Anda di halaman 1dari 14

INFORMASI

HILAL AWAL RAMADHAN 1444 H


29 SYA’BAN 1444 H / 22 MARET 2023 M

DI

INDONESIA
v   Data Falakiyah
v   Keputusan Muktamar ke–34 tahun 2021
v   Kriteria Imkan Rukyah dan Hadidul Bashar
v   Penjelasan Rukyah Hilal
v   Titik Rukyah

PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA


LEMBAGA FALAKIYAH
Gedung PBNU Lantai 4
Jl. Kramat Raya no. 164 Jakarta Pusat 10430
Telp. / Fax. : 021–31909735 e–mail : falakiyahnu@gmail.com
RINGKASAN

‫ ﻭوﺑﺭرﻛﺎﺗﻪﮫ‬ ‫ ﷲ‬ ‫ ﻭوﺭرﺣﻣﺔ‬ ‫ ﻋﻠﻳﯾﻛﻡم‬ ‫ﺍاﻟﺳﻼﻡم‬

Semoga rahmat dan barokah Alloh SWT selalu menyertai kita semua dalam berkhidmat untuk
Umat Islam dan Bangsa Indonesia.

Alhamdulilah, Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama secara resmi kembali
menerbitkan informasi terkait hilal awal Ramadhan untuk Umat Islam di Indonesia pada umumnya dan
khususnya Nahdliyin. Untuk kali ini adalah berhubungan dengan awal Ramadhan 1444 H. Secara ringkas
dapat dikatakan :

1.   Tanggal 29 Sya’ban 1444 H dalam Kalender Hijriyyah Nahdlatul Ulama bertepatan dengan Rabu
Pahing 22 Maret 2023 M.
2.   Tinggi hilal mar’ie di Indonesia pada 29 Sya’ban 1444 H bervariasi antara 7º 15’ hingga 9º 05’.
3.   Elongasi hilal haqiqy di Indonesia pada 29 Sya’ban 1444 H bervariasi antara 8º 32’ hingga 10º 08’.
4.   Lama hilal di atas ufuk untuk Indonesia pada 29 Sya’ban 1444 H bervariasi antara 31 menit 42 detik
hingga 37 menit 45 detik.
5.   Kedudukan hilal di Indonesia terutama dari sisi tinggi hilal mar’ie dan elongasi hilal haqiqy sudah
melebihi nilai yang dinyatakan dalam kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU).

Sesuai dengan yang telah berlaku, maka kapan 1 Ramadhan 1444 H bagi Nahdlatul Ulama adalah
berdasarkan Ikhbar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Ikhbar akan disampaikan pada
Rabu malam 22 Maret 2023 M sekitar pukul 19:00 WIB.

‫ ﺍاﻟﻁطﺭرﻳﯾﻕق‬ ‫ ﺃأﻗﻭوﻡم‬ ‫ ﺇإﻟﻰ‬ ‫ ﺍاﻟﻣﻭوﻓﻕق‬ 


‫ ﻭوﺑﺭرﻛﺎﺗﻪﮫ‬ ‫ ﷲ‬ ‫ ﻭوﺭرﺣﻣﺔ‬ ‫ ﻋﻠﻳﯾﻛﻡم‬ ‫ ﻭوﺍاﻟﺳﻼﻡم‬ 
LEMBAGA FALAKIYAH
PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA

Drs. KH. Sirril Wafa, MA. H. Asmui Mansur, M.Kom


Ketua Sekretaris

2
HILAL AWAL RAMADHAN 1444 H
29 SYA’BAN 1444 H / 22 MARET 2023 M
DI
INDONESIA

A.   PENDAHULUAN

Pada Rabu Pahing 29 Sya’ban 1444 H yang bertepatan dengan 22 Maret 2023 M dalam
Kalender Hijriyyah Nahdlatul Ulama, akan berlangsung rukyah hilal penentuan awal Ramadhan 1444
H. Rukyah hilal akan digelar jejaring Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) di seluruh
Indonesia guna memenuhi metode penetapan awal bulan kalender Hijriyyah yang berterima dalam
Nahdlatul Ulama.
Rukyah hilal merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal, yaitu lengkungan Bulan
sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca Matahari
terbenam (ghurub) dan bisa diamati. Cara pengamatannya untuk saat ini terbagi menjadi tiga, mulai
mengandalkan mata telanjang, mata dibantu alat optik (umumnya teleskop) hingga yang termutakhir
alat optik (umumnya teleskop) terhubung sensor / kamera. Dari ketiga cara tersebut maka
keterlihatan hilal pun terbagi menjadi tiga pula, mulai dari kasatmata telanjang (bil fi’li), kasatmata
teleskop dan kasat–citra.
Terlihat atau tidaknya hilal sangat bergantung pada sejumlah faktor. Mulai dari parameter Bulan
sendiri (berupa tinggi atau irtifa’, elongasi dan magnitudo visual), parameter optis atmosfer
(konsentrasi partikulat pencemar, uap air dan sebagainya) dan tingkat sensitivitas mata / sensor
kamera. Dalam ilmu falak modern, terlihatnya hilal sebagai lengkungan sabit Bulan sangat tipis
adalah produk kombinasi antara kecerlangan Bulan sabit terhadap kecerlangan langit senja latar
belakang (syafak) dan perbandingan kontras Bulan sabit–langit senja latar belakang terhadap
sensitivitas mata / sensor kamera.

Gambar 1.
Konfigurasi posisi Matahari dan Bulan untuk rukyah hilal penentuan awal Ramadhan 1444 H pada 29 Sya’ban
1444 H (22 Maret 2023 M) dengan markaz empat titik ekstrim barat–timur Indonesia.

3
Singkatnya hilal terlihat jika intensitas cahaya dari Bulan sabit lebih besar dibanding intensitas
cahaya senja dan nilai kontras Bulan sabit–syafak lebih besar dibandingkan ambang batas kontras
mata atau kamera. Karena warna hilal cenderung putih sementara syafak cenderung merah jingga–
kekuningan, maka secara alamiah kontras hilal relatif kecil. Kombinasinya dengan ketinggian yang
sangat rendah terhadap ufuk dan pendeknya waktu yang tersedia sebelum Bulan terbenam, maka
upaya pengamatan hilal menjadi salah satu tantangan besar bagi ilmu falak.
Sistem penanggalan yang berbasiskan siklus fase Bulan digunakan oleh lebih dari 2 milyar
manusia masa kini. Jumlah yang setara sepertiga penduduk dunia saat ini. Tak hanya pemeluk
agama Islam, kalender Bulan juga dipedomani oleh bangsa Cina dan sejumlah kalangan Nasrani,
meski masing–masing mengambil bentuk yang berbeda–beda. Observasi hilal telah dilakukan
bangsa Babilonia sejak 26 abad yang lalu. Meski demikian observasi modern yang sistematis dengan
data yang lebih komprehensif sesungguhnya baru terlaksana dalam tiga dasawarsa terakhir.

Gambar 2.
Contoh hasil rukyah hilal dengan alat bantu optik (teleskop) yang terangkai kamera. Diabadikan oleh Bapak KH
Ismail Fahmi (Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta) di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) dalam rangka rukyah hilal
penentuan 1 Rajab 1442 H yang berlangsung pada 12 Februari 2021 M.

Lewat observasi modern pula diketahui meskipun kita dapat menetapkan kriteria pembatas bagi
terlihatnya hilal yang disebut kriteria visibilitas. Kriteria tersebut mengacu parameter tertentu
(misalnya tinggi minimum, elongasi minimum, umur Bulan minimum maupun beda azimuth
minimum). Kriteria visibilitas seperti itu merupakan hisab. Namun observasi modern menunjukkan
garis pembatas ini tidak kaku sebab memiliki nilai ketidakpastian atau galat1. Maka meskipun
parameter Bulan pada suatu kesempatan rukyatul hilal sedikit di bawah dari sebuah kriteria visibilitas,
peluang terlihatnya hilal masih tetap terbuka. Hal ini menempatkan kriteria visibilitas sebagai sebuah
hipotesis verifikatif yang belum konklusif, meskipun diformulasikan sebagai piranti guna menalar–
logiskan hilal sebagai bagian dari Bulan. Tetapi hilal memiliki hukum–hukum alamiahnya sendiri yang

1Dogget & Schaefer. 1994. Lunar Crescent Visibility. Icarus vol. 107 (1994), halaman 388–403. Berdasarkan observasi,
mereka menyimpulkan garis pembatas tersebut dapat setebal 24º bujur (kriteria Schaefer) hingga 54º bujur (kriteria
Fotheringham, Maunder, Yallop dan Ilyas).

4
bisa lepas dari piranti matematis yang mencoba menghitungnya ketika nilai ketidakpastian
diperhitungkan2.
Sifat demikian menjadi tantangan tersendiri mengingat syariat Islam membutuhkan batas yang
tegas. Seperti tegasnya hitam atau putih, tidak campuran di antara keduanya (menjadi abu–abu).
Karena terlihat atau tidaknya hilal menentukan halal dan haram khususnya dalam mengawali dan
mengakhiri puasa Ramadhan. Dalam perspektif demikian maka kedudukan rukyah hilal untuk
menetapkan awal dan akhir Ramadhan menjadi penting guna mengatasi ketidakpastian.
Rukyah hilal digelar dengan mengamati ufuk barat pada arah dimana Matahari dan Bulan
berada. Prakiraan waktu terbenamnya Matahari & parameter Bulan disajikan oleh metode falak
sebagai pendukung pelaksanaan rukyatul hilal. Lembaga Falakiyah PBNU melaksanakan
perhitungan dengan metode falak (sistem hisab) jama’i atau biasa disebut hisab tahqiqy tadqiky ashri
kontemporer khas Nahdlatul Ulama bagi seluruh Indonesia.

B.   DATA AWAL RAMADHAN 1444 H

Lembaga Falakiyah PBNU telah melakukan perhitungan ilmu falak terhadap hilal awal
Ramadhan 1444 H dengan menggunakan metode falak (sistem hisab) jama’i atau tahqiqy tadqiky
ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama. Perhitungan ditujukan untuk Rabu Pahing 29 Sya’ban
1444 H yang bertepatan dengan tanggal 22 Maret 2023 M. Markaz nasional ditentukan di Gedung
PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Ø   Ijtima’ = Rabu Pahing 22 Maret 2023 M pukul 00:25:22 WIB
Ø   Tinggi hilal = + 8º 15’ 56”
Ø   Letak Matahari terbenam = 0º 32’ 56” utara titik barat
Ø   Letak hilal = 3º 39’ 59” utara titik barat
Ø   Kedudukan hilal = 3º 06’ 23” utara Matahari
Ø   Keadaan hilal = miring ke utara
Ø   Elongasi = 9º 43’ 10”
Ø   Lama hilal = 35 menit 42 detik

Penjelasan istilah :
Ø   Ijtima’
Ijtima’ atau konjungsi Bulan–Matahari adalah sejajarnya Matahari dan Bulan dalam satu garis
bujur ekliptika yang sama secara geosentrik (haqiqy), yakni jika ditinjau dari titik pusat Bumi
(bukan permukaan Bumi). Meski menempati bujur ekliptika yang sama, pada saat ijtima’ kali ini
tidak terjadi Gerhana Matahari karena kedua benda langit menempati garis lintang ekliptikanya
masing–masing.
Ø   Tinggi hilal
Tinggi hilal atau irtifa’ adalah busur yang ditarik tegaklurus dari ufuk toposentrik (mar’ie) menuju
titik zenith hingga tepat berujung di pusat cakram Bulan.
Ø   Letak Matahari dan hilal
Letak Matahari adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik Barat sejati ke titik pangkal garis
tinggi yang tegaklurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram Matahari saat terbenam.
Sementara letak hilal adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik Barat sejati ke titik dimana
pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat Matahari terbenam. Disebut juga as–simtu Matahari
dan as–simtu hilal.
Ø   Kedudukan hilal

2 KH Hanief Saha Ghafur. 2020. Komunikasi personal.

5
Kedudukan hilal adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik pangkal garis tinggi yang
tegaklurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram Matahari hingga berujung di titik dimana
pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat Matahari terbenam. Disebut juga as–simtu relatif
Matahari dan hilal.
Ø   Keadaan hilal
Keadaan hilal adalah kemiringan sabit Bulan sempurna. Jika berada di sebelah selatan Matahari,
maka kemiringan hilal adalah ke selatan. Dan demikian sebaliknya.
Ø   Elongasi
Elongasi adalah busur yang ditarik dari pusat cakram Matahari secara langsung menuju ke pusat
cakram Bulan secara geosentrik (haqiqy).
Ø   Lama hilal
Lama hilal adalah lamanya hilal di atas ufuk mar’ie dari sejak terbenamnya Matahari hingga
terbenamnya Bulan.
Perhitungan yang sama juga dilakukan di seluruh Indonesia. Hasilnya adalah sebagai berikut :

No Propinsi Ibukota Tinggi Elongasi Lama Bulan


1 Aceh Banda Aceh 9° 05‛ 10° 08‛ 37 menit 45 detik
2 Sumatera Utara Medan 8° 55‛ 10° 01‛ 37 menit 01 detik
3 Sumatera Barat Padang 8° 42‛ 9° 57‛ 37 menit 17 detik
4 Riau Pekanbaru 8° 44‛ 9° 55‛ 36 menit 12 detik
5 Kepulauan Riau Tanjungpinang 8° 40‛ 9° 48‛ 35 menit 54 detik
6 Jambi Jambi 8° 35‛ 9° 50‛ 36 menit 48 detik
7 Bengkulu Bengkulu 8° 31‛ 9° 53‛ 36 menit 36 detik
8 Sumatera Selatan Palembang 8° 29‛ 9° 48‛ 36 menit 27 detik
9 Bangka Belitung Pangkalpinang 8° 29‛ 9° 45‛ 36 menit 25 detik
10 Lampung Bandar Lampung 8° 21‛ 9° 47‛ 36 menit 00 detik
11 DKI Jakarta Jakarta 8° 16‛ 9° 43‛ 35 menit 42 detik
12 Banten Serang 8° 17‛ 9° 45‛ 35 menit 47 detik
13 Jawa Barat Bandung 8° 12‛ 9° 42‛ 35 menit 30 detik
14 Jawa Tengah Semarang 8° 07‛ 9° 35‛ 35 menit 11 detik
15 DIY Yogyakarta 8° 05‛ 9° 36‛ 35 menit 03 detik
16 Jawa Timur Surabaya 8° 03‛ 9° 31‛ 34 menit 52 detik
17 Bali Denpasar 7° 54‛ 9° 25‛ 34 menit 24 detik
18 NTB Mataram 7° 53‛ 9° 23‛ 34 menit 19 detik
19 NTT Kupang 7° 36‛ 9° 07‛ 33 menit 17 detik
20 Kalimantan Barat Pontianak 8° 29‛ 9° 38‛ 36 menit 21 detik
21 Kalimantan Tengah Palangka Raya 8° 16‛ 9° 28‛ 35 menit 30 detik
22 Kalimantan Selatan Banjarmasin 8° 12‛ 9° 27‛ 35 menit 16 detik
23 Kalimantan Timur Samarinda 8° 14‛ 9° 21‛ 35 menit 21 detik
24 Kalimantan Utara Tanjungselor 8° 20‛ 9° 21‛ 34 menit 36 detik
25 Sulawesi Selatan Makassar 7° 59‛ 9° 16‛ 34 menit 27 detik
26 Sulawesi Tenggara Kendari 7° 56‛ 9° 10‛ 34 menit 15 detik
27 Sulawesi Barat Mamuju 8° 06‛ 9° 18‛ 34 menit 51 detik
28 Sulawesi Tengah Palu 8° 08‛ 9° 16‛ 34 menit 59 detik

6
No Propinsi Ibukota Tinggi Elongasi Lama Bulan
29 Gorontalo Gorontalo 8° 06‛ 9° 09‛ 33 menit 36 detik
30 Sulawesi Utara Manado 8° 04‛ 9° 05‛ 33 menit 30 detik
31 Maluku Ambon 7° 48‛ 8° 58‛ 33 menit 39 detik
32 Maluku Utara Ternate 7° 58‛ 9° 00‛ 33 menit 06 detik
33 Papua Barat Manokwari 7° 44‛ 8° 45‛ 33 menit 18 detik
34 Papua Jayapura 7° 29‛ 8° 31‛ 32 menit 20 detik

Gambar 3.
Peta tinggi hilal di seluruh Indonesia pada saat ghurub 29 Sya’ban 1444 H / 22 Maret 2023 M.

Gambar 4.
Peta elongasi hilal di seluruh Indonesia pada saat ghurub 29 Sya’ban 1444 H / 22 Maret 2023 M.

Dari hasil hisab dapat diketahui bahwa parameter hilal terkecil terjadi di kota Merauke propinsi
Papua (tinggi +7º 15’, elongasi 8º 32’ dan lama hilal 31 menit 42 detik). Sedangkan parameter hilal
terbesar terjadi di kota Lhoknga propinsi Aceh (tinggi +9º 05’, elongasi 10º 08’ dan lama hilal 37 menit
45 detik).

C.   KEPUTUSAN MUKTAMAR KE–34 NAHDLATUL ULAMA TAHUN 2021 DI LAMPUNG

Muktamar ke–34 Nahdlatul Ulama tahun 2021 telah diselenggarakan di propinsi Lampung pada
22–24 Desember 2021 lalu. Dalam forum tertinggi di jamiyyah Nahdlatul Ulama tersebut, Lembaga

7
Falakiyah PBNU mengajukan pertanyaan untuk dibahas dalam Bahtsul Masail terkait posisi ilmu
falak dalam penentuan waktu ibadah. Butir–butir pertanyaannya :
1.   Apakah imkan rukyah menjadi syarat diterimanya kesaksian rukyah hilal?
2.   Ketika menurut penghitungan ilmu falak, hilal berada di bawah ufuk, masihkah rukyah hilal
menjadi sunnah atau fardlu kifayah?
3.   Jika berdasarkan perhitungan ilmu falak, ikmāl mengakibatkan bulan berikutnya hanya berusia
28, dapatkah ilmu falak menafikan ikmāl?
Dalam kajian Bahtsul Masail, ulama berbeda pendapat terkait legalitas penggunaan ilmu falak
dalam penentuan awal bulan Hijriyyah. Perbedaan ini bertolak dari perbedaan dalam memahami
hadis “‫”ﻓﺈﻥن ﻏﻢ ﻋﻠﻴﯿﻜﻢ ﻓﺄﻗﺪﺭرﻭوﺍا ﻟﻪﮫ‬3. Mutharrif bin Abdullah dari generasi Tabi’in, Ibnu Suraij dan Ibnu
Qutaibah berpendapat bahwa makna hadis tersebut adalah jika malam tiga puluh hilal tidak terlihat
karena mendung maka ditetapkan berdasarkan metode falak (ilmu hisab). Mayoritas ulama
berpendapat, jika mendung maka awal bulan ditetapkan dengan menggenapkan bulan sebelumnya
menjadi tiga puluh hari.
Namun demikian sebagian ulama tidak menolak mutlak peran ilmu falak dalam penentuan awal
bulan Hijriyyah. Berikut adalah kasus–kasus di mana sebagian ulama mempertimbangkan hasil
penghitungan ilmu falak dalam menentukan awal bulan Hijriyyah.
Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa hasil penghitungan ilmu falak dapat digunakan
bagi dirinya dan orang lain yang mempercayainya. Imam Abdul Hamid dalam al–Syarwani
menyebutkan bahwa keadaan hilal di atas ufuk menurut hasib dikategorikan ke dalam tiga situasi:
hilal dipastikan telah berada di atas ufuk dan tidak mungkin dilihat, hilal dipastikan di atas ufuk dan
dipastikan dapat dilihat, hilal dipastikan di atas ufuk dan mungkin dilihat. Menurut al–Syarwani
seorang hasib hanya boleh mengamalkan ilmunya ketika hasil penghitungannya menunjukkan
bahwa hilal dipastikan telah berada di atas ufuk dan dipastikan dapat dilihat4.
Kedua, ilmu falak dapat digunakan untuk menafikan rukyah hilal. Menurut al–Subki, jika ada
orang yang bersaksi telah melihat hilal, sementara hisab menunjukkan bahwa hilal tidak mungkin
terlihat, maka kesaksiannya ditolak dengan syarat premis–premis falak yang digunakan bersifat

‫ﺳﻠﱠَﻢ " ﻓﺈﻥن ﻏﻢ ﻋﻠﻴﯿﻜﻢ ﻓﺄﻗﺪﺭرﻭوﺍا ﻟﻪﮫ " ﻓﻘﺎﻝل ﺃأﺣﻤﺪ ﺍاﺑﻦ َﺣْﻨَﺒٍﻞ‬ َ ‫ﷲُ َﻋَﻠْﻴﯿِﻪﮫ َﻭو‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﻒ ﺍاْﻟُﻌَﻠَﻤﺎُء ﻓِﻲ َﻣْﻌَﻨﻰ ﻗَْﻮِﻟِﻪﮫ‬ َ ‫ »َﻭوﺍاْﺧَﺘَﻠ‬3
‫ﻑف ْﺑُﻦ َﻋْﺒِﺪ‬ ُ ‫ﺻَﻴﯿﺎَﻡم َﻟْﻴﯿَﻠِﺔ ﺍاْﻟَﻐْﻴﯿِﻢ َﻭوﻗَﺎَﻝل ُﻣﻄَﱢﺮ‬ ِ ‫ﺐ َﻫﮬﮪھُﺆَﻻِء‬ َ ‫ﺏب َﻭوَﺃأْﻭوَﺟ‬ ِ ‫ﺴَﺤﺎ‬ ‫ﺖ ﺍاﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺿﱢﻴﯿﻘُﻮﺍا َﻟﻪﮫُ َﻭوﻗَﱢﺪُﺭرﻭوﻩهُ َﺗْﺤ‬ َ ُ‫َﻭوﻁطَﺎِﺋَﻔﺔٌ ﻗَِﻠﻴﯿَﻠﺔٌ َﻣْﻌَﻨﺎﻩه‬
‫ﺸﺎﻓِِﻌﱡﻲ‬ ‫ﻚ َﻭوَﺃأﺑُﻮ َﺣِﻨﻴﯿَﻔﺔَ َﻭوﺍاﻟ ﱠ‬ ٌ ‫ﺏب ﺍاْﻟَﻤَﻨﺎِﺯزِﻝل َﻭوﻗَﺎَﻝل َﻣﺎِﻟ‬
ِ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ﺳَﺮْﻳﯾﺞٍ َﻭوﺍاْﺑُﻦ ﻗَُﺘْﻴﯿَﺒﺔَ َﻭوﺁآَﺧُﺮﻭوَﻥن َﻣْﻌَﻨﺎﻩهُ ﻗَﱢﺪُﺭرﻭوﻩهُ ِﺑِﺤ‬ ُ ‫ﺱس ﺍاﺑﻦ‬ ِ ‫ﷲِ َﻭوَﺃأﺑُﻮ ﺍاْﻟَﻌﺒﱠﺎ‬ ‫ﱠ‬
(270 /6) «‫ َﻣْﻌَﻨﺎﻩهُ ﻗَﱢﺪُﺭرﻭوﺍا َﻟﻪﮫُ َﺗَﻤﺎَﻡم ﺍاْﻟَﻌَﺪِﺩد َﺛَﻼِﺛﻴﯿَﻦ َﻳﯾْﻮًﻣﺎ« »ﺍاﻟﻤﺠﻤﻮﻉع ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻬﮭﺬﺏب‬:‫ﻒ‬ ِ ‫ﻒ َﻭوﺍاْﻟَﺨَﻠ‬ ِ ‫ﺴَﻠ‬ ‫َﻭوُﺟْﻤﻬﮭُﻮُﺭر ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﱡ‬
‫ﺼْﻮِﻡم َﻫﮬﮪھْﻞ َﻣَﺤﻠﻪﮫُ ﺇإَﺫذﺍا‬ ‫ﺴﺎِﺑِﻪﮫ ﻓِﻲ ﺍاﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺐ ِﺑِﺤ‬ ْ
ِ ‫ﺳِﺌَﻞ َﻋْﻦ ﺍاﻟُﻤَﺮﱢﺟﺢِ ِﻣْﻦ َﺟَﻮﺍاِﺯز َﻋَﻤِﻞ ﺍاﻟَﺤﺎِﺳ‬ ْ ُ ‫ﺏب ﺍاﻟﱠﺮْﻣِﻠﱢﻲ‬ ِ ‫ﺸﻬﮭَﺎ‬ ‫»َﻭوﻓِﻲ ﻓََﺘﺎَﻭوﻯى ﺍاﻟ ﱢ‬4
‫ﺕت َﺣﺎَﻟﺔً ﻳﯾُْﻘﻄَُﻊ‬ ٍ ‫ﺙث َﺣﺎَﻻ‬ َ ‫ﻄَﻊ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﺃأْﻡم ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوِﺇإْﻥن َﻟْﻢ ﻳﯾَُﺠﱢﻮْﺯز ُﺭرْﺅؤَﻳﯾَﺘﻪﮫُ ﻓَﺈِﱠﻥن َﺃأِﺋﱠﻤَﺘﻬﮭُْﻢ ﻗَْﺪ َﺫذَﻛُﺮﻭوﺍا ِﻟْﻠِﻬﮭَﻼِﻝل َﺛَﻼ‬ ِ ُ‫ﻗ‬
ُ‫ﻓِﻴﯿﻬﮭَﺎ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوِﺑﺎْﻣِﺘَﻨﺎﻉعِ ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوَﺣﺎَﻟﺔً ﻳﯾُْﻘﻄَُﻊ ﻓِﻴﯿﻬﮭَﺎ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوَﺣﺎَﻟﺔً ﻳﯾُْﻘﻄَُﻊ ﻓِﻴﯿﻬﮭَﺎ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩدِﻩه َﻭوﻳﯾَُﺠﱢﻮُﺯزﻭوَﻥن ُﺭرْﺅؤَﻳﯾَﺘﻪﮫ‬
‫ﺙث ﺍاْﻧَﺘﻬﮭَﻰ َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ َﻣَﺤﱡﻞ َﺗﺄَﱡﻣٍﻞ ِﺑﺎﻟﱢﻨْﺴَﺒِﺔ ِﻟْﻠَﺤﺎَﻟِﺔ ﺍاْﻷُﻭوَﻟﻰ َﺑْﻞ َﻭوﺍاﻟﺜﱠﺎِﻟَﺜِﺔ‬ ِ ‫ﺕت ﺍاﻟﺜﱠَﻼ‬ ِ ‫ﺷﺎِﻣٌﻞ ِﻟْﻠَﺤﺎَﻻ‬ َ ‫ﺐ‬ ِ ‫ﺏب ِﺑﺄَﱠﻥن َﻋَﻤَﻞ ﺍاْﻟَﺤﺎِﺳ‬ َ ‫ﻓَﺄََﺟﺎ‬
‫ﻱي ﻗَْﻮﻟُﻪﮫُ ﻡم ﺭر َﻧَﻌْﻢ َﻟﻪﮫُ َﺃأْﻥن‬ ‫ﻱي ِﻋَﺒﺎَﺭرﺓةُ ﺍاﻟﱠﺮِﺷﻴﯿِﺪ ﱢ‬ ‫ﺼِﺮ ﱞ‬ ْ ‫ﺚ َﻧَﻘَﻞ َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍا ْ ِﻹﻓَْﺘﺎَء َﻭوَﺃأﻗَﱠﺮﻩهُ ﺍاﻫﮬﮪھـ َﺑ‬ ُ ‫ﺸﻲ َﺣْﻴﯿ‬ ‫ﺿِﻞ ﺍاْﻟُﻤَﺤ ﱢ‬ ِ ‫ﺐ ِﻣْﻦ ﺍاْﻟَﻔﺎ‬ ُ ‫َﻭوﺍاْﻟَﻌَﺠ‬
‫ﺼﱠﺮٌﺡح ِﺑِﻪﮫ ﻓِﻲ َﻛَﻼِﻡم‬ َ ‫ﺸﻬﮭِْﺮ َﻭوِﺇإْﻥن َﺩدﱠﻝل َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ﺇإْﻣَﻜﺎِﻥن ﺍاﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﻛَﻤﺎ ﻫﮬﮪھَُﻮ ُﻣ‬ ‫ﻱي ﺍاﻟﱠﺪﺍاﱢﻝل َﻋَﻠﻰ ُﻭوُﺟﻮِﺩد ﺍاﻟ ﱠ‬ ْ ‫ﺴﺎِﺑِﻪﮫ ﺇإَﻟْﺦ َﺃأ‬
َ ‫َﻳﯾْﻌَﻤَﻞ ِﺑِﺤ‬
َ ْ
ُ‫ﺸﻬﮭِْﺮ َﻭوَﻳﯾﻠَﺰُﻡم َﻋَﻠْﻴﯿِﻪﮫ ﺃأﻧﱠﻪﮫ‬ ‫ﺼْﻮَﻡم ِﺑﺎﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﻻ ِﺑُﻮُﺟﻮِﺩد ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫ﺐ َﻋَﻠْﻴﯿَﻨﺎ ﺍاﻟ ﱠ‬ َ
َ ‫ﻉع ﺇإﻧﱠَﻤﺎ ﺃأْﻭوَﺟ‬ َ ‫ﺸﺎِﺭر‬ َ
‫َﻭوﺍاِﻟِﺪِﻩه َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ ﻓِﻲ َﻏﺎَﻳﯾِﺔ ﺍا ْ ِﻹْﺷَﻜﺎِﻝل؛ ِﻷﱠﻥن ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﻚ‬ َ ‫ﺏب ﻳﯾَُﻮﺍاﻓِﻘُﻮَﻥن َﻋَﻠﻰ َﺫذِﻟ‬ َ ‫ﺻَﺤﺎ‬ َ ُ َ
ْ ‫ﺖ ُﺩدُﺧﻮِﻟِﻪﮫ َﻭوَﻻ ﺃأﻅظﱡﻦ ﺍاْﻷ‬ ْ
ِ ‫ﻙك ِﻣْﻦ َﻭوﻗ‬ ُ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ﺐ ﺍا ْ ِﻹْﻣ‬ ُ ‫ﺸﻬﮭُْﺮ ﻓِﻲ َﺃأْﺛَﻨﺎِء ﺍاﻟﻨﱠﻬﮭَﺎِﺭر َﺃأﻧﱠﻪﮫُ َﻳﯾِﺠ‬ ‫ﺇإَﺫذﺍا َﺩدَﺧَﻞ ﺍاﻟ ﱠ‬
ُ‫ﻑف َﻣﺎ ﻗَﺎَﻟﻪﮫ‬ ِ ‫ﺼﱢﺮُﺡح ِﺑِﺨَﻼ‬ ْ
َ ُ‫ﺷْﺮﺡحِ َﻭوُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺔ ﺍاﻟِﻬﮭَﻼِﻝل َﻣﺎ ﻳﯾ‬ ْ ْ
َ ‫ﻚ ﻓِﻲ َﻏْﻴﯿِﺮ َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍاﻟَﻤَﺤﱢﻞ ﺍاﻫﮬﮪھـ َﻭوَﻳﯾﺄِﺗﻲ ﻓِﻲ‬ َ ‫ﻄﺖ ﺍاﻟَﻘْﻮَﻝل َﻋَﻠﻰ َﺫذِﻟ‬ْ ْ ‫ﺴ‬ َ ‫َﻭوﻗَْﺪ َﺑ‬
َ
‫ﺼﻪﮫُ ﺃأﱠﻥن‬ ‫ﺸﺎِﻫﮬﮪھِﺪ َﻣﺎ َﻧ ﱡ‬ ‫ﺏب ﺍاﻟ ﱠ‬ِ ‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻛِﺬ‬ ُ ‫ﺴﺎ‬ ْ ‫ﱠ‬
َ ‫ﺏب ﺍاﻟﱠﺮْﻣِﻠﱡﻲ ﻓِﻲ ﺍاْﻷﻭوَﻟﻰ َﻭوﺍاﻟﺜﺎِﻟَﺜِﺔ َﺟِﻤﻴﯿًﻌﺎ َﻭوَﻋْﻦ ﺍاﻟﱢﻨﻬﮭَﺎَﻳﯾِﺔ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﻟْﻮ َﺩدﱠﻝل ﺍاﻟِﺤ‬ ُ ُ ‫ﺸﻬﮭَﺎ‬‫ﺍاﻟ ﱢ‬
‫ﱠ‬ ْ
‫ »ﺗﺤﻔﺔ ﺍاﻟﻤﺤﺘﺎﺝج ﻓﻲ‬.‫ﺏب َﺑْﻞ ﺃأﻟَﻐﺎﻩهُ ِﺑﺎﻟُﻜﱢﻠﻴﯿﱠِﺔ َﻛَﻤﺎ ﺃأﻓَْﺘﻰ ِﺑِﻪﮫ ﺍاﻟَﻮﺍاِﻟُﺪ – َﺭرِﺣَﻤﻪﮫُ ﷲُ َﺗَﻌﺎَﻟﻰ – ﺍاﻫﮬﮪھـ‬ َ ْ ْ َ َ ‫ﺴﺎ‬ ْ
َ ‫ﻉع َﻟْﻢ َﻳﯾْﻌَﺘِﻤْﺪ ﺍاﻟِﺤ‬ َ ‫ﺸﺎِﺭر‬ ‫ﺍاﻟ ﱠ‬
:(373 /3) «‫ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻨﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻮﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺸﺮﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺒﺎﺩدﻱي‬

8
‫‪qath’iy dan ahli falak bersepakat bahwa hilal tidak mungkin di– rukyah5. Pendapat yang sama‬‬
‫‪disampaikan Ibnu Hajar al–Haytami dengan tambahan persyaratan yaitu, hasib yang‬‬
‫‪menginformasikan hal tersebut mencapai bilangan mutawatir6. Terkait persyaratan tawatur, Abu‬‬
‫‪Bakar bin Ahmad al–Hadlrami menyatakan bahwa keberadaan lima ahli falak atau lima kitab ahli‬‬
‫‪falak sudah dikategorikan mutawatir7. Dengan perkataan lain jika lima metode falak sepakat atas‬‬
‫‪ketidakmungkinan rukyah hilal, maka dapat menjadi acuan dalam menafikan kesaksian rukyah hilal.‬‬
‫‪Ketiga, ilmu falak dapat digunakan untuk menafikan ikmāl. Imam Qosim al–Abbadi menjelaskan‬‬
‫‪bahwa jika ada kepastian hilal dapat di–rukyah setelah Matahari terbenam tetapi tidak seorangpun‬‬
‫‪menyaksikan hilal, maka awal bulan dapat ditentukan berdasarkan kepastian tersebut8. Pendapat‬‬
‫‪senada disampaikan Imam Ali al–Ajhuri dari kalangan Malikiyah. Menurutnya, jika empat bulan‬‬
‫‪berturut–turut usia bulan 30 hari, maka bulan kelima harus 29 hari9. Dengan kata lain jika pada bulan‬‬
‫‪kelima tidak seorangpun menyaksikan hilal pada malam 30, maka hari ketiga puluh dari bulan kelima‬‬
‫‪harus ditetapkan sebagai awal bulan keenam.‬‬
‫)‪Dasar yang digunakan ulama dalam kasus–kasus tersebut adalah bahwa metode falak (hisab‬‬
‫‪memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding rukyatul hilal. Imam Qolyubi menjelaskan, jika‬‬
‫‪hasil metode falak qath’iy menunjukkan bahwa hilal tidak mungkin terlihat, maka kesaksian rukyah‬‬
‫‪hilal ditolak. Imam Qolyubi menambahkan bahwa ini adalah hal yang jelas (dhohirun jaliyyun) dan‬‬
‫‪mengingkarinya adalah mu’ānadah dan mukābarah10. Dalam penjelasannya tentang hisab yang‬‬

‫ﻄِﻌﻴﯿﱠٍﺔ َﻭوَﻳﯾُﻜﻮُﻥن ﻓِﻲ‬ ‫ﺕت ﻗَ ْ‬


‫ﻚ ِﺑُﻤَﻘﱠﺪَﻣﺎ ٍ‬ ‫ﻙك َﺫذِﻟ َ‬
‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ﺇإْﻣَﻜﺎِﻥن ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوﻳﯾُْﺪَﺭر ُ‬ ‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ﺻﻮَﺭرﺓةٌ ﺃأُْﺧَﺮﻯى َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ َﺃأْﻥن َﻳﯾُﺪﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬‫‪َ 5‬ﻭوَﻫﮬﮪھﻬﮭَُﻨﺎ ُ‬
‫ﺴﺎ ِﻷَﻧﱠﻪﮫُ َﻳﯾْﺴَﺘِﺤﻴﯿُﻞ ﻓََﻠْﻮ َﺃأْﺧَﺒَﺮَﻧﺎ ِﺑِﻪﮫ ُﻣْﺨِﺒٌﺮ‬ ‫ﺽض ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘَﻨﺎ َﻟﻪﮫُ ِﺣ ًّ‬ ‫ﺲ ﻓَِﻔﻲ َﻫﮬﮪھِﺬِﻩه ﺍاْﻟَﺤﺎَﻟِﺔ َﻻ ﻳﯾُْﻤِﻜُﻦ ﻓَْﺮ ُ‬ ‫ﺸْﻤ ِ‬ ‫ﺏب ِﻣْﻦ ﺍاﻟ ﱠ‬ ‫َﻏﺎَﻳﯾِﺔ ﺍاْﻟﻘُْﺮ ِ‬
‫ﻂ‬‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠ ِ‬
‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠﻂَ ﻓَﺎَﻟﱠِﺬﻱي ﻳﯾُﺘﱠَﺠﻪﮫُ ﻗَﺒُﻮُﻝل َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍاْﻟَﺨَﺒِﺮ َﻭوَﺣْﻤﻠُﻪﮫُ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜِﺬ ِ‬ ‫َﻭوﺍاِﺣٌﺪ َﺃأْﻭو َﺃأْﻛَﺜُﺮ ِﻣﱠﻤْﻦ َﻳﯾْﺤَﺘِﻤُﻞ َﺧَﺒُﺮﻩهُ ﺍاْﻟَﻜِﺬ َ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدَﺓة َﻭوﺍاْﻟَﺨَﺒَﺮ ﻅظَﱢﻨﻴﯿﱠﺎِﻥن‬ ‫ﻄِﻌﱞﻲ َﻭوﺍاﻟ ﱠ‬‫ﺏب ﻗَ ْ‬ ‫ﺷﻬﮭَﺎَﺩدﺗُﻬﮭَُﻤﺎ ِﻷَﱠﻥن ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺴﺎ َ‬ ‫ﺷﺎِﻫﮬﮪھَﺪﺍاِﻥن َﻟْﻢ ﺗُْﻘَﺒْﻞ َ‬ ‫َﻭوَﻟْﻮ َ‬
‫ﺷِﻬﮭَﺪ ِﺑِﻪﮫ َ‬

‫‪» 6‬ﺗﺤﻔﺔ ﺍاﻟﻤﺤﺘﺎﺝج ﻓﻲ ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻨﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻮﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺸﺮﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺒﺎﺩدﻱي« )‪:(382 /3‬‬
‫ﺏب ﺇإْﻥن‬
‫ﺴﺎ َ‬ ‫ﺸﺎِﻫﮬﮪھِﺪ ِﺑﺎﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﻭوَﺍاﻟﱠِﺬﻱي ﻳﯾُﺘﱠَﺠﻪﮫُ ِﻣْﻨﻪﮫُ َﺃأﱠﻥن ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺏب ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻛِﺬ ِ‬ ‫»َﻭوَﻭوﻗََﻊ َﺗَﺮﱡﺩدٌﺩد ِﻟﻬﮭَُﺆَﻻِء َﻭوَﻏْﻴﯿِﺮِﻫﮬﮪھْﻢ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﻟْﻮ َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺴﺎ ُ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدﺓةُ َﻭوِﺇإﱠﻻ ﻓََﻼ َﻭوَﻫﮬﮪھَﺬﺍا َﺃأْﻭوَﻟﻰ‬
‫ﺕت ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﻚ َﻋَﺪَﺩد ﺍاﻟﺘﱠَﻮﺍاﺗُِﺮ ُﺭرﱠﺩد ْ‬ ‫ﻄِﻌﻴﯿﱠﺔٌ َﻭوَﻛﺎَﻥن ﺍاْﻟُﻤْﺨِﺒُﺮﻭوَﻥن ِﻣْﻨﻬﮭُْﻢ ِﺑَﺬِﻟ َ‬ ‫ﻖ َﺃأْﻫﮬﮪھﻠُﻪﮫُ َﻋَﻠﻰ َﺃأﱠﻥن ُﻣَﻘﱢﺪَﻣﺎِﺗِﻪﮫ ﻗَ ْ‬
‫ﺍاﺗﱠَﻔ َ‬
‫ﻄِﻌﱡﻲ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﺳِﺘَﺤﺎَﻟِﺔ ﺍاﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ«‬ ‫ﺏب ﺍاْﻟَﻘ ْ‬ ‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدِﺓة ﺇإَﺫذﺍا َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ َ‬
‫ﺴﺎ ُ‬ ‫ﻕق ﺍاﻟﱡﺴْﺒِﻜّﻲ ﺇإْﻟَﻐﺎَء ﺍاﻟ ﱠ‬‫ﻁطَﻼ ِ‬ ‫ِﻣْﻦ ﺇإ ْ‬
‫‪ 7‬ﻭوﻧﻘﻞ ﺍاﻟﺸﻴﯿﺦ ﺍاﻟﻌﻼﻣﺔ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻗﻄﻨﺔ ﻋﻦ ﺍاﻟﺴﻴﯿﺪ ﺍاﻟﻌﺎﺭرﻑف ﺑﺎ™ ﻋﻠﻮﻯى ﺑﺎﺣﺴﻦ ﺑﺄﻧﻪﮫ ﺇإﻥن ﻭوﺟﺪ ﻓﻰ ﻋﺼﺮ ﺧﻤﺴﺔ‬
‫ﻣﻦ ﺃأﻫﮬﮪھﻞ ﺍاﻟﻔﻠﻚ ﻭوﺍاﺟﺘﻤﻊ ﻛﻼﻣﻬﮭﻢ ﻓﻰ ﺗﺤﺮﻳﯾﺮ ﺗﻠﻚ ﺍاﻟﻤﺴﺌﻠﺔ ﻛﻔﻰ ﻭوﺇإﻥن ﻟﻢ ﻳﯾﻮﺟﺪﻭوﺍا ﻓﻜﺘﺒﻬﮭﻢ ﺗﻐﻨﻰ ﻋﻨﻬﮭﻢ ﻭوﺇإﺫذﺍا ﻭوﺟﺪ‬
‫ﺍاﺟﺘﻤﺎﻉع ﻛﻼﻡم ﺧﻤﺴﺔ ﻓﻰ ﺗﺼﺎﻧﻴﯿﻔﻬﮭﻢ ﻛﺎﻥن ﺫذﻟﻚ ﻣﻦ ﺍاﻟﺨﺒﺮ ﺍاﻟﻤﺘﻮﺍاﺗﺮ‬

‫‪» 8‬ﺗﺤﻔﺔ ﺍاﻟﻤﺤﺘﺎﺝج ﻓﻲ ﺷﺮﺡح ﺍاﻟﻤﻨﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻮﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺸﺮﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺒﺎﺩدﻱي« )‪:(374 /3‬‬
‫ﻉع ﺇإﻧﱠَﻤﺎ َﺃأَﻧﺎﻁطَ ﺍاْﻟُﺤْﻜَﻢ ِﺑﺎﻟﱡﺮْﺅؤَﻳﯾِﺔ‬ ‫ﺏب )ﻗَْﻮﻟُﻪﮫُ؛ ِﻷَﱠﻥن ﺍاﻟ ﱠ‬
‫ﺸﺎِﺭر َ‬ ‫ﺏب ﺇإﻳﯾَﻌﺎ ٌ‬ ‫ﻱي َﺑْﻌَﺪ ﺍاْﻟُﻐُﺮﻭو ِ‬
‫ﻄًﻌﺎ( َﺃأ ْ‬ ‫ﻱي ﺍاْﻟَﻐْﻴﯿِﻢ )َﻟُﺮِﺋَﻲ ﻗَ ْ‬‫»)ﻗَْﻮﻟُﻪﮫُ َﻟْﻮَﻻﻩهُ( َﺃأ ْ‬
‫ﺚ َﻳﯾَﺘﺄَﺗﱠﻰ ُﺭرْﺅؤَﻳﯾﺘُﻪﮫُ َﻟِﻜْﻦ َﻟْﻢ ﻳﯾُﻮَﺟْﺪ ِﺑﺎْﻟِﻔْﻌِﻞ‬ ‫ﻄُﻊ َﻋَﻠﻰ ُﻭوُﺟﻮِﺩدِﻩه َﺑْﻌَﺪ ﺍاْﻟُﻐُﺮﻭو ِ‬
‫ﺏب ِﺑَﺤْﻴﯿ ُ‬ ‫ﺏب ﺇإَﻟْﺦ( َﻳﯾْﻨَﺒِﻐﻲ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﻟْﻮ َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟَﻘ ْ‬‫َﺑْﻌَﺪ ﺍاْﻟُﻐُﺮﻭو ِ‬
‫ﻚ ﻓَْﻠﻴﯿَُﺘﺄَﱠﻣْﻞ ﺳﻢ«‬ ‫َﺃأْﻥن َﻳﯾْﻜِﻔَﻲ َﺫذِﻟ َ‬

‫‪ «9‬ﺍاﻟﺸﺮﺡح ﺍاﻟﻜﺒﻴﯿﺮ ﻟﻠﺸﻴﯿﺦ ﺍاﻟﺪﺭرﺩدﻳﯾﺮ ﻭوﺣﺎﺷﻴﯿﺔ ﺍاﻟﺪﺳﻮﻗﻲ‪» (1/ 509):‬‬


‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜَﻤﺎِﻝل‬
‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن ِﺑَﻤﺎ ﺇإَﺫذﺍا َﻟْﻢ َﺗَﺘَﻮﺍاَﻝل َﺃأْﺭرَﺑَﻌﺔُ َﺃأْﺷﻬﮭٍُﺮ ﻗَْﺒَﻞ َ‬
‫ﻒ ِﺑَﻜَﻤﺎِﻝل َ‬‫ﺼﱢﻨ ِ‬‫«ﻗَﺎَﻝل ﻋﺞ َﻳﯾْﻨَﺒِﻐﻲ َﺃأْﻥن ﻳﯾَُﻘﻴﯿﱠَﺪ ﻗَْﻮُﻝل ﺍاْﻟُﻤ َ‬
‫ﺺ ِﻋْﻨَﺪ‬‫ﺴﺔُ َﺃأْﺷﻬﮭٍُﺮ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜَﻤﺎِﻝل َﻛَﻤﺎ َﻻ َﻳﯾَﺘَﻮﺍاَﻟﻰ َﺃأْﺭرَﺑَﻌﺔٌ َﻋَﻠﻰ ﺍاﻟﻨﱠْﻘ ِ‬ ‫ﺼﺎ؛ ِﻷَﻧﱠﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾَﺘَﻮﺍاَﻟﻰ َﺧْﻤ َ‬ ‫ﺷْﻌَﺒﺎُﻥن َﻧﺎﻗِ ً‬ ‫َﻭوِﺇإﱠﻻ ُﺟِﻌَﻞ َ‬
‫ﻀﺎُﻥن ﺇإﱠﻻ ِﺑَﻜَﻤﺎِﻝل‬
‫ﺖ َﺭرَﻣ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ﻒ َﻭوﺍاﻟُﻤْﻌَﺘَﻤُﺪ ﺃأﻧﱠﻪﮫُ ﺇإَﺫذﺍا ُﻏﱠﻢ َﻟْﻴﯿَﻠﺔُ َﺛَﻼِﺛﻴﯿَﻦ ِﻣْﻦ َ‬
‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن َﻟْﻢ َﻳﯾﺜﺒُ ْ‬ ‫ﺿِﻌﻴﯿ ٌ‬ ‫ُﻣْﻌﻈَِﻢ َﺃأْﻫﮬﮪھِﻞ ﺍاﻟِﻤﻴﯿَﻘﺎ ِ‬
‫ﺕت ﺍاﻫﮬﮪھـ َﻭوَﻫﮬﮪھَﺬﺍا َ‬ ‫ْ‬
‫ﺷْﻌَﺒﺎَﻥن»‬ ‫َ‬

‫‪»10‬ﺣﺎﺷﻴﯿﺘﺎ ﻗﻠﻴﯿﻮﺑﻲ ﻭوﻋﻤﻴﯿﺮﺓة« )‪:(63 /2‬‬

‫‪9‬‬
dapat menafikan kesaksian rukyah, Imam Subki menjelaskan bahwa hisab yang dibangun di atas
premis yang qath’iy juga bersifat qath’iy, sedangkan ikhbar rukyah hilal hanya bersifat dhanni11.
Oleh karena itu jika menurut ilmu falak tidak mungkin di–rukyah, maka melakukan rukyah hilal
tidak menjadi fardlu kifayah atau sunnah. Sebab jika tujuan melakukan rukyah hilal adalah
memastikan terlihatnya hilal, sementara hilal diyakini tidak akan terlihat, maka melakukan rukyah
hilal adalah tindakan sia–sia. Dalam kasus tayammum, jika seseorang yakin tidak air di sekitarnya,
maka ia diperbolehkan tayammum tanpa harus melakukan pencarian air terlebih dahulu12.
Bahkan Syaikh Abdullah bin Abu Bakar al–Khatib, seorang hakim di Tarim Yaman pada abad
11 Hijriyah, melarang rukyah hilal ketika metode falak menunjukkan hilal tidak mungkin terlihat.

‫ﻛﺎﻥن ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻌﺾ ﺍاﻟﻘﻀﺎﺓة ﺑﺘﺮﻳﯾﻢ ﻓﻲ ﺍاﻟﻘﺮﻥن ﺍاﻟﺤﺎﺩدﻯى ﻋﺸﺮ ﺍاﻟﻬﮭﺠﺮﻱي ﻭوﻫﮬﮪھﻮ ﺍاﻟﺸﻴﯿﺦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﺍاﺑﻰ ﺑﻜﺮ ﺍاﻟﺨﻄﻴﯿﺐ‬
(27 :‫ﺃأﻧﻪﮫ ﻳﯾﻤﻨﻊ ﺗﺮﺍاﺋﻰ ﺍاﻟﻬﮭﻼﻝل ﻓﻲ ﺍاﻟﻠﻴﯿﻠﺔ ﺍاﻟﺘﻲ ﻳﯾﺪﻝل ﺍاﻟﺤﺴﺎﺏب ﻋﻠﻰ ﻋﺪﻡم ﺇإﻣﻜﺎﻧﻴﯿﺔ ﺍاﻟﺮﺅؤﻳﯾﺔ ﻓﻴﯿﻬﮭﺎ )ﺣﺴﻦ ﺍاﻟﻤﻘﺎﻝل‬

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut
adalah:
1.   Sebagian ulama berpendapat bahwa imkān rukyah menjadi syarat penerimaan kesaksian
rukyah. Jika sekurang–kurangnya lima metode falak qath’iy yang berbeda menetapkan bahwa
hilal tidak mungkin terlihat, maka ketetapan tersebut menjadi acuan dalam menolak kesaksian
rukyah. Pendapat ini memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dalam penentuan awal bulan
Hijriyah.
2.   Ketika menurut ilmu falak ternyata hilal berada di bawah ufuk, sesuai jawaban pada butir (1) di
atas maka rukyah hilal tidak lagi fardlu kifayah atau sunnah. Sebab tujuan rukyah untuk
memastikan terlihatnya hilal, sedangkan hilal menurut metode falak tidak mungkin terlihat.
4.   Sesuai dengan jawaban pada butir (1) di atas, maka ketika menurut ilmu falak hilal di atas ufuk
dan dipastikan terlihat tetapi tidak seorangpun yang menyaksikan hilal dan ketika bulan berjalan
digenapkan (ikmāl) akan mengakibatkan bulan berikutnya berumur hanya 28 hari, maka ilmu
falak dapat digunakan acuan dalam menafikan ikmal.

D.   KRITERIA IMKAN RUKYAH NAHDLATUL ULAMA DAN HADIDUL BASHAR

Berdasarkan Surat Keputusan Lembaga Falakiyah PBNU nomor 001 / SK / LF–PBNU / III / 2022,
maka telah ditetapkan kriteria imkan rukyah yang baru. Yaitu kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama.
Kriteria itu dinyatakan sebagai: tinggi hilal mar’ie minimal 3 derajat dan elongasi hilal haqiqy minimal
6,4 derajat. Kriteria tersebut memiliki dua fungsi, yaitu :

‫ﻄِﻌﱡﻲ َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم‬ ْ ‫ﺏب ﺍاْﻟَﻘ‬


ُ ‫ﺴﺎ‬َ ‫ ﺇإﻧﱠﻪﮫُ ﺇإَﺫذﺍا َﺩدﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ‬:‫ﻱي‬
‫ َﺑْﻞ ﻗَﺎَﻝل ﺍاْﻟَﻌﱠﻼَﻣﺔُ ﺍاْﻟَﻌﺒﱠﺎِﺩد ﱡ‬،٬ُ‫ﺻﱠﺪﻗَﻪﮫ‬
َ ‫ﺏب ﺍاْﻟُﻤَﻨﱢﺠِﻢ ِﻟَﻨْﻔِﺴِﻪﮫ َﻭوِﻟَﻤْﻦ‬ ُ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫»َﻭوِﻣْﻨﻪﮫُ ِﺣ‬
ُ‫ﺼْﻮُﻡم ِﺣﻴﯿَﻨِﺌٍﺬ َﻭوُﻣَﺨﺎَﻟَﻔﺔ‬ ‫ َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ ﻅظَﺎِﻫﮬﮪھٌﺮ َﺟِﻠﱞﻲ َﻭوَﻻ َﻳﯾُﺠﻮُﺯز ﺍاﻟ ﱠ‬.‫ﺷﻬﮭَﺎَﺩدﺗُﻬﮭُْﻢ ِﺑﻬﮭَﺎ ﺍاْﻧَﺘﻬﮭَﻰ‬ ْ
َ ‫ َﻭوﺗَُﺮﱡﺩد‬،٬‫ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻟْﻢ ﻳﯾُْﻘَﺒْﻞ ﻗَْﻮُﻝل ﺍاﻟَﻌْﺪِﻝل ِﻟُﺮْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ‬
«ٌ‫ﻚ ُﻣَﻌﺎَﻧَﺪﺓةٌ َﻭوُﻣَﻜﺎَﺑَﺮﺓة‬ َ ‫َﺫذِﻟ‬

‫ﻄِﻌﻴﯿﱠٍﺔ َﻭوَﻳﯾُﻜﻮُﻥن‬ْ َ‫ﺕت ﻗ‬


ٍ ‫ﻚ ِﺑُﻤَﻘﱠﺪَﻣﺎ‬ َ ‫ﻙك َﺫذِﻟ‬
ُ ‫ﺏب َﻋَﻠﻰ َﻋَﺪِﻡم ﺇإْﻣَﻜﺎِﻥن ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘِﻪﮫ َﻭوﻳﯾُْﺪَﺭر‬ ُ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ﺻﻮَﺭرﺓةٌ ﺃأُْﺧَﺮﻯى َﻭوﻫﮬﮪھَُﻮ َﺃأْﻥن َﻳﯾُﺪﱠﻝل ﺍاْﻟِﺤ‬ ُ ‫ َﻭوَﻫﮬﮪھﻬﮭَُﻨﺎ‬11
‫ﺴﺎ ِﻷَﻧﱠﻪﮫُ َﻳﯾْﺴَﺘِﺤﻴﯿُﻞ ﻓََﻠْﻮ َﺃأْﺧَﺒَﺮَﻧﺎ ِﺑِﻪﮫ‬ ُ ‫ﺲ ﻓَِﻔﻲ َﻫﮬﮪھِﺬِﻩه ﺍاْﻟَﺤﺎَﻟِﺔ َﻻ ﻳﯾُْﻤِﻜُﻦ ﻓَْﺮ‬
ًّ ‫ﺽض ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺘَﻨﺎ َﻟﻪﮫُ ِﺣ‬ ِ ‫ﺸْﻤ‬ ‫ﺏب ِﻣْﻦ ﺍاﻟ ﱠ‬ِ ‫ﻓِﻲ َﻏﺎَﻳﯾِﺔ ﺍاْﻟﻘُْﺮ‬
‫ﺏب َﺃأْﻭو‬
ِ ‫ﺏب َﺃأْﻭو ﺍاْﻟَﻐَﻠﻂَ ﻓَﺎَﻟﱠِﺬﻱي ﻳﯾُﺘﱠَﺠﻪﮫُ ﻗَﺒُﻮُﻝل َﻫﮬﮪھَﺬﺍا ﺍاْﻟَﺨَﺒِﺮ َﻭوَﺣْﻤﻠُﻪﮫُ َﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟَﻜِﺬ‬ َ ‫ُﻣْﺨِﺒٌﺮ َﻭوﺍاِﺣٌﺪ َﺃأْﻭو َﺃأْﻛَﺜُﺮ ِﻣﱠﻤْﻦ َﻳﯾْﺤَﺘِﻤُﻞ َﺧَﺒُﺮﻩهُ ﺍاْﻟَﻜِﺬ‬
‫ﺸﻬﮭَﺎَﺩدَﺓة َﻭوﺍاْﻟَﺨَﺒَﺮ ﻅظَﱢﻨﻴﯿﱠﺎِﻥن‬
‫ﻄِﻌﱞﻲ َﻭوﺍاﻟ ﱠ‬ ْ َ‫ﺏب ﻗ‬
َ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ﺷﻬﮭَﺎَﺩدﺗُﻬﮭَُﻤﺎ ِﻷَﱠﻥن ﺍاْﻟِﺤ‬
َ ‫ﺷﺎِﻫﮬﮪھَﺪﺍاِﻥن َﻟْﻢ ﺗُْﻘَﺒْﻞ‬ َ ‫ﻂ َﻭوَﻟْﻮ‬
َ ‫ﺷِﻬﮭَﺪ ِﺑِﻪﮫ‬ ِ ‫ﺍاْﻟَﻐَﻠ‬

ُ‫ﺖ ِﻟﺒُْﻌِﺪِﻩه َﻭوَﺃأﻧﱠﻪﮫ‬


ِ ْ‫ﺻﻮَﻟﻪﮫُ ﺇإَﻟْﻴﯿِﻪﮫ ﻓِﻲ ﺍاْﻟَﻮﻗ‬ َ ‫ﻅظِﻢ َﺃأﻧﱠﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾْﻠَﺰُﻣﻪﮫُ ﻁطََﻠﺒُﻪﮫُ ﻓِﻴﯿَﻤﺎ َﺯزﺍاَﺩد َﻋَﻠﻰ َﺫذِﻟ‬
ُ ‫ﻚ َﻭوِﺇإْﻥن َﺗَﻴﯿﻘﱠَﻦ ُﻭو‬ ِ ‫ َﻭوُﻋِﻠَﻢ ِﻣْﻦ َﻛَﻼِﻡم ﺍاﻟﻨﱠﺎ‬12
‫ﺚ‬ٌ ‫َﻟْﻮ َﺗَﻴﯿﻘﱠَﻦ َﻋَﺪَﻣﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾْﻠَﺰُﻣﻪﮫُ ﻁطََﻠﺒُﻪﮫُ؛ ِﻷَﻧﱠﻪﮫُ َﻋَﺒ‬

10
1.   dasar pembentukan Almanak Nahdlatul Ulama, dan
2.   dasar penerimaan laporan rukyah hilal dalam penentuan awal bulan Hijriyyah pada Kalender
Hijriyyah Nahdlatul Ulama.
Terdapat tiga alasan yang melandasi terjadinya pembenahan kriteria imkan rukyah dalam Nahdlatul
Ulama. Yaitu :
1.   Perubahan lingkungan
Pada saat ini lingkungan kita sudah berubah. Kebutuhan akan sumber–sumber energi
menyebabkan terjadinya konsumsi bahan bakar minyak, gas dan batubara secara besar–
besaran dan berkelanjutan sepanjang satu setengah abad terakhir. Pembakaran bahan bakar
tersebut melepaskan milyaran ton gas karbondioksida dan partikulat mikro jelaga ke lingkungan
dalam setiap tahunnya. Menyebabkan polusi udara massif yang dalam wujud cemaran gas
karbondioksida dan partikulat mikro.
Gas karbondioksida bersifat menyekap panas. Akumulasinya di atmosfer menyebabkan panas
yang seharusnya dipancarkan kembali ke angkasa menjadi tersekap. Terjadi pemanasan global
yang berdampak pada perubahan iklim. Untuk negara maritim seperti Indonesia, perubahan iklim
ditandai dengan produksi uap berlebihan yang menyebabkan cuaca ekstrem kian kerap. Bila
dahulu musim di Indonesia didominasi oleh hembusan sistem angin muson antara India dan
Australia, maka pemanasan global menyebabkan Samudera Indonesia (Hindia) dan Samudera
Pasifik menjadi lebih dinamis. Sehingga kedua samudera kini kian kerap mendominasi. Kemarau
yang basah, seperti dialami Indonesia di tahun 2022 M, adalah konsekuensi tak terhindarkan.
Langit yang lebih sering tertutupi mendung dan hujan menyebabkan upaya rukyah menjadi kian
sulit.
Sementara akumulasi partikulat mikro jelaga menyebabkan intensitas cahaya hilal yang
melewati atmosfer menjadi berkurang saat tiba di permukaan Bumi akibat terjadinya hamburan
cahaya. Sehingga nilai kontras dari lengkungan sabit Bulan menjadi kurang mencukupi lagi
untuk diidentifikasi mata manusia maupun sensor elektronik (kamera). Sehingga apa yang
dahulu mudah dilihat, kini menjadi lebih sulit.
2.   Visi internasional.
Faktor berikutnya dari pembenahan terhadap kriteria imkan rukyah adalah visi internasional
Nahdlatul Ulama. Dalam rangka memasuki abad kedua, maka Nahdlatul Ulama kian
menapakkan kaki ke kancah internasional sembari tetap menjaga nilai–nilai dan tradisi dari abad
pertamanya. Kriteria imkan rukyah Nahdlatul Ulama berakar dari kriteria Neo–MABIMS. Yaitu
kriteria yang telah menjadi konsensus bagi ahli–ahli falak di regional Asia Tenggara, khususnya
di negara–negara Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Maka kriteria imkan
rukyah Nahdlatul Ulama merupakan bentuk penghormatan atas konsensus internasional
tersebut.

Mengingat bahwa kriteria imkan rukyah Nahdlatul Ulama baru saja ditetapkan pada awal
Ramadhan 1443 H (April 2022 M) lalu, maka masih perlu upaya–upaya sosialisasi ke tingkat
jamiyyah (struktur) maupun jamaah (akar rumput) Nahdlatul Ulama. Karena itu kepengurusan
Lembaga Falakiyah PBNU masa khidmah 2022–2027 menjadi fase transisi dari kriteria ‘lama’
menuju kriteria ‘baru’.
Dalam fase transisi tersebut, apabila terdapat laporan terlihatnya hilal padahal parameter hilal di
lokasi tersebut masih di bawah kriteria imkan rukyah Nahdlatul Ulama, maka terdapat konsep hadidul
َ ‫)َﺣِﺩدﻳﯾﺩد ُ ﺍاْﻟَﺑ‬. Konsep hadidul bashar mengacu kepada misalnya pendapat dari Imam Ibnu
bashar (‫ﺻِﺭر‬
Hajar al–Haitami13. Dalam konsep ini maka perukyah yang melaporkan terlihatnya hilal meskipun

13

11
parameternya di bawah kriteria merupakan sosok yang dianugerahi kemampuan penglihatan lebih
baik dan lebih tajam ketimbang rata–rata manusia. Sehingga hasil rukyah–nya juga berterima secara
fiqh. Akan tetapi fiqh menetapkan kedudukan hadidul bashar adalah identik dengan hasib. Sehingga
keduanya sama–sama dapat menggunakan hasil kerjanya (hasil rukyah untuk hadidul bashar dan
hasil metode falak untuk hasib) hanya untuk dirinya sendiri dan orang–orang disekitarnya yang
mempercayainya.
Sehingga :
1.   Apabila terdapat perukyah yang melaporkan terlihatnya hilal meskipun masih di bawah kriteria
imkan rukyah Nahdlatul Ulama, maka bersifat hadidul bashar. Hasil rukyah–nya hanya berlaku
bagi sebagian jamaah, yakni perukyah itu sendiri dan orang–orang disekelilingnya yang
mempercayainya.
2.   Jamiyyah Nahdlatul Ulama, baik di tingkat pengurus besar, pengurus wilayah hingga pengurus
cabang beserta segenap jajarannya mengikuti ikhbar Ketua Umum PBNU tentang awal
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri / Idul Adha.

E.   TANYA JAWAB TERKAIT RUKYAH HILAL PENENTUAN AWAL RAMADHAN 1444 H

1.   Sebentar lagi Indonesia akan memasuki Ramadhan 1444 H. Bagaimana sikap Nahdlatul Ulama
dalam penentuan awal Ramadhan kali ini?

Nahdlatul Ulama akan menggelar rukyah hilal (pengamatan hilal) sebagai upaya untuk
menentukan 1 Ramadhan 1444 H. Sesuai Keputusan Muktamar NU ke–30 tahun 1999 di pondok
pesantren Lirboyo Kediri (Jawa Timur) maka rukyah hilal akan digelar di seluruh Indonesia
sebagai satu kesatuan wilayah hukum. Penyelenggaraan dan pengawasan kegiatan rukyah hilal
tersebut dikoordinasikan oleh Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU). Hasil–hasilnya akan
dilaporkan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang selanjutnya akan
menyampaikannya pada forum sidang itsbat Kementerian Agama RI, yang akan digelar secara
hibrid antara dalam–jaringan (online) dan luar–jaringan (offline). Hasil–hasil rukyah hilal dalam
jejaring LFNU sekaligus menjadi landasan bagi ikhbar PBNU.

2.   Mengapa rukyah hilal dilaksanakan?

Ada dua aspek yang mendasarinya. Yang pertama adalah aspek ibadah. Dalam pandangan
Nahdlatul Ulama pelaksanaan rukyah hilal merupakan instrumen wajib guna memastikan kapan
masuk tanggal 1 bulan kalender Hijriyyah menurut ukuran syara'. Jadi tidak hanya untuk
menentukan awal Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Nahdlatul Ulama
menggelar rukyah hilal guna penentuan awal setiap bulan kalender Hijriyyah sepanjang tahun.
Rukyah hilal bagi Nahdlatul Ulama selaras dengan pendapat para ulama salafus shaalih, yakni
hukumnya fardhu kifayah atau bersifat wajib untuk masyarakat (wajib–komunal). Karenanya bila
dalam sebuah negeri tidak ada satupun yang bersedia melaksanakan rukyah hilal, maka
siapapun Muslim yang ada didalamnya akan menyandang dosanya.
Yang kedua adalah aspek kultural. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di
dunia pada saat ini. Survei keberagamaan Muslim di Indonesia tahun 2016 yang digelar lembaga

(‫ﻋَﻠﻰ ﺍاْﻟﻌُُﻣﻭوِﻡم َﻭوَﻫﮬﮪھْﻝل‬ ُ ُ‫ﻅظﺎِﻫﮬﮪھُﺭر ﺃأَﻧﱠﻪﮫُ َﻻ َﻳﯾْﺛﺑ‬


َ ‫ﺕت ِﺑِﻪﮫ‬ ‫ﻏْﻳﯾِﺭرِﻩه َﻓﺎﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺻِﺭر ﺩد ُﻭوَﻥن‬ َ ‫ﺏب ﺇإَﻟْﺦ )َﻟْﻭو َﺭرﺁآﻩهُ َﺣِﺩدﻳﯾﺩد ُ ﺍاْﻟَﺑ‬
ِ ‫َﻗْﻭوﻟُﻪﮫُ ﺃأَْﻭو ُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺔ ﺍاْﻟِﻬﮭَﻼِﻝل َﺑْﻌﺩدَ ﺍاْﻟﻐُُﺭرﻭو‬
‫ﻕق َﺑْﻳﯾَﻧﻪﮫُ َﻭوَﺑْﻳﯾَﻥن ﺍاْﻟُﺟُﻣﻌَِﺔ‬
ُ ‫ﻑف َﻭوﻳﯾَُﻔﱠﺭر‬ٍ ‫ﺻِﺭر ِﺑَﻼ ﺗََﻭوﻗﱡ‬ َ ‫ﺕت ِﺑُﺭرْﺅؤَﻳﯾِﺔ َﺣِﺩدﻳﯾِﺩد ﺍاْﻟَﺑ‬
َ ‫ﻕق َﻧْﻔِﺳِﻪﮫ ﻡم ﺭر َﻭوَﻗﺩدْ ﻳﯾَُﻘﺎُﻝل ﺇإْﻥن َﻛَﻔﻰ ﺍاْﻟِﻌْﻠﻡمُ ِﺑُﻭوُﺟﻭوِﺩدِﻩه ِﺑَﻼ ُﺭرْﺅؤَﻳﯾٍﺔ ﺛََﺑ‬
ِّ ‫ﺕت ِﻓﻲ َﺣ‬ ُ ُ‫َﻳﯾْﺛﺑ‬
َ َ َ ‫ﱠ‬ َ
‫ﻉع َﺣِﺩدﻳﯾِﺩد ﺍاﻟﺳﱠْﻣﻊِ ﺃأَﺣﺩدًﺍا َﺣﺗﻰ ﺍاﻟﺳﱠﺎِﻣَﻊ َﻛَﻣﺎ ﻫﮬﮪھَُﻭو ﻅظﺎِﻫﮬﮪھُﺭر َﻛﻼِﻣِﻬﮭْﻡم َﻭوِﻓﻳﯾِﻪﮫ َﻧﻅظٌﺭر ﺳﻡم‬ ْ َ ُ ً َ ‫ﱠ‬ َ
ِ ‫ﺳَﻣﺎ‬
َ ‫ِﺑَﻧْﺣِﻭو ﺃأﻥن ﻟَﻬﮭﺎ َﺑﺩدَﻻ َﺣْﻳﯾﺙث ﻻ َﻳﯾﻠَﺯزﻡمُ ِﺑ‬

[3/372, ‫ﺗﺣﻔﺔ ﺍاﻟﻣﺣﺗﺎﺝج ﻓﻲ ﺷﺭرﺡح ﺍاﻟﻣﻧﻬﮭﺎﺝج ﻭوﺣﻭوﺍاﺷﻲ ﺍاﻟﺷﺭرﻭوﺍاﻧﻲ ﻭوﺍاﻟﻌﺑﺎﺩدﻱي‬, ‫]ﺍاﺑﻥن ﺣﺟﺭر ﺍاﻟﻬﮭﻳﯾﺗﻣﻲ‬

12
Alvara Research Center dan dipublikasikan Januari 2017 menunjukkan 64 % Muslim Indonesia
mengikuti rukyah hilal dalam penentuan hari besar Islam. Jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2016 adalah 262 juta jiwa dengan 87 % diantaranya Muslim. Maka kuantitas Muslim
Indonesia yang berpedoman pada rukyatul hilal dalam penentuan hari besar Islam setara
dengan 145 juta jiwa. Sebagai pembanding, jumlah Muslim Indonesia yang menjadi warga
Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia hanya berkisar 90 juta orang. Maka tidak elok jika
Nahdlatul Ulama sebagai lembaga keagamaan Islam yang berpedoman pada rukyah hilal tidak
menyelenggarakan kegiatan yang hasilnya jelas akan ditunggu dan akan dipedomani demikian
banyak orang.

3.   Mengapa tidak menggunakan metode lain, misalnya hisab?

Berdasarkan keputusan Muktamar ke–34 tahun 2021, hal demikian dinamakan metode falak.
Nahdlatul Ulama menghormati penggunaan metode falak. Tetapi Nahdlatul Ulama berpedoman
bahwa metode rukyah hilal–lah yang lebih tepat digunakan berdasarkan perspektif fiqh.
Mengingat sandarannya cukup banyak, mulai dari teks hadits Nabi Muhammad SAW hingga
pendapat para ulama salafus shaalih seperti telah dikemukakan di atas. Secara formal
keputusan Nahdlatul Ulama untuk bersandar pada rukyah hilal dapat dilihat misalnya pada hasil
Munas Alim Ulama NU tahun 1983 di Situbondo dan Munas Alim Ulama NU 1987 di Cilacap
serta Muktamar NU ke–27 tahun 1983 di Situbondo, Muktamar NU ke–30 tahun 1999 di Kediri
dan Muktamar NU ke–34 tahun 2021 di Bandar Lampung.
Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, penggunaan metode falak (hitungan numerik–matematik)
untuk menetapkan awal bulan Hijriyyah (terutama untuk menetapkan awal Ramadhan, hari raya
Idul Fitri dan hari raya Idul Adha) adalah tidak cukup jika dilakukan tanpa verifikasi faktual (rukyah
hilal). Sehingga metode falak hanya bermakna sebagai hipotesis verifikatif yang belum konklusif.
Meskipun menjadi piranti untuk menalar–logiskan sebuah benda langit yang kita kenal sebagai
Bulan, namun Bulan itu sendiri memiliki hukum–hukum kehidupannya sendiri yang bisa lepas
dari piranti matematis yang menghitungnya. Dalam sudut pandang ilmiah, metode falak yang
tanpa verifikasi faktual tidak dapat dianggap memenuhi asas berfikir ilmiah yang bersifat siklik.
Dalam kerangka demikian, Nahdlatul Ulama memosisikan metode falak sebagai alat bantu
dalam pelaksanaan rukyah hilal. Rukyah hilal tidak akan bisa diselenggarakan tanpa metode
falak (hisab) yang baik. Untuk itu Nahdlatul Ulama memiliki sistem hisab jama’i (tahqiqy tadqiky
ashri kontemporer), yang memperhitungkan segenap metode falak yang berkembang di tubuh
Nahdlatul Ulama.

4.   Bagaimana dengan pelaporan hasil rukyat dan pengumuman/ikhbar?

Laporan rukyatul hilal dari titik–titik rukyat di lapangan akan disalurkan ke PBNU melalui
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama. Setelah dihimpun maka akan diteruskan ke PBNU. PBNU
akan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan sikap Nahdlatul Ulama dalam forum sidang
itsbat penetapan awal Ramadhan 1444 H yang digelar Kementerian Agama RI. Sekaligus
sebagai bahan bagi ikhbar PBNU tentang 1 Ramadhan 1444 H untuk Nahdliyin se–Indonesia.
Sebagaimana yang sudah berjalan selama empat tahun terakhir, maka pelaporan dari titik–titik
rukyah di lapangan dilaksanakan secara dalam–jaringan (online) melalui telekonferensi.
Telekonferensi dikoordinasikan oleh Lembaga Falakiyah PBNU.

13
F.   LOKASI RUKYATUL HILAL

Guna menjalankan tugas kefalakiyahan penentuan awal Ramadhan 1444 H, maka Lembaga
Falakiyah Nahdlatul Ulama menggelar pengamatan di sejumlah titik. Lokasi titik–titik rukyah hilal
tersebut dinyatakan dalam tautan (link) berikut :

https://s.id/TitikRukyahNU1444

Media Center:
Bp. Ma’rufin Sudibyo (089624772223)
Bp. Hendro Setyanto (0817201714)

14

Anda mungkin juga menyukai