Anda di halaman 1dari 3

1.

Dalam proses pembentukan jagad raya terdapat dua teori besar yang banyak
diyakini oleh manusia yaitu, Teori big bang (ledakan besar) dan Teori Steady State
(keadaan tetap). Menurut pendapat yang ada pada teori steady state proses pembentukan
jagad raya alam semesta tidak memiliki awal atau akhir dalam waktu, rata-rata kerapatan
galaksi adalah sama. Berdasarkan pengertian diatas, teori ini memiliki pandangan berupa
materi – materi yang ada di alam semesta secara terus menerus datang dalam bentuk atom
hidrogen hingga membentuk sebuah galaksi lama yang terus bergerak menjauhi kita
dalam prosesnya. Teori lain yang berkembang luas adalah teori ledakan besar (Big bang).
Teori ini meyakini Pembentukan alam semesta terjadi sekitar 13 ribu 700 miliar tahun
yang lalu dimana alam semesta merupakan sebuah atom purba tunggal yang sangat panas
dan padat hingga akhirnya atom tersebut meledak keluar, yang kemudian mengalami
pendingininan dan mengembang secara terus menerus hingga hari ini.
Berdasarkan dari pemahaman diatas, menurut saya teori yang dapat dikatakan
memiliki penjelasan paling komprehensif yang didukung oleh beberapa metode ilmiah
dan pengamatan adalah teori big bang. Dalam pendapat teori ini telah dibuktikan
beberapa pembuktian tentang sisa-sisa atom purba itu sendiri yang merupakan jejak
radiasi kosmis (Gamow,1940). Dengan adanya pernyataan tentang bukti tersebut
kemudian 2 ilmuwan yang melakukan pencarian mengenai sinyal radio di bagian tepi
Galaksi Bima Sakti. Mereka berdua secara tidak sengaja menemukan sisa – sisa dari
gelombang mikro tersebut. Sedangkan pada teori keadaan tetap, pada teori tersebut
menurut pendapat saya memiliki celah yang cukup besar yaitu dengan melanggarnya
teori tersebut pada salah satu hukum fisika, yaitu hukum kekekalan zat. Sehingga
menurut saya, teori big bang lebih tepat disbanding teori steady state.
2. Matahari merupakan bintang yang menjadi pusat tata surya, matahari disebut
bintang dikarenakan mampu berpijar dan mengeluarkan energi berupa cahaya. Karena
energi yang sangat besar ini lah, matahari juga berperan sebagai pusat dari tata surya.
Kehidupan di tatanan system tata surya ini sangat bergantung dengan matahari.
Menurut pendapat saya apabila matahari tiba-tiba menghilang dari tata surya,
akan terjadi masalah yang cukup serius terhadap semua planet tidak hanya di bumi.
Contoh pada kehidupan bumi, apabila matahari menghilang maka bumi menjadi gelap
gulita. Karena matahari adalah sumber cahaya utama kita, ketiadaannya membuat bumi
menjadi gelap. Benar-benar gelap gulita. Kita jadi tidak lagi bisa membedakan siang dan
malam. Suhu pada permukaan bumi akan menurun drastis, sehingga tumbuhan mulai
mati dikarenakan perubahan yang ekstrem serta tidak adanya sumber cahaya penting
untuk mereka ber fotosintesis. Bahkan, kita tidak akan lagi memiliki stok air dikarenakan
lautan yang terdapat di bumi akan membeku. Kemudian oksigen akan menipis dan hewan
serta manusia pun akan mati. Secara singkat yang akan terjadi adalah kepunahan pada
seluruh kehidupan yang ada di bumi. Selain itu hilangnya matahari juga mengakibatkan
bumi akan keluar dari orbitnya, karena sama seperti bumi matahari juga memiliki gaya
gravitasi dengan planet yang ada pada sistem tata surya ini. Yang kemudian planet-planet
akan berterbangan dan saling bertabrakan akibat hilangnya matahari.
3. Bulan bergerak mengelilingi Bumi dengan kemiringan orbit sekitar 5 derajat terhadap
orbit Bumi dan Matahari (ekliptika). Karena kemiringan orbit Bulan inilah, tidak setiap
fase bulan baru dan bulan purnama, bulan berada tepat sejajar dengan Bumi dan
Matahari. Ada kalanya bayangan Bulan melintas di atas atau di bawah Bumi sehingga
tidak terjadi gerhana. Gerhana hanya akan terjadi ketika Bulan Purnama dan Bulan Baru
terjadi di dekat titik noda atau titik simpul yang merupakan titik perpotongan antara
Bulan dan bidang orbit Bumi.
4. Posisi matahari yang berada tepat diatas zenith Ka’bah pada tanggal 28 Mei san 16 Juli
atau 27 Mei dan 15 Juli (tahun kabisat), dikarenakan pada tanggal tersebut, nilai deklinasi
(posisi) matahari hampir sama dengan titik koordinat lintang Mekah yakni sebesar 21
derajat 25 menit. Apabila bulan dan matahari tepat berada di titik ini, maka sinar yang
dipancarkan akan membuat sebuah benda yang berdiri tegak kehilangan bayang-
bayangnya. Gerak semu tahunan matahari terjadi di antara garis lintang 23,5 LU hingga
23,6 LS. Sementara, Kabah berada pada garis lintang 21 derajat hingga 25 derajat LU.
Hal ini menjadikan dalam setahun, terbuka dua kemungkinan matahari berkedudukan di
atas titik zenith Ka’bah. Sedangkan pada wilayah Indonesia yang memiliki wilayah
geografis bujur beda dengan mekah, akan dapat melihat fenomena terdebut pada sore
hari.
5. Penanggalan kalender hijriyah menggunakan prinsip posisi bulan terhadap Bumi.
Awal dan akhir bulan ditentukan berdasarkan posisi bulan terhadap lokasi pengamatan di
Bumi. Metode penentuan awal dan akhir penanggalan Islam, ada dua, yaitu rukyat dan
hisab. Ini soal cara untuk memastikan posisi hilal. Seturut perputaran bulan mengitari
Bumi, penampakan bulan berubah tergantung waktu. Yaitu, dari tidak tampak, muncul
sedikit dan berbentuk sabit tipis, bentuk sabit membesar, lingkaran penuh, kembali
menjadi sabit yang makin mengecil, sampai hilang lagi. sejumlah kalangan berketetapan,
hilal harus secara harfiah terlihat mata sesuai kriteria tertentu pada petang hari sebelum
tanggal 1 penanggalan baru. 
Adapun sebagian kalangan yang lain berpendapat, bisa saja penanggalan baru
telah dimulai sekalipun bulan tak bisa dilihat mata meski sudah memakai alat. Syaratnya,
perhitungan secara astronomi memastikan sudut ketinggian bulan di daerah tersebut
sudah melewati garis ufuk sesuai kriteria tertentu. Istilah untuk metode yang
mengharuskan penglihatan secara harfiah itulah yang disebut rukyat. Adapun metode
menggunakan perhitungan dikenal dengan istilah hisab. Dalam perbedaan hasil
pengamatan metode inilah yang mengakibatkan terkadang adanya perbedaan awal bulan
dan akhir bulan terutama dalam penentuan bulan Ramadhan dan Syawal di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai