XII-Bahasa / 10
1. HAMID RUSDI
- Profil keluarga
Hamid Roesdilahir dari pasangan H. Umar Roesdidan Mbok Teguh. Ayahnya dahulu tergolong
orang terkaya dikawasan Pagak. Dia memiliki banyak tanah. Sehingga salah satu rumahnya telah
diwakafkan demi sebuahlembaga pendidikan (rumah pertama Hamid saat itu berada di kompleks
SMA Negeri 1 Pagak. Ayahnya mewakafkan rumah asli tersebut karena beliau ingin memiliki
rumah yang dekat dengan pinggiran jalan. Tujuannya, sekalian akan digunakan untuk
membuka usaha. Akhirnya, mendapatkan rumahbaru di Jalan Hamid Roesdi No. 117, RT 32
RW 08, Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, di rumah inilah
Hamid Roesdi
- ProfilPendidikan
Tidak diketahui
- Peran sebelum kemerdekaan
Kisah heroik Hamid Roesdidi masa ini adalahketika mampu melucuti senjata tentara Jepang di
Malang pada tahun 1945, saat Karesidenan Surabaya masuk wilayah RI. Prestasi itu membuatnya
diangkat sebagai Komandan Batalyon I Resimen Infanteri 38 Jawa Barat dan menyelesaikan
pertempuran dengan sukses. Sepulangnya dari Jawa Barat, pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan
Koloneldan menjadi komandan pertahanan daerah Malang di Pandaan, Pasuruan.
- Ada sejumlah versi tentang kisahkematian Hamid Roesdi. Ada sumber yang menyebutkan, ia
gugur dalam sebuah pertempuran dalam Agresi Militer Belanda II di Kota Malang. Ada pula versi
yang menyebutkan ia gugur di tiang gantungan setelah tertangkap dalam sebuah operasi militer
Belanda didaerah Malang Timur.
2. AH NASUTION
- Profil keluarga
Nasution dilahirkan di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera
Utara, darikeluarga Batak Muslim. Ia adalah anakkedua dan juga merupakan putra tertua
dalam keluarganya.
- Profilpendidikan
Nasution menerima beasiswa untuk belajar di Sekolah Raja Bukittinggi (kini SMA Negeri 2
Bukittinggi). Ia menempuh studi selama tiga tahun dan tinggaldi asrama.
Pada tahun 1935 Nasution pindahke Bandung untuk melanjutkan studi, di sana dia tinggal selama
tiga tahun. Keinginannya untuk menjadi guru secara bertahap memudar saat minatnya dalam politik
tumbuh. Dia diam-diam membelibuku yang ditulis oleh Soekarno dan membacanya dengan
teman-temannya. Setelah lulus pada tahun 1937, Nasution kembalike Sumatra dan mengajar di
Bengkulu, dia tinggal didekat rumah pengasingan Soekarno.
tahun 1942 Jepang menyerbu dan menduduki Indonesia. Pada saat itu, Nasution di Surabaya, dia
ditempatkan di sana untuk mempertahankan pelabuhan. Nasution kemudian menemukan jalan
kembalike Bandung dan bersembunyi, karena dia takut ditangkap oleh Jepang. Namun, dia
kemudian membantu milisi PETA yang dibentuk oleh penjajah Jepang dengan membawa pesan,
tetapi tidakbenar-benar menjadi anggota.
- Nasution dan Divisi Siliwangi berperan besar menumpas pemberontakan PKI di Madiun yang
meletus di tahun 1948.
- Nasution memimpin penumpasan Gerombolan G30S/PKI
3. SOEHARTO
- Profil keluarga
Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 dari seorang wanita yang merupakan ibunya, yang bernama
Sukirah di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Kelahiran
itu dibantu dukun beranak bernama Mbah Kromodiryo yang juga adalah adik kakek Sukirah,
Mbah Kertoirono.
- Profilpendidikan
- SD di Tiwir, Yogyakarta, Wuryantoro dan Solo ( 1929- 1934)
- SMP dan Sekolah Agama, Wonogiridan Yogyakarta ( 1935- 1939)
- Masuk KNIL dan Mengikuti Pendidikan Dasar Militer di Gombong, Jateng ( 1 Juni 1940).
- Sekolah Kader di Gombong (2 Desember 1940)
Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram
dengan pangkat letnan kolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan
pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari
gangguan eks KNIL/KL.
- Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS,
Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua,
Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia
mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
Ayahnya merupakan seorang sultan yang memegang kuat prinsip Islam. Ia juga
memiliki pandangan luas mengenai peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
- Profilpendidikan
Di Batavia (saat ini Jakarta), Sayed Kasim melanjutkan pendidikan tentang hukum Islam dan
berguru kepada Sayyid Husein Al-Habsyi yang merupakan ulama besar dan juga termasuk orang
pergerakan nasional (pada tahun 1908 pergerakan nasional mulai berkembang di Batavia). Selain
belajar mengenai hukum Islam ia juga menuntut ilmu hukum dan ketatanegaraan dari Prof.
Snouck Hurgronje dari Institute Beck en Volten.
sebagai sultan. Akibatnya, Hindia Belanda mulai mengecilkan artidan fungsidari Dewan Kerajaan
yang kemudian dihapus oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah Datuk Empat Suku tidak lagi
berfungsi, tekanan dari pihak Belanda semakin meresahkan rakyat. Sultan SyarifKasim II pun
menolak campur tangan peraturan pengadilan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyatnya. Ia
juga dengan tegas menolak untuk mengakui Kesultanan Siak sebagai bagian dari pemerintah
Kolonial Hindia Belanda. Dalam melawan Belanda, Kasim memandang kekuatan fisikharus
diimbangi dengan kekuatan pembinaan mental dan pendidikan rakyat. Untuk itu, pada 1917, Kasim
II mendirikan sekolah agama Islam yang bernama Madrasah Taufiqiyah Al-Hasyimiah.
dalam pergerakan nasionalnya. Ia mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak. Sultan Kasim II
juga bersama dengan Sultan Serdang berusaha untuk membujuk raja-raja di Sumatera Timur untuk
berpihak pada Republik Indonesia.
Atas jasa-jasanya, ia pun dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia berdasarkan
Surat Keppres No. 109/TK/ 1998.
5. ISMAIL MARZUKI
- Profil keluarga
Ismail Marzukilahir dan besar di Jakarta dari keluarga Betawi. Nama sebenarnya adalah Ismail,
sedangkan ayahnya bernama Marzuki, sehingga nama lengkapnya menjadi Ismail bin Marzuki.
Namun, kebanyakan orang memanggil nama lengkapnya Ismail Marzuki, bahkan di lingkungan
teman-temannya kerap dipanggil Mail, Maing, atau Bang Making. Ia dilahirkan di Kampung
Kwitang, tepatnya dikecamatan Senen, wilayah Jakarta Pusat, pada tanggal 11 Mei 1914. Tiga
bulan setelah Ismail dilahirkan, ibunya meninggal dunia. Sebelumnya Ismail Marzuki juga telah
kehilangan dua orang kakaknya bernama Yusuf dan Yakub yang telah mendahului saat
dilahirkan. Kemudian ia tinggalbersama ayah dan seorang kakaknya yang masih hidup bernama
Hamidah, yang umurnya lebih tua 12 tahun dari Ismail.
- Profilpendidikan
- Saat kecil, ia pernah belajar di sebuah pesantren lalu dilanjutkan dengan menempuh pendidikan
di HIS Idenburg (setara SD) di Menteng sampai tamat. Setelahitu, dia melanjutkan pendidikan
sekolah menengahnya di MULO, Menjangan, Jakarta.
- Pada masa penjajahan Jepang, Ismail Marzuki turut aktif dalam orkestra radio pada Hozo
Kanri Keyku Radio Militer Jepang. Ketika masa kependudukan Jepang berakhir, Ismail Marzuki
tetap
meneruskan siaran musiknya di RRI.
- - Tahun 1931, untuk pertama kalinya Ismail menciptakan lagu yang berjudul “Oh Sarinah” yang
syairnya dibuat dalam bahasa Belanda...
- - Tahun 1935, sewaktu berusia 21 tahun muncul karyanya dalam bentuk keroncong yang
berjudul Keroncong Serenata.
- - Tahun 1936, mencipta Roselani, judul ini membawa kita ke suasana romantis alam Hawaii
di Samudra Pasifik.
- - Tahun 1937, muncullagu-lagu yang mengambillatar belakang “Hikayat 1001 Malam” berjudul
Kasim Baba saat Ismail berusia 23 tahun; dan mencipta gubahan keroncong yang berjudul
keroncong sejatibermodus minor bernafaskan melodi yang melankolis.
- - Tahun 1938, mengisiilustrasi musik film berjudul “Terang Bulan” . Didalamnya ada 3
buah lagu, antara lain: Pulau Saweba, Di Tepi Laut, Duduk Termenung. Film inidibintangi oleh
Miss Roekiah, Kartolo, Raden Mochtar, dan lain-lain. Ismail turut berperan dalam film tersebut,
yakni bermain musik dengan rekan-rekannya sebagai pelengkap skenario. Film inidiputar di
Malaya. Ismail bernyanyi untuk adegan Raden Mochtar sewaktu menyanyi.
- - Tahun 1939, keluar ciptaan sebanyak 8 buahlagu, di mana 2 lagu di antaranya berbahasa
Belanda, yaitu: Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen. Sedang lagu-lagu Indonesianya
adalah Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung,
Melancong ke Bali. Dalam periode ini Ismail belum menciptakan lagu-lagu perjuangan.
Setelah masa Perang Dunia II, Ismail Marzuki terus menciptakan beberapa lagu, antara lain “Jauh
di Mata di Hati Jangan” ( 1947) dan “Halo-halo Bandung” ( 1948). Ketika itu, Ismail beserta istri
pindahke Bandung karena rumah mereka di Jakarta telahhancur terkena hantaman peluru mortir.