DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
JUMAING 105821106119
FAKULTAS TEKNIK
TA. 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang sudah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran
maupun materinya. Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, saya berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini si pembaca mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Saya sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman saya. Untuk itu saya begitu mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit
yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata
telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Aktivitas rukyat dilakukan pada
saat menjelang terbenamnya Matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi
Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari).
Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki
tanggal 1. Namun, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak
dengan terbenamnya Matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil
terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya
langit" sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud landasan hukum Imaknur Rukyah ?
2. Apa yang dimaksud metode Imaknur Rukyah ?
3. Apa yang dimaksud kriteria rukyah (penetapan awal bulan dengan konsep rukyah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan hukum Imaknur Rukyah
2. Untuk mengetahui metode Imaknur Rukyah
3. Untuk mengetahui kriteria rukyah (penetapan awal bulan dengan konsep rukyah?
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi (bahasa) istilah rukyat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-
ra’a yang berarti melihat dengan mata, maksudnya adalah melihat dengan mata langsung.
Sedangkan kata al- hila>l berarti bulan sabit, yaitu tanggal 2-3 malam dari awal bulan
atau 7-2 malam dari akhir bulan. Sedangkan Ibn Mandzur menjelaskan bahwa yang
disebut hila>l adalah malam tanggal 1, 2, dan 3 pada awal bulan qamariah.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesara-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui”
2. Q.S Al-Baqarah, Ayat 189
“Sesungguhnya bulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sebelum kamu
melihat hila>l (ramadhan). Apabila tertutup atas kalian maka sempurnakanlah
bilangan bulan (sya’ban) tigapuluh hari”15
Kita tahu bahwasanya dua organisasi besar di tanah air menggunakan metode hisab
yang berbeda. Ada yang menggunakan metode hisab wujudul hilal dan ada yang
menggunakan metode hisab imkanur ru’yah. Perbedaannya adalah metode wujudul hilal
menganggap bahwa jika hilal (awal bulan) sudah ada, meskipun tidak nampak atau
terlihat, maka tetap berpuasa keesokan harinya. Sedangkan metode imkanur ru’yah
berpendapat bahwa adanya hilal belum teranggap sampai hilal tersebut dapat dilihat
dengan mata telanjang.
Metode kedua di atas itulah yang digunakan oleh pemerintah kita. Metode itulah
yang ternyata lebih mendekati dalil. Karena dalam dalil disebutkan,
Imkan rukyat merupakan bagian dari metode hisab hakiki yaitu perhitungan
astronomis terhadap posisi Bulan pada sore hari konjungsi (ijtimak). Dalam metode ini,
penanggalan berbasis peredaran bulan disebut memasuki perhitungan baru bila pada sore
hari ke-29 bulan kamariah berjalan saat matahari terbenam, Bulan berada di atas ufuk
dengan ketinggian sedemikian rupa yang memungkinkannya untuk dapat dilihat.
Kelemahan dalam metode ini ialah para ahli tidak sepakat dalam menentukan
berapa ketinggian Bulan di atas ufuk untuk dapat dilihat. Kriteria yang baru dari Menteri
Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menetapkan
sudut ketinggian bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 3 derajat. Sementara di
negara lain seperti Mesir sudut ketinggian hilal minimal 4 derajat, di komunitas Muslim
Amerika minimal 15 derajat. Kriteria-kriteria ini hanya didasarkan pada kesepakatan
belaka bukan alasan astronomis.
Imkanur rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang
ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darusssalam,
Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk
penentuan awal bulan hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah dengan prinsip :
1. Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) bulan di atas cakrawala minimum
2 derajat, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan- Matahari minimum 3 derajat,
atau
2. Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 Jam, dihitung sejak ijtima’.
Meski demikian ada juga yang berfikir bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat
hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal
bulan pada kondisi ini. Hal ini terjadi pada penetapan 1 Syawal 1432 H/2011 M
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang
pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata
telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Aktivitas rukyat dilakukan pada
saat menjelang terbenamnya Matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi
Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah di atas jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenasi pembahasan ilmiah di atas.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/931103915%20bab2.pdf
https://www.ms-aceh.go.id/berita-artikel-galeri/artikel/174-hisab-dan-rukyatul-hilal-oleh-drs-
baidhowihbsh--3110.html
https://www.uin-suska.ac.id/2017/05/29/alquran-dan-kriteria-isbat-ramadan-ade-
jamarudin/#:~:text=Imkanur%20rukyat%20adalah%20mempertimbangkan%20kemungkinan,
hilal%20tidak%20mungkin%20dapat%20dilihat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat