Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AIK VI

ILMU FALAK DAN ARAH KIBLAT

Disusun oleh :

NURHIDAYAT

105 365 199 15

2015 G

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017

ILMU FALAK
A. Defenisi Ilmu Falak

Menurut bahasa kata falak berasal dari bahasa Arab (‫ )ﻓﻠﻚ‬yang


mempunyai persamaan dengan kata Madar yang dalam bahasa Inggris
disebut ”Orbit” atau “lintasan benda-benda langit (madar al-nujum)” yang
bisa diartikan sebagai lingkaran langit atau cakrawala.

Dengan demikian ilmu falak didefinisikan sebagai ilmu yang


mempelajari tentang lintasan benda-benda langit, diantaranya bumi, bulan
dan matahari. Benda-benda langit tersebut berjalan sesuai orbitnya masing-
masing. Dengan orbit tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi
benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya.

Kata Falak juga disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak dua kali, yakni Q.
S. Anbiya’: 33 yang berbunyi:

ّ ‫وهو الّذى خلق الليل والنّهار وال‬


‫شمس والقمر ك ّل فى فلك يسبحون‬
“Dan dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan,
masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”.
Dan Q. S. Yaasin: 40 yang berbunyi:

‫شمس ينبغى لها أن تدرك القمر وال الليل سابق النّهار وك ّل فى فلك‬
ّ ‫ال ال‬
‫يسبحون‬
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”.
Dari kedua ayat di atas jelas bahwa kata Falak secara etimologis
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Al-Qur’an dan terjemahan
Departemen Agama) dengan kata garis edar atau orbit.
Ilmu falak dikalangan umat islam juga dikenal dengan sebutan ilmu hisab,
sebab kegiatan yang paling menonjol pada ilmu tersebut adalah melakukan
perhitungan-perhitungan. Dalam al-Qur’an kata hisab banyak digunakan
untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab)dimana Allah akan
memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia dengan
adil. Kata hisab dalam al-Qur’an muncul sebanyak 37 kali yang semuanya
berarti perhitungan dan tidak memiliki arti yang bertentangan.[1]
Sedangkan secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa rumusan,
antara lain:

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia; Mengartikan bahwa ”Ilmu Falak”


adalah ilmu pengetahuan mengenai keadaan (peredaran, perhitungan
dan sebagainya) bintang-bintang.
2. Ensiklopedi Islam; Merumuskan pengertian Ilmu Falak sebagai Ilmu
yang mempelajari benda-benda langit; matahari, bulan, bintang, dan
planet-planetnya.
3. Ensiklopedi hukum Islam; menjelaskan pengertian ilmu falak sebagai
Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, tentang
fisiknya, geraknya, ukurannya, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya.
4. Sedangkan menurut Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dalam
bukunya Almanak Hisab Rukyat menyebutkan bahwa Ilmu Falak
adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda langit seperti
matahari, bulan, bintang-bintang, dan benda-benda langit lainnya
dengan tujuan mengetahui posisi benda-benda langit itu serta
kedudukannya dari benda-benda langit lainnya.

[1] Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis, Semarang, PT.PUSTAKA


RISKIPUTRA, 2012, hlm.1-2

5. Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari

tentang lintasan benda-benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan

Matahari. [2]
6. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan

ilmu astronomi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi

geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di

muka Bumi. [3]

Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa secara


umum ilmu falak merupakan cabang ilmu praktis yang mempunyai objek
formal benda-benda langit, khususnya matahari, bumi dan bulan dengan
objek material berupa garis edar atau orbit masing-masing dan sasaran
fungsionalnya adalah mendukung salah satu syarat dalam beribadah kepada
Allah SWT.

B. Tujuan dan Manfaat Ilmu Falak

 Tujuan ilmu falak


Tujuan mempelajari ilmu falak pada dasarnya mempunyai
kepentingan yang saling berkaitan.
Pertama, untuk penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk keperluan ini muncul para ahli falak (astronomi muslim)
terkenal pada abad-abad kemajuan islam yang mengembangkan ilmu falak
melalui berbagai percobaan dan penelitian secara mendalam hasil karya
mereka memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
modern, baik di timur maupun di barat.

[3] Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 1.

[4]Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab


Muhammadiyah, Cet. II, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah,
2009), hlm. 3.
Kedua, untuk keperluan yang berkaitan dengan masalah-masalah
ibadah seperti, sholat, puasa, dan haji. Keperluan ini bersifat penting dan
turut menentukan sahnya amal ibadah, . Dengan ilmu ini pula orang yang
melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan pandangannya dengan tepat
ke posisi hilal, bahkan kita juga dapat mengetahui akan terjadinya
peristiwa gerhana matahari atau gerhana bulan berpuluh bahkan beratus
tahun yang akan datang, karena didalamnya terdapat pembahasan tentang
penentuan-penentuan waktu atau momentum yang berkaitan dengan
ibadah tersebut.
Dengan demikian, ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan
keyakinan dalam melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’.
Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah
mereka yang selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk mengingat
Allah” (HR. Thabrani)

 Manfaat ilmu falak


Dengan memplajari ilmu Falak maka diharapkan akan dapat:
1. Menjelaskan berbagai konsep tentang dasar-dasar Astronomi yang
berkaaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah.
2. Menjelaskan peranan Ilmu Falak pada awal penentuaan waktu Sholat.
3. Melakukan penghitungan awal waktu Sholat dengan benar.
4. Menyusun jadwal waktu Sholat dan Imsyakiah.
5. Menghitung sekaligus mengukur arah Kiblat.
6. Menghitung sekaligus memprediksikan kapan waktu-waktu ibadah
seperti awal dan akhir puasa itu tiba.
7. Membuat kalender Masehi atau Hijriyah.
8. Mengkritisi arah kiblat dan mushala yang ada dan diasumsikan tidak
sesuai dengan teori-teori Ilmu Falak.
9. Menumbuhkan sifat toleran bila dari hasil hisab dipridiksi akan terjadi
perbedaan dalam berhari Raya misalnya.

C. Sejarah Ilmu Falak

[5]Kajian ilmu falak banyak mendapat perhatian dari para peneliti dan
sejarawan. Regis Morlan (seorang orientalis Prancis, peneliti sejarah ilmu
falak klasik) mengemukakan beberapa factor di antaranya: banyaknya ulama
yang berkecimpung di bidang ini sepanjang sejarah, banyaknya karya-karya
yang dihasilkan, banyaknya observatorium astronomi yang berdiri sebagai
akses dari banyaknya astronom serta karya-karya mereka, banyaknya data
observasi (pengamatan alami) yang terdokumentasikan. Sementara itu Prof.
Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman (guru besar ilmu falak di Institut Nasional
Penelitian Astronomi dan Geofisika, Helwan - Mesir) mengatakan “astronomi
adalah miniatur terhadap majunya peradaban sebuah bangsa”.
Dalam perjalanan mulanya, peradaban India, Persia dan Yunani adalah
peradaban yang punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara
khusus muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping
peradaban lainnya. Peradaban India adalah yang terkuat dalam pengaruhnya
terhadap Islam (Arab). Buku astronomi ‘Sindhind’ punya pengaruh besar
dalam perkembangan astronomi Arab (Islam), dengan puncaknya pada dinasti
Abbasiah masa pemerintahan Al-Manshur, buku ini diringkas dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ibrahim al-Fazzârî adalah orang yang
mendapat amanah untuk mengerjakan proyek ini, sekaligus juga ia
melahirkan buku penjelas yang berjudul “as-Sind Hind al-Kabîr”.

[5] http://rukyatulhilal.org/falakiyah/index.html, minggu 11 maeret 2012 jam


15.00 wib

Peradaban Persia memberi pengaruh signifikan dalam peradaban ilmu


falak Islam, ditemukan cukup banyak istilah-istilah falak Persia yang terus
dipakai dalam Islam hingga saat ini, seperti zij (epemiris) dan auj (aphelion).
Buku astronomi berbahasa Persia yang banyak mendapat perhatian Arab
(Islam) adalah 'Zij Syah' atau ‘Zij Syahryaran’ yang merupakan ephemiris
(zij) yang masyhur di zamannya.
Sementara dari peradaban Yunani puncaknya dimotori oleh Cladius
Ptolemaus (w. ± 160 M) yang dikenal dengan sistem "geosentris"nya.
Gagasan astronomi Ptolemaus terekam dalam maha karyanya yang berjudul
‘Almagest’ atau ‘Tata Agung’ yang menjadi buku pedoman astronomi hingga
berabad-abad sebelum runtuh oleh teori tata surya Ibn Syathir (w. 777 H) dan
Copernicus.
Dalam melihat sejarah ilmu falak maka dapat diklasikasikan sebagai
berikut:
1) Ilmu falak sebelum islam
Dahulu, pada umumnya manusia memahami seluk beluk alam
semesta hanyalah seperti apa yang mereka lihat, bahkan sering ditambah
dengan macam-macam tahayul yang bersifat fantastis. Menurut mereka,
bumi merupakan pusat alam semesta. Setiap hari, matahari, bulan, dan
bintang-bintang dengan sangat tertib mengelilinhi bumi.
Sekalipun demikian, ada di antara mereka yang memahami alam
raya ini dengan akal rasiaonya. Para ilmuan yang ada pada saat itu, salah
satunya adalah: Aristoteles, dia berpendapat bahwa pusat jagad raya
adalah bumi sedangkan bumi dalam keadaan tenang, tidak bergrak dan
tidak berputar. Semua gerak benda-benda angkasa mengitari bumi.
Lintasan masing-masing benda angkasa berbentuk lingkaran. Sedangkan
peristiwa gerhana misalnya tidak lagi dipandang sebagai adanya raksasa
penelan bulan, melainkan merupakan peristiwa alam.
Pandangan manusia terhadap jagad raya mulai saat itu umumnya
mengikuti pandangan aritoteles yaitu: GEOSENTRIS yakni bumi
sebagai pusat peredaran benda-benda langit.
2) Ilmu falak dalam peradaban islam
Sekitar tiga ratus tahun setelah wafatnya nabi Muahamad SAW,
negara-negara islam telah memiliki kkebudayaan dan pengetahuan tinggi.
Banyak sekali ilmuan muslim bemunculan dengan hasil karyannya yang
gemilang.
Pada thn 773 M, seorang pengembara India menyerahkan sebuah buku
data astronomis berjudul “Sindbind” atau “Sidbanta” kepada kerajaan
islam di Baghdad. Oleh khalifah Abu ja’far al-mansur, diperintahkan agar
buku itu diterjemahkan kedalam bahasa arab. Perintah ini di lakukan oleh
Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari. Atas usahanya inilah Al-Fazari dikenal
sebagai ahli ilmu falaq yang pertama di dunia islam.
Di samping itu, Al-khawarizmi menemukan bahwa zodiak atau
ekliptika itu miring sebesar 23.5 derajat terhadap ekuator, serta
memperbaiki data astronomis yang ada pada buku terjemahan sindhind.
Dua buah buku karyanya adalah Al-muksbtasbar fihisabil jabrwal
muqabalah dan Suratul ardl merupakn buku pennting dalam bidang ilmu
falak, sehingga banyak diikuti oleh para ahli ilmu falak berikutnya.
Selain para tokoh di atas, Ulugh Bek ahli astronomi asal Iskandaria
dengan observatoriumnya berhasil menyusun table data astronomi yang
banyak digunakan pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya.
Hal demikian inilah yang menyebabkan istilah-istilah astronomi yang
berkembang sekarang ini banyak menggunakan bahasa arab, misalnya
nadir, mintaqotul buruj dan lain sebagainya.
Sekalipun ilmu falak dalam perdaban islam sedah cukup maju, namun
yang patut dicatat adalah bahwa pandangan terhadp alam masih mengikuti
pandangan aritoteles yaitu geosentris .

3) Ilmu falak dalam peradaban Eropa


Pada masa negara-negara islam mencapai kejayaannya, bangsa eropa
masih berada pada ketertinggalan, bangsa eropa mulai tertarik pada ilmu
pengetahuan seperti yang telah di pelajari orang-orang islam yang sudah
demikian tinggi serta penemuan-penemuan diberbagai cabang ilmu
pengetahuan, pendapat-pendapat ilmuan muslim mulai ditentang oleh
aliran muslim kolot.
Sementara itu, bangsa eropa mulai maju kearah kebudayaan yang
kian manju. Mereka mempelajari semua peninggalan kebudayaan bangsa
arab yang telah runtuh dari kejayaannya mereka mengambil manfaat dari
sejarah yang telah dicapai bangsa arab mereka menginginkan kebangsaan
yang jaya dan pemimpin dunia.
Untuk mencapai tujuan ini antara lain yang dilakukan adalah
menterjemahkan buku-buku ilmu falak kedalam bahasa eropa misalnya,
buku Almukhtashar fi Hisabil Jabrwal Muqabalah karya Al-khawarijmi
diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh Grard dari Cremona. Ilmuan
eropa pada dekade ini adalah Galilei Galileo (1564-1642 M), Nicolas
Copernikus (143-1543 M) dan lain-lain.

4) Ilmu Falak Di Indonesia


a. Ilmu falak pada awal perkembangan di Indonesia
Sejak adanya penanggalan Hindu dan penanggalan Islam di
Indonesia, hususnya di Pulau Jawa serta adanya penanggalan Jawa
Islam oleh Sultan Agung, sebenarnya bangsa indonesias sudah
mengenal ilmu falak.
Kemudian seiring dengan kembalinya para ulama’ muda ke
Indonesia dari bermukim di Mekah pada awal abad 20 M, ilmu falak
mulai tumbuh dan berkembang di tanah air ini, mereka
mengajarkannya kepada santrinya di Indonesia.
Diantaranya adalah Syeh Abdurahman bin Ahmad Al-misri
ulama’ muda yang belajar kepadanya adalah Ahmad Dahlan As-
Simarani dan kemudian mereka ajarkan lagi kepada santrinya dan
seterusnya.

b. Ilmu Falak Pada Perkembangan Baru


Dengan berkembangnya ilmu falak di Indonesia dan juga para
ahli ilmu Falak banyak sekali buku-buku ilmu falak dengan karya-
Karyanya Antara lain Adalah Sebagai Berikut:
 Abdul faqih (Demak ),karyanya “Al-Kutub Falakiyah”
 Abdul falah ( Gresik) , karyanya “ Muzakarotul Hisab”
 Abdul badawi (Yogyakarta) , karyanya “ Hisab hakiki”
c. Ilmu Falak Pada Computer
Pada zaman sekarang ini muncualah program-program software
yang menyiapkan sekaligus melakukan perhitungan , sehingga
program ini di rasa lebih praktis dan lebih mudah bagi pemakainya.
Program ini misalnya “Mawaqit” yang di program oleh ICMI Korwil
Belanda pada tahun 1993, program “Falakiyah Najmi” oleh Nuril
Fuad pada tahun 1995, program “Astinfo” oleh jurusan jurusan MIPA
ITB Bandug tahun 1996. Dan masih banyak lagi lainnya.

D. Tata Koordinat Ilmu Falak


sistem koordinat adalah suatu cara untuk menentukan lokasi posisi
obyek obyek di langit. Sistem koordinat harus mempunyai kerangka acuan
untuk menentukan arah, dan titik acuan asal pengukuran di mulai.
a. Equator
Lingkaran yang mermbagi dua sama besar bola bumi menjadi
bagian selatan dan bagian utara.
Sistem ekuatorial ini digabungkan dengan lintasan semu matahari
(ekliptika). Bidang ekliptika ini akan berpotongan dengan bidang ekuator
langit, dan titik perpotongannya adalah pada titik ekuinoks. Pada gambar
dibawah, titik vernal equinox (Aries) dinyatakan dengan simbol γ.
Ascensiorecta (Right Ascension - RA) adalah busur pada ekuator
langit yang ditarik dari titik vernal equinox ke arah timur hingga ke
meridian benda langit. Pada gambar dinyatakan dengan busur γC.
Besarnya berkisar antara 0 – 24 jam atau setara dengan perputaran 3600.
Penggunaan RA adalah sebagai alternatif dari penggunaan sudut
jam (Hour Angle - HA), karena besarnya HA tidak pernah tetap. Misalnya
untuk penulisan katalog, posisi benda langit yang diberikan adalah posisi
yang tepat, karena itu dipilihlah RA sebagai salah satu sumbu koordinat.

Ordinat-ordinat dalam tata koordinat ekuator adalah:


1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan sudut jam atau Hour
Angle (HA). Sudut jam menunjukkan letak suatu bintang dari titik
kulminasinya, yang diukur dengan satuan jam (ingat,1h = 15°). Sudut
jam diukur dari titik kulminasi atas bintang (A) ke arah barat (positif,
yang berarti bintang telah lewat kulminasi sekian jam) ataupun ke arah
timur (negatif, yang berarti tinggal sekian jam lagi bintang akan
berkulminasi). Dapat juga diukur dari 0° – 360° dari titik A ke arah
barat.
2. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan deklinasi (δ), yang diukur
dari proyeksi bintang di ekuator ke arah bintang itu menuju ke kutub
Bumi. Tinggi bintang diukur 0° – 90° jika arahnya menuju KLU dan 0°
– -90° jika arahnya menuju KLS.

b. Deklinasi
Deklinasi matahari merupakan data yang cukup penting selain
lintang dan bujur tempat-deklinasi matahari adalah jarak posisi matahari
dengan equator langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran
waktu deklinasi biasanya diberi tada huruf Yunani (delta)atau kadang
kadang ditulis dengan huruf d kecil.
Deklinasi sebelah utara equator diberi tanda positif (+) berlaku
sebaliknya. Nilai deklinasi dari hari ke hari dalam satu tahun selalu
berubah tapi dalam satu tahun sama. Deklinasi positif terletak di belahan
utara langit dan deklinasi negative terletak di belahan selatan langit.
Deklinasi adalah jarak benda langit itu ke equator yang diukur
dengan hitungan derajat, menit dan detik. Dengan perkataan lain deklinasi
adalah sepotong busur lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu yang
diukur dari perpotongan equator langit pada lingkaran deklinasi sampai ke
benda langit itu.

c. Azimut
Untuk menentukan letak matahari pada suatu saat, biasanya
dipergunakan tata koordinat horizon. Dengan mempergunakan acuan
horizon, maka letak dan besar sudut matahari dapat diketahui. Azimuth
matahari ialah busur pada horizon yang diukur dari titik Utara kearah
Timur sampai pada titik perpotongan antara lingkaran horizon dan
lingkaran vertical yang dilalui matahari itu. Dengan kata lain azimuth ialah
jarak dari titik utara ke lingkarang vertical yang melalui matahari tersebut,
diukur sepanjang lingkaran horizon menurut perputaran arah jarum jam.

d. Horizon
Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya
berdasarkan pandangan pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat
menggambarkan lintasan peredaran semu bintang, dan letak bintang selalu
berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata koordinat horizon penting
dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.
Ordinat-ordinat dalam tata koordinat horizon adalah:
1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut
umumnya diukur dari selatan ke arah barat sampai pada proyeksi
bintang itu di horizon, seperti pada gambar azimut bintang adalak
220°. Namun ada pula azimut yang diukur dari Utara ke arah timur,
oleh karena itu sebaiknya Anda menuliskan keterangan tentang
ketentuan mana yang Anda gunakan.

2. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang


diukur dari proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke
zenit. Tinggi bintang diukur 0° – 90° jika arahnya ke atas (menuju
zenit) dan 0° – -90° jika arahnya ke bawah.

Letak bintang dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak


bintang, lukislah lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang
dilalui bintang yang sejajar dengan horizon (lingkaran PQRS).
ada tiga jenis horizon yaitu horizon hakiki langit, horizon semu dan
horizon sejati. Horizon hakiki langit adalah batas akhir dengan pandangan
mata telanjang yang seolah-olah menjadi batas pertemuan antara kaki
langit dengan ujung daratan bumi. Horizon semu adalah bidang yang rata
menyinggung bumi yang dapat ditarik dari tempat pengamat berdiri antara
kaki langit dengan tanah bidang ia tegak lurus pada garis vertical . horizon
sejati adalah bidang yang melalui titik pusat bumi yang tegak lurus kepada
garis vertical.
e. Meridian
Kalau gambar dipertemukan dengan titik Nadir , maka lingkaran
meridian adalah lingkaran vertical yang melalui kutub langit, kutub Utara
dan kutub Selatan, memebentuk poros bumi yang menghubungkan kedua
kutub itu. Aapalagi matahari berkulminasi, tinggi matahari disebut tinggi
kulminasi tandanya hm. jarak zenith pusat matahari pada saat berkulminasi
tandanya zm. jadi meridian adalakt lingkaran vertical yang melalui kutub
langit, kutub utara, kutub selatan, titik utara dan titik selatan. Meridian
suatu tempat hanya satu, akan tetapi karena zenith, nadir tiap tempat
berlainan maka meridiannya pun berbeda-beda.

f. Perata waktu
Selisih dari data waktu matahari hakiki dengan matahari pertengahan
disebut perata waktu, lambangnya “e” .
Untuk menentukan perata waktu (positif atau negative) dipergunakan
rumus :
12.00 – e
Artinya : untuk memperoleh harga waktu menengah, maka waktu hakiki
dikiring peratang waktu.
ARAH KIBLAT
1. Pengertian Arah Kiblat
Kata “Arah“ berarti jurusan, tujuan dan maksud. Ada juga yang
mengartikan “Arah” sebagai jihad, syathrah dan azimuth. Sedangkan kata
“Kiblat“ berarti Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil Haram Kota Makkah.
Jadi yang dimaksud dengan “Arah Kiblat“ adalah arah atau jarak terdekat
yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi yang melewati
kota Makkah (Ka’bah) dengan tempat kota yang diukur. Dengan demikian
tidak dibenarkan, misalnya orang-orang Surabaya melaksanakan shalat
menghadap ke timur serong ke selatan sekalipun bila diteruskan akan sampai
juga ke Makkah, karena arah atau jarak yang paling dekat bagi orang-orang
Surabaya adalah arah barat serong ke utara sebesar 24° 2‘ 5,4“ (B-U).
Para ulama sepakat menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat,
maka kaum muslimin wajib menghadap ke arah kiblat dalam melakukan
ibadah shalat. Oleh sebab itu, hisab arah kiblat pada dasarnya adalah
perhitungan untuk mengetahui arah atau jarak terdekat guna menetapkan ke
arah mana Ka’bah di Makkah itu dilihat dari suatu tempat di permukaan bumi,
sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika
berdiri, ruku‘, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju ke
Ka’bah.

2. Dalil-Dalil Syar’i Tentang Kiblat


‫بّكَ ِمن لَﻠ َحق َو ِإنَّه ال َح َر ِام شَط َرال َمس ِج ِد َوج َهﻚَ ﻓَ َو ِل خ ََرجتَ َحيث َو ِمن‬
ِ ‫َع َّما ِبغَاﻓِل َو َماللا َر‬
َ‫تَ َّ ع َمﻠون‬

“Dan darimana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke

arah Masjidil Haram. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang


hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan”. (Al-Baqarah : 149)
‫اس يَكونَ ِلئَلَّ شَط َره وجوهَكم ﻓَ َولوا َماكنتم َو َحيث شَط َرال َمس ِجدِال َح َر ِام َوج َهﻚَ ﻓَ َو ِل خ ََرجتَ َحيث َو ِمن‬ ِ َّ‫ِلﻠن‬
‫ظﻠَموا إِالَّالَّذِينَ حجََّّ ة َعﻠَيكم‬
َ ‫نى ت َخشَوهم ﻓَلَ ِمنهم‬ ِ ‫ ت َهت َدونَ َولَعَﻠَّكم َعﻠَيكم ِنع َمتِى َو ِّألتِ َّم َواخشَو‬.
“Dan darimana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arah

Masjidil Haram, dan dimana saja kamu semua berada maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang dzalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut
kepada mereka, dan takutlah kepada Ku. Dan agar Ku sempurnakan ni’matKu
atas kamu, dan supaya kamu mendapat petunjuk” (Al-Baqarah : 150)

‫صﻠَّى للاِ َرسو َل إِ َّن‬


َ ‫سﻠَّ َم َعﻠَي ِه للا‬
َ ‫ص ِلّى كاَنَ َو‬ ِ ‫ب ن ََرى قَد“ ﻓَنَزَ لَت المقَد َِّس البَي‬
َ ‫ت نَح َو ي‬ َ ‫َوج ِهﻚَ تَقَﻠ‬
‫اء ﻓِى‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫سﻠَ َمةَ بَنِى ِمن َرجل ﻓَ َم َّر ”ال َح َر ِام ال َمس ِج ِد شَط َر َوج َهﻚَ ﻓَ َو ِل ت َر‬
َّ ‫ضاهَا قِبﻠَة ﻓَﻠَن َو ِليَـنَّﻚَ ال‬ َ ‫َوهم‬

‫صـلَةِ ﻓِى ركوع‬ َ ‫ال ِقبـﻠَ ِة نَح َو هم َك َما ﻓَ َمالوا َح َّولَت قَد ال ِقبـﻠَةَ أ َ َّن اَآل ﻓَـنَادَى َركعَة‬
َ ‫صﻠوا َوقَد الفَج ِر‬
“Bahwa Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang shalat dengan menghadap

Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Aku melihat mukamu


sering menengadah ke langit, maka sungguh Kami palingkan mukamu ke
kiblat yang kamu kehendaki. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram”.
Kemudian ada seseorang dari bani Salamah bepergian, menjumpai
sekelompok shahabat sedang ruku’ pada shalat fajar. Lalu ia menyeru
“Sesungguhnya kiblat telah berubah”. Lalu mereka berpaling seperti
kelompok Nabi, yakni ke arah kiblat” (HR. Muslim dari Anas bin Malik)

َّ ‫ﻓَكَـ ِبر ال ِقبﻠَةَ اسـت َق ِب ِل ث َّم الوضو َء ﻓَاَسـ ِبغِ ال‬


‫صلَةِ ِإلَى قمتَ ِإذَا‬

“Bila kamu hendak shalat maka sempurnakanlah wudlu lalu menghadap kiblat

kemudian bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)


‫ي أ َ َّن‬ َّ ‫صﻠَّى‬
َّ ‫الن ِّب‬ َ ‫سﻠَّ َم َعﻠَيهَ للا‬
َ ‫اح ِه ﻓِي دَ َعا البَيتَ دَ َخ َل لَ َّما َو‬
ِ ‫ص ِل ِولَم ن ََو‬
َ ‫خ ََر َج ﻓَﻠَ َّما خ ََر َج َحتَّى ﻓِي ِه ي‬
‫ال ِقبـﻠَة َه ِذ ِه َوقَا َل ال ِقبـﻠَ ِة قِبَ ِل ﻓِي َركعَـتَي ِن َر َك َع‬

“Bahwa sesungguhnya Nabi SAW ketika masuk ke Baitullah beliau berdo’a di

sudut-sudutnya, dan tidak shalat di dalamnya sampai beliau keluar. Kemudian


setelah keluar beliau shalat dua raka’at di depan ka’bah, lalu berkata “Inilah
kiblat” (HR. Muslim dari Usamah bin Zaid)

‫ق َبينَ َما‬ ِ ‫ِقبـﻠَة َوال َمغ ِر‬


ِ ‫ب ال َمش ِر‬
“Antara Timur dan Barat terdapat kiblat”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibn Majah

dari Abu Hurairah)

َ‫ل قِبﻠَة َوال َمس ِجد ال َمس ِج ِد ألَهلِ قِبﻠَة اَلبَيت‬


ِ ‫ل قِب ِﻠة َوال َح َرم ال َح َر ِم ألَه‬
ِ ‫ض ألَه‬
ِ ‫َارقِ َها ﻓِى األَر‬
ِ ‫َاربِ َها َمش‬
ِ ‫َو َمغ‬
‫تى ِمن‬
ِ ‫أ َّم‬
“Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang di masjidil haram. Masjidil haram

adalah kiblat bagi orang-orang penduduk tanah haram (Makah). dan tanah
haram adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di barat ataupun di
timur (HR. al-Baihaqi dari Abu Hurairah)

‫صﻠَّى النَّبِي ِ َم َع كنَّا‬ َ ‫ّللا‬ َّ ‫سﻠَّ َم َعﻠَي ِه‬ َ ‫صﻠَّى ال ِقبﻠَة أَينَ نَد ِر ﻓَﻠَم مظ ِﻠ َمة لَيﻠَة ﻓِي‬
َ ‫سفَر ﻓِي َو‬ َ َ‫َعﻠَى ِمنَّا َرجل كل ﻓ‬
‫صﻠَّى ِلﻠنَّبِي ِ ذَلِﻚَ ذَكَرنَا أَصبَحنَا ﻓَﻠَ َّما ِحيَا ِل ِه‬ َّ ‫سﻠَّ َم َعﻠَي ِه‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ّللاِ َوجه ﻓَثَ َّم ت َولوا ﻓَأَينَ َما ” ﻓَنَزَ َل َو‬
َّ ”

“Bahwa Kami pernah bepergian bersama Nabi pada malam yang gelap

sehingga kami tidak mengetahui kemana arah kiblat. Kemudian kami


melakukan shalat menurut keyakinannya. Setelah pagi hari kami menuturkan
hal demikian itu kepada Nabi, lalu turun ayat “Kemana saja kalian
menghadap, di sanalah Dzat Allah”. (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin
Amir).
Berdasarkan dalil-dalil diatas dapat diketahui bahwa :
1. Menghadap kiblat merupakan suatu keharusan bagi orang yang
melaksanakan shalat, sehingga para ahli fiqh (Hukum Islam) bersepakat
mengatakan bahwa menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat.
Oleh karena itu tidak sah shalat seseorang tanpa mengahadap kiblat.
2. Ka’bah merupakan kiblat bagi orang-orang yang melaksanakan shalat di
Masjidil Haram. Masjidil Haram merupakan kiblat bagi orang-orang
yang shalat di Makkah dan sekitarnya. Kota Makkah merupakan kiblat
bagi orang-orang yang melaksanakan shalat jauh dari kota Makkah.
3. Bila dalam keadaan bingung sehingga tidak mengetahui arah kiblat, cukup
menghadap kemana saja yang diyakini bahwa arah yang demikian itu
adalah arah kiblat.

3. Batas-batas Tanah Haram


“Tanah Haram” merupakan bagian wiliyah kota Mekah yang memiliki
keistimewaan. Di antaranya, bagi orang yang ihram, baik untuk haji maupun
umrah, semua syarat ihram wajib dipenuhi sebelum masuk melintasi batas
Tanah Haram. Demikian pula, pepohonan dan binatang yang berada di Tanah
Haram tidak boleh diganggu-gugat. Ini merupakan bagian dari keberkahan
yang Allah berikan kepada Ka`bah dan daerah di sekitar Ka`bah. Siapa saja
yang memasukinya, diberi jaminan keamanan, sampai-sampai binatang dan
tumbuhan yang berada di dalamnnya. Allah berfirman,
‫ِآمنا َكانَ دَ َخﻠَه َو َمن‬

“Siapa saja yang memasukinya (Tanah Al-Haram) maka dia aman.” (QS. Ali

Imran:97)

Orang yang pertama kali meletakkan batas Tanah Haram adalah Nabi Ibrahim
‘alaihissalam. Beliau memasang tapal batas dengan dipandu Malaikat Jibril.
Tapal batas ini tidak pernah diubah atau diganggu sampai zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Fathu Mekah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengutus Tamim bin Asad Al-Khuza`i untuk memperbarui tapal batas
tersebut. Sampai akhirnya, di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab
radhiallahu ‘anhu, beliau memerintahkan empat orang Quraisy untuk
memperbarui tapal batas tersebut. Saat ini, tapal batas itu, dipasang dalam
bentuk gapura besar di jalan-jalan utama menuju kota Mekah. (Al-Azraqi,
Akhbar Makkah, 2:406)

Berikut ini batas Tanah Haram saat ini:


1. Arah barat: Jalan Jeddah–Mekah, di Asy-Syumaisi (Hudaibiyah), yang
berjarak 22 km dari Ka`bah.
2. Arah selatan: Di Idha`ah Liben (Idha`ah: tanah; Liben: nama bukit), jalan
Yaman–Mekah dari arah Tihamah; berjarak 12 km dari Ka`bah.
3. Arah timur: Di tepi Lembah `Uranah Barat, berjarak 15 km dari Ka`bah.
4. Arah timur laut: Jalan menuju Ji`ranah, dekat dengan daerah Syara`i Al-
Mujahidin, berjarak 16 km dari Ka`bah.
5. Arah utara: Batasnya adalah Tan`im; berjarak 7 km dari Ka`bah.
(Shafiyurahman Al-Mubarakfuri, Sejarah Mekah, hlm. 167)

4. Metode Perhitungan Arah Kiblat


Metode yang digunakan dalam menentukan arah kiblat mengalami
perkembangan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan alat
yang digunakan. Mulai dari alat sederhana seperti tongkat, kompas, hingga
alat-alat modern yang memiliki tingkat keakuratan cukup tinggi seperti
theodolite. Bahkan kini terdapat software khusus yang dengan mudah dapat
digunakan untuk mengetahui arah kiblat suatu tempat. Selain itu juga terdapat
beberapa website yang dapat di akses kapan saja.

Secara umum cara penentuan arah kiblat yang biasa digunakan


menggunakan acuan perhitungan sudut dan acuan bayangan. Kedua acuan ini
kemudian diterapkan pada berbagai alat atau media untuk menentukan arah
kiblat seperti theodolite menggunakan acuan perhitungan sudut (azimuth)
dalam metode kerjanya.
Azimuth kiblat adalah busur lingkaran horizon atau ufuk dihitung dari titik
utara ke timur sampai dengan titik kiblat atau lebih ringkasnya arah (garis)
terdekat yang menunjukkan ke Kiblat. Azimuth kiblat, disebut juga dengan
teori sudut.

Untuk mengaplikasikan perhitungan azimuth kiblat, maka diperlukan alat


untuk mengetahui utara sejati (true north) terlebih dahulu. Utara sejati dapat
diketahui dengan bantuan tongkat yang cara kerjanya mengacu pada
pergerakan Matahari. Dapat juga menggunakan theodolite dengan tingkat
akurasi yang cukup tinggi. Adapun langkah-langkah menentukan arah kiblat
dengan berbagai alat bantu selengkapnya sebagai berikut:

Menggunakan Kompas
Cara menentukan arah kiblat dengan kompas adalah sebagai berikut; a)
Letakkan kompas diatas tanah atau pada bidang datar dan diamkan sampai
jarum penunjuk menunjukkan arah utara magnetic. b) Tarik sebuah garis
utara-selatan sesuai dengan arah yang ditnjukkan oleh jarum penunjuk pada
kompas, garis tersebut merupakan arah utara-selatan. c) Setelah itu buat garis
yang tegak lurus memotong garis utara-selatan tadi, garis ini menunjukkan
arah barat-timur. d) Perhatikan koreksi magnetik pada daerah/tempat
pengukuran, jika deklinasi magnetiknya timur maka azimuth kiblat di kurangi
nilai deklinasi magnetik tersebut. Jika deklinasi magnetik di barat maka
ditambahkan. e) Setelah arah barat utara diketahui, buatlah garis sesuai dengan
nilai perhitungan arah kiblat (azimuth kiblat) yang telah dikoreksi dengan
deklinasi magnetik.

Menggunakan Tongkat
Langkah ini merupakan langkah yang paling praktis, dan menghasilkan arah
utara yang tidak diragukan keakuratannya. Adapun lanngkahnya adalah
sebagai berikut
a) Tancapkan tongkat pada permukaan yang datar sehingga tongkat tersebut
tegak lurus dengan permukaan yang datar tersebut.
b) Buatlah lingkaran di sekitar tongkat tersebut dengan titik pusat berada pada
pangkal tongkat (misal A).
c) Amati bayang-bayang ujung tongkat ketika ujung bayang-bayang tongkat
tersebut mulai masuk ke dalam lingkaran.
d) Tandai bayangan ujung tongkat ketika menyentuh lingkaran (misal B),
perhatikan juga ketika ujung bayangan tongkat mulai keluar dari dalam
lingkaran. Tandai ujung bayang-bayang tongkat ketika menyentuh garis
lingkaran tersebut (misal C).
e) Setelah diperoleh titik B dan C, tariklah garis lurus antara B dan C. maka,
garis BC itulah yang menunjukkan arah barat-timur.
f) Buatlah garis yang tegak lurus dengan garis BC (90o). maka itulah garis
yang menunjukkan arah utara-selatan sejati.
g) Setelah mengetahui arah mata angin, tariklah sudut sesuai dengan data
azimuth kiblat yang telah dihitung sebelumnya. Maka itulah arah kiblat.

Menggunakan Theodolite
Theodolite merupakan alat yang dapat digunakan untuk menentukan tinggi
dan azimuth benda langit, menentukan tata koordinat horizon dan sudut
vertikal, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur jarak dan membuat
garis lurus antar tempat.
Penggunaan theodolite ini merupakan cara yang lebih teliti untuk menentukan
arah kiblat. Theodolite adalah alat ukur semacam teropong yang dilengkapi
dengan lensa, angka-angka yang menunjukkan arah (azimuth) dan ketinggian
dalam derajat dan water-pass. Untuk menentukan lintang dan bujur tempat
dengan theodolite, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pasanglah theodolite pada tripot (tiang), dengan benar dan dengan
memperhatikan keseimbangan water-passnya, agar tegak lurus dengan titik
pusat Bumi. Juga perlu diperhatikan bahwa pemasangan ini harus
dilakukan di tempat yang datar dan dapat langsung terkena sinar
Matahari.
2. Pasang benang dengan pemberat (syaqul) di bawah theodolite tersebut.
3. Cocokkan jam yang akan digunakan dengan jam radio yang dikontrol oleh
Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan, dan GPS.
4. Ketahui lintang dan bujur tempat yang akan diukur dengan GPS/ alat lain.
5. Menghitung sudut arah kiblat di tempat tersebut.
6. Bidik Matahari (sinar paling terang yang tertangkap lensa) dengan
theodolite dalam posisi aktif (on).
7. Kunci theodolite agar kedudukannya tidak berubah, tekan tombol preset
dan catat jam pembidikan tersebut.
8. Cari data deklinasi dan equation of time (e) pada tanggal yang dihitung
pada data ephemeris.
9. Menghitung sudut waktu Matahari pada saat pengukuran.
10. Setelah theodolite menghadap ke utara sejati. Langkah selanjutnya adalah
tekan tombol preset pada theodolite agar data yang ditampilkan di layar
menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian putar theodolite ke kanan (searah
jarum jam) sebesar sudut arah kiblat yang sudah dihitung di atas. Inilah
arah kiblat yang dicari.

Menentukan Arah Kiblat dengan Segitiga Siku-Siku


Pengaplikasian perhitungan azimuth kiblat juga dapat menggunakan segitiga
siku-siku, yaitu dengan menghitung jarak dari titik utara ke titik kiblat dalam
satuan meter. Dasar yang digunakan adalah dengan perbandingan-
perbandingan trigonometri segitiga siku-siku.
Menentukan Arah Kiblat dengan Rashdul Kiblat
Rashdul kiblat berarti bayang-bayang Matahari ke arah kiblat maksudnya
adalah bayangan benda yang berdiri tegak dan di tempat yang datar pada saat
tertentu (sesuai hasil perhitungan) menunjukkan (mengarah) arah kiblat, cara
ini dikenal juga dengan teori bayangan. Rashdul kiblat ini terjadi saat posisi
Matahari berada di atas Ka’bah.

Penentuan arah kiblat dengan bayangan Matahari merupakan cara paling


sederhana dan tingkat akurasinya cukup tinggi. Penentuan arah mata angin
juga tidak terganggu dengan adanya medan magnet seperti pada kompas. Cara
ini dapat dilakukan di seluruh permukaan Bumi. Hanya saja waktunya yang
berbeda karena bentuk Bumi yang bulat.

5. Perhitungan arah Kiblat


Pertanyaan : Hitunglah arah kiblat kota Surabaya.
Jawab :
a. Data yang diketahui :
1). Lintang tempat kota Mekah (f mk ) = 21o 25’ LU
Bujur tempat kota Mekah (λ mk) = 39o 50’ BT
2). Lintang tempat kota Jombang (f tp)= - 7o 32’ LS
Bujur tempat kota Jombang (λ tp ) = 112o 13’ BT
b. Dicari dulu dengan rumus bantu :
a = 90o – f tp
b = 90o – f mk
C = λtp - λ mk
Nilai angka diketahui adalah :
a = 90o – (- 7o 32’) = 97o 32’
b = 90o - 21o 25’ = 68o 35’ (tetap)
C =112o 13’ - 39o 50’ = 72o 23’
c. Angka a, b dan C dimasukkan dalam rumus arah kiblat

Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan C


Sin C
Cotan B = Cotan 68o 35’ Sin 97o 32’ - Cos 97o 32’ Cotan 72o 23’
Sin 72o 23’
d. Cara tekan tombol/pijat kalkulator sbb :
Tekan/pijat tombol kalkulator secara berurutan sesuai dengan typenya:
1). Casio fx 120, 124, 130

68o 35’ Tan 1/x x 97o 32’ Sin = : 72o 23’ Sin = - 97o 32’ Cos x 72o 23’ Tan
1/x = 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 47’ 27.15” U - B atau 24o 12’ 32.85” B – U,
dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.
2). Casio fx 3600, 3800, 3900, 4100
68o 35’ Tan Inv 1/x x 97o 32’ Sin = : 72o 23’ Sin = - 97o 32’ Cos x 72o 23’
Tan Inv 1/x = Inv 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 47’ 27.15” U - B atau 24o 12’
32.85” B – U, dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.
3). Karce-131 Scientific Calculator, Casio fx 82 MS, 85 MS, 95 MS, 100 MS,
115 MS, 350 MS, 570 MS, 820 MS, 991 MS, 992S, 4000 P , 4500 P , 5000
P.
1 / Tan 68o 35’ x Sin 97o 32’ / Sin 72o 23’ Exe - Cos 97o 32’ x 1 / Tan 72o
23’ Exe x-1 Exe Shift Tan Ans Exe Shift o’’65o 47’ 27.15” U - B atau 24o
12’ 32.85” B – U, dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.
Keterangan :
1. U-B : diukur dari titik Utara ke arah Barat
2. B-U : diukur dari titik Barat ke arah Utara
3. UTSB : diukur dari titik Utara se arah jarum jam (Utara –
Timur - Selatan – Barat)
4. a. tanda / bisa diganti : b. tanda Exe bisa diganti =
c. tanda x-1 dipijat shift (

Anda mungkin juga menyukai