Disusun oleh :
NURHIDAYAT
2015 G
ILMU FALAK
A. Defenisi Ilmu Falak
Kata Falak juga disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak dua kali, yakni Q.
S. Anbiya’: 33 yang berbunyi:
شمس ينبغى لها أن تدرك القمر وال الليل سابق النّهار وك ّل فى فلك
ّ ال ال
يسبحون
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”.
Dari kedua ayat di atas jelas bahwa kata Falak secara etimologis
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Al-Qur’an dan terjemahan
Departemen Agama) dengan kata garis edar atau orbit.
Ilmu falak dikalangan umat islam juga dikenal dengan sebutan ilmu hisab,
sebab kegiatan yang paling menonjol pada ilmu tersebut adalah melakukan
perhitungan-perhitungan. Dalam al-Qur’an kata hisab banyak digunakan
untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab)dimana Allah akan
memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia dengan
adil. Kata hisab dalam al-Qur’an muncul sebanyak 37 kali yang semuanya
berarti perhitungan dan tidak memiliki arti yang bertentangan.[1]
Sedangkan secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa rumusan,
antara lain:
Matahari. [2]
6. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan
[5]Kajian ilmu falak banyak mendapat perhatian dari para peneliti dan
sejarawan. Regis Morlan (seorang orientalis Prancis, peneliti sejarah ilmu
falak klasik) mengemukakan beberapa factor di antaranya: banyaknya ulama
yang berkecimpung di bidang ini sepanjang sejarah, banyaknya karya-karya
yang dihasilkan, banyaknya observatorium astronomi yang berdiri sebagai
akses dari banyaknya astronom serta karya-karya mereka, banyaknya data
observasi (pengamatan alami) yang terdokumentasikan. Sementara itu Prof.
Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman (guru besar ilmu falak di Institut Nasional
Penelitian Astronomi dan Geofisika, Helwan - Mesir) mengatakan “astronomi
adalah miniatur terhadap majunya peradaban sebuah bangsa”.
Dalam perjalanan mulanya, peradaban India, Persia dan Yunani adalah
peradaban yang punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara
khusus muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping
peradaban lainnya. Peradaban India adalah yang terkuat dalam pengaruhnya
terhadap Islam (Arab). Buku astronomi ‘Sindhind’ punya pengaruh besar
dalam perkembangan astronomi Arab (Islam), dengan puncaknya pada dinasti
Abbasiah masa pemerintahan Al-Manshur, buku ini diringkas dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ibrahim al-Fazzârî adalah orang yang
mendapat amanah untuk mengerjakan proyek ini, sekaligus juga ia
melahirkan buku penjelas yang berjudul “as-Sind Hind al-Kabîr”.
b. Deklinasi
Deklinasi matahari merupakan data yang cukup penting selain
lintang dan bujur tempat-deklinasi matahari adalah jarak posisi matahari
dengan equator langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran
waktu deklinasi biasanya diberi tada huruf Yunani (delta)atau kadang
kadang ditulis dengan huruf d kecil.
Deklinasi sebelah utara equator diberi tanda positif (+) berlaku
sebaliknya. Nilai deklinasi dari hari ke hari dalam satu tahun selalu
berubah tapi dalam satu tahun sama. Deklinasi positif terletak di belahan
utara langit dan deklinasi negative terletak di belahan selatan langit.
Deklinasi adalah jarak benda langit itu ke equator yang diukur
dengan hitungan derajat, menit dan detik. Dengan perkataan lain deklinasi
adalah sepotong busur lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu yang
diukur dari perpotongan equator langit pada lingkaran deklinasi sampai ke
benda langit itu.
c. Azimut
Untuk menentukan letak matahari pada suatu saat, biasanya
dipergunakan tata koordinat horizon. Dengan mempergunakan acuan
horizon, maka letak dan besar sudut matahari dapat diketahui. Azimuth
matahari ialah busur pada horizon yang diukur dari titik Utara kearah
Timur sampai pada titik perpotongan antara lingkaran horizon dan
lingkaran vertical yang dilalui matahari itu. Dengan kata lain azimuth ialah
jarak dari titik utara ke lingkarang vertical yang melalui matahari tersebut,
diukur sepanjang lingkaran horizon menurut perputaran arah jarum jam.
d. Horizon
Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya
berdasarkan pandangan pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat
menggambarkan lintasan peredaran semu bintang, dan letak bintang selalu
berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata koordinat horizon penting
dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.
Ordinat-ordinat dalam tata koordinat horizon adalah:
1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut
umumnya diukur dari selatan ke arah barat sampai pada proyeksi
bintang itu di horizon, seperti pada gambar azimut bintang adalak
220°. Namun ada pula azimut yang diukur dari Utara ke arah timur,
oleh karena itu sebaiknya Anda menuliskan keterangan tentang
ketentuan mana yang Anda gunakan.
f. Perata waktu
Selisih dari data waktu matahari hakiki dengan matahari pertengahan
disebut perata waktu, lambangnya “e” .
Untuk menentukan perata waktu (positif atau negative) dipergunakan
rumus :
12.00 – e
Artinya : untuk memperoleh harga waktu menengah, maka waktu hakiki
dikiring peratang waktu.
ARAH KIBLAT
1. Pengertian Arah Kiblat
Kata “Arah“ berarti jurusan, tujuan dan maksud. Ada juga yang
mengartikan “Arah” sebagai jihad, syathrah dan azimuth. Sedangkan kata
“Kiblat“ berarti Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil Haram Kota Makkah.
Jadi yang dimaksud dengan “Arah Kiblat“ adalah arah atau jarak terdekat
yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi yang melewati
kota Makkah (Ka’bah) dengan tempat kota yang diukur. Dengan demikian
tidak dibenarkan, misalnya orang-orang Surabaya melaksanakan shalat
menghadap ke timur serong ke selatan sekalipun bila diteruskan akan sampai
juga ke Makkah, karena arah atau jarak yang paling dekat bagi orang-orang
Surabaya adalah arah barat serong ke utara sebesar 24° 2‘ 5,4“ (B-U).
Para ulama sepakat menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat,
maka kaum muslimin wajib menghadap ke arah kiblat dalam melakukan
ibadah shalat. Oleh sebab itu, hisab arah kiblat pada dasarnya adalah
perhitungan untuk mengetahui arah atau jarak terdekat guna menetapkan ke
arah mana Ka’bah di Makkah itu dilihat dari suatu tempat di permukaan bumi,
sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika
berdiri, ruku‘, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju ke
Ka’bah.
Masjidil Haram, dan dimana saja kamu semua berada maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang dzalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut
kepada mereka, dan takutlah kepada Ku. Dan agar Ku sempurnakan ni’matKu
atas kamu, dan supaya kamu mendapat petunjuk” (Al-Baqarah : 150)
صـلَةِ ﻓِى ركوع َ ال ِقبـﻠَ ِة نَح َو هم َك َما ﻓَ َمالوا َح َّولَت قَد ال ِقبـﻠَةَ أ َ َّن اَآل ﻓَـنَادَى َركعَة
َ صﻠوا َوقَد الفَج ِر
“Bahwa Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang shalat dengan menghadap
“Bila kamu hendak shalat maka sempurnakanlah wudlu lalu menghadap kiblat
adalah kiblat bagi orang-orang penduduk tanah haram (Makah). dan tanah
haram adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di barat ataupun di
timur (HR. al-Baihaqi dari Abu Hurairah)
صﻠَّى النَّبِي ِ َم َع كنَّا َ ّللا َّ سﻠَّ َم َعﻠَي ِه َ صﻠَّى ال ِقبﻠَة أَينَ نَد ِر ﻓَﻠَم مظ ِﻠ َمة لَيﻠَة ﻓِي
َ سفَر ﻓِي َو َ ََعﻠَى ِمنَّا َرجل كل ﻓ
صﻠَّى ِلﻠنَّبِي ِ ذَلِﻚَ ذَكَرنَا أَصبَحنَا ﻓَﻠَ َّما ِحيَا ِل ِه َّ سﻠَّ َم َعﻠَي ِه
َ ّللا َ ّللاِ َوجه ﻓَثَ َّم ت َولوا ﻓَأَينَ َما ” ﻓَنَزَ َل َو
َّ ”
“Bahwa Kami pernah bepergian bersama Nabi pada malam yang gelap
“Siapa saja yang memasukinya (Tanah Al-Haram) maka dia aman.” (QS. Ali
Imran:97)
Orang yang pertama kali meletakkan batas Tanah Haram adalah Nabi Ibrahim
‘alaihissalam. Beliau memasang tapal batas dengan dipandu Malaikat Jibril.
Tapal batas ini tidak pernah diubah atau diganggu sampai zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Fathu Mekah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengutus Tamim bin Asad Al-Khuza`i untuk memperbarui tapal batas
tersebut. Sampai akhirnya, di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab
radhiallahu ‘anhu, beliau memerintahkan empat orang Quraisy untuk
memperbarui tapal batas tersebut. Saat ini, tapal batas itu, dipasang dalam
bentuk gapura besar di jalan-jalan utama menuju kota Mekah. (Al-Azraqi,
Akhbar Makkah, 2:406)
Menggunakan Kompas
Cara menentukan arah kiblat dengan kompas adalah sebagai berikut; a)
Letakkan kompas diatas tanah atau pada bidang datar dan diamkan sampai
jarum penunjuk menunjukkan arah utara magnetic. b) Tarik sebuah garis
utara-selatan sesuai dengan arah yang ditnjukkan oleh jarum penunjuk pada
kompas, garis tersebut merupakan arah utara-selatan. c) Setelah itu buat garis
yang tegak lurus memotong garis utara-selatan tadi, garis ini menunjukkan
arah barat-timur. d) Perhatikan koreksi magnetik pada daerah/tempat
pengukuran, jika deklinasi magnetiknya timur maka azimuth kiblat di kurangi
nilai deklinasi magnetik tersebut. Jika deklinasi magnetik di barat maka
ditambahkan. e) Setelah arah barat utara diketahui, buatlah garis sesuai dengan
nilai perhitungan arah kiblat (azimuth kiblat) yang telah dikoreksi dengan
deklinasi magnetik.
Menggunakan Tongkat
Langkah ini merupakan langkah yang paling praktis, dan menghasilkan arah
utara yang tidak diragukan keakuratannya. Adapun lanngkahnya adalah
sebagai berikut
a) Tancapkan tongkat pada permukaan yang datar sehingga tongkat tersebut
tegak lurus dengan permukaan yang datar tersebut.
b) Buatlah lingkaran di sekitar tongkat tersebut dengan titik pusat berada pada
pangkal tongkat (misal A).
c) Amati bayang-bayang ujung tongkat ketika ujung bayang-bayang tongkat
tersebut mulai masuk ke dalam lingkaran.
d) Tandai bayangan ujung tongkat ketika menyentuh lingkaran (misal B),
perhatikan juga ketika ujung bayangan tongkat mulai keluar dari dalam
lingkaran. Tandai ujung bayang-bayang tongkat ketika menyentuh garis
lingkaran tersebut (misal C).
e) Setelah diperoleh titik B dan C, tariklah garis lurus antara B dan C. maka,
garis BC itulah yang menunjukkan arah barat-timur.
f) Buatlah garis yang tegak lurus dengan garis BC (90o). maka itulah garis
yang menunjukkan arah utara-selatan sejati.
g) Setelah mengetahui arah mata angin, tariklah sudut sesuai dengan data
azimuth kiblat yang telah dihitung sebelumnya. Maka itulah arah kiblat.
Menggunakan Theodolite
Theodolite merupakan alat yang dapat digunakan untuk menentukan tinggi
dan azimuth benda langit, menentukan tata koordinat horizon dan sudut
vertikal, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur jarak dan membuat
garis lurus antar tempat.
Penggunaan theodolite ini merupakan cara yang lebih teliti untuk menentukan
arah kiblat. Theodolite adalah alat ukur semacam teropong yang dilengkapi
dengan lensa, angka-angka yang menunjukkan arah (azimuth) dan ketinggian
dalam derajat dan water-pass. Untuk menentukan lintang dan bujur tempat
dengan theodolite, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pasanglah theodolite pada tripot (tiang), dengan benar dan dengan
memperhatikan keseimbangan water-passnya, agar tegak lurus dengan titik
pusat Bumi. Juga perlu diperhatikan bahwa pemasangan ini harus
dilakukan di tempat yang datar dan dapat langsung terkena sinar
Matahari.
2. Pasang benang dengan pemberat (syaqul) di bawah theodolite tersebut.
3. Cocokkan jam yang akan digunakan dengan jam radio yang dikontrol oleh
Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan, dan GPS.
4. Ketahui lintang dan bujur tempat yang akan diukur dengan GPS/ alat lain.
5. Menghitung sudut arah kiblat di tempat tersebut.
6. Bidik Matahari (sinar paling terang yang tertangkap lensa) dengan
theodolite dalam posisi aktif (on).
7. Kunci theodolite agar kedudukannya tidak berubah, tekan tombol preset
dan catat jam pembidikan tersebut.
8. Cari data deklinasi dan equation of time (e) pada tanggal yang dihitung
pada data ephemeris.
9. Menghitung sudut waktu Matahari pada saat pengukuran.
10. Setelah theodolite menghadap ke utara sejati. Langkah selanjutnya adalah
tekan tombol preset pada theodolite agar data yang ditampilkan di layar
menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian putar theodolite ke kanan (searah
jarum jam) sebesar sudut arah kiblat yang sudah dihitung di atas. Inilah
arah kiblat yang dicari.
68o 35’ Tan 1/x x 97o 32’ Sin = : 72o 23’ Sin = - 97o 32’ Cos x 72o 23’ Tan
1/x = 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 47’ 27.15” U - B atau 24o 12’ 32.85” B – U,
dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.
2). Casio fx 3600, 3800, 3900, 4100
68o 35’ Tan Inv 1/x x 97o 32’ Sin = : 72o 23’ Sin = - 97o 32’ Cos x 72o 23’
Tan Inv 1/x = Inv 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 47’ 27.15” U - B atau 24o 12’
32.85” B – U, dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.
3). Karce-131 Scientific Calculator, Casio fx 82 MS, 85 MS, 95 MS, 100 MS,
115 MS, 350 MS, 570 MS, 820 MS, 991 MS, 992S, 4000 P , 4500 P , 5000
P.
1 / Tan 68o 35’ x Sin 97o 32’ / Sin 72o 23’ Exe - Cos 97o 32’ x 1 / Tan 72o
23’ Exe x-1 Exe Shift Tan Ans Exe Shift o’’65o 47’ 27.15” U - B atau 24o
12’ 32.85” B – U, dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.
Keterangan :
1. U-B : diukur dari titik Utara ke arah Barat
2. B-U : diukur dari titik Barat ke arah Utara
3. UTSB : diukur dari titik Utara se arah jarum jam (Utara –
Timur - Selatan – Barat)
4. a. tanda / bisa diganti : b. tanda Exe bisa diganti =
c. tanda x-1 dipijat shift (