Anda di halaman 1dari 22

1

MATHLA' DALAM PERSPEKTIF FIKIH


DAN ASTRONOMI
Oleh : Akhmad Muhaini
I. PENDAHULUAN
Diskursus bulan Qamariyah, terutama penentuan awal Ramadhan,
Syawal danDzulhijjahmerupakanpersoalanklasik yangsenantiasaaktual. Klasik
karena persoalan ini semenjak awal Islam sudah mendapat perhatian dan
pemikiran cukup serius dari pakar hukum Islam (fuqaha'), sebab terkait erat
dengan berbagai ibadah dan melahirkan pendapat yang berbeda. Disebut aktual
karenahampir di setiap tahun terutamamenjelang bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjahpersoalanini selalumuncul danmengundangpolemik sehingganyaris
mengancampilar kesatuan dan persatuan ummat Islam. Sebagaimana diketahui,
penetapan awal bulan Qamariyah dalamIslamdiawali dengan munculnya hilal,
yaitu bulan sabit yang pertamakali terlihat, yang selanjutnyamembesar menjadi
bulanpurnama, menipiskembali, danakhirnyamenghilangdari langit.
Di dalam al Qur'an banyak ayat-ayat yang membicarakan peredaran
benda-benda angkasa atau setidak-tidaknya bernuansa astronomis, antara lain
sbb.:
Surat al An'am ayat 96: Artinya: "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan
malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."
Surat al Baqarah ayat 189 : Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan
sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadah) haji ..."
Surat Yunus ayat 5: Artinya: "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
2
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui."
Ketigaayat di atassecarazhahir menyatakanbahwaperhitunganbilangan
tahun dan perhitungan waktu-waktu lainnya adalah melalui pergerakan matahari
dan bulan, dan ayat ketiga (QS. Yunus ayat 5) menyatakan perbedaan kalender
Islamdengan yang lainnya, Islammengajarkan pembagian bulan dengan tanda
keluarnya bulan sabit., QS. Al Baqarah: 189 di atas mengukuhkan hal itu. Dan
masihratusanlagi ayat- ayat lainyangberbicaratentangfenomenaastronomi.
SatutahunQamariyah(lunar year) adalahjangkawaktuyangdibutuhkan
bulan mengelilingi bumi selama 12 kali putaran dengan rata-rata satu tahun
lamanya35411/30hari. Berbedadengantahunmatahari (solar year) yaitujangka
waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk mengelilingi matahari (berevolusi)
dengan rata-rata satu tahun lamanya 365 1/4 hari. Ilmu Astronomi mutakhir
sudah sangat akurat memperhitungkan dan memperkirakan terlihatnya hilal
dengan sangat teliti, tingkat ketelitian ini sudah lebih
dari cukupuntuk keperluanteknis penentuanawal-awal bulanQamariyah, namun
dalam penentuan awal Ramadhan-Syawal dan Dzulhijjah persoalan tidak
sederhana, hadits Nabi S.a.w. menyatakan awal dan akhir Ramadhan ditetapkan
lewat pengamatanhilal.
1
Dalamperkembangannya, Fuqaha' berbeda pendapat dalammemberikan
interpretasi ayat-ayat tersebut dikaitkan dengan teks hadits, laju perkembangan
sains dan teknologi, serta kondisi riil masyarakat di sekitarnya. Silang pendapat
prosedur penetapan awal bulan Ramadhan dan hari Rayaitu bermuarapadatiga
paradigmametodologis, yakni :
1. Prosedur penentuan awal bln Ramadhan dan hari Raya cukup menggunakan
visibilitas hilal (Rukyat bil fi'li) dengan matatelanjang dipakai oleh Nahdatul
UlamadannegaraBrunei Darussalam
2. Penentuan awal Ramadhan dan hari Raya cukup dgn hisab astronomi dipakai
olehMuhamadiyah, PersisdannegaraSingapura
1
http://www.scribd.com/doc/23489109/Penetapan-Awal-Bulan-Qamariyah-Permasalahannya-
Studi-Kasus
3
3. Penentuan awal Ramadhan dan hari Raya berdasarkan visibilitas hilal yang
didukung oleh hisab Astronomi, dan Hisab Astronomi yang didukung oleh
Rukyat, digunakanMUI danDept. AgamadannegaraMalaysia.
2
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati
penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima).
Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik
seperti teleskop. Apabilahilal terlihat, makapadapetangtersebut telahmemasuki
tanggal 1 (satu). Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk
menentukanposisi bulansecaramatematis danastronomis. Hisabmerupakanalat
bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah
bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum
melakukanrukyat.
3
Sebuah ruyat bisa diterima setidaknya harus memenuhi tiga syarat.
Pertama, secara astronomi memang sudah memungkinkan. Di antaranya posisi
hilal ketinggiannya sudah mencapai 5 derajat dengan umur 8 jam. J uga sudut
elongasinya harus tampak. Ini hasil temuan Pusat Badan Meteoreologi dan
Astronomi di Riyadh yang memang khusus mengamati masalah ini. Kedua,
ditentukan oleh kondisi si pengamat dan lokasi pengamatan. Seorang peruyat
bukanorang yangrabun danharus bisadipercaya. Ketiga, cuacanyamendukung.
Kalaucuacatidakmendukungmakatidakmemungkinkandilakukanruyat.
Poin ketiga ini sering dikritik oleh kawan-kawan dari Muhammadiyah. Menurut
mereka, tidak terlihatnya hilal itu kemungkinan bukan karena ia tidak muncul,
tapi karena terhalang oleh awan atau lainnya. Karena itu, mereka lebih memilih
memakai hisab.
Dalam makalah ini akan dibahas penentuan awal bulan qamariyah
menggunakan visibilitas hilal (Rukyat bil fi'li) kaitannya dengan mathla yang
berlaku.
2
http://www.mail-archive.com/wongbanten@yahoogroups.com/msg02933.html
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah
4
II. KEBERLAKUAN MATHLA
Sebeleum membahas tentang mathla perlu diketahui definisi hilal.
Definisi hilal bisaberagam, tetapi bilaitubagiandari riset ilmiah, semuadefinisi
itu semestinya saling melengkapi. Bukan dipilih definisi parsial. Hilal harus
didefinisikanmulai dari metodesederhanarukyat tanpaalat bantusampai dengan
alat canggih hasil teknologi terbaru. Hilal juga harus terdefinisi dalam kriteria
hisab yang menjelaskan hasil observasi. Definisi lengkapnya misalnya,
dirumuskan, hilal adalah bulan sabit pertama yang teramati di ufuk barat sesaat
setelah matahari terbenam, tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis, dan
bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra bisa tampak sebagai garis
cahayatipisdi tepi bulatanbulanyangmengarahkematahari.
4
Beberapakeadaan
hilal bisadirangkumsebagai berikut :
1. Hilal terlihat setelah terbenamnya matahari sebelum terjadinya
ijtimak/konjungsi. Hal ini belumterhitungawal bulan, namunmasihterhitung
sebagai hilal akhir bulanyangsedangberjalan. (fenomenaini terhitungsebagai
kejadianyangganjil danjarangterjadi).
2. Terjadinya konjungsi ketika terbenamnya matahari dalam keadaan tertutup,
yaituterjadinyagerhanamatahari, makadipastikanhilal tidakakanterlihat.
3. Bulanterbenamsetelahterbenamnyamatahari di sebagian wilayah, sementara
ituwilayahlainsebaliknya(ijtima badal ghurub)
4. Bulanterbenamsebelumterbenamnyamatahari di sebagianwilayah, sementara
di wilayahlainsebaliknya. (ijtima qablal ghurub)
5
Menurut bahasaMathla (

) denganharakat fathahpadahuruf al-lam,


bermakna : waktu atau zaman munculnya bulan, bintang, atau matahari. Contoh
penggunaankataini adalahseperti dalamsurat Al-Qadar :

:
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [Al-Qadar : 5]
4
http://t-djamaluddin.spaces.live.com/blog/cns!D31797DEA6587FD7!135.entry
5
http://www.scribd.com/doc/23489109/Penetapan-Awal-Bulan-Qamariyah-Permasalahannya-
Studi-Kasus
5
Sementara Mathli (

) dengan harakat kasrah pada huruf al-lam,


bermakna: tempat munculnyabulan, bintang, ataumatahari. Contohpenggunaan
kataini adalahseperti dalamsurat Al-Kahf :

:
Hingga apabila dia Telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah
Timur) [Al-Kahf : 90]
6
Secara astronomi mathla' berarti tempat terbitnya benda-benda langit.
Dalam bahasa Inggris disebut Rising Place. Sedangkan dalam istilah Falak,
matlak adalah batas daerah berdasarkan jangkauan dilihatnya hilal atau dengan
katalainmathla' adalahbatasgeografiskeberlakuanrukyat.
7
Munculnya teori ikhtilaf al-Matali (perbedaan mathla) bermula dari
ijtihadImamSyafii berdasarkanhadits Kuraib. Kalaulahmemangkitamenerima
adanyaikhtilaf al-Matali (perbedaan mathla), makaharus kitadudukkan seluas
mana ukuran wilayah ikhtilaf al-Matali tersebut sebenarnya. Hal ini agar kita
berjalan sesuai dengan ijtihad para ulama yang mengusulkan ikhtilaf al-Matali
tersebut, bukanmenyebut nyebut mathlanamunbukanpadapengertianyangdulu
dikenal olehparaulamaqodimterdahulu
8
Sejauh mana keberlakuan rukyatul hilal atau mathla'? Kita semua
mengetahui bahwabumi itubulat, bukanseperti selembar kertas. Dapat dipastikan
ada daerah yang bisa melihat hilal lebih awal dari daerah lainnya. Tidak ada
batasan fisik kuantitatif yang dapat dibuat dalam menentukan mathla' tanpa
mempertimbangkan kondisi sebaran penduduk dan geopolitik pada suatu masa.
Gagasan untuk membuat rukyat yang bersifat global akan berbenturan dengan
sekian kesulitan, termasuk memaksa orang untuk berjaga menunggu kesaksian
hilal yang belum pasti atau memaksa orang meng-qadha puasa bila terlewat.
Sementara membuat batasan radius sekian derajat (lokal) juga tidak ada alasan
ilmiah yang sahih.
9
Sebagai contoh seharusnya bila dengan mempergunakan
hitungan mathla syari (133,05 km) maka termasuk berbeda matha pula antara
6
Lihat Al-Mujamul Wasithpadamaddah .
7
SusiknanAzhari, Ensiklopedi HisabRukyat, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008
8
http://www.infoplease.com/atlas/calculate-distance.html).
9
http://t-djamaluddin.spaces.live.com/blog/cns!D31797DEA6587FD7!135.entry
6
J akarta Cirebon (260 km), Surabaya Madiun (170 km) dan Balikpapan
Bontang(220km). Artinya, makabilakitakonsistendenganukuranmathla yang
telah ditetapkan oleh para ulama qodim, maka harusnya masing masing tempat
tersebut melakukanrukyat hilal masingmasingdantidak perlumengikuti ataupun
bahkan mencari cari kesaksian hilal dari daerah lain yang berlainan mathla
tersebut.
Gagasan ahli fikih dalam menentukan mathla' bersifat wilayatul hukmi
(berdasarkan wilayah hukum) bisa dianggap bidah dalampercaturan fikih atau
bisa juga tidak dianggap bidah, tergantung dari realitasnya. Pada dasarnya
wilayatul hukmi ituada, realitasnyaselaluadayakni bahwamemangsetiapnegara
secarade jure dande fakto memiliki wilayatul hukmi yaituteritorial tertentuuntuk
secaraberdaulat penuhmenjalankanhukumnyadi wilayahtersebut.
Hanya saja realita wilayatul hukmi telah berubah dari realita masa lalu.
Biladuluwilayatul hukmi umat IslamhanyaadasatusajayaituDaulahIslamiyah
yang meliputi dari Maroko sampai Merauke, maka sekarang terdapat puluhan
wilayatul hukmi yang terkotak kotak berdasarkan national state-nya, ukurannya
secara relatif mengikuti luas wilayah negara nasional tersebut. J adi kalau
Indonesia berarti sepanjang Sabang-Merauke, kalau Singapura ya sebatas pulau
itusaja.
10
Persoalan yangmenjadi pembahasanulamaadalahapakahterbitnyahilal
Ramadan atau hilal Hari Raya Idul Fitri di suatu wilayah (petunjuk dimulainya
puasaataudiakhirinyapuasaRamadan) harus diikuti pula oleh wilayah lain yang
belum melihat hilal. Dengan kata lain bahwa perbedaan tempat munculnya hilal
tidak berpengaruhpadaperbedaanmemulai puasaatauHari RayaIdul Fitri untuk
seluruh wilayah di bumi ini, sehingga apabila suatu wilayah telah melihat hilal
(rukyat), makawilayah lain berpedoman padapenglihatan hilal wilayah itu. J ika
demikian halnya, maka perbedaan hari memulai puasa tidak akan terjadi di
10
http://dnuxminds.wordpress.com/2009/06/03/mendudukkan-hadits-kuraib-dalam-prespektif-
penentuan-awalakhir-romadhon-dan-problem-kesatuan-umat-islam/
7
seluruhtempat di bumi ini, tanpamembedakanjauhdekatnyaantarawilayahyang
melihat danyangbelummelihatnya.
Misalnya, paraahli rukyat dan hisab di Mekah, dalammenentukan awal
bulan Ramadan di akhir bulan Sya'ban, telah melihat hilal, sedangkan di daerah
lain belum kelihatan pada hari yang sama. Dengan rukyat tersebut pemerintah
Arab Saudi mengumunkan bahwa puasa Ramadhan dimulai keesokan harinya.
Berdasarkan rukyat di Mekah ini, timbul pertanyaan apakah muslimin di daerah
lain harus mengakui dan mengikuti penglihatan ahli rukyat dan hisab di Arab
Saudi di Mekahtersebut, sehinggaawal bulanRamadanuntuk daerah-daerahlain
samadenganawal bulanRamadandi ArabSaudi.
UlamaFikihmenyatakan, bahwatidak dapat diingkari bahwamunculnya
hilal pada setiap daerah waktunya berbeda-beda, apalagi jika daerah itu saling
berjauhan. Rasulullah saw. dalam sabdanya yang berkaitan dengan hilal ini
menyatakan : "Jika kamu melihat (hilal) bulan (Ramadan), maka berpuasalah
kamu, dan jika kamu melihat (hilal) bulan (Syawal) maka berbukalah kamu" (HR.
al-Bukhari dan Muslimdari Ibnu Umar). Secara umumhadis ini menunjukkan
bahwa siapa saja yang telah melihat bulan (hilal), maka kaummuslimin wajib
mengikuti rukyat tersebut, karena lafal kamu dalam hadis itu bisa diartikan
dengan seluruh umat Islam yang akan berpuasa. Namun para ahli Fikih tidak
sepakat tentangpenafsirantersebut, karenamenurut jumhur ulamaFikih, hadisini
lebih menunjukkan geografi orang yang melakukan rukyat, bukan untuk seluruh
umat Islam.
Olehsebabitu, apabiladi suatudaerahsudahadaorangyangmelihat hilal
makamerekawajibmemulai puasaataumengakhiri puasa, sedangkanumat Islam
di daerah lain menunggu sampai mereka melihat hilal atau jika hilal tidak
kelihatan, makamerekamenyempurnakanbilanganbulanSyabansampai 30hari
(istikmal), kemudian mereka berpuasa namun demikian, jumhur ulama
menyatakan bahwa apabila beberapa daerah dipimpin oleh satu kepala negara,
seperti Indonesia, sekalipun berjauhan, maka apabila kepala negara telah
mengumumkan dimulainya puasa dengan rukyat yang telah dilakukan di suatu
daerahkekuasaannyamakaseluruhumat Islamdi negaratersebut wajibmengikuti
8
pengumuman pemerintah tersebut. Misalnya, ahli rukyat dari Aceh telah melihat
hilal dan atas dasar itu pemerintah mengumumkan hari dimulainya puasa, maka
umat Islam yang berada di Irian J aya wajib mengikuti keputusan pemerintah
tersebut. Hal ini, menurut merekasejalan dengan kaidah Fikih yang menyatakan
keputusan pemerintah menghilangkan perbedaan pendapat.
Ulama sendiri dalammasalah ini sangat sulit untuk keluar dari wilayah
kontoversi, yangsubstansi pendapatnyabermuarapadatigakelompok.
1. Setiap daerah mempunyai mathla sendiri dan rukyatnya tidak berlaku untuk
daerahlain, dekat maupunjauh(mathla lokal)
2. Rukyat bisadiberlakukansecarainternasional (mathla global).
3. Rukyat di suatu daerah (negeri) hanya berlaku untuk negeri setempat dan
daerahyangberdekatan(wilayatul hukmi).
11
A. MATHLA' LOKAL
Menurut mazhab Syafii
12
, jika terbukti ada rukyat di suatu negeri,
rukyat ini hanya berlaku untuk daerah-daerah yang dekat, yaitu yang masih
satu mathla`, dengan kriteriasatu mathla` adalah jarak 24 farsakh atau daerah
sejauh 133 km. Sedangkan negeri-negeri yang jauh (di atas 133 km), tidak
terikat dengan rukyat yang terbukti di negeri tersebut.
13
Dengan mengikuti
ukuran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Makkah Madinah berbeda
11
http://www.mail-archive.com/wongbanten@yahoogroups.com/msg02933.html
12
Wahbah Az-Zuhaili, ibid., hal. 605. Namun pengikut mazhab Syafii di Indonesia saat ini
sebenarnya tidaklah berpegang pada konsep mathla' ini. Sebab, jarak yang membentang antara
ujung barat sampai ujung timur Indonesia adalah 5200 km. J ika dalamjarak 133 kmada satu
mathla', makadi Indonesiaakan adasekitar 39 mathla'. Karenakesulitan ini, maka menurut KH
Sahal Mahfuzh NU harus pindah mazhab (intiqal mazhab). Sayangnya NU tidak berpindah ke
mazhab jumhur, yakni saturukyat untuk seluruhdunia, melainkan membuat "mazhab baru" yang
diberi namawilayatul hukmi. Yaitusaturukyat berlakuuntuk negaranasional yangadasekarang.
Padahal, wilayatul hukmi yang diajarkan Islamadalah satu rukyat untuk seluruh duniadi bawah
pimpinan Al-Imam Al-A'zham alias Khalifah, bukan satu rukyat untuk satu negara nasional
(nation-state) di bawah pimpinan penguasa sekuler seperti saat ini. Lihat Abdurrahman Al-
Baghdadi, Umatku Saatnya Bersatu Kembali : Telaah Kritis Perbedaan Awal dan Akhir
Ramadhan, (J akarta: InsanCitraMediaUtama), 2007, hal. 101.
13
http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=520&Itemid=47
9
mathla sebab jarak antar kotatersebut sekitar 600 km. Madinah Damaskus
punberbedamatlahdimanajarakkeduanyasekitar 900km
14
Kalangan yangmendukungideMathla Lokal danyangmengharuskan
seluruhkaummusliminmengikuti Mathla ini membawakansatudalil, yaitu:

) . : (
15
.
Dari Kuraib, bahwasannya Ummu Fadhl bintu Harits mengutusnya untuk
menemui Muawiyah di Syam (Syria : Damaskus), ia berkata: Maka aku
sampai di Syam lalu aku selesaikan urusannya (Ummu Fadhl) maka orang-
orang mencari-cari hilal Ramadhan sementara aku masih di Syam, maka kami
melihat hilal tersebut malam jumat, kemudian aku sampai di Madinah pada
akhir bulan (Ramadhan) lalu Ibnu Abbas menanyaiku kemudian ia ingat
tentang hilal (Ramadhan), lalu ia bertanya: Kapan kalian melihat hilal?
Aku katakan: Aku melihatnya malam jumat. Ia berkata: Engkau (sendiri)
melihatnya? Aku jawab: Ya dan orang-orang (juga) melihatnya dan mereka
berpuasa (keesokan harinya) dan Muawiyah (juga) berpuasa. Ia berkata:
Akan tetapi kami (di Madinah) melihatnya malam sabtu, maka kami terus
berpuasa Ramadhan hingga kami sempurnakan 30 hari atau kami melihatnya
(hilal Syawwal). Maka aku katakan: Apakah engkau tidak cukup dengan
ruyahnya Muawiyah dan puasanya? Ia berkata: Tidak, demikianlah kami
14
http://dnuxminds.wordpress.com/2009/06/03/mendudukkan-hadits-kuraib-dalam-prespektif-
penentuan-awalakhir-romadhon-dan-problem-kesatuan-umat-islam/
15
HR. Muslim1087, at-Tirmidzi 647danAbuDawud1021. Riwayat AbuDawuddanat-Tirmidzi
di-shahih-kanolehAl-Albani dalamShahihSunanat-Tirmidzi 1/213
10
diperintah oleh Rasulullah SAW. (H.R. Abu Dawud dan Albani berkata:
shahih).
Dari riwayat di atas bisa kita simpulkan bahwa Ibnu Abbas tidak
menganggap Mathla Internasional yang kebetulan pada tahun itu ada di
Syam dan tetap berpegang pada Mathla Lokal yaitu kota Madinah al-
Munawwarah meskipun perbedaan waktu antara Madinah dan Syamhanya 1
jam, sehingga beliau tetap berpuasa pada hari sabtu dan akan berhenti puasa
jikamelihat hilal di Madinahataumenyempurnakanbilanganmenjadi 30 hari
dantidak menganggapawal Ramadhandi kotaSyamyangjelasjatuhpadahari
jumat dan juga tidak menganggap bahwa penduduk kota Madinah harus
membayar hutangpuasakarenamerekatidakpuasapadahari jumat.
Ibnu Abbas melakukan ini atas dasar bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan mereka untuk bertindak demikian, dengan kata lain bahwa
Rasulullah SAW sendiri tidak pernah menganggap Mathla Internasional
sebagai dasar penentuan awal Ramadhan di seluruh dunia dan justru yang
dianggap hanyalah Mathla Lokal yang berlaku lokal untuk tiap tempat di
seluruhpenjurubumi ini.
B. MATHLA' GLOBAL
J umhur ulama, di antaramerekaAl-ImamAbu Hanifah dan Al-Imam
Ahmad, berpendapat bahwaruyahdi suatunegeri berlakuuntuk seluruhkaum
muslimindi negeri-negeri yanglain, sehinggaadanyaperbedaanmathla tidak
memiliki pengaruh apapun terhadap penentuan ruyatul hilal
16
. Pendapat ini
berdasarkankepadabeberapahal :
a. Al-Quran, Surat al-Baqarah: 185
Artinya : (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
16
http://www.assalafy.org/mahad/?p=226
11
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.
b. SabdaRasulullah:
Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian
karena melihatnya (hilal). Apabila pandangan kalian tersamar
(terhalang), maka sempurnakanlah hitungan bulan Syaban menjadi 30
hari.
17
c. HaditsAbuHurairah, bahwasanyaRasulullahbersabda:
Hari berpuasa adalah hari kaum Muslimin berpuasa. Hari Idul Fitri
adalah hari kaum Muslimin berbuka. Dan hari Idul Adha adalah hari
kaum Muslimin menyembelih kurban. (Lihat. HR. AbuDawud, no. 2344;
att-Thirmidzi, no. 297haditsdari Aisyah)
18
Daerah yang terletak dalamsatu bujur harusnya bisa memulai dalam
waktuyangsama. Sebab, daerahyangterletak sebujur, sejauhapapunjaraknya
tidak akan berbeda atau berselisih waktu. Namun, faktanya dengan adanya
negara-negara bangsa, daerah-daerah yang terletak satu bujur memulai puasa
tidaklah serentak, padahal secara astronomi harusnya bisa memulai puasa
secara bersamaan. Selain itu, daerah yang terletak beda bujur, selisih waktu
terjauh tidak sampai sehari. J ika demikian, tidak mungkin ada selisih waktu
lebih dari sehari. Adanya mathla memungkinkan suatu daerah berbeda
dengan daerah lain, meskipun secara astronomi harusnya tidak terjadi
17
HR. Bukhari 4/106danMuslim1081, dari AbuHurairahra
18
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=rdnlihat&id=3
12
perselisihan dan perbedaan pendapat dalam memulai atau mengakhiri puasa
Ramadlan. Kenyataanseperti ini seharusnyabisamenafikanmathla.
19
Selain dalil-dalil di atas kalangan yang mencetuskan ide Mathla
Internasional dan yang mengharuskan seluruh kaum muslimin mengikuti
Mathla ini membawakansatudalil, yaitu:

) . .(
Dari Ibnu Umar R.A. bahwasannya Rasulullah s.a.w. menerangkan
Ramadhan, maka beliau memperlihatkan dengan kedua tangannya lalu
bersabda: Satu bulan itu begini dan begini dan begini, (kemudian beliau
melipat satu jempolnya pada kali yang ketiga) Maka berpuasalah kalian
semua jika melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian semua jika melihatnya
(hilal), maka jika tertutupi atas kalian, maka tentukanlah baginya 30 hari.
H.R. Muslim
Hadits di atas menerangkan bahwahitungan bulan dalampenanggalan
Hijriyyah adalah 29 hari yang akan dianggap 30 hari jika hilal tidak bisa
terlihat karena tertutup awan. Namun yang paling penting dari hadits di atas
adalah perintah Rasulullah S.A.W kepada para shahabat untuk berpuasa dan
berbukajikamelihat hilal barudenganmenggunakanperintahjamak yaitukata

dan

. Dan seperti yang difahami dalamilmu Ushul Fiqh, bahwa


bentuk jamak seperti ini menunjukkanbahwaperintahtersebut berlakuumum.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa, kewajiban berpuasa dan berbuka jika
melihat hilal ini terkena kepada seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru
dunia tanpa mengenal Mathla Lokal, sebab yang berlaku hanyalah Mathla
Internasional karena ikatan kaum muslimin tidak mungkin dipisahkan oleh
batasteritorial negaraataubujur bumi.
19
http://fauzanalbanjari.blog.com/2008/09/03/perbedaan-awal-akhir-ramadhan/
13
Dan bilakesimpulan hukumini diaplikasikan secara sederhana, maka,
jikahilal barutelahnampak di Mesir padahari jumat malamsabtu, makapada
hari sabtu seluruh kaum muslimin baik di Mesir atau di Indonesia (yang
notabene berbeda 6 jam) atau di belahan dunia mana pun harus berpuasa
Ramadhan meskipun di negara atau daerah mereka belumnampak hilal baik
secara ruyah ataupun hisab berdasar perintah Rasulullah:

yang
berlaku umum. Dan bagi yang hari sabtu tidak berpuasa karena tidak tahu
kalausudahmasukRamadhan, makaiadianggaphutangpuasa1hari danharus
membayarnya di luar Ramadhan.
20
Di Indonesia pendapat ini dikembangkan
olehHasbi ash-Shiddieqy, Hizbut Tahrir,
21
Imam asy-Syaukani menyimpulkan, Pendapat yang layak dijadikan
pegangan adalah, apabila penduduk suatu negeri telah melihat bulan sabit
(ruyatul hilal), makaruyat ini berlakupulauntuk seluruhnegeri-negeri yang
lain.
22
Oleh karena itu kapan saja penduduk suatu negeri melihat hilal, maka
wajibatasseluruhnegeri berpuasa.
23
Kiblat rukyat internasional ini berkembang dari keputusan muktamar
internasional 1978 dan 1980 di Istanbul Turki, bahwa di setiap tempat yang
berhasil rukyah bisa mengumumkannya ke seluruh dunia dan berlaku pula
untuksemuatempat. Sejakituadasebutanmathla internasional.
Bagaimana sikap umat Islam di Indonesia? Karena perbedaan waktu
antara Indonesia-Makkah hampir 4 jam, NU melalui muktamar di Lirboyo
1999 tidak membenarkan penggunaan mathla rukyatul internasional.
KeputusanNU sendiri menggunakanargumentasi ikhtilaful mathali atas dasar
hadis Imam Muslim bahwa sahabat Quraib melihat hilal dan diberlakukan
sebagai dasar awal Ramadan pemerintahan Muawiyah di Syam. Laporan
20
http://almushthafa.com/penetapan-awal-akhir-ramadhan-persatuan-umat-islam
21
http://www.scribd.com/doc/23489109/Penetapan-Awal-Bulan-Qamariyah-Permasalahannya-
Studi-Kasus
22
Lihat pulapendapat ImamIbnuHajar al-Asqalani dalamkitabnyaFthal-Br; BabShiym.
23
SayyidSabbiq, Fiqhas-Sunnah, jld. 1, hal. 368
14
rukyatul hilal Quraib tidak serta merta berlaku di Madinah, karena sahabat
AbdullahbinAbbasyangtinggal di Madinahmenolaknya.
24
Sebagai ilustrasi seandainyakitasepakat menggunakanmahtla global,
masih saja ada masalah. Karena secara terminologi, ruyat secara global juga
rumit. Misalkan, dalammenentukan hari yang dipakai untuk meruyat, juga
masih ada masalah. Karena hal ini terkait dengan penentuan tanggal 29
Syaban. Sedang tanggal tersebut memakai metode hisab yang dalamhal ini
jugaberbeda-beda. Faktanya, kalender yangadasekarangini memangberbeda.
Tidak adanyakesamaanhari. Sebagai contoh, di Indoneisapadapukul 6
sore sudah melihat ruyat sehingga diputuskan besok lebaran. Maka patokan
ini tidakbisadipakai di LosAngeles, AmerikaSerikat. Karenaposisi Indonesia
dan Los Angelas dari titik zona waktu sangat berbeda. Indonesia terletak +7
dari titik Greenwich, sedang Los Angeles posisinya 8 dari titik Greenwich.
J adi, di Los Angels masih pukul tiga pagi. Ini juga persoalan. Mengatasi hal
ini, maka para fuqaha harus memutuskan apakah kesamaan itu pada hasil
ruyatnyaataupadaharinya.
25
C. Prinsip wilayatul hukmi.
Model ini digunakanolehpemerintahRepublik Indonesia(DEPAG RI)
yang diambil melalui laporan hasil hisab dan kesaksian hilal di seluruh
Indonesia. Keputusan diambil melalui sidangisbat yangditangani oleh Badan
Hisab & Rukyat Departemen Agama yang melibatkan berbagai unsur; MUI,
ormas-ormas (NU, Muhammadiyah, PERSIS, dll.), unsur perguruan tinggi,
pakar danpraktisi tenagaahli, staf planetariumdanobservatorium, staf Badan
Meteorologi dan Geofisika, serta pejabat Departemen Agama RI yang hanya
berfungsi sebagai fasilitator. Setelah mencapai katasepakat meski tidak utuh,
maka pemerintah (dalamhal ini menteri agama) mengukuhkan melalui surat
keputusan serta mengumumkan secara langsung kepada masyarakat melalui
24
http://www.gp-ansor.org/opini/memaksimalkan-istikmal-menuju-lebaran-bersama.html 31
J anuari 2010
25
http://www.ppnuruliman.com/artikel/fikih-ramadhan/232-dilema-penentuan-awal-
ramadhan.html
15
televisi danmedialainnya. Kriteriaini jugadiadopsi olehbeberapanegaraAsia
Tenggara yang tergabung dalam Forum MABIMS (Menteri-Menteri Agama
Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, danSingapura).
Sejauh ini, banyak kalangan menilai bahwa kriteria ini sebagai
penengah antara hisab dan rukyat atau tepatnya antara NU dan
Muhammadiyah. Namun tidak dipungkiri bahwa teori ini (khususnya
dikalangan ahli astronomi) masih diperdebatkan keakuratan kriteria
visibilitasnya, artinya ambang batas yang ditetapkan 2 derajat, jarak bujur 3
derajat, danumur bulan8jamdipandangsangat mustahil untuk dapat teramati
dengan mataterutamadalamkonteks dan lokasi Indonesia, sehinggaterkesan
mengabaikan ilmu pengetahuan. Sehingga dalam hal ini diperlukan tinjauan
lebihlanjut tentangkriteriavisibilitashilal untuk dapat teramati, dansejauhini
usaha-usaha tindak lanjut tersebut terus berjalan meski belum mendapatkan
jawabanyangmenenteramkan.
26
Namun demikian ulama yang berpendapat demikian berselesih
pendapat dalam menetapkan jarak jauh dekatnya. Ada yang mengaitkannya
dengan jarak bolehnya mengqashar shalat. Dan ada yang mengatakan apabila
beritaterlihat hilal dapat sampai ketempat tersebut padamalamitu juga, dan
pendapat lainnya.
27
D. GARIS TANGGAL QAMARIYAH
Sebelumnyaperludiketahui lebihdahulutentanggarisbatastanggal,
yaitu garis yang menghubungkan daerah-daerah di permukaan bumi di mana
matahari dan bulan terbenam secara bersamaan. Garis batas tanggal biasa
digunakan oleh kelompok yang berpegang pada ufuk mar'i. Garis batas
tanggal tidak bisadijadikanpedomanlangsungdalammenentukanposisi hilal
untuk suatu tempat, hal ini disebabkan : (a) data terbenam matahari yang
dijadikan pedoman dalammelukis garis itu diambil rata-rata dari 3 hari dan
(b) data terbenam matahari dan terbenam bulan, tidak memperhatikan
26
http://www.scribd.com/doc/23489109/Penetapan-Awal-Bulan-Qamariyah-Permasalahannya-
Studi-Kasus
27
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=rdnlihat&id=3
16
kerendahanufuk. J adi hanyaberlakudaerah yangpersis beradadi permukaan
air laut (ketinggian0meter).
28
Adanya dua sistem kalender yang kita anut, syamsiah (solar
calendar) danqamariyah(lunar calendar), menyebabkankitaakanmenghadapi
dua garis tanggal: garis tanggal syamsiah dan garis tanggal qamariyah.
Garis tanggal mesti ada karena bumi kita bulat sehingga perlu pembatas
pergantianhari.
Garis tanggal syamsiah ditentukan berdasarkan kesepakatan
internasional yang menjadikan garis bujur 0 derajat melalui Greenwich dan
garis bujur 180 derajat melalui lautan Pasifik. Di sebelah timur garis tanggal
internasional tanggalnya lebih muda daripada yang di sebelah baratnya.
Contoh yang paling baik adalah catatan sejarah penyerahan J epang kepada
tentara sekutu. Kejadiannya sama, tetapi buku-buku sejarah di Amerika
menyebutnya penyerahan itu terjadi pada tanggal 14 Agustus 1945.
Sedangkanbuku-bukudi Asia, termasuk di Indonesiamenyebutkantanggal 15
Agustus1945.
Garis tanggal qamariyah pun sama sifatnya seperti garis tanggal
internasional. Di sebelah timur garis tanggal qamariyah tanggalnyapun lebih
mudadari padadi sebelah baratnya. Bedanya, garis tanggal qamariyah tidak
tetap pada garis bujur tertentu. Posisinya selalu berubah setiap bulannya,
tergantungposisi bulandanmatahari.
Ada dua definisi yang saat ini digunakan dalam pembuatan garis
tanggal qamariyah. Pertama, berdasarkan visibilitas hilal seperti yang
dilakukan oleh IICP (International Islamic Calendar Programme, berpusat di
Malaysia). Danyangkedua, berdasarkansyarat minimal bulandi horizonpada
saat matahari terbenam. Cara yang ke dua yang biasanya digunakan di
Indonesia. Cara ini pun yang paling sederhana, namun cukup baik untuk
menjadi kriteriapertamamengkonfirmasikanrukyatul hilal.
Sebagai contoh alangkah baiknya kita tengok sedikit ke belakang,
berdasarkan perhitungan cara yang ke dua, garis tanggal awal Dzulhijjah
28
SusiknanAzhari, Ensiklopedi HisabRukyat, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008)
17
1417/1997 melalui pantai barat Australia, pantai barat Sumatra, India,
Kazakhstan, dan Rusia bagian barat. Dengan demikian garis tanggal ini
memisahkan Arab Saudi dengan Indonesia. Adanya garis tanggal yang
memisahkanArabSaudi danIndonesiaitulahyangmenyebabkanIdul Adhadi
Arab Saudi lebih dahulu (menurut kalender syamsiah) daripadadi Indonesia.
Pada hari Kamis 17 April di bagian barat garis tanggal itu (misalnya Arab
Saudi) sudah memasuki 10 Dzulhijjah (Idul Adha) sedangkan di sebelah
timurnya masih tanggal 9 Dzulhijjah. Ini analog dengan contoh penyerahan
J epangkepadatentaraSekututersebut di atas yangterjadi tanggal 15Agustus
1945 menurut catatan di Asia, tetapi menurut catatan di Amerika. Hal ini
terjadi karenaadanyagaristanggal internasional yangmemisahkannya.
Makinkebarat waktufajar bergeser, di EropaBarat waktufajar awal
puasa kira-kira 3 jamsesudah di Arab Saudi, tetapi tetap tanggal 16 April.
Makin ke barat lagi, di pantai barat Amerika Serikat waktu fajar awal puasa
Arafahmakinbergeser lagi, 11jamsetelahArabSaudi. Saat ituorangdi Arab
Saudi sebentar lagi berbuka puasa. Tanggalnya tetap 16 April. Di Hawaii,
puasaArafahjuga16April, tetapi fajar awal puasanyasekitar 13,5jamsetelah
ArabSaudi. Biladiteruskankebarat, di tengahlautanPasifik adagaristanggal
internasional. Mautidak mausebutan16April harus diganti menjadi 17April
walaupunhanyaberbedabeberapajamdenganHawaii. Awal puasaArafahdi
Indonesia pun yang dilakukan sekitar 6,5 jam setelah fajar di Hawaii,
dilakukan dengan sebutan tanggal yang berbeda hanya gara-gara melewati
garis tanggal internasional. Di Indonesia puasa Arafah harus dilakukan pada
17 April 1997. Itulah tetap tanggal 9 Dzulhijjah, sama dengan tanggal
qamariyah di Arab Saudi. Berdasarkan penalaran seperti itu pula, dalam
konperensi kelender Islaminternasional di Malaysia, ada salah satu panduan
pentingyangdirumuskanyangbisamenjadi peganganbagi umat Islamdalam
penentuan waktu ibadah. Panduan itu menyatakan bahwa dalammenentukan
awal Ramadan atau awal bulan Islamlainnya, jangan mengacu padawilayah
yang di sebelah barat, tetapi mengacu pada wilayah di sebelah timur.
Berdasarkanpanduanitu, kitaakansemakinyakindanmempunyai alasankuat
18
untuk berpuasa Arafah pada 17 April, bukan mengikuti Arab Saudi yang
beradadi sebalahbarat Indonesiayangberpuasapada16April.
29
Perhitungan astronomis yang lebih rinci bisamembuktikan keadaan
itu. Ijtimak 1Dzulhijjah1417terjadi pada7April 1997pukul 11:04UT atau
pukul 14:04 waktu Arab Saudi, pukul 18:04 WIB. Dengan katalain, di Arab
Saudi ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub)
sedangkandi sebagianbesar Indonesiasaat itumatahari sudahterbenam. J adi
berdasarkan saat ijtimak itu saja dapat difahami bahwa masuknya awal
Dzulhijjahdi ArabSaudi lebihdahuludaripadadi Indonesia.
Bukti lain bisa ditunjukkan dengan menghitung saat matahari
terbenam dan bulan terbenam. Hilal pada prinsipnya sudah wujud di ufuk
barat bilasaat bulan terbenamlebih lambat daripadasaat matahari terbenam.
Pada tanggal 7 April, di Mekkah matahari terbenampukul 18:38 sedangkan
bulan terbenamlebih lambat lagi, pukul 18:45. Sehingga 1 Dzulhijjah jatuh
padatanggal 8April danIdul Adhajatuhpada17April 1997.
Di Indonesia pada tanggal 7 April itu bulan terbenamlebih dahulu
daripadamatahari. Di J akartabulanterbenampukul 17:54sedangkanmatahari
terbenam pukul 17:55. Dan di Bandung bulan terbenam pukul 17:51
sedangkan matahari terbenampukul 17:52. Bulan sudah di bawah ufuk pada
saat matahari terbenam. Dengandemikian1Dzulhijjahjatuhpada9April dan
Idul Adhajatuhpada18April 1997.
30
J adi, "perbedaan" hari Idul Adhaitusebenarnyatidak berbedasecara
hakiki bila dilihat menurut kalender qamariyah dengan garis tanggal
qamariyahjuga. Merancukanwaktuibadahyangdinyatakanmenurut kalender
qamariyah dengan tanggal menurut kalender syamsiah bisa menyebabkan
timbul kesanseolah-olahadaperbedaan.
31
Garis tanggal qamariyah selalu berubah setiap bulannya karena
tergantung padaposisi bulan dan matahari yang terus berubah. Garis tanggal
qamariyahpunsebenarnyatidak selalumembagi Timur danBarat, tetapi bisa
29
http://media.isnet.org/isnet/Djamal/id-adha1.html
30
http://media.isnet.org/isnet/Djamal/id-adha1.html
31
T. Djamaluddinadalahpeneliti bidangmatahari & lingkunganantariksa, Lapan, Bandung.
19
Timur-Laut dan Barat-Daya atau Tenggara dan Barat-Laut. Hadits Kuraib
yangmenjadi fokusperdebatanmathla lokal danmathla global menjadi tidak
relavan dipersoalkan bila memandangnya ada garis tanggal qamariyah yang
memisahkanantaraMadinahdanSyam(Syria).
Pada zaman dahulu, orang cenderung melihatnya secara lokal di
sekitar garis tanggal tersebut sehingga seolah ada mathla lokal. Kini kita
harus melihatnya secara global bumi sebagai bola. Pasti ada awal hari yang
bergerak ke arah Barat sehingga seolah wilayah sebelah Timur menjadi
belakanganharinya. Kalaudi negara-negaraArablebihduluberidul fitri (bila
didasarkan pada rukyat yang benar) daripada di Indonesia adalah hal yang
wajar bila garis tanggal qamariyah membelah antara wilayah Arab dan
Indonesia. Dalamhal seperti itu, rukyat dimulai dari wilayahArabdanAfrika,
kemudianEropa, Amerika, danbaruAsia.
32
E. GARIS TANGGAL KAMARIYAH SEBAGAI SOLUSI
Sebelum Garis Tanggal kamariyah dijadikan pedoman pembatas
mathla langkah pertama yang diambil adalah menyamakan dulu persepsi
batas wilayah keberlakuan sistemhisab rukyat dan kalender kita. Walau kita
semuaberharapadanyakesatuanummat Islamsecaraglobal, kitamemerlukan
tahapan yang realistis. Batas wilayah yang realistis bisa kita tetapkan
sementara, batas wilayahIndonesia, tempat kitaberada. Umumnyaulamakita
bersepakat dengan batas wilayah ini dalambentuk wilayatul hukmi, wilayah
hukum. Nanti, bila kita sudah bersepakat dan mapan di tinggkat nasional,
wilayah keberlakukan kita kembangkan menjadi tingkat regional ASEAN
(seperti kesepakatanMABIMS : Menteri-menteri AgamaBrunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura), kemudian tingkat global. Secaraumum
semuaormas dankelompok ummat Islamdi Indonesiabisabersepakat dalam
32
http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/09/03/kita-bisa-bersatu-tanpa-mempermasalahkan-
metode/
20
soal bataswilayahini, walaukitabercita-citamengembangkannyauntuk batas
wilayahglobal.
Konsep rukyat global dari HTI sebenarnyajugabisasejalan dengan
konsep batas wilayah nasional tersebut, kalau kita samakan persepsi bahwa
garis tanggal qamariyah berbeda dengan garis tanggal syamsiah. Niat ikhlas
menegakkan syariat Allah saudara-saudara kita HTI jangan sampai terjebak
pada garis tanggal internasional hasil konvensi manusia. Dalamkaidah ilmu
falak-astronomis, rukyat global bermakna merujuk pada wilayah sebelah
Timur. Konseptersebut merepresentasikaneksistensi garis tanggal qamariyah
yang merupakan batas wilayah yang lebih dulu rukyat (sebelah Barat) dan
yangbelakanganrukyat (sebelahTimur).
Konsep mathla' wilayatul hukmi kontradiksi kalau diterapkan pada
hisab murni, tanpa mengadopsi kriteria rukyat. Konsepsi mathla' berangkat
dari ketidak pastian rukyat. Di satudaerahhilal tampak, sedangkandi daerah
lain tidak tampak. Pada zaman Ibnu Abbas, mathla' dapat diterapkan tanpa
masalah karena komunikasi antar daerah masih sangat buruk. Tetapi dengan
makin baiknya komunikasi, kesaksian rukyatul hilal di suatu daerah segera
tersebar. Dalam hal ini konsep mathla' diperlukan untuk memberikan
kepastian keberlakuan rukyatul hilal itu. Dengan hisab murni, mathla' tidak
diperlukanlagi. Garis tanggal dapat digunakansebagai pembatas daerahyang
mana yang masuk tanggal lebih dahulu dari daerah lainnya. Tentu dengan
konsekuensi kemungkinansatuwilayahhukumterpecahdua.
33
III. PENUTUP/KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa secara garis
besar penentuanawal bulanqamariyahmelalui duamadzhabbesar yaituhisab
dan ruyah. Dari metode hisab muncul dua kriteria yaitu hisab klasik dan
kontemporer, dari keduanya juga muncul beberapa kriteria. Dari metode
ruyah tidak bisa terlepas dari pengambilan kriteria tinggi hilal, umur hilal,
33
http://t-djamaluddin.spaces.live.com/blog/cns!D31797DEA6587FD7!135.entry
21
beda azimut bulan dan matahri yang pada akhirnya memunculkan beberapa
perbedaanmathla.
J ika memang sulit umat Islam itu dipersatukan dalam memulai
Ramadhandanmengawali Syawalnyamakaseharusnyasemuaumat Islamitu
bisasalingmenghargai antarayangsatudenganyanglainnya. Karenamereka
semua melaksanakan awal Ramadhan dan awal Syawal dengan keyakinan
penuh dan berdasarkan dalil-dalil yang telah dijadikan pegangan oleh para
Ulama Salaf Saleh. J adi jangan sampai antara penganut pahamsatu dengan
penganut pahamyang lainnya saling menyalahkan dan merasa paling benar.
Kitaharusmeyakini bahwapendapat kitaadalahyangpalingbenar, tetapi bisa
jadi adakesalahannyadanpendapat oranglainmungkinsalahtetapi bisajadi
mengandungkebenaran. Wallahu alam bi al- shawab.
22
DAFTAR PUSTAKA
AbdurrahmanAl-Baghdadi. Umatku Saatnya Bersatu Kembali : Telaah Kritis
Perbedaan Awal dan Akhir Ramadhan, (J akarta : Insan Citra Media
Utama), 2007
HR. Bukhari 4/106
HR. Muslim1081, 1087,
HR. at-Tirmidzi 1/213, 647
HR. AbuDawud1021.
ImamIbnuHajar al-Asqalani.Fth al-Br; BabShiym.
SayyidSabbiq, Fiqh as-Sunnah, jld. 1,
SusiknanAzhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008
Zuhaili, Wahbah, al-Fikih al-Islamiy wa adillatuhu, J uz I, Damaskus: Dar al-
Fikr, tt.
Website
http://almushthafa.com/penetapan-awal-akhir-ramadhan-persatuan-umat-islam
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah
http://media.isnet.org/isnet/Djamal/id-adha1.html
http://t-djamaluddin.spaces.live.com/blog/cns!D31797DEA6587FD7!135.entry
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=rdnlihat&id=3
http://www.assalafy.org/mahad/?p=226
http://www.gp-ansor.org/opini/memaksimalkan-istikmal-menuju-lebaran-
bersama.html 31J anuari 2010
http://www.infoplease.com/atlas/calculate-distance.html).
http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=52
0&Itemid=47
http://www.mail-archive.com/wongbanten@yahoogroups.com/msg02933.html
http://www.ppnuruliman.com/artikel/fikih-ramadhan/232-dilema-penentuan-awal-
ramadhan.html
http://www.scribd.com/doc/23489109/Penetapan-Awal-Bulan-Qamariyah-
Permasalahannya-Studi-Kasus
http://fauzanalbanjari.blog.com/2008/09/03/perbedaan-awal-akhir-ramadhan/
http://dnuxminds.wordpress.com/2009/06/03/mendudukkan-hadits-kuraib-dalam-
prespektif-penentuan-awalakhir-romadhon-dan-problem-kesatuan-umat-
islam/
http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/09/03/kita-bisa-bersatu-tanpa-
mempermasalahkan-metode/

Anda mungkin juga menyukai