Anda di halaman 1dari 13

INFORMASI

HILAL AWAL SYAWAL 1443 H


29 RAMADHAN 1443 H / 1 MEI 2022 M

DI

INDONESIA

v   Penjelasan Rukyatul Hilal di Tengah Pandemi


v   Data Hisab
v   Keputusan Muktamar ke–34 tahun 2021
v   Protokol Rukyatul Hilal Peduli COVID–19
v   Titik Rukyat

PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA


LEMBAGA FALAKIYAH
Gedung PBNU Lantai 4
Jl. Kramat Raya no. 164 Jakarta Pusat 10430
Telp. / Fax. : 021–31909735 e–mail : falakiyahnu@gmail.com
HILAL AWAL SYAWAL 1443 H
29 RAMADHAN 1443 H / 1 MEI 2022
DI
INDONESIA

A.   PENDAHULUAN

Pada Ahad Pahing 29 Ramadhan 1443 H yang bertepatan dengan 1 Mei 2022 M dalam
Kalender Hijriyyah Nahdlatul Ulama, akan berlangsung rukyah hilal penentuan awal
Syawal 1443 H. Rukyah hilal akan digelar Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU)
di seluruh Indonesia guna memenuhi metode penetapan awal bulan kalender Hijriyyah
yang berterima di Nahdlatul Ulama.
Rukyah hilal merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal, yaitu lengkungan
Bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca
Matahari terbenam (ghurub) dan bisa diamati. Cara pengamatannya untuk saat ini terbagi
menjadi tiga, mulai mengandalkan mata telanjang, mata dibantu alat optik (umumnya
teleskop) hingga yang termutakhir alat optik (umumnya teleskop) terhubung sensor /
kamera. Dari ketiga cara tersebut maka keterlihatan hilal pun terbagi menjadi tiga pula,
mulai dari kasatmata telanjang (bil fi’li), kasatmata teleskop dan kasat–citra.
Terlihat atau tidaknya hilal sangat bergantung pada sejumlah faktor. Mulai dari
parameter Bulan sendiri (berupa tinggi/irtifa’, elongasi dan magnitudo visual), parameter
optis atmosfer (konsentrasi partikulat pencemar, uap air dan sebagainya) dan tingkat
sensitivitas mata / sensor kamera. Dalam ilmu falak modern, terlihatnya hilal sebagai
lengkungan sabit Bulan sangat tipis adalah produk kombinasi antara kecerlangan Bulan
sabit terhadap kecerlangan langit senja latar belakang (syafak) dan perbandingan kontras
Bulan sabit–langit senja latar belakang terhadap sensitivitas mata / sensor kamera.

Gambar 1.
Konfigurasi posisi Matahari dan Bulan untuk rukyah hilal penentuan awal Syawal 1443 H pada 29
Ramadhan 1443 H (1 Mei 2022 M) dengan markaz empat titik ekstrim barat–timur Indonesia.

2
Singkatnya hilal terlihat jika intensitas cahaya dari Bulan sabit lebih besar dibanding
intensitas cahaya senja dan nilai kontras Bulan sabit–syafak lebih besar dibandingkan
ambang batas kontras mata / kamera. Dengan warna hilal yang putih sementara syafak
cenderung berwarna merah jingga–kekuningan, maka secara alamiah kontras hilal relatif
kecil. Dikombinasikan dengan ketinggiannya yang sangat rendah terhadap ufuk dan
pendeknya waktu yang tersedia sebelum Bulan terbenam, maka upaya pengamatan hilal
menjadi salah satu tantangan besar bagi ilmu falak.
Sistem penanggalan yang berbasiskan siklus fase Bulan digunakan oleh lebih dari 2
milyar manusia masa kini. Jumlah yang setara sepertiga penduduk dunia saat ini. Tak hanya
pemeluk agama Islam, kalender Bulan juga dipedomani oleh bangsa Cina dan sejumlah
kalangan Nasrani, meski masing–masing mengambil bentuk yang berbeda–beda.
Observasi hilal telah dilakukan bangsa Babilonia sejak 26 abad yang lalu. Meski demikian
observasi modern yang sistematis dengan data yang lebih komprehensif sesungguhnya baru
terlaksana dalam tiga dasawarsa terakhir.

Gambar 2.
Contoh hasil rukyatul hilal dengan alat bantu optik (teleskop) yang terangkai kamera. Diabadikan oleh
Bapak KH Ismail Fahmi (Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta) di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) dalam
rangka rukyatul hilal penentuan 1 Rajab 1442 H yang berlangsung pada 12 Februari 2021 M.

Lewat observasi modern pula diketahui meskipun kita dapat menetapkan kriteria
pembatas bagi terlihatnya hilal yang disebut kriteria visibilitas. Kriteria tersebut mengacu
parameter tertentu (misalnya tinggi minimum, elongasi minimum, umur Bulan minimum
maupun beda azimuth minimum). Kriteria visibilitas seperti itu merupakan hisab. Namun
observasi modern menunjukkan garis pembatas ini tidak kaku sebab memiliki nilai
ketidakpastian atau galat1. Maka meskipun parameter Bulan pada suatu kesempatan
rukyatul hilal sedikit di bawah dari sebuah kriteria visibilitas, peluang terlihatnya hilal

1
Dogget & Schaefer. 1994. Lunar Crescent Visibility. Icarus vol. 107 (1994), halaman 388–403. Berdasarkan
observasi, mereka menyimpulkan garis pembatas tersebut dapat setebal 24º bujur (kriteria Schaefer) hingga 54º
bujur (kriteria Fotheringham, Maunder, Yallop dan Ilyas).

3
masih tetap terbuka. Hal ini menempatkan kriteria visibilitas sebagai sebuah hipotesis
verifikatif yang belum konklusif, meskipun diformulasikan sebagai piranti guna menalar–
logiskan hilal sebagai bagian dari Bulan. Tetapi hilal memiliki hukum–hukum alamiahnya
sendiri yang bisa lepas dari piranti matematis yang mencoba menghitungnya ketika nilai
ketidakpastian diperhitungkan2.
Sifat demikian menjadi tantangan tersendiri mengingat syariat Islam membutuhkan
batas yang tegas. Seperti tegasnya hitam atau putih, tidak campuran di antara keduanya
(menjadi abu–abu). Karena terlihat atau tidaknya hilal menentukan halal dan haram
khususnya dalam mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan. Dalam perspektif demikian
maka kedudukan rukyah hilal untuk menetapkan awal dan akhir Ramadhan menjadi
penting guna mengatasi ketidakpastian.
Rukyah hilal digelar dengan mengamati ufuk barat pada arah dimana Matahari dan
Bulan berada. Prakiraan waktu terbenamnya Matahari & parameter Bulan disajikan oleh
metode falak sebagai pendukung pelaksanaan rukyatul hilal. Lembaga Falakiyah PBNU
melaksanakan perhitungan dengan hisab jama’i (tahqiqy tadqiky ashri kontemporer) khas
Nahdlatul Ulama bagi seluruh Indonesia.

B.   DATA HISAB AWAL SYAWAL 1443 H

Lembaga Falakiyah PBNU telah melakukan metode falak (perhitungan ilmu falak)
terhadap hilal awal Syawal 1443 H dengan menggunakan sistem hisab jama’i (tahqiqy
tadqiky ashri kontemporer) khas Nahdlatul Ulama. Perhitungan ditujukan untuk Ahad
Pahing 29 Ramadhan 1443 H yang bertepatan dengan tanggal 1 Mei 2022 M. Markaz
nasional ditentukan di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat dengan koordinat 6º
11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.
Hasil metode falak adalah sebagai berikut :
Ø   Ijtima’ = Ahad Pahing 1 Mei 2021 pukul 03:30:14WIB
Ø   Tinggi hilal = + 5º 04’
Ø   Letak Matahari terbenam = 15º 05’ 39” utara titik barat
Ø   Letak hilal = 17º 24’ 29” utara titik barat
Ø   Kedudukan hilal = 2º 18’ 50” selatan Matahari
Ø   Keadaan hilal = miring ke utara
Ø   Elongasi = 6º 47’
Ø   Lama hilal = 23 menit 10 detik

Penjelasan istilah :
Ø   Ijtima’
Ijtima’ atau konjungsi Bulan–Matahari adalah sejajarnya Matahari dan Bulan dalam
satu garis bujur ekliptika yang sama secara geosentrik (haqiqy), yakni jika ditinjau dari
titik pusat Bumi (bukan permukaan Bumi). Meski menempati bujur ekliptika yang
sama, tidak terjadi Gerhana Matahari karena kedua benda langit menempati garis
lintang ekliptikanya masing–masing.
Ø   Tinggi hilal
Tinggi hilal atau irtifa’ adalah busur yang ditarik tegaklurus dari ufuk toposentrik
(mar’i) menuju titik zenith hingga tepat berujung di pusat cakram Bulan.
Ø   Letak Matahari dan hilal
Letak Matahari adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik Barat sejati ke titik
pangkal garis tinggi yang tegaklurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram Matahari

2
KH Hanief Saha Ghafur. 2020. Komunikasi personal.

4
saat terbenam. Sementara letak hilal adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik
Barat sejati ke titik dimana pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat Matahari
terbenam. Disebut juga as–simtu Matahari dan as–simtu hilal.
Ø   Kedudukan hilal
Kedudukan hilal adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik pangkal garis tinggi
yang tegaklurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram Matahari hingga berujung di
titik dimana pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat Matahari terbenam. Disebut
juga as–simtu relatif Matahari dan hilal.
Ø   Keadaan hilal
Keadaan hilal adalah kemiringan sabit Bulan sempurna. Jika berada di sebelah selatan
Matahari, maka kemiringan hilal adalah ke selatan. Dan demikian sebaliknya.
Ø   Elongasi
Elongasi adalah busur yang ditarik dari pusat cakram Matahari secara langsung menuju
ke pusat cakram Bulan secara haqiqy (geosentrik).
Ø   Lama hilal
Lama hilal adalah lamanya hilal di atas ufuk mar’i dari sejak terbenamnya Matahari
hingga terbenamnya Bulan.
Metode falak yang sama juga dilakukan di seluruh Indonesia. Hasilnya adalah sebagai
berikut :

No Propinsi Ibukota Tinggi Elongasi Lama Bulan


1 Aceh Banda Aceh 5° 49‛ 7° 14‛ 25 menit 37 detik
2 Sumatera Utara Medan 5° 40‛ 7° 07‛ 24 menit 54 detik
3 Sumatera Barat Padang 5° 28‛ 7° 02‛ 24 menit 44 detik
4 Riau Pekanbaru 5° 29‛ 7° 00‛ 24 menit 6 detik
5 Kepulauan Riau Tanjungpinang 5° 26‛ 6° 55‛ 23 menit 49 detik
6 Jambi Jambi 5° 21‛ 6° 55‛ 24 menit 16 detik
7 Bengkulu Bengkulu 5° 17‛ 6° 57‛ 24 menit 2 detik
8 Sumatera Selatan Palembang 5° 16‛ 6° 52‛ 23 menit 55 detik
9 Bangka Belitung Pangkalpinang 5° 16‛ 6° 50‛ 23 menit 54 detik
10 Lampung Bandar Lampung 5° 08‛ 6° 50‛ 23 menit 28 detik
11 DKI Jakarta Jakarta 5° 04‛ 6° 47‛ 23 menit 10 detik
12 Banten Serang 5° 05‛ 6° 48‛ 23 menit 15 detik
13 Jawa Barat Bandung 5° 01‛ 6° 45‛ 22 menit 58 detik
14 Jawa Tengah Semarang 4° 56‛ 6° 40‛ 22 menit 40 detik
15 DIY Yogyakarta 4° 54‛ 6° 39‛ 22 menit 32 detik
16 Jawa Timur Surabaya 4° 52‛ 6° 35‛ 22 menit 22 detik
17 Bali Denpasar 4° 45‛ 6° 30‛ 21 menit 54 detik
18 NTB Mataram 4° 44‛ 6° 28‛ 21 menit 49 detik
19 NTT Kupang 4° 29‛ 6° 14‛ 20 menit 49 detik
20 Kalimantan Barat Pontianak 5° 16‛ 6° 45‛ 23 menit 52 detik
21 Kalimantan Tengah Palangka Raya 5° 04‛ 6° 36‛ 23 menit 2 detik
22 Kalimantan Selatan Banjarmasin 5° 00‛ 6° 34‛ 22 menit 48 detik
23 Kalimantan Timur Samarinda 5° 03‛ 6° 30‛ 22 menit 56 detik
24 Kalimantan Utara Tanjungselor 5° 09‛ 6° 32‛ 22 menit 39 detik

5
No Propinsi Ibukota Tinggi Elongasi Lama Bulan
25 Sulawesi Selatan Makassar 4° 49‛ 6° 24‛ 22 menit 0 detik
26 Sulawesi Tenggara Kendari 4° 47‛ 6° 19‛ 21 menit 50 detik
27 Sulawesi Barat Mamuju 4° 55‛ 6° 26‛ 22 menit 25 detik
28 Sulawesi Tengah Palu 4° 58‛ 6° 25‛ 22 menit 35 detik
29 Gorontalo Gorontalo 4° 56‛ 6° 20‛ 21 menit 41 detik
30 Sulawesi Utara Manado 4° 55‛ 6° 17‛ 21 menit 37 detik
31 Maluku Ambon 4° 39‛ 6° 08‛ 21 menit 17 detik
32 Maluku Utara Ternate 4° 50‛ 6° 12‛ 21 menit 14 detik
33 Papua Barat Manokwari 4° 37‛ 5° 59‛ 21 menit 1 detik
34 Papua Jayapura 4° 23‛ 5° 46‛ 20 menit 5 detik

Gambar 3.
Peta tinggi hilal di seluruh Indonesia pada saat ghurub 29 Ramadhan 1443 H / 1 Mei 2022.

Gambar 4.
Peta elongasi hilal di seluruh Indonesia pada saat ghurub 29 Ramadhan 1443 H / 1 Mei 2022.

Dari hasil hisab dapat diketahui bahwa parameter hilal terkecil terjadi di kota Merauke
propinsi Papua (tinggi +4º 10’, elongasi 5º 43’ dan lama hilal 19 menit 20 detik). Sedangkan
parameter hilal terbesar terjadi di kota Lhoknga propinsi Aceh (tinggi +5º 49’, elongasi 7º
14’ dan lama hilal 25 menit 37 detik).

6
C.   PROTOKOL RUKYATUL HILAL PEDULI COVID–19

1.   Latar Belakang
Sejak awal tahun 2020 telah terjadi wabah penyakit yang disebabkan oleh virus korona
(coronavirus disease 2019 / Covid–19) yang bermula dari kota, propinsi Hubei (Republik
Rakyat Tiongkok). Dengan kecepatan penularan yang mencengangkan karena mengikuti
tingginya laju mobilitas manusia, penyakit yang yang hanya menular antar manusia dan
memiliki vektor (inang) hanya pada manusia ini menyebar ke segenap penjuru dunia hingga
menjadi sebuah pandemi. Per 29 Maret 2022 tercatat sebanyak 485.592.258 orang telah
terjangkiti Covid–19 di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut 420.990.234 orang telah
sembuh serta 58.444.283 orang penderita aktif dengan 58.494 orang diantaranya dalam
kondisi serius hingga kritis. Dan tercatat pula 6.157.201 orang penderita telah meninggal
dunia.
Kementerian Kesehatan RI mencatat hingga 29 Maret 2022 jumlah keseluruhan
penderita Covid–19 di Indonesia mencapai 6.005.646 orang. Dari jumlah tersebut
5.735.055 orang telah sembuh serta 115.709 orang penderita aktif dan 154.882 orang
meninggal dunia. Hingga akhir Maret 2022, dinamika infeksi Covid–19 di Indonesia secara
umum sedang menunjukkan kecenderungan menurun, setelah tiga kali mencapai
puncaknya. Masing–masing pada awal Februari 2021, akhir Juli 2021 dan akhir Februari
2022. Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh massifnya vaksinasi Covid–19. Hingga 29
Maret 2022 vaksinasi Covid–19 di Indonesia telah menjangkau 196.240.871 orang
(vaksinasi ke–1), 158.830.466 (vaksinasi ke–2) dan 21.474.870 (vaksinasi ke–3).
Meskipun memiliki kecenderungan menurun, upaya–upaya untuk meminimalkan
resiko penularan tetap harus digencarkan. Mengingat dalam dinamika Covid–19 di
Indonesia lalu terjadi beberapa kali peningkatan jumlah penderita aktif akibat mobilitas
penduduk dan kegiatan–kegiatan yang mengumpulkan massa dalam jumlah banyak pada
area yang sempit.
Memperhatikan wabah yang sedang terjadi dan kecenderungan demikian maka
pelaksanaan rukyatul hilal penentuan Idul Fitri 1 Syawal 1443 H bertumpu pada sebuah
protokol kesehatan yang telah disusun Lembaga Falakiyah PBNU. Sehingga mobilitas dan
kerumunan massa dibatasi. Selain upaya–upaya yang bersifat hablum minannas, Nahdlatul
Ulama juga bersandar pada hablum minallah. Sehingga sebelum rukyatul hilal
dilaksanakan, maka masing–masing Lembaga Falakiyah di PCNU dan PWNU yang
menggelar rukyatul hilal akan menyelenggarakan shalat hajat dan istighosah, berdoa
mengetuk pintu langit agar terjauhkan dari marabahaya khususnya penyakit Covid–19.
Protokol juga menekankan agar segenap jajaran LFNU membuka komunikasi dan
bekerja sama dengan Satgas NU Peduli COVID–19 dan Satkorcab / Satkorwil Banser di
cabang / wilayah masing–masing guna menopang pelaksanaan rukyatul hilal.

2.   Protokol
a.   Lokasi rukyatul hilal sebaiknya berada dalam lingkup Kabupaten / Kota dimana
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (baik di tingkat PCNU atau PWNU) berada.
b.   Apabila hendak menggelar rukyatul hilal yang bersifat lintas Kabupaten / Kota,
maka para petugas yang terlibat :
•   harus mematuhi ketentuan–ketentuan dalam butir f,
•   sebaiknya telah menjalani pemeriksaan kesehatan.
c.   Lokasi rukyatul hilal harus didesinfeksi terlebih dahulu dan dilengkapi titik–titik
cuci tangan dilengkapi sabun dan atau hand sanitizer.

7
d.   Jumlah petugas di lokasi tersebut maksimal 9 (sembilan) orang yang terdiri atas
operator instrumen, petugas sekretariat dan hakim.
e.   Apabila rukyatul hilal diselenggarakan di lokasi yang dipakai bersama lembaga
lain, maka jajaran LFNU (baik di tingkat PCNU atau PWNU) harus membuka
komunikasi dan melakukan penyesuaian sehingga memastikan jumlah maksimum
petugas gabungan yang hadir di lokasi tersebut adalah 9 (sembilan) orang.
f.   Ketua Tim Rukyatul Hilal LFNU mendata nama–nama petugas yang akan
melaksanakan rukyatul hilal, dengan syarat :
•   petugas diprioritaskan berusia di bawah 50 tahun,
•   petugas dalam kondisi sehat,
•   petugas tidak menderita penyakit penyerta yang meliputi: diabetes, jantung,
tekanan darah tinggi, gangguan pernafasan dan kanker,
•   petugas telah menjalani vaksinasi ke–2 dan lebih baik jika telah menjalani
vaksinasi ke–3.
g.   Pada hari pelaksanaan rukyatul hilal, sebelum berangkat ke lokasi rukyat maka
Ketua Tim dan atau Satgas NU Peduli COVID–19 harus melaksanakan pengecekan
kesehatan dan pengukuran suhu tubuh.
h.   Seluruh petugas yang lolos pengecekan harus mengenakan masker sejak saat
berangkat ke lokasi rukyat hingga kembali.
i.   Lokasi rukyat bersifat tertutup sehingga tidak diperkenankan ada undangan maupun
non–undangan boleh masuk. Lokasi rukyat dijaga oleh Banser yang mengenakan
masker.
j.   Satu orang petugas hanya menangani satu instrumen (satu teleskop ditangani satu
orang, satu laptop ditangani oleh satu orang yang lain).

D.   KEPUTUSAN MUKTAMAR KE–34 NAHDLATUL ULAMA TAHUN 2021 DI


LAMPUNG

Muktamar ke–34 Nahdlatul Ulama tahun 2021 telah diselenggarakan di propinsi


Lampung pada 22–24 Desember 2021 lalu. Dalam forum tertinggi di jamiyyah Nahdlatul
Ulama tersebut, Lembaga Falakiyah PBNU mengajukan pertanyaan untuk dibahas dalam
Bahtsul Masail terkait posisi ilmu falak dalam penentuan waktu ibadah. Butir–butir
pertanyaannya :
1.   Apakah imkan rukyah menjadi syarat diterimanya kesaksian rukyatul hilal?
2.   Ketika menurut penghitungan ilmu falak, hilal berada di bawah ufuk, masihkah rukyah
menjadi sunnah atau fardlu kifayah?
3.   Jika berdasarkan perhitungan ilmu falak, ikmāl mengakibatkan bulan berikutnya hanya
berusia 28, dapatkah ilmu falak menafikan ikmāl?
Dalam kajian Bahtsul Masail, ulama berbeda pendapat terkait legalitas penggunaan
ilmu falak dalam penentuan awal bulan hijriyah. Perbedaan ini bertolak dari perbedaan
dalam memahami hadis “‫”ﻓﺈﻥن ﻏﻢ ﻋﻠﻴﯿﻜﻢ ﻓﺄﻗﺪﺭرﻭوﺍا ﻟﻪﮫ‬3. Mutharrif bin Abdullah dari generasi
Tabi’in, Ibnu Suraij dan Ibnu Qutaibah berpendapat bahwa makna hadis tersebut adalah

‫ﺳﻠﱠَﻢ " ﻓﺈﻥن ﻏﻢ ﻋﻠﻴﯿﻜﻢ ﻓﺄﻗﺪﺭرﻭوﺍا ﻟﻪﮫ " ﻓﻘﺎﻝل ﺃأﺣﻤﺪ ﺍاﺑﻦ َﺣْﻨَﺒٍﻞ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ‫ﷲُ َﻋَﻠْﻴﯿِﻪﮫ َﻭو‬ َ ‫ﻒ ﺍاْﻟُﻌَﻠَﻤﺎُء ﻓِﻲ َﻣْﻌَﻨﻰ ﻗَْﻮِﻟِﻪﮫ‬ َ ‫»َﻭوﺍاْﺧَﺘَﻠ‬
‫ﻑف ْﺑُﻦ َﻋْﺒِﺪ‬ ْ
ُ ‫ﺻَﻴﯿﺎَﻡم َﻟْﻴﯿَﻠِﺔ ﺍاﻟَﻐْﻴﯿِﻢ َﻭوﻗَﺎَﻝل ُﻣﻄَﱢﺮ‬
ِ ‫ﺐ َﻫﮬﮪھُﺆَﻻِء‬ َ
َ ‫ﺏب َﻭوﺃأْﻭوَﺟ‬ ِ ‫ﺴَﺤﺎ‬ ‫ﺖ ﺍاﻟ ﱠ‬َ ‫ﺿﱢﻴﯿﻘُﻮﺍا َﻟﻪﮫُ َﻭوﻗَﱢﺪُﺭرﻭوﻩهُ َﺗْﺤ‬َ ُ‫َﻭوﻁطَﺎِﺋَﻔﺔٌ ﻗَِﻠﻴﯿَﻠﺔٌ َﻣْﻌَﻨﺎﻩه‬
‫ﺸﺎﻓِِﻌﱡﻲ‬ َ
‫ﻚ َﻭوﺃأﺑُﻮ َﺣِﻨﻴﯿَﻔﺔَ َﻭوﺍاﻟ ﱠ‬ ْ
ٌ ‫ﺏب ﺍاﻟَﻤَﻨﺎِﺯزِﻝل َﻭوﻗَﺎَﻝل َﻣﺎِﻟ‬ َ ‫ﺳَﺮْﻳﯾﺞٍ َﻭوﺍاْﺑُﻦ ﻗَُﺘْﻴﯿَﺒﺔَ َﻭوﺁآَﺧُﺮﻭوَﻥن َﻣْﻌَﻨﺎﻩهُ ﻗَﱢﺪُﺭرﻭوﻩهُ ِﺑِﺤ‬
ِ ‫ﺴﺎ‬ ُ ‫ﺱس ﺍاﺑﻦ‬ِ ‫ﷲِ َﻭوَﺃأﺑُﻮ ﺍاْﻟَﻌﺒﱠﺎ‬‫ﱠ‬
(270 /6) «‫ َﻣْﻌَﻨﺎﻩهُ ﻗَﱢﺪُﺭرﻭوﺍا َﻟﻪﮫُ َﺗَﻤﺎَﻡم ﺍاْﻟَﻌَﺪِﺩد َﺛَﻼِﺛﻴﯿَﻦ َﻳﯾْﻮًﻣﺎ« »ﺍاﻟﻤﺠﻤﻮﻉع ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻬﮭﺬﺏب‬:‫ﻒ‬ ِ ‫ﻒ َﻭوﺍاْﻟَﺨَﻠ‬
ِ ‫ﺴَﻠ‬
‫َﻭوُﺟْﻤﻬﮭُﻮُﺭر ﺍاﻟ ﱠ‬
3

8
‫‪jika malam tiga puluh hilal tidak terlihat karena mendung maka ditetapkan berdasarkan‬‬
‫‪ilmu hisab. Mayoritas ulama berpendapat, jika mendung maka awal bulan ditetapkan‬‬
‫‪dengan menggenapkan bulan sebelumnya menjadi tiga puluh hari.‬‬
‫‪Namun demikian sebagian ulama tidak menolak mutlak peran falak dalam penentuan‬‬
‫‪awal bulan hijriyah. Berikut adalah kasus–kasus di mana sebagian ulama‬‬
‫‪mempertimbangkan hasil penghitungan ilmu falak dalam menentukan awal bulan hijriyah.‬‬
‫‪Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa hasil penghitungan falak dapat digunakan‬‬
‫‪bagi dirinya dan orang lain yang mempercayainya. Imam Abdul Hamid dalam al–Syarwani‬‬
‫‪menyebutkan bahwa keadaan hilal di atas ufuk menurut ahli hisab dikategorikan ke dalam‬‬
‫‪tiga situasi: hilal dipastikan telah berada di atas ufuk dan tidak mungkin dilihat, hilal‬‬
‫‪dipastikan di atas ufuk dan dipastikan dapat dilihat, hilal dipastikan di atas ufuk dan‬‬
‫‪mungkin dilihat. Menurut al–Syarwani seorang ahli hisab hanya boleh mengamalkan ilmu‬‬
‫‪hisab ketika hasil penghitungannya menunjukkan bahwa hilal dipastikan telah berada di‬‬
‫‪atas ufuk dan dipastikan dapat dilihat4.‬‬
‫‪Kedua, ilmu falak dapat digunakan untuk menafikan rukyah. Menurut al–Subki, jika‬‬
‫‪ada orang yang bersaksi telah melihat hilal, sementara hisab menunjukkan bahwa hilal‬‬
‫‪tidak mungkin terlihat, maka kesaksiannya ditolak dengan syarat premis–premis falak yang‬‬
‫‪digunakan bersifat qot’iy dan ahli falak bersepakat bahwa hilal tidak mungkin dirukyah5.‬‬
‫‪Pendapat yang sama disampaikan Ibnu Hajar al–Haytami dengan tambahan persyaratan‬‬
‫‪yaitu, ahli hisab yang menginformasikan hal tersebut mencapai bilangan mutawatir6.‬‬
‫‪Terkait persyaratan tawatur, Abu Bakar bin Ahmad al–Hadlrami menyatakan bahwa‬‬

‫ﺼْﻮِﻡم َﻫﮬﮪھْﻞ َﻣَﺤﱡﻠﻪﮫُ ﺇإَﺫذﺍا‬ ‫ﺴﺎِﺑِﻪﮫ ﻓِﻲ ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫ﺐ ِﺑِﺤ َ‬ ‫ﺳِﺌَﻞ َﻋْﻦ ﺍاْﻟُﻤَﺮﱢﺟﺢِ ِﻣْﻦ َﺟَﻮﺍاِﺯز َﻋَﻤِﻞ ﺍاْﻟَﺤﺎِﺳ ِ‬ ‫ﺏب ﺍاﻟﱠﺮْﻣِﻠﱢﻲ ُ‬ ‫ﺸﻬﮭَﺎ ِ‬ ‫»َﻭوﻓِﻲ ﻓََﺘﺎَﻭوﻯى ﺍاﻟ ﱢ‬
‫ﺕت َﺣﺎَﻟﺔً ﻳﯾُْﻘﻄَُﻊ‬ ‫ﺙث َﺣﺎَﻻ ٍ‬ ‫ﻄَﻊ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﺃأْﻡم ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوِﺇإْﻥن َﻟْﻢ ﻳﯾَُﺠﱢﻮْﺯز ُﺭرْﺅؤَﻳﯾَﺘﻪﮫُ ﻓَﺈِﱠﻥن َﺃأِﺋﱠﻤَﺘﻬﮭُْﻢ ﻗَْﺪ َﺫذَﻛُﺮﻭوﺍا ِﻟْﻠِﻬﮭَﻼِﻝل َﺛَﻼ َ‬ ‫ﻗُ ِ‬
‫ﻓِﻴﯿﻬﮭَﺎ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوِﺑﺎْﻣِﺘَﻨﺎﻉعِ ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوَﺣﺎَﻟﺔً ﻳﯾُْﻘﻄَُﻊ ﻓِﻴﯿﻬﮭَﺎ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوَﺣﺎَﻟﺔً ﻳﯾُْﻘﻄَُﻊ ﻓِﻴﯿﻬﮭَﺎ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوﻳﯾَُﺠﱢﻮُﺯزﻭوَﻥن ُﺭرْﺅؤَﻳﯾَﺘﻪﮫُ‬
‫ﺙث ﺍاْﻧَﺘﻬﮭَﻰ َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ َﻣَﺤﱡﻞ َﺗﺄَﱡﻣٍﻞ ِﺑﺎﻟﱢﻨْﺴَﺒِﺔ ِﻟْﻠَﺤﺎَﻟِﺔ ﺍاْﻷُﻭوَﻟﻰ َﺑْﻞ َﻭوﺍاﻟﺜﱠﺎِﻟَﺜِﺔ‬ ‫ﺕت ﺍاﻟﺜﱠَﻼ ِ‬ ‫ﺷﺎِﻣٌﻞ ِﻟْﻠَﺤﺎَﻻ ِ‬ ‫ﺐ َ‬ ‫ﺏب ِﺑﺄَﱠﻥن َﻋَﻤَﻞ ﺍاْﻟَﺤﺎِﺳ ِ‬ ‫ﻓَﺄََﺟﺎ َ‬
‫ﻱي ﻗَْﻮﻟُﻪﮫُ ﻡم ﺭر َﻧَﻌْﻢ َﻟﻪﮫُ َﺃأْﻥن‬ ‫ﻱي ِﻋَﺒﺎَﺭرﺓةُ ﺍاﻟﱠﺮِﺷﻴﯿِﺪ ﱢ‬ ‫ﺼِﺮ ﱞ‬ ‫ﺚ َﻧَﻘَﻞ َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍا ْ ِﻹﻓَْﺘﺎَء َﻭوَﺃأﻗَﱠﺮﻩهُ ﺍاﻫﮬﮪھـ َﺑ ْ‬ ‫ﺸﻲ َﺣْﻴﯿ ُ‬ ‫ﺿِﻞ ﺍاْﻟُﻤَﺤ ﱢ‬ ‫ﺐ ِﻣْﻦ ﺍاْﻟَﻔﺎ ِ‬ ‫َﻭوﺍاْﻟَﻌَﺠ ُ‬
‫ﺼﱠﺮٌﺡح ِﺑِﻪﮫ ﻓِﻲ َﻛَﻼِﻡم‬ ‫ﺸﻬﮭِْﺮ َﻭوِﺇإْﻥن َﺩدﱠﻝل َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ﺇإْﻣَﻜﺎِﻥن ﺍاﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﻛَﻤﺎ ﻫﮬﮪھَُﻮ ُﻣ َ‬ ‫ﻱي ﺍاﻟﱠﺪﺍاﱢﻝل َﻋَﻠﻰ ُﻭوُﺟﻮِﺩد ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫ﺴﺎِﺑِﻪﮫ ﺇإَﻟْﺦ َﺃأ ْ‬
‫َﻳﯾْﻌَﻤَﻞ ِﺑِﺤ َ‬
‫ﺸﻬﮭِْﺮ َﻭوَﻳﯾْﻠَﺰُﻡم َﻋَﻠْﻴﯿِﻪﮫ َﺃأﻧﻪﮫُﱠ‬‫ﺼْﻮَﻡم ِﺑﺎﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﻻ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩد ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫َ‬
‫ﺐ َﻋﻠْﻴﯿَﻨﺎ ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫َ‬
‫ﻉع ﺇإﻧَﻤﺎ ﺃأْﻭوَﺟ َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َﻭوﺍاِﻟِﺪِﻩه َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ ﻓِﻲ َﻏﺎَﻳﯾِﺔ ﺍا ِﻹﺷَﻜﺎِﻝل؛ ِﻷﱠﻥن ﺍاﻟﺸﺎِﺭر َ‬
‫ﻚ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ﺏب ﻳﯾَُﻮﺍاﻓِﻘﻮَﻥن َﻋﻠﻰ ﺫذِﻟ َ‬ ‫ﺻَﺤﺎ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ﺖ ُﺩدﺧﻮِﻟِﻪﮫ َﻭوَﻻ ﺃأﻅظﱡﻦ ﺍاﻷ ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ﻙك ِﻣْﻦ َﻭوﻗ ِ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ْ‬
‫ﺐ ﺍا ِﻹْﻣ َ‬ ‫ﺸﻬﮭُْﺮ ﻓِﻲ َﺃأْﺛَﻨﺎِء ﺍاﻟﻨﱠﻬﮭَﺎِﺭر َﺃأﻧﱠﻪﮫُ َﻳﯾِﺠ ُ‬ ‫ﺇإَﺫذﺍا َﺩدَﺧَﻞ ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﻑف َﻣﺎ ﻗَﺎَﻟﻪﮫُ‬ ‫ﺼﱢﺮُﺡح ِﺑِﺨَﻼ ِ‬ ‫ﺷْﺮﺡحِ َﻭوُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺔ ﺍاْﻟِﻬﮭَﻼِﻝل َﻣﺎ ﻳﯾُ َ‬ ‫ﻚ ﻓِﻲ َﻏْﻴﯿِﺮ َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍاْﻟَﻤَﺤﱢﻞ ﺍاﻫﮬﮪھـ َﻭوَﻳﯾْﺄِﺗﻲ ﻓِﻲ َ‬ ‫ﻄﺖ ﺍاْﻟَﻘْﻮَﻝل َﻋَﻠﻰ َﺫذِﻟ َ‬ ‫ﺴ ْ‬ ‫َﻭوﻗَْﺪ َﺑ َ‬
‫َ‬
‫ﺼﻪﮫُ ﺃأﱠﻥن‬ ‫ﱠ‬
‫ﺏب ﺍاﻟﺸﺎِﻫﮬﮪھِﺪ َﻣﺎ َﻧ ﱡ‬ ‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻛِﺬ ِ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ﱠ‬ ‫ُ‬
‫ﺏب ﺍاﻟﱠﺮْﻣِﻠﱡﻲ ﻓِﻲ ﺍاﻷﻭوَﻟﻰ َﻭوﺍاﻟﺜﺎِﻟَﺜِﺔ َﺟِﻤﻴﯿًﻌﺎ َﻭوَﻋْﻦ ﺍاﻟﱢﻨﻬﮭَﺎَﻳﯾِﺔ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﻟْﻮ َﺩدﱠﻝل ﺍاﻟِﺤ َ‬ ‫ْ‬ ‫ﺸﻬﮭَﺎ ُ‬‫ﺍاﻟ ﱢ‬
‫ﱠ‬ ‫ْ‬
‫ﺏب َﺑْﻞ ﺃأﻟَﻐﺎﻩهُ ِﺑﺎﻟﻜﻠﻴﯿﱠِﺔ َﻛَﻤﺎ ﺃأﻓَﺘﻰ ِﺑِﻪﮫ ﺍاﻟَﻮﺍاِﻟُﺪ – َﺭرِﺣَﻤﻪﮫُ ﷲُ َﺗَﻌﺎَﻟﻰ – ﺍاﻫﮬﮪھـ‪» .‬ﺗﺤﻔﺔ ﺍاﻟﻤﺤﺘﺎﺝج ﻓﻲ‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﱢ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﺴﺎ َ‬ ‫ْ‬
‫ﻉع َﻟْﻢ َﻳﯾْﻌَﺘِﻤْﺪ ﺍاﻟِﺤ َ‬ ‫ﺸﺎِﺭر َ‬ ‫ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻨﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻮﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺸﺮﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺒﺎﺩدﻱي« )‪:(373 /3‬‬
‫‪4‬‬

‫ﻄِﻌﻴﯿﱠٍﺔ َﻭوَﻳﯾُﻜﻮُﻥن ﻓِﻲ‬ ‫ﺕت ﻗَ ْ‬


‫ﻚ ِﺑُﻤَﻘﱠﺪَﻣﺎ ٍ‬ ‫ﻙك َﺫذِﻟ َ‬‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ﺇإْﻣَﻜﺎِﻥن ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوﻳﯾُْﺪَﺭر ُ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ﺻﻮَﺭرﺓةٌ ﺃأُْﺧَﺮﻯى َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ َﺃأْﻥن َﻳﯾُﺪﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬ ‫َﻭوَﻫﮬﮪھﻬﮭَُﻨﺎ ُ‬
‫َ‬
‫ﺴﺎ ِﻷﻧﱠﻪﮫُ َﻳﯾْﺴَﺘِﺤﻴﯿُﻞ ﻓََﻠْﻮ ﺃأْﺧَﺒَﺮَﻧﺎ ِﺑِﻪﮫ ُﻣْﺨِﺒٌﺮ‬‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ﺽض ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘَﻨﺎ َﻟﻪﮫُ ِﺣ ً‬ ‫ْ‬
‫ﺲ ﻓَِﻔﻲ َﻫﮬﮪھِﺬِﻩه ﺍاﻟَﺤﺎَﻟِﺔ َﻻ ﻳﯾُْﻤِﻜُﻦ ﻓَْﺮ ُ‬ ‫ﺸْﻤ ِ‬ ‫ﺏب ِﻣْﻦ ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫َﻏﺎَﻳﯾِﺔ ﺍاْﻟﻘُْﺮ ِ‬
‫ﻂ‬‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠ ِ‬
‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠﻂَ ﻓَﺎَﻟﱠِﺬﻱي ﻳﯾُﺘﱠَﺠﻪﮫُ ﻗَﺒُﻮُﻝل َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍاْﻟَﺨَﺒِﺮ َﻭوَﺣْﻤﻠُﻪﮫُ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜِﺬ ِ‬ ‫َﻭوﺍاِﺣٌﺪ َﺃأْﻭو َﺃأْﻛَﺜُﺮ ِﻣﱠﻤْﻦ َﻳﯾْﺤَﺘِﻤُﻞ َﺧَﺒُﺮﻩهُ ﺍاْﻟَﻜِﺬ َ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدَﺓة َﻭوﺍاْﻟَﺨَﺒَﺮ ﻅظَﱢﻨﻴﯿﱠﺎِﻥن‬ ‫ﻄِﻌﱞﻲ َﻭوﺍاﻟ ﱠ‬‫ﺏب ﻗَ ْ‬ ‫ﺷﻬﮭَﺎَﺩدﺗُﻬﮭَُﻤﺎ ِﻷَﱠﻥن ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺴﺎ َ‬ ‫ﺷﺎِﻫﮬﮪھَﺪﺍاِﻥن َﻟْﻢ ﺗُْﻘَﺒْﻞ َ‬ ‫َﻭوَﻟْﻮ َ‬
‫ﺷِﻬﮭَﺪ ِﺑِﻪﮫ َ‬
‫‪5‬‬

‫»ﺗﺤﻔﺔ ﺍاﻟﻤﺤﺘﺎﺝج ﻓﻲ ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻨﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻮﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺸﺮﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺒﺎﺩدﻱي« )‪:(382 /3‬‬


‫ﺏب ﺇإْﻥن‬
‫ﺴﺎ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺸﺎِﻫﮬﮪھِﺪ ِﺑﺎﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﻭوَﺍاﻟِﺬﻱي ﻳﯾُﺘﱠَﺠﻪﮫُ ِﻣْﻨﻪﮫُ ﺃأﱠﻥن ﺍاﻟِﺤ َ‬ ‫ﺏب ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻛِﺬ ِ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬‫»َﻭوَﻭوﻗََﻊ َﺗَﺮﱡﺩدٌﺩد ِﻟﻬﮭَُﺆَﻻِء َﻭوَﻏْﻴﯿِﺮِﻫﮬﮪھْﻢ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﻟْﻮ َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدﺓةُ َﻭوِﺇإﱠﻻ ﻓََﻼ َﻭوَﻫﮬﮪھَﺬﺍا َﺃأْﻭوَﻟﻰ‬
‫ﺕت ﺍاﻟ ﱠ‬‫ﻚ َﻋَﺪَﺩد ﺍاﻟﺘﱠَﻮﺍاﺗُِﺮ ُﺭرﱠﺩد ْ‬ ‫ﻄِﻌﻴﯿﱠﺔٌ َﻭوَﻛﺎَﻥن ﺍاْﻟُﻤْﺨِﺒُﺮﻭوَﻥن ِﻣْﻨﻬﮭُْﻢ ِﺑَﺬِﻟ َ‬ ‫ﻖ َﺃأْﻫﮬﮪھﻠُﻪﮫُ َﻋَﻠﻰ َﺃأﱠﻥن ُﻣَﻘﱢﺪَﻣﺎِﺗِﻪﮫ ﻗَ ْ‬
‫ﺍاﺗﱠَﻔ َ‬
‫ﺏب ﺍاﻟَﻘﻄِﻌﱡﻲ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﺳِﺘَﺤﺎَﻟِﺔ ﺍاﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ«‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ﻕق ﺍاﻟﱡﺴْﺒِﻜّﻲ ﺇإﻟَﻐﺎَء ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدِﺓة ﺇإَﺫذﺍا َﺩدﱠﻝل ﺍاﻟِﺤ َ‬ ‫ْ‬
‫ِﻣْﻦ ﺇإﻁطَﻼ ِ‬
‫‪6‬‬

‫‪9‬‬
‫‪keberadaan lima ahli falak atau lima kitab ahli falak sudah dikategorikan mutawatir7.‬‬
‫‪Dengan perkataan lain jika lima metode falak sepakat atas ketidakmungkinan rukyah, maka‬‬
‫‪dapat menjadi acuan dalam menafikan kesaksian rukyah.‬‬
‫‪Ketiga, ilmu falak dapat digunakan untuk menafikan ikmāl. Imam Qosim al–Abbadi‬‬
‫‪menjelaskan bahwa jika ada kepastian hilal dapat dirukyah setelah matahari terbenam tetapi‬‬
‫‪tidak seorangpun menyaksikan hilal, maka awal bulan dapat ditentukan berdasarkan‬‬
‫‪kepastian tersebut8. Pendapat senada disampaikan Imam Ali al–Ajhuri dari kalangan‬‬
‫‪Malikiyah. Menurutnya, jika empat bulan berturut–turut usia bulan 30 hari, maka bulan‬‬
‫‪kelima harus 29 hari9. Dengan kata lain jika pada bulan kelima tidak seorangpun‬‬
‫‪menyaksikan hilal pada malam 30, maka hari ketiga puluh dari bulan kelima harus‬‬
‫‪ditetapkan sebagai awal bulan keenam.‬‬
‫‪Dasar yang digunakan ulama dalam kasus–kasus tersebut adalah bahwa hisab memiliki‬‬
‫‪tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding rukyatul hilal. Imam Qolyubi menjelaskan,‬‬
‫‪jika hasil metode falak qot’iy menunjukkan bahwa hilal tidak mungkin terlihat, maka‬‬
‫‪kesaksian rukyatul hilal ditolak. Imam Qolyubi menambahkan bahwa ini adalah hal yang‬‬
‫‪jelas (dhohirun jaliyyun) dan mengingkarinya adalah mu’ānadah dan mukābarah10.‬‬
‫‪Dalam penjelasannya tentang hisab yang dapat menafikan kesaksian rukyah, Imam Subki‬‬
‫‪menjelaskan bahwa hisab yang dibangun di atas premis yang qoth’i juga bersifat qoth’i,‬‬
‫‪sedangkan ikhbar rukyatul hilal hanya bersifat dhanni11.‬‬
‫‪Oleh karena itu jika menurut ilmu falak tidak mungkin dirukyah, maka melakukan‬‬
‫‪rukyatul hilal tidak menjadi fardlu kifayah atau sunnah. Sebab jika tujuan melakukan‬‬

‫ﻭوﻧﻘﻞ ﺍاﻟﺸﻴﯿﺦ ﺍاﻟﻌﻼﻣﺔ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻗﻄﻨﺔ ﻋﻦ ﺍاﻟﺴﻴﯿﺪ ﺍاﻟﻌﺎﺭرﻑف ﺑﺎ‪ š‬ﻋﻠﻮﻯى ﺑﺎﺣﺴﻦ ﺑﺄﻧﻪﮫ ﺇإﻥن ﻭوﺟﺪ ﻓﻰ ﻋﺼﺮ ﺧﻤﺴﺔ‬
‫ﻣﻦ ﺃأﻫﮬﮪھﻞ ﺍاﻟﻔﻠﻚ ﻭوﺍاﺟﺘﻤﻊ ﻛﻼﻣﻬﮭﻢ ﻓﻰ ﺗﺤﺮﻳﯾﺮ ﺗﻠﻚ ﺍاﻟﻤﺴﺌﻠﺔ ﻛﻔﻰ ﻭوﺇإﻥن ﻟﻢ ﻳﯾﻮﺟﺪﻭوﺍا ﻓﻜﺘﺒﻬﮭﻢ ﺗﻐﻨﻰ ﻋﻨﻬﮭﻢ ﻭوﺇإﺫذﺍا ﻭوﺟﺪ‬
‫ﺍاﺟﺘﻤﺎﻉع ﻛﻼﻡم ﺧﻤﺴﺔ ﻓﻰ ﺗﺼﺎﻧﻴﯿﻔﻬﮭﻢ ﻛﺎﻥن ﺫذﻟﻚ ﻣﻦ ﺍاﻟﺨﺒﺮ ﺍاﻟﻤﺘﻮﺍاﺗﺮ‬
‫‪7‬‬

‫»ﺗﺤﻔﺔ ﺍاﻟﻤﺤﺘﺎﺝج ﻓﻲ ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻨﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻮﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺸﺮﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺒﺎﺩدﻱي« )‪:(374 /3‬‬


‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻉع ﺇإﻧَﻤﺎ ﺃأَﻧﺎﻁط ﺍاﻟُﺤﻜَﻢ ِﺑﺎﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ‬ ‫ﺸﺎِﺭر َ‬‫ﺏب )ﻗَْﻮﻟُﻪﮫُ؛ ِﻷَﱠﻥن ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﺏب ﺇإﻳﯾَﻌﺎ ٌ‬ ‫ﻱي َﺑْﻌَﺪ ﺍاْﻟُﻐُﺮﻭو ِ‬
‫ﻄًﻌﺎ( َﺃأ ْ‬ ‫ﻱي ﺍاْﻟَﻐْﻴﯿِﻢ )َﻟُﺮِﺋَﻲ ﻗَ ْ‬‫»)ﻗَْﻮﻟُﻪﮫُ َﻟْﻮَﻻﻩهُ( َﺃأ ْ‬
‫ﺚ َﻳﯾَﺘﺄَﺗﱠﻰ ُﺭرْﺅؤَﻳﯾﺘُﻪﮫُ َﻟِﻜْﻦ َﻟْﻢ ﻳﯾُﻮَﺟْﺪ ِﺑﺎْﻟِﻔْﻌِﻞ‬ ‫ﻄُﻊ َﻋَﻠﻰ ُﻭوُﺟﻮِﺩدِﻩه َﺑْﻌَﺪ ﺍاْﻟُﻐُﺮﻭو ِ‬
‫ﺏب ِﺑَﺤْﻴﯿ ُ‬ ‫ﺏب ﺇإَﻟْﺦ( َﻳﯾْﻨَﺒِﻐﻲ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﻟْﻮ َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟَﻘ ْ‬‫َﺑْﻌَﺪ ﺍاْﻟُﻐُﺮﻭو ِ‬
‫ﻚ ﻓَْﻠﻴﯿَُﺘﺄَﱠﻣْﻞ ﺳﻢ«‬ ‫َﺃأْﻥن َﻳﯾْﻜِﻔَﻲ َﺫذِﻟ َ‬
‫‪8‬‬

‫« ﺍاﻟﺸﺮﺡح ﺍاﻟﻜﺒﻴﯿﺮ ﻟﻠﺸﻴﯿﺦ ﺍاﻟﺪﺭرﺩدﻳﯾﺮ ﻭوﺣﺎﺷﻴﯿﺔ ﺍاﻟﺪﺳﻮﻗﻲ‪» (1/ 509):‬‬


‫ْ‬
‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن َﻋَﻠﻰ ﺍاﻟَﻜَﻤﺎِﻝل‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن ِﺑَﻤﺎ ﺇإَﺫذﺍا َﻟْﻢ َﺗَﺘَﻮﺍاَﻝل ﺃأْﺭرَﺑَﻌﺔ ﺃأﺷﻬﮭٍُﺮ ﻗَْﺒَﻞ َ‬ ‫ﻒ ِﺑَﻜَﻤﺎِﻝل َ‬ ‫«ﻗَﺎَﻝل ﻋﺞ َﻳﯾْﻨَﺒِﻐﻲ َﺃأْﻥن ﻳﯾَُﻘﻴﯿﱠَﺪ ﻗَْﻮُﻝل ﺍاْﻟُﻤ َ‬
‫ﺼﱢﻨ ِ‬
‫ﺺ ِﻋْﻨَﺪ‬‫ﺴﺔُ َﺃأْﺷﻬﮭٍُﺮ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜَﻤﺎِﻝل َﻛَﻤﺎ َﻻ َﻳﯾَﺘَﻮﺍاَﻟﻰ َﺃأْﺭرَﺑَﻌﺔٌ َﻋَﻠﻰ ﺍاﻟﻨﱠْﻘ ِ‬ ‫ﺼﺎ؛ ِﻷَﻧﱠﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾَﺘَﻮﺍاَﻟﻰ َﺧْﻤ َ‬ ‫ﺷْﻌَﺒﺎُﻥن َﻧﺎﻗِ ً‬ ‫َﻭوِﺇإﱠﻻ ُﺟِﻌَﻞ َ‬
‫ﻀﺎُﻥن ﺇإﱠﻻ ِﺑَﻜَﻤﺎِﻝل‬‫ﺖ َﺭرَﻣ َ‬ ‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن َﻟْﻢ َﻳﯾْﺜﺒُ ْ‬ ‫ﻒ َﻭوﺍاْﻟُﻤْﻌَﺘَﻤُﺪ َﺃأﻧﱠﻪﮫُ ﺇإَﺫذﺍا ُﻏﱠﻢ َﻟْﻴﯿَﻠﺔُ َﺛَﻼِﺛﻴﯿَﻦ ِﻣْﻦ َ‬ ‫ﺕت ﺍاﻫﮬﮪھـ َﻭوَﻫﮬﮪھَﺬﺍا َ‬
‫ﺿِﻌﻴﯿ ٌ‬ ‫ُﻣْﻌﻈَِﻢ َﺃأْﻫﮬﮪھِﻞ ﺍاْﻟِﻤﻴﯿَﻘﺎ ِ‬
‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن»‬ ‫َ‬
‫‪9‬‬

‫ﺻﱠﺪﻗَﻪﮫُ‪َ ،٬‬ﺑْﻞ ﻗَﺎَﻝل ﺍاْﻟَﻌﱠﻼَﻣﺔُ ﺍاْﻟَﻌﺒﱠﺎِﺩد ﱡ‬


‫ﻱي‪:‬‬ ‫ﺏب ﺍاْﻟُﻤَﻨﱢﺠِﻢ ِﻟَﻨْﻔِﺴِﻪﮫ َﻭوِﻟَﻤْﻦ َ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫»ﺣﺎﺷﻴﯿﺘﺎ ﻗﻠﻴﯿﻮﺑﻲ ﻭوﻋﻤﻴﯿﺮﺓة« )‪َ» :(63 /2‬ﻭوِﻣْﻨﻪﮫُ ِﺣ َ‬
‫ْ‬
‫ﻄِﻌﱡﻲ َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻟْﻢ ﻳﯾُْﻘَﺒْﻞ ﻗَْﻮُﻝل ﺍاﻟَﻌْﺪِﻝل ِﻟُﺮْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ‪َ ،٬‬ﻭوﺗَُﺮﱡﺩد َ‬
‫ﺷﻬﮭَﺎَﺩدﺗُﻬﮭُْﻢ ِﺑﻬﮭَﺎ ﺍاْﻧَﺘﻬﮭَﻰ‪َ .‬ﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ ﻅظَﺎِﻫﮬﮪھٌﺮ‬ ‫ﺏب ﺍاْﻟَﻘ ْ‬ ‫ﺇإﻧﱠﻪﮫُ ﺇإَﺫذﺍا َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺴﺎ ُ‬
‫ﻚ ُﻣَﻌﺎَﻧَﺪﺓةٌ َﻭوُﻣَﻜﺎَﺑَﺮﺓةٌ«‬ ‫ﺼْﻮُﻡم ِﺣﻴﯿَﻨِﺌٍﺬ َﻭوُﻣَﺨﺎَﻟَﻔﺔُ َﺫذِﻟ َ‬‫َﺟِﻠﱞﻲ َﻭوَﻻ َﻳﯾُﺠﻮُﺯز ﺍاﻟ ﱠ‬
‫‪10‬‬

‫ﻄِﻌﻴﯿﱠٍﺔ َﻭوَﻳﯾُﻜﻮُﻥن ﻓِﻲ‬ ‫ﺕت ﻗَ ْ‬


‫ﻚ ِﺑُﻤَﻘﱠﺪَﻣﺎ ٍ‬ ‫ﻙك َﺫذِﻟ َ‬‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ﺇإْﻣَﻜﺎِﻥن ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوﻳﯾُْﺪَﺭر ُ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ﺻﻮَﺭرﺓةٌ ﺃأُْﺧَﺮﻯى َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ َﺃأْﻥن َﻳﯾُﺪﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬ ‫َﻭوَﻫﮬﮪھﻬﮭَُﻨﺎ ُ‬
‫َ‬
‫ﺴﺎ ِﻷﻧﱠﻪﮫُ َﻳﯾْﺴَﺘِﺤﻴﯿُﻞ ﻓََﻠْﻮ ﺃأْﺧَﺒَﺮَﻧﺎ ِﺑِﻪﮫ ُﻣْﺨِﺒٌﺮ‬‫َ‬ ‫ﺽض ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘَﻨﺎ َﻟﻪﮫُ ِﺣ ًّ‬ ‫ْ‬
‫ﺲ ﻓَِﻔﻲ َﻫﮬﮪھِﺬِﻩه ﺍاﻟَﺤﺎَﻟِﺔ َﻻ ﻳﯾُْﻤِﻜُﻦ ﻓَْﺮ ُ‬ ‫ﺸْﻤ ِ‬ ‫ﺏب ِﻣْﻦ ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫َﻏﺎَﻳﯾِﺔ ﺍاْﻟﻘُْﺮ ِ‬
‫ﻂ‬‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠ ِ‬
‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠﻂَ ﻓَﺎَﻟﱠِﺬﻱي ﻳﯾُﺘﱠَﺠﻪﮫُ ﻗَﺒُﻮُﻝل َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍاْﻟَﺨَﺒِﺮ َﻭوَﺣْﻤﻠُﻪﮫُ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜِﺬ ِ‬ ‫َﻭوﺍاِﺣٌﺪ َﺃأْﻭو َﺃأْﻛَﺜُﺮ ِﻣﱠﻤْﻦ َﻳﯾْﺤَﺘِﻤُﻞ َﺧَﺒُﺮﻩهُ ﺍاْﻟَﻜِﺬ َ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدَﺓة َﻭوﺍاْﻟَﺨَﺒَﺮ ﻅظَﱢﻨﻴﯿﱠﺎِﻥن‬ ‫ﻄِﻌﱞﻲ َﻭوﺍاﻟ ﱠ‬‫ﺏب ﻗَ ْ‬ ‫ﺷﻬﮭَﺎَﺩدﺗُﻬﮭَُﻤﺎ ِﻷَﱠﻥن ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺴﺎ َ‬ ‫ﺷﺎِﻫﮬﮪھَﺪﺍاِﻥن َﻟْﻢ ﺗُْﻘَﺒْﻞ َ‬ ‫َﻭوَﻟْﻮ َ‬
‫ﺷِﻬﮭَﺪ ِﺑِﻪﮫ َ‬
‫‪11‬‬

‫‪10‬‬
rukyah adalah memastikan terlihatnya hilal, sementara hilal diyakini tidak akan terlihat,
maka melakukan rukyatul hilal adalah tindakan sia–sia. Dalam kasus tayammum, jika
seseorang yakin tidak air di sekitarnya, maka ia diperbolehkan tayammum tanpa harus
melakukan pencarian air terlebih dahulu12.
Bahkan Syaikh Abdullah bin Abu Bakar al–Khatib, seorang hakim di Tarim Yaman
pada abad 11 Hijriyah, melarang rukyatul hilal ketika metode falak menunjukkan hilal tidak
mungkin terlihat.

‫ﻛﺎﻥن ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻌﺾ ﺍاﻟﻘﻀﺎﺓة ﺑﺘﺮﻳﯾﻢ ﻓﻲ ﺍاﻟﻘﺮﻥن ﺍاﻟﺤﺎﺩدﻯى ﻋﺸﺮ ﺍاﻟﻬﮭﺠﺮﻱي ﻭوﻫﮬﮪھﻮ ﺍاﻟﺸﻴﯿﺦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﺍاﺑﻰ ﺑﻜﺮ ﺍاﻟﺨﻄﻴﯿﺐ‬
(27 :‫ﺃأﻧﻪﮫ ﻳﯾﻤﻨﻊ ﺗﺮﺍاﺋﻰ ﺍاﻟﻬﮭﻼﻝل ﻓﻲ ﺍاﻟﻠﻴﯿﻠﺔ ﺍاﻟﺘﻲ ﻳﯾﺪﻝل ﺍاﻟﺤﺴﺎﺏب ﻋﻠﻰ ﻋﺪﻡم ﺇإﻣﻜﺎﻧﻴﯿﺔ ﺍاﻟﺮﺅؤﻳﯾﺔ ﻓﻴﯿﻬﮭﺎ )ﺣﺴﻦ ﺍاﻟﻤﻘﺎﻝل‬

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan jawaban dari ketiga pertanyaan
tersebut adalah:
1.   Sebagian ulama berpendapat bahwa imkān rukyah menjadi syarat penerimaan
kesaksian rukyah. Jika sekurang–kurangnya lima metode falak qot’iy yang berbeda
menetapkan bahwa hilal tidak mungkin terlihat, maka ketetapan tersebut menjadi acuan
dalam menolak kesaksian ru`yah. Pendapat ini memiliki tingkat kepastian yang lebih
tinggi dalam penentuan awal bulan hijriyah.
2.   Ketika menurut ilmu falak ternyata hilal berada di bawah ufuk, sesuai jawaban pada
butir (1) di atas maka rukyah tidak lagi fardlu kifayah atau sunnah. Sebab tujuan rukyah
untuk memastikan terlihatnya hilal, sedangkan hilal menurut hisab tidak mungkin
terlihat.
4.   Sesuai dengan jawaban pada butir (1) di atas, maka ketika menurut ilmu falak hilal di
atas ufuk dan dipastikan terlihat tetapi tidak seorangpun yang menyaksikan hilal dan
ketika bulan berjalan digenapkan (ikmāl) akan mengakibatkan bulan berikutnya
berumur hanya 28 hari, maka ilmu falak dapat digunakan acuan dalam menafikan
ikmal.

E.   TANYA JAWAB RUKYATUL HILAL DI TENGAH WABAH COVID–19

1.   Sebentar lagi Indonesia akan memasuki Idul Fitri 1443 H. Bagaimana sikap
Nahdlatul Ulama dalam penentuan awal Ramadhan kali ini?

Nahdlatul Ulama akan menggelar rukyatul hilal (pengamatan hilal) sebagai upaya
untuk menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. Sesuai Keputusan Muktamar NU ke–30
tahun 1999 di pondok pesantren Lirboyo Kediri (Jawa Timur) maka rukyatul hilal akan
digelar di seluruh Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah hukum. Penyelenggaraan
dan pengawasan kegiatan rukyatul hilal tersebut dikoordinasikan oleh Lembaga
Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU). Hasil–hasilnya akan dilaporkan kepada Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang selanjutnya akan menyampaikannya pada forum
sidang itsbat Kementerian Agama RI, yang akan digelar secara hibrid antara dalam–
jaringan (online) dan luar–jaringan (offline). Hasil–hasil rukyatul hilal dalam jejaring
LFNU sekaligus menjadi landasan bagi ikhbar untuk Nahdliyin.

‫ﺖ ِﻟﺒُْﻌِﺪِﻩه َﻭوَﺃأﻧﱠﻪﮫُ َﻟْﻮ‬


ِ ْ‫ﺻﻮَﻟﻪﮫُ ﺇإَﻟْﻴﯿِﻪﮫ ﻓِﻲ ﺍاْﻟَﻮﻗ‬ َ ‫ﻅظِﻢ َﺃأﻧﱠﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾْﻠَﺰُﻣﻪﮫُ ﻁطََﻠﺒُﻪﮫُ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﺯزﺍاَﺩد َﻋَﻠﻰ َﺫذِﻟ‬
ُ ‫ﻚ َﻭوِﺇإْﻥن َﺗَﻴﯿﻘﱠَﻦ ُﻭو‬ ِ ‫َﻭوُﻋِﻠَﻢ ِﻣْﻦ َﻛَﻼِﻡم ﺍاﻟﻨﱠﺎ‬
ٌ ‫َﺗَﻴﯿﻘﱠَﻦ َﻋَﺪَﻣﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾْﻠَﺰُﻣﻪﮫُ ﻁطََﻠﺒُﻪﮫُ؛ ِﻷﻧﱠﻪﮫُ َﻋَﺒ‬
‫ﺚ‬ َ
12
 

11
2.   Menjelang Idul Fitri 1443 H ini Indonesia masih berjuang menghadapi wabah
Covid–19. Dalam kondisi seperti ini mengapa rukyatul hilal tetap dilaksanakan?

Ada dua aspek yang mendasarinya. Yang pertama adalah aspek ibadah. Dalam
pandangan Nahdlatul Ulama pelaksanaan rukyatul hilal merupakan instrumen wajib
guna memastikan kapan masuk tanggal 1 bulan kalender Hijriyyah menurut ukuran
syara'. Jadi tidak hanya untuk menentukan awal Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari
raya Idul Adha. Nahdlatul Ulama menggelar rukyatul hilal guna penentuan awal setiap
bulan kalender Hijriyyah sepanjang tahun. Rukyatul hilal bagi Nahdlatul Ulama selaras
dengan pendapat para ulama salafus shaalih, yakni memiliki hukum fardhu kifayah
atau bersifat wajib untuk masyarakat (wajib–komunal). Karenanya bila dalam sebuah
negeri tidak ada satupun yang bersedia melaksanakan rukyatul hilal, maka siapapun
Muslim yang ada dalam negeri tersebut akan menyandang dosanya.
Yang kedua adalah aspek kultural. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim
terbesar di dunia pada saat ini. Survei keberagamaan Muslim di Indonesia tahun 2016
yang digelar lembaga Alvara Research Center dan dipublikasikan Januari 2017
menunjukkan 64 % Muslim Indonesia mengikuti rukyatul hilal dalam penentuan hari
besar Islam. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 adalah 262 juta jiwa dengan
87 % diantaranya Muslim. Maka kuantitas Muslim Indonesia yang berpedoman pada
rukyatul hilal dalam penentuan hari besar Islam setara dengan 167 juta jiwa. Sebagai
pembanding, jumlah Muslim Indonesia yang menjadi warga Nahdlatul Ulama di
seluruh Indonesia hanya berkisar 90 juta orang. Maka tidak elok jika Nahdlatul Ulama
sebagai lembaga keagamaan Islam yang berpedoman pada rukyatul hilal tidak
menyelenggarakan kegiatan yang hasilnya jelas akan ditunggu dan akan dipedomani
demikian banyak orang.

3.   Mengapa tidak menggunakan metode lain, misalnya hisab, guna penentuan Idul
Fitri 1443 H di tengah wabah Covid–19 ini? Sebutlah sebagai sebuah hal yang
sifatnya darurat?

Berdasarkan keputusan Muktamar ke–34 tahun 2021, hal demikian dinamakan metode
falak. Nahdlatul Ulama menghormati penggunaan metode falak. Tetapi Nahdlatul
Ulama berpedoman bahwa metode rukyatul hilal–lah yang lebih tepat digunakan
berdasarkan perspektif fiqh. Mengingat sandarannya cukup banyak, mulai dari teks
hadits Nabi Muhammad SAW hingga pendapat para ulama salafus shaalih seperti telah
dikemukakan di atas. Secara formal keputusan Nahdlatul Ulama untuk bersandar pada
rukyatul hilal dapat dilihat misalnya pada hasil Muktamar NU ke–30 tahun 1999.
Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, penggunaan metode falak (hitungan numerik–
matematik) untuk menetapkan awal bulan Hijriyyah (terutama untuk menetapkan awal
Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha) adalah tidak cukup jika
dilakukan tanpa verifikasi faktual (rukyatul hilal). Sehingga hisab hanya bermakna
sebagai hipotesis verifikatif yang belum konklusif. Meskipun menjadi piranti untuk
menalar–logiskan sebuah benda langit yang kita kenal sebagai Bulan, namun Bulan itu
sendiri memiliki hukum–hukum kehidupannya sendiri yang bisa lepas dari piranti
matematis yang menghitungnya. Dalam sudut pandang ilmiah, metode falak yang tanpa
verifikasi faktual tidak dapat dianggap memenuhi asas berfikir ilmiah yang bersifat
siklik.
Dalam kerangka demikian, Nahdlatul Ulama memosisikan metode falak sebagai alat
bantu dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Rukyatul hilal tidak akan bisa diselenggarakan
tanpa hisab yang baik. Untuk itu Nahdlatul Ulama memiliki sistem hisab jama’i

12
(tahqiqy tadqiky ashri kontemporer), yang memperhitungkan segenap sistem hisab
yang berkembang di tubuh Nahdlatul Ulama.

4.   Bagaimana dengan pelaporan hasil rukyat dan pengumuman/ikhbar?

Laporan rukyatul hilal dari titik–titik rukyat di lapangan akan disalurkan ke PBNU
melalui Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama. Setelah dihimpun maka akan diteruskan
ke PBNU. PBNU akan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan sikap Nahdlatul
Ulama dalam forum sidang itsbat penetapan awal Syawal 1443 H yang digelar
Kementerian Agama RI. Sekaligus sebagai bahan bagi ikhbar PBNU tentang Idul Fitri
1 Syawal 1443 H untuk Nahdliyin se–Indonesia.
Sebagaimana yang sudah berjalan selama empat tahun terakhir, maka pelaporan dari
titik–titik rukyat di lapangan dilaksanakan secara dalam–jaringan (online) melalui
telekonferensi. Telekonferensi dikoordinasikan oleh Lembaga Falakiyah PBNU.

F.   LOKASI RUKYATUL HILAL

Guna menjalankan tugas kefalakiyahan penentuan awal Syawal 1443 H, maka Lembaga
Falakiyah Nahdlatul Ulama menggelar pengamatan di sejumlah titik. Lokasi titik–titik
rukyatul hilal tersebut dinyatakan dalam tautan (link) berikut :

https://s.id/TitikRukyahNU2022

Media Center:
Bp. Ma’rufin Sudibyo (089624772223)
Bp. Hendro Setyanto (0817201714)

13

Anda mungkin juga menyukai