Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gerhana bulan adalah fenomena alam yang terjadi ketika sebagian atau keseluruhan
penampang bulan ditutupi bayangan bumi. Fenomena gerhana bulan mudah diamati
lantaran tidak memerlukan teleskop ataupun alat khusus lain untuk melihatnya. Namun,
apabila kamu menggunakan teropong atau teleskop, kamu bisa melihat detail gerhana
bulan secara jelas. Terdapat warna merah yang muncul saat terjadinya gerhana bulan
total. Warna tersebut seakan-akan memancarkan aura magis. Bahkan, pada tahun 1504,
Christopher Columbus pernah memanfaatkan warna merah pada bulan tersebut untuk
menakut-nakuti penduduk asli di Jamaika. Hal itu bertujuan agar kru kapalnya diberikan
makan.
Columbus mengatakan ia memiliki almanak yang dapat meramalkan terjadinya
gerhana bulan pada 29 Februari 1504. Saat itu, ia bertemu dengan kepala suku setempat
dan berkata bahwa dewa marah karena masyarakatnya tidak memasok makanan. Dewa
akan menghukum mereka dengan berupa bulan purnama tampak murka karena menyala
merah terang. Saat gerhana bulan terjadi, penduduk Jamaika yang ketakutan itu langsung
mendatangi kru kapal Christopher Columbus untuk memberikan perbekalan. Gerhana
bulan muncul bila Bulan sedang beroposisi dengan Matahari. Namun, karena kemiringan
bidang orbit Bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°, maka tidak setiap oposisi Bulan
dengan Matahari akan mengakibatkan gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit Bulan
dengan bidang ekliptika akan memunculkan dua buah titik potong yang disebut node,
yaitu titik tempat Bulan memotong bidang ekliptika.
Gerhana bulan akan terjadi saat Bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan
membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi
lainnya. Maka seharusnya, gerhana bulan akan diikuti dengan gerhana Matahari karena
kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan
Bumi. Pada peristiwa gerhana bulan, sering kali Bulan masih dapat terlihat. Ini
dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah Bulan
oleh atmosfer Bumi dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya
merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, Bulan akan tampak berwarna gelap, bisa
berwarna merah tembaga, jingga, ataupun cokelat. Gerhana bulan dapat diamati
dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali. Gerhana adalah peristiwa
tertutupnya sinar Matahari oleh Bumi/Bulan sehingga mengakibatkan kegelapan selama
beberapa saat di Bumi. Diantara dua jenis gerhana yang dapat terjadi, gerhana Matahari
berdampak lebih besar kepada Bumi. Hal ini karena sinar Matahari yang merupakan
sumber energi utama Bumi berkurang drastis sehingga menimbulkan berbagai anomali
terutama pada cuaca Bumi (Founda, dkk., 2007).
Yatny Yulianty (2021) mengatakan, gerhana bulan total terakhir terjadi di Indonesia
pada 2018. Tingkat kegelapan gerhana ditentukan menggunakan skala Danjon dengan
rentang nilai 0 hingga 4. Gerhana yang sangat gelap memiliki skala Danjon 0. Saat terjadi
GBT, lanjutnya, warna merah yang muncul disebabkan oleh cahaya matahari yang
dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru terhamburkan lebih
kuat sedangkan warna merah dapat melintasi atmosfer bumi dan sampai ke permukaan
bulan. Tingkat kegelapan gerhana bulan ini dapat memberikan beberapa informasi
penting. "Nanti ketika gerhana bulan terjadi dengan asumsi cuaca memungkinkan, itu
(warna) bulan akan menggelap. Jadi (bulan) purnama yang biasanya putih akan berubah
menjadi gelap," 
Astronom Bosscha Agus Triyono (2021) menambahkan gelapnya bulan nanti
bergantung pada kondisi atmosfer. Kadar polutan di atmosfer turut menentukan tingkat

1
kegelapan warna bulan purnama. Warna bulan pada lokasi pengamatan saat GBT
bergantung pada beberapa faktor seperti banyaknya kandungan uap air, polutan udara
sebagai hasil pembakaran, asap pabrik atau asap kendaraan bermotor; dan debu atau abu
letusan gunung berapi. Ketika kandungan material tersebut semakin banyak maka bulan
akan tampak semakin gelap. 
Kata ‘eclipse’ (gerhana) berhasal dari bahasa Yunani yaitu ekleipsis yang berarti
peninggalan atau pelalaian. Gerhana merupakan kejadian astronomi yang berlaku apabila
satu objek astronomi bergerak kedalam baying-bayang objek astronomi yang lain.
Kemungkinan gerhana terjadi, yaitu pada bulan baru (new moon) dan bulan purnama (full
moon). Pada bulan baru, bulan terletak diantara matahari dan bumi, sedangkan pada bulan
purnama, bumi terletak diantara bulan dan matahari. Kejadian gerhana disebabkan oleh
bayangan bumi dan bulan yang besar sekali. Kedua benda langit itu gelap. Oleh karena
itu, ketika kedua benda ini diterangi oleh matahari, masing-masing mempunyai bayangan
yang menjulur kedalam ruang angkasa jauh dari matahari. Bayangan yang terbentuk oleh
bumi atau bulan mempunyai beberapa bagian.
Terdapat suatu daerah bayangan sempurna yang dikenal sebagai umbra (dari bahasa
latin ayang artinya bayangan). Karena bumi maupun bulan lebih kecil dari matahari,
umbra masing-masing berbentuk kerucut. Umbra ini berkurang diameternya semakin
bayangan ini menjulur lebih jauh kedalam ruang angkasa sampai akhirnya bayangan ini
tiba pada suatu titik. Sekeliling kerucut bayangan sempurna terdapat suatu daerah
bayangan sebagian yang disebut penumbra (bahasa latin untuk ‘hampir suatu bayangan’).
Setiap objek dalam penumbra ini menerima cahaya dari suatu bagian sisi matahari. Jika
garis-garis yang membatasi daerah kerucut bayangan sempurna diperpanjang kea rah luar,
akan terbentuk suatu kerucut terbalik. Kerucut terbalik ini disebut umbra negative. Tidak
sulit untuk menghitung panjang umbra bumi dan umbra bulan.
Perlu diingat bahwa diameter matahari, bumi, bulan adalah factor-faktor yang tetap.
Sedangkan jarak antara bumi dan matahari serta jarak bulan dengan matahari selalu
berubah, oleh karena itu panjang umbra bumi atau umbra bulan berubah-ubah. Panjang
rata-rata umbra bumi kira-kira 1.400.000 km, sedangkan panjang rata-rata umbra bulan
kira-kira 375.000 km. Bidang orbit bulan mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang
orbit bumi mengitari matahari (bidang ecliptika) melainkan membentuk sudut (inklinasi)
sekitar 5 derajat (gambar 2). Penamaan bidang orbit bumi sebagaim ekliptika juga tidak
terlepas dari fakta bahwa gerhana hanya terjadi ketika bulan melintasi bidang ini. Karena
kedua bidang orbit membentuk sudut, terdapat dua titik potong yang disebut sebagai
simpul (node). Disebut simpul naik (ascending node) bila dilalui bulan dari selatan
ekliptika menuju ke utara dan disebut simpul turun (descending node) bila sebaliknya. 5 o
Bumi Bulan Orbit Bulan Orbit Bumi Matahari Garis khayal yang menghubungkan kedua
simpul tersebut, garis ini bergerak ke arah barat ekliptika sekitar 19 derajat per tahun.
Fenomena bergeraknya garis simpul ini disebut regresi.
Karena kemiringan orbit tersebutlah bulan menghabiskan sebagian besar waktunya
sederajat diatas ekliptika atau dibawah ekliptika. Itulah mengapa meskipun berada pada
fase bulan baru tapi bulan berada diatas atau ekliptika, bayangannya tidak akan jatuh ke
permukaan bumi sehingga tidak terjadi gerhana matahari. Demikian pula fase bulan
penuh, bila bulan berada diatas atau dibawah ekliptika, tidak terjadi gerhana bulan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana Proses Terjadinya Gerhana Bulan ?
1.2.2 Apa Saja Jenis-Jenis Gerhana Bulan ?
1.2.3 Apa Fakta-Fakta dan Dampak Gerhana Bulan ?

2
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mencari ada tidaknya pengaruh
gerhana bulan terhadap kehidupan di muka bumi.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun khusus dari penelitian ini adalah :
a. Menganalisis proses terjadinya gerhana bulan.
b. Menganalisi jenis-jenis gerhana bulan.
c. Menganalisis fakta-fakta dan dampak gerhana bulan.

1.4 MANFAAT
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan oleh
pembaca untuk mengetahui tentang proses, jenis, dan dampak dalam fenomena gerhana
bulan.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerhana Bulan Dalam Tinjauan Atronomi


Ilmu astronomi merupakan ilmu yang diyakini ilmu tertua. Dibuktikan dengan adanya
penemuan rasi-rasi bintang yang diyakini orang zaman dahulu dapat mempengaruhi nasib
seseorang di Bumi, ini berarti orang-orang zaman dahulu sudah senang melakukan
obervasi atau pengamatan yang berkaitan dengan benda langit baik untuk keperluan
hidup atau yang lainnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu ilmu astronomi
semakin berkembang menjadi lebih kompleks, hal ini juga juga dilandasi dengan
meningkatnya pemahaman atau pola pikir manusia pada saat itu, oramgorang tidak lagi
hanya memngamati pengaruh pergerakan benda-benda langit untuk kehidupan di Bumi
melainkan mulai melakukan observasi yang lebih kompleks. Belum diketahui secara pasti
kapan dan bangsa mana yang pertama mengenal astronomi, namun yang terkenal pertama
kali adalah bangsa Mesopotamia sekitar tahun 3000 SM – 2000 SM. Meskipun begitu
ilmu astronomi bukan milik bangsa Mesopotamia saja, bangsa-bangsa lain pun
melakukan hal yang serupa sesuai dengan tingkat pemahaman, penelitian dan logika
masing-masing. Seperti halnya di Babilonia pada tahun 1800 SM perkembangan ilmu
astronomi mulai terlihat. Para ilmuwan di Babilonia sudah membuat penanggalan
sederhana, mengamati terjadinya gerhana, pergerakan Matahari dan Bulan dsb.
Hal serupa juga terjadi di Cina, kegiatan astronomi dimulai pada tahun 1130 SM.
Kegiatan astronomi ini berkembang dengan baik di Cina karena dukungan yang baik pula
dari para kaisar. Kala itu para astronom di china mulai melakukan penelitian atau
observasi fenomena gerhana dan lainnya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwasannya
gerhana Bulan merupakan objek observasi yang sudah dilakukan sejak dahulu kala.
Dalam astronomi gerhana Bulan dikenal dengan ‘eclipse’ yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu ekleipsis, yang berarti peninggalan atau pelainan. Gerhana merupakan kejadian
astronomi yang berlaku apabila satu objek astronomi bergerak kedalam bayang-bayang
objek astronomi yang lain. Gerhana bulan mungkin terjadi ketika bulan memasuki fase
purnama atau full moon dimana Bumi berada diantara Bulan dan Matahari, kemudian
posisi Matahari, Bumi dan Bulan berada pada bujur astronomis yang sama dimana
mengakibatkan bayang-bayang Bumi jatuh pada Bulan. Anton Ramdan.Islam dan
Astronomi (Jakarta: Bee Media 2012) Ayudiah Pitaloka,Bumi dan Tata Surya (Jakarta:
PT. Gading Prima 2011).
Fenomena terjadinya gerhana ini disebabkan oleh bayangan Bumi dan Bulan yang
besar. Perlu diketahui bulan dan Bumi mereka adalah benda gelap, ketika disinari oleh
Matahari akan memantulkan cahaya dan membentuk bayangang yang menjulur panjang
kedalam ruang angkasa. Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan dan Matahari sedang
beroposisi (īs}t}īqbāl), yaitu posisi dimana bujur astronomis Bulan berbeda 180º dengan
bujur astronomis Matahari sedangkan deklinasi keduanya adalah 0º ini berbeda dengan
gerhana Matahari yang terjadi ketika Bulan dan Matahari mengalami Konjungsi.
Terjadinya gerhana Bulan dapat disaksikan oleh penduduk Bumi yang daerahnya
sedang mengalami malam. Periode gerhana Bulan terhitung dari fase Bulan purnama ke
Bulan purnama lagi yang disebut dengan satu Bulan Sinodis. Akan tetapi walaupun setiap
bulan, Bulan dan Matahari mengalami oposisi belum tentu terjadi gerhana Bulan di setiap
bulannya. Hal ini terjadi karena orbit Bulan tidak selalu sebidang dengan orbit Bumi,
melainkan memotong orbit Bumi dan membentuk sudut 5˚. Gerhana bulan terjadi ketika
Bulan memasuki daerah bayang-bayang Bumi. Sehingga Bulan-Bumi Matahari berada
dalam 1 garis. Bayangan yang dibentuk oleh Bumi mempunyai 2 bagian yaitu: Pertama
bagian penumbra merupakan daerah bayangan paling luar yang tidak terlalu gelap.

4
Kemudian bagian kedua adalah umbra ini merupakan daerah gelap atau bayangan inti.
Karena Matahari lebih besar membentuk kerucut yang bayangannya menyebar keluar
angkasa. Pada satu kalender setidaknya terjadi 2 gerhana. Biasanya yang paling banyak
terjadi adalah gerhan Matahari, namun sebaliknya , gerhana bulan dalam satu kalender
hanya terjadi 2-3 kali dalam setahun atau bahkan tidak terjad sama sekali. Hal ini
dikarenakan bahwa titik simpul orbit bulan dan orbit bumi ada dua jenis yaitu:
2.1.1 Titik simpul naik Yaitu titik yang tidak dilalui Bulan ketika bergerak dari selatan
ekliptika.
2.2.2 Titik simpul turun Yaitu titik yang dilalui bulan ketika bergerak dari utara
ekliptika menuju ke selatan ekliptika.

Periode dimana selama matahari dekat dengan titik simpul dinamakan dengan musim
gerhana dan setiap tahun ada 2 musim gerhana. Musim gerhana ini berjalrak 6 bulan
yang dikarenakn bergersernya titik simpul sebesar 19 derajat per tahun kearah barat.
Sehingga musim terjadi dengan interval yang lebih pendek dari 6 bulan yaitu 173.3 hari.
Dan 2 musim gerhana ini akan menyusun sebuah tahun gerhana dengan lama 346.6 hari.
Tahun gerhana memiliki panjang hari lebih pendek daripada tahun kalender masehi.

2.2 Periode Saros Gerhana


Gerhana bulan yang dipisahkan dengan periode saros mempunyai karakteristik yang
sangat mirip dan dikelompokkan dalam satu keluarga yang dinamakan seri saris. Adapun
karakteristiknya antara lain:
1. Bulan sinodis yaitu interval waktu bulan dari fase bulan purnama kembali ke bulan
purnama lagi. Panjang bulan sinodis adalah 29.53059 atau 29 hari 12 jam 44 menit.
2. Tahun gerhana adalah interval waktu yang dibutuhkan bumu untuk bergerak dari
titik sumpu. Panjang tahun gerhana lebih kurang 346.6 hari atau setara dengan 346
hari 14 jam 24 menit.
3. Bulan anomalistis adalah interval waktu yang dibutuhkan bulan untuk bergergak
dari perigee ke perigee lagi. Panjang bulan anomalistis adalah 27.55455 hari atau 27
hari 13 jam 19 menit

Gerhana yang dipisahkan oleh 233 bulan sinodis akan mempunyai karakteristik yang
sama. hal ini disbebkan bulan sinodis sama dengan kurang lebih 19 tahun gerhana dimana
kedua nya hanya terpaut 11 jam, arinya pada 34 selang periode saros bulan akan kembali
ke fase yang sama dan titik simpul yang sama juga. Dampak dari periode saros ini adalah
panjang hari memiliki pecahan sebesar 1/3 hari atau setara dengan 8 jam. Sehingga pada
saat gerhana berikutnya yang suda terpisah oleh satu periode saros, bumi telah berputar
selama 1/3 hari. Karena itu, lintasan gerhana akan bergeser 120º ke arah barat. Uniknya
tiap 3 periode saros (54 tahun 34 hari) gerhana dapat diamati di geografi yang sama.
namun seri saros ini tidak bertahan lama, karena periode saros lebih pendek ½ hari dari
19 tahun gerhana. Akibatnya titik simpul sartu periode saros akan bergeser 05º sehingga
jarak simpul sudah demikian jauh dari matahari ataupun bulan dan tidak memunkinkan
lagi terjadinya gerhana.28 Seri saros gerhana bulan akan dimuali atau lahir ketika bulan
purnama dengan jarak bulan sebesar 16.5º disebelah timur titik simpul. Ketika saros
terjadi maka gerhana bulan yang terjadi sebagai berikut:
1. Gerhana purnama yang terjadi adalah penumbra (semu) yang akan diikuti gerhana
bulan penumbra yang kainnya dengan jumlah sekitar 7- 15 gerhana penumbra. Dari
gerhana bulan penumbra ke gerhana bulan penumbra lainnya magnitudo Bulan akan
semakin besar sedikt demi sedikit. Hal ini disebakan satu periode saros lebih pendek
dri 19 tahun gerhana, ini mengakibatkan setelah satu periode saros titik simpul akan

5
bergeser ke timur sebesar 0.5º yang secara otomatis akan menggeser magnitude
gerhana penumbra berikutnya samapai bulan mendekati penumbra Bumi.
2. Berikutnya akan terjadi 10-29 gerhan parsial dengan magnitudo yang semakin
besar, hingga ahirnya seluruh piringan Bulan akan masuk ke wilayah bayangan umbra
bumi
3. Akan terjadi 12-30 gerhana bulan total yang diikuti dengan bertambahnya jarak
bulan kea rah barat dari pusat bayangan bumi
4. Akan diikuti 10-20 gerhana bulan parsial, dalam gerahan ini antara gerhana satu ke
gerhana lainnya magnitude akan semakin mengecil
5. Seri saros akan berakhir sekitar 16.5º sebelah barat titik simpul setelah terjadi 7-15
gerhana penumbra.29 Satu seri saros akan memakan waktu sekitar 13-14 abad dimulai
dari lahir sampai matinya. Setiap satu seri saros beranggotakan 70-85 buah gerhana
Bulan dengan 45-55 diantaranya adalah gerhana Bulan umbra.

Dalam gerhana Bulan selain pirode saros , ada juga periode tritos yang mempunyai
periode 135 lunasi (11 tahun 1 bulan). Adapun periode matius cycle yang periodenya 235
lunasi atau kurang lebih 19 tahun dan lainnya. Namun selama ini periode yang selalu kita
gunakan adalah pe riode seri saros Bulan.

6
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Proses Terjadinya Gerhana Bulan


Secara sederhana, gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat posisi bumi
ada di antara matahari dan bulan. Saat gerhana bulan terjadi, bulan mengitari bumi.
Sementara itu, bumi mengitari matahari. Apabila ditarik garis lurus saat bumi ada di
tengah matahari dan bulan (posisi bumi sejajar antara matahari dan bulan), maka yang
terjadi adalah bumi akan menutup cahaya matahari ke bulan. Terjadinya gerhana bulan
dimulai saat bayangan bumi telah menutupi bulan. Dengan demikian, bulan tidak bisa
memantulkan cahaya matahari. Gerhana bulan selalu terjadi dari sore sampai malam hari,
saat itu bulan akan tampak memantulkan cahaya matahari. Biasanya, bulan memantulkan
cahaya matahari. Itulah alasan mengapa bulan bersinar di malam hari, sebab bulan
memantulkan sinar matahari. Namun demikian, bayangan bumi jatuh di permukaan bulan
ketika gerhana bulan terjadi.
Dengan demikian, yang jatuh di permukaan bulan bukanlah sinar matahari. Gerhana
bulan selalu terjadi saat bulan purnama. Fenomena gerhana bulan dapat dilihat dari bumi
saat malam sudah tiba. Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan terutup oleh bayangan
Bumi. Peristiwa ini hanya dapat terjadi ketika posisi Matahari, Bumi, dan Bulan tepat
atau hampir membentuk garis lurus dan Bulan berada dalam fase Bulan purnama. Jenis
dan durasi gerhana Bulan bergantung pada jarak Bulan terhadap simpulnya di orbit.
Bulan yang mengalami gerhana total juga sering disebut blood moon (bulan
darah) karena warna kemerahannya. Warna tersebut merupakan akibat dari cahaya
Matahari yang terefraksi oleh atmosfer Bumi dan mencapai permukaan Bulan. Alasan
yang sama juga menyebabkan warna kemerahan di langit Bumi saat Matahari
terbit dan Matahari terbenam. Tidak seperti gerhana Matahari yang hanya dapat dilihat
dari wilayah dengan luas yang kecil, gerhana Bulan dapat dilihat dari seluruh bagian
Bumi yang berada di sisi malam.
Gerhana Bulan dapat berdurasi hingga hampir dua jam, sementara gerhana Matahari
hanya berlangsung selama beberapa menit di wilayah tertentu. Selain itu, gerhana Bulan
juga aman dilihat dengan mata telanjang dan tanpa perangkat pelindung khusus. Hal ini
karena cahaya Bulan saat gerhana sangat redup, lebih redup daripada Bulan purnama.
Gerhana bulan muncul bila Bulan sedang beroposisi dengan Matahari. Namun, karena
kemiringan bidang orbit Bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°, maka tidak setiap
oposisi Bulan dengan Matahari akan mengakibatkan gerhana bulan. Perpotongan bidang
orbit Bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan dua buah titik potong yang
disebut node, yaitu titik tempat Bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan akan
terjadi saat Bulan beroposisi pada node tersebut.
Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik
oposisi lainnya. Maka seharusnya, gerhana bulan akan diikuti dengan gerhana
Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara
Matahari dengan Bumi. Pada peristiwa gerhana bulan, sering kali Bulan masih dapat
terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah Bulan
oleh atmosfer Bumi dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya
merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, Bulan akan tampak berwarna gelap, bisa
berwarna merah tembaga, jingga, ataupun cokelat. Gerhana bulan dapat diamati
dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.

3.2 Jenis-Jenis Gerhana Bulan


Pada umumnya gerhana bulan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gerhana bulan total,
gerhana bulan sebagian dan gerhana bulan penumbra. Berikut penjelasannya.

7
1) Gerhana Bulan Total
Gerhana bulan total terjadi saat seluruh bayangan umbra bumi jatuh menutupi
bulan. Dengan demikian, matahari, bumi dan bulan tepat berada di satu garis yang
sama. Bulan bergerak dalam orbit mengelilingi bumi, dan pada saat yang sama bumi
juga mengorbit pada matahari. Saat bumi berada di antara matahari dan bulan, bumi
akan menghalangi sinar matahari yang biasanya memantul dari bulan. Sementara,
NASA menuturkan, gerhana bulan total terjadi saat bulan dan matahari berada pada
sisi yang berlawanan dari bumi. Walaupun permukaan bulan tertutup oleh bumi,
sebagian sinar matahari tersebut tetap bisa menyentuh permukaan bulan. Lalu, sinar
matahari yang melewati atmosfer bumi itu mengakibatkan atmosfer menyaring
sebagian besar cahaya biru. Akibatnya, ketika terjadi gerhana bulan total, bulan akan
terlihat berwarna merah jika dilihat dari Bumi. Gerhana bulan biasanya berlangsung
selama beberapa jam. Gerhana bulan sebagian biasanya terjadi setiap tahun,
sedangkan gerhana bulan total terbilang jarang terjadi. Ilmuwan NASA pernah
berkata, warna bulan bergantung pada jumlah debu dan atmosfer. Apabila terdapat
partikel ekstra di atmosfer, seperti letusan gunung berapi misalnya, bulan akan
terlihat lebih gelap dan berwarna merah.
2) Gerhana Bulan Sebagian
Gerhana bulan sebagian juga biasa disebut sebagai gerhana bulan parsial.
Gerhana bulan jenis ini terjadi saat bumi tidak seutuhnya menghalangi bulan dari
sinar matahari. Sebagian permukaan bulan masih berada di daerah penumbra.
Dengan demikian, masih ada sebagian sinar matahari yang bisa sampai ke permukaan
bulan. Sederhananya, gerhana bulan sebagian terjadi saat matahari, bumi, dan bulan
tidak sejajar dengan sempurna. Ketika gerhana bulan parsial terjadi, bumi akan
terlihat melahap sebagian bulan. Walaupun begitu, penampakan bulan selama
gerhana bulan parsial tergantung posisi matahari, bulan, dan bumi.
3) Gerhana Bulan Penumbra
Gerhana bulan penumbra terjadi saat bagian bulan berada di bagian penumbra
seluruhnya. Dengan demikian, bulan masih bisa tampak dengan warna cenderung
samar. Tidak seperti fenomena gerhana yang lain, gerhana bulan penumbra kecil
kemungkinan untuk bisa dilihat.

3.3 Fakta-Fakta dan Dampak Gerhana Bulan


Peristiwa super blood moon hanya akan terjadi saat fase bulan penuh atau mengalami
gerhana bulan total. Bulan akan terlihat berwarna merah. Warna bulan akan semakin
merah bergantung pada ketebalan partikel di atmosfer bumi yang ditembus oleh cahaya
tersebut, misalnya polusi udara atau tutupan awan. Selain jadi fenomena yang ditunggu-
tunggu masyarakat, gerhana bulan juga memiliki beberapa dampak terhadap bumi yang
dibahas pada buku Ensiklopedia Pengetahuan Pertamaku: Bumi Kita.
1) Gerhana Bulan Tidak Berdampak Pada Kesehatan Manusia
Saat gerhana bulan total terjadi, banyak yang kerap menghubungkan
dampaknya terhadap kesehatan manusia. Padahal, hingga kini tidak ada bukti ilmiah
yang menjelaskan pengaruh gerhana bulan terhadap kesehatan manusia. Pun dengan
hewan, belum ada penelitian yang menjelaskan adanya efek dari siklus bulan gerhana
tersebut. Hanya saja, dunia medis mengimbau agar masyarakat tidak melihat gerhana
matahari dengan mata telanjang. Sementara untuk fenomena gerhana bulan,
masyarakat diperbolehkan menyaksikan gerhana bulan tanpa alat bantu optik. Fakta
menyebut bahwa menyaksikan langsung gerhana bulan tidak merusak mata. Namun,
hal yang berbeda untuk gerhana matahari. Kalau kamu menyaksikannya tanpa alat
bantu, bisa-bisa terjadi cedera retina yang parah. Namun demikian, ada hal yang harus

8
diperhatikan. Karena peristiwa gerhana bulan mengubah cahaya di alam terbuka
menjadi gelap, kamu harus hati-hati dalam melangkah. Jangan sampai kakimu
tersandung lalu luka.
2) Gerhana Bulan Tidak Membahayakan Ibu Hamil
Terkadang ada saja yang mengaitkan gerhana bulan dengan ibu hamil. Konon,
gerhana bulan berbahaya bagi ibu hamil. Bahkan, ibu yang melahirkan saat peristiwa
gerhana bulan bakal menimbulkan gangguan kesehatan atau kelainan pada anaknya.
Padahal, hal itu sama sekali tidak benar. Ibu hamil akan tetap sehat asalkan menjaga
pola makan dan keselamatan kandungannya.
3) Gerhana Bulan Tidak Berhubungan dengan Penyakit Mental
Peristiwa gerhana bulan sering dikaitkan dengan penyakit mental. Benarkah
demikian? Faktanya, yang sering terjadi adalah adanya peningkatan tekanan darah,
denyut nadi, serta perilaku mental abnormal yang menghubungkannya dengan air
pasang di laut. Jadi, tidak benar kalau gerhana bulan mengganggu mental seseorang.
4) Jumlah Nyamuk Bertambah Banyak Saat Gerhana Bulan
Salah satu dampak gerhana bulan yang tidak boleh kamu abaikan adalah
kehadiran nyamuk yang semakin banyak. Ada sebuah penelitian rawa pesisir
Chambers County. Nyamuk-nyamuk berspesies Aedes, Anopheles, Culex, dan
Psorophora tampak meningkat selama gerhana bulan, kemudian menurun saat bulan
purnama. Ketika gerhana bulan terjadi, ada baiknya kamu memastikan kondisi rumah
dan lingkungan sekitar tetap bersih agar tak menjadi sarang nyamuk.

5) Gerhana Bulan Menyebabkan Pasang Surut Air Laut


Ketika gerhana bulan, terjadi pasang surut air laut yang lebih besar daripada
biasanya. Namun demikian, kamu tidak perlu khawatir berlebihan karena ketinggian
air masih batas aman, tidak sampai puluhan atau belasan meter. Selain itu, gerhana
bulan juga tidak berdampak pada perubahan iklim, misalnya udara dingin. Perubahan
iklim hanya akan terjadi saat gerhana matahari.

6) Warna Gerhana Bulan Tidak Selalu Merah


Saat terjadi gerhana bulan, cahaya matahari akan menghambur ke arah
spektrum merah atau biasa dikenal dengan istilah blood moon. Oleh sebab itu,
bayangan utama bumi tampak kemerahan. Lalu, saat bulan berada di perpotongan
ekliptika dan orbitnya (posisi bulan berada di titik simpul bulan), bulan memasuki
bayangan bumi yang mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Namun, apakah warna
bulan selalu merah? Ternyata tidak. Gerhana bulan total tidak selalu tampak berwarna
merah karena kondisi itu sangat bergantung pada kualitas udara di tempat pengamat.
Apabila gerhana bulan terjadi saat kondisi udara bersih atau langit bebas dari polusi,
maka bayangan bumi yang dimasuki bulan akan terlihat merah darah. Namun, saat
polusi udara cukup pekat dan terdapat polusi cahaya, maka bayangan bumi yang
dimasuki bulan akan berwarna jingga. Kemudian, saat gerhana bulan, bintang-bintang
yang selama ini redup imbas interferensi cahaya bulan akan tampak lebih terang.

9
BAB IV PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Jadi dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
Secara sederhana, gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat posisi bumi
ada di antara matahari dan bulan. Saat gerhana bulan terjadi, bulan mengitari bumi.
Sementara itu, bumi mengitari matahari. Dengan demikian, yang jatuh di permukaan
bulan bukanlah sinar matahari. Gerhana bulan selalu terjadi saat bulan purnama. Gerhana
Bulan dapat berdurasi hingga hampir dua jam, sementara gerhana Matahari hanya
berlangsung selama beberapa menit di wilayah tertentu. Selain itu, gerhana Bulan juga
aman dilihat dengan mata telanjang dan tanpa perangkat pelindung khusus. Bulan
membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi
lainnya. Maka seharusnya, gerhana bulan akan diikuti dengan gerhana Matahari karena
kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan
Bumi.

Pada umumnya gerhana bulan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gerhana bulan total,
gerhana bulan sebagian dan gerhana bulan penumbra. Berikut penjelasannya.
1. Gerhana Bulan Total
Gerhana bulan total terjadi saat seluruh bayangan umbra bumi jatuh menutupi
bulan. Dengan demikian, matahari, bumi dan bulan tepat berada di satu garis yang
sama.
2. Gerhana Bulan Sebagian
Gerhana bulan sebagian juga biasa disebut sebagai gerhana bulan parsial.
Gerhana bulan jenis ini terjadi saat bumi tidak seutuhnya menghalangi bulan dari
sinar matahari.
3. Gerhana Bulan Penumbra
Gerhana bulan penumbra terjadi saat bagian bulan berada di bagian penumbra
seluruhnya. Dengan demikian, bulan masih bisa tampak dengan warna cenderung
samar. Tidak seperti fenomena gerhana yang lain, gerhana bulan penumbra kecil
kemungkinan untuk bisa dilihat.

Peristiwa super blood moon hanya akan terjadi saat fase bulan penuh atau mengalami
gerhana bulan total. Bulan akan terlihat berwarna merah. Warna bulan akan semakin
merah bergantung pada ketebalan partikel di atmosfer bumi yang ditembus oleh cahaya
tersebut, misalnya polusi udara atau tutupan awan. Selain jadi fenomena yang ditunggu-
tunggu masyarakat, gerhana bulan juga memiliki beberapa dampak terhadap bumi yang
dibahas pada buku Ensiklopedia Pengetahuan Pertamaku: Bumi Kita.

4.2 SARAN
 Ketika gerhana bulan terjadi, ada baiknya kamu memastikan kondisi rumah dan
lingkungan sekitar tetap bersih agar tak menjadi sarang nyamuk.
 Ketika gerhana bulan, terjadi pasang surut air laut yang lebih besar daripada
biasanya. Jadi sebisa mungkin jangan main ke pantai karena kita tidak tau pasang
surutnya air laut.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/proses-terjadinya-gerhana-bulan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerhana_bulan
https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/geofish/file/d9ce0b78-18b7-
4aca-a30b-4a6a470056af.pdf
https://iklim.sumsel.bmkg.go.id/gerhana-bulan-total-8-november-2022/

11
LAMPIRAN
Tabel Kejadian Fenomena Gerhana Bulan Total 8 November 2022
WAKTU SETIAP FASE GERHANA WILAYAH YANG
NO FASE GERHANA UT WIB WITA WIT DAPAT MENGAMATI
1 Awal Fase Penumbra (PI) 08.00.3 15.00.3 16.00.3 17.00.3 Tidak Teramati Di Wilayah
8 8 8 8 Indonesia
2 Awal Fase Sebagian (UI) 09.08.5 16.08.5 17.08.5 18.08.5 Papua, Papua Barat,
9 9 9 9 Sebagian Maluku Utara,
Sebagian Maluku
3 Awal Fase Total (U2) 10.16.1 17.16.1 18.16.1 19.16.1 Papua, Papua Barat,
9 9 9 9 Maluku Utara, Maluku,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Bali, Sebagian Besar
Kalimantan, Sebagian
Kecil Jawa Timur
4 Puncak Gerhana Puncak 10.59.1 17.59.1 18.59.1 19.59.1 Papua, Papua Barat,
1 1 1 1 Maluku Utara, Maluku,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Bali, Kalimantan, Jawa,
Sebagian Sumatera Bagian
Timur
5 Akhir Fase Total (U3) 11.42.0 18.42.0 19.42.0 20.42.0 Seluruh Wilayah Di
3 3 3 3 Indonesia
6 Akhir Fase Sebagian (U4) 12.49.2 19.49.2 20.49.2 21.49.2 Seluruh Wilayah Di
2 2 2 2 Indonesia
7 Akhir Fase Penumbra (P4) 13.57.4 20.57.4 21.57.4 22.57.4 Seluruh Wilayah Di
3 3 3 3 Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai