Anda di halaman 1dari 3

TUGAS OPINI 1 M1 KB1

ASEP SUPRIYADI – 20603918186001

Bapak/ibu di negara kita pernah terjadi perbedaan pendapat tentang jatuhnya 1 Ramadhan
sekaligus 1 Syawal. Di era abad 21 dengan segala kemudahan informasi kita bisa ketahui
bahwa misalnya Arab Saudi lebih dulu Ramadhan/Syawal dari Indonesia.
Buatlah narasi 1-2 halaman pandangan Bapak/ibu terkait permasalahan ini.
Tugas diupload maksimal 6 Juli 2019 pkl 23.59

Kaum Muslim di seluruh dunia diwajibkan menjalani salah satu rukun Islam yakni
berpuasa di bulan Ramadhan. Namun, penentuan 1 Ramadhan (awal bulan Hijriyah)
membutuhkan perhitungan matang dan akurat. Hal itu disebabkan kalender Islam (Qomariyah)
merujuk pada perputaran bulan. Sedangkan perhitungan kalender masehi, kalender yang
digunakan di Indonesia merujuk pada perputaran matahari (Syamsiyah). Sebabnya, penentuan
1 Ramadhan harus didahului dengan memastikan apakah bulan baru atau hilal telah muncul di
ufuk timur.

Perbedaan pendapat tentang penentuan 1 Ramadhan merupakan masalah klasik yang


selalu kontroversial di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa
untuk menentukan 1 Ramadhan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal
secara langsung atau dengan alat. Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan 1
Ramadhan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa harus
benar-benar mengamati hilal. Mengapa perbedaan pendapat itu terjadi?. Karena keduanya
mengklaim memiliki dasar yang kuat.

Di Indonesia, terdapat dua metode yang dipergunakan dalam penetapan awal bulan
Hijriyah. Pertama, dikenal dengan istilah hisab. Metode hisab menentukan awal bulan dengan
perhitungan matematis/astronomi. Kedua, dikenal dengan istilah rukyat. Metode ini
menggunakan pandangan mata, baik secara langsung maupun dengan alat.

Metode hisab, dalam pengertian yang luas ilmu hisab adalah ilmu pengetahuan yang
membahas seluk beluk perhitungan aritmatika. Dalam pengertian yang sempit, ilmu hisab
adalah sebutan lain dari ilmu Falak, ialah ilmu pengetahuan yang membahas posisi dan lintasan
benda-benda langit, tentang matahari, bulan dan bumi dari segi perhitungan ruang dan waktu.
Metode hisab di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dalam penentuan 1 Ramadhan, Idul
Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Metode ini bukan untuk menentukan
atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak. Tetapi metode hisab dapat dijadikan dasar
penetapan awal bulan Ramadhan sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau belum.

Metode rukyat, adalah metode penentuan awal bulan Hijriyah dengan merukyat atau
mengamati hilal secara langsung. Apabila hilal tidak terlihat atau gagal terlihat, maka bulan
(kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Metode ini, di Indonesia digunakan
oleh Nahdlatul Ulama (NU). Adapun hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu
dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Ramadhan.

Pentingnya kedua hal tersebut, tentu juga bergantung pada pengamatan astronomi dan
tak lepas dari teknologi. Untuk mencapai sebuah penetapan yang akurat, berbagai lembaga
sains-astronomi di Indonesia melakukan pengamatan khusus terkait kemunculan bulan baru
yang menandai hadirnya bulan Qomariah dalam Islam. Di Indonesia, pengamatan hilal ini
dilakukan secara khusus oleh beberapa lembaga, antara lain BMKG, LAPAN, Planetarium,
serta Observatorium Bosscha.

Dengan kemajuan teknologi dan informasi yang sangat cepat, kita bisa mengetahui atau
melihat informasi tersebut secara live di televisi atau streaming pada jaringan internet. Kita
juga bisa mengetahui negara-negara lain dalam menentukan penetapan awal bulan Hijriyah
seperti di Arab Saudi. Di tahun 1440 Hijriyah ini, ada perbedaan dalam penentuan 1 Syawal di
Indonesia dengan di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi menetapkan 1 Syawal jatuh pada
tanggal 04 Juni 2019, sedangkan di Indonesia penetapannya jatuh pada tanggal 05 Juni 2019.
Dalam penanggalan Masehi, waktu Indonesia lebih cepat dibandingkan Arab Saudi karena
posisi Indonesia yang berada di timur Arab Saudi. Sedangkan dalam penanggalan Hijriyah,
waktu di Indonesia belum tentu lebih dulu dibanding Arab Saudi. Kondisi ini disebabkan
karena garis awal bulan selalu berubah setiap bulannya dan bentuknya miring, sehingga
ketinggian hilal bisa saja berbeda antar satu tempat dengan tempat lainnya.

Di era abad 21, dengan segala kemajuan teknologi dan informasi seharusnya bisa
menjembatani setiap perbedaan pendapat pada penetapan awal bulan Hijriyah. Meski selalu
ada perbedaan dalam penetapan awal bulan Hijriyah, kita sebagai pendidik harus tetap menjaga
kebersamaan dan menjadikan perbedaan sebagai rahmat, saling menghargai dan menghormati.
Kalaupun ada perbedaan di antara kita, tetap menjaga kebersamaan. Kita saling tolong
menolong pada perkara yang kita sepakati, dan saling toleran pada apa yang kita perselisihan.

Anda mungkin juga menyukai