Anda di halaman 1dari 34

Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No.

XX, 20XX

https://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/
mudarrisa

Nilai-nilai Kesenian Gedruk dalam Interaksi Sosial


Anak di Lereng Andong Magelang

Tri Alfi Nur Fikri


UIN Salatiga, Indonesia
Email: alfifikri86@gmail.com

Maulina Isnaeni
UIN Salatiga, Indonesia
Email: maulinaisnaeni0@gmail.com

Copyright © 20xx Authors

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Abstract
Kekesenianan Gedruk merupakan bagian warisan kekesenianan yang
berkembang di kalangan masyarakat saat ini khususnya di lereng Andong
Magelang. Anggapan dari berbagai warga masyarakat bahwa kesenian
Gedruk mempunyai daya tarik sendiri untuk dinikmati, terlepas dari itu
kekesenianan ini sangat berpengaruh terhadap pola asuh pendidikan

11Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

sosial anak, hal itu dikarenakan banyaknya peminat untuk ikut menjadi
bagian grup kesenian Gedruk jadi selain penampil dewasa, pemain
banyak dari kalangan anak-anak.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui Nilai-nilai
Kekesenianan Gedruk dalam Interaksi Sosial Anak di lereng Andong
kabupaten Magelang tahun 2022.
Penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif, yaitu
mengandalkan manusia sebagai alat pengumpulan data utama yang
nantinya akan menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau data
lisan dari jawaban orang-orang melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu para pelatih
kekesenianan tari Gedruk yang melatih para anggota grup kekesenianan
tersebut.

Keywords: Kesenian Gedruk, Interaksi Sosial Anak

INTRODUCTION
Manusia merupakan makhluk sosial yang mana tidak dapat bertahan
tanpa manusia lain (Novasari & Suwanda, 2016). Maka perilaku manusia
dalam bersosial salah satu faktor penting yang perlu diberikan sedari
kecil, karena pada masa kecil adalah waktu yang tepat untuk membentuk
dasar perilaku manusia (Rohayati, 2018). Anak yang sudah berperilaku
cukup baik biasanya dipengaruhi oleh pola asuh orang tua (Wuryaningsih
& Prasetyo, 2022). Manusia saling membutuhkan dan saling berinteraksi,
yang mana membutuhkan suatu sikap yang baik dalam bersosialisasi.

22Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Tentunya anak memiliki hubungan dengan masyarakat sekitar.


Baik anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, para remaja, maupun
tetangga yang lebih tua di lingkungan tempat tinggal. Interaksi dengan
masyarkat sekitar dapat melalui anak yang aktif dalam komunitas. Di
Magelang Jawa tengah terdapat sebuah komunitas kesenian yaitu tari
Gedruk atau yang dapat disebut juga dengan tari Rampak Buto (Soimah,
2019). Kesenian Gedruk ini terlahir di lereng gunung Merbabu Jawa
Tengah. Namun masyarakat Magelang sudah tidak asing lagi dengan
kesenian satu ini yang hingga sekarang masih dijaga dan dilestarikan
oleh masyarakat sekitar.
Masyarakat di lereng Gunung Andong terdapat komunitas-
komunitas yang mempelajari kesenian tari Gedruk tersebut. Dengan
adanya komunitas-komunitas kesenian Gedruk di lereng Gunung Andong
Magelang sangat membantu anak-anak dalam bersosial dengan
sekitarnya. Yang mana biasanya anak-anak zaman sekarang telah
terpengaruh dengan adanya gadget yang dimiliki. Banyak anak-anak desa
yang ikut mempelajari kesenian tari Gedruk, salah satu banyaknya anak-
anak minat kesenian Gedruk karena gerakanya yang energik dan diiringi
musik yang bersemangat. Bentuk rasa cinta tanah air dalam melestarikan
kesenian tersebut dengan ikut menjadi bagian dari komunitas Gedruk, hal
itu dibuktikan dengan dukungan masyarakat sekitar.
Kesenian biasanya ditunjukkan pada acara-acara yang
diselenggarakan daerah. Namun kesenian tidak hanya untuk pertunjukan
saja, dapat juga berperan untuk pendidikan, ekonomi, dan sosial (Iryanto,
2022). Maka kesenian Gedruk tidak hanya sebuah ajang pertunjukan,

33Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

melainkan juga memiliki peran dalam masyarakat salah satunya terhadap


interkasi sosial anak. Kesenian Gedruk adalah seni tari tradisional yang
termasuk dalam kesenian tari berkelompok yang saat dalam penampilan
ditarikan oleh 8 sampai 9 penari dengan diiringi music secara langsung
menggunakan alat-alat music tradisional dan modern. Gerakan utama
kesenian tari Gedruk berupa hentakan-hentakan kaki yang berulang oleh
sang penari. (Mawadda, 2019; Sari dkk., 2020).
Dalam komunitas Gedruk dapat mendapatkan banyak sekali
manfaat yang baik untuk para anak yang bergabung. Mulai dari anak
yang waktu luangnya dimanfaatkan untuk berlatih kesenian, berinteraksi
dengan teman-teman, kerjasama dari kesesuaian penari dan pengiring
music, mendapatkan pengalaman, dan jika ada perselisihan dapat
mengatasinya secra kekeluargaan. Sehingga hal ini dapat membantu anak
untuk berhubungan sebaik mungkin dengan disekitarnya.
Berinteraksi sosial anak merupakan sebuah hal yang perlu dalam
bermasyarakat kaitanya dengan hubungan antara manusia dengan
manusia lain. Sebuah hubungan tersebut dapat meliputi hubungan satu
individu dengan individu lain, individu dengan komunitas maupun
komunitas dengan komunitas. Suatu hal yang terdapat dalam suatu
komunitas salah satunya ada solidaritas antar anggota atau dengan
sekitarnya. Sejalan dengan teori Emile Durkheim mengenai solidaritas
yang mana adanya kesetiakawanan social karena adanya pada perasaan
moral, kepercayaan, dan nilai.
Interaksi sosial anak yang dimaksudkan adalah perilaku anak
dalam menjalin hubungan bermasyarakat di lingkungan dimana ia

44Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

tinggal. Anak-anak yang mengikuti komunitas kesenian tari Gedruk


memiliki jalinan dalam masyarakat yang cukup baik. Oleh karena itu,
dalam tulisan ini peneliti ingin meneliti bagaimana kesenian tari Gedruk
dapat mempengaruhi interaksi sosial anak dalam bermasyarakat di lereng
Gunung Andong Magelang.

METHODS
Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Salah satu jenis penelitian yang dilakukan tidak menggunakan prosedur
statistic atau kuantifikasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
mendalam suatu data yang dideskripsikan dengan menganalisis dan
memberikan kesimpulan yang berlaku umum. (Sugiyono, 2015; Syahrum
& Salim, 2012). Penelitian ini dilaksanakan di lereng Gunung Andong
Desa Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Provinsi Jawa
Tengah Kode Pos 56194. Waktu penelitian ini pada bulan November
sampai dengan Desember 2022. Subjek pada penelitian ini adalah anak-
anak berusia 7 sampai 15 tahun di daerah lereng Gunung Andong yang
mengikuti komunitas kesenian Gedruk dengan sasaran mengetahui
hubungan sosial anak di masyarakat. Sumber data didapatkan melalui
observasi dan juga merupakan sumber data primer yang berisi gambaran
mengenai kesenian Gedruk oleh anak-anak di lereng Gunung Andong.
Kemudian sumber data sekunder didapat dari wawancara yang dapat
mendukung data primer dalam menyatakan hubungan sosial anak.
Sumber data primer dan data sekunder kemudian dianalisis dan
disimpulkan secara umum.

55Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

RESULT AND DISCUSSION


Result
Tari Gedruk atau rampak buto memiliki ikon yaitu monster yang
berbentuk buto raksasa yang mendiami gunung Merapi. Kata rampak
sendiri memiliki arti serempak, sedangkan Gedruk berarti hentakan kaki.
Nama kesenian ini menunjukkan gerakan tarian hentakan kaki bersama-
sama yang menggambarkan hentakan kaki raksasa. Dalam hal ini dari
setiap gerakan tari ini mengandung unsur kekompakan.
Tari Rampak Gedruk Buto biasanya menjadi kesenian tahunan
untuk memeriahkan perayaan tertentu. Buto digambarkan pada kostum
yang sangat menyeramkan dengan raut kemarahan. Simbol inilah
keyakinan lereng Andong akan kemarahan raksasa. Mengingat kerusakan
lingkungan di kawasan Gunung Merapi dan Merbabu memang cukup
parah. Diakibatkan oleh alih fungsi lahan konservasi menjadi lahan
pertanian dan permukiman dan penggunaan pestisida yang berlebihan.
Berkat keunikannya, Rampak Gedruk Buto selalu menarik
masyarakat untuk berdatangan dan menyaksikan. Tak hanya hiburan
semata, namun makna kemarahan buto dipertahankan menjadi sebuah
pelajaran menjaga alam. Layaknya sebuah tarian, Rampak Gedruk Buto
punya ciri khas gerakannya sendiri. Tak begitu rumit, hanya didominasi
dengan gerakan menghentakkan kaki secara beriringan. Hentakan kaki
diiringi dengan ayunan tangan, menggambarkan kemurkaan raksasa yang
gagah dan berkuasa.

66Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Pada kaki mereka terpasang busa dengan puluhan lonceng yang


menempel. Gemerincing suaranya memekakkan telinga memecah
keramaian. Berirama senada dengan hentakan kaki para penari Gedruk.
Diiringi lantunan irama kendang dan beberapa gamelan suara yang
berirama tersebut merupakan bentuk kekompakan para pemain. Dalam
penyajian kesenian tari Gedruk tidak hanya sekedar kesenian tari, namun
juga tersirat arti untuk menjaga alam.
Penyajian kesenian Gedruk yang berada di wilayah lereng
Andong yang mainkan oleh beberapa penari secara bersama. Tari ini
diiringi oleh musik yang menggunakan alat tradisional dan alat music
modern. Kesenian tari Gedruk masih sering ditampilakan pada acara-
acara pada daerah tersebut. Dalam menampilkan kesenian tari Gedruk ini
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranga:
1. Gerak
Gerakan dalam kesenian Gedruk memiliki pokok utama yang
memperagakan kemarahan buto. Gerakan-gerakan kemarahan
buto yang ditirukan dalam kesenian Gedruk diantaranya:
a. Gerak sabetan, sebuah gerakan tangan yang diayunkan seperti
pada wayang.
b. Gerak gedruk bumi, gerakan kaki yang berpusat pada
hentakan tumit kaki kanan pada bumi.
c. Gerak lampahan, berupa gerakan melangkah sekaligus
melompat.
d. Gerak ogek lambung, menggerakkan perut bagian bawah atau
pinggang kekanan dan kekiri.

77Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

e. Jengkeng, dimana lutut kanan diletakkan di lantai kemudian


tubuh bertumpu pada kaki kanan sedangkan lutung kiri
diangkat dengan menapak satu baris dengan lutut kaki kanan
juga jari kaki kiri nylekenthing, gerakan ini seperti ketika
sedang berlutut.
f. Sembahan,  gerak merendahkan kepala seperti ketika
menyembah untuk menghormati seorang raja.
g. Oglek tangan banda, gerak tangan yang dikepakkan secara
berulang-ulang.
h. Ogel-ogel maju mundur, kaki yang melangkah kedepan dan
kebelakang. 
2. Unsur Iringan
Instrumen yang digunakan untuk mengiringi gerakan seni tari
Gedruk  menggunakan alat-alat tradisional berupa seperangkat
gamelan Jawa dan alat-alat musik modern. Seperangkat alat
tradisional yang digunakan untuk mengiringi kesenian tari
Gedruk ada kendang, bonang, gong kempul, kethuk, slenthem,
demung, saron, gambang, gender, drum, dan gitar.
3. Tata Rias & Busana
Rias dalam kesenian tari Gedruk  untuk menggambarkan seorang
tokoh buto yang sedang marah, untuk mendukung riasan dalam
kesenian Gedruk ini penari juga menggunakan topeng yang
menyeramkan. Selain riasan, busana juga sangat berpengaruh
dalam mendukung pementasan tari Gedruk ini. Busana yang
digunakan  dalam tari Gedruk merupakan pakaian yang memiliki

88Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

warna mencolok seperti warna merah, kuning, hijau dan biru.


Selain pakaian ada juga untaian kain yang disebut sampur
kemudian ada hiasan uncal, dan juga rambut yang berada di
topeng buto.
4. Tempat Pementasan
Tempat yang digunakan untuk sebuah pertunjukan. Tempat
pertunjukan ini ada bagian area panggung dan proscenium. Area
panggung ini digunakan untuk tempat pertunjukkan dan
proscenium digunakan untuk persiapan rias para penari. Karena
dalam kesenian tari ini gerakan yang ditampilkan membutuhkan
tempat yang luas juga yang biasanya terdiri dari sepuluh penari,
maka dalam pementasan kesenian tari Gedruk ini biasanya berada
di lapangan.

Discussion
Nilai-nilai yang terdapat pada kesenian tari  Gedruk dapat membantu
interaksi anak dalam bersosial dengan masyarakat sekitar, yaitu:
1. Saling menghormati, melalui unsur gerakan pada kesenian tari
Gedruk terdapat gerakan sembahan yang mana diajarkan untuk
menghormati satu sama lain.
2. Kerjasama, dalam menyelaraskan gerak tarian membutuhkan
kerjasama tim untuk mencapai kekompakan dalam gerakan tarian.
3. Kebersamaan, contoh sikap yang menunjukkan rasa kebersamaan
para pemain yaitu ketika mereka dapat melakukan hal secara
bersamaan contohnya setelah selesai pementasan mereka akan
berkumpul dan makan bersama.

99Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

4. Komunikasi, ketika pementasan tentunya penari akan berinteraksi


dengan sesama penari maupun dengan penonton. Sesama penari
dapat saling berkomunikasi ketika pertunjukkan melalui gerakan-
gerakan tari yang telah dihafal selama latihan. Selain sesama
penari, komunikasi juga terlihat antara penari dengan penonton
berupa sorakan ketika para pemain mencapai puncak pementasan.
5. Kerohanian, sebelum dilakukan acara pementasan biasanya akan
diadakan doa bersama untuk meminta keselamatan dan
kelancaran.
6. Hiburan, ketika pementasan berlangsung anak-anak yang terlibat
dalam menampilkan tari akan merasa senang dengan mengenakan
riasan dan busana yang khas tari Gedruk. Juga ketika tampil di
panggung, penari merasa puas karena antusias dari penonton
dalam menikmati pementasan. 
7. Ekonomi, ketika pementasan banyak para pedagang yang
berjualan sehingga dapat mendukung kemajuan ekonomi UMKM
di lingkungan masyarakat tersebut.
Sikap solidaritas adalah suatu rasa kesetiakawanan yang berdasar
moral, kepercayaan, dan nilai. Rasa solidaritas yang dimiliki sesama
anggotanya memiliki rasa peduli, kesetiakawanan, kekeluargaan,
kekompakan, toleransi, dan tolong menolong. Anak yang mengikuti
komunitas akan memiliki solidaritas yang cukup tinggi.
1. Peduli, sikap kepedulian terhadap sesama teman juga muncul
dalam kesenian gedruk, sikap yang ditunjukkan anak terhadap
temanya sangat terlihat pada saat anak-anak latihan dan tampil.

1010Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Hal ini terlihat beberapa anak saling berbagi pada temanya ada
yang memberikan bekal snacknya ataupun memberikan minum.
Ketika ada anak yang terjatuh saat latihan ada juga yang sigap
memberikan pertolongan.
2. Kesetiakawanan, suatu kemauan untuk mampu bersatu dalam
sikap solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan saling peduli dan
berbagi yang dilandasi kerelaan, kesetiaan, toleransi, dan tidak
ada pemaksaan dalam membangun persaudaraan. Hal ini
ditunjukkan dengan contoh sikap dari anak-anak yang mana
mereka mau bersatu untuk menyamakan satu tujuan yaitu
keberhasilan suatu penampilan, mereka rela latihan berkali-kali
secara bersama bahkan sampai malam.
3. Kekeluargaan, dalam suatu komunitas sikap kekeluargaan
merupakan suatu keadaan dimana setiap anggotanya akan selalu
merasakan kebersamaan dalam setiap kegiatan, para pemain
gedruk selalu menanamkan sikap tersebut mereka tidak akan
membatasi siapapun yang mau bergabung tanpa membeda-
bedakan dari mana mereka berasal kebanyakan para pemain juga
berasal dari dusun lain jadi tidak hanya di dusun kesenian
tersebut.
4. Kekompakan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan
secara kelompok tanpa adanya kekompakan dan kerjasama suatu
tujuann tersebut tidak akan tercapai.
5. Toleransi, dengan keberagaman latar belakang dalam komunitas,
terdapat perbedaan misal ekonomi, gender, ras, suku, budaya, dan

1111Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

agama. Toleransi dalam hal agama, masing-masing akan


beribadah sesuai dengan jadwal dan waktunya tanpa
mengedepankan sebuah ide bahwa saat berlatih tidak boleh
berbarengan dengan hal lain. Hal tersebut akan menjadikan
kurangnya toleransi dalam beragama.
6. Tolong menolong, membantu sesama teman hanya semata-mata untuk
melaksanakan kewajiban saja, namun dapat mengasah naluri sebagai
makhluk sosial. Rasa ingin membantu teman sangat tinggi, hal ini
terlihat ketika ada teman yang salah gerakan saat latihan anak tersebut
membantu membenarkan, terlihat teman yang lainya pun juga ikut
membantu.

CONCLUSION
Conclusions is not a repetition of the findings and the discussions that
have been presented in the previous sections but instead lays out
implications of the results, weaknesses of the study, contributions of the
current research, and recommendations for future research. Currently, the
manual is structured to be used by prospective authors of the article in
this journal as a reference (implications). This guideline may not yet be
complete as expected by many parties (weakness). However, this would
hopefully be initial guidance sufficient at a time; meanwhile, many other
journal managers even do/have not to publish(ed) similar guidelines
(current contribution). Future guidelines drafting is expected to
complement this guide’s shortcomings and adjust with internationally
standardised article writing guidelines.

1212Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

ACKNOWLEDGMENT
This is a short text to acknowledge the contributions of specific
colleagues, institutions, or agencies that aided the efforts of the authors.

AUTHOR CONTRIBUTIONS STATEMENT


The Author Contributions Statement can be up to several sentences long
and should briefly describe the tasks of individual authors. Please list
only 2 initials for each author, without full stops, but separated by
commas (e.g. JC, JS). In the case of two authors with the same initials,
please use their middle initial to differentiate between them (e.g. REW,
RSW). The Author Contributions Statement should be included at the end
of the manuscript before the References.

REFERENCES
Scientific Journal Articles
Iryanto, N. D. (2022). Nilai-Nilai Moral dan Sosial pada Pertunjukkan
Seni Budaya Kesenian Barongan Sebagai Sumber Belajar Literasi
Budaya Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(2), 2931–2942.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2488
Novasari, T., & Suwanda, I. made. (2016). Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua terhadap Perilaku Sosial (Studi pada Siswa Kelas X SMKN 5
Surabaya). Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 03(04), 1991–
2005.

1313Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Rohayati, T. (2018). Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini.


Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 131–137.
https://doi.org/10.17509/cd.v4i2.10392
Sari, D. A., Supadmi, T., & Ramdiana. (2020). Instrumen Saron sebagai
Musik Iringan Tari Gedruk pada Sanggar Kridha Muda di Jagong
Jeget. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni
Drama, Tari Dan Musik Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala, 5(3), 149–157.
Syahrum, & Salim. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif. In R.
Ananda (Ed.), Citapustaka. Citapustaka Media.
Wuryaningsih, & Prasetyo, I. (2022). Hubungan Keteladanan Orang Tua
dengan Perkembangan Nilai Moral Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 3180–3192.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.2330
Book
Sugiyono. (2015). Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (22nd ed.).
Bandung: Alfabeta.
Thesis/Dissertation
Mawadda, A. I. (2019). Fenomena Kesenian Gedrug dalam Kehidupan
Masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kebupaten
Kendal Jawa Tengah. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Soimah, F. (2019). Pendidikan Agama Islam Kalangan Anggota
Kesenian Gedruk di Dusun Posong Desa Surodadi Kecamatan
Candimulyo Kabupaten Magelang. IAIN Salatiga.

1414Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

LAMPIRAN
INSTRUMEN WAWANCARA
“Nilai-nilai Pendidikan Sosial Anak pada Kesenian Tari Gedruk di
Lereng Andong Magelang”
Tri Alfi Nur Fikri 12020220011; Maulina Isnaeni 12020220018
A. Tujuan Wawancara

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui atau memperoleh


data yang relevan tentang nilai-nilai pendidikan sosial anak pada
kesenian tari Gedruk.
B. Pembahasan
1. Teori Agust Comte
Teori dinamika sosial
2. Teori Durkheim
a. Teori fakta social, yang mana anak ketika ada kegiatan
bersama masyarakat seperti galang dana, kerja bakti,
ataupun saat ketika ikut memeriahkan acara yang
diadakan oleh masyarakat dapat memicu kesadaran anak
dalam kegiatan bersama masyarakat.
b. Teori solidaritas, dalam komunitas anak akan merasakan
solidaritas yang juga dapat membentuk suatu moral
individu anak.
C. Batasan Wawancara
1. Aspek yang diamati
a. Nila-nilai sosial pada sejarah kesenian tari Gedruk

1515Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

b. Nilai-nilai sosial pada bentuk penyajian kesenian tari


Gedruk
c. Nilai-nilai pendidikan pendidikan sosial kesenian tari
Gedruk
2. Responden yang diwawancarai
a. Bapak Singgih sebagai pelatih tari Gedruk
b. Bapak Selamet sebagai pendiri dan sesepuh kesenian RRS
Rahayu Rukun Santoso
c. Bapak Suratno sebagai pelatih tari Gedruk
d. Ibu Dewi sebagai pelatih tari Gedruk
D. Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No Aspek Wawancara Inti Pertanyaan

1 Nilai-nilai sosial pada a. Alasan di ciptkan tari


sejarah Kesenian Tari Gedruk
Gedruk b. Unsur yang ada pada tari
Gedruk

2 Nilai-nilai sosial pada a. Gerak tari kesenian tari


bentuk Penyajian Gedruk
Kesenian Tari Gedruk b. Unsur iringan tari Gedruk
c. Tata rias dan busana tari
Gedruk
d. Tempat pementasan tari
Gedruk

3 Nilai-nilai Pendidikan a. Kekuatan Supranatural

1616Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Sosial Kesenian Tari


Gedruk b. Ajaran yang dapat di terima
melalui akal
c. Sikap moral individu
d. Sikap solidaritas
e. Dampak sikap sosial

E. Daftar pertanyaan
1. Bagaimana bentuk penyajian tari Gedruk?
2. Apa unsur yang terkandung pada tari Gedruk?
3. Musik atau iringan apa yang digunakan untuk mengiri tari
Gedruk?
4. Bagaimana bentuk penyajian riasan dan busana pada penari
Gedruk?
5. Dimana biasanya pagelaran kesenian tari Gedruk
dipentaskan?
6. Nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung di dalam tari
Gedruk?
7. Komunitas kesenian gedruk tentunya ada solidatiras yang
mendalam, solidaritas apasaja yang tertanam dalam individu
untuk diamalkan dalam bermasyarakat?

1717Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

HASIL WAWANCARA

A. Responden I (Singgih Prasetyo)


1. Mengapa diciptakan tari Gedruk?
“Alasan diciptakan tari Gedruk yaitu bermula dari tari jaranan
yang sudah sering dipertunjukan namun penonton merasa
bosan maka munculah ide para seniman untuk menciptakan
tarian yang baru yaitu tari Gedruk atau tari rampak buta.”
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Gedruk?
“Gerak tari gedruk merupakan pola-pola gerak dinamis
seorang penari, artinya tidak hanya serangkaian sikap tubuh
yang dihubung-hubungkan namun juga terdiri dari gerak terus
menerus yang membuat rangkaian gerak tari utuh,
3. Bagaimana unsur gerak yang terkandung pada tari Gedruk?
“Ada beberapa gerakan tari Gedruk yaitu gerak sabetan,
sabetan muter, sabetan srimpet, Gedruk bumi.
4. Musik atau iringan apa yang digunakan untuk mengiri tari
Gedruk?
“menggunakan alat musik tradisional”
5. Bagaimana bentuk penyajian riasan dan busana pada penari
Gedruk?
“untuk riasanya di buat menyerupai buto, memakai topeng”
6. Dimana biasanya pagelaran kesenian tari Gedruk
dipentaskan?

1818Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

“Di tempat yang luas, biasanya tanah kosong atau lapangan


yang ada di dusun yang mengundang”
7. Nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung di dalam tari
Gedruk?
a. Kemasyarakatan (dengan adanya pementasan masyarakat
berdatangan dan berkumpul bersama)
b. Gotong-royong (pementasan tari gedruk membutuhkan
arena panggung, biasanya panggung dibuat warga
bersama-sama)
c. Silaturahmi (dengan adanya pementasan tari Gedruk
kerabat dan keluarga berdatangan ikut serta menyaksikan
dan kumpul)
8. Solidaritas apa saja yang tertanam dalam individu setiap anak
yang mengikuti kegatan ini?
“Anak-anak kadang merasa ingin menonjol dibandingkan
teman-teman yang lain, namun kami para pelatih selalu
menekankan agar setiap penari harus kompak demi mencapai
keberhasilan tampilan yang baik”

B. Responden II (Slamet Priyanto)


1. Mengapa diciptakan tari Gedruk?
“Seorang pegiat seni rampak buto, mengatakan, tarian gedruk
ini merupakan seni tari yang kisahnya diambil dari Ramayana,
menceritakan tentang kemarahan buto.”
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Gedruk?

1919Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

“Tarian ini dimainkan oleh sekelompok orang memakai


kostum dan topeng buto. Permainannya sederhana dengan
menghentak-hentakan kaki ke tanah.”
3. Bagaimana unsur gerak yang terkandung pada tari Gedruk?
“gerak pada tari ini ada macam-macam diantaranya gerak
sabetan, gerak lampahan, gerak jengkeng”
4. Musik atau iringan apa yang digunakan untuk mengiri tari
Gedruk?
“Musik yang digunakan merupakan alat tradisional dan juga
modern”
5. Bagaimana bentuk penyajian riasan dan busana pada penari
Gedruk?
“dibuat yang menyerupai buto”
6. Dimana biasanya pagelaran kesenian tari Gedruk
dipentaskan?
“Di lapangan, dengan membuat panggung yang terbuat dari
bambu”
7. Nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung di dalam tari
Gedruk?
“Nilai-nilai sosial yang ada pada kesenian Gedruk
diantaranya, gotong royong, kekompakan makna dari tari
Gedruk adalah sebuah kekompakan, kekompakan seorang
penari Gedruk akan menciptakan sebuah gerakan yang indah
dan memanjakan mata.”

2020Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

8. Solidaritas apa saja yang tertanam dalam individu setiap anak


yang mengikuti kegatan ini?
“Kegiatan ini dapat mempererat sosial anak, dibuktikan
dengan.”
C. Responden III (Dewi Sulistiani)
1. Mengapa diciptakan tari Gedruk?
“Tarian Gedruk diciptakan sebagai simbol untuk
memeriahkan perayaan tertentu di Desa.”
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Gedruk?
“Jadi menurut saya Penyajian tarian ini menggunakan kostum
buto yang menggambarkan raut kemarahan sebagai simbol
keyakinan warga lereng andong akan kemarahan raksasa
akibat kerusakan alam, eksploitasi, pembukaan lahan akibat
ulah tangan manusia.”
3. Bagaimana unsur gerak yang terkandung pada tari Gedruk?
“Gerakan yang digunakan berdasarkan tokoh yang di angkat
menjadi tema yaitu buto, jadi gerakanya seperti kemarahan
buto”
4. Musik atau iringan apa yang digunakan untuk mengiri tari
Gedruk?
“Gamelan dan alat musik modern seperti drumb dan gitar”
5. Bagaimana bentuk penyajian riasan dan busana pada penari
Gedruk?
“Para peman tidak memakai make up bedak, hanya dibuat
yang mirip dengan buto seperti topeng yang dipakai”

2121Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

6. Dimana biasanya pagelaran kesenian tari Gedruk


dipentaskan?
“Di lapangan”
7. Nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung di dalam tari
Gedruk?
“Rasa persaudaraan, rasa kebersamaan dan rasa solidaritas.
Menurut beliau beberapa nilai tersebut ada karena adanya
pembiasaan berkumpul ketika latihan dan juga pertunjukan.”
8. Solidaritas apa saja yang tertanam dalam individu setiap anak
yang mengikuti kegatan ini?
“Sikap solidaritas yang terlihat di komunitas kesenian kami
ini diantaranya kepedulian terhadap teman, anak-anak juga
kompak saat latihan dan tampil”
D. Responden IV (Suratno)
1. Mengapa diciptakan tari Gedruk?
“Secara seni mungkin untuk kreasi, menyampaikan pesan “iki
lho wujud setan”. Secara filosofis, orang Jawa percaya bahwa
sesuatu yang tampak atau ditampakkan secara drastis mesti
membawa maksud tersembunyi dari Tuhan, misal beberapa
tahun yang lalu terdapat fenomena lampu tambler yang
dipasang dimana-mana kemudian semua orang sakit karena
Covid-19, mungkin jika Buto tidak jauh-jauh pasti
berhubungan dengan hal-hal yang instan.”
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Gedruk?

2222Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

“Dalam penyajian ada secara tradisional yang murni musik


klasik. Ada secara kontemporer menggunakan musik modern
seperti gitar elektrik, orgen, dll. Tetapi secara gerakan
sepertinya sama.”
3. Bagaimana unsur gerak yang terkandung pada tari Gedruk?
“unsur yang terkandung pada tari Gedruk adalah teguran
untuk orang-orang yang merusak lingkungan agar mereka
sadar dan kembali melestarikan alam, untuk gerakanya ada
beberapa yaitu lampahan, ogek lambung, sembahan, oglek
tangan banda, ogel-ogel maju mundur”.
4. Musik atau iringan apa yang digunakan untuk mengiri tari
Gedruk?
“Menggunakan alat tradisional diantaranya seperangkat alat
gamelan dan dilengkapi juga alat musik modern seperti gitar,
drumb dan piano”
5. Bagaimana bentuk penyajian riasan dan busana pada penari
Gedruk?
“memakai topeng yang menyerupai buto”
6. Dimana biasanya pagelaran kesenian tari Gedruk
dipentaskan?
“Tempat akan disediakan yang mengundang’
7. Nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung di dalam tari
Gedruk?
a. Memperkenalkan budaya kepada masyarakat, sehingga
masyarakat dapat saling mengatahui kesenian-kesenian

2323Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

yang ada juga tertarik dalam mempelajari kesenian


Gedruk.
b. Gotong-royong, dengan mengikuti komunitas akan
menciptakan rasa loyalitas yang mana akan saling bahu
membahu.
c. Persaudaraan, dengan mengikuti atau menggemari
kesenian Gedruk akan muncul rasa persaudaraan antar
sesama penggemar kesenian Gedruk.
8. Solidaritas apa saja yang tertanam dalam individu setiap anak
yang mengikuti kegatan ini?
“Mungkin yang didapatkan berupa sebuah solidaritas yang
dapat diterapkan dalam bermasyarakat, misalnya rasa
persaudaraan yang tinggi, saling peduli antar anggota,
kesetiakawanan, bekerjasama, dan lain sebagainya. Dapat
terlihat dari ketika membantu masyarakat ketika kerja bakti
dan juga bakti sosial.

2424Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden
1. Singgih Prasetyo adalah pelatih dari komunitas kesenian
Kompak Kreasi Budaya, yang lahir pada tanggal 5 Februari
1890 di Desa Kragilan Kecamatan Pakis, Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah. Pada awalnya bapak Singgih
belajar seni secara otodidak, namun ketika di bangku SMP
singgih dn teman-temanya belajar menari dengan guru tari
yang berasal dari Yogyakarta. Setelah beliau lulus sering
mengajak teman-temanya berlatih menari.
2. Slamet Priyanto merupakan pendiri sekaligus sesepuh
kesenian RRS Rahayu Rukun Santoso yang berada di Dusun
Kupen Desa Baleagung Jawa Tengah, beliau memulai
kesenian ini sejak tahun 2005 yang mulanya membuat grub
tari soreng kemudian berkembang sampai sekarang ada
Gedruk.
3. Suratno beliau juga seorang pelatih yang berasal dari Desa
Semimpen, Kecamatan Pakis kabupaten Magelang kesenian
ini bernama Bintang Muda, yang didrikan oleh bapak Yatno
pada tahun 2017 walaupun tari Gedruk belum menjadi tari
yang banyak diminati pada paguyuban ini namun tetap
berjalan.

2525Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

4. Dewi Sulistiani merupakan pelatih penari anak-anak yang


berasal dari Ngablak, beliau menari sudah sejak kecil dan
ditekuni hingga saat ini menjadi seorang pelatih.
B. Penciptaan tari Gedruk
Tari rampak buto atau Gedruk, lahir di Magelang Jawa
Tengah saat ini sudah berkembang sampai dengan Boyolali,
Semarang bahkan ke Sleman dan Yogyakarta. Ikon dari tari ini
adalah monster yang berbentuk buto raksasa yang mendiami
gunung Merapi. Warga lereng Andong percaya, dengan melihat
kerusakan alam yang merajalela akan memiicu kemarahan dari
raksasa. Namun bukan hanya sekedar kesenian arti yang
terkndung pada tari ini untuk menjaga alam yang tercurah pada
kesenian unik ini.

Tari Rampak Gedruk Buto biasanya menjadi kesenian


tahunan untuk memriahkan perayaan tertentuk. Buto digambarkan
pada kostum yang sangat menyeramkan dengan raut kemarahan.
Simbol inilah keyakinan lereng Andong akan kemarahan sang
raksasa. Mengingat, Kerusakan lingkungan di kawasan Gunung
Merapi dan Merbabu memang cukup parah. Diakibatkan oleh alih
fungsi lahan konservasi menjadi lahan pertanian dan permukiman
dan penggunaan pestisida yang berlebihan. Berkat keunikannya,
Rampak Gedruk Buto selalu menyedot masyarakat untuk
berdatangan dan menyaksikan. Tak hanya hiburan semata, namun
makna kemarahan Buto atau raksasa dipertahankan menjadi
sebuah pelajaran menjaga alam.

2626Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Layaknya sebuah tarian, Rampak Gedruk Buto punya ciri


khas gerakannya sendiri. Tak begitu rumit, hanya didominasi
dengan gerakan menghentakkan kaki secara beriringan. Hentakan
kaki diiringi dengan ayunan tangan, menggambarkan kemurkaan
raksasa yang gagah dan berkuasa. Pada kaki mereka terpasang
busa dengan puluhan lonceng yang menempel. Gemerincing
suaranya memekakkan telinga, memecah keramaian. Berirama
senada dengan hentakan kaki para penari Rampak Gedruk Buto.
Diiringi lantunan irama kendang dan beberpa gamelan.
Kata rampak sendiri memiliki arti serempak, sedangkan
gedruk berarti hentakan kaki. Nama kesenian ini menunjukkan
gerakan tarian hentakan kaki bersama-sama yang
menggambarkan hentakan kaki raksasa.
C. Nilai-nilai Pendidikan Sosial Tari Gedruk

Tari Gedruk atau rampak buto memiliki ikon yaitu


monster yang berbentuk buto raksasa yang mendiami gunung
Merapi. Kata rampak sendiri memiliki arti serempak, sedangkan
Gedruk berarti hentakan kaki. Nama kesenian ini menunjukkan
gerakan tarian hentakan kaki bersama-sama yang
menggambarkan hentakan kaki raksasa. Dalam hal ini dari setiap
gerakan tari ini mengandung unsur kekompakan.
Tari Rampak Gedruk Buto biasanya menjadi kesenian
tahunan untuk memeriahkan perayaan tertentu. Buto digambarkan
pada kostum yang sangat menyeramkan dengan raut kemarahan.
Simbol inilah keyakinan lereng Andong akan kemarahan raksasa.

2727Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Mengingat kerusakan lingkungan di kawasan Gunung Merapi dan


Merbabu memang cukup parah. Diakibatkan oleh alih fungsi
lahan konservasi menjadi lahan pertanian dan permukiman dan
penggunaan pestisida yang berlebihan.
Berkat keunikannya, Rampak Gedruk Buto selalu menarik
masyarakat untuk berdatangan dan menyaksikan. Tak hanya
hiburan semata, namun makna kemarahan buto dipertahankan
menjadi sebuah pelajaran menjaga alam. Layaknya sebuah tarian,
Rampak Gedruk Buto punya ciri khas gerakannya sendiri. Tak
begitu rumit, hanya didominasi dengan gerakan menghentakkan
kaki secara beriringan. Hentakan kaki diiringi dengan ayunan
tangan, menggambarkan kemurkaan raksasa yang gagah dan
berkuasa.
Pada kaki mereka terpasang busa dengan puluhan lonceng
yang menempel. Gemerincing suaranya memekakkan telinga
memecah keramaian. Berirama senada dengan hentakan kaki para
penari Gedruk. Diiringi lantunan irama kendang dan beberapa
gamelan suara yang berirama tersebut merupakan bentuk
kekompakan para pemain. Dalam penyajian kesenian tari Gedruk
tidak hanya sekedar kesenian tari, namun juga tersirat arti untuk
menjaga alam.
Penyajian kesenian Gedruk yang berada di wilayah lereng
Andong yang mainkan oleh beberapa penari secara bersama. Tari ini
diiringi oleh musik yang menggunakan alat tradisional dan alat musik
modern. Kesenian tari Gedruk masih sering ditampilakan pada acara-

2828Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

acara pada daerah tersebut. Dalam menampilkan kesenian tari Gedruk


ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranga:
1. Gerak
Gerakan dalam kesenian Gedruk memiliki pokok utama yang
memperagakan kemarahan buto. Gerakan-gerakan kemarahan
buto yang ditirukan dalam kesenian Gedruk diantaranya:
a. Gerak sabetan, sebuah gerakan tangan yang diayunkan seperti
pada wayang.
b. Gerak gedruk bumi, gerakan kaki yang berpusat pada
hentakan tumit kaki kanan pada bumi.
c. Gerak lampahan, berupa gerakan melangkah sekaligus
melompat.
d. Gerak ogek lambung, menggerakkan perut bagian bawah atau
pinggang kekanan dan kekiri.
e. Jengkeng, dimana lutut kanan diletakkan di lantai kemudian
tubuh bertumpu pada kaki kanan sedangkan lutung kiri
diangkat dengan menapak satu baris dengan lutut kaki kanan
juga jari kaki kiri nylekenthing, gerakan ini seperti ketika
sedang berlutut.
f. Sembahan,  gerak merendahkan kepala seperti ketika
menyembah untuk menghormati seorang raja.
g. Oglek tangan banda, gerak tangan yang dikepakkan secara
berulang-ulang.
h. Ogel-ogel maju mundur, kaki yang melangkah kedepan dan
kebelakang. 

2929Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

2. Unsur Iringan
Instrumen yang digunakan untuk mengiringi gerakan seni tari
Gedruk  menggunakan alat-alat tradisional berupa seperangkat
gamelan Jawa dan alat-alat musik modern. Seperangkat alat
tradisional yang digunakan untuk mengiringi kesenian tari
Gedruk ada kendang, bonang, gong kempul, kethuk, slenthem,
demung, saron, gambang, gender, drum, dan gitar.
3. Tata Rias & Busana
Rias dalam kesenian tari Gedruk  untuk menggambarkan seorang
tokoh buto yang sedang marah, untuk mendukung riasan dalam
kesenian Gedruk ini penari juga menggunakan topeng yang
menyeramkan. Selain riasan, busana juga sangat berpengaruh
dalam mendukung pementasan tari Gedruk ini. Busana yang
digunakan  dalam tari Gedruk merupakan pakaian yang memiliki
warna mencolok seperti warna merah, kuning, hijau dan biru.
Selain pakaian ada juga untaian kain yang disebut sampur
kemudian ada hiasan uncal, dan juga rambut yang berada di
topeng buto.
4. Tempat Pementasan
Tempat yang digunakan untuk sebuah pertunjukan. Tempat
pertunjukan ini ada bagian area panggung dan proscenium. Area
panggung ini digunakan untuk tempat pertunjukkan dan
proscenium digunakan untuk persiapan rias para penari. Karena
dalam kesenian tari ini gerakan yang ditampilkan membutuhkan
tempat yang luas juga yang biasanya terdiri dari sepuluh penari,

3030Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

maka dalam pementasan kesenian tari Gedruk ini biasanya berada


di lapangan.
D. Nilai-nilai yang terdapat pada kesenian tari  Gedruk dapat membantu
interaksi anak dalam bersosial dengan masyarakat sekitar, yaitu:
1. Saling menghormati, melalui unsur gerakan pada kesenian tari
Gedruk terdapat gerakan sembahan yang mana diajarkan
untuk menghormati satu sama lain.
2. Kerjasama, dalam menyelaraskan gerak tarian membutuhkan
kerjasama tim untuk mencapai kekompakan dalam gerakan
tarian.
3. Kebersamaan, contoh sikap yang menunjukkan rasa
kebersamaan para pemain yaitu ketika mereka dapat
melakukan hal secara bersamaan contohnya setelah selesai
pementasan mereka akan berkumpul dan makan bersama.
4. Komunikasi, ketika pementasan tentunya penari akan
berinteraksi dengan sesama penari maupun dengan penonton.
Sesama penari dapat saling berkomunikasi ketika
pertunjukkan melalui gerakan-gerakan tari yang telah dihafal
selama latihan. Selain sesama penari, komunikasi juga terlihat
antara penari dengan penonton berupa sorakan ketika para
pemain mencapai puncak pementasan.
5. Kerohanian, sebelum dilakukan acara pementasan biasanya
akan diadakan doa bersama untuk meminta keselamatan dan
kelancaran.

3131Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

6. Hiburan, ketika pementasan berlangsung anak-anak yang


terlibat dalam menampilkan tari akan merasa senang dengan
mengenakan riasan dan busana yang khas tari Gedruk. Juga
ketika tampil di panggung, penari merasa puas karena antusias
dari penonton dalam menikmati pementasan. 
7. Ekonomi, ketika pementasan banyak para pedagang yang
berjualan sehingga dapat mendukung kemajuan ekonomi
UMKM di lingkungan masyarakat tersebut.
Sikap solidaritas adalah suatu rasa kesetiakawanan yang berdasar
moral, kepercayaan, dan nilai. Rasa solidaritas yang dimiliki sesama
anggotanya memiliki rasa peduli, kesetiakawanan, kekeluargaan,
kekompakan, toleransi, dan tolong menolong. Anak yang mengikuti
komunitas akan memiliki solidaritas yang cukup tinggi.
1. Peduli, sikap kepedulian terhadap sesama teman juga muncul
dalam kesenian gedruk, sikap yang ditunjukkan anak terhadap
temanya sangat terlihat pada saat anak-anak latihan dan tampil.
Hal ini terlihat beberapa anak saling berbagi pada temanya ada
yang memberikan bekal snacknya ataupun memberikan minum.
Ketika ada anak yang terjatuh saat latihan ada juga yang sigap
memberikan pertolongan.
2. Kesetiakawanan, suatu kemauan untuk mampu bersatu dalam
sikap solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan saling peduli dan
berbagi yang dilandasi kerelaan, kesetiaan, toleransi, dan tidak
ada pemaksaan dalam membangun persaudaraan. Hal ini
ditunjukkan dengan contoh sikap dari anak-anak yang mana

3232Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

mereka mau bersatu untuk menyamakan satu tujuan yaitu


keberhasilan suatu penampilan, mereka rela latihan berkali-kali
secara bersama bahkan sampai malam.
3. Kekeluargaan, dalam suatu komunitas sikap kekeluargaan
merupakan suatu keadaan dimana setiap anggotanya akan selalu
merasakan kebersamaan dalam setiap kegiatan, para pemain
gedruk selalu menanamkan sikap tersebut mereka tidak akan
membatasi siapapun yang mau bergabung tanpa membeda-
bedakan dari mana mereka berasal kebanyakan para pemain juga
berasal dari dusun lain jadi tidak hanya di dusun kesenian
tersebut.
4. Kekompakan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan
secara kelompok tanpa adanya kekompakan dan kerjasama suatu
tujuann tersebut tidak akan tercapai.
5. Toleransi, dengan keberagaman latar belakang dalam komunitas,
terdapat perbedaan misal ekonomi, gender, ras, suku, budaya, dan
agama. Toleransi dalam hal agama, masing-masing akan
beribadah sesuai dengan jadwal dan waktunya tanpa
mengedepankan sebuah ide bahwa saat berlatih tidak boleh
berbarengan dengan hal lain. Hal tersebut akan menjadikan
kurangnya toleransi dalam beragama.
6. Tolong menolong, membantu sesama teman hanya semata-mata untuk
melaksanakan kewajiban saja, namun dapat mengasah naluri sebagai
makhluk sosial. Rasa ingin membantu teman sangat tinggi, hal ini
terlihat ketika ada teman yang salah gerakan saat latihan anak tersebut

3333Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

membantu membenarkan, terlihat teman yang lainya pun juga ikut


membantu.

3434Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. XX, No. XX, 20XX

Anda mungkin juga menyukai