Anda di halaman 1dari 6

RESUME BAB VII danVIII

RUKYATUL HILAL DAN HISAB


KALENDER MASEHI, HIJRIAH DAN PENENTUAN ARAH KIBLAT
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Perbintangan Bumi dan Antariksa)
Dosen Pengampu : Adam Malik, M.Pd
Rena Denya Agustina, M.Si

oleh :
1142070038 Linda
1142070039 Lyra Halimatun Sa’diyah
1142070040 M. Ripki Rinaldi
1132070041 Mey Farida
Kelompok/Semester/Kelas:12 /VI/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN P.MIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
RUKYATUL HILAL DAN HISAB

A. Pengertian Rukyat, Hilal dan Hisab


Rukyat berasal dari bahasa arab arrokyun yang artinya melihat secara visual dengan
mata kepala sendiri. Bila mengacu pada Al-Qur’an, kata rukyat dapat berarti melihat
secara kognitif yaitu dengan kesadaran nalar dan ilmu pengetahuan.

Hilal didefinisikan sebagai sinar bulan pertama, yaitu bulan sabit khusus dimalam
pertama atau kedua pada suatu bulan. Oleh sebab itu rukyat dan hilal itu sangat
keterkaitan yaitu melihat awal bulan sabit pada suatu bulan.

B. Proses Melihat Hilal


1. Wujudul Hilal, adalah kriteria penentuan awal bulan Hijrih dengan menggunakan dua
prinsip:
 Ijtima’(konjungsi) sudah terjadi sebelum matahari terbenam
 Bulan terbenam setelah matahari terbenam tanpa melihat besar sudut
ketinggian bulan.
2. Imkanur Rukyat, yaitu penentuan awal bulan hijriah yang ditentukan berdasarkan
musyawarah menteri agama MABIMS,dengan prinsip:
 Awal bulan terjadi saat matahari terbenam
 Ketinggian bulan diatas cakrawala minimum 2’’
 Sudut elongasi jarak lengkung bulan-matahari minimal 3’’
 Saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak

3. Rukyat Global

Rukyat global adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang
menganut prinsip bahwa jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk
seleuruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah baru) meski
yang lain mungkin belum melihatnya.1

C. Teknik Hisab
Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu hasil hisab adalah
penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam

1
Adam Malik,IPBA,UIN SGD Bandung,2017,hlm.124
posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada
saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi.
Dalam hisab sedikitnya ada empat aliran, yakni Hisab Urfi, Hisab Haqiqi, Hisab Lokal.
Dan Hisab global.
A. Hisab Urfi
Hisab Urfi sering dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab. Teknik hisab ini
dengan cara melakukan perhitungan rata-rata waktu yang diperlukan oleh bulan
untuk mengorbit bumi. Perhitungan hisab urfi adalah berdasarkan perhitungan
tradisional bahwa bulan mengelilingi bumi selama 354 hari2
B. Hisab Haqiqi
Hisab haqiqi adalah perhitungan hisab berdasarkan perhitungan matematik dan
astronomis namun tingkat perhitungannya bermacam-macam dari yang masih
berupa pendekatan-pendekatan kasar sampai yang sangat teliti. Dari yang hanya
menggunakan tabel-tabel dan hitungan-hitungan interpolaris dan ekstrapolaris
sederhana, sampai perhitungan yang kompleks dengan bantuan komputer
berdasarkan perhitungan trigonometri bola.
C. Hisab Lokal
Hisab local yaitu menghitung posisi bulan (dinyatakan dalam satuan derajat) u
magrib pada suatu daerah pengamatan. Hasil perhitungan lokal minimal ini berupa
beda azimuth (sepanjang horizon) posisi bulan/hilal dari titik terbenam matahari
dan ketinggian bulan.
D. Hisab Global
Hisab Global yaitu menghitung posisi hilal di seluruh dunia sehingga
menghasilkan peta garis tanggal qamariyah yang analog dengan garis tanggal.

D. Kesalahan Perhitungan Hisab


Perhitungan hisab dapat dilakukan dengan menggunakan matematika, astronomi,
tangan, kalkulator, dan komputer pribadi. Kekeliruan utama perhitungan hisab terletak
pada kesalahan objektif. Di dalam proses perhitungan hisab ada tiga macam sumber
kesalahan dalam memasukkan informasi yang harus kita proses yaitu:
1. Kesalahan acak (random error)

2
Adam Malik,IPBA,UIN SGD Bandung,2017,hlm.125
Kesalahan random bersifat acak dan biasanya kecil dibandingkan dengan standar
yang berlaku umum di masyarakat dan tidak menimbulkan kerugian yang terlalu
besar bagi masyarakat.
2. Kesalahan besar (gross error)
Kesalahan besar ini harus dihindari dalam proses mengumpulkan data dan
informasi, kesalahan besar tidak memiliki pola dan tidak dapat diramalkan.
3. Kesalahan sistematik
Kesalahan sistematik harus dihindarkan sebelum proses pengumpulan data dan
informasi agar tidak menghasilkan keputusan yang salah meskipun kesalahan
sistematik ini lebih kecil daripada kesalahan besar.3

KALENDER MASEHI, HIJRIYAH, DAN PENENTUAN ARAH KIBLAT

A. Sistem Kalender Masehi


Sistem kalender masehi didasarkan pada kelahiran Jesus Kristus bagi umat Kristiani,
atau Nabi Isa A.S. bagi umat Islam. Tujuan awal dari kalender masehi ini adalah
diperuntukkan bagi kegiatan kerohanian dan ritual gereja Katolik Roma dan gereja
Protestan.
Ada beberapa nama lain dari sistem kaelnder ini, diantaranya:
1. Common Era (C.E), yaitu sistem penanggalan “era umum” lebih lazim digunakan di
kalangan akademisi.
2. Anno Domini (A.D), tidak ada perbedaan berarti ketika dibandingkan dengan C.E.
hanya masalah penggunaan istilah saja
3. Gregorian Calendar, merupakan adopsi dari sistem kalender Julian.4

B. Sistem Kalender Hijriyah


Penentuan permulaan hari menurut sistem Kalender Hijriyah berbeda dengan yang
ada pada sistem Kalender Masehi. Berdasarkan pada sistem penanggalan yang dahulu ada
sebelum islam dan lazim digunakan di daerah Arab, awal suatu hari dalam kalender
Hijriyah adalah ketika Matahari terbenam, maka hari itu adalah hari baru untuk tempat
tersebut.

3
Adam Malik,IPBA,UIN SGD Bandung,2017,hlm.128
4
Ibid,hlm.130
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata siklus fase bulan (Qomariyah)
dari bulan baru, bulan sabit, bulan purnama, sabit kembali, lalu bulan mati. Kalender
Hijriyah juga mempunyai 12 bulan dalam setahun, maka bilangan hari dalam satu
tahunnya adalah (12 x 29, 53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1
tahun Kalender Hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding 1 tahun Kalender Masehi.

C. Penentuan Arah Kiblat


Kiblat berasal dari bahasa Arab al-qiblah. Disebutkan sebanyak tujuh kali dalam Al-
Quran. Diambil dari kata qabala-yaqbulu yang artinya arah. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai arah ke Ka’bah di Mekah (pada waktu solat). Dalam ilmu Falak,
kibkat adalah arah terdekat menuju Ka’bah melalui great circle pada waktu mengerjakan
ibadah solat.

1. Geometri arah kiblat

(http://www.edukaislam.com/2016/06/perbedaan-hisab-dan-rukyat-html)

Bola (sphere) adalah benda tiga dimensi yang unik, dimana jarak antara setiap titik di
permukaan bola dengan titik pusatnya selalu sama. Permukaan bola itu berdimensi dua.
Karena bumi sangat mirip dengan bola, maka cara menentukan arah dari satu tempat
(misalnya masjid) ke tempat lain (misalnya Ka’bah) dapat dilakukan dengan
mengandaikan bumi seperti bola. Posisi di permukaan bumi seperti posisi di permukaan
bola. Lingkaran besar (great circle) adalah irisan bola yang melewati titik pusat O.5

5
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2007,hlm.85
2. Cara Mengukur Arah Kiblat
Pada saat ini metode yang sering digunakan dalam pengukuran arah kiblat ada
tiga macam, yakni :
a. Memanfaatkan bayang-bayang Kiblat
b. Memanfaatkan arah Utara (true north)
c. Mengamati / memperhatikan ketika matahari tepat berada diatas Ka’bah

3. Langkah-langkah Penentuan Arah Kiblat


1) Metode perhitungan
Rumus cosinus arah / azimut kiblat
𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑏. sin 𝑎
𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑏 = − cos 𝑎. 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑐
sin 𝑐
Keterangan :
B atau Q : Arah Kiblat suatu tempat
a : 900 – Lintang tempat
b : 900 – Lintang makkah
c : Jarak Bujur, yakni jarak antara bujur tempat dengan bujur Ka’bah
Lintang Mekah (ϕ ) = 21o 25’ LU
Bujur Mekah (λ) = 39o 50 BT

2) Lintang bujur dan Tempat


Untuk mengetahui letak koordinat lintang dan bujur biasanya menggunakan
Berpedoman pada almanak, atlas dan buku-buku falak, GPS (Globe Positioning
System) atau software Astronomi, Google earth, encarta, mother earth dll. 6

REFERENSI
Malik, Adam. 2017. Ilmu Pengetahuan Bumi Antariksa. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati
Saksono,Tono.2007. Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Ismail, Syuhudi, Drs. 1993. Ilmu Falak (Diktat). IAIN Alaudin Makassar : Fak.Syari’ah

6
Drs. Syuhudi Ismail,1993, Ilmu Falak (Diktat), IAIN Alaudin Makassar,1993,hlm.83

Anda mungkin juga menyukai