Anda di halaman 1dari 11

KEARIFAN LOKAL

ANTARA BUDAYA DAN BIDAH


Oleh : Akhmad Muhaini


A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial yang membentuk
kearifan lokal (local wisdom) dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Misalnya, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah untuk mufakat, dan tepa selira
(toleransi). Hadirnya kearifan lokal ini tak bisa dilepaskan dari nilai-nilai religi yang
dianut masyarakat Indonesia sehingga nilai-nilai kearifan lokal ini makin melekat pada
diri mereka. Tak mengherankan, nilai-nilai kearifan lokal ini dijalankan tak semata-mata
untuk menjaga keharmonisan hubungan antarmanusia, tetapi juga menjadi bentuk
pengabdian manusia kepada Sang Pencipta.
Kearifan lokal (Local wisdom) di Indonesia memang sudah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari masyarakat pribumi mulai sebelum Indonesia merdeka dan berbentuk
Negara kesatuan. Hal ini menunjukkan, bahwa kemerdekaan yang sekarang kita rasakan
tidak lepas dari kearifan yang sudah hidup sebelumnya contoh di Islam ada Tahlil, para
penjajah sangat ketakutan ketika masyarakat pribumi melakukan kegiatan tahlil, srakalan,
acara maulid Nabi dan acara-acara keagamaan yang bersifat jamiyah, karena melalui
acara-acara tersebut selain pembacaan kalimah thayibah, juga musyawarah atau sekedar
diskusi yang itu akan memunculkan ide-ide kemerdekaan.
Basuswasta, dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menjelaskan bahwa
kearifan lokal berkaitan dengan nilai-nilai yang dipegang dalam kultur lokal. Yang
dimaksud lokal itu bisa mencakup wilayah kabupaten, kota, provinsi, bahkan nasional.
Apabila konteksnya global, kearifan lokal yang dimaksud adalah kultur Indonesia atau
nasional. Kultur Indonesia itu sendiri terdiri dari banyak subkultur. Subkultur, bisa
didasarkan pada suku, bisa pula didasarkan pada lingkup yang lebih luas, yaitu generasi
1
.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing
sering juga dikonsepkan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan
setempat local knowledgeatau kecerdasan setempat local genious.
Kerifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat,
tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi
dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan
yang sakral sampai yang profane (biasa). Di samping itu kearifan lokal dapat didekati dari
nilai-nilai yang berkembang di dalamnya seperti nilai religius, nilai etis, estetis, intelektual
atau bahkan nilai lain seperti ekonomi, teknologi dan lainnya. Maka kekayaan kearifan
lokal menjadi lahan yang cukup subur untuk digali.
Peranan agama tidak bisa dipandang sebelah mata dalam hubungan sosial,
kebudayaan, maupun peradaban. Agama menempati tempat yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, khususnya Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang religius.
Kenyataan pluralitas agama di Indonesia menunjukkan adanya dinamisasi sekaligus
problematic yang dihadapi bangsa Indonesia untuk hidup berdampingan dalam
kebersamaannya. Baik secara teoritis maupun faktual masalah ini bukanlah persolan
sederhana yang hanya dapat diselesaikan dalam peta konsep teoritis dan sloganitas
kerukunan umat beragama.
2

Sikap inklusif dalam arti menerima dan menyadari kehadiran agama lain dalam
kehidupan bersama dan bernegara tidak menjadikan pemeluk-pemeluk agama kehilangan
jati diri, eksistensi dan penganutnya. Apabila hal itu disadari masing-masing pihak
sebagai kenyataan dan keniscayaan pluralitas, maka problematika substansial antar
pemeluk agama telah selesai. Oleh karenanya inklusifitas justeru menjadi jaminan
terhadap keharmonisan masing-masing agama untuk tetap eksis dalam satu kesatuan
pluralitas. Sebaliknya sikap eksklusif dalam arti menutup diri terhadap kenyataan
pluralitas dan mengedapankan idealitas serta egois sepihak, justeru menimbulkan
ketidakseimbangan dan disharmonitas antar pemeluk agama-agama. Eksklusifitas tersebut

1
Rachmanto Aris D. Berawal dari Kearifan Lokal dalam http://swa.co.id/2010/02/berawal-dari-kearifan-
lokal/ diakses 14 Juli 2011
2
Al-Munawar, Said Agil Husin. 2003.Fikih Hubungan Antar Agma., Jakarta : Ciputat Press. Hal 99
merupakan langkah mundur peradaban manusia sekaligus pengingkaran pluralitas yang
merupakan sunnatullah.
3

Bagi Kalangan Pesantren, Wali songo merupakan tokoh penting yang sangat
dihormati karena jasanya menyebarkan Islam di Indonesia melalui jalan tengah dan
moderat. Dakwah yang di jalankan Wali Songo adalah dakwah dengan akulturasi
budaya, Wali Songo dalam menjalankan dakwahnya sangat menghormati kearifan lokal,
Sunan Kali Jaga misalnya, dalam salah satu dakwahnya adalah melalui media wayang
kulit, beliau mengganti cerita agama Hindu dan digantikan dengan cerita Agama Islam.
Begitu juga dengan wali yang lain.
KH. Abdurahman Wahid menggagas Islam pribumi untuk menjawab problem
radikalisme Islam. Dalam Pribumisasi Islam tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran
yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari
manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. Sehingga, tidak ada lagi
pemurnian Islam atau proses menyamakan dengan praktek keagamaan masyarakat Muslim
di Timur Tengah. Bukankah arabisasi atau proses mengidentifikasi diri dengan budaya
Timur Tengah berarti tercabutnya kita dari akar budaya kita sendiri? Dalam hal ini,
pribumisasi bukan upaya menghindarkan timbulnya perlawanan dari kekuatan budaya-
budaya setempat, akan tetapi justru agar budaya itu tidak hilang. Inti Pribumisasi Islam
adalah kebutuhan bukan untuk menghindari polarisasi antara agama dengan budaya, sebab
polarisasi demikian memang tidak terhindarkan.
Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam) yang sesuai
dengan konteks lokalnya, dalam wujud Islam Pribumi sebagai jawaban dari Islam
Otentik atau Islam Murni yang ingin melakukan proyek Arabisasi di dalam setiap
komunitas Islam di seluruh penjuru dunia. Islam Pribumi justru memberikan
keanekaragaman interpretasi dalam praktek kehidupan beragama (Islam) di setiap wilayah
yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi dipandang secara tunggal,
melainkan beraneka ragam. Tidak lagi anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai
Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami historisitas
yang terus berlanjut. Pemurnian ajaran Islam akhir akhir ini tidak bisa 100% diterima,
karena bagaimanapun juga pemurnian Islam tersebut lebih cenderung kepada Arabisasi
ketimbang perjuangan nilai untuk menegakan nilai nilai Islam di bumi nusantara ini.
4



B. TINJAUAN UMUM TENTANG KEARIFAN LOKAL
1. Pengertian kearifan local
Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris-Indonesia Purwono Sastro Amijoyo dan
Robert K. Cunningham, local berarti setempat
5
, sedangkan wisdom (kearifan) sama
dengan kebijaksanaan
6
. Secara umum makna local wisdom (kearifan setempat) dapat
dipahami sebagai gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat. Bisa dikatakan kearifan
lokal (local wisdom) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai
nilai yang ada.
Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun
kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan maupun produk budaya masa lalu yang patut
secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Pada bagian lain, secara konsepsual,
kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar
pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam
waktu yang lama dan bahkan melembaga.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini
merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Unsur budaya
daerah berpotensi sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan
sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah:

3
Al-Munawar, Fikih hal 94-95
4
http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&task=view&id=270&Itemid=147 21 Juli
2011
5
Amijoyo, Purwono Sastro.2007. Kamus Inggris-Indonesia. Semarang: Widya Karya.h al 226
6
Amijoyo, Hal 354.
a. mampu bertahan terhadap budaya luar
b. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
c. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
d. mempunyai kemampuan mengendalikan
e. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan
berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan local merupakan produk
budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun
bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika,
kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya
yang bermacam-macam dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya
menjadi bermacam-macam
7
.

2. Dasar hukum kearifan local
Agama Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW diperuntukkan bagi
seluruh umat manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, Islam dikenal sebagai agama yang
bersifat universal. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat 107:
. ..l . _,.l.ll
Artinya : dan kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi
semesta alam.
Dalam salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah ibn Masud disebutkan
:


Artinya : Apa yang dipandang baik oleh umat Islam, maka di sisi Allah pun baik.
Hadis tersebut oleh para ahli ushul fiqh dipahami (dijadikan dasar) bahwa tradisi masyarakat
yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam menetapkan hukum Islam (fiqh). Dari hadis tersebut lahir kaidah fiqh
8
:

Artinya : Suatu adat kebiasaan bisa dijadikan pedoman hukum.


Apabila suatu urf bertentangan dengan Kitab atau Sunnah seperti kebiasaan
masyarakat melakukan sebagian perbuatan yang diharamkan semisal meminum arak atau
memakan riba, maka urf mereka tersebut ditolak (mardud)
9
.Urf yang dimaksud di sini
adalah urf khas, yaitu urf yang dikenal berlaku pada suatu negara, wilayah atau golongan
masyarakat tertentu, seperti urf yang berhubungan dengan perdagangan, pertanian dan
lain sebagainya
10
.
Pentingnya posisi urf atau adat kebiasaan dalam teori hukum Islam merupakan
kesepakatan para ulama ushul. Posisi urf ini menjadi penting karena dalam kenyataannya
urf itulah yang menjadi the living law (hukum yang hidup) dalam masyarakat.
Membiarkan dalil-dalil hukum Islam menjauh dari kenyataan social sama maknanaya
dengan mengebiri hukum Islam itu sendiri. Karena itulah makna teks dan konteks
dipertemukan, dalil hukum dan illat hukum diteliti, serta kebiasaan yang berjalan baik
diakomodasi sebagai bagian dari hukum. Itulah makna kaidah al-Adah muhakkamah.
Al-Qarafi memberikan ulasan bagus tentang tradisi ulama sebelumnya dengan
pernyataannya : Aplikasi hukum yang bersumber dari adat kebiasaan harus berubah
mengikuti perubahan adat itu sendiri, bahkan segala sesuatu dalam syariat mengikuti adat
kebiasaan. Hukumnya berubah mengikuti perubahan adat yang baru. Dalam Ushul Fiqih
ada kaidah. : Almuhafadhatu Ala qodimshaalih Wal Ahdu bijaadidil Ashlah
(melestariakan sesuatu yang baik dan menggali nilai baru yang lebih baik. Dalam
kitabnya al-muwafaqat al-Syatibi memperhitungkan akibat hukum atau hasil akhir suatu
perbuatan merupakan tujuan yang dikehendaki syara. Ketelitian dalam hal ini menjadi

7
Elly Burhainy Faizal dalam http://www.papuaindependent.com diakses 21 Juli 2011
8
Al-Suyuthi, Abdu al-Rahman bin Abi Bakr. t.t. Al-Asbah wa al-Nadhoir. ttp: Daar al-Ihya al-Kutub al-
Arabiyah. hal. 63.
9
Abu Zahrah, Muhamad. 2008. Ushul Fiqih, Jakarta : Pustaka Firdaus, hal. 418
10
Abu Zahrah, Ushul... hal. 419
penting sebab kadangkala perbuatan yang diangap baik berakhir dengan kemafsadatan,
sebalikmya perbuatan yang dianggap jelek ternyata melahirkan kemaslahatan
11
.
Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik,
karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami
penguatan (reinforcement). Apabila suatu tindakan tidak dianggap baik oleh masyarakat
maka ia tidak akan mengalami penguatan secara terus-menerus. Pergerakan secara
alamiah terjadi secara sukarela karena dianggap baik atau mengandung kebaikan.
Kearifan adat dipahami sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal
serta dianggap baik oleh ketentuan agama.

3. Ragam Kearifan local Di Indonesia
Sebenarnya, hampir semua -kalau tidak bisa dikatakan seluruh- masyarakat
memiliki kebijakan lokal (local wisdom) sendiri-sendiri yang bersumber dari kebudayaan
masing-masing. Beberapa contoh Kearifan lokal di daerah:
a. Kearifan lokal di Ambon ada yang disebut Pela, yaitu suatu tatanan kebersamaan mirip
dengan gotong royong di Jawa. Pela ini bisa menembus batasan agama, marga, ataupun
suku. Ketika Pela ini terkait dengan mata pencarian, maka bila suatu kelompok nelayan
akan melaut, mereka akan mengajak anggota satu Pelanya untuk bahu-membahu
menghasilkan ikan yang lebih banyak daripada jika menangkap sendiri.
b. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung Erstberg
dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap sebagai bagian dari
hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara hati-
hati.
c. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan
terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi
tanam tanjak.
d. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana ulen. Kawasan hutan dikuasai
dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh
aturan adat.
e. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat ini mengembangkan
kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi
hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan
masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada
teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
f. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat. Mereka
mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak
diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat. Bali dan Lombok, masyarakat
mempunyai awig-awig.
12

g. Jawa Tengah (khususnya di wilayah-wilayah keraton). Satu Muharam, yaitu peringatan
tahun baru Hijriah, dirayakan dengan upacara adat. Pusaka-pusaka keraton digelar,
sesajen kepada leluhur disajikan. Doa-doanya, lafal Alquran, masyarakat yang shalat
dan yang tidak shalat, tuamuda, besar-kecil, sama-sama berebut sesajen,ngalap berkah
dari Sinuwun. Mereka tidak pernah berpikir tentang kemusyrikan ketika saling berebut
sesajian itu,yang penting berkah.
h. Minang. Etnik ini mempunyai ungkapan : Adat basandi syarak,syarak,syarak basandi
kitabullah, syarak mangato adat mamakai. Artinya : adat tidak bisa dilepaskan dari
agama (Islam), apalagi saling bertentangan. Mereka sangat yakin itu, dan tidak ada
yang ambil pusing bahwa sistem matrilineal
13
dalam adat Minang bertentangan dengan
syariat Islam yang patrilineal
14


4. Simbolisasi kearifan local
Studi tentang aneka macam materi dalam ritus keagamaan bisa dimaknai sebagai
upaya memahami budaya materi yang memiliki maksud umum bahwa benda juga
mengkomunikasikan arti seperti halnya bahasa.
15
Dalam bentuk lain benda materi bukan

11
Mawardi, Ahmad Imam, 2010. Fiqh Minoritas, Yogyakarta : LKiS , hal 150.
12
Sartini, Menggali Kearifan Lokal, dalam http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php, diakses 14 Juli
2011
13
Atau disebut juga matriakal, yaitu ibu punya power yang lebih dibanding bapak. Anak-anak menurut
kepada ibunya.
14
Sarlito Wirawan Sarwono (Guru Besar Fakultas Psikologi UI). Kearifan Lokal. dalam
http://suara.okezone.com/read/2011/07/10/58/478015/kearifan-lokal diakses 14 Juli 2011.
15
Tilley. 2001. Hal : 258.
hanya digunakan untuk melakukan sesuatu, melainkan juga mempunyai makna, bertindak
sebagai tanda-tanda makna dalam hubungan sosial, yang sesungguhnya bagian dari fungsi
yang penuh makna.
16
Dengan kata lain bahwa materi adalah Merupakan sebuah simbol
yang biasanya mengandung sesuatu yang bersifat implisit seperti keinginan-keinginan,
maksud-maksud, maupun tujuan-tujuan dari masyarakat penggunanya.
17
George Herbert
Mead membedakan antara tanda-tanda alamiah (natural sign) dan simol-simbol yang
mengandung makna (significant symbols). Tanda-tanda alamiah bersifat naluriah serta
menimbulkan reaksi yang sama bagi setiap orang, sedangkan symbol yang mengandung
makna tidak harus menimbulkan reaksi yang sama bagi setiap orang.
18
Artinya bahwa
sebuah materi tidak saja dipahami sebagai suatu tanda alamiah yang memiliki makna lahir
sesuai dengan manfaat dan fungsinya, tetapi juga dapat dipahamai sebagai suatu symbol
yang memiliki banyak makna yang berbeda, yang pemaknaan ini tergantung pada tujuan
dan maksud dari penggunanya.
Berikut ini penulis mencoba memberikan makna/tawil terhadap beberapa ritual
kearifan lokal yang mengiringi Upacara pemberangkatan jenazah dan Selamatan
memasang kap/atap rumah.
a. Upacara pemberangkatan jenazah
Beberapa amaliah yang lazim dilaksanakan dalam upacara pemberangkatan
jenazah adalah memayungi keranda, menghias keranda dengan bunga, surupan/brobosan,
menyiram nisan dengan air degan (kelapa muda), bendera, sapu, nisan, beras kuning &
uang receh, sesaji, damar (lampu sentir).
1) Memayungi keranda
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ada tiga orang yang akan mendapatkan
iyub-iyub / payung (perlindungan) dari Allah besok di hari kiamat, yaitu : orang yang
menyambung tali silaturrahmi, perempuan yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai
anak yatim, dan dia mampu menjaga dan memelihara anak yatim tersebut, dan orang yang
diberi kelebihan rejeki (makan) dan dia mau membagikan sebagian rejekinya kepada anak
yatim dan orang-orang miskin. Maksud dari jenazah dipayungi adalah semoga dia
termasuk orang yang mendapat paying/perlindungan besok di hari kiamat.
2) Menghias keranda dengan bunga
Ada pepatah mengatakan Gajah mati meninggalkan gading, macan mati
meninggalkan belang manusia mati meninggalkan budi. Bunga adalah perkara yang indah
/ mempunyai bau harum, harapannya si mayit meninggalkan budi pekerti yang baik
sehingga namanya menjadi harum.
3) Surupan/brobosan
Surupan dilakukan ketika keranda telah dipikul sebelum diberangkatkan, biasanya
yang melakukan brobosan ini adalah keluarga si mayit sambil menggendong anak yang
masih kecil. Surupun ini berasal dari kata sumurupono (ketahuilah). Ritual ini
sebetulnya sebagai itibar untuk para pentakziah agar sumurupono (ketahuilah) bahwa
mereka suatu saat nanti juga akan dipikul, seakan-akan ada perintah ketahuilah bahwa
kamu pun pasti akan dipikul seperti jenazah ini sehingga mereka mau mencari bekal
kematian.
4) Menyiram nisan dengan degan (kelapa muda)
Setelah selesai proses pengurukan liang lahat biasanya disiram dengan air kelapa
muda (degan). Kita beriman bahwa di dalam alam kubur ada proses tanya jawab yang
dilakukan oleh malaikat Munkar Nakir terhadap mayit . Semua pasti terkejut dan deg-
degan dengan kedatangan malaikat Munkar Nakir kecuali orang yang benar-benar kuat
imannya. Degan adalah sebagai lambang doa semoga si mayit tidak deg-degan dalam
menjawab semua pertanyaan malaikat, sehingga selamat menjawab semua pertanyaan.
5) Bendera
Bendera biasanya dibawa ketika jenazah diberangkatkan ke liang kubur. Orang-
orang yang membawa bendera biasanya di depan/mendahului jenazah. Dalam sebuah
hadits diterangkan bahwa besok di akherat manusia akan dikelompokkan sesuai dengan
amalnya sewaktu di dunia, Ada kelompok syuhada, kelompok orang yang sudah haji,
kelompok orang-orang alim kelompok orang-orang dermawan (loman), dll. Setiap
kelompok ada pimpinan dan benderanya sendiri-sendiri. Diharapkan si mayit masuk ke
dalam salah satu dari ke empat kelompok tersebut.

16
Lury.1998. hal:16
17
Abdullah, Irwan. Dkk.2008. Agama dan KearifanLokal dalam Tantangna Global. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Hal: 189
18
Ritzer. 1992: 64
6) Nisan/paesan
Nisan atau paesan berasal dari bahasa Jawa yang berarti tempat ngilo atau
bercermin, maksudnya adalah bahwa setiap orang yang ziarah agar bercermin terhadap
keadaan jenazah sekarang sehingga akan timbul kesadaran bahwa suatu saat dia juga pasti
akan dikubur dan dipasangi nisan. Pemasangan nisan juga ada tata caranya, yaitu saling
berdekatan dan saling condong satu dengan yang lainnya, harapannya keluarga yang
ditinggalkan saling berdekatan dan saling condong satu dengan yang lain tidak saling
berjauhan dan bercerai berai.
7) Beras Kuning & uang receh
Beras kuning dan uang receh ini ditabur-taburkan selama perjalanan dari rumah
mayit menuju ke kuburan. Sejarah asal muasal beras kuning adalah pada zaman tabiin
adalah sedikit sekali pentakziyah yang mau mengantarakan jenazah sampai ke kuburan,
maka ada beberapa orang yang berkreasi seperti tersebut di atas, dengan harapan orang-
orang mau mengantar jenazah sampai ke kuburan.
8) Sesaji & Damar (lampu sentir)
Semenjak meninggal sampai beberapa hari biasanya keluarga menaruh sesaji dan
menghidupkan damar dalam suatu kamar tertentu dan diusahakan jangan sampai mati. Ini
adalah bentuk doa untuk mayit semoga dia di alam kubur mendapatkan nikmat kubur dan
terang benderang alam kuburnya.

b. Selamatan memasang kap/atap rumah.
Dalam pembangunan rumah juga terdapat beberapa ritual, biasanya diadakan
ketika tahapan masang kap/atap, antara lain sebagai berikut :
1) Menggantung Padi.
Padi yang masih dalam tangkainya diikat beberapa ikat terus dipasang di blandar,
ini adalah doa yang diungkapakan dengan barang, semoga penghui rumah selalau diberi
rejeki kesejahteraan pangan.
2) Kelapa
Hampir sama dengan padi maksudnya adalah doa yang diwujudkan barang.
Kelapa termasuk salah satu bumbu masak, harapannya semoga pemilik rumah tidak
kekurangan dalam urusan dapur.
3) Tebu
Tebu adalah bahan dasar (gula) air minum, harapannya semoga pemilik rumah
selalu diberi kesejahteraan air minum, karena air minum adalah kebutuhan paling pokok
manusia..
4) Pisang raja
Tafaulnya adalah semoga pemilik rumah tidak kekurangan buah-buahan, yang
dipilih buah pisang raja karena termasuk buah yang awet, meskipun kulitnya sudah rusak
tapi buahnya masih bagus.
5) Bendera merah Putih
Tafaulnya adalah menumbuhkan sifat nasionalisme, agar pemilik rumah mencintai
tanah air dan bangsanya, sesuai dengan perkataan hubbul wathon minal iman cinta
tanah air adalah sebagian dari iman.
6) Sapu tangan untuk setiap tiang (soko)
Sapu tangan adalah jenis kain yanmg melengkapi kebutuhan sandang, harapannya
semoga pemilik rumah tidak kekurangn dalam hal pakaian.
7) Jajan pasar (rakan)
Jajan pasar adalah makanan-makanan kecil (camilan) yang biasa dijual di pasar-
pasar terdiri dari berbagi macam jenis, harapannya semoga pemilik rumah selalu sejahtera
dalam urusan makanan/bisa pergi berbelanja ke pasar.
8) Bubur abang putih & suruh
Abang melambangkan darah putih melambangkan tulang, sendoknya pun pakai
daun pisang (suruh) harapannya semoga pemilik rumah menjadi orang yang lemah lembut
seperti bubur abang putih dan suruh daun pisang.
9) Ayam ingkung
Harapannya adalah si pemilik rumah makmur/sejahtera, mempunyai banyak
hewan piaraan (rojo koyo) dan tidak kekurangan vitamin hewani.

C. ANALISIS HUKUM KEARIFAN LOKAL
Salah satu yang paling penting dalam ranah pluralisme social adalah sesuatu yang
terkait dengan kepercayaan atau agama yang dianut masyarakat . Pluralitas agama sangat
berperan mewarnai sejarah kehidupan social, tidak terkecuali mayarakat kontemporer,
baik dalam skala kecil maupun skala besar, terutama di Negara-negara yang sangat
mengedepankan religiusitas seperti Indonesia Dalam masyarakat Indonesia ditemukan
perbedaan kepercayaan dan agama yang dianut penduduknya, sepeti Islam, Kristen,
Budha dan Hindu yang masing-masing pemeluknya mengakui kebenaran agamanya.
Perbedaan ini adalah bagian dari konsekwensi pluralitas agama yang terkait dengan
sejarah masyarakat Indonesia dalam relevansinya masyarakat dunia. Keragamn agama
sebagaimana keragaman etnisitas suku dan bangsa, juga dipahami dalam satu perspektif
kemanusian yang hidup berdampingan dengan kekhasannya membangun kehidupan
bersama. Indonesia menjadi lebih unik dengan keunikan keunikan agama yang dianut
oleh penduduknya tersebut. Keunikan-keunikan ini bukanlah ancaman terhadap pemeluk
agama yang satu bagi eksistensi agama yang lainnya, tetapi akan lebih memperjelas
keunikan tersendiri. Agama yang dianut oleh seorang pemeluknya menjadi identitas
pribadinya sekaligus cerminan kesucian agamanya.
19

Kaidah dan prinsip dasar Islam untuk mewujudkan cita-cita Islam yang universal,
yaitu: Hifdzu Din (memelihara kebebasan beragama), Hifdzu Aql (memelihara kebebasan
nalar berpikir), Hifdzu Mal (memelihara/menjaga harta benda), Hifdzu Nafs (memelihara
hak hidup), Hifdzu Nasl (memelihara hak untuk mengembangkan keturunan). Acuan
moral dalam penerapan fiqih muamalah ini, pada dasarnya merupakan ciri dari sebuah
ke-universalitas-an agama Islam. Kearifan local yang berjalan turun temurun tidak serta
merta menafikan atau bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut.
Diskursus perbedaan keberislaman itu juga sering dikaitkan dengan perbedaan
simbolik yang didasarkan pada corak ormas kegamaan dengan gaya khas lokal Indonesia
dan ormas dengan corak yang bersifat internasional (transnasional). Islam lokal
merupakan Islam yang lahir dan mengekspresikan Islam keindonesiaan, sedangkan Islam
Transnasional merupakan Islam yang lahir dan mengekspresikan budaya luar Indonesia
(Timur Tengah) khususnya pada simbol-simbol keagamaannya. Wacana Islam lokal dan
Transnasional merupakan konsekuensi dari globalisasi yang mengandaikan persentuhan
nilai-nilai budaya, politik, ekonomi termasuk system keyakinan yang tanpa batas antara
satu negara dengan negara lainnya.
Dalam pandangan NU perjuangan pembumian syariat Islam adalah kewajiban
agama dengan memperjuangkan sesuatu yang paling mungkin dicapai, dan sesuatu yang
paling mungkin dicapai adalah yang paling tepat digunakan. Dalam konteks hukum
agama (bidang muamalah) berlaku prinsip apa yang disebut dengan prinsip tujuan dan
cara pencapaianya (al-ghayah wa al-wasail). Selama tujuan masih tetap, maka cara
pencapaiannya menjadi sesuatu yang sekunder. Tujuan hukum akan selalu tetap, tetapi
cara pencapaianya bisa berubah-rubah seiring dengan dinamika zaman.
Prinsip dasar yang dikembangkan NU dalam merespon arus perubahan dalam
berbagai dimensi kehidupan khususnya berkaitan dengan problematika hukum
kontemporer (al-waqiiyyah al-haditsah) dan perubahan kebudayaan, NU berpegang pada
kaidah al-Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhd bi al-jadid al-ashlah yaitu
memelihara tradisi lama yang masih baik (relevan) dan mengambil hal-hal baru yang
lebih baik.
Proses dialektika Islam dengan budaya lokal Indonesia yang menghasilkan produk
budaya sintetis merupakan suatu keniscayaan sejarah sebagai hasil dialog Islam dengan
system budaya local. Lahirnya berbagai ekspresi-ekspresi ritual yang nilai
instrumentalnya produk budaya lokal, sedangkan muatan materialnya bernuansa religius
Islam adalah sesuatu yang wajar dan sah adanya dengan syarat akulturasi tersebut tidak
menghilangkan nilai fundamental dari ajaran agama.
Dalam satu riwayat diterangkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah lewat sebuah
kuburan, tiba-tiba nabi berhenti dan mengambil pelepah kurma yang masih basah. Oleh
Nabi pelepah kurma tersebut dibelah/dibagi menjadi 2 bagian dan masing-masing
diletakkan di atas 2 kuburan. Apakah perbuatan Nabi tersebut termasuk syirik?. Melihat
Nabi berbuat seperti itu ada salah seorang sahabat penasaran terus bertanya kepada Nabi
kenapa beliau berbuat seperti itu? Kemudian nabi menjelaskan bahwa siksa orang yang
ada dalam kubur akan diringankan selama pelepah kurma masih hijau/belum mengering.
Ternyata perbuatan Nabi adalah simbolisasi sebuah makna.
Menurut KH. Akhmad Chalwani
20
dalam beberapa kali ceramahnya beliau
menerangkan bahwa kita tidak diperbolehkan tergesa-gesa memberikal label syirik

19
Al-Munawar, Said Agil Husin. 2003.Fikih Hubungan Antar Agma., Jkarta : Ciputat Press.Hal 94-95
20
Mursid Kamil thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyyah Berjan
terhadap suatu perkara, apabila masih bisa diberi tawil maka sebaiknya kita berikan
tawil terlebih dahulu terhadap perkara tersebut. Kalau ada orang yang mengatakan
kearifan lokal adalah perbuatan syirik atau bidah sebetulnya orang itulah yang kurang
bisa menakwilkan atau memaknai kearifan local tersebut. Seperti contoh mengapa
slametan
21
sedekah bumi diletakkan di perempatan jalan? Takwil yang benar adalah
karena perempatan jalan merupakan lalu lalangnya orang banyak, pemberi sedekah
mengharapkan sedekahnya diambil/dimanfaatkan banyak orang, jadi siapapun yang lewat
boleh mengambil sedekah tersebut. Menurut Ilmu Tafsir takwil dibagi menjadi tiga :
1. Ta'wil li al-qaul (ta'wil perkataan)
Berarti makna sebuah perkataan dan hakekat yang dimaksudkan. Dalam bahasa
Arab, perkataan terbagi menjadi dua; yaitu insya' dan khabar, bagian utama dari insya'
adalah amr (perintah). Oleh karenanya, ta'wil dalam hal ini memiliki dua pengertian;
a. Ta'wil Amr yaitu dengan mengerjakan apa yang diperintahkan, contohnya hadis
riwayat Aisyah Radhiyallah 'anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
dalam rukuk dan sujudnya banyak membaca :

22

Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-Mu, ya Allah ampunilah aku
sebagai ta'wil dari firman Al-Qur'an QS. An-Nashr: 3.
b. Ta'wil Ikhbar yaitu terjadinya suatu peristiwa sebagaimana yang dikabarkan,
contohnya seperti firman Allah QS. Al-A'raf : 53. Allah mengabarkan akan datangnya
hari kiamat, sedangkan manusia menunggu ta'wil (terjadinya) yang dikabarkan Al-
Qur'an.

2. Ta'wil li al-fi'l (ta'wil perbuatan)
Seperti apa yang dikatakan oleh sahabat Nabi Musa 'Alaihissalam setelah
melubangi perahu tanpa seizin pemiliknya, membunuh seorang anak, dan menegakkan
kembali bangunan roboh, dalam QS. Al-Kahfi: 82.

3. Ta'wil li ar-ru'ya (ta'wil mimpi).
Ta'wil li ar-ru'ya atau ta'wil al-ahadith (ta'wil mimpi), seperti perkatan Nabi
Ya'qub kepada putranya Nabi Yusuf 'Alaihimassalam dalam QS. Yusuf : 6, dan
sebaliknya pada ayat: 100.
Dari penjelasan tentang pembagian takwil di atas dapat disimpulkan bahwa ritual
kearifan local dapat ditakwili sebagaimana pentakwilan terhadap perbuatan sahabat nabi
Musa as.
23

Kelompok yang kontra menuduh bahwa kearifan local adalah perbuatan bidah
dan bahkan ada yang lebih ekstrim lagi sebagai perbuatan syirik. Mayoritas kaum
muslimin membagi bid'ah menjadi dua :
1. Bid'ah yang terpuji (mahmudah)
2. Bid'ah yang tercela (madzmumah)
Imam Syafii membagi bid'ah menjadi dua macam; pertama, sesuatu yang baru yang
bertentangan dengan perintah al-Qur'an, hadist atau ijma disebut bid'ah sesat (dhalalah),
Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi al-Qur'an, hadist atau
ijma itu disebut bid'ah tidak tercela (hasanah). Bahkan al-Imam al-Syafii menafikan
nama bidah terhadap sesuatu yang mempunyai landasan dalam syara meskipun belum
pernah diamalkan oleh salaf. Beliau berkata : Setiap sesuatu yang mempunyai dasar dari
dalil-dalil syara, maka bukan termasuk bidah meskipun belum pernah dilakukan oleh
salaf
24

Al-Imam Izzuddin bin Abdussalam membuat kategori bid'ah
25
menjadi lima
bagian sebagai berikut :
1. Bidah wajib seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang
belum ada pada zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama,
seperti kodifikasi al-Qur'an misalnya.

21
Slametan berasal dari bahasa Jawa slamet yang berarti selamat atau terhindar dari bahaya dan
malapetaka yang menimpanya
22
HR. Bukhari, kitab Adzan, bab tasbih dan do'a dalam sujud, no. 871 dan Muslim, kitab shalat, bab
bacaan dalam ruku' dan sujud, no.746.
23
ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah nabi Khidir as.
24
Tim Bahtsul Masail PCNU Jember. 2008. Membongkar Kebohongan Buku Mantan Kiai NU
menggugat Sholawat & Dzikir Syirik. Surabaya: Khalista, hal 71.
25
Untuk lebih jelas tentang pembagian dan pembahasan bidah silahkan baca buku Membongkar
Kebohongan Buku Mantan Kiai NU menggugat Sholawat & Dzikir Syirik.
2. Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah
kajian keagamaan dan membaca al-Qur'an di dalam masjid.
3. Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga merubah arti aslinya,
4. Bid'ah makruh seperti menghias masjid dengan gambar-gambar
5. Bid'ah yang mubahah, menjamah makanan dan minuman yang lezat-lezat, pakaian
yang indah, tempat tinggal yang mewah, memakai baju kebesaran dan lain
sebagainya.
26

Ada pendapat yang mengatakan bahwa bid'ah terjadi hanya dalam masalah-
masalah ibadah. Namun di sini juga ada kesulitan untuk membedakan mana amalan yang
masuk dalam kategori masalah ibadah dan mana yang bukan. Memang agak rumit
menentukan mana bid'ah yang baik dan tidak baik dan ini sering menimbulkan
percekcokan dan perselisihan antara umat Islam, bahkan saling mengkafirkan. Selayaknya
kita tidak membesar-besarkan masalah seperti ini, karena kebanyakan kembalinya hanya
kepada perbedaan cabang-cabang ajaran (furu'iyah). Kita diperbolehkan berbeda pendapat
dalam masalah cabang agama karena ini masalah ijtihadiyah (hasil ijtihad ulama). Sikap
yang kurang terpuji dalam mensikapi masalah furu'iyah adalah mengklaim dirinya dan
pendapatnya yang paling benar.
Perbedaan di antara kaum muslimin itu sesuatu yang wajar, akan tetapi
penyimpangan akidah itu yang tidak boleh dibiarkan. Sebab, semua ulama Ahlus Sunnah
sepakat dalam perkara-perkara ushul, tapi berbeda dalam furu. Mereka memperbolehkan
berbeda dalam urusan fiqhiyyah tapi tidak bisa didiamkan jika berdebat dalam urusan
aqaidiyyah. Oleh sebab itu, seorang Sunni tidak membesar-besarkan urusan furuiyyah.
Jika kita ingin 100% seperti zaman Nabi Muhammad SAW, apapun yang ada di
sekeliling kita, jelas tidak ada di zaman Nabi. Yang menjadi prinsip kita adalah esensi.
Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi Muhammad SAW
bersabda : 'Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik, maka baginya adalah pahala
dan (juga mendapatkan) pahala orang yang turut melakukannya'. Makna 'aktifitas yang
baik' --secara sederhananya--adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman
kepada Allah SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-
lainnya.
Keanekaragaman sosial budaya masyarakat pada suatu daerah tidak terbentuk
dalam jangka waktu yang singkat. Namun terbentuk melalui sejarah yang panjang,
perjalanan berliku, tapak demi tapak yang terjadi secara turun temurun dari berbagai
generasi. Pada titik tertentu terdapat peninggalan-peninggalan yang eksis atau terekam
sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya. Dengan demikian, proses
perjalanan sejarahnya pun tidak dapat dipolitisasi bahkan direkayasa. Hal ini menjadi
penting agar tidak menghentikan tradisi budaya mereka yang sudah berjalan secara turun-
temurun sebagai warisan.

D. KESIMPULAN
Sebagai penutup makalah ini, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kerafian local sebagai warisan budaya nenek moyang yang mempunyai nilai luhur.
2. Kearifan local selama tidak menabrak rambu-rambu syariat bisa dibenarkan dan tidak
termasuk bidah dholalah.
3. Hamper setiapkalau tidak dapat dikatakan semuasuku di Indonesia memiliki
acuan norma-norma dari budaya lokal masing dalam berinteraksi baik secara individu
maupun kelompok dari sesama suku atau dengan suku lain dalam kehidupan sosial-
keagamaan, baik intern (sesama penganut agama yang sama) maupun ekstern (antar
penganut agama yang berbeda);
4. Kearifan lokal masing-masing suku ada yang masih fungsional, ada pula yang sudah
tidak fungsional karena perkembangan zaman, adanya pergeseren nilai-nilai yang
dipegangi oleh masyarakat, atau penolakan dari sebagian anggota masyarakat;
5. Tetap fungsionalnya kearifan lokal tentu tidak terlepas dari proses sosialisasi yang
dilakukan oleh generasi tua kepada generasi penerusnya;
6. Kearifan lokal itu ada yang fungsional di wilayah budaya aslinya, namun ketika
dibawa keluar wilayah aslinya menjadi tidak fungsional. Sebaliknya, ada norma-norma

26
Al-Imam Izzudin bin Abdis Salam. Qowaiidul Ahkam. Juz 2. Hal 133 dalam Tim Bahtsul Masail
PCNU Jember. 2008. Membongkar Kebohongan Buku Mantan Kiai NU menggugat Sholawat & Dzikir Syirik.
Surabaya: Khalista, hal 74-76.
yang bersumber dari kearifan lokal suku tertentu, namun tetap fungsional di mana pun
berada, bahkan menjadi acuan bagi suku-suku lain;
7. Ada kemungkinan munculnya kearifan lokal baru sebagai rekacipta (institutional
development) dari kearifan lokal yang sudah tidak fungsional lagi, walaupun kearifan
lokal yang baru tidak sama dengan bentuk asli dari kearifan lokal yang lama

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Imam Mawardi. Fiqh Minoritas, Yogyakarta : LKiS. 2010.

Al-Suyuthi, Abdu al-Rahman bin Abi Bakr. t.t. Al-Asbah wa al-Nadhoir. ttp: Daar al-Ihya al-
Kutub al-Arabiyah.

Irwan Abdullah, Dkk. Agama dan KearifanLokal dalam Tantangna Global. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2008.

Muhamad Abu Zahrah. Ushul Fiqih. Jakarta : Pustaka Firdaus. 2008

Purwono Sastro Amijoyo. Kamus Inggris-Indonesia. Semarang: Widya Karya. 2007.

Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press. 1992.

Said Agil Husin Al-Munawar. Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta : Ciputat Press. 2003.

Tilley. C. Ethnograph and Material Culture dalam Atkinson et al (ed) Handbook of
Ethnography. London: Sage Publication. 2001.

Tim Bahtsul Masail PCNU Jember. Membongkar Kebohongan Buku Mantan Kiai NU
menggugat Sholawat & Dzikir Syirik. Surabaya: Khalista. 2008.


WEBSITE
Elly Burhainy Faizal dalam http://www.papuaindependent.com diakses 21 Juli 2011

http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&task=view&id=270&Itemid=147
21 Juli 2011

Rachmanto Aris D. Berawal dari Kearifan Lokal dalam http://swa.co.id/2010/02/berawal-dari-
kearifan-lokal/ diakses 14 Juli 2011

Sarlito Wirawan Sarwono. Kearifan Lokal. dalam http://suara.okezone.com/read/2011/07/10
kearifan-lokal diakses 14 Juli 2011.

Sartini, Menggali Kearifan Lokal, dalam http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php, diakses 14
Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai