Anda di halaman 1dari 7

KONSEP BULAN DALAM AL-QURAN DAN RELEVANSINYA

TERHADAP PENANGGALAN KALENDER HIJRIAH


(Kajian Tematik dengan Pendekatan Ilmu Astronomi)

SINOPSIS

Disusun untuk Mengajukan Judul Penelitian

DISUSUN OLEH:

ANNISA FITRI
NIM. 11830221026

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2021
A. Latar Belakang
Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang fenomena alam semesta dan
ciptaan- Nya yang bisa dilihat dengan mata kepala seperti kejadian siang dan
malam, matahari, bulan, dan planet-planet. Meskipun demikian, informasi
tentang penciptaan alam semesta dalam al-Qur’an tidak tersusun secara
sistematis seperti yang dikenal dalam buku ilmiah. Masalah ini tidak
terhimpun pada satu kesatuan, tetapi diungkapkan dalam berbagai ayat yang
tergelar dalam beberapa surat al-Qur’an.
Penciptaan langit dan bumi serta fenomena alam didalamnya tidak ada
yang sia- sia; pasti ada fungsi dan manfaat yang bisa diambil darinya.
Sebagaimana firman Allah,

َ ۚ ‫ني َواحْلِ َس ا‬ِ ِّ ‫الش مس ِض ياء والْ َقم ر نُورا وقَدَّره منَ ا ِز َل لَِتعلَم وا ع َدد‬ ِ
‫ب َم ا‬ َ ‫الس ن‬ َ َ ُْ َ ُ َ َ ً َ َ َ ً َ َ ْ َّ ‫ُه َو الَّذي َج َع َل‬
]5-5:‫) [ يونس‬٥ ( ‫ات لَِق ْوٍم َي ْعلَ ُمو َن‬ ِ ‫صل اآْل ي‬
َ ُ ِّ ‫ق يُ َف‬ ِّ ۚ َ‫ك إِاَّل بِاحْل‬ ِ
َ ‫َخلَ َق اللَّهُ ٰذَل‬
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya,
dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu
mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui.”

Orbit dalam ayat ini disebut dengan manzilah, merupakan jalur yang
yang dilalui oleh suatu objek lainnya karena pengaruh gaya grafitasi. dalam
penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Ulil albab yang diterjemahkan
sebagai orang-orang berakal memiliki dua ciri utama yakni dzikir dan pikir.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, melalui surat Ali Imran ayat
190, Allah SWT mengarahkan hamba-Nya untuk merenungkan alam, langit,
dan bumi. Dia mengarahkan agar hamba-Nya mempergunakan pikirannya dan
memperhatikan pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu penuh
dengan tanda-tanda kebesaran Allah.
2

Di antara fenomena alam tersebut adalah Benda-benda langit yang


dapat diamati dari Bumi, baik yang nampak pada siang maupun malam hari,
seluruhnya bergerak secara teratur dari arah timur ke barat. Setiap benda langit
1
tersebut terbit dan tenggelam pada posisi tertentu di Bumi, di mana posisi
terbit dan tenggelamnya kemudian berubah ke arah tertentu secara gradual dan
kembali lagi ke posisi semula pada waktu tertentu. Seolah-olah semua benda
langit tersebut, termasuk Matahari dan Bulan, beredar mengelilingi Bumi.1
Matahari merupakan pusat peredaran benda-benda langit di dalam tata
surya kita. Planet Bumi selain berputar pada porosnya, bersama dengan Bulan
bergerak mengitari Matahari melalui lintasan khayal berbentuk ellips,
sebagaimana yang dijelaskan dalam hukum Kepler. Sedangkan Bulan pada
saat yang bersamaan berputar pada porosnya sembari mengitari Bumi.
Pergerakan-pergerakan tersebut ketika diamati dari Bumi terlihat sebagai
pergerakan yang bersifat semu. Gerak semu inilah yang sejak lama telah
banyak dimanfaatkan oleh manusia khususnya dalam perhitungan waktu.2
Sedangkan bulan adalah satelit bumi tetapi bulan berotasi seperti planet
lainnya di sistem tata surya. Bulan berputar pada orbitnya sehingga kita akan
selalu melihat sisi bulan yang sama sesuai dengan fasenya. Pergerakan ini
disebut dengan Rotasi bulan. Rotasi bulan pada orbitnya terjadi sekali selama
27 hari tetapi untuk berganti bulan baru membutuhkan waktu selama 29,5 hari.
Bulan berotasi dari barat ke timur. Dan bulan juga bergerak mengelilingi bumi
dalam orbit yang berbentuk elips, hal ini dinamakan dengan revolusi bulan.
Pergerakan inilah yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk bulan di
setiap fasenya, seperti bulan baru, bulan sabit, bulan separuh, dan bulan
purnama. Fase-fase bulan ini dipengaruhi oleh seberapa luas permukaan bulan
yang nampak dari bumi.3
Pada awalnya manusia menganggap bahwa peristiwa pergerakan benda
langit tersebut merupakan sesuatu yang magis. Meski demikian, manusia telah

1
Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiah/Masehi, (Bandung: Penerbit ITB, 2001)
Hlm. 4-5
2
Ibid,.
3
Ibid,.
3

lama memanfaatkan peristiwa tersebut untuk urusan hidup mereka khususnya


sebagai penanda waktu untuk memulai pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Seperti salah satu kebutuhan manusia dalam hidup bermasyarakat
adalah sistem penanggalan atau kalender. Penanggalan ini tiada lain adalah
sistem satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwa-
peristiwa penting, baik mengenai kehidupan manusia itu sendiri atau kejadian
alam di lingkungan sekitarnya. Untuk memudahkan manusia dalam mengingat
sebuah peristiwa maka lahirlah penanggalan yang bersumber dari peredaran
matahari yakni penanggalan matahari yang biasa disebut dengan istilah
kalender masehi.
Penanggalan matahari adalah penanggalan berdasarkan peredaran rata-
rata bumi mengelilingi matahari. Penanggalan berdasarkan matahari terhitung
sebagai penanggalan yang paling banyak digunakan di dunia hingga saat ini.
Hal ini antara lain disebabkan: (1) tetapnya panjang (masa) tahunnya, (2)
keterkaitan dan ketetapannya dengan fenomena alam khususnya perubahan
musim dan pertanian. Di antara jenis-jenis kalender sistem matahari yang
pernah eksis adalah: Kalender Mesir Kuno, Kalender Romawi Kuno, Kalender
Julian, Kalender Gregorius, Kalender Suriah, Kalender Julian, Kalender
Gregorius, Kalender Suriah, dan lain-lain.4
Akan tetapi yang menjadi fokus penulis adalah tentang penanggalan
yang bersumber dari peredaran bulan mengelilingi orbitnya yakni penanggalan
bulan yang juga disebut kalender Hijriyah (oleh bangsa Arab). Penanggalan
bulan ini dimulai dari terbenamnya matahari yang ditandai dengan hilal atau
bulan sabit. Penanggalan ini menjadi acuan ummat Islam dalam menentukan
waktu-waktu tertentu dalam kepentingan beribadah. Seperti mengawali dan
mengakhiri puasa wajib ramadhan, ibadah haji, dan puasa sunnah ayyamul
bidh pada pertengahan bulan.5 Maha Suci Allah, jauh sebelum para peneliti

4
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori dan Praktik, (Medan:
LPPM UISU, 2016), hlm. 20-21.
5
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi al-Quran yang Terlupakan, (Bandung:
Penerbit Mizan, 2015), hlm. 260.
4

mengungkapkan hal ini, Allah sudah lebih dulu menjelaskan dalam Kalam-
Nya, Al-Quranul karim pada surah Al-Baqarah ayat 189 sebagai berikut:
        
       
      
      
 
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit.
Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan
(ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah
dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang
bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

Dari fakta-fakta inilah, yang menggugah hati penulis untuk melakukan


penelitian lebih dalam mengenai penjelasan tentang apa hakikat bulan dalam
al- Quran dan relevansinya terhadap penanggalan kalender hijriyah. Maka
Penulis menuangkan penelitian ini ke dalam sebuah judul yaitu: “Konsep
Bulan dalam al-Quran dan Relevansinya terhadap Penanggalan
Kalender Hijriyah Perspektif Muhammadiyah (Sebuah Kajian Tematik
dengan Pendekatan Ilmu Astronomi)”

B. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ingin dibahas, maka perlu
adanya batasan masalah, agar pembahasan yang dilakukan lebih terarah dan
tidak keluar dari apa yang menjadi uraian penelitian, maka pada batasan
masalah penelitian ini penulis hanya fokus kepada ayat al-Quran yang
menyinggung ‘bulan’ didalamnya menurut Muhammadiyah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu:
1. Apa saja term bulan di dalam al-Quran?
2. Bagaimana anilisis Muhammadiyyah terhadap term bulan dalam al-Quran?
5

3. Bagaimana relevansi antara term bulan dan penanggalan kalender


hijriyah perspektif Muhammadiyyah?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


E. Tujuan Penelitian
Secara umum, tulisan penulisan ini ialah menambah wawasan
kepada penulis dan pembaca. Untuk mengetahui tentang konsep bulan
dalam al-Quran. Sedangkan secara khusus penelitian ini ditujukan untuk :
a. Untuk mengetahui apa saja term yang digunakan untuk
menggambarkan bulan di dalam al-Quran
b. Untuk mengetahui analisis mufassirin terhadap term yang digunakan
untuk menggambarkan bulan di dalam al-Quran
c. Untuk mengetahui bagaimana relevansi antara bulan dan penanggalan
kalender hijriyah menurut mufassirin.
F. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi pemikiran
dalam memperkaya khazanah keilmuan umat islam
b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan lebih
tentang bagaimana analisis para mufassir mengenai relevansi antara
bulan dan penanggalan kalender hijriyah dalam al-Quran.
c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan bacaan atau bahan
rujukan atau referensi bagi mahasiswa, dan masyarakat pada
umumnya.
d. Hasil penelitian ini diharapkan lebih mendekatkan kita semua kepada
Sang Pencipta melalui interaksi dengan Kalam-Nya, yaitu al-Quran al-
Karim.
6

DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwanto, Agus. 2015. Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Quran yang


Terlupakan. Bandung: penerbit Mizan.

Raharto, Moedji. 2001. Sistem Penanggalan Syamsiah/Masehi. Bandung:


Penerbit ITB.

Rakhmadi, Arwin Juli. 2016. Pengantar Ilmu Falak Teori dan Praktik.
Medan: LPPM UISU.

Anda mungkin juga menyukai