Anda di halaman 1dari 7

ALASAN CINTA INDONESIA

Kisah Pewayangan Jawa sebagai Kearifan Lokal Tanah Air

A. Pengertian Kearifan Lokal


Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-
budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang
ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam
geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan beliau dapat dilihat bahwa
kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam
artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi
tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan
tentang bagaimana membaca potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai
tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam
berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara
menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat
bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya
adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya
sebagai tradisi.
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik
yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan
lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik
yang ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan
lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku
anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira
merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.

B. Pewayangan sebagai Kearifan Lokal Indonesia


Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling
menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni
peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga
seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga
merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat,
serta hiburan.

1
Asal usul dan perkembangan wayang tidak tercatat secara akurat seperti sejarah.
Namun orang selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang dalam kehidupan.
Wayang akrab dengan masyarakat sejak dahulu hingga sekarang, karena memang
wayang salah satu buah usaha budi bangsa Indonesia. Wayang tampil sebagai seni
tradisional, dan merupakan puncak budaya daerah.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan
budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-
abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang
populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu
Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak
mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah
asli Indonesia.
Nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam pewayangan selalu mengajak
masyarakat untuk berbuat baik dan menhindari kejahatan,serta menanamkan kepada
masyarakat semangat amar maruf nahi mungkar atau istilah dalam pewayangan
memayu hayuning bebrayan agung,sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan
masing-masing.

C. Kisah dalam Pewayangan


Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata
yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri
merupakan boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang dapat
dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan cerita wayang (drama
tradisional) di Jawa, Bali, Sunda, dan sebagainya yang biasa dimainkan oleh
seseorang yang disebut dalang dengan iringan musik tradisional gamelan.
Pertunjukan wayang biasanya menggunakan kelir, secarik kain sebagai pembatas
antara dalang dan penonton. Tradisi seni pentas itu dikenal sebagai seni pedalangan.
Aspek tuturan (cerita) dalam wayang terdiri atas narasi (wacana) dan dialog
(antawacana) yang secara keseluruhan ditampilkan sebagai satu pertunjukan orkestra,
biasanya berlangsung semalam suntuk.
Dalam pementasan kesenian wayang seni suara/musik atau lagu biasanya
didominasi oleh pesinden (penyanyi perempuan). Sementara kehadiran suara laki-
laki berfungsi sebagai pemanis keseluruhan irama musik. Bagian terpenting dalam
seni pewayangan ialah aspek seni sastranya yang mengambil sumber dari histori-

2
mitologi India. Seluruh rangkaian cerita dalam wayang merupakan konflik perebutan
kekuasaan dalam keluarga keturunan Raja Bharata di Kerajaan Astina.
Kisah wayang yang bersumber dari India itu dalam kebudayaan Jawa
berkembang dengan caranya sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan dan kebudayaan
setempat. Faktor yang membedakan di antara keduanya, antara lain adalah adanya
tokoh punakawan (pelayan) dari keluarga Semar (dengan anak-anaknya: Petruk, Nala
Gareng, Bagong, dan istrinya Dewi Sutiragen) dalam wayang Jawa sedangkan dalam
versi wayang India tidak ada. Kehadiran punakawan yang berasal dari kalangan
bawah, sebagai pelayan keluarga kerajaan, memiliki misi politis untuk mengoreksi
kebijakan-kebijakan kerajaan. Selain itu, wayang pun dianggap sebagai sumber
falsafah Jawa (khususnya). Setiap tokoh dengan watak dan perannya dipercaya
menjadi simbol kehidupan manusia, baik horizontal (kemasyarakatan) maupun
vertikal (religius). Itulah sebabnya wayang dianggap sebagai warisan nenek moyang
bangsa Indonesia yang bernilai sangat tinggi (adiluhung) karena terbukti mampu
tampil sebagai tontonan yang menarik sekaligus menyampaikan pesan-pesan moral
keutamaan hidup.
Cerita-cerita wayang terkenal di Indonesia, antara lain rangkaian kisah
Mahabrata dan Ramayana. Ramayana dan Mahabharata yang aslinya berasal dari
India telah diterima dalam pergelaran wayang di Indonesia sejak zaman Hindu
hingga sekarang. Wayang seolah-olah identik dengan Ramayana dan Mahabharata.
Cerita Ramayana dan Mahabarata Indonesia sudah berubah alur ceritanya dan
berbeda dengan versi India. Ramayana dan Mahabharata versi India ceritanya
berbeda satu dengan lainnya, sedangkan di Indonesia ceritanya menjadi satu
kesatuan. Perbedaan yang sangat menonjol adalah falsafah yang mendasari kedua
cerita itu, yaitu setelah masuknya agama Islam cerita diolah sedemikian rupa
sehingga terjadi proses akulturasi dengan kebudayaan asli Indonesia. Nukilan-
nukilan dari kedua babon cerita wayang tersebut, antara lain, adalah kisah Leluhur
Pandawa, Pandawa Main Dadu, Srikandi Belajar Memanah, Gatotkaca Lahir, dan
Parikesit.

D. Kisah Pewayangan sebagai Alasan Cinta Indonesia


Cerita fantasi memang tidak ada jenuhnya untuk dibaca dan dipelajari, selalu
menarik rasa penasaran dan keingintahuan yang lebih pada apa yang tersirat di dalam

3
narasi cerita. Begitu pula dengan kisah pewayangan yang memiliki berbagai alur
cerita unik yang tak kalah menarik dari cerita mitologi Yunani, Romawi, India, dan
negara lainnya. Meskipun kebanyakan kisah pewayangan diadopsi dari kitab-kitab
India, namun alur ceritanya disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia dan tokoh-
tokohnya pun sering kali berbeda dengan versi yang asli.
Kisah yang paling terkenal dari pewayangan adalah kisah Mahabharata yang
dikarang oleh Begawan Wyasa dari India yang kemudian dibuat kitabnya dalam versi
Indonesia yaitu kitab Bharatayudha oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dan kitab
Arjuna Wiwaha karangan Mpu Kanwa. Kisah legendaris Mahabrata ini mengisahkan
perang saudara antara Pandawa dan Kurawa di tanah Kurusetra. Kisah ini dibumbui
dengan lika-liku cerita yang menarik dan tak terduga. Selain itu, setiap tokoh dari
Mahabrata memiliki konflik masing-masing yang berbeda satu sama lain. Mahabrata
memiliki kisah cinta, legenda, fantasi, dan berbagai genre di dalam satu cerita.
Yang paling menarik dari kisah Mahabrata ini adalah ketidakjujuran
Abimanyu putra Arjuna. Dia adalah salah satu ksatria yang tidak kalah tampan dari
ayahnya. Abimanyu tertulis jatuh cinta pada Dewi Utari, namun Dewi Utari menolak
karena tak ingin menyakiti istri Abimanyu. Karena sangat ingin mendapatkan Utari,
Abimanyu bersumpah bahwa ia adalah perjaka dan apabila sumpahnya ini bohong ia
rela mati dikeroyok bahkan oleh saudaranya sendiri. Berkat sumpah tersebut
Abimanyu berhasil mempersunting Utari. Malangnya, pada saat perang
Bharatayudha di Kurusetra Abimanyu terjebak oleh siasat perang pihak Kurawa.
Terpaksa ia harus berhadapan langsung dengan ksatria unggulan dari pihak jahat
tersebut seperti Bisma, Duryudana, Dursana, dan Karna. Meskipun Abimanyu adalah
ksatria yang hebat, tapi tentu saja ia tak mampu mengalahkan mereka secara
bersamaan. Akhirnya gugurlah ia di medan perang, sesuai dengan sumpah yang ia
katakana pada Utari mati dikeroyok oleh saudara sendiri.
Kisah pewayangan memiliki nilai-nilai filosofi yang tinggi dan amanat-
amanat yang penting bagi kehidupan serta kemanusian. Seperti kisah Abimanyu yang
mengajarkan bahwa ketidakjujuran hanya akan menjadi boomerang bagi diri sendiri.
Masih banyak kisah pewayangan lain yang mengandung filosofi serta amanat-amanat
yang berarti.
Itulah mengapa kisah pewayangan menjadi salah satu objek yang harus
dicintai dari Indonesia. Selain karena kearifan lokal budaya, pewayangan menjadi

4
sarana yang menarik untuk menasehati sesama dan mengingatkan diri sendiri karena
kisahnya tidak sekedar narasi yang tidak memiliki makna. Mencintai budaya lokal
adalah salah satu upaya mencintai negaranya pula. Maka dari itu, tidak alasan untuk
tidak cinta Indonesia bukan?

DAFTAR PUSTAKA

Bekti, Wisnu Prasetyo. Pengertian Kearifan Lokal. 07 Mei 2017.


http://naninorhandayani.blogspot.com/2011/05/pengertian-kearifan-lokal.html
Sinausi. Kearifan Lokal Dalam Wayang sebagai Warisan Leluhur. 07 Mei 2017.
http://sinausosio.blogspot.co.id/2012/06/kearifan-lokal-dalam-wayang-sebagai.html
Sugono, Dendi. Cerita Wayang. 07 Mei 2017.
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Cerita_Wayang

5
LAMPIRAN

Perang Baratayudha dalam kisah


wayang Mahabrata

6
Wayang Pandawa 5

Kisah kematian Abimanyu

Wayang Ramayana

Wayang Purnakawan

Anda mungkin juga menyukai