Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Esa, yang mana atas
limpahan rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi mahasiswa, untuk belajar dan
mempelajari lebih lanjut tentang mata kuliah ilmu falak. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk menumbuhkan proses belajar mandiri kepada mahasiswa, agar kreativitas dan
penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui
tentang materi pengertian ilmu falak dalam mata kuliah ilmu falak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan senangtiasa menjadi sahabat dalam belajar untuk meraih prestasi yang
gemilang. Kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah sangat kami harapkan untuk
perbaikan dan penyerpurnaan dalam belajar pada masa mendatang.
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Ilmu Falak ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-
benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya
dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta
kedudukannya secara akurat (pasti) dari benda-benda langit lainnya.
Ilmu ini kemudian di adopsi oleh ilmuwan muslim dan di kembangkan dalam
dunia Islam karena sangat berperan dalam penentuan-penentuan ibadah.
 Rumusan masalah
1. Apa pengertian ilmu falak ?
2. Bagaimana sejarah ilmu falak ?
3. Apa ragam sistem hisab falak ?
4. Bagaimana kedudukan ilmu falak dalam hukum Islam ?
 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu falak
2. Untuk mengetahui sejarah ilmu falak
3. Untuk mengetahui ragam sistem hisab falak
4. Untuk mengetahui kedudukan ilmu falak dalam hukum Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Falak


Secara bahasa, kata Falak berasal dari bahasa Arab (‫ )الفلك‬yang berarti orbit atau
lintasan benda-benda langit. Di dalam Al-Qur’an juga ada dua kata “falak” dengan
makna tersebut dalam redaksi ayat sebagai berikut.
َ‫س َوالقَ َم َر ُكل في فَلَك يَسبَ ُحون‬ َ ‫َو ُهو الّذي َخلَقَ اللي َل َوالن‬
َ ‫هار َوالشم‬
Dan dia yang telah menciptakan malam dan siang. Matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduannya beredar pada suatu garis edar.

َ‫س يَنبَغي لَ َها أن تُدركَ القَ َم َر َوالَ اللي ُل ساب ُق النهار َو ُكل في فَلَك يَسبَ ُحون‬
ُ ‫الَ الشم‬

Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat
mendahului siang, dan masing-masing beredar pada suatu garis edar.

Dengan demikian dari sudut bahasa, kata ilmu falak bisa diartikan dengan
pengetahuan tentang orbit atau garis edar benda-benda langit.

Dari segi terminologi, ilmu falak ialah ilmu yang mempelajari seluk-beluk
benda-benda langit dari segi bentuk, ukuran, keadaan fisik, posisi, gerakan,
dan saling hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.

Secara garis besar, ilmu falak dibagi menjadi dua, yaitu ilmu falak nazariy
dan ilmu falak amaliy. Ilmu falak nazariy ialah ilmu falak dalam arti astronomi
umum seperti yang telah dikemukakan definisinya di muka. Sementara ilmu
falak amaliy adalah ilmu falak seperti yang dikenal masyarakat umum di
negeri ini sebagai ilmu hisab, yaitu ilmu yang memanfaatkan hasil-hasil
penyelidikan tentang pola gerakan benda-benda langit, khususnya bumi, bulan
dan matahari untuk kepentingan praktis, seperti untuk menghitung tibannya
waktu-waktu shalat, saat kemunculan hilal untuk acuan penentuan awal bulan
qamariah, sudut arah kiblat, dan sebagainya.
B. Sejarah ilmu Falak

Dari segi sejarahnya,Ilmu Falak dapat dikatakan sebagai ilmu yang


tertua.Berdasarkan hasil pengamatan atau penyelidikan terhadap benda-benda
langit,ilmu ini dulunya banyak dikenal dengan sebutan Ilmu perbintangan, Lahir dan
tumbuh seiring perkembangan aktivitas penyelidikan manusia terhadap benda-benda
langit itu sndiri.Ribuan tahun sebelum masehi,penyelidikan terhadap benda-benda
langit telah diselidiki oleh bangsa-bangsa berperadapan tua seperti
Mesir,Mesopotamia,Babilonia,dan Tiongkok.

Di antara hasil dari penyelidikan itu,pada tahun 4221 SM (sebelum masehi)


bangsa Mesir telah membuat Kalender Matahari (Syamsiyah), yakni kalender yang
disusun seiring dengan siklus tropis matahari.Kepentingan mereka pada Kalender
Matahari tersebut sesuai dengan kebutuhan pegetahuan tentang waktu meluapnya
sungai Nil,musim tanam,dan musim panen.Mereka pada saat itu menghitung panjang
siklus tropis matahari sama dengan 365 hari.Untuk penyusunan kalender,mereka
membagi rata yang 360 hari menjadi 12 bulan (masing-masing bulan umurnya 30
hari),dan 5 hari sisanya mereka jadwalkan untuk penyelenggaraan pesta perayaan
tahunan.

Bangsa Babilonia yang berada di antara Tigris dan sungai Efrat pada sekitar tahun
3000 SM sudah menemukan dua belas gugusan bintang (zodiak) yang posisinya di
langit mereka bayangkan membentuk satu lingkaran.Setiap gugusan bintang akan
berlalu setelah 30 hari.Temuan mereka ini akhirnya melahirkan ilmu geometri dan
matematika,ilmu ukur dan ilmu hisab.

Dari Babilonia,pedagang-pedagang dari Funisia membawa ilmu perbintangan itu


ke Yunani.Pada abad ke-4 SM peradapan Yunani mencapai masa keemasannya,ilmu
perbintangan telah mendapat kedudukan yang sangat penting dan luas.Pada abad ke
dua Masehi di Iskandaria (Mesir),Claudius Ptolemaeus (90-168 M),seorang ahli
perbintangan (astronomi) dan geografi keturunan Yunani berhasil menghimpun
pengetahuan tentang bintang-bintang dalam sebuah naskah yang disebut Tabril
Magesthi.Naskah ini kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia sebagai pedoman
dasar ilmu perbintangan.
Pada abad ke-8 masehi atau satu abad sepeninggalan Nabi Muhammad SAW (632
M),dunia Islam mengambil alih ilmu perbintangan itu dari Yunani.Pada zaman
pemerintahan al-Mansur (754-775 M),salah seorang khalifah dari Bani Abbasiyah,di
kota Baghdad telah mendirikan sekolah astronomi.

Ada salah seorang ulama Islam yang terkemuka sebaagai ahli ilmu falak beliau
adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi yang dikenal sebagai pengumpul dan
penyusun daftar astronomi dalam bentuk angka-angka (sistem perangkaan Arab yang
diperoleh dari India) yang kemudian terkenal dengan sebutan algoritmus (logaritma).

Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai ulama yang bersungguh sungguh


mengembangkan Aljabar dalam beberapa karya tulisnya.

Selain al-Khawarizmi banyak ulama muslim lainnya yang memiliki peran besar
dalam mengembangkan ilmu falak.Di antaranya Abu Mas’syar al-falakiy dengan
karyanya Hay’ah al-Falak,Abu Raihan al-Biruniy dengan karyanya al-Qanun al-
Mas’udiy,Ali bin Ahmad al-Nawawiy dengan karyanya al-Muqni’fi Hisab al-
Hindi,Nasiruddin al-Tusiy dengan karyanya al-Tadhkirah fi ilmi al-
Hay’ah,Muhammad Turghay Ulughbek dengan karyanya Zij Sultaniy.Karya-karya
monumental yang sebagian besar masih berupa manuskrip tersebut kini tersimpan di
Ma’had al-Makhtutat al-Arabiy,Kairo-Mesir.

Dari kawasan Arab,ilmu falak kemudian menyeberang ke Eropa,di eropa


muncullah Nicolas Copernicus yaitu ahli ilmu Falak dari Polandia yang mencetuskan
teori Heliosentris yang masih di gunakan sampai sekarang.Dengan ditemukannya
teleskop oleh Galileo Galilei yang menguatkan teori Heliosentris,dan membuat
perkembangan ilmu falak semakin maju lagi.

Ilmu falak juga masuk dan berkembang di Indonesia. Dalam ensiklopedi Islam,
menyatakan bahwa Indonesia mempunyai ulama yang dikenal sebagai bapak ilmu
falak Indonesia yaitu Syekh Taher Jalaluddin al-Azhari. Selain Syekh Taher
Jalaluddin pada masa itu juga terdapat tokoh-tokoh ilmu falak lainnya yang
berpengaruh,seperti Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari,Ahmad Rifa’i, dan K.H.Sholeh Darat.

Selanjutnya perkembangan ilmu falak di Indonesia dipelopori oleh K.H. Ahmad


Dahlan dan Jamil Djambek.Kemudian diteruskan oleh anaknya Siraj Dahlan dan
Saadoe’ddin Djambek.Di antara murid Saadoe’ddin yang menjadi tokoh ilmu falak
adalah H.Abdur Rachim.

Penguasaan ulama Islam terhadap ilmu falak telah memungkinkan mereka untuk
melakukan perhitungan untuk menentukan waktu-waktu salat,sudut arah kiblat,awal
bulan hijriyah,gerhana bulan (khusuf),dan gerhana matahari (kusuf).

C. Ragam sistem hisab Falak di Indonesia

Muara dari keberadaan ilmu falaq sebagai ilmu yang berkembang iakah lahirnya
berbagai sistem hisab atau perhitungan dengan derajat akurasi yang bervariasi. Secara
umum sistem-sistem hisab yang berkembang di Indinesia lazim di klasifikasikan
menjadi tiga kategori, yakni taqribiy, tahqiqiy, dan tadhqiqiy.

Sistem taqribiy mendasarkan perhitungaya pada daftar ephimeris yang di susun


oleh ulugh biy (w.853 m.) yang kemudian di pertajam dengan beberapa koreksi yang
sederhana. Dalam menghitung ketinggian bulan saat terbenam matahari sesudah
ijtimak(kongjungsi), sistem ini hanya melakukanya dengan membagi dua selisih
waktu antara saat ijtimak dan terbenam matahari.

Sistem tahqiqiy, secara umum sama dengan sistem taqribiy, tetapi unsur-unsur
koreksinya lebih banyak. di samping itu dalam menghitung ketinggihan bulan saat
terbenam matahari sesudah ijtimak, sistem ini sudah menggunakan rumus-rumus ilmu
ukur segitiga bola sehingga hasilnya menjadi lebih akurat.

Sistem eadhqiqiy, di samping menggunakan rumus-rumus ilmu ukur segita bola


dan koreksi-koreksi lebih detail, mengacu pada data posisi benda langin kntemporer,
yaitu data ynag selalu di koreksi dengan temuan-temyan terbaru. Sistem ini di
kembangkan oleh lembaga-lembaga astronomi seperti planetarium, badan meteorologi
dan geofisika, dan observatorium bosscha ITB. Data astronomi kotemporer yang bisa
di acu terdapat antara lain dalam buku-buku.

D. kedudukan ilmu falak dalam hukum Islam

Dalam hukum Islam,aspek penentuan waktu dan tempat (mawaqit) menjadi


bagian inheren dalam pembebanan (taklif) sejumlah pekerjaan (af’al) atas orang-
orang mukallaf.Hukum Islam bahkan menjadikan aspek mawaqit tersebut sebagai
bagian dalam pelaksanaan empat perkajaan utama yang terangkum dalam rukun-
rukun Islam,yakni salat,zakat,puasa,dan haji.

Salat disyariatkan untuk ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (mawaqit al-


salah) dan dilakukan dengan cara menghadap ke kiblat. Zakat,untuk jenis harta
tertentu,kewajiban membayarnya berlaku pada saat masa kepemilikannya sebesar
minimal nishab telah memenuhi ketentuan jatuh tempo satu tahun. Puasa difardukan
kepada para mukallaf yang akan melaksanakan puasa ramadhan dan untuk
menentukan kapan awal puasa dilaksanakan dengan mengunakan ilmu falak.Haji
wajib dikerjakan pada waktu tertentu (miqat zamani) serta dari dan pada tempat
tertentu (miqat makani).

Di luar itu aspek mawaqit juga hadir sebagai bagian dari pensyariatan salat sunah
seperti salat Duha,Tahajjud,dan witir,dan juga puasa sunnah seperti puasa hari
Arafah,Tasu”a,Asyura,dan Ayyamul al-Bid (hari-hari di pertengahan bulan),serta
persyariatan waktu-waktu terlarang salat dan hari-hari terlarang puasa. Bahkan unsur
mawaqit juga hadir dalam hukum nikah yaitu yang berkenaan dengan masa iddah
wanita tidak haid yang ditalak dan wanita yang ditinggal mati oleh suaminya.

Dalam kajian tentang aspek mawaqit ini,ijtihad para fuqaha berorientasi pada
dalil-dalil syara’ dalam rangka mendapatkan pengetahuan mengenai ihwal hukum
mawaqit yang dikehendaki oleh Allah sebagai Pembuat Syara’ (syari’). Ijtihad jumnur
fuqaha mengenai mawaqit salat Isya’ misalnya,menghasilkan natijah bahwa awal
waktu shalat Isya’ tiba bersamaan dengan sirna atau hilangnya mega merah (al-syafaq
al-ahmar) dari latar langit ufuk barat.

Produk Ijtihad para fuqaha tersebut pada dasarnya di pedomani langsung oleh para
mukallaf diranah penerapan hukum. Hanya saja karena implementasinya murni
berbasis pengindraan, maka produk ijtihad melalui indera penglihatan dapat bekerja
dengan baik apabila kondisi langit normal seperti tidak terselimuti polusi
cahaya,asap,debu,kabut,awan dan lain lain yang mengganggu kerja penginderaan.

Dengan berbasiskan data hasil penginderaan atau observasi yang diolah


sehingga menghasilkan natijah perhitungan (hisab) yang cermat atau akurat
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mempelajari suatu disiplin ilmu tentu ada suatu tuuan, begitu juga ketika kita
mempelajari ilmu falak mempunyai suatu tujuan yang sangat jelas, selain hukumnya
waib kifayah, berdasarkan kaidah ushul, tidak sempurna suatu kewajiban jika tidak
ada sesuatu, maka sesuatu tersebut menjadi wajib hukumnya. Juga ada maksud lain
yaitu dengan mempelajari ilmu falak, kita bisa memastikan ke arah mana kiblat suatu
tempat di permukaan bumi. Kita juga bisa memastikan waktu ibadah.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Salam, Ilmu Falak Praktis (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014)


Abd. Salam, Ilmu Falak praktis (Surabaya: IMTIYAZ, 2016)

Anda mungkin juga menyukai