Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HISAB (METODE MENENTUKAN MASUKNYA BULAN RAMADHAN)

Disusun untuk memenuhi tugas:


Mata Kuliah: AIK 5

DISUSUN OLEH
Muh. Ilham / 220190086
Syahrul Ramadhan Haidir / 220190102
Ardiansyah Putra Basir / 220190090

KELAS C
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keabsahan Penetapan
Bulan Ramadhan dan Idul Fitri Dengan Metode Hisab” tepat waktu.
Makalah “Keabsahan Penetapan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri Dengan Metode
Hisab” disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah AIK 5 di Universitas
Muhammadiyah Parepare. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen
mata kuliah AIK 5. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Parepare, Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Definisi Hisab............................................................................................................6
B. Metode-metode Hisab................................................................................................7
C. Metode Penentuan Awal Bulan Menggunakan Metode Hisab................................10
D. Dalil-dalil Hisab......................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penentuan awal Ramadhan merupakan persoalan yang menarik untuk dikaji.
Manakala dasar pijakan hukumnya sama, namun dalam dataran implementasinya
sering terjadi perbedaan. Disamping itu walaupun penentuan awal ramadhan, Idul
Fitri (1 syawal), dan Idul Adha (Dzulhijjah) ini merupakan persoalan klasik. Namun,
kiranya selalu muncul actual terutama menjelang awal Ramadhan, Idul Fitri (Syawal),
dan Idul Adha  (Dzulhijjah). Tidak mengherankan saat menjelang Ramadhan sering
terjadi perselisihan dan perbedaan di tengah-tengah masyarakat.
Kaum Muslim di seluruh dunia akan menjalani salah satu rukun Islam yakni
berpuasa di bulan Ramadhan. Namun, penentuan 1 Ramadhan membutuhkan
perhitungan matang dan akurat. Hal itu disebabkan kalender Islam (Qomariyah)
merujuk pada perputaran bulan sedangkan perhitungan kalender masehi, kalender
yang digunakan di Indonesia merujuk pada perputaran matahari (Syamsiyah).
Sebabnya, penentuan 1 Ramadhan harus didahului dengan memastikan apakah bulan
baru telah muncul di ufuk timur atau dalam ajaran Islam disebut (hilal).
Di Indonesia, terdapat dua metode yang dipergunakan dalam penetapan awal
puasa ramadhan. Metode pertama dikenal dengan istilah rukyat. Metode ini
menggunakan pandangan mata, baik tanpa alat maupun dengan alat.Metode kedua
dikenal dengan istilah hisab. Metode hisab menentukan 1 Ramadhan dengan
perhitungan matematika astronomi. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang metode
Hisab.

B. Rumusam Masalah
1. Apa Definisi Hisab?
2. Apa Saja Metode-metode Hisab?
3. Bagaimana Metode Penentuan Awal Bulan Menggunakan Hisab
4. Apa Saja Dalil-dalil Hisab?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas makalah AIK 5
2. Untuk menambah wawasan kepada para pembaca
3. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang definisi hisab,metode-
metode hisab,metode penentuan awal bulan menggunakan hisab,dan dalil-dalil hisab.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Definisi Hisab
Kata hisab yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab al-
hisab. Kata kerja lampau dari kata ini adalah hasiba (hasiba, yahsibu atau yahsabu,
husbanan atau mahsabatan). Dalam bahasa Arab, kata al-hisab ini mengandung
beberapa pengertian, diantaranya: kumpulan orang banyak (al-jam‟u al-kasir), yang
mencukupi (al-kafi) dan hitungan atau perhitungan (al-„addu atau al-muhasabat).
Pengertian yang terakhir ini yang banyak diserap dan digunakan dalam bahasa
Indonesia apabila menyebutkan kata “hisab” (al-hisab).
Berdasarkan pada pengertian menurut bahasa tersebut maka kata al-hisab
menurut istilah, yakni sebagai suatu disiplin ilmu (ilmu al-hisab) diartikan dengan
“ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan”. Kata al-hisab
dalam pengertian ini, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah arithmetic.
Dalam sistem ini dapat memperkirakan awal bulan jauh dari sebelumnya, sebab
tidak tergantung pada munculnya hilal (bulan) pada saat matahari terbenam menjelang
masuk tanggal satu bulan baru. Pada mulanya, hisab digunakan sebagai alat bantu
untuk menentukan posisi hilal, yaitu alat bantu untuk pelaksanaan ru‟ya al-hilal
(sebelum dilakukan ru‟yah al-hilal). Namun dalam perkembangan selanjutnya, hisab
digunakan untuk memperkirakan posisi hilal saat melakukan ru‟yah di ufuq sebelah
barat pada saat matahari terbenam, bahkan hisab dijadikan penentuan awal bulan
secara sistematis ada suatu tahun.
Sistem hisab adalah penentuan awal bulan Qomariyah yang didasarkan kepada
perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi. Sistem ini dapat menetapkan awal
bulan jauh dari sebelumnya, sebab tidak tergantung kepada telihatnya hilal pada saat
matahari terbenam menjelang masuknya tanggal satu. Walaupun sistem ini
diperselisihkan kebolehan penggunaannya dalam menetapkan awal bulan yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan ibadah (awal danakhir puasa Ramadhan), namun
sistem ini adalah mutlak diperlukan dalam menetapkan awal-awal bulan untuk
kepentingan penyusunan kalender.

B. Metode-Metode Hisab

6
1. Hisab Urfi
Metode hisab ini menetapkan satu daur ulang (siklus) 8 tahun. Di dalam kurun
waktu 8 tahun ditetapkan ada tahu kabisah (yaitu tahun ke 2, 4, dan 7) dan 5
tahunBasithah (yaitu tahun ke 1,3,5,6 dan 8). Umur bulan ditetapkan 30 hari untuk
bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan genap.
2. Hisab Istilahi
Metode ini menetapkan satu daur ulang (siklus) 30 tahun. Dalam kurun waktu 30
tahun ini ditetapkan 11 tahun Kabisah (yaitu tahun ke 2,5,7, 10,13,15,18,21,24,26 dan
29) dan 19 tahun Basithah (yaitu tahun ke 1, 3,4,6,8,9,11,16,17,19,20,22,25,28 dan
30)
3. Hisab Haqiqi Bit Taqrib
Metode hisab ini menetapkan awal bulan berdasarkan perhitungan saat terjadinya
ijtima’ bulan dan matahari (konjungsi) serta ketinggian (irtifa’) hilal pada saat
terbenam matahari di akhir bulan yang didasarkan peredaran rata-rata bulan, bumi dan
matahari.
4. Hisab Haqiqi Bit Tahqiq
Metode ini sudah memasukkan unsure azimuth bulan, lintang tempat, kerendahan
ufuk refraksi, semidiameter bulan, parallax dan lain-lain ke dalam proses perhitungan
irtifal hilal.
5. Hisab Hakiki.
Hisab hakiki ini digunakan dalam penentuan awal bulan dalam kalender Hijriyah.
Hisab ini dinamakan hisab hakiki karena penentuan tanggal satu setiap bulannnya
didasarkan kepada peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut sistem ini
umur tiap bulan tidaklah tetap dan juga tidak beraturan, melainkan kadang-kadang
duabulan berturut-turut umurnya 29 hari atau 30 hari, atau kadang-kadang pula
bergantian seperti menurut perhitungan hisab urfi.Dalam praktek perhitungannya,
sistem ini mempergunakan data sebenarnya dari gerakan bulan dan bumi serta
mempergunakan kaidah-kaidah ilmu ukur segitiga 20bola.
Sistem hisab hakiki dianggap lebih sesuai dengan yang dimaksud oleh syara‟
sebab dalam prakteknya sistem ini memperhitungkan kapan hilal akan muncul atau
wujud. Sehingga sistem hisab inilah yang dipergunakan orang dalam menentukan
awal bulan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah.Dilihat dari prkembangan
selanjutnya sistem hisab hakiki dapat dikelompokkan menjaditiga diantaranya yaitu:
a. Hisab hakiki taqribi.

7
Sistem ini mempergunakan data bulan dan matahari berdasarkan data
dan tabel Ulugh Beik dengan proses perhitungan yang sederhana. Hisab ini
hanya dengan cara penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
tanpa mempergunakan ilmu ukur segitiga bola. Metode koreksinya tidak
begitu halus.
Demikian juga metode penentuan tinggi hilal sangat sederhana dengan
cara membagi dua waktu antara waktu ijtima‟ dengan waktu terbenam
matahari.Sebagai konsekuensinya adalah apabila ijma‟ terjadi sebelum
matahari terbenam pasti hilal sudah berada diatas ufuq.
Hisab ini belum memberikan informasi tentang azimuth bulan maupun
matahari dan diperlukan banyak koreksi untuk menetukan dengan akurat
melalui beberapa perhitungan tambahan.
Secara fisik metode ini masih mempergunakan ilmu astronomi
Ptolomeus yang masih menganut prinsip geosentris yang sudah
ditumbangkan oleh Galileo Galilei dan digantikan dengan prinsip heliosentris
oleh Copernicus.Termasuk sistem ini adalah metode hisab dalam kitab
Sullamun Nayyiroin oleh Muhammad Mansur al-Batawi, Al-Qawaidul
Falakiyah oleh Abdul Fattah at-Turky, Jadawilul Falakiyah oleh Qusyairi al-
Pasuruani dan beberapa kitab yang membahas tentang hisab.
b. Hisab hakiki tahqiqi.
Metode ini dicangkok dari kitab Al-Mathal‟us Said Fi Hisabil Kawakib
Ala Rasydil Jadid yang bermuara dari sistem astronomi serta matematika
modern yang secara asal muasal berasal dari hisab astronom-astronom
muslim jaman dulu yang dikembangkan oleh astronom-astronom modern
(Barat) berdasarkan penelitian baru. Inti dari sistem ini adalah menghitung
atau menentukan posisi matahari, bulan dan titik simpul orbit bulan dengan
orbit matahari dalam sistem kooordinat ekliptika. Artinya sistem ini
mempergunakan tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan mempergunakan
perhitungan yang relatif lebih rumit daripada kelompok hisab hakiki taqribi
serta memakai ilmu ukur segitiga bola.
Termasuk sistem ini adalah metode hisab dalam buku Al-Mathla‟us Said
Fi Hisabil Kawakib Ala Rasydil Jadid oleh Syeh Husain Zaid al-Misra, Al-
Manahijul Hamidiyah oleh Syeh Abdul Hamid Mursyi al-Syafi‟i, dan
Munthaha Nataijul Aqwal oleh Muhammad Hasan Asy‟ari al-Pasuruani.

8
c. Hisab haqiqi konteporer
Metode ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan
matematika yang telah dikembangkan. Metodenya sama dengan metode
hisab hakiki tahqiqi hanya saja sistem koreksinya lebih teliti dan kompleks
sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi. Rumus-rumusnya lebih
disederhanakan sehingga untuk menghitungnya dapat digunakan kalkulator
atau komputer.Termasuk kelompok ini adalah metode hisab yang dipakai
dalam New Comb oleh Bidron Hadi yogyakarta, Almanak Nautika yang
dikeluarkan oleh TNI AL Jakarta, Astronomical Tables of Sun, Moon and
Planets oleh Jean Meeus Belgia,Islamic Calender oleh Muhammad Ilyas
Malasyia dan Ephemeris Hisab dan Rukyat oleh Badan Hisab Rukyah
Departemen Agama RI.
Pada dasarnya kriteria yang banyak dipedomani oleh ahli hisab
Indonesia adalah kriteria ijtimak Qabla Ghurub dan kriteria ijtimak danposisi
hilal di atas ufuk. Oleh karena itu, komponen dasar yang perlu dihitung ialah
saat terjadinya ijtimak, saat matahari terbenam dan ketinggian hilal pada saat
matahari. Ketinggian hilal pada saat matahari terbenam digunakan apabila
kriteria yang dipedomani ialah ijtimak dan posisi hilal di atas ufuk,
sedangkan jika kriteria yang dipedomani adalah ijtimak qabla ghurub, maka
cukup dengan menghitung saat terjadinya ijtimak dan saat matahari
terbenam.

C. Metode Penentuan Awal Bulan Menggunakan Hisab


1. Mempunyai  nilai akurasi yang memadai.

9
2. Hasil perhitungannya mempunyai tingkat perbedaan yang relatif dekat dan bisa
ditioleransi.
Dalam rangka itu beberapa faktor utama yang menyangkut data tempat, data
awal, rumus penyelesaian, alat hitung dan contoh prosedur perhitungan perlu
ditetapkan sebagai berikut:
a. Data Tempat
Data tempat (Lintang dan Bujur tempat) berfungsi untuk menentukan
pelaksanaan rukyat. Bila data tempat ini berbeda, maka akan berbeda pula hasil
perhitungan hisab.
b. Data Awal
Data awal ini berfungsi sebagai dasar perhitungan hisab. Bila data awalnya
berbeda, maka akan berbeda pula hasil perhitungan hisab.
c. Rumus Penyelesaian
Rumus dipakai sebagai alat untuk memecahkan masalah. Rumus yang
digunakan adalah rumus-rumus Spherical Trigonometri (Segitiga Bola) dengan
penyelesaian matematis. Rumus ini sudah umum digunakan dikalangan para ahli
astronomi dan prosedurnya lebih sederhana.
d. Alat Hitung
Untuk menyelesaikan perhitungan harus digunakan alat-alat yang menjamin
tingkat keakurasian hasil hisab, misalnya komputer atau kalkulator yang handal.
e. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan hisab yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
penyerasian metode hisab idealnya harus mampu menyerasikan berbagai model
perhitungan yang selama ini lazim dipakai.

D. Dalil-Dalil Hisab
1. Al-Qur’an

10
a. Q.S Al-Baqarah :189
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haj.
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, akan tetapi
kewajiban orang yang brtaqwa. Dan masuklah kerumah –rumah itu dari 30pintu-
pintunya, dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
b. Yunus:26
Artinya:“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercaya,
dan menetapkannya pada manazilah-manazilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya)kepada orang-orang yang mengetahui.”

c. Q.S.Al-Isra :12
Artinya: “Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami
hapuskan tanda malam, dan kami jadikan siang itu terang, agar kamu mencari
karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan
perhitungan. Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.”
603.312.
2. Hadits
“Janganlah kalian berpuasa sebelum melihat hilal dan janganlah kalian
berbuka sebelum melihatnya. Maka jika ia tertutup awan bagimu, maka
perkirakanlah”. (HR. al-Bukhari).
“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya.
Jika tertutup awan maka sempurnakan (bilangan bulan Sya’ban) tiga puluh hari”.
(HR. Muslim)
“Berpuasalah kaliankarena melihat hilal (Ramadhan) dan berbukalah kalian
karena melihat hilal (Syawal). Jika awan menghalangi antara kalian dan hilal,
maka sempurnakanlah bilangan (Sya’ban). Sekali-kali janganlah mendahului
bulan Ramadhan”. (HR. An-Nasai).

Dengan demikian, ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwasannya dalam


membincangkan pada ayat sebelumnya menjelaskan tentang hukum puasa dibulan
Ramadhan. Kemudian dikaitkan didalam ayat ini yang yang membicarakan masalah
hilal (awal bulan). Sebab, puasa dan akhir puasa disertai pula dengan tanda-tanda

11
munculnya hilal. Seperti salah satunya yang dijelaskan dalam hadis yang artinya
berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan berhentilah karena kalian melihat hilal.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Kondisi ummat berubah, perkembangan dan berkemajuann, khususnya astronomi
telah melahirkan metode hisab yang dapat memberikan akurasi perhitungan waktu
yang meyakinkan.
Keterlihatan hilal bukanlah sebab syarat wajib berpuasa atau berbuka.
Keberadaan hilallah yang menjadi sebab keharusan berpuasa atau berbuka. Karena itu
kriteria hisab yang dipilih pun lebih dipilih adalah kriteria wujud al-hilal.
Hisab dasarnyanya Al-Qur‟an, maka selagi ada dalam rujukan utama ini tetap
didahulukan Al-Qur‟an. Mengikuti hisab dengan sendirinya mengikuti Al-Qur‟an.
Semangat Al-Qur‟an adalah “laaraibafihihudlallillmuttaqiin”Atinya Tidak ada
keraguan apa yang diinformasikan dalam Al-Qur‟an bagi orang yang bertakwa. (Q.S
al-Baqarah:2), kalau demikian sudah termasuk patuh pada Allah dan Rasul. Hisab
lebih memberikan kepastian, kapan puasa dan hari raya beberapa tahun ke depan yang
diinginkan sudah bisa diketahui dengan pasti. Hal ini Allah yang memberi jaminan
(Q.S.Yunus:5)

B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

13
http://etheses.uin-malang.ac.id/1930/6/04210104_Bab_2.pdf
http://unizaefah.blogspot.com/2017/04/800x600-normal-0-false-false-false-en.html
MENARAIlmu Vol. XIJilid 1No.76 Juli2017

14

Anda mungkin juga menyukai