Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KAJIAN FENOMENA SUPER BLUE BLOOD MOON


31 JANUARI 2018

DIBUAT OLEH:

1. MILKY DINARIAS K (1710303015)


2. FIMARIZKI (1710303053)

S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat dari benda-benda angkasa atau tata surya kita adalah Matahari.
Matahari berputar pada porosnya/ berotasi selama 25 hari. Bumi yang merupakan
planet ketiga dari Matahari, berputar pada porosnya dalam jangka waktu 24 jam.
Inilah yang menyebabkan adanya siang dan malam. Selain berputar pada
porosnya bumi juga berputar mengelilingi matahari atau disebut juga evolusi.
Jalur bumi untuk mengitari matahari disebut dengan "Orbit".
Untuk mengelilingi matahari, bumi memerlukan waktu selama 365 ¼ hari
atau kira-kira 1 tahun. Demikian juga dengan bulan. Bulan berevolusi 27 ½ hari.
Tetapi karena bumi juga berputar, membuat bulan memerlukan waktu lebih
untuk kembali pada posisinya semula. Bulan merupakan tetangga terdekat Bumi
dalam tata surya. Permukaannya bertabur batu dan terdiri dari hamparan titik-
titik kawah yang tak terhitung jumlahnya. Terkadang selama dalam jalur
orbitnya, bulan dan bumi menjadi satu garis atau sejajar. Ketika hal ini terjadi
maka inilah yang disebut dengan Gerhana. Umumnya, setiap fenomena yang
terjadi selalu dikaitkan pada suatu peristiwa yang tidak terduga dan berdampak
bagi manusia. Pada dasarnya, posisi bulan terhadap bumi hanya akan
memberikan dampak terhadap kondisi pasang-surut yang terjadi di bumi. Hal ini
dapat terjadi karena adanya penambahan gaya gravitasi bulan terhadap bumi
yang mengakibatkan terjadinya pasang tinggi (spring tide).
Dan pada peristiwa gerhana ini, muncul fenomena langka yang terjadi yang
dinamakan super moon. Supermoon merupakan sebuah fenomena yang terjadi
saat jarak bulan terhadap bumi mencapai jarak terdekat. Fenomena ini
menjadikan penampakan bulan dari bumi menjadi lebih besar dari biasanya. Saat
gerhana terjadi, cahaya bulan tersaring oleh atmosfer bumi yang membuat cahaya
putih memantul jauh dari bulan sehingga cahaya merah atau jingga yang
menyerupai warna merah darah tecermin di bulan. Hal ini terjadi karena dua
buah bulan purnama terjadi pada satu bulan. Sangat langka dan sangat spesial
karena dalam satu malam, ada tiga fenomena bulan yang terjadi. Gabungan
ketiga peristiwa luar angkasa yang sangat langka itu adalah supermoon
ekstrabesar, blue moon atau bulan biru, dan gerhana bulan total. NASA
menjulukinya sebagai super blue blood moon.
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang gerhana, maka makalah ini
dibuat untuk menjelaskan super blue blood moon yang pernah terjadi di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya super blue blood moon pada tanggal 31 Januari
2018?
2. Apa dampak super blue blood moon?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Super blue blood moon adalah fenomena yang terjadi pada bulan, dimana
dalam satu malam terjadi 3 kejadian sekaligus yaitu super moon, blue moon, dan
gerhana bulan. Berikut adalah proses terjadinya ketiga kejadian tersebut secara
bersamaan.
1. Super moon

Super moon terjadi pada saat mengorbit bumi posisi bulan lebih dekat
dengan bumi. Istilah supermoon populer didefinisikan sebagai sebuah
bulan purnama yang bertepatan dengan orbit bulat terdekat dengan bumi,
atau perigee. Apoge adalah titik paling jauh, sementara perige adalah
paling dekat. Supermoon atau yang biasa dikenal dengan bulan perigee
dalam astronomi terjadi saat bulan ada pada jarak terdekat dengan bumi,
sehingga membuat bulan tampak terlihat besar dan terang. Rata-rata jarak
bumi dan bulan adalah sekitar 384.400 kilometer.

Karena orbit bulan mengelilingi bumi berbentuk telur, ada saat-saatnya


siklus tersebut ketika bulan berada di dekat atau jauh dari kita. Karena
ukuran dari orbit bulan sedikit bervariasi dari waktu ke waktu, setiap
bulannya perigee tidak selalu berada pada jarak yang sama dari
bumi. Bulan super akan mengalami jarak terdekatnya dalam 18 tahun
terakhir, dengan prakiraan jarak sekitar 356.577 kilometres (221.567 mi).
Fenomena perigee bulan, yang memiliki siklus sekitar 27,3 hari, terjadi
bersamaan dengan bulan purnama yang muncul tiap 29 hari.
Ketika perigee bulan terjadi bersamaan dengan bulan purnama,
permukaan bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih
terang dari bulan purnama.
Selain terlihat besar, supermoon tidak menyebabkan ‘efek super’ pada
Bumi. Seperti yang telah diketahui bahwa selama bulan purnama, daerah
pesisir dapat terpengaruh dengan banjir akibat pasang yang sangat tinggi.
Hal tersebut terjadi karena adanya tarikkan gravitasi antara bulan dan
matahari  yang berada di posisi yang paling dekat dengan Bumi sepanjang
tahun ini. Ditambah pula dengan tarikan gravitasi dari bulan yang benar-
benar dekat, dan kemungkinan badai yang terjadi bertepatan dengan
pasangnya air laut karena mencapai tingkat tertinggi danterendahnya.

2. Blue Moon

Blue Moon didefinisikan sebagai purnama kedua yang terjadi dalam


satu Bulan yang sama. Bulan Biru biasanya terjadi setiap 2,5 tahun dan
hanya sekali dalam setahun. Namun, dalam periode 19 tahun sekali,
Bulan Biru bisa terjadi dua kali dalam setahun. Terjadinya Bulan Biru
berkaitan dengan lama penanggalan Masehi dan Bulan. Satu tahun dalam
kalender Masehi berjumlah 365 hari, sementara dalam kalender Bulan
354 hari. Sisa hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun tertentu
akan terjadi dua purnama dalam sebulan. Penyebab terjadinya dua kali
Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Sejarah
mencatat, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi
pada Bulan Januari dan Maret.

Blue Moon dalam Bulan Januari terjadi menjelang akhir Bulan. Karena


Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada Bulan itu tak ada
purnama sama sekali. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret.
Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari.

3. Gerhana Bulan Umbra (Blood Moon)


Blood Moon memang gerhana bulan yang istimewa karena warna
bulan akan menjadi merah darah. Peristiwa ini akan terjadi ketika Bumi
secara sempurna akan menutupi Bulan dari cahaya Matahari. Bulan
mengorbit Bumi, sementara Bumi juga mengorbit Matahari. Bulan
membutuhkan waktu sekitar 27 hari untuk sekali mengorbit Bumi dan
mengalami perubahan fase dalam siklus 29,5 hari. Perbedaan dalam kedua
siklus ini berkaitan dengan posisi relatif Matahari, Bumi, dan bulan, yang
terus berubah seiring berjalannya waktu. Gerhana Bulan sendiri hanya
bisa terjadi pada fase Bulan purnama, yakni saat Matahari akan menerangi
permukaan Bulan yang menghadap ke arah Bumi secara keseluruhan.
Namun, tidak setiap Bulan purnama akan terjadi gerhana Bulan. Hal itu
terjadi karena bidang orbit Bulan dalam mengelilingi Bumi diketahui
miring sekitar 5 derajat.
Gerhana Bulan hanya terjadi ketika Matahari-Bumi-Bulan benar-benar
sejajar di bidang orbitnya. Bumi akan lewat di antara Bulan dan Matahari
sehingga akan menghalangi sinar Matahari yang seharusnya menyinari
Bulan, sehingga terjadilah gerhana. Jika Bumi menghalangi sebagian sinar
Matahari yang seharusnya menyinari Bulan, maka akan terjadi gerhana
Bulan parsial. Pada gerhana tersebut, Anda akan melihat bayangan hitam
yang tampak "menggigit" Bulan. Terkadang, Bulan juga hanya melewati
bagian yang lebih terang dari bayangan Bumi, yang dikenal sebagai
bayangan penumbra, sehingga rona Bulan hanya akan meredup sedikit
dalam peristiwa yang dikenal sebagai gerhana Bulan penumbra.
Ketika Bulan memasuki seluruh bayangan gelap (umbra) Bumi. Bulan
tidak akan gelap gulita, melainkan akan tampak berwarna kemerahan.
Warna merah tersebut berasal dari cahaya dari Matahari juga. Cahaya
Matahari terdiri dari berbagai frekuensi warna, mulai dari cahaya
berfrekuensi rendah hingga yang berfrekuensi tinggi. Saat cahaya
Matahari menerobos atmosfer Bumi kita, cahaya berfrekuensi tinggi
seperti hijau, biru, dan ungu bakal lebih mudah dihamburkan oleh molekul
atmosfer Bumi dibandingkan cahaya berfrekuensi rendah seperti cahaya
kuning, oranye dan merah. Penghamburan cahaya berfrekuensi tinggi ini
menyebabkan langit berwarna biru di kala siang. Dengan begitu, cahaya
berfrekuensi rendah dari Matahari ini akan dengan mudah melewati
atmosfer dengan jalur yang lurus dan hampir tidak akan memantul jika
berinteraksi dengan molekul di atmosfer Bumi kita. Pembiasan atmosfer
akan mengubah arah cahaya tersebut ke arah umbra Bumi. Bulan yang
berada di area umbra ketika gerhana Bulan total berlangsung pun maka
akan tampak merah akibat pembiasan cahaya ini.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada tanggal 31 Januari 2018 terjadi fenomena yang luar biasa dan sangat
langka terjadi. Fenomena tersebut disebut dengan fenomena Super Blue Blood
Moon atau dalam astronomi disebut Gerhana Bulan Total Perige (GBT Perige).
Fenomena ini terdiri dari tiga fenomena yang terjadi secara bersamaan. Ke tiga
fenomena ini yaitu Super moon, Blue moon, dan Blood moon/Gerhana Bulan total.
Prosesnya, mulai pukul 18:48 WIB bagian bawah (sisi Timur) purnama mulai
tergelapi oleh bayangan bumi. Kemudian pukul 19.52 sampai 21:08 bulan menjadi
gelap kemerahan saat seluruh purnama masuk ke bayangan inti bumi. Dampak
fenomena super blue blood moon diantara lain potensi banjir dan longsor akibat hujan
lebat dan angin kencang, serta potensi rob dan kenaikan tinggi gelombang. Hal ini terjadi
akibat dekatnya jarak bulan dengan bumi, yang mempengaruhi gaya grafitasi pada
permukaan laut sehingga terjadi gelombang laut yang cukup tinggi pada tanggal tersebut.
Data dari BMKG super blue blood moon untuk bagian waktu WIB yang dapat
diamati di Indonesia dari tahun 1900 hingga 2100 ada di tanggal 30 Desember 1963,
30 Desember 1982, 31 Januari 2018 dan 31 Januari 2037.

Waktu kejadian terbaik untuk menyaksikan kejadian ini tergantung pada


posisi dimana anda berada, tempat tempat di dunia yang bisa menyaksikan kejadian
dengan baik adalah, Amerika utara Bagian Barat, Benua Asia , Benua Australia dan
berbagai tempat di belahan bumi bagian timur. Kejadian terakhir yang pernah
disaksikan oleh banyak orang adalah pada tanggal 31 Maret 1866 152 tahun yang
lalu, itupun hanya kombinasi antara Total Lunar Eclipse dan blue Moon saja.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, kemungkinan untuk tergabungnya fenomena blue
moon, supermoon, dan gerhana bulan total dalam satu momen adalah 0,042% dari
keseluruhan penampakan purnama, atau sekitar 1 dari 2.380 purnama.

Hal tersebut merujuk pada kesimpulan bahwa, secara rata-rata, super blue
blood moon hanya akan terjadi setiap 265 tahun.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Super blue blood moon adalah suatu fenomena yang langka terjadi, karena terjadi
saat tiga fenomena yaitu super moon, blue moon, dan blood moon/GBT.

B. Saran
Saat terjadi fenomena ini masyarakat diharapkan dapat menyaksikan
fenomena ini, karena terjadinya hanya 156 tahun sekali.

Anda mungkin juga menyukai