Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA KD 3.2 Menganalisis Kebahasaan Cerita atau Novel Sejarah.

Membaca Teks Cerita Sejarah


Ringkasan Cerita Sejarah
Judul : Damarwulan : Retaknya Mahkota Majapahit
Penulis : Zhaenal Fanani
Penerbit : DIVA Press
Tahun terbit : 2014 (Cetakan Pertama)
Jumlah halaman : 335 halaman

Cerita sejarah ini terdiri atas 29 bab dan mengisahkan tentang pergolaan yang terjadi di
Majapahit. Cerita sejarah ini menceritakan kembali sejarah besar Majapahit yang tergerus dalam
lingkaran kekuasaan dan selalu menghadirkan tokoh-tokoh legendaris sekaligus tokoh pengkhianat
yang akhirnya membawa kerajaan besar ini ke puncak keruntuhannya, Berikut ini adalah ringkasan tiap
bab dari cerita sejarah Damarwulan: Retaknya Mahkota Majapahit.
Bab Judul Ringkasan
1. Mendung di Langit Bagian ini dibuka dengan kekhawatiran Raja Majapahit, Sri Tiktawilta
Majapahit Nagareswara Sri Rajasanagara – Dyah Hayam Wuruk Bhatara Sri
Rajasanagara – terhadap kondisi kerajaannya yang saai ini terbagi
menjadi dua, yaitu Kedaton Barat yang berada di bawah kekuasaan
Dyah Hayam Wuruk dan Kedaton Timur yang dipimpin oleh Raden Kuda
Merta Sri Wijayarajasa.
2. Kedaton Timur Menceritakan keadaan di Kedaton Timur, yang dibuka dengan
pertemuan antara Sri Wijayarajasa dengan utusan dari Kedaton Timur,
Dang Arcya Srigna, yang berakhir dengan gagalnya pembicaraan
tentang upaya pemersatuan kembali Kerajaan Majapahit. Di samping
itu, diceritakan pula upaya Sri Wijayarajasa untuk menjadi Raja
Majapahit yang ia awali dengan mendirikan Kedaton baru dan
merangkul anak lelaki Dyah Hayam Wuruk dan selir Rabihaji yang
sekaligus adalah anak angkatnya, Wirabhumi.
3. Harapan yang Tak Sri Wijayarajasa mangkat dan anggapan Dyah Hayam Wuruk bahwa
Mewujud Wirabhumi akan menyudahi perselisihan antara kedua Kedaton tidak
terwujud tatkala mendengar kabar bahwa Wirabhumi hendak
memindahkan pusat pemerintahan Kedaton Timur ke Blambangan.
Suatu hal yang akan semakin memperlebar jarak pemersatuan kedua
Kedaton. Ia pun memerintahkan Mahapatih Gajah Enggon untuk
menemui Wirabhumi di Kedaton Timur. Sayangnya, pertemuan
keduanya belum berhasil untuk mencegah niat pindahnya Wirabhumi
ke Blambangan.
4. Pasewakan di Seperginya Mahapatih Gajah Enggon dari Istana Keraton Timur,
Tengah Rinai Wirabhumi mengumpulkan para petinggi Kedaton Timur yang ia
Gerimis percaya untuk mengumumkan bahwa ia akan berangkat menuju
Blambangan secara rahasia. Di sisi lain, mata-mata Gajah Enggon
melaporkan bahwa ada sekelompok orang yang meninggakan istana
Kedaton Timur secara diam-diam. Meskipun tidak melihat keberadaan
Wirabhumi, telik sandi sang Mahapatih pun pergi menuju Blambangan.
5. Arya Damarwulan Bagian ini dimulai dengan pertemuan Mahapatih Gajah Enggon dengan
Bhre Paguhan, Aji Ratna Pangkaja Dyah Prameswara atau yang lebih
dikenal dengan Arya Damarwulan. Gajah Enggon berharap agar
Damarwulan dapat membantunya berbicara pada Dyah Hayam Wuruk
mengenai masalah dengan Wirabhumi. Selain itu, pada bagian ini
diceritakan pula ketertarikan Arya Damarwulan dengan Putri Sri Dyah
Kencana Wungu, putri cantik jelita yang merupakan putri dari
Wikramawardhana, menantu Dyah Hayam Wuruk dan Dyah

Bab Judul Ringkasan


Kusumawardhani, serta putri dari Dyah Hayam Wuruk dan Permaisuri
Sri Sudewi Padukasari.
6. Pesan Rahasia Permintaan Wirabhumi untuk menjadi putra mahkota Majapahit tidak
dapat dikabulkan oleh Dyah Hayam Wuruk. Akan tetapi, pembicaraan
sanga Raja dengan Dang Arcya Srigna dan Dang Arcya Agreswara
membuahkan sebuah solusi yang diharapkan mampu mempersatukan
Kedaton Barat dan Kledaton Timur. Wirabhumi dan Dyah
Kusumawardhani akan diangkat menjadi putra mahkota, sehingga kelak
keduanya akan bersama menduduki Takhta. Di sisi lain, Gajah Manguri
yang mengincar kedudukan Gajah Enggon sebagai Mahapatih tengah
mempersiapkan sebuah rencana untuk menggulingkan jabatan Gajah
Enggon. Adapun di Kedaton Timur, dua orang utusan datang
membawakan sebuah pesan tertulis yang menurut mereka datang dari
Dyah Hayam Wuruk. Sayangnya, pesan tersebut tidak dapat
disampaikan karena Wirabhumi sudah tidak berada di istana.
7. Sang Mahapatih di Wirabhumi yang telah sampai di Blambangan , disambut rakyatnya
Ujung Tanduk dengan suka cita dan diberi julukan Menak Jingga. Para petinggi yang
datang bersamanya terkejut melihat kedatangan dua utusan dari
Kedaton Barat. Kedua utusan tersebut, Tulup Watang dan Kuda
Kedhapan. Mereka bersikeras untuk memberikan pesan yang mereka
bawa langsung kepada Wirabhumi. Ternyata, keduanya datang dengan
membawa niat yang tidak baik.
Setelah mereka berdua yakin dengan pasti keberadaan Wirabhumi,
prajurit Kedaton Barat yang datang diam-diam pun segera menyerang.
Pertempuran tak terelakkan pun terjadi. Pertempuran berakhir dengan
kekalahan pasukan musuh. Pada akhir pertempuran ini, diketahui pula
bahwa pesan tertulis itu sebenarnya telah dilumuri dengan racun
mematikan.
8. Majapahit berduka Arya Damarwulan sampai ke istana dengan disambut berita sakitnya
Dyah Hayam Wuruk. Di sela-sela menunggu sang raja bersama Sri Dyah
Kencana Wungu, Arya Damarwulan pun juga menyempatkan berbicara
dengan Gajah Enggon. Ia pun diberitahu perihal adanya pihak-pihak
yang ingin menyingkirkannya dari jabatan Mahapatih. Pada akhir bab
ini, penyakit sang raja tidak kunjung sembuh dan pada akhirnya Dyah
Hayam Wuruk pun mangkat.
9. Harapan Baru Sang Kedaton Barat dirundung kekosongan kekuasaan. Dalam Pertemuan
Raja Baru dengan para petinggi Kedaton Barat, Gajah Manguri mendorong agar Sri
Wikramawardhana, menantu Dyah Hayam Wuruk dan suami Putri Dyah
Kusumawardhani, diangkat menjadi raja. Setelah terjadi perdebatan,
akhirnya Raden Gagaksali Sri Wikramawardhana pun dinobatkan
sebagai Raja Majapahit.
10. Hijrah ke Percobaan pembunuhan Wirabhumi yang gagal ditambah lagi dengan
Blambangan berita pengangkatan Sri Wikramawardhana sebagai Raja Majapahit
menggantikan Dyah Hayam Wuruk membuat Wirabhumi segera
memindahkan seluruh anggota istananya ke Blambangan.
11. Hadiah yang Tak Utusan Wirabhumi datang ke istana Kedaton Barat membawa hadiah
Tersampaikan berupa dua kepala Tulup Watang dan Kuda Kedhapan. Kedatangan
hadiah ini diketahui oleh Gajah Manguri yang memerinahkan seluruh
prajurit untuk merahasiakannya. Sementara itu, Mahapatih Gajah
Enggon cemas mendengar kabar masih hidupnya Wirabhumi dari
rencana pembunuhan yang ia rencanakan.

Bab Judul Ringkasan


12. Mundurnya Sang Dalam pertemuan petinggi Majapahit, Gajah Manguri melaporkan
Mahapatih bahwa Kedaton Timur sudah mulai bersiap akan melakukan
penyerangan. Gajah Enggon pun akhirnya berterus terang bahwa
rencananya untuk membunuh Wirabhumi tanpa sepengetahuan Dyah
Hayam Wuruk lah yang menjadi penyebabnya. Hal ini kemudian
berimbas pada pengunduran diri Gajah Enggon sebagai Mahapatih
Majapahit.
13. Sang Ratu Turun Setelah setahun lamanya, akhirnya istana Kedaton Timur di Blambangan
Tangan pun telah berdiri megah. Wirabhumi pun telah memulai rencana
penyerangan terhadap Kedaton Barat. Sementara itu, Dyah Kusuma-
wardhani yang selama ini tidak ikut campur dengan masalah
pemerintahan, menemui Gajah Enggon di kediamannya dengan
ditemani oleh Damarwulan. Ia mengutus Gajah Enggon untuk secara
rahasia menemui Wirabhumi untuk menjernihkan masalah percobaan
pembunuhannya setahun lalu. Dyah Kusumawardhani juga memberika
“Surya Majapahit”, sebuah lambang kerajaanyang menjadi bukti bahwa
Gajah Enggon adalah benar-benar utusannya.
14. Kekosongan Bhra Narapati Raden Gajah, Ratu Angabhayaistana Kedaton Barat dan
Kekuasaan Arya Damarwulan saling berselisih dalam memperebutkan cinta Dyah
Kencana Wungu. Sementara itu, Gajah Manguri berencana
menggunakan kekacauan yang saat ini terjadi di Kedaton Barat, yang
disebabkan oleh Kedaton Timur untuk mendorong pengangkatannya
sebagai Mahapatih. Salah satunya dengan mengindikasikan bahwa
Gajah Enggon juga terlibat dalam kekacauan itu.
15. Surya Majapahit Gajah Enggon tiba di istana baru Kedaton Timur. Dalam pertemuannya
dengan Wirabhumi, ia menjelaskan perannya dalam percobaan
pembunuhan dan bahwa penyerangan tersebut dilakukan tanpa
sepengetahuan Dyah Hayam Wuruk. Ia juga menyerahkan “Sang Surya”
16. Mencari Kambing Pasukan yang dipimpin Gajah Manguri berhasil mendorong pergi para
Hitam pengacau untuk sementara, hingga pada akhirnya Sri
Wikramawardhana pun mengangkatnya sebagai Mahapatih Wilwatikta.
Di sisi lain, Dyah Kusumawardhani yang telah hampir empat bulan
belum mendapat kabar dari Gajah Enggon akhirnya pergi bersama
Damarwulan ke kediamannya.
17. Kedaton Timur Kekacauan kembali merajalela, meskipun yang menerima dampaknya
Bergerak hanyalah kaum bangsawan. Sri Wikramawardhana pun memerintahkan
Gajah Manguri untuk menyerbu Blambangan. Damarwulan pun ikut
bergabung dalam pasukan Kedaton Barat. Adapun di Kedaton Timur,
Wirabhumi yang mendapat kabar keberangkatan pasukan musuh juga
sudah mempersiapkan pasukannya.
18. Istana Berkobar Wirabhumi dan pasukannya sampai ke wilayah Panarukan untuk
menghadang prajurit Kedaton Barat yang dipimpin Gajah Manguri.
Ketika sedang berdiskusi mengenai siasat melawan Wirabhumi, telik
sandi melaporkan bahwa Wirabhumi telah mengirimkan satu pasukan
ke Kotaraja. Damarwulan yang mendengar hal itu pun pergi membawa
dua ratus pasukan kembali ke Kotaraja meskipun telah ditentang oleh
Gajah Manguri. Sesampainya di Kotaraja, ternyata istana telah diserang.
19. Petaka bagi Gajah Peperangan antara pasukan Kedaton Timur dan Kedaton Barat mulai
Manguri pecah. Sayangnya, pasukan Gajah Manguri pun mendesak dan mereka
pun mundur ke wilayah Gembong yang berada cukup jauh dari
Panarukan. Kegembiraan pasukan Wirabhumi tidak bertahan lama
tatkala mendengar kegagalan pasukan khususnya dalam merebut istana
Bab Judul Ringkasan
Kedaton Barat. Di sisi lain, Gajah Manguri merasa cemas ketika utusan
Sri Wikramawardhana datang membawa kabar penyerangan di Istana
Kedaton Barat yang pada akhirnya berhasil digagalkan berkat
kedatangan Damarwulan.
20. Mahapatih Keluarga kerajaan berhasil selamat. Berkat jasanya, Sri Wikramawar-
Dipanggil Pulang dhana mengangkat Damarwulan sebagai kepala keamanan istana.
Kemudian, mendengar berita terdesaknya pasukan Kedaton Barat, Sri
Wikramawardhana yang telah mendengar saran dari Gajah Lembana,
memerintahkan pasukan untuk mundur ke Tumapel dan mengutus
Mahapatih Gajah Manguri untuk kembali ke Kotaraja.
21. Penyakit Misterius Gajah Manguri tiba di istana. Di sana, Sri Wikramawardhana
Putra Mahkota menunjukkan kekecewaan atas kegagalan Gajah Manguri dalam
menghancurkan pasukan Wirabhumi. Ia pun memerintahkan Gajah
Manguri untuk bergabung bersama pasukannyadi Tumapel untuk
melindungi putra mahkota Rajasa Kusuma di Tumapel. Tiba di Tumapel,
Gajah Manguri mendapati putra mahkota jatuh sakit.
22. Perginya Sang Wirabhumi melancarkan penyerangan ke Tumapel. Akan tetapi, di saat
Putra Mahkota ia hendak meraih kemenangan, muncul berita bahwa putra mahkota
Rajasa Kusuma telah mangkat. Setelah memastikan kebenaran berita
tersebut, Wirabhumi pun memutuskan untuk menghentikan
peperangan selama satu purnama untuk memberikan kesempatan
keluarga kerajaan melakukan upacara pulasara.
23. Gajah Lembana Kekalahan pasukan Kedaton Barat di Tumapel membuat Jabatan Gajah
manguri sebagai Mahapatih akhirnya digantikan oleh Gajah Lembana.
Gajah Lembana pun berangkat ke Tumapel membawa serta Damar-
wulan yang membawa pesan untuk disampaikan pada Wirabhumi dan
Dyah Kusumawardhani dan Raden Gajah.
24. Pukulan untuk Peperangan antara kedua kedaton berlanjut. Kali ini pasukan Kedaton
Kedaton Timur Barat yang dipimpin oleh Gajah Lembana berhasil memukul mundur
pasukan Wirabhumi. Pasukan Gajah Lembana akhirnya dapat merebut
istana Pamotan, sedangkan Wirabhumi dan pasukannya kembalike
Blambangan.
25. Tak Ada Lagi Pintu Sri Wikramawardhana yang sudah merasa telah memenangkan pepe-
Dialog rangan memutuskan untuk mengambil kembali gelar Bhre Lasen yang
dimiliki istri Wirabhumi, Nagarawardhani, yang juga merupakan adik
kandungnya sendiri dan memberikannya pada istrinya Dyah Kusuma-
wardhani. Mendengar hal itu, Wirabhumi yang sebenarnya telah
memikirkan untuk kembali melakukan dialog perdamaian, kembali
disulut amarah dan memutuskan untuk tetap berperang.
26. Gajah Enggon Duka menyelimuti dua kedaton, Dyah Kusumawardhani mangkat, diikuti
Bersikap pula oleh mangkatnya Nagarawardhani. Sri Wikramawardhana memu-
tuskan untuk mengangkat Sri Dyah Kencana Wungu sebagai putra
mahkota dan memutuskan untuk menunggu sebelum melanjutkan
peperangan. Raden Gajah yang tidak setuju dengan penundaan
peperangan karena sesuatu hal akhirnya menemui Gajah Enggo,
berharap agar sang mantan Mahapatih itu mau membantunya.
Sayangnya Gajah Enggon sudah tidak mau lagi ikut campur dengan
urusan istana dan menolaknya.
27. Darah Kembali Berita pengangkatan Sri Dyah Kencana Wungu sebagai putra mahkota
Mengalir membuat Wirabhumi marah. Ia pun memimpin pasukan besar untuk
menyerang langsung ke Kotaraja. Gajah Lembana yang kaget
mendengar bahwa pasukan Wirabhumi sudah dekat dengan Kotaraja
Bab Judul Ringkasan
memutuskan untuk menunggu mereka di Kotaraja. Adapun untuk
menjaga keselamatan Sri Wikramawrdhana dan Sri Dyah Kencana
Wungu, Damarwulan membawa keduanya keluar kotaraja.
28. Akhir Kedaton Pertempuran berlangsung di Kotaraja. Setelah perang berkecamuk
Timur selama beberapa hari, akhirnya pasukan Kedaton Barat berhasil
memukul mundur Kedaton Timur. Damarwulan yang telah
menyampaikan pesan Dyah Kusumawardhani kepada Wirabhumi
meminta Wirabhumi untuk menyerah. Melihat pasukannya yang telah
mundur, Wirabhumi pun pergi. Sayangnya, perjalanan Wirabhumi
dihadang pasukan yang dibawa oleh Raden Gajah. Wirabhumi pun mati
terpenggal di tangan Raden Gajah.
29. Sebuah Tanda Di tengah suka cita kemenangan, Raden Gajah datang dengan
Kemenanggan membawa kepala Wirabhumi sebagai tanda kemenangan. Semua orang
terkejut melihatnya. Kini kesedihan muncul di tengah-tengah sorakan
kebahagiaan karena seorang ksatriya, penguasa Blambangan yang
dijuluki Menak Jingga telah mangkat.
3. Setelah membaca ringkasan cerita sejarah di atas, lakukan kegiatan berikut!
a. Berbagilah menjadi beberapa kelompok!
b. Tiap kelompok, analisislah struktur isi teks cerita sejarah yang telah kalian baca!
c. Gunakan tabel berikut untuk mempermudah pengerjaan!

Tabel Analisis Struktur Isi Teks Cerita Sejarah


No Aspek Penjelasan dan Bukti
1. Judul

2. Orientasi/Perkenalan

3. Rangkaian Peristiwa

4. Komplikasi

5. Resolusi

6.. Koda

Tabel Analisis Ciri Bahasa Teks Cerita Sejarah


No Aspek Penjelasan dan Bukti
1. Menunjukkan kata yang
menunjukkan waktu
lampau

2. Penyebutan tokoh
(nama, sebutan, kata
ganti)

3. Memuat kata-kata untuk


mendeskripsikan pelaku
(penampilan fisik atau
kepribadiannya

4. Memuat kata-kata yang


menunjukkan latar
(waktu, tempat, suasana)

5. Memuat kata kerja yang


menunjukkan peristiwa-
peristiwa yang dialami
pelaku

6. Memuat sudut pandang


Pengarang (point of
view)

7.

8.

Anda mungkin juga menyukai