ditarikan laki-IakL perempuan, atau secara berpasangan gamat
merupakan tari pergaulan. Pakaian yang digunakan sam a dengan pakaian
Melayu. Sambi! menari mereka menyanyi dengan bersahut-sahutan pantun.
Jenis yang terkenal dari tarian ini ialah tari payung, tari selendang. dan tari
sapu tangan. Payung. selendang, dan sapu tangan merupakan alat pembantu
dalam menari. Dalam tari payung hanya seorang yang memakai payung.
sedangkan pasangannya memakai selendang. Pada tari selendang atau tari
sapu tangan, semua penari memakai alat tarian yang sama. BUa seorang penari

10 Randai mungkin berasal dari kata aHdai-aHdai dcngan awalan bar sehingga menjadi baralldai­
andai. yang artinya berangkaian seeara berturut-turut atau suara yang bersahut-sahutan.
Randai yang terlihat seperti sekarang. dengan penampilan unsur lakon.lahir semenjak siswa
Sekolah Raja (Kwcckschool) Bukittinggi pada tahun 1924 mengangkat cerita "Cindur Mata"
ke pentas sandiwnra dengan menggunakan bahasa Minangkabau. Pemasukan unsur pentas
ke dalam randai dimulai oleh pcmnin randai dari Payakumbuh. Populnritas randai gaya
Payakumbuh ini akhirnya mendorong randai menjadi teater tradisional.
11 Cerita kaba tumbuh dengan pesat setelah lahirnya randai gaya Payakumbuh itu. yang
semula scbagai pengisi aeara randai. tctapi kemudian juga ditulis orang untuk keperlunn
sandiwara dan juga untuk dibukukan. Lihat juga bab "Kesusastraan".
12 Gamat mungkin berasal dari pasangan kata gami! yang artinya menyentuh seseorang
jari untuk mengnjaknya bercakap-cakap atau
memberikan selendang atau saputangan
eara menggamit dalam bentuk yang lain. yang menyebabkan kesenian itu dinamakan gnmat.
13 Dalam perkembangannya kemudian. setelah para murid sekolah menampilkannya di pentas.
alat musik Barat lainnya pun lazim ikut mengiringinya.
276
berhenti,ia menyerahkan alat tariannya kepada salah seorang penonton. Lalu
penonton yang diserahi alat itu mendapat giliran menari.

Tabut
Permainan rakyat ini berkembang di daerah pesisir. terutama di daerah
Pariaman. Tabut mempunyai hubungan dengan agama Islam mazhab Syiah. Ia
bukan akidah. melainkan upaeara peringatan terbunuhnya Husein. cueu Nabi
Muhammad. dalam peperangan Karbala. Pada perang itu kepala Husein di­
penggaJ. la[u ditusuk dengan tombak dan diarak dengan kegembiraan seraya
menari-nari dan berteriak-teriak menyebut nama Husein. Kemudian dikisah­
kan. datanglah seek~r burung buraq menyambar kepala Husein dari ujung
tombak. lalu dibawanya terbang ke langit. Peristiwa itu diperingati setiap 10
Muharram dengan membuat arakan tabut. Aeara ini dimulai sejak tanggal 1
Muharram, yaitu hari mengambil tanah ke dasar sungai sebagai simboI meng­
ambil jasad Husein yang mati terbunuh. Tanah itu dimasukkan ke dalam
periuk dan periuk itu dibungkus dengan kain putih. seolah mengafani mayat.
Periuk itu ditaruh pada sebidang tanah yang dilingkari dengan kain putih pula,
seolah menyemayamkan jenazah di sebuah benteng yang berdinding batu
putih. Pada hari berikutnya dimulailah membuat tabut sebagai keranda u­
sungan jenazah. Pada hari kelima. tengah malam, orang pergi mengambil
pohon pisang. Pohon itu ditebas sekali paneung dengan pedang. sebagai
lambang tindakan yang dilakukan putra Husein dalam membalas kema~ian
ayahnya. Pada hari ketujuh dimlilai mengarakjari-jllri, yaitu semacam maket
sebuah kubah yang dibuat dari kertas kaca dan bingkai bambu. Kertas itu
digambari sepotong tangan dengan jari-jarinya yang terkembang. Di dalam
maket ltu dipasang Iilin. Jari-jari itu diarak dari rumah ke rumah sambil
menyanyikan lagu duka ten tang peristiwa yang menyedihkan itu. Arakan itu
mengiaskan pengikut Husein yang sedang mencari dan memilih jari tangan
dan serpihan jasad Husein yang dicincang musuhnya. Lalu jari-jari itu disatu­
kan dengan mnah di dalam periuk. Hari berikutnya jari-jari itu pun diarak lagi
keliling kampllng. sebagai simbol penernuan baru serpihan jasad Husein. Pada
hari kesembilan aeara dilanjlltkan dengan mengarak surban Husein yang
ditemukan. Pada hari kesepuluh arak-arak puncak dimulai. yakni mengarak
yang berbentllk seperti keranda yang di atasnya bertengger burak yang
rnerupakan seek~r burung dengan kepala orang. Burak itu dinaungi sebuah
payung tiruan yang bertaburan bunga. Cara mengaraknya diusung puluhan
orang dengan mengoyak-ngoyaknya sambi! berteriak-teriak memanggil nama
Husein menurut irama oyakan itu. Di belakangnya mengiringi pemain debus
yang menyiksa badannya dengan menusuk-nusukkan besi runcing, pisau.
rantai yang dipanasi dengan api atau dengan membakari dirinya dengan suluh
277
daun kelapa yang te1ah kering. 14 Memainkan debus ini niengiaskan rasa
penyesalan pengikut Husein atas kematian khalifahnya itu dengan cara me­
nyiksa diri. seolah-olah hendak mengatakan mengapa Husein yang harus mati,
mengapa tidak mereka saja. Di be1akangnya lagi mengiringi seorang pemain
tansa (drum) dengan puluhan pemukul gendang (tambur). Pad a malamnya,
peringatan itu dilanjutkan dengan permainan iHdtmg (rebana kedl) sambi!
berdikir mengisahkari kisah Hasan dan Husein yang mati terbunuhY Pada
saat itu permainan debus pun dipertunjukkan. Esoknya tabut diarak lagi untuk
dibuang ke laut. Perarakan membuang tabut ke laut berbeda dengan perara­
kan sebelumnya, yakni dengan cam yang syahdu.
Biasanya tabut yang diarak dalam acara ini tidak sebuah. Beberapa kampung
di Pariaman menampilkannya. Masing-masing diarak di sekitar kampungnya
sendiri. Ada kalanya, seperti disengaja. arakan itu berpapasan di batas kam­
pung mereka. Suasana menjadi panas dan ada kalanya terjadi
ramai sampai ada yang berlumuran dnrah, karena ketika berpapasan pengiring
kedua tabut itu saling mengejek dengan mulut dan tingkah laku serta diriuhi
bunyi musik tansa yang berirama perang itu. Namun, pada arakan hari kedua,
ketika tabut hendak dibuang ke \aut. habis pulalah sisa-sisa perkelahian yang
telah terjadi sesamanya.

Karawitan
Karawitan semata-mata berperan scbagai alat pengiring nyanyian dan tari­
an, pengiring permainan deblls dan berbagai perarakan. Lokasi damt dan
peslsir banyak menentukan jenis alat karawitan dan juga dengan scndirinya
sifat melodillya. Yang berasal dari darat tidak sekaya yang dari pesisir.

14 Debus termasuk suatu bcntuk k~;cnian mistik yang fcnonlcl1al. Tidak term;lmkjcni5 5ihir.
'karena 5i pemain tidak kcsurupan scpcrti pCl1ari bar,'ng di Billi atau kuda lumpi!1g di .Iawa,
Debus mungkin datan/! dari A:eh yan!! dibawa kmaoh tarckat Q'ldarivah aliron Rifaiah. Di
Aeeh scndiri debus dinamakan Tapa'i. Dulunya debus dimainkan
debus discbut kulipah atau blipah (khalifah).
15 Kisah terbunuhnya Husein merupak'1l1 lanjutan peristiwn perebutan kckuosaall olch Mua­
tcrhadap Ali yang mcnjadi khalibh kcempat. Ali adalah kemcnakan dan juga mcnan·
tu Nabi Muhammad. la tcrbunuh olch goi..)ngan yang mcnentnngnya. Kemudbn anaknya
yang tertua. Hasan. juga terbunuh oleh pengikut Muawiyah dengan eara membcrinya racun,
Husein, adiknya, mclakukun pembJlasan dengan mcnycrang pasukan Muawiyah, Namun. in
dapat ditawan, lulu kepalanya dipcnggal scrtai<lsadnya dicincang. Peristiwa ini digunnkan
pengikuthya sebagai alnt pemersatu di bawah pimpinan Fatimah, ibunya, purri Nabi Mu­
hammad. Golongan Fatimah ini kemudian tcrkcnal dengnll nama Fatimiah. yang
mellampilkan kejayaan dengan pusat p~mcrintahannya di Mesir. Golong-an yang
timur dikenal sebagai kaUIll Syiah. yanl' tcrbanyak mcnetap di Iran dan sebelnh timur Irak,
Adanya aeara tabut di Pariaman mcnimbulkan du!!aan ten tang kehadiran Syiah di
kabau. (Lihat M.D Mansoerdari kawan-kawan, Sejaran MillQlfgkaball, jakarta, Bhrntara, 1970.

278
dalam ienisnya maupun dabm mclodinya. Mdodi dari darat mempunyai
empat nuda dan paling tinggi lima dengan mctrulll yang tidak tetap. Nada
penyanyi direntukan nada yang bisa dikcluarkan alat pengiringnya. A1at itu
antarn lain sailmg yang terbuat dan scruas bambu yang berukuran keliling
sekitar 2.5 em dan panjang sekitar 30 em dengan tiga lubang nada, yang
merupakan satu-satLInya alar riup. Cam meniupnya melalui salah satu uluran
bambu yang dipotong tanpabukllnya.Mcniupnya tidak terputus-putus karena
napas peniupnya terkonrrol dalam mulut hingga pipinya menggembung. Per­
napasan p'.:niupnya mcbllli hidung. Alat tiup lainnya. yakni .PtlJlIH bdltJl1g
f'lldi. tidak digunakan 1I11wk mengiringi nyanyian. Puput itu semata-mata
dig-unakan untuk mcngiringi perarakan karena suaranya png tinggi meleng-
Sedangbn di pesisir ditcl1lukan rcbll/l sebJgai s3tu-satunya alar gesek,
yang merupakan pengiring nyanyian yang utama. Sadan rebab dibuat dari
tempurung kelapa yang paling besar. Sehdah bagian permllbannya ditutup
dengan kulit kambing. Lehernya dari serUJS bambu. Di scpanjang leher dan
bad,1nnya yang klllit itu mercntang duo helai tali yang dapat disetel dengan
ajar pel'eg:mg pada kepala rehab dan sebuah kuda-kuda di atas kulit. A1at
penggeseknyajuga dari seraut bambu dan talinya diregang lang-sung oleh jari
pemain. Nada diatur oleh keempat jari kiri pada leher rehab. Suara penyanyi
juga ditentukan nada yang dapat dilahirbn rebab itu. A1at tiup lainnya ialah
flailS!. yang terbuat dari bambu yang lebih ked!, sekitar ['5 em besarnya.
Panjangnya kir,1-kira 20 em dengal1 buku bambunya pada salah satu ujungnya.
Ruas itl! dilubangi dengan ukuran sebesar lubang nada yang ada pada bambu
itu. lumlah lubang nadanya lima bu,~h. Lagu yang dihasilkannya s:mgat melo­
dius dan gaya lagunya melankolis. Bansi merupakan alat musik yang dapat

halnman 47-4$}. Tampnknya Md. Mansocr mengutip Onggang Parlindungan dalam buku­
nya Tun ..ku Raa, Nal1lun, Humka membantah tabut sebagai bukti adanya Syiah di Minangka­
bau. Kat3nya tabut itu dibuat seorang Cipai (Sipahi). tukang pani, di Pariaman yang pandai
membujuk emosi penduduk untuk bergotong-royong mengcluarkan uang gun3 biaya tabut
sebagai perillgatan utas terbulluhnya cucu Nabi Muhammad. (Lihtlt Hamka, Anrara Fakta dall
Khaya/ Tuallku Rao. Jakarta. Bulan Bintang. 1974. him. 117-11 S). Menurut sumberlain,
mungkin tabut mulai diperkenulkan orang Sipahi (Sepoys dari India) yang menjadi prajurit
Inggris pnda masa kekuasnan lnggris di p:mtai barne Minangkabuu sejak tahun 1795 sampai
tahun 1$24. Menurut dongengnya. ketib Husein tdah terbunuh. turunlah burung buraq
dar; Jangit lIntuk m~mb'lwa jenazah Husein itu dengan mem:15ukkan ke dalam sebuah
kerandJ yang dihinsi sangat indahnya. Seorang Sipahi menyclinup' mcmasuki keranda ieu.
Namlln, menjeiang sampai di langit dikctahui malaiknt yang mengiringi arak-arakan burung
buraq itu. Lalu arak-arak,m metnbawn jenazah itu turun lagi ke bumi dan setdah menge/uar­
kan orang Sipahi itu dari kcranda, burung buraq ieu kembali tcrbang ke langit. Malaikat
mcnyuruh orang Sipahi itu untuk menirukan upacara itu pada setiap bulan Muharram.
Itulah asal mulanya tabut. yang upacaranyn bukan saja terdapat di Pariaman. juga terdapat
di Bengkulll y~ng cukup lama di bawah kekuasaan lnggris.
279
melahirkan lagu yang paling indah dibandingkan dengan al~-alat lainnya.
Jenis alat pukul ialah talcmpol1g dan gel1dal1g. Ke~ua jenis alat karawitan ini
digunakan di seluruh Minangkabau. meskipun dengan jenis yang berbeda di
sana-sini. lenis talempong ada dua. yakni model saron dan gambang pada
gamelan. T erhadap model saron namanya tetap dipakai talempong. sedangkan
untuk model gambang dipakai berbagai maeam nama. seperti talempoHg $(lur,
t(llempol1g Unggan. talempol1g J(lO (lawa). dan ralempoHg Momol1gal1. Nama-nama
tambahan merupakan nama negeri asalnya. Cara memainkan talempong ada
dua macam. Yang pertama dengan cara menenteng dua atau tiga talempong
satu tangan. Dalam formasinya yang lengkap talempomr dimainkan
orang. Satu
mh~wa) yang mal<sUdnya bunYl yang
Satu orang menenteng dua talempong yang
(peningkah) yang mengatur irama. Sedangkan dua orang Iainnya
satu talempong yang bernama talempol1g betil1(1 yang bersuara tinggi dan
pong janean yang bersuara rendah. Keduanya bertugas sebagai pengiring. Cara
memainkan talempong seperti itu biasanya pada waktu perarakan. Cara me­
mainkan lainnya ialah dengan menggunakan standar yang berisi lima buah
talempong. Kedua belah tangan digunakan untuk memukulnya, baik untuk
melodi maupun untuk peningkah. Di daerah pesisir talempong lazim pula
dimainkan perempuan pada perjamuan perkawinan.
Talempong model gambang ada dua jenis. Yang disebut tillempol1g Saut
dibuat dari bambu sedangkan yang lainnya dari logam. Talempong ini diguna­
kan sebagai alat pengiring nyanyian atau tarian. _
Jenis gendang lebih banyak variasinya. Lebih-Iebih di daerah pesisir. Ada
gendang yang bersisi sebelah dan ada pula 'yang bersisi di kedua belah bad an­
nya. Yang berisi saW disebut il1dal1g. dengan ukuran diameter antara 20 em dan
25 em. Lazimnya indang digunakan bagi permainan debus atau pengiring dikir.
Yang lain dengan ukuran dua kali lebih besar disebut reDal1a. Rebana umumnya
digunakan untuk mengiringi nyanyian pada aeara agama Islam, antara lain
pada perarakan khatam Quran, yakni perayaan me1epas anak-anak yang telah
menamatkan A1quran. Pada dinding rangkanya diselipkan beberapa pelat
kuningan yang bundaI', sehingga ketika dipukul. suaranya berderi11l~. lenis
lainnya ialah (ansa yang eara memukulnya seperti
pawai. Hanya cara menggantungkannya seeara vertikal dan alat
dua helai rotan. Bunyinya tinggi sehingga mampu mengatasi
sampai dua belas buah gendang besar (tambur) pada perara~an ~abut.
Gendang yang mempunyai dua sisi ;1da yang dimainkan gCl1dal1g kelil1g yang
badannya panjang dan kedua kulit gendang pada sisinya tidak sarna besarnya
hingga bunyinya berbeda besarnya. A1at ini digunakan pada rnusik gamat.
Yang lain ialah gel1dtll1g (Ilbl4t. Ukurannya besar dengan diameter sekitar
280
40-,0 em. Cara memainkannya dengan menggantungkan pada tali yang diling­
karkan pada tengkuk pemain. Kedua sisi gendang dipukul dengan tangan kiri
dan kanan, memakai alat pemukul. Gendang tabut ini ada yang berukuran
lebih kedl dengan diameter sekitar :2, em. Mungkin adanya ukuran yang kedl
ini karena sulit memperoleh pohon kayu yang dapat dijadikan badan gelldang
itu.
Gendang di daerah darat yang bentuknya seperti indang dengan ukurannya
lebih besar, tetapi lebih keeil dari rebana, namanya adok.
Melodi lagu yang bersifat Minangkabau, terutama yang dibawakan peden­
dang rebab atau salung, pada umumnya tidak semenarik melodi yang dapat
dimuneulkan peniup bansi. Fungsi melodi pada rebab dan salung ialah sebagai
pengiring buah lagu yang didendangkan. Buah lagu itulah yang sebenamya
yang menjadi daya tarik utama bagi penggemamya. Buah lagu itu merupakan
pantun yang mengandung makna yang senantiasa dapat menyentuh sariubari
pendengamya, sehingga pendengar tidak jarang sampai memekik kegemasan
karenanya. Dalam pertunjukan permainan rebab atau salung, para pendengar­
nya dapat memesan buah lagu untuk didendangkan. Inilah yang menarik
minat penggemamya karena buah lagu yang dipesan itu merupakan saluran
perasaan yang tidak mungkin ia ungkapkan sendiri. T entu saja isinya pantun­
pantun yang romantis.
Nada yang dapat dicapai rebab dan salung itu sangat terbatas. Namun, oleh
pemain rebab atau salung diciptakan banyak melodi. Setiap melodi mempu­
nyai nama sendiri-sendiri. Dan nama-nama itu tidak menentukan isi lagu.
Misalnya, melodi yang dinamakan dasun tungga, isi lagunya bisa saja mengisah­
kan seorang jejaka yang hidupnya sangsai di rantau urang. Sedangkan maksud
atau pengertian dasun tungga itu ialah sebuah kiasan lama tentang keindahan
hidung seorang gadis yang molek.
Setiap pemain rebab atau pemain salung mempunyai kebiasaan membuat
nama berbagai melodi yang seolah-olah diciptakannya. PadahaL melodinya itu
sama atau mirip dengan melodi yang dibawakan pemain lain dan yang berbeda
hanyalah namanya saja.

Proses Pengembangan
Proses pengembangan kesenian di Minangkabau sejalan dengan proses
pengembangan kehidupan sosialnya. terutama setelah muneulnya pendidikan
sekuler dan pendidikan madrasah Islam. Mulai saat itu kesenian tradisional
dipandang sebagai produk kaum parewa, yang oleh kalangan pendidikan
sekuler dipandang sebagai kesenian kelas tidak berpendidikan, sedangkan oleh
kalangan madrasah dipandang sebagai kesenian orang yang ingkar. Golongan
sekuler sangat dipengaruhi musik Barat. Sedangkan pihak madrasah mengem-'
bangkan kesenian Islam yang mempunyai dua kutub orientasinya. yakni
281
golongan Mekah mengembangkan kesenian rebana. sedangkan golongan
sir mengembangkan gambus. Kesenian rebana lebih mengkhususkan kegiatan­
nya pada aeara yang bersifat syair keagamaan. seperti pada perayaan Maulud
Nabi. dan Khatam Quran. Kesenian gambus pada perayaan ulang tahun
sekolah dan organisasi dan bahkan juga pada pesta perkawinan. Kesenian
iHdaHg dan salawat du/aHg yang merupakan kesenian Islam dari zaman Aeeh di
pesisir tidak berarijak dan daerah Padang dan Panaman.
Lahirnya pendidikan nasionaJ. seperti INS Kayutanam yang dalam hal
pendidikan kesenian tidak menganut onentasi kesenian tertentu, memainkan
peranan besar dalam pengembangan kesenian di Minangkabau. Kesenian yang
semua berkutub-kutub itu menjadi berbaur di sekolah INS Kayutanam yang
diasuh M. Syafei itu. Kesenian yang pada mulanya merupakan alat pendidikan
aktif-kreatif membenkan berbagai kemungkinan, antara lain lahirnya tan
16 dan digunakannya nada diatonis untuk lagu-lagu tradisional sehingga
lagu-Iagu itu dimungkinkan untuk diiringi mllsik Barat dan dinyanyikan
bersama dalam bentuk koor.17
Kerja sarna sekolah INS Kayutanam dengan Diniyah Putn dan Madrasah
Irsyadunnas yang keduanya di Padang Panjang lebih mempereepat proses
pembauran kesenian yang hidup dalam masyarakat Minangkabau pada masa
itu. Ketika zaman Jepang. yang segala maeam kesenian yang berbau Barat
dilarang,kesenian MinangKabaU bam memperoleh wajah yang lain lagi. Ter­
utama kesenian gaya'baru itu demikian kerasnya menjalar ke desa-desa mela­
lui aktivitas sekolah atau aktivitas generasi muda yang berpendidikan di kota
yang pada masa libm pulang ke desa masing-masing. Hal inl menyebabkan
jurang antara ketiga peminat peminat kescnian itu sangat menipis.
kesenian "baru" itu belum sampai menjadi permainan rakyat sebagaimana
kesenian tradisional. la masih berada pada pentas kesenian sekolah sebagai
tontonan.
Kesenian sebagai permainan rakyat pada dasarnya belum beranjak
bawaannya yang tradisionaL Pcmbauran yang tclah dimulai sejak lama itu
rupa-rupanya hanya berlangsungdi bangku sekolah saja. Sedangkan di kalang­
an masyarakat sendin setiap kutub yang ada tetap di tempatnya masing­

16 Tari Lilin muncul karena faktor kebetulan. ketika sandiwara murid INS bermain pada ulang
"
tahun ke-IO sekolahnya. tahun 1936. tiba-tiba mesin listriknya macet. Sedangkan
bakal dipertunjukkan ketika itu ialah tari piring. Tanpa menunggu Iistrik menyala lagi.
piring yang akan dibawa menari dipasangilah lilin. Hasilnya di luar dugaan. Untuk selanjut­
nya tarian itu selalu ditampilkan pada setiap kesempatan.
'17 Lagu Minangkabau yang dinyanyikan bersama dalam bentuk koor terpengaruh bentuk
nyanyian murid-murid yang berasal dari Batak. Sedangkan sebelumnya lagu-lagu Minangka­
bau tidak pemah dinyanyikan bersama-sama. demikian juga lagu-Iagu Melayu.
282
masing. Meskipun demikian, pemahaman golongan "parewa", golongan "su­
rau", dan golongan "angku-angku" tidak lagi mengentara di permukaan kehi­
dupan sosial. 's

lS

musik tiup
arakan itu
musik Namun untuk
mem~riahbl1 hdat perkawinan atau acara tradisiona pernah dipakai musik
rcbana ,ltau gal!)bus yang tradisional Islam itu. Walauotlll sama.
283
· .'
DAFTAR BACAAN .

Abdul Gaffar. "Sebuah Tinjauan tentang Arsitektur Minangkabau", Seminar


Internasional Mengenai Kesusasteraan, Kemasyarakatan, dan Kebu~
dayaan Minangkabau, Bukittinggi, 1980.
Abdul Samad Idris, Datok. Hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembi/an dari
Scgi Scjarah dan Kebudayaan, Seremban, Pustaka Azaz Negeri, 1970.
Alfian. "Tan Malaka: Pejuang Revolusioner yang Kesepian", Manusia dalam
Kemelut Sejarah, Jakarta, LP,ES, 1979.
Arby Samah. Seni Ukir Tradisional Minangkabau, arsip Bidang Kesenian Kantor
Wilayah Dep. P. dan K. Provinsi Sumatera Barat, Padang.
Asmaniar Z. ldris. "Kerajaan Minangkabau Pagaruyung" Seminar Sejarah dan
Kebudayaan Minangkabau, Batusangkar, 1970.
Bahar Dt. Nagari Basa. Falsafah Pakaian Penghu/u, Payakumbuh, Eleonora,
1966.
Bahar Dt. Nagari Basa. Tambo dan Silsilah Adar Alam Minangkabau, Payakum­
buh, Eleonora, 1966.
Bank Nasional 40 Tahun, Bukittinggi, 1970.
Batuah, A Dt. dan A Dt. Madjoindo. Tambo Minangkabau, Jakarta, Balai
Pustaka, 1957.
Batuah Sango, Dt. Tambo Alam Minangkabau, Payakumbuh, Limbago, 1954.
Berg, c.c. Untasan Sejarah Majapahit, Indonesia !952
Boechari. An ol~~Malay Inscription of Sriwijaya at Palas Pasemah (South Lampungj,
285
Praseminar Penelitian Sriwijaya. Penelitian Purbakala Pening­
galan Nasional. Jakarta. (979.
Boestanul Arifin Adam. "Musik TrndisionaJ Minangkahau", HimpW11H1
dal1 Kertas Kerja ScmiHar Scjaran dllJ1 Kebliliayatilf MiHlmgkabaw cii Batusang­
kar, 1970.
Chidir ALi. Hukum Adar MiuaHgkabau da/am Ywrispmdel1si 111dol1esia, Jakarta.
Pradnya Paramita. 1972.
Daramin Dt. Madjo Indo nan Gadang. "Kedudukan Sungai di tengah
Lembaga Adat Minangkabau", Himpwl1al1 PY!l5araH dal1 Kcrras Semi-
Har Scjarat/ daH Kebudayalll1 Mil1aHgkabau cii Batusangkar. 1970.
Darwas, D. Dt. Rajo Malano. Pi/saflll AdM MiHaHgkaball. Yayasan Lembaga Studi
Minangkabau.
Darwis Thaib Dt. Sidi Bandaro. SclHI~ Bdul1 Ada!' lV1imlHglmbml. Bukittinggi.
Nusantara.1965.
Djawatan Penerangan Propinsi Sumatern Tengah. Propinsi TCHgah,
Bukittinggi.l(}S5.
Edwar Djamaris. "Tarnbo Min:lngkaball, Tinjauan Struktural". Seminar
nasional Mcngcnai Kesusastcraan. KClTIilsyarakatan d~lI1 Kebudayaan
Minangkabau, Bukittinggi 1980.
Ensildopedia Indonesia. BanduHg _. 'S-GrtJllcHagc, \>V, Vall Hoeve.

Ensiklopedi 1l1dof1l:sia (1), .la/mrra. ;entiar Bmu- Vtm Hoelle. 1980.

Gazalba."Pokok-Polwk PikiYlln tCl'ltIIl1g KOl1flik dmi PCl1ycsllaimi Al1tara Adat, Aga­


111tl, daH PCl1ganrn Rarat". HiHrpWl1tHl PmStlYllH dilli Kcrt(ls Kcrja Semil1ar Is/aHl
dt MiHtll1g/wbau, Padang, 1969.
Gunnwan, I. dan 1. Banunaek. "Peranan Faktor Sosial-Budaya dalam
Ganggllan-Gangguan Jiwa pada Orang Minangkab:m", Djilva. L 1968.
Hamka. Adar Mintll1gkabtlu MCHgl1adapi RcvoiJisi, Jakarta. Fa. Tebd, [963,
Hamka. Ajtlnku, Jakarta, Djajamllrni. 1960.
Harnka. Antam Fa/ua dall KhaYIl/
Hamka. Scjaran Isla141 dl SHI4JtlrCm, Medan. Pustaka Nasional. 1950.
KCH(lHg-Kcl1tlHgaH Hidlfp 1 Jakarta. Bulan Bil1tang. 1C)79.
Hamka. TCHggelaml1ya Kapal val1 dcr Wijc!l, Bukittinggi. Nusantara. 1966.
Hanafiah S.M, AM. TiJljtWal1 Adar MiHllI1gkllbau, Jakarta. 1970.
Himpul1aH Prasaran dal1 Kertas /(cria ScmiHar Islam tii Milfangkabau. Padang. 1969.
HimpUl1£1H Prasllral1 daH Kmas Kcrja SCll1illar Scjarair dall KebHdaY'lIlI1 MiHtll1glwbaw,
Batusangkar, 1970.
Himpul1al1 Ma/talan SemiHar Imerl1asioHal MCllgcHai KC5usasteraaH, Kemtlsyamkatal1,
Kcbudayaal1 Nlil1angkabaw. Bukittinggi, 1980.
Hurgronje. Snouck C. De Arjent'r5, Leidcn, EJ. Brill, 1893.
Hurgronje. Snouck C. Is/tim di Hilldia Bclal1da, Jakarta, Bhratara, 1973.
Ibenzani Usman. "Seni Ukir T radisional Minangkabau dalarn Konteks Adat
286
Istiadat", Seminar Internasional Mengenai Kesusasteraan dan Kebu­
daya~m Minangknbau, Bukittinggi, 1980,
Iskandar Kemal. "Beberapa Aspek dari Hukum Kewarisan Matrilineal ke
Bilateral di Minangkabau", lvlt'rtggali Huklmf Tal1al1 dart Huhml Waris
MinaHgl~abau, Padang. Center for Minangkabau Studies Press.
Suny. BUl1ga Rampai relf/allg Accl1. Jakarta, Bhratara, 1980.
"Hukum Waris dan Tanah dan Praktek-Praktek Pengadilan", Mertggali
H~il?Um TaMan Jal1 Hwkui1f Waris MintlHsrkabau, Padang. Center for Mi-

Imlpumm Prasaral1
Batusang-

A Specimell of Literatl~re of
Cell/ral S~imarra. . Cornell University, 1958.
Koentjaraningrat. Mtmusill dLHI KebudaYtitill di Illdollesia. Jakarta, Jambatan.
1971.
Madjelis Tahkim. Adar COJltrtl Islam. Mt1si Besar Plmij Sjarikat Islam Il1dortesia.
1934.
Mahmoed, St. BA dan A Manan Rajo Pangulu, Himprmal1 Tambo Mil1al1gkabau
dlll1 Buhti Sejaran, tanpa penerbit dan tanpa tahun.
Mahmud Junus. Sejara/l Is/am di Mit1af/glwbau (Sumatra Baral), Jakarta, AI Hida­
jah, 1971.
Mansoer, M.D.• dkk. Sedjaralt Millal1gkabau, Jakarta. Bhratara. 1970.
Maruhum Batuah. AM. Dt. dan H. Dt. Bagindo T anameh, Hukum Adat dall
Adat Minallgkabau. Jakarta. Pustaka Aseli. 1956.
Mattulada. "Minangkabau dalam Kebudayaan Orang Bugis-Makassar di Sula­
wesi Selatan", Seminar Internasional Mengenai Kesusasteraan, Kema­
syarakatan dan Kebudayaan Minangkabau. Bukittinggi, 1980.
Miral Manan. Atural! A/am: MeMl[ellal Kembali Adat A/am Milltillgkabau. (sten­

l1all~lral1au. Padang.

YltHallgkal1au. Yogyakarta. Gajah

Masel Kej~yaell1 Jakarta.


Bhratara. 1974.
Moens. J,L. Cl1vijaya, YtlVcl ell KlItai1a, TBG LXXVII. 1937.
Mohammad Hasbi. ''Talikerabat-T alikcrabat pada Kekerabatan Orang Mi­
nangkabau". Seminar InternasionaJ Mengenai Kesusasteraan, Kema­
syarakatan dan Kebudayaan Minangkabau. Bukittinggi, 1980.
Mohammad S?id. "Sej::uah Minangbbau dengan meminjam dan memper­
287
gunakan Karya Penulis Asing". Seminar Sejarah dan Kebudayaan Mi­
nangkabau. Batusangkar. 1970.
Mohaminad Sjafei. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta. CSIS. 1979.
Mohammad Zaino St. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Jakarta. Grafica..
Muhammad Amir. Bunga Rampai. Medan. 1938.
Muhammad Radjab. "Kesusasteraan Kaba di Minangkabau". Seminar Sejarah
dan Kebudayaan Minangkabau. Batusangkar. 1970.
Muhammad,Radjab. Perang Paderi. Jakarta. Balai Pustaka. 1954.
Muhammad Radjab. Sistem Kekerabatan di Minangkabau, Padang. Center for
Minangkabau Studies. 1969.
Muhammad Radjab. Tjatatan di Sumatera. Jakarta. Balai Pustaka. 1949.
Muhammad Yamin. Atlas Sedjarah. Jakarta. Djambatan. 1956.
Muhammad Yamin. Gajah Mada. Jakarta. Balai Pustaka. 1977.
Muhammad Yamin. 6000 Tahun Sang Saka Merah Putih. Jakarta. Balai Pustaka.
1956.
Muluk Nasution. A Pemberontakan Rakyat Silungkang. Sumatera Barat 1926­
, 1927. Jakarta. Mutiara. 1981.
Nasroen. M. Dasar Falsafah Adat Minangkabau. Jakarta. Bulan Bintang. 1971.
Navis. AA "Korelasi Agama Islam dan Adat Minangkabau dalam Pembangun­
an". Himpunan Prasaran dan Kertas Kerja Seminar Islam di Minangkabau.
Padang. 1969.
Navis. AA "Sastra tradisional Minangkabau". Himpunan Prasaran dan Kerras

Kerja Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau. Padang. 1970.

Navis. AA "Meninjau Masalah Adat Minangkabau dalam Novel Indonesia"

Budaya Jaya. No. 9911976.


Navis. AA "Kaba: Cerita Rakyat Minangkabau". Pertemuan Sastrawan Nu­
santara III. Kuala Lumpur. 198 l.
Navis. AA "Sekitar Kesenian Minangkabau T radisional" Pertemuan Seniman
se-Sumatera Barat. Padang. 1981.
Navis. AA ''Tingkah laku Gerakan Politik di Sumatra Barat" Seminar Interna­
sional Mengenai Kesusasteraan. Kemasyarakatan dan Kebudayaan Mi­
nangkabau. Bukittinggi. 1980.
Nooteboom. C. Sumatra dan Pelayaran di SanHfdera Hindia. Jakarta. Bhratara.
1972.
Optimis. Majalah no. 25/Februari 1982.
Pitono Hardjowardojo. R. Adityawarman. Jakarta, Bhratara, 1966.
Purbatjaraka. R. NG. Riwayat Indonesia I, Jajasan Pembangunan. 1952.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
1976.
Rasjid Manggis, M. Dt. Radjo Panghoeloe. Minangkabau, Sedjarah Ringkas dan
Adatnya, Padang, Sri Dharma, 1971.
288
Rush Amran. S!H11atera Barat hiHgga Plakat PaHjaHg, Jakarta, Sinar Harapan, 1981.

Sangguno Diradjo, Dt. Tambo Alam Mil1aHgkabau, Jakarta, Baiai Pustaka, 1954.

Sanusi Pane. Sejarah Il1doHesia II. Jakarta, Balai Pustaka, 1965.

Schriek, BJO. Pergolakan Agama di Sumatra Barar, Jakarta, Bhratara, 1973.

Slamet Muljana. Kumala, Sriwijaya dan SuwarHabhumi, Jakarta, Idayu, 1981.

Slamet Muljana. Nagarakertagama dal1 Ta/sir SejarahHya, Jakarta. Bhratara, 1979.

Soekmono. "Sekali Lagi tentang Lokasi Sriwijaya", Prasemil1ar PeHelitian Sriwi­


jaya, Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional, Jakarta,
1979.
Soekmono. "Tinjauan Sejarah Kuno Minangkabau Berdasarkan Peninggalan
Purbakaia", Himpul1al1 Prasaral1 dal1 Kertas Kdja Semil1ar Sejarah dan Kebu­
dayaan Mil1angkabau, Batusangkar, 1970.
Stoddard, L DUl1ia Barn Islam, Jakarta. Pembangunan, 1979.
Sjafnir Abu Nain, "Pakaian Adat Minangkabau", Seminar Intemasional Meng­
enai Kesusasterlian, Kemasyarakatan dan Kebudayaan Minangkabau,
Bukittinggi, 1980.
T oorn, J.L van der. Aanteekel1il1gel1 uit het Familielevel1 bij den Maleier il1 de
Padal1gsche Bovel1lal1den 1 & 11, 1817­
Umar Junus. "Kaba dal1 Sistem Sosial MiHal1gkabau: Suatu Problem", Semil1ar
1l1ternasional Mengel1ai Kesusasteraal1, Kemasyarakatal1 dal1 Kebudayaan Mil1al1gka­
bau, Bukittil1ggi, 1980.
Syed Ameer Ali, Api Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1978.
Wojowasito, S. Kamus Kawi - Il1dol1esia, CV. Pengarang.
Zuber Usman. "Fungsi dan Peranan Bahasa dan Sastra Minang dalam Kebu­
dayaan Lokai maupun Nasional", Himpul1al1 Prasaral1 dan Kertas Kerja
Semil1ar Sejarah dal1 Kebudayaal1 Mil1al1gkabau, Batusangkar, 1970.

Zuber Usman. Kesusasteraal1 Lama Il1dol1esia, Jakarta, Gunung Agung, 1957.

Zub.er Usman. "Orang Talang Mamak", Himpul1al1 Prasaral1 dal1 Kertas Kerja

Semil1ar Sejarah dal1 Kebudayaal1 Mil1aHgkabau, Batusangkar, 1970.

289
Indeks

A B
Ahhn<ivlllr, OiHlllti 15
bahi/ink kf!ck bnbiliak gadaug 71. 81

Muhammad 40, 42
badiklltl 274

Abdurrauf, Syckh 27

Aceh 21, 2-', 25 7

Ildaik bnbuhull ;t'lIIall 87


l'"iulo-j~ilo 7;

Aditiawannan 11,14-6
l'al1am!lo ballaiadilll! 60, 80, 172

adok 273
bilk I'iltll1/' umllg tHO-tuo 260

Agam, IU/II!k 3[, 33- 5,48, lOS, I H


l>a/nlr bubwlHg 174

Ahmad, Haji Abdulbh 39,40,42


bulairung 188,189,25.2.255

AhmadSYi,h, Sultan 18
Balapurra s

Ilk" 97
B'llun, Sutan 50

Alahan Panjang, !lagari 31. 33. n, >7


Dato Ri 2S

A/!IIM Miltllltgkllbau 59
Tnrab57, 58

A1amsyah, Sultan Bagagar 10, .2 3


Billlgkinang .l

A1amsyah, Sultan Muning 10, 3 I

Bank Nasional 43

a/nm tllkamb,w;! jatii ;!/lI'U 59, 6'l, 264

blll!)i 279, 281

Ali. Khatib 42

B;1I1tell 11

A1if, Maharaja 46

Bal1uh:lmpu, ,,,ku 122, 129

A1if, Raja 18

Ral'ak Warr<lll'lllf 41

AI if, Sultan 17, 18, 26

Rampi, T U311ku 31

Bllltj'1I1 Keto Pilialtg 57

BaniS J 5..24. 25. 27

Ambon 22

il'llil EIlfMt Bil/ai 17, 3 J. 57

Amo;!hapasa, arca 11, 15. 26


1'·Ffl'lrliflJl.\~ ]4:H

"""I.. ~ s
.1, ~~~!lb,'
1\",,,,
And;1;,::- ;.,
~Ijjl~,:; t'. 10 1 [.;, ; {"I, :::-, J7

Andol11o 24

>lllIgai 7, IS. 1S
tar,
Andomo di Saruaso 57

B,mvia li/fllf Jakarta


Ancsecritus 4

wl1do j<j9
!1rI!1 Dtlttlllg dMi LIlI!ik 50

17,36, 58

~O/Oijg/lff 264. 283


<; 5, 5(\

Anjing yan~ Muali~' 47


Bntu,nngkar ", 1 7

afillU gaHHfallg 153


Batllr'lh. Ibnu 10

Argyre lillll! K,)ta Petak


Iklldahara di Kampar 5S

Aryadamar /ihtH Aditiaw,mnan


5,,11I! 129

Arya Wangsadiraja IiIlIlt Aditiawarman


11

As-Salib, Sult'lI1 Malik 2,


54-7. '11, 123-5, 178

Aur, T u;mku Lubuk ,ll


B"di Cl11 iago, hdliYil)llI1 1.29. I·H, 168

Aziz. Khalifah Um;H bin Abdul 25


/1,,,,),)1. TU;1l1ku Imam .11. 34, 30

291
bUllng 115
Diniyah School 40. 42 '

Bukittinggi 34. 35 . .l7


,/ipatllllll 18

Bunda Kandung 46. 50. 5 I


Diponegoro. Pangeran 33. H

Bungsu. Tunn liltn! Adithlwarman


dul1dl'lI1g 106

Buo. kcmjamr 17. 19.28. 3S. 37. "7


dUSIIH 94

'Burhanuddin. Syekh 2b. 27

c E
Camin Taruilt Koro Piliang S8
Enggano. pulml 21

Candung 31

Canking, Itngari 27-9.31. 38


F
Cati Bilang Pandai 46. 47.50-2.54.57.250

eatllY rakrian 16

Fnnsuri. Syekh Hamzah 27

(ema 112
Fort de Kock 37

Cianjur 36. 37
Fort van der B. 37

Cindur Mato 51. 249. 273. 175

Cingkuk. I'll/all 23
G
CillO buto 198

glldllllg IH. 143

Cola, kerajaan 9. 10

Cud. Hlku 123


Gadan!!. Tuan 36. 37

eU/tIiI" Slelscl 37
gat/aug bagi/ia 144. 145

Cumati Koto Piliang 5$


ka)'lf gat/.1JJg bllltlll111Yo 7b. 81

g'ldallg /agtlll 76

cllpak 90

GadtIJl~ lIall Batllillllil 17. 58

diisi limbago diClttl"g US

Gadih~ Tuan 20

Gadis. Tunn ll. U

gadis t:adaJlg .2 10

D gadi5 g'ld: 2 10

Dalima. 511111/ 124


Gajah Mnda 12, 14-6. 26

Dalu-dalu 36
gajall maltMllf1i 174. 175

dampeang 268
Gajah T,mgga KOla Pi/inu;! 58

Dang Tuanku Ii/Jar Rumandung. Sutan


galauggaug 190

darmlljaksa ymtg benh/a 16


Gama. Vasco dn 21

Darmasraya 10-2. 26
gambus 282

Datuk Bandaro 31
Gandhara ;

Datuk Batuah. Haji 42


~ilJlfi lapik 198

Datuk Ketumanggungan 46. 50. 51. 54. 57.


Goa. Raja 18

92.122.175.250
g"ldcl1 IlIlmolles,- 4

Darllk Ifalf Salrdap DWlia 122. In. 129. 175


gOlJlt'1t pUClwk 209

Datuk Perpatih Ilan Sabatang 16. 26. 4('. 50.


Grcsik .2

51. 54. 57.92. 122. 175.250


Gudam. HIIIlI 1.23

Datuk Sutan Maharaja 41. 42


Guguk Sigandang 35

debus . 278. 280


Galung T uanku 31

Depang. Maharaja 47
Glinting. ua!~ari l2

dc/a sall/ak 107

Dewa Tuhan Pmpatih 16

Diaz. Thomas 19

H
Digul43
h'lbilt 'I'/'Iik balwrc/'1I111 140

Diniyah Putri 282


Harimau Campa 47

292

HarimaH Campil K,1(O Pi/ial1g 58


5, 37
HariUillllSdiaptlll 31

11"11
Hayam Wuruk 15. 16

ilt'rt<lllgg"lfd<1lfg 262

Hikaym Rajtl-Rilill Pas,' 26


Kapa u, /lagari 33

ral'allg IMIIl""I'" 12S

kiHgg<1i? IlIdJlCaktll!! Kapau, Tuanku 3t


hut/III laldl 15 I
Katiagan 33

/11110 98, 99

kmo Illaicr,'alig 161

I
karo IMYal1dak 107

llal'lng 24
kmo l1all ampdl .2 30

lIappai 27
kawin wakil 198

illd,lItg 278. 280. 2S2


Kcrinci 3

nmljll,lJ/ 17
Kcrtanegaru, Raja 10-2,

Indrapura 15. 17, 18.13


k.-Irk balfamo gadaug baga/a 132

Indraswari lillllf Petak Dara


Khaidir, Nabi 18

INS Kayumnam 43. 181


Khalifatullah, Sultan 18

Islam
Khatib, Syckh Ahmad 39. 41. 42

masuk Aceh 2t>


Kubuang Tigo Balch, luhak Mar Salok. kabu­

masuk Filipinn Sdamn 26


pat<?l1

Ill,lsuk Sulawesi SeI'ltan 28


Siam ~7

menyebar di Sumat.:ra BarM 26-8


Ileraiaall 5, 6

Ismail. 5yckh ~ S. -I I
Kulltu, 11t'r11jatlll 15, 26

hll','jf,lir I",ro 100

11II5uil: buill nyam 71

J Kuti. Pcmbcronrakan 14

Kutianyir.511lm 121, 125, 129

ii/lllf!.lwndwip,l

}'lbrra IS. 12-4

}alito. Induh SL)


L
Jamb'lk. sunil ID. 121. 129

Jambek, H,lii };Imil 19


L'>1I11H/i /filII B'ISdo 48, 5L)

Jamilan. Put; 5L)


/,III;l>lIug l'l'ok 109

Llmuri 15

11l1l/iglllll klllo 101

155

faHjtll' 177.17'>, ISO

Jayabtwan~ I I

l,nd! 55. 5{>

Jayana~'H<l I I. 14. 15

lorth Hall d'iO 55

Jayawisfluw'Hdani 15
Lawas. Tuallku Ladang 31

Dara I
Lelo. T uanku 3

Indah 50
Lho Scmawe 15

jula-jula 154
lima Kaum. Illigar; 55

limo Puluh Kow, !tlllllk 33-5. 48, 105

lint'llI, Tuanku 1~-31. 33, 34

K Ii"d, pam/tlu 174

Lokitawarman. Sri Maharaja 14

k,lva 143, 244, 251. 252, 165, 271, 173. 276


Luar, T uanku Padang 3 I

/IIlVall haii IIlallllill varak lIaii 72


Lubuk Alung 37

Lubuk Ambalau 34

kahuripa n I 5
Lufti. Mochtar 43

293
hlhLlk 104. 105. 229
.lktivis Illuda 42. 43 "

luhak Him riga 107. 123


osol lIllIl namn 52. S1

nspek pcrekonomion 149. 15e). 153-0

ospek wilo)'uh 53. 104. 105. 15 H

dikllas<ll Bclanda H. 36

M diklloS(li bum Paderi 32

Madagaskar 3. 24
etib hidup 65-8. 72. 73. 76

Madrasah lrsyadunnas '281


filsafat alam 59.60.78.79.255.256

mado kayu 182


filsafat manll5ia 6"-5. 69. 80-3. 95-S. 17C1.

Maharaja Basa lihat Datuk Ketumanggungan


257.258

Mahat. kaml'lIng 7
gaya bohasa ClS-lO,!. 229-1I. 246. 247

Majapahit. kcrajaan 11. 13


gelar 1 ~0·5

ekspedisi ke Pase 26
geraknn politik Islam 4 I. 41

sistem pemerintahan 16. 17


hnsutan kOlllllnis 38

Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alum Minilng.


hukum adat J 12-8

kabul! (MTKAAM) 43
kebudayailll lison 45.4('

Makassur 22
kckcrnbatan 22'-8

Malaei Colon 5
kescnian 281. 282

Malab. IWfa 2!
masuknY<l Islam 26-8. lc)

Malak•. Tun 42
mcnem,mg re)di P

l1IalaktJl1 ISO
rerang snudora 18-20. 2~

maltllH bnill!ll 20 I
pcmbaharu.1Il ajnron Islam 18-42

Hill/alVaH dlillill IIYtllIg 62. 69. n. 80. ~ 2


pcng.lruh asing 2H . .2t>4. 281. 282

10. 15
perdagangan masa voe IS. 19.22. 2l ..L!

pcrlawnnan tcrhadap Belanda 2l. 24. 34-7

sistcm kcma$ynrnk\ltilI1 09-71. 7-+~S, It''\("'I~q,


I I q. 120. 1<0. .2 5 8

mamal1 he/,11I,' Ilkk 251-'


,istcm keSlIkll'ln 111-7. 12<). 1<0

mnllCalIl11 rjtlll~ r/l<1 182


sistcm pcmcrintahan H-8. 94. 105. 106

Mandahiling. ,HilI! 121. U'. 1.:19


sist,'1n pcndidikan Islol11 -10

Manggopoh 37
lInd.lng-lindang 91-3. leN-12

Mungkudulll Ji sumanik ,7
waris;JIl I Sg .. 6:;
Hwljalang 203. 206
Miskin. Haji 2<1. W
Mansiangan. Tuanku 29-11. H. 11
MNO 2(,

'mallri 106
Mu'lIn Panns 17

,na.mi karrilfi 16
MlIJr'Hakus. c,mdi 7. 10

martll! lOS. In
MlIawiyah. Khalifah '24

Murapalam. bllkir B
Muda. Isk'lndar .2 l

maral'lI/ai 199-208. 269


Muhollllmdiyah 43

Mataram. kcrajaall S
Muhammadsyah. Sultan 18.13

Matur. uagari 34. 35


MlIko-Muko 18

MauHawarmadcwa fihal AllitilllVtlYlfllllf


MusL SlllIgili 7. S. W

M.niliaLV'lrmalf /0. 12

MclaYII. 5ukll 112-5. 12<)

Merapi. gU'"II1i! 26. 17. n. 48. 104


N
Meurah Silu fihar As-Salib. Sultan Malik
NII~aYi

Minang 52
Na~bL Pcmberontakan 14

>1,111 Tunggll Magck .Il1bllllg 274

adat 88-90. 179-8


NnpoleL'Il. Pcr~ng 20

294
nibd, '..:)7 $1

<;7 SIIIII1 112. 119

o I't-gllil~ ~(Idlli 1t."'I'I


Pclift!' Ked! 4 1

Pt'IHt'tiIlJllllI I ~~)
lq

p 11:;, 119, 141-<;

Pndnn)! 11, 24, 11, 12, Ill, Jt)


p'Hlt'1I1g'111 14,1.)

P'ld;ln~C.lI1cii I;
pid.lt,) ~'<'Il('blltlln 1:; 1, 2 q

Padan~ G;'Hlting. Ifil~tln 57


upllcllfa pCllobat.11l 14 5- 7

P'ld'lI1i1 Sibu';UK Il', 17


~'Cl1ghlllu plt(lIk 94

f"ld,lI1gp.mial1~ h" 4~
suku 10l'

P'ld~ri

1"\il1'll1~bb'HI 11
aspck >,'sial 210, 211. 111·9

Islam 2<), 11, l~

1I1l1<lt IHlklllll 19;·7

periaw'll1,m rcrh"dap Bd.lIlda 11-l'


mahM 20c', 20 I

Pa~'lruyung. kenlllMIt 10. 1S, It'. I tI-10, ,H. 24,


pCll1inung.m I <N, 200

4l', 5t1, 57, ')1. 107, 121


pcrjatnll<ln 2l1')

dikuas.li bUill 1';lcieri 12


pl,l'l 191-5

ll1'lsllknya Islam 16
t\lta·c:tr~ 1"~7-q. lOi-S. 2(19
plisar kcrajaan 3 I
P~rSatll'lll D;lg'ln~ Indonl?si,l (Persdi) 43

17,2~,29 P"rS<lruan Guru Agalna 42

f\'r,;lrU<ln Muslimill Indonesia (Permi) 43

n PerS;ltU'lll T;lrbiyah Islamiyah (Perri) 43

147
Pcrsatu<ln Ulnm<l Sumatcra 42 .f;

pcrut 1,1(,

Petak. Darn 1

10
Pinnwnll, Silk" 123

57. 58
Piobal1g, Haji 29

':ll11
1'1''/1111 IJaltjllllg 15

Sibt 19, 10, 33


Polo, Marco 25

I'fllldd", 20S. 10l'


POnl) lif1tll Burhanuddin. Syekh

l'tl1llbo 100. 101


Pr","!.>t; K"Illlduklllt Iluht 7

llflltilt"l1<li, 2St)
Pt t)loll1clIs. Claudius 4, 5

~ ; plllan~ kc m.lIllak 194

I'I"llfltgi;ck 1.1 S, 141


106

Pcrd'lm'linn Koro Piliang 58


pI"li 268'70, 179

pnrcw.l, gul<1Itglllf 2('4, 181,281


Koto Piliang 57

Pari.unan 23. n, 1 n
100

Pariaman Tiku 108


I'usji/~l' bdroil,1HiJ, 22(,
Parhll1gull 27, 4$
I''''''/:O Wld,IU 1(,2

Parrai Nasitll1allndoncsia (PNI) 41


1"'fIIll, 117

P.lS.lk KUllgkuang Koro Pililln\l 58

P'IS.1I11Un 11, 11. H


R
PllS'll11an, T u.lnkll IiIlIlI Lintal!, T lI;1nku
RKhbs 4

Pas~ J:;, 1('1 Raftll's, Thomas Stanford 20

295
Raja Adat 28. 57
~(lUtl/\ jllddrt."l .2 ~0
Raja Alam 57
;'1IIdOr,1 166

Raja Dun Sda 17


Sailg DcwaraY;l IiIwl Aditi.lIvarmnn

Raja Hitam 37
San~!!~H~ll11a\\'ij'lya. Sri Mah.u'ljn I\.'

Raja Ibadat 28. 57


Sanin!!b'lk'lL ll(I)!<lI'i ,$, 2B. 171, 170

Raja Muda 58
;,11,,11'/1 i!1 213, 224

Raja Putih 24
saptapatri J 7

Rajakacik 5 S
Sarckat Da~ang Islam 42

Rajapatni 15
Sarckat Us"ha -12

Raia Tiga Sila 17. 19.28. 57


Snribt Adm Alam Mil1\ln"kab'lll (SM'vI) -11

miD babaHdjaJlg W7, 175, 1710


S<1rikat Islam -! 2 . .; 3 •

mng Itmdo 20S


Sa TlU1SO. rI,'~nri 17. I g, 24. 57

Rangga Lawe, Pcmberomakan 14


sasaral1 1"0

rang/li,mg 1 S7
Sckolah Ad'lbiyah 40, -12

rantau 104, 105. 107. lOS


Scwatang. Patih 26

Rao 34
~i rillblll laiuh 167, 174. 176

rasa jo parcso n,
H. 76. 196
sidi lOS

Rasyod. Syahbilal 43
Si!!untllr 10, 15

rebana 280, 282


Sijangek 53

regent 36, 37
,ijo/'lIu;!, 27-1

renah. Tuanku nan 29. 30. B


3 I. 37

Rokan. sungar 15
266

ruang 174.177
2("lb
Ruhum 46

rllmon baalljlfllllg 175, 17()


Silungkang. ungllri 3g. 42. 58

r~mall baringkoh 175


SimabLIT.III1;!nri 32

rllmall gada"g
Simabur. Tuallku Ii/llu lsm,'il. Syekh

arsitektur 172
Simawung 20. 31. 32, 34, 58

aspek kekerabatan 223-b


Sillll'UrlfiR 51

fungsi sosial 176-8 1


;ill.Jin 2t>2

jenis 174, 175. 188. I sq


Sing,l$ari li/lIlr Majapahit

motif hiasan IS l'()


Sillgkarak. ,JIIII,lII 21.1

tata eara pcndirian 1S I· 3


Sin!!bwang liI,tH Singkuang

Rumal1dung. Sutan 50. 5 I


Singkuun!!. mkll 122. J2S. IN

Rllse nlln DlltnHg dari Lalli/! IiIwl D.1tllk KNU­


Sintl!k 18. 17

manggungan Sipisang H. lS

;irih dnl'lI11 ,-111'11110 12 S

,iraYa/ak 21>6

S salo" suku 122

Sabak 24
sofinisme -! I

Sadeng. Pcmberontakan 13
Solok. 1:'WIII,mOI 34. ,16, 37. 11.15

sad~1O 155, 156


Sri Maharaja Diraja 10.21.1,25. '16,50.53.54

Saldi. Anwar St. 43


Sriwijaya.l:cmjnnll 6. S. 10,2-1.25

Sailendra s
SUllYallg 165

safyo sakaro 76. 77


Sukarno 43

sake 158, 160


Sulit Air Hagan 58

sa/awat dU/llng 282


SlIluah Bendeng Koto Piliang 5 S

S310; SUk~f J 29
Sumanik. ungar! J 7. 29. 57

salung 275. 279. 28 J


Sumatera Thawalib 41-3

296
Surnpah Palapa 1~
Tiang BUllgkuk 5 I

Sumpur Kudus 17,2$,57


Tidor<:' 22

Sungai Jambu, IwgMi 58


Tiku 2~

Sungai Pagu 37
TiI;ttang. Hngari 33

Sungai Puar 34. 3S


timi ttlllllfUDnIIg 147

Sungai Tarab 17.14. 57. 58


Tribuanarap Mauliawarmadewa lillllr Aditia­
SIIYtlllfbi papck 107. 175. 176. 179
warman

Suran. Putri 18
/uillf hate' 99

surau 189
Tuan Kadi di Padang Ganting 57

till/II" I I I

TlIll)1gal. Khatib liltnt Bandang. Data Ri


sutan ws
IWtgg<llflti 106, 13 1. 180. 224

Sutan. Taher Marah 43


Tuo. Tuanku nan 29. 31

Suwarnabhumi. kcm;nnu 9. 10
flte' rtlt;ttJt 94

Suwarnadwipa 4. 5
rtf<1 IlllItf!'ltlfg 106

M. 43. 282
Tltl"li .I'lItillHg 27{>

$yarif. Pete lilfllt Boniol. Tuanku Imam


Tltrlli Mudll 42

T u
Tajadi. bukit 3 <,
Uh,kan 23.27. 28. 37

rnkarrai bllrn~inlt 76
ulayat 15 I. 152

Talang. gWHflfg 105


Jttltbutli: IImblli III

talibun 237
Ummayah. Dinasti 25

Tl1mbangan ,5
Ulldun)1-undutlg Ddnpun 109, 1 10

TambllSai. Tua!lku 3 t>


Undang-undan" Duu Belas 109. I! 1, !!2

Tan Tuah ,~
Du~ Puluh 89, 109

Tan,lh Datar. /llirtllllO. 31. .13-5. -IS. 105, 123


Luhak dan Ramau 89

Tane" 1-1
1-15. 14(1

Tandikat. gll/IIIIIS" 34
IfrtJllg
Tang. Di !lasti 15
lOWI\, ImY/lll\! I S 7

Tanjung, suI:!, LB. 114


Urdttg ttlltt 1I~t1l'ck 10(,

Barulak. IHlgl1ri 3 I
Usmaniyuh. Khalifah 30

tansa In. 1St1

Tapanuli 35

Tarantanl! G~hianl! H

ttlrllltlh 'I

THebt
Vt''''t'ttj~(1t- OOSI-ittdi;cltc Camptlgl1it' (VOO 22

T,lrckat Naksaba!ldiyah 3$-43

Tarebt Satariyah 27. 28. 39. 41

w
Tarebt Ul,lbn 38
Wahabi. knwl1 30

Tarcbt Wujlldiyah 1-1. 28


W'llmiki -I

telempong 269. 170. 271. 280


1t'lIri" b,liaU't'k 213

tcmbilan!l besi 159


mlrilt diitllt'ck 144. 145

UJt~~lll1g rtlSl) 7"" Waruyu. Tuan !i}wr Aditiawarman

Temate 22
Wijaya. Raden ! 1. 14. 15

Thaib. lalaludin -13


Wistlu. Raj<l S

Thawalib School 40
Wiswurupakumara. Mahamenteri 11

297
· .'
'"
".
,,:
,.;
..,.
,,:
...
~I
.,. -g'"

a: "" ~
'"'

".
~
'"
:r: -E
~....ci

~
E
00
>-:> '"'
-'" ~
J::. ->:: :;
>- ~ >-'" N N N

Anda mungkin juga menyukai