DIBUAT OLEH:
UNIVERSITAS TIDAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat dari benda-benda angkasa atau tata surya kita adalah Matahari.
Matahari berputar pada porosnya/ berotasi selama 25 hari. Bumi yang merupakan
planet ketiga dari Matahari, berputar pada porosnya dalam jangka waktu 24 jam.
Inilah yang menyebabkan adanya siang dan malam. Selain berputar pada
porosnya bumi juga berputar mengelilingi matahari atau disebut juga evolusi.
Jalur bumi untuk mengitari matahari disebut dengan "Orbit".
Untuk mengelilingi matahari, bumi memerlukan waktu selama 365 ¼ hari
atau kira-kira 1 tahun. Demikian juga dengan bulan. Bulan berevolusi 27 ½ hari.
Tetapi karena bumi juga berputar, membuat bulan memerlukan waktu lebih
untuk kembali pada posisinya semula. Bulan merupakan tetangga terdekat Bumi
dalam tata surya. Permukaannya bertabur batu dan terdiri dari hamparan titik-
titik kawah yang tak terhitung jumlahnya. Terkadang selama dalam jalur
orbitnya, bulan dan bumi menjadi satu garis atau sejajar. Ketika hal ini terjadi
maka inilah yang disebut dengan Gerhana. Umumnya, setiap fenomena yang
terjadi selalu dikaitkan pada suatu peristiwa yang tidak terduga dan berdampak
bagi manusia. Pada dasarnya, posisi bulan terhadap bumi hanya akan
memberikan dampak terhadap kondisi pasang-surut yang terjadi di bumi. Hal ini
dapat terjadi karena adanya penambahan gaya gravitasi bulan terhadap bumi
yang mengakibatkan terjadinya pasang tinggi (spring tide).
Dan pada peristiwa gerhana ini, muncul fenomena langka yang terjadi yang
dinamakan super moon. Supermoon merupakan sebuah fenomena yang terjadi
saat jarak bulan terhadap bumi mencapai jarak terdekat. Fenomena ini
menjadikan penampakan bulan dari bumi menjadi lebih besar dari biasanya. Saat
gerhana terjadi, cahaya bulan tersaring oleh atmosfer bumi yang membuat cahaya
putih memantul jauh dari bulan sehingga cahaya merah atau jingga yang
menyerupai warna merah darah tecermin di bulan. Hal ini terjadi karena dua
buah bulan purnama terjadi pada satu bulan. Sangat langka dan sangat spesial
karena dalam satu malam, ada tiga fenomena bulan yang terjadi. Gabungan
ketiga peristiwa luar angkasa yang sangat langka itu adalah supermoon
ekstrabesar, blue moon atau bulan biru, dan gerhana bulan total. NASA
menjulukinya sebagai super blue blood moon.
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang gerhana, maka makalah ini
dibuat untuk menjelaskan super blue blood moon yang pernah terjadi di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya super blue blood moon pada tanggal 31 Januari
2018?
2. Apa dampak super blue blood moon?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Super blue blood moon adalah fenomena yang terjadi pada bulan, dimana
dalam satu malam terjadi 3 kejadian sekaligus yaitu super moon, blue moon, dan
gerhana bulan. Berikut adalah proses terjadinya ketiga kejadian tersebut secara
bersamaan.
1. Super moon
Super moon terjadi pada saat mengorbit bumi posisi bulan lebih dekat
dengan bumi. Istilah supermoon populer didefinisikan sebagai sebuah
bulan purnama yang bertepatan dengan orbit bulat terdekat dengan bumi,
atau perigee. Apoge adalah titik paling jauh, sementara perige adalah
paling dekat. Supermoon atau yang biasa dikenal dengan bulan perigee
dalam astronomi terjadi saat bulan ada pada jarak terdekat dengan bumi,
sehingga membuat bulan tampak terlihat besar dan terang. Rata-rata jarak
bumi dan bulan adalah sekitar 384.400 kilometer.
2. Blue Moon
Pada tanggal 31 Januari 2018 terjadi fenomena yang luar biasa dan sangat
langka terjadi. Fenomena tersebut disebut dengan fenomena Super Blue Blood
Moon atau dalam astronomi disebut Gerhana Bulan Total Perige (GBT Perige).
Fenomena ini terdiri dari tiga fenomena yang terjadi secara bersamaan. Ke tiga
fenomena ini yaitu Super moon, Blue moon, dan Blood moon/Gerhana Bulan total.
Prosesnya, mulai pukul 18:48 WIB bagian bawah (sisi Timur) purnama mulai
tergelapi oleh bayangan bumi. Kemudian pukul 19.52 sampai 21:08 bulan menjadi
gelap kemerahan saat seluruh purnama masuk ke bayangan inti bumi. Dampak
fenomena super blue blood moon diantara lain potensi banjir dan longsor akibat hujan
lebat dan angin kencang, serta potensi rob dan kenaikan tinggi gelombang. Hal ini terjadi
akibat dekatnya jarak bulan dengan bumi, yang mempengaruhi gaya grafitasi pada
permukaan laut sehingga terjadi gelombang laut yang cukup tinggi pada tanggal tersebut.
Data dari BMKG super blue blood moon untuk bagian waktu WIB yang dapat
diamati di Indonesia dari tahun 1900 hingga 2100 ada di tanggal 30 Desember 1963,
30 Desember 1982, 31 Januari 2018 dan 31 Januari 2037.
Hal tersebut merujuk pada kesimpulan bahwa, secara rata-rata, super blue
blood moon hanya akan terjadi setiap 265 tahun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Super blue blood moon adalah suatu fenomena yang langka terjadi, karena terjadi
saat tiga fenomena yaitu super moon, blue moon, dan blood moon/GBT.
B. Saran
Saat terjadi fenomena ini masyarakat diharapkan dapat menyaksikan
fenomena ini, karena terjadinya hanya 156 tahun sekali.