Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AIK

KONSEP IMAKNUR RUKYAH

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

MURNI ATI 105821109419

JUMAING 105821106119

WAHYU RINALDI MAJID 105821103019

AHMAD FADIL 105821108119

ZAKKI MUBARAK 105821100919

ALDY SURYA PUTRA 105821105219

MUH. YUSRIL DERMAWAN 105821111219

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TA. 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang sudah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran
maupun materinya. Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, saya berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini si pembaca mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari.

Saya sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman saya. Untuk itu saya begitu mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 5 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2

A. Landasan Hukum Imkanur Rukyah ...................................................................... 2


B. Metode Imkanur Rukyah ..................................................................................... 3
C. Kriteriah Rukyah (penetapan awal bulan dengankonsep rukyah) .......................... 4

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 6

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit
yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata
telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Aktivitas rukyat dilakukan pada
saat menjelang terbenamnya Matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi
Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari).
Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki
tanggal 1. Namun, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak
dengan terbenamnya Matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil
terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya
langit" sekitarnya.

Konsep Imkanur rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal.


Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan
metode hisab. Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada ketinggian kurang dari
2 derajat hilal tidak mungkin dapat dilihat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud landasan hukum Imaknur Rukyah ?
2. Apa yang dimaksud metode Imaknur Rukyah ?
3. Apa yang dimaksud kriteria rukyah (penetapan awal bulan dengan konsep rukyah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan hukum Imaknur Rukyah
2. Untuk mengetahui metode Imaknur Rukyah
3. Untuk mengetahui kriteria rukyah (penetapan awal bulan dengan konsep rukyah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Imkanur Rukyah

Secara etimologi (bahasa) istilah rukyat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-
ra’a yang berarti melihat dengan mata, maksudnya adalah melihat dengan mata langsung.
Sedangkan kata al- hila>l berarti bulan sabit, yaitu tanggal 2-3 malam dari awal bulan
atau 7-2 malam dari akhir bulan. Sedangkan Ibn Mandzur menjelaskan bahwa yang
disebut hila>l adalah malam tanggal 1, 2, dan 3 pada awal bulan qamariah.

Dasar sitem hukum rukyah :

1. Q.S Yunus, Ayat 5

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesara-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui”
2. Q.S Al-Baqarah, Ayat 189

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah bulan


sabit. Katakanlah,”itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji”.
“janganlah kamu berpuasa sebelum kamu melihat hila>l (ramadhan) dan janganlah
kamu berbuka sebelum kamu melihat hila>l (syawal). Jika tertutup atas kalian maka
perkirakanlah.”

“Sesungguhnya bulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sebelum kamu
melihat hila>l (ramadhan). Apabila tertutup atas kalian maka sempurnakanlah
bilangan bulan (sya’ban) tigapuluh hari”15

B. Metode Imkanur Rukyah

Kita tahu bahwasanya dua organisasi besar di tanah air menggunakan metode hisab
yang berbeda. Ada yang menggunakan metode hisab wujudul hilal dan ada yang
menggunakan metode hisab imkanur ru’yah. Perbedaannya adalah metode wujudul hilal
menganggap bahwa jika hilal (awal bulan) sudah ada, meskipun tidak nampak atau
terlihat, maka tetap berpuasa keesokan harinya. Sedangkan metode imkanur ru’yah
berpendapat bahwa adanya hilal belum teranggap sampai hilal tersebut dapat dilihat
dengan mata telanjang.

Metode kedua di atas itulah yang digunakan oleh pemerintah kita. Metode itulah
yang ternyata lebih mendekati dalil. Karena dalam dalil disebutkan,

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal, maka
berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. ” (HR. Bukhari no. 1906
dan Muslim no. 1080). Dalil ini menunjukkan bahwa hilal harus terlihat dan bukan
sekedar ada untuk menandakan mulai berpuasa. Kalau hilal itu ada namun tidak terlihat,
maka tidak puasa keesokan harinya.

Imkan rukyat merupakan bagian dari metode hisab hakiki yaitu perhitungan
astronomis terhadap posisi Bulan pada sore hari konjungsi (ijtimak). Dalam metode ini,
penanggalan berbasis peredaran bulan disebut memasuki perhitungan baru bila pada sore
hari ke-29 bulan kamariah berjalan saat matahari terbenam, Bulan berada di atas ufuk
dengan ketinggian sedemikian rupa yang memungkinkannya untuk dapat dilihat.

Kelemahan dalam metode ini ialah para ahli tidak sepakat dalam menentukan
berapa ketinggian Bulan di atas ufuk untuk dapat dilihat. Kriteria yang baru dari Menteri
Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menetapkan
sudut ketinggian bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 3 derajat. Sementara di
negara lain seperti Mesir sudut ketinggian hilal minimal 4 derajat, di komunitas Muslim
Amerika minimal 15 derajat. Kriteria-kriteria ini hanya didasarkan pada kesepakatan
belaka bukan alasan astronomis.

C. Kriteriah Rukyah (Penetapan Awal Bulan dengan Konsep Rukyah)

Imkanur rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang
ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darusssalam,
Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk
penentuan awal bulan hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah dengan prinsip :

Awal bulan (kalender) hijriyah terjadi jika :

1. Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) bulan di atas cakrawala minimum
2 derajat, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan- Matahari minimum 3 derajat,
atau
2. Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 Jam, dihitung sejak ijtima’.

Secara bahasa Imkanur-rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan


terlihatnya hilal. Secara praktis, Imkanur-rukyat dimaksudkan untuk menjembatani
methoode rukyat dan methode hisab. Terdapat 3 kemungkinan kondisi :
a. Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat sehingga
malam itu belum masuk bulan baru. Methode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi
ini.
b. Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat pada
ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi
terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk malam itu. Methode Rukyat
dan Hisab dalam kondisi in sepakat.
c. Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat . Kemungkinan besar hilal tidak dapat
dilihat secara Rukyat. Tetapi secara methode hisab hilal sudah di atas
cakrawala/ufuq. Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat, maka awal bulan
telah masuk malam itu. Methode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi in. Tetapi
jika rukyat tidak berhasil melihat hilal maka methode rukyat menggenapkan bulan
menjadi 30 hari sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam kondisi ini
Rukyat dan Hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.

Meski demikian ada juga yang berfikir bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat
hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal
bulan pada kondisi ini. Hal ini terjadi pada penetapan 1 Syawal 1432 H/2011 M
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang
pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata
telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Aktivitas rukyat dilakukan pada
saat menjelang terbenamnya Matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi
Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari).

Konsep Imkanur rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal.


Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan
metode hisab. Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada ketinggian kurang dari
2 derajat hilal tidak mungkin dapat dilihat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah di atas jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenasi pembahasan ilmiah di atas.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/931103915%20bab2.pdf

https://www.ms-aceh.go.id/berita-artikel-galeri/artikel/174-hisab-dan-rukyatul-hilal-oleh-drs-
baidhowihbsh--3110.html

https://www.uin-suska.ac.id/2017/05/29/alquran-dan-kriteria-isbat-ramadan-ade-
jamarudin/#:~:text=Imkanur%20rukyat%20adalah%20mempertimbangkan%20kemungkinan,
hilal%20tidak%20mungkin%20dapat%20dilihat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat

Anda mungkin juga menyukai