DISUSUN OLEH :
JURUSAN IPA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pernakah kita membayangkan bagaimana keadaan di luar bumi tempat kita
tinggal? Seperti yang diketahui bahwa di luar angkasa banyak sekali benda-benda langit
yang belum pernah kita lihat dengan mata telanjang. Kita hanya sering melihat matahari,
bulan, dan bintang dari permukaan bumi. Ukuran bulan, matahari, dan bintang yang kita
lihat dari bumi ternyata tidak seperti ukuran sebenarnya yang dimiikinya. Matahari
berukuran jauh lebih besar dari ukuran bumi, begitu pula dengan bintang dan bulan. Di
luar angkasa ternyata tak hanya terdapat bulan, matahari, dan bintang. Di luar angkasa
terdapat banyak sekali benda langit yang berbeda ukurannya, termasuk planet-planet dan
benda asing lainnya yang mengelilingi matahari.
Astronomi ialah cabang ilmu tentang alam yang melibatkan pengamatan benda-
benda langit serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya
radiasi latar belakang kosmik). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari
benda-benda langit seperti: asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan
bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan
perkembangan alam semesta.
Teleskop merupakan alat yang dapat membantu manusia untuk dapat mengamati
benda luar angkasa dengan lebih jelas. Terdapat berbagai macam jenis teleskop yang
dapatdigunakan, namun pada pengamatan kali ini menggunakan teleskop celestron
nexstar 5 se untuk mengamati bulan pada malam hari.
B. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah pada pengamatan ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh waktu pengamatan dengan permukaan bulan yang tampak?
2. Bagaimana pengaruh waktu pengamatan dengan kondisi cahaya terang gelap bulan
yang tampak?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pengamatan ini yaitu:
1. Mengetahui pengaruh waktu pengamatan terhadap permukaan bulan yang tampak.
2. Mengetahui pengaruh waktu pengamatan terhadap kondisi cahaya terang gelap bulan
yang tampak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bulan
Bulan berbentuk bulat, bertekstur kasar dan berlubang akhibat tumbukan benda luar
angkasa. Bulan memiliki diameter 3.474 km dengan massa 0,012 massa Bumi dan massa
jenisnya 3,4 gram/cm3. Jarak rata-ratanya ke Bumi sekitar 384.403 km atau sebanding
dengan 30 kali diameter Bumi (Hadi, 2015).
Bulan bukan hanya sekedar penghias langit dimalam dan penerangan saat Matahari
tenggelam. Bulan adalah satu-satunya stelit alami Bumi, bukan buatan manusia yang
mengorbit Bumi dan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri, cahayanya berasal dari
pantulan cahaya Matahari. Objek yang dikenal sebagai satelit Bumi ini merupakan salah satu
anggota tata surya yang senantiasa mengelilingi planet ketiga dari Matahari ini. Bulan juga
merupakan satelit terpadat kedua setelah lo yang merupakan satelit Yupiter. Bulan adalah
benda langit yang paling terang setelah Matahari. Meskipun bulan tampak sangat putih dan
terang, permukaan Bulan sebenarnya gelap, dengan tingkat keerahan yang sedikit lebih
tinggi dari aspal cair. Udara, air terlebih lagi kehidupan tidak terdapat di Bulan. Namun,
pada Maret 1971, instrumen bulan yang dipasang oleh astronot merekam adanya air yang
melewati permukaan Bulan. Uap air tersebut hanya bertahan 14 jam dan menutupi
permukaan seluas 100 mil2. Ternyata setelah diusut oleh para ilmuan, endapan es setebal dua
meter ditemukan di beberapa kawahnya, demikian laporan beberapa peneliti dalam satu dari
dua studi yang memperlihatkan bukti adanya air di Bulan (Hadi, 2015).
Dalam satu dari dua studi yang disiarkan, Paul Spudis dari Lunar and Planetary Onstitude di Huston dan
rekannya menganalisis pesawat antariksa India, Chandrayaan, untuk mendapatkan bukti mengenai mendapat
bukti mengenai endapan es di beberapa kawah yang selamanya tertutup bayang-bayang di Bulan (Hadi,
2015).
Gambar 1. Bentuk-bentuk Bulan
Sumber: (Hadi, 2015)
B. Fungsi Bulan
Bulan bukan hanya sebagai pajangan untuk menghiasi malam di Bumi. Pembaca
sekalian pasti akan sangat bersyukur jika tau fungsi utamanya. Berikut fungsi bulan bagi
Bumi kita :
1. Melindungi Bumi dari hantaman benda langit seperti komet dan asteroid.
2. Mengontrol kecepatan rotasi suatu planet karena eefek gravitasional tidal wave. Dalam
sejarah Bumi, efek ini memberikan keuntungan kepada Bumi karena menurut
perhitungan fisika, bulan memperlambat rotasi Bumi, yang dulunya Bumi berotasi
dengan cepat (Bumi-Bulan saling menyeimbangkan kecepatan).
4. Meteor yang menuju ke Bumi diblok atau dialihkan melalui gravitasi Bulan serta gaya
magnetik Bulan.
F. Cahaya Bulan
Hampir setiap malam, bahkan saat masih siang atau sudah pagi hari, kita dapat melihat
Bulan menggantung di langit dengan fase-fase berbeda. Tahukah Anda bagaimana Bulan
dapat bersinar? Benarkah ia memproduksi cahayanya sendiri? Kita acap kali kepanasan
karena cahaya dari Matahari pada siang hari, dan kemudian berdecak kagum akan cahaya
Bulan yang kalem di malam hari. Namun, pada kenyataannya, cahaya yang kalem dari
Bulan hanyalah semacam ilusi. Cahaya Bulan merupakan cahaya yang dipantulkan dari
Matahari. Bulan menjadi semacam cermin.
Diketahui, objek alam semesta yang dapat memancarkan cahayanya sendiri hanyalah
bintang, dan Matahari termasuk benda yang kita sebut sebagai bintang. Sebuah bintang bisa
menyala karena ada reaksi fusi nuklir pada inti atau jantungnya. Bahan penyusun utama
bintang adalah hidrogen dan helium. Bintang adalah semacam reaktor fusi alami yang
memperoleh energi dari rekasi fusi hidrogen menjadi helium dan kemudian fusi helium
menjadi unsur-unsur yang lain. Energi yang dihasilkan dari reaksi fusi inilah yang menjadi
sumber energi bintang.
Tubuh bintang mengandung tekanan yang luar biasa tinggi sehingga tekanan ini
memaksa dua atom hidrogen bergabung (fusi) untuk membentuk atom helium yang lebih
"berat" daripada atom hidrogen. Akan tetapi, dalam proses fusi ini, tidak semua atom
hidrogen terpakai untuk membentuk atom helium, sebagian dari atom hidrogen lepas
menjadi energi. Lalu, bagaimana dengan Bulan? Bahan penyusun Bulan bukanlah hidrogen
dan helium. Diketahui, Bulan tersusun atas material yang serupa dengan Bumi. Bulan
mempunyai lapisan batuan luar, atau yang disebut mantel, dan inti yang mungkin sebagian
besar terbuat dari besi. Bagian dalam dari Bulan begitu dingin dan padat. Ketika sekitar 21
astronot bergantian mengunjungi Bulan, seluruh astronot tersebut melaporkan bahwa
permukaan Bulan berwarna abu-abu gelap, seperti warna trotoar. Karena warna gelap dan
permukaan bergelombang itulah Bulan hanya mencerminkan sekitar 12% dari cahaya
Matahari yang menyinarinya. Selain itu, jumlah cahaya yang kita lihat dari Bulan juga
tergantung pada titik orbitnya.
Selama fase kuartir awal dan kuartir akhir, kita akan melihat Bulan yang tampak
setengah diterangi Matahari, dan itu hanya 8% terangnya cahaya Bulan saat purnama. Pada
fase ini, kita bisa melihat bayang-bayang Matahari pada pegunungan atau kawah-kawah di
Bulan saat mengamatinya lewat teleskop. Lalu pada fase Bulan Purnama, Bulan akan
berada di seberang Matahari pada langit Bumi sehingga muncul sangat terang. Kemampuan
Bulan yang bisa memantulkan cahaya Matahari inilah yang membuatnya bisa tampak di
langit pagi ataupun siang hari. Jadi, setelah kita tahu apa perbedaan bintang dengan Bulan
di atas, kini kita dapat menyimpulkan bahwa Bulan hanya memantulkan cahaya Matahari
yang diterimanya. Sama halnya dengan Bumi dan planet-planet di Tata Surya, Matahari lah
sumber cahaya benda-benda di sekitarnya. Bukan seperti katanya Bossdarling yang bahkan
menunjukkan identitasnya pun tak berani.
Intensitas cahaya bulan sangat bervariasi tergantung fasenya , tetapi meskipun berada
pada fase bulan purnama intensitas cahayanya hanya sekitar 0,05–0,1 lux . [2] Ketika
Bulan berada pada perigee dan dilihat di atas kulminasi dari daerah tropis , illuminasinya
dapat mencapai 0,32 lux. Cahaya bulan purnama hanya sekitar sepersejuta dari kecerahan
Matahari.
Warna sinar bulan, terutama di sekitar bulan purnama, tampak lebih kebiru-biruan
dilihat mata manusia dibandingkan dengan sumber cahaya buatan lainnya. Karena Efek
Purkinje , cahaya bulan tidak benar-benar berwarna biru, dan meski sinar bulan sering
disebut "keperakan", tetapi sebenarnya tidak memiliki kualitas keperakan yang lekat.
Albedo Bulan adalah 0,136, [3] artinya hanya 13,6% cahaya matahari yang menimpa bulan
dipantulkan kembali dari Bulan. Cahaya bulan umumnya menghambat pengamatan
astronomi, sehingga para astronom biasanya menghindari mengamati sesi di sekitar Bulan
Purnama. Cahaya Bulan memerlukan waktu sekitar 1,26 detik untuk mencapai permukaan
bumi.
G. Fase-Fase Bulan dan Jarak Bumi-Bulan pada Tahun 2018
Bulan adalah benda langit yang mengorbit Bumi. Karena sumber cahaya Bulan yang
terlihat dari Bumi adalah pantulan sinar Matahari, bentuk Bulan yang terlihat dari Bumi
akan berubah-ubah. Perubahan bentuk Bulan yang tampak dari Bumi ini disebut dengan
fase-fase Bulan. Dari sejumlah fase Bulan, terdapat empat fase utama, yaitu fase bulan baru,
fase setengah purnama awal (perempat pertama), fase purnama, dan fase setengah purnama
akhir (perempat akhir). Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase
bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir
dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata
ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik) (Iswanudin, 2017).
Bentuk orbit Bulan saat Bulan mengelilingi Bumi adalah ellips. Akibatnya pada suatu
saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut sebagai perige, dan
pada saat lain akan berada pada posisi terjauh dari Bumi, yang disebut sebagai apoge.
Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi perige ke apoge dan
kembali ke perige disebut sebagai periode anomalistik, yang secara rata-rata ditempuh dalam
waktu 27,55455 hari (27 hari 13 jam 18 menit 33 detik) (Iswanudin, 2017).
Karena lama waktu yang ditempuh Bulan untuk menyelesaikan kedua periode tersebut
berbeda, pada suatu saat Bulan akan berada pada fase bulan baru dan posisinya di apoge.
Sementara di saat yang lain Bulan akan berada pada fase purnama dan posisinya di perige.
Demikian juga hal yang sebaliknya bisa terjadi. Hal ini dapat diketahui dengan
membandingkan waktu saat Bulan pada fase tertentu dengan waktu saat posisi Bulan di
perige atau apoge (Iswanudin, 2017).
Apabila dirata-ratakan, setiap fase bulan berlangsung selama 3-4 hari. Berikut pembagian 8
fase-fase revolusi Bulan :
Gambar 3. Fase Bulan
Sumber: (Hadi, 2015)
1. Fase 1 (Bulan Baru/New Moon)
Sisi Bulan yang menghadap Bumi tidak menerima cahaya dari matahari, maka,
Bulan tidak terlihat. Fase ini terjadi di hari pertama dimana Bulan berada diposisi 0
derajat.
2. Fase 2 (Sabit Muda/Waxing Crescent)
Selama fase ini, kurang dari setengah Bulan yang menyala dan sebagai fase
berlangsung, bagian yang menyala secara berthap akan lebih besar. Fase ini terjadi di
hari keempat dimana Bulan berada di posisi 45 derajat. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak
melengkung seperti sabit.
3. Fase 3 (Kuartal III/Third Quarter)
Bulan mencapai tahap ketika tampak setengah lingkaran. Fase ini terjadi di hari ke
delapan dimana Bulan berada di posisi 90 derajat.
4. Fase 4 (Waxing Gibous)
Awal fase ini ditandai saat Bulan setengah, bagian yang tampak akan lebih besar.
Pada hari kesebelas, Bulan berada pada posisi 135 derajat dan terlihat seperti cakram
(Bulan cembung)
5. Fase 5 (Full Moon)
Pada fase ini, Bulan berada pada sisi berlawanan dengan Bumi dan cahaya Matahari
sepenuhnya terkirim ke Bulan. Fase ini terjadi di hari ke empat belas, Bulan berada pada
posisi 180 derajat. Pada posisi ini, Bulan terbentuk sempurna (lingkaran penuh) disebut
juga Bulan Purnama.
6. Fase 6 (Wanning Gibous)
Dimana bagian yang tampak akan semakin kecil secara bertahap. Fase ini terjadi di
hari ketujuh belas, Bulan berada pada posisi 225 derajat. Penampakannya kembali
seperti cakram.
7. Fase 7 ( Kuartal I/ First Quarter)
Setengah dari Bulan terlihat. Fase ini terjadi di hari kedua puluh satu, Bulan berada
tepat pada posisi 270 derajat. Penampakannya sama seperti Bulan pada fase 3 atau
Kuartal III
8. Fase 8 ( Sabit Tua/ Waning Crescent)
Sebagian kecil dari bulan terlihat. Fase ini terjadi di hari kedua puluh lima. Bulan
berada pada posisi 315 derajat. Penampakannya sama seperti pada posisi 45 derajat.
Bulan tampak seperti sabit.
Fase ini akan terus berulang, Bulan akan kembali ke kedudukan semula yaitu Bulan
mati atau Bulan Baru (Hadi, 2015).
H. Teleskop
Teleskop adalah sebuah alat bantu penglihatan (optik) untuk mengamati benda-benda
yang jauh terutama benda yang berada di langit seperti bulan dan bintang. Teleskop dapat
menjalankan fungsi tersebut karena kemampuannya memperkuat cahaya dan memperbesar
bayangan, sehingga benda-benda yang jauh dapat terlihat lebih dekat dan jelas. Teleskop
juga disebut dengan teropong.
Gambar 4. Teleskop
a. Sejarah Teleskop
Hans Lippershey yang merupakan seorang pembuat kacamata berasal dari
Middleburg, Belanda. pada tanggal 2 Oktober 1608 menciptakan alat pertama yang
disebut sebagai teleskop. Teleskop ini mempunyai kemampuan untuk memperbesar
benda-benda yang diamati hingga lima kali lipat. Setahun kemudian pada tahun 1609,
Galileo Galilei menciptakan teleskop pertama yang digunakan dalam bidang astronomi,
yang dapat memperbesar hingga 20 kali lipat, sehingga pada tahun 1610 ia membenarkan
teori “alam semesta berpusat pada matahari”.
Pada tahun 1668, Isaac Newton menciptakan teleskop baru yaitu teleskop yang
menggunakan cermin sebagai lensa. Sehingga penemuan ini merupakan titik balik dalam
sejarah ilmu sains. Kemudian pada pertengahan abad ke 17, Havelius, seorang astronom
yang berasal dari jerman membuat teleskop berlensa yang kerangkanya diciptakan dari
kayu setinggi 46 meter.
Selanjutnya Huygens yang merupakan seorgan astronom dari Belanda menggunakan
teleskop dengan lensa yang berbeda, teleskopnya juga tidak menggunakan tabung dan
hanya terdiri dari dua buah lensa. Pada tahun 1897, di Teluk Williams, Amerika Serikat,
dibuatlah sebuat teleskop Yerkes dengan diameter 101 cm, sehingga menjadi teleskop
berlensa terbesar di dunia pada saat itu. Hingga sekarang, yang menjadi teleskop terbesar
adalah teleskop Keck yang di buat di puncak gunung berapi Mauna Kea di Hawaii,
Teleskop ini mempunyai kemampuan untuk meilihat suatu area delapan kali lebih luas
dibandingkan teleskop lain.
b. Bagian-Bagian Teleskop
Hal-hal yang perlu diketahui untuk memahami bagian-bagian lensa adalah sebagai
berikut:
Lensa cembung adalah lensa yang bersifat mengumpulkan cahaya atau konvergen
Lensa cekung adalah lensa yang bersifat menyebarkan cahaya atau divergen
Cermin cembung adalah cermin yang menyebarkan cahaya
Cermin cekung adalah cermin yang dapat mengumpulkan cahaya
Jarak fokus merupakan jarak yang diperlukan oleh lensa atau cermin untuk
mengarahkan cahaya pada titik fokus
Bidang pandang merupakan area langit atau daerah yang dapat dilihat dan diamati
melalui teleskop
Perbesaran merupakan panjang fokus teleskop yang dibagi dengan panjang fokus lensa
pada mata
Resolusi merupakan jarak terdekat diantara kedua objek yang masih dapat dilihat
sebagai dua objek yang terpisah.
Pada teleskop, bagian yang paling vital atau paling penting adalah lensanya.
Teleskop memiliki dua lensa positif atau cembung, yang terletak dekat dengan objek
disebut dengan lensa objektif, dan yang terletak dekat dengan mata (tempat pengamat
mengintip) disebut dengan lensa okuler.
Pada teleskop bumi juga terdapat lensa pembalik, yang berfungsi untuk
membalikkan bayangan tanpa melakukan pembesaran sehingga bayangan akhir yang
terbentuk dapat tegak seperti arah benda semula. Dahulu kala, teleskop hanya berupa
lensa dan rangkanya saja, dan mengutamakan pada fungsinya, akan tetapi seiring
berkembangnya zaman, teleskop pun dilengkapi dengan bagian-bagian berikut ini:
Tabung teleskop, merupakan tempat cermin utama terletak, tabung ini memiliki
diameter 8 inci, tabung memiliki penutup tabung. Pada bagian belakang tabung
terdapat visual back untuk tempat pemasangan flip mirror. Panjang fokus dapat di atur
dengan memutar knop yang terletak dibawah visual back
Finderscope, merupakan teleskop berukuran kecil yang dipasang pada tabung utama
Eyepiece, merupakan fungsi lensa okuler. Eyepiece ini memiliki pengunci untuk
keamanannya sehingga tidak terjatuh dan hilang.
Mounting, lebih dikenal dengan dudukan teleskop, merupakan sistem penggerak utama
pada teleskop, yang dilengkapi dengan knop pengatur lintang, tutup sumbu polar,
skala ketinggian lintang untuk mengetahui posisi lintang pengamat berada, pemberat
sudut jam untuk penyeimbang pada arah sudut jam. Pada mounting juga terdapat port
koneksi yang terdiri dari tombol-tombol termasuk tombol untuk menyalakan teleskop
Tripod, sebagai kaki untuk berpijaknya teleskop diatas suatu permukaan
Half Pillar, untuk menaikkan posisi mounting, sehingga dapat mengatur tripod
terbentur pada tiang pemberat ketika teleskop sedang digunakan
c. Jenis-Jenis Teleskop
Umumnya, teleskop terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Teleskop reflektor merupakan teleskop yang menggunakan cermin sebagai
pengganti terhadap lensa untuk menangkap cahaya dan memantulkannya.
Teleskop refraktor merupakan teleskop bias yang terdiri dari beberapa kaca lensa
sebagai alat yang digunakan untuk menangkap cahaya dan menjalankan fungsi
teleskop.
Teleskop catadioptrik, merupakan teleskop yang mempunyai sistem kerja yang
tidak jauh beda dengan dua jenis teleskop diatas. Karena teleskop ini merupakan
penggabungan dari teleskop refraktor dan reflektor, yang menggunakan dua
media untuk pengumpulan cahayanya, yaitu cermin dan lensa.
d. Fungsi Teleskop
Fungsi utama teleskop adalah mengumpulkan cahaya dan memfokuskannya lebih
besar dari segi diameternya, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat dikumpulkan.
Alhasil, teleskop dapat melihat benda benda yang letaknya jauh, bahkan tidak tampak
secara kasat mata sejauh mata memandang.
Teleskop pun memiliki peranan penting dalam bidang astronomi, tanpa teleskop, ahli
astronomi tidak dapat melakukan tugasnya secara detil. Sehingga setelah dipatenkan
teleskop astronomi oleh Galileo, maka banyak planet dan sistem lainnya yang terletak
dalam tata surya yang dapat diamati, seperti Galileo Galilei langsung mengamati planet
Venus dan Jupiter dengan teleskopnya.
Fungsi teleskop yang lainnya baru ditemukan adalah hubble telescope yang
diletakkan di luar angkasa untuk mengirim gambar dengan menggunakan gelombang
elektomagnetik. Gelombang tersebut akan ditangkap oleh bumi dengan hasil yang jernih.
Jadi, teleskop ini membantu manusia untuk mengamati benda-benda di luar angkasa.
e. Cara Kerja Teleskop
Cara kerja teleskop prinsipnya hanyalah mengumpulkan cahaya, apakah itu
menggunakan lensa yaitu pada teleskop refraktor dan menggunakan cermin pada teleskop
reflektor. Teleskop reflektor menggunakan cermin cekung, yang akan merefleksikan
cahaya dan bayangan gambar yang diarahkan oleh teropong, cermin cekung ini akan
menambah jangkauan sehingga dapat melihat benda yang jauh. Teleskop reflektor
memiliki kelemahan yang terkadang dapat menimbulkan bayangan yang tampak menjadi
tidak fokus.
Gambar 6. Cara Kerja Teleskop
Lensa utama akan mengumpulkan bayangan benda dan juga cahaya yang datang,
kemudian disampaikan ke retina mata melalui media rekfraksi. Media refraksimata ada
lima, yaitu cahaya dan bayangan yang masuk akan sampai terlebih dahulu ke kornea
(lapisan terluar mata), kemudian ke humor aquos, pupil, vitreus body, dan terakhir ke
retina. Setelah sampain di retina bayangan tersebut dikirimkan melalui saraf penglihatan
ke otak. Barulah seseorang dapat menginterpretasikan gambar tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Percobaan
Metode percobaan Pengamatan Bulan yang kami lakukan termasuk dalam metode percobaan
pengamatan karena tidak menggunakan variabel manipulasi, variabel control dalam
percobaanya.
E. RancanganPercobaan
F. LangkahPercobaan
1. Menyiapkan tropit teleskop dan mengatur ketinggian tropit sesuai kebutuhan, atur posisi
kerataan tripot
2. Mengambil tabung teleskop, pasang dan atur keseimbangan tabung teleskop dengan
memutar pengunci deklinasi
3. Menggunakan kompas untuk memposisikan teleskop dengan memperhintungkan kutub
utara dan selatan
4. Memasang cermin pembalik dan lensa okuler pada tabung teleskop,
5. Memasang finder teleskop, melakuan kalibrasi teleskop dengan mencari objek tertentu
yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi teleskop
6. Mengambil gambar objek yang didapatkan pada saat kalibrasi menggunakan kamera
7. Mencatat spesifikasi (model, ukuran, panjang teleskop, fokus lensa objektif dan lensa
okuler),
8. Menghitung perbesaran teleskop dari variasi fokus lensa okuler yang digunakan. Filter
digunakan sebagai pengurang atau penyerap intensitas cahaya yang berlebih. Fokus
teleskop sebagai tempat dimana lensa objektif mengumpulkan dan memusatkan cahaya
bulan yang diamati
9. Mendokumentasikan hasil yang diamati
G. Alur Percobaan
Teleskop
TabungTeleskop
Kompas
Teleskop
A. Data
B. Analisis
Pengamatan terhadap Bulan telah dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 26 November 2018
di lapangan belakang gedung serbaguna (GEMA), kampus Unesa Ketintang. Pengamatan ini
dilakukan menggunakan Teleskop Celestron Nexstar 5se. Persiapan dilakukan pada pukul
17.00 dan pengamatan dimulai setelah bulan muncul hingga pukul 21.15 WIB.Pengamatan ini
dilakukan menggunakan 2 buah teleskop Celestron Nexstar 5se dengan model berbeda.
Namun, teleskop yang berhasil menangkap dan menampakkan permukaan bulan hanya satu
teleskop, sehingga pengamatan dilakukan pada waktu yang berbeda.
Hasil pengamatam yang didapatkan adalah berupa gambar permukaan bulan pada fase
bulan purnama (full moon). Pengamatan terus dilakukan sejak awal munculnya bulan sekitar
pukul 20.00 hingga 21.15 WIB. Dari data yang didapatkan, tampak bahwa permukaan bulan
tampak tidak datar, melainkan tampak kasar. Cahaya yang tampak juga lebih redup.
Pengamatan ini dilakukan pada pukul 20.30 WIB. Permukaan bulan tampak memiliki
cekungan dan bahkan tampak seperti lubang. Pada gambar terdapat perbedaan daerah tertentu
yang lebih gelap. Pemukaannya tampak seperti bola yamg di lukis berbagai grafiti.
Permukaan bulan pada pengamatan selanjutnya, yaitu sekitar pukul 21.00 WIB,
permukaan bulan tampak tidak datar, melainkan tampak kasar dan kawah terlihat lebih jelas.
Cahaya yang tampak lebih terang. Gambar permukaan yang didapatkan masih sama. Ada
beberapa titik atau daerah yang tampak lebih gelap dan terdapat cekungan atau bulatan
bulatan. Hal yang membedakan hanya permukaan yang lebih terang daripada pengamatan
sebelumnya.Hasil ini menunjukkan bahwa semakin malam, hasil pengamatan permukaan
bulan akan semakin jelas. Terdapat pula fakta bahwa permukaan bulan tidaklah rata atau halus
seperti yang selama ini kita bayangkan.
C. Pembahasan
Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa permukaan bulan tidaklah rata. Hal ini sesuai
dengan beberapa hal yang diungkapkan oleh Hadi (2015) bahwa bulan sendiri berbentuk
bulat, bertekstur kasar dan berlubang. Bulan tercipta akibat tabrakan hebat antara protoplanet
seukuran planet Mars menabrak hebat planet Bumi kita. Hasil tabrakan tersebut menyebabkan
protoplanet dan mantel Bumi yang terkelupas disekitar orbit Bumi perlahan menyatu dan
membentuk benda langit baru yaitu Bulan yang saat ini dapat kita lihat dilangit malam.
Gambar hasil pengamatan melalui teleskop juga menunjukkan bahwa bulan memiliki sisi
gelap dan terang. Dalam hal ini, bulan terlihat seperti bola yang memiliki motif. Sejatinya
wilayah gelap dipermukaan Bulan tak lain adalah Mare atau lautan, sedang wilayah terang
adalah dataran tinggi bulan atau Terrae dan dikeduanya juga terdapat wilayah-wilayah
cekungan kecil atau yang disebut sebagai kawah (Crater). Terciptanya Mare dan kawah bulan
tak lepas dari hasil bombardir asteroid yang menyebabkan permukaan Bulan terlihat memiliki
cekungan dan bulatan bulatan kecil.
Pembentukan cekungan-cekungan besar terjadi akibat hujan asteroid dan ini berlangsung
ratusan juta tahun. Hal ini menyebabkan lava diatas cekungan tersebut perlahan mulai
mendingin dalam kurun waktu 3,8 hingga 1 miliar tahun yang lalu dan menciptakan
lautan(Mare) dengan permukaan landai dan jenis batuan penyusunnya adalah basalt.
Pembentukan kawah-kawah Bulan oleh asteroid berukuran kecil berlangsung selama 1 miliar
tahun hingga saat ini. Dalam pembentukan kawah Bulan tak hanya Mare saja yang mendapat
hujan asteroid, Terrae atau wilayah terang juga mendapat hujan asteroid.
Permukaan Bulan yang terdiri atas wilayah gelap dan terang tak hanya memiliki
perbedaan pada jenis batuan penyusunnya saja namun keduanya juga memiliki perbedaan
yang sangat signifikan terutama pada ketinggian permukaan keduanya dari rata-rata
permukaan Bulan. Ketinggian permukaan wilayah gelap (Mare) jauh lebih rendah daripada
dengan wilayah terang (Terrae). Terrae memiliki ketinggian 4 hingga 5 km sedang Mare
hanya mencapai ketinggian sekitar 2 hingga 3 km dari rata-rata ketinggian permukaan Bulan.
Bulan mengitari Bumi sekali dalam setiap 27.322 hari. Perputaran ini setidaknya
memerlukan kurang lebih 27 hari untuk bulan berotasi sekali dalam porosnya. Akhirnya,
bulan tidak tampak berputar tetapi muncul jika diamati dari Bumi. Ilmuan menyebutnya
sebagai rotasi sychronous. Sebagai akibat dari rotasi sinkron dengan Bumi, wajah Bulan
hanya tampak satu sisi disetiap waktu sedang sisi yang lainnya tak pernah terlihat oleh para
pengamat dimuka Bumi. Pada pengamatan ini, jelaslah bahwa permukaan yang tampak
adalah satu sisi saja yaitu near side tau sisi dekat. Pada sisi permukaan Bulan yang selalu
menghadap ke Bumi “Near Side” terdapat 6 mare dimana mare tersebut adalah Mare
Tranquilitatis, Mare Imbrium, Mare Serenitatis, Mare Nubium dan Mare Nectaris.
Lebih lanjut, hasil pengamatan yang diperoleh dengan menggunakan teleskop
menunjukkan perbedaan pada cahaya yang dipancarkan. Hasil menunjukkan bahwa semakin
malam, hasil pengamatan permukaan bulan akan semakin jelas. Cahaya yang terlihat pada
teleskop lebih terang. Hal ini terjadi akibat sifat bulan sebagai pemantul cahaya matahari
sebagai bintang pada sistem tat surya.
Bahan penyusun bulan bukanlah hidrogen dan helium seperti bintang yang menghasilkan
cahayanya sendiri . melalui berbagai penelitian yang dilakukan, dikrtahui bahwa Bulan
tersusun atas material yang serupa dengan Bumi. Bulan mempunyai lapisan batuan luar, atau
yang disebut mantel, dan inti yang mungkin sebagian besar terbuat dari besi. Bagian dalam
dari Bulan begitu dingin dan padat. Ketika sekitar 21 astronot bergantian mengunjungi Bulan,
seluruh astronot tersebut melaporkan bahwa permukaan Bulan berwarna abu-abu gelap,
seperti warna trotoar. Karena warna gelap dan permukaan bergelombang itulah Bulan hanya
mencerminkan sekitar 12% dari cahaya Matahari yang menyinarinya. Selain itu, jumlah
cahaya yang kita lihat dari Bulan juga tergantung pada titik orbitnya.
Saat pengamatan dilakukan kebetulan bulan berada pada fase full moon (bulan purnama).
Pada fase ini, Bulan akan berada di seberang Matahari pada langit Bumi sehingga muncul
sangat terang. Intensitas cahaya bulan sangat bervariasi tergantung fasenya, tetapi meskipun
berada pada fase bulan purnama intensitas cahayanya hanya sekitar 0,05–0,1 lux. Cahaya
bulan purnama hanya sekitar sepersejuta dari kecerahan Matahari.
Bila disesuaikan dengan fase dan pancaran cahaya yang terjadi, maka pemancaran cahaya
yang lebih terang ketika waktu makin malam dapat terjadi akibat posisi bumi yang berada
diantara matahari dan bulan, saat fase purnama.Pada fase ini, Bulan berada pada sisi
berlawanan dengan Bumi dan cahaya Matahari sepenuhnya terkirim ke Bulan. Fase ini terjadi
di hari ke empat belas, Bulan berada pada posisi 180 derajat.
Selain itu, akibat rotasi bumi yang miring sebesar 23,5 dan rotasi bulan terhadap bumi
yang tidak lurus melainkan miring sebesar 5 menyebabkan seolah – olah semakin malam
maka pancaran cahaya makin terang dan cekungan pada bulan makin terlihat. Pada waktu
yang semakin malam, bumi masih terus berotasi pada porosnya. Bulan sendiri melakukan
rotasi pada porosnya dari arah barat ke timur. Hal ini menjadikan pisisi bulan seolah
bergeser ke beberapa titik dan pacaran cahaya kuat itu bergantung pada intensitas matahari
yang diterima dan dipantulkan oleh bulan.
Dari hasil pengamatan ini dapat dituliskan beberapa poin penting yaitu bahwa
permukaan bulan tidak rata, melainkan tampak memiliki cekungan dan bulatan bulatan.
Selain itu, terdapat sisi gelap dan terang dari permukaan bulan. Daerah yang tampak terang
memiliki permukaan yang berbukit-bukit (dataran tinggi) dan penuh kawah, sedangkan
daerah yang tampak lebih gelap adalah permukaan yang memiliki sedikit kawah. Dataran
tinggi dibulan disebut mare. Pancaran cahaya dan cekungan pada permukaan itu sendiri
terlihat makin jelas saat waktu semakin malam bergantung pada intensitas matahari yang
diterima dan dipantulkan oleh bulan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan bulan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Semakin malam waktu pengamatan bulan, permukaan bulan akan terlihat semakin jelas.
Cekungan-cekungan yang ada pada permukaan bulan dapat kita amati dengan baik
melalui teleskop.
2. Semakin malam waktu pengamatan bulan, cahaya yang terlihat pada teleskop akan
semakin terang juga. Bulan dapat bersinar dikarenakan bulan memiliki sifat sebagai
pemantul cahaya matahari. Kecerahan pada bulan bergantung pada intensitas matahari
yang diterima dan dipantulkan oleh bulan.
B. Saran
Adapun saran pada pengamatan ini yaitu pengamatan harus dilakukan pada saat bulan
berada pada fase full moon (purnama). Pada saat fase bulan purnama, bulan akan tampak
bulat sempurna apabila diamati dari bumi menggunakan teleskop. Selain itu juga, kita harus
tau pada jam berapakah bulan akan bersinar paling terang bila dilihat dari bumi sehingga
kita dapat mengamati topologi bulan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Pengertian, Ciri, Fase, Pembentukan, Orbit.
https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Ciri-Fase-Pembentukan-
Orbit.html?m=1 Diakses pada 04 November 2018.
Hadi, Eko. 2014. Permukaan Bulan. https://kafeastronomy.com/permukaan-bulan.html
(Online) Diakses pada 04 November 2018.
Hadi, Abdul. 2015. Pengertian, Rotasi, Revolusi, dan Fase Bulan.
https://www.softilmu.com/2015/10/Pengertian-Fungsi-Proses- Teori
Terbentuknya-Rotasi-Revolusi-Fase-Bulan-Adalah.html (Online) diakses pada
24 Oktober 2018.
Iswanudin. 2017. Fase-fase Bulan dan Jarak Bumi-Bulan pada Tahun 2018.
http://www.bmkg.go.id/press-release/?p=fase-fase-bulan- dan-jarak-bumi-
bulan-pada-tahun-2018&tag=press- release&lang=ID (Online) diakses pada 24
Oktober 2018.
Wikipedia. 2017. Teleskop. https://www.wikipedia.org/ (online) diakses pada 24
Oktober 2018
LAMPIRAN DOKUMENTASI