Anda di halaman 1dari 25

Falakiyah (Hilal, Masehi, dan Hijriah)

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Astronomi

Yang Dibina oleh Bapak Agung Mulyo Setiawan, S.Pd, M.Si.

Disusun Oleh :

1. Novi Eka Putri (190351620443)

Kelompok 8 / Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

November 2021
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK 8

Nama : Novi Eka Putri

NIM : 190351620443

Angkatan : 2019

Email : novi.eka.1903516@students.um.ac.id

2|Page
Daftar Isi

PROFIL ANGGOTA KELOMPOK 8 ............................................................................................ 2


Daftar Isi ......................................................................................................................................... 3
Daftar Gambar ................................................................................................................................ 4
BAB I .............................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 7
A. Pengertian Ilmu Falakiyah ................................................................................................... 7
B. Pengertian Hilal ................................................................................................................... 8
C. Pengertian Kalender Atau Penanggalan............................................................................. 10
D. Pengertian Dan Latar Belakang Kalender Masehi ............................................................. 10
E. Pengertian Dan Latar Belakang Kalender Hijriyah ........................................................... 11
F. Penentuan Kalender Hijriah Dengan Hisab Dan Rukyat ................................................... 15
BAB III ......................................................................................................................................... 21
PENUTUP..................................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 21
B. Saran .................................................................................................................................. 22
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 23
GLOSARIUM ............................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25

3|Page
Daftar Gambar
Gambar 1. Hilal……………………………………………………………………………9

Gambar 2. Fase-Fase Bulan……………………………………………………………….16

4|Page
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya ilmu pengetahuan astronomi dapat membantu dalam mempelajari
matahari, bulan, bintang, dan planet-planet yang lainnya. Ilmu falak merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari mengenai lintasan benda-benda langit seperti bulan,
matahari, bintang-bintang, dan benda-benda langit lainnya. Ilmu falak memiliki tujuan
untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit serta kedudukan dari benda langit
(matahari, bulan, dan bumi) dan kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.
Adanya ilmu falak sangat bermanfaat bagi manusia terutama dalam menentukan waktu
yang berkaitan dengan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam. Terciptanya kalender juga
merupakan salah satu implementasi dari ilmu falak. Kalender merupakan suatu sistem
pengorganisasian waktu untuk perhitungan waktu selama periode tertentu. Dengan
adanya kalender dapat menata kehidupan manusia supaya lebih teratur, dapat digunakan
dalam pencatatan peristiwa sejarah, dan dapat melaksanakan ibadah dengan mudah dan
tepat.
Beberapa tahun yang lalu telah banyak jenis-jenis kalender yang digunakan oleh
manusia, namun seiring perkembangan zaman dan beberapa alasan tertentu kalender-
kalender terseut mengalami perbaikan dan perkembangan. Serta dalam pengembangan
kalender tersebut dapat memudahkan manusia dalam memanfaatkannya. Ilmu falak
sangat berperan dalam penyusunan sebuah kalender terutama kalender yang digunakan
oleh umat muslim untuk keperluan beribadah. Sehingga dalam untuk menambah
pengetahuan pembaca terkait ilmu falak, hilal, dan kalender maka penyusun menulis
makalah yang berjudulu “Falakiyah (Hilal, Masehi, dan Hijriyah).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu falakiyah?
2. Apa pengertian hilal?
3. Apa pengertian kalender atau penanggalan?
4. Apa pengertian dan latar belakang kalender masehi?
5. Apa pengertian dan latarbelakang kalender hijriyah?
6. Bagaimana penentuan kalender hijriyah dengan hisab dan rukyat?

5|Page
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari ilmu falakiyah.
2. Mengetahui pengertian hilal.
3. Mengetahui pengertian kalender atau penanggalan.
4. Mengetahui pengertian dan latar belakang kalender masehi.
5. Mengetahui pengertian dan latar belakang kalender hijriyah.
6. Mengetahui penentuan kalender hijriyah dengan hisab dan rukyat.

6|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Falakiyah


Secara umum ilmu Falak memiliki dua pengertian yaitu secara etimologis dan
secara terminologis. Secara etimologis ilmu Falak berasal dari kata Falak yang memiliki
arti lintasan benda-benda langit yang disebut dengan orbit. Sedangkan secara
terminologis, ilmu Falak merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
lintasan benda-benda langit seperti bulan, matahari, bintang-bintang, dan benda-benda
langit lainnya. Ilmu pengetahuan ini memiliki tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-
benda langit itu serta kedudukan dari benda langit langit itu serta kedudukannya dari
benda-benda langit yang lain (Kurniawan, 2009). Ilmu falak secara teoritik memberikan
deskripsi dalam memudahkan seseorang dalam menentukan permulaan awal bulan dan
awal waktu shalat dengan hanya melihat secara langsung atau merukyat dengan mata
telanjang. Ilmu Falak sangat berkaitan dengan ibadah yang dilakukan oleh umat muslim,
karena dengan adanya Ilmu Falak membantu dalam mengetahui kapan waktu shalat,
waktu haji, waktu puasa, waktu zakat, kapan akan terjadi gerhana bulan, dan juga dapat
digunakan dalam penetuan arah kiblat. Ilmu Falak dibedakan menjadi dua yaitu Ilmu
Falak Ilmiy dan Ilmu Falak Amaliy.
1) Ilmu Falak Ilmiy
Ilmu Falak Ilmiy membahas mengenai teori dan konsep benda-benda langit matahari,
bulan, bintang-bintang, dan benda-benda langit lainnya. Misalkan asal-usul
kejadiannya, bentuk dan tata himpunannya, jumlah benda langit, ukuran dan jaraknya,
gerak dan gaya tariknya, dan kandungan unsur-unsurnya. Ilmu Falak Ilmiy biasanya
juga disebut sebagai Ilmu Falak Teori, karena pada pembahasannya berkaitan dengan
konsep dan teori tata surya.
2) Ilmu Falak Amaliy
Ilmu Falak Amaliy merupakan Ilmu Falak yang melakukan perhitungan untuk
mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit. Ilmu Falak Amaliy baisanya
dikenal sebagai Ilmu Hisab. Ilmu Falak dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan

7|Page
dan menetapkan pelaksanaan kegiatan ibadah dalam Islam seperti menetapkan arah
kiblat, waktu shalat, awal puasa, idul fitri, idul adha, haji, dan wukuf di Arafah

Objek kajian dalam ilmu falak secara umum memperhitungkan posisi gerak semu
harian (peredaran) benda-benda langit, yang terdiri dari matahari dan bulan sebagaimana
diamati dari bumi, dalam bingkai segitiga pada suatu lingkaran. Tujuan dari mempelajari
imu falak secara umum yaitu untuk mengerahui arah/azimut baik suatu tempat di bumi
maupun benda langir, tinggi suatu benda langit, dan waktu di bumi. Sedangkan pokok-
pokok bahasan ilmu falak (Amali/Syar‟iy) yaitu menentukan arah/azimut dan bayang-
bayang kiblat; waktu shalat yang lima, dhuha dua hari raya imsak, dan syuruq; tanggal;
dan waktu dimana terjadi gerhana matahari serta gerhana bulan (Djawas, 2019).

B. Pengertian Hilal
Di dalam Al-Qur‟an Allah SWT telah menjelaskan tentang hilal,disebutkan dalam
Surah Al-Baqarah ayat 189 yang berbunyi

                 

              

189. mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan
memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan
orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Dari penjelasan surah tersebut hilal memiliki fungsi sebagai patokan dalam
penentuan waktu bagi manusia, khususnya waktu-waktu yang berkaitan dengan
pelaksanaan ibadah. Di dalam berbagai riwayat juga dijelaskan bahwa hilal Secara
etimologi hilal berasal dari kata (‫ )ال ه الل‬yang merupakan bentukan dari kata (‫)اإلهالل‬
yang memiliki arti yaitu teriakan dan mengangkat suara. Kata (‫ )الل ه ال‬di dalam Lisanau’l
‘Arab memiliki arti yang merupakan permulaan bulan pada saat manusia meneriakkan
suara ketika pertama kali melihat di awal bulan. Teriakan ini merupakan kebiasaan yang
dimiliki oleh orang Arab pada saat itu ketika melihat adanya bulan yang muncul yang

8|Page
menandakan masuknya bulan baru dengan munculnya hilal. Menurut Ibnu Manzhur
mengartikan hilal sebagai bulan sabit yang tampak pada hari pertama dan hari kedua di
bulan qamariyah (Al-Azhar, 2018).

Gambar 1. Hilal
Sumber : Wowkeren.com
Bulan sabit pertama biasanya tampak seperti goresan garis cahaya yang tipis, dan ketika
dilihat menggunakan teleskop dengan pemroses citra dapat tampak sebagai garis cahaya
tipis di tepi bulatan bulan yang mengarah ke matahari (Jayusman, 2010). Hilal menjadi
acuan utama dalam penentuan masuknya awal bulan qamariyah yang memiliki beberapa
kriteria sebagai berikut.
1. Bulan terbenam lebih dahulu dari matahari (hilal masih atau sudah berada di bawah
ufuk alias hilal negatif). Dalam keadaan ini, hilal dipastikan tidak terlihat, dan setiap
kesaksian akan tertolak.
2. Matahari terbenam lebih dahulu dari bulan. Dalam keadaan ini ada kemungkinan
hilal akan terlihat namun bergantung pada ketinggiannya di tas ufuk
3. Hilal terlihat setelah terbenamnya matahari sebelum terjadi konjungsi. Hal ini belum
terhitung sebagai hilal awal bulan dalam masih terhitung sebagai hilal awal bulan dan
masih terhitung sebagai hilal akhir bulan.
4. Terjadinya konjungsi ketika terbenamnya matahari dalam keadaan tertutup atau
terjadi gerhana matahari, maka dipastikan bahwa hilal tidak akan terlihat karena
kekontrasan cahaya matahari.
5. Bulan terbenam setelah terbenamnya matahari, sementara itu di wilayah lain
sebaliknya. Sehingga dalam hal ini setiap wilayah berlaku penetapan masing-masing
berlandaskan pada hadits Kuraib.

9|Page
C. Pengertian Kalender Atau Penanggalan
Penanggalan atau yang lebih sering disebut dengan kalender, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki arti yang sama dengan almanak, takwim, dan tarikh. Dari segi
bahasa dalam Encyclopedia Britannica, kalender berasal dari bahasa latin yaitu
calendarium, yang memiliki arti daftar bunga atau buku rekening. Definisi kalender
menurut E. G. Richards adalah sekma untuk mengelompokkan bulan ke tahun namun
terkadang pengelompokannya dapat lebih kecil dari bulan seperti mingguan. Kalender
merupakan suatu sistem yang mengatur kronologi waktu secara baik dengan
mengelompokkan satuan-satuan waktu dalam hari, minggu, bulan dan tahun (Riza, 2020).
Kalender adalah suatu sistem pengorganisasian waktu untuk perhitungan waktu
selama periode tertentu. Secara konvensi, hari adalah unit kalender terkecil, sementara
untuk pengukuran bagian dari sebuah hari digunakan sistem perhitungan waktu (jam,
menit, dan detik). Beberapa sistem kalender mengacu pada suatu siklus astronomi yang
mengikuti aturan yang tetap, tetapi beberapa sistem kalender ada yang mengacu pada
sebuah aturan yang abstrak dan hanya mengikuti sebuah siklus yang berulang tanpa
memiliki arti secara astronomi. Istilah kalender disebut dengan tarikh, taqwim, almanak,
dan penanggalan. Pengertian kalender dapat dirumuskan sebagai berikut
- Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan istilah penanggalan.
- Sejumlah sistem/kaidah.peraturan untuk menata waktu (hari, minggu, bulan, dan
tahun) secara tepat.
- Memuat informasi hari-hari libur, tanggal bersejarah, jadwal waktu shalat, dan
lainnya.
Kalender memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai menata kehidupan supaya lebih teratur,
mencatat peristiwa sejarah, merencanakan masa depan lebih tertib, dan melaksanakan
ibadah dengan mudah dan tepat (Iman, 2016).

D. Pengertian Dan Latar Belakang Kalender Masehi


Kalender masehi merupakan sebutan yang digunakan untuk kalender Julian dan
Gregorius. Kata Masehi berasal dari bahasa Arab al-Masih yang memiliki arti yang
membasuh, mengusap atau membelai. Dalam bahasa latin kalender Masehi disebut
dengan Anno Domini (AD=Tahun Tuhan). Dalam bahasa Inggris disebut dengan Before

10 | P a g e
Christ I (BC=sebelum kelahiran Kristus) atau disebut juga dengan Before Common Era
(BCE=sebelum era umum). Kalender masehi juga dapat dikenal dengan kalender
Miladiyah (Qulub, 2017). Kalender masehi atau yang dikenal sebagai kalender syamsiyah
atau kalender miladiyah merupakan sistem perhitungan waktu yang berdasarkan pada
pergerakan relatif bumi terhadap matahari. Kalender masehi diciptakan dan
diproklamirkan penggunaannya pada tahun 753 SM oleh Numa Pompilus. Penanggalan
pada kalender masehi didasarkan pada perubahan musim sebagai akibat peredaran semu
matahari, dengan menetapkan panjang satu tahun berumur sekitar 366 hari. Bulan
pertamanya adalah Maret karena pada bulan ini posisi matahari berada di titik Aries yang
terjadi pada bulan Maret.
Pada saat Dewan Yustisi Gereja bersidang untuk yang pertama kalinya yaitu pada
bulan Januari 525 M, atas saran Dyonsius Exiquus maka mulai saat itu bulan Januari
ditetapkan sebagai bulan pertama sedangkan bulan yang terakhir adalah Desember.
Kalender masehi memiliki beberapa ketentuan yaitu
1) Setiap tahun terdiri dari 12 bulan yaitu Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni,
Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Bulan ke 1, 3, 5, 7, 8,
10, dan 12 masing-masing berumur 31 hari, sedangkan bulan ke 4, 6, 9, dan 11
masing-masing berumur 30 hari. Bulan ke 2 berumur 28 hari pada tahun basithah,
dan berumur 29 hari pada tahun kabisat.
2) 1 tahun masehi = 365 hari (Basithah) dengan jumlah hari pada februari yaitu 28 hari
atau 1 tahun masehi = 366 hari (Kabisat) dengan jumlah hari pada bulan februari 29
hari.
3) Tahun kabisat adalah bilangan tahun yang habis dibagi empat, basithah adalah
ilangan tahun yang tidak habis dibagi empat.

E. Pengertian Dan Latar Belakang Kalender Hijriyah


Pada masa khalifah Umar ibn Khattab (634-644) kekuasaan Islam menyebar luas
dari Mesir hingga ke Persia. Suatu hari gubernur Irak yaitu Abu Musa al-Asy‟ari
mengirimkan surat pada Khalifah Umar yang ada di Madinah, isi dari surat tersebut yaitu
“Surat-surat kita memili tanggal dan bulan namun tidak berangka tahun. Sudah saatnya
umat Islam membuat tarikh sendiri dalam perhitungan tahun”. Setelah menerima surat

11 | P a g e
dari gubernur Irak khalifah Umar bin Khattab menyetujui usulan tersebut. Khalifah Umar
bin Khattab membentuk suatu panitia yang diketuai oleh Khalifah Umar bin Khattab
sendiri dan panitia tersebut dianggotai oleh Usman ibn Affan, Ali bin Abi Thalib,
Abdurrahman ibn Auf, Sa‟ad ibn Abi Waqqas, Thalhah ibn Ubaidilah, dan Zubair ibn
Awwam. Panitia tersebut bermusyawarah untuk menentukan tahun satu dari kalender
yang selama ini digunakan tanpa angka tahun. Ada yang mengusulkan untuk
perhitungannya dimulai pada saat Nabi dilahirkan, dan ada juga yang mengusulkan pada
saat pertama kali turunnya wahyu Allah SWT. Setelah bermusyawarah panjang akhirnya
menyepakati usulan yang disampaikan oleh Ali ibn Abi Thalib, yaitu tahun berhijrahnya
kaum muslim dari Mekkah ke Madinah. Ali ibn Abi Thalib mengemukakan tiga argumen
yaitu pertama, dalam Al-Qur‟an sangat banyak penghargaan Allah bagi orang-orang yang
berhijrah. Kedua, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah
hijrah ke Madinah. Ketiga, umat Islam sepanjang zammmman diharapkan selalu
memiliki semangat hijrah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan dan
ingin berhijrah pada kondisi yang lebih baik.
Khalifah Umar ibn Khattab mengeluarkan suatu keputusan bahwa tahun pada saat
Nabi hijrah adalah tahun satu dan sejak keputusan tersebut dikeluarkan kalender umat
Islam disebut dengan tarikh Hijriah. Tanggal 1 Muharam 1 Hijriyah bertepatan dengan
tanggal 16 Juli 622 Masehi. Keputusan Khalifah Umar ibn Khattab dikeluarkan pada
tahun 638 M, sehingga pada tahun tersebut ditetapkan sebagai tahun 17 Hijriah. Kalender
Hijriah biasanya disingkat dengan A.H. dalam bahasa Barat, yang berasal dari bahasa
latin “Anno Hegirae” atau yang dikenal dengan “After Hijrah”. Badan Hisab dan Rukyat
Departemen RI, mengemukakan bahwa sistem penanggalan atau tarikh Hijriah dimulai
sejak tahun 17 Hijriah, tepatnya pada masa kekhalifaan Umar ibn Khattab, setelah
pemerintahannya berlangsung sekitar 2,5 tahun sejak terjadinya persoalan yang
menyangkut sebuah dokumen yang terjadi pada bulan Syakban. Sehingga muncullah
pertanyaan bulan Syakban yang mana, bulan Syakban pada tahun itu, atau pada bulan
Syakban yang baru lalu. Beberapa pertanyaan tersebut tidak terjawab, sehingga Umar
memanggil beberapa orang sahabat terkemuka untuk membahas persoalan tersebut dan
mencari jalan keluar dengan menciptakan anggaran tentang penentuan tarikh. Pada saat
itu juga terjadi perdebatan terkait standar perhitungan tarikh. Namun yang disepakati

12 | P a g e
adalah tarikh Islam dimulai pada saat hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke
Madinah. Nama-nama bulan serta sistem perhitungannya masih tetap menggunakan
sistem yang dipakai oleh masyarakat Arab, yang dimulai dari bulan Muharam dan
diakhiri dengan bulan Dzulhijah. Sehingga perhitungan tahun Hijriah dilakukan dengan
menghitung mundur sebanyak 17 tahun. Kalender yang terbentuk pada masa kekhalifaan
Umar ibn Khattab pada tahun 17 H disebut dengan kalender Hijriah. Sejak saat itu,
ditetapkan tahun hijrah Nabi sebagai tahun satu, 1 Muharram 1 Hijriah bertepatan dengan
16 Juli 622 M. Tahun dikeluarkannya keputusan tersebut ditetapkan sebagai tahun 17
Hijriah.

Karena bulan sinodik hanya memiliki 12 x 29,53 hari, maka satu tahun kalender
Qamariyah memiliki waktu dalam setahun sekitar 354,36707 hari. Sehingga kalender
Islam secara lebih konsisten lebih pendek sekitar 11, 256 haru dari kalender Syamsiyah
(Fitriyanti, 20). Nama-nama bulan pada kalender Hijriah yaitu

1. Muharam 7. Rajab
2. Shafar 8. Syakban
3. Rabiul Awal 9. Ramadhan
4. Rabiul Akhir 10. Syawal
5. Jumadil Awal 11. Zulkaidah
6. Jumadil Akhir 12. Dzulhijah

Nama-nama pada bulan hijriah bukan merupakan wahyu yang diturunkan kepada
umat Islam. Namun nama-nama tersebut sudah ada sebelumnya dan digunakan berabad-
abad oleh bangsa Arab.orang Arab pada zaman dahulu menggunakan bulan sebagai
media untuk menentukan waktu, sehingga penanggalan mereka disebut dengan al-
Taqwim al-Qamari (kalender bulan), karena pada perhitungannya bergantung pada bulan.
Nama-nama bulan tersebut diberikan sesuai dengan suatu keadaan yang mereka lakukan
pada bulan-bulan tersebut.

1) Muharam memiliki arti yang terlarang, karena pada bulan ini, bangsa Arab
seluruhnya mengharamkan adanya peperangan. Tidak ada tumpah darah pada bulan

13 | P a g e
ini. Larangan ini merupakan hukum ada yang tak tertulis dan sudah berlaku sejak
lama.
2) Shafar memiliki arti kosong, karena pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan
rumah-rumah mereka yang beralih ke medan perang.
3) Rabi‟ al-Awwal atau Rabiul awal memiliki arti musim semi, karena pada bulan ini
sering terjadi musim semi. Selain itu pada bulan ini para pria yang pergi untuk
berperang kembali ke rumah.
4) Rabi‟ al-Tsani atau Rabiul akhir mengikuti nama bulan sebelumnya karena pada
bulan ini musim semi masih berlangsung. Tsani memiliki arti kedua atau musim semi
akan berakhir. Pada bulan ini kaum pria terakhir kali menetap di kampungnya.
5) Jumada al-Ula atau jumasil awal memiliki arti musim panas. Pada bulan ini akan
terjadi banyak kekeringan dan awal mulainya musibah kemarau.
6) Jumada al-tsaniyah yang memiliki arti seperti bulan sebelumnya. Pada bulan ini
musim kemarau akan berakhir.
7) Rajab memiliki arti sesuatu yang mulia, mereka memuliakan dirinya dan orang
lain. Sehingga pada bulan ini haram untuk melakukan peperangan dan haram untu
melakukan pembunuhan.
8) Syakban memiliki arti kelompok, karena pada bulan ini orang-orang Arab kembali ke
kelompok (suku) mereka masing-masing dan berkelompok lagi untuk berperag
setelah sebelumnya di bulan Rajab dimana pada bulan Rajab hanya duduk di rumah
masing-masing.
9) Ramadhan memiliki arti panas menyengat atau membakar, karena pada bulan ini
matahari lebih jauh menyengat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Pada bulan
Ramadhan umat muslim melaksanakan ibadah puasa yang berkahnya begitu besar
bagi umat islam diseluruh dunia.
10) Syawwal memiliki arti kebahagiaan, pada bulan syawwal umat muslim kembali ke
fitrahnya karena usia menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta bermaaf-
maafan, sehingga membuat kebahagiaan diberbagai tempat.
11) Dzulkaidah yang memiliki arti duduk atau istirahat beraktifitas, karena pada bulan ini
orang-orang Arab sedang duduk dan beristirahat dari perang dalam man haji yaitu
bulan dzulhijjah yang mana pada bulan tersebut diharamkan untuk berperang.

14 | P a g e
12) Dzulhijjah, pada bulan ini biasanya orang-orang Arab melakukan Haji dan thawaf di
ka‟bah.

Kalender Hijriah digunakan untuk keperluan ibadah selain itu juga digunakan dalam
merekonstruksi peristiwa atau sejarah di masa lampau. Kalender hijriah disebut juga
sebagai kalender Islam atau kalender qamariyah. Disebut sebagai kalender hijriah karena
tahun pertama dalam kalender ini terjadi pada saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari
Mekkah ke Madinah (Zarkasih, 2018).

F. Penentuan Kalender Hijriah Dengan Hisab Dan Rukyat


Untuk mengetahui sistem penanggalan pada kalender hijriah maka dapat
ditelusuri dengan beberapa konsep sebagai berikut:
1) Umur bulan qamariyah
Dalam sistem hisab yang didasarkan pada peredaran Bulan dan Bumi yang
sebenarnya, umur dari bulan qamariyah tidak konstan dan tidak beraturan namun
bergantung pada posisi hilal pada setiap awal bulan. Umur bulan dapat berselang-
seling antara 29 hari dan 30 hari. Ataupun juga dapat berturut-turut 29 hari dan
berturut-turut 30 hari. Hal ini bergantung pada peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya dan posisi hilal pada awal bulan tersebut. Sistem perhitungan ini berbeda
dengan sistem perhitungan urfi yang didasarkan pada perhitungan rata-rata dari
peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Perhitungan secara urfi bersifat tetap dan umur
dari setiap bulannya tetap.
2) Permulaan hari
Dalam penentuan permulaan hari yang baru dimulai dari waktu Maghrib, yaitu pada
saat terbenamnya matahari. Ketika masuknya waktu Maghrib berarti telah masuk
hari yang baru. Selain itu terjadi pergantian tanggal dan sekaligus meninggalkan hari
yang sebelumnya. Sedangkan dalam ilmu astronomi, pergantian atau permulaan hari
berlangsung pada posisi matahari berkulminasi bawah atau pada pukul 24.00 atau
12.00 malam.
3) Hilal
Hilal merupakan bulan sabit pertama yang teramati di ufuk barat sesaat setelah
matahari terbenam, tampak seperti goresan garis cahaya yang tipis dan bila

15 | P a g e
menggunakan teleskop dengan pemroses citra dapat tampak sebagai garis cahaya
tipis di tepi bulan yang mengarah ke matahari.
4) New month
Dalam menentukan telah masuk bulan baru atau awala bulan qamariyah terdapat
perbedaan beberapa ahli hisab, diantaranya yaitu ada yang berpendapat bahwa awal
bulan baru ditentukan dengan terjadinya ijtimak sedangkan yang lainnya mendasarka
pada terjadinya ijtimak dan posisi hilal. Ijtimak merupakan suatu keadaan dimana
matahari dan bulan berada pada keadaan atau bujur astronomi yang sama (Jayusman,
2010).
Sistem penanggalan di dalam Islam di tetapkan dengan sistem bulan atau qamary
yang ditandai dengan munculnya suatu hilal, baik yang dilakukan dengan hisab atau
rukyat. Satu bulan qamariyah merupakan jangka waktu yang dihabiskan bulan dalam
fase-fasenya hingga sempurna selama 29 hari 12 jam 44 menit 2,9 detik. Bulan nantinya
akan selalu mengalami pertukaran kedudukan dipandang dari arah bumi yang
menyebabkan bentuk bulan bertukar dalam fase-fasenya.

Gambar 2. Fase-Fase Bulan


Sumber : Al-Azhar, 2018
Fase-fase pertukaran bulan disebut dengan aujug al-qamar atau phases of the moon.
Perubahan yang terjadi pada bulan terjadi akibat posisi relatif bulan terhadap bumi dan
matahari. Wajah dari bulan akan tampak berbeda dari waktu ke waktu. Fase-fase bulan
terdiri dari crescent (hilall), first quarter (at tarbi‟ al awwal), first Gibbous (al ahdab al
awwal), full Moon (al badar), second gibbous (al-ahdab ats-tsany), second quarter (at-

16 | P a g e
tarbi‟ ats-tsany), second crescent (al-hilal ats-tsany), dan Wane (al-mahaq) atau yang
sering disebut dengan fase konjungsi atau ijtimak. Ijtimak merupakan suatu keadaan yang
menjadi syarat awal masuknya bulan baru qamariyah secara astronomi, dimana bulan
berada di antara matahari dan bumi dan wajah bulan tidak nampak dari bumi (Raisal,
2018).
Dalam menentukan awal dari bulan hijriah atau yang sering disebut sebagai bulan
qomariah memiliki kriteria yang sangat unik berbeda dengan waktu awal shalat atau
penentuan gerhana matahari. Pada saat penentuan awal bulan hijriah terdapat beberapa
perbedaan pendapat yang terjadi. Perbedaan pendapat yang terjadi karena adanya
perbedaan pola pikir dan asumsi yang dimiliki oleh beberapa orang. Setiap orang
memiliki latar belakang pemikiran yang berbeda-beda dalam menentukan awal bulan
hijriah. Penentuan bulan hijriah menyangkut kepentingan-kepentingan yang sangat urgent
yaitu kepentingan ibadah kaum muslimin yang mana kepentingan tersebut berkaitan
dengan tuntutan waktu-waktu beribadah seperti awal waktu shalat, awal puasa ramadhan,
awal syawal, dan bulan dzulhijjah. Penentuan awal bulan hijriah bersifat fardhu „ain
sehingga setiap orang harus mengetahui hal tersebut. Untuk menghindari adanya pecahan
hari maka ditentukan bahwa umur bulan ada yang 30 hari dan ada pula yang 29 hari,
yaitu untuk bulan-bulan ganjil berumur 30 hari, dan bulan-bulan genap berumur 29 hari,
kecuali pada bulan ke 12 (Dzulhijjah) yang mana pada tahun kabisat berumur 30 hari.
Setiap 30 tahun terdapat 11 tahun Kabisat yang berumur 355 hari dan ada 19 tahun
Basithah yang berumur 354 hari. Ketentuan kalender hijriah yaitu
1) Satu tahun terdiri dari 12 bulan yaitu Muharam, Shafar, Rabi‟ul Awal, Rabi‟ul Akhir,
Jumadil Ula, Jumadil Akhirah, Rajab, Sya‟ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa‟dah,
dan Dzulhijjah.
2) Satu tahun terdiri atas 355 hari pada tahun kabisat dengan jumlah hari pada bulan
Dzulhijjah 30 hari dan 354 hari pada tahun basithah dengan jumlah hari pada bulan
Dzulhijjah 29 hari (Marwadi, 2009).
Rukyah merupakan suatu kegiatan untuk melihat hilal pada saat matahari
terbenam tepatnya pada akhir bulan qomariah yaitu tanggal 29 qomariyah. Ketika hilal
sudah berhasil terlihat pada saat melakukan rukyah maka hari besok merupakan hari yang

17 | P a g e
sudah memasuki bulan baru. Namun jika hilal tersebut tidak dapat teramati maka malam
itu dan hari besok yang akan datang masih dalam bulan yang berjalan (Arifin, 2014).
Dalam menentukan awal bulan dalam kalender hijriah dapat dilakukan dengan
hisab dan juga dapat dilakukan dengan rukyat. Hisab berasal dari bahasa Arab yaitu
“hasaba” yang berarti menghitung, mengira, dan membilang. Hisab dapat diartikan
sebagai kiraan, hitungan, dan bilangan. Kata ini banyak disebutkan di dalam Al-Qur‟an
yang mengandung makna yaitu perhitungan perbuatan manusia. Di dalam ilmu falak
kata hisab memiliki arti yaitu ilmu yang digunakan dalam menghitung posisi benda-
benda langit. Hisab menggunakan posisi matahari dan bulan dapat digunakan dalam
penentuan awal waktu shalat, penentuan arah kiblat, penentuan awal bulan qamariya, dan
menentukan gerhana matahari dan bulan. Rukyat berasal dari bahasa Arab yaitu ra‟a-
yara-rukyat yang artinya melihat. Rukyat hilal adalah kegiatan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang untuk melakukan pengamatan secara visual baik menggunakan
mata langsung ataupun dengan alat bantu optik terhadap munculnya hilal (Akhmadi,
2014).
a. Menentukan awal bulan dengan hisab
Hisab yang digunakan dalam menentukan awal bulan adalah hisab hakiki bit
tabqiq. Karena usia bulan qamariyah sekitar 29-30 hari maka cara menentukan awal
bulan ada dua kemungkinan. Pertama usia bulan masih di hari ke 29, kedua usia
bulan sudah memasuki hari ke 30. Jika usia bulan yang berjalan masih 29 hari, maka
kondisi hilal dapat dimungkinkan sebagai berikut, pertama kondisi hilal pada saat
matahari terbenam masih berada di bawah ufuk, kedua kondisi hilal sudah di atas
ufuk namun belum mungkin untuk dirukyat, ketiga kondisi hilal sudah berada di atas
ufuk dan sudah mungkin dirukyat.
Dalam kondisi yang pertama maka ketika semua ulama hisab mengatakan bahwa
hilal masih berada di bawah ufuk, maka hari berikutnya masih dianggap sama
dengan bulan sebelumnya. Karena pada posisi tersebut menunjukkan bahwa sejak 24
jam terakhir matahari dan bulan belum bertemu dalam satu garis konjungsi, ijtima‟
atau posisi bulan masih dalam keadaan yang sama dengan posisi sejak 29 hari yang
lalu yaitu berada di depan matahari setiap kali matahari terbenam.

18 | P a g e
Dalam kondisi yang kedua yaitu pada saat hilal sudah di atas ufuk namun masih
sangat rendah, atau belum mungkin untuk dirukyat, kemungkinannya ada dua. Yang
pertama sama seperti ketika matahari terbenam, sehingga hilal belum cukup alasan
untuk dianggap ada. Semestara sekita matahari terbenam hari baru sudah harus
dimulai. Kemungkinan kedua hari berikutnya sudah dianggap hari baru, karena
ijtima‟ sudah terjadi selama 24 jam terakhir. Sehingga pada malam tersebut posisi
bulan sudah berubah dari posisinya sejak 29 hari yang lalu. Sejak malam itu, posisi
bulan sudah memasuki garis baru yang bukan posisi sebelumnya.
Pada kondisi ketiga, ulama hisab sepakat bahwa malam yang akan datang adalah
hari baru. Bahkan ketika pada sore tersebut terjadi mendung dan hilal tidak mungkin
untuk dirukyat. Sebagian ulama berpendapat bahwa bulan baru qamariyah dimulai
setelah matahari zawal, jika sebelumnya sudah terjadi ijtima‟, kapanpun waktunya.
Ada juga yang mengatakan bahwa bulan baru dimulai sejak setelah terjadinya
ijtima‟. Ada juga yang mengatakan dimulai sejak matahari terbenam, jika
sebelumnya telah terjadi ijtimak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bisa atau
tidaknya hilal terlihat pada saat matahari terbenam tidak menjadi syarat. Selain itu,
ketika usia bulan sudah memasuki hari 30 maka hari berikutnya sudah dapat
dipastikan sebagai bulan baru. Rasulullah menegaskan bahwa tidak ada bulan yang
memiliki usia 31 hari.
b. Menentukan awal bulan dengan rukyat
Menentukan awal bulan dengan rukyat merupakan hukum asal yang dianut di
dalam Islam. Sehingga penentuan awal bulan dengan rukyat merupakan suatu
keharusan. Hal ini sudah terterang dalam hadis nabi. Hadis tersebut memerintahkan
bahwa umat Islam untuk melakukan rukyat hilal ketika usia bulan tersebut sudah
memasuki hari ke 29. Ketika hilal berhasil dirukyat, malam tersebut sudah memasuki
bulan baru, jika belum hitungan bulan harus disempurnakan menjadi 30 hari.
Terdapat beberapa ulama yang berbeda pendapat dalam menentukan awal bulan
melalui rukyat. Namun pendapat yang dipilih yaitu penentuan awal bulan melalui
rukyat cukup melalui kesaksian satu orang. Hal ini dikuatkan oleh beberapa hadis
sahih diantaranya hadis dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
disahihkan oleh Ibnu Haibban. Sebagian riwayat menjelasakan bahwa dalam

19 | P a g e
penentuan Ramadhan boleh melalui kesaksian satu orang dan harus dua orang dalam
penentuan awal bulan Syawal.
Namun semua ikhtilaf ini tetap tidak menafikan peran rukyat sebagai konstitusi
yang legal. Ikhtilaf kemudian terjadi dari sabda Rasul. Dari sabda ini ada tiga
pendapat dari fukahah.
o Pertama, sebagian ulama berfatwa bahwa malam tersebut sudah dihukumi
malam baru, atau malam tanggal 1. Jika peristiwa ini terjadi pada awal
Ramadan, keesokan harinya seorang muslim sudah wajib menunaikan ibadah
puasa.
o Kedua, sebagian ulama berfatwa untuk menyempurnakan hitungan Sya'ban
sampai hari ke 30
o Ketiga, masyarakat diperintahkan mengikuti keputusan imam (pemerintah).
Jika pemerintah memutuskan berpuasa, mereka harus berpuasa dan jika
pemerintah memerintahkan berbuka, masyarakat harus berbuka. Pendapat ini
didasarkan pada hadis sahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.

20 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ilmu falak secara teoritik memberikan deskripsi dalam memudahkan seseorang
dalam menentukan permulaan awal bulan dan awal waktu shalat dengan hanya
melihat secara langsung atau merukyat dengan mata telanjang. Ilmu Falak sangat
berkaitan dengan ibadah yang dilakukan oleh umat muslim. Ilmu Falak dibedakan
menjadi dua yaitu Ilmu Falak Ilmiy dan Ilmu Falak Amaliy. Ilmu Falak dibedakan
menjadi dua yaitu Ilmu Falak Ilmiy dan Ilmu Falak Amaliy.
2. Hilal merupakan bulan sabit yang tampak pada hari pertama dan hari kedua di bulan
qamariyah. Bulan sabit pertama biasanya tampak seperti goresan garis cahaya yang
tipis, dan ketika dilihat menggunakan teleskop dengan pemroses citra dapat tampak
sebagai garis cahaya tipis di tepi bulatan bulan yang mengarah ke matahari . Hilal
memiliki fungsi sebagai patokan dalam penentuan waktu bagi manusia, khususnya
waktu-waktu yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah
3. Kalender adalah suatu sistem pengorganisasian waktu untuk perhitungan waktu
selama periode tertentu. Secara konvensi, hari adalah unit kalender terkecil,
sementara untuk pengukuran bagian dari sebuah hari digunakan sistem perhitungan
waktu (jam, menit, dan detik). Istilah kalender disebut dengan tarikh, taqwim,
almanak, dan penanggalan.
4. Kalender masehi atau yang dikenal sebagai kalender syamsiyah atau kalender
miladiyah merupakan sistem perhitungan waktu yang berdasarkan pada pergerakan
relatif bumi terhadap matahari. Kalender masehi diciptakan dan diproklamirkan
penggunaannya pada tahun 753 SM oleh Numa Pompilus. Dengan bulan pertama
dalam kalender masehi adalah Maret, setelah dilakukannya sidang dari Dewan
Yustisi Gereja, bulan awal pada kalender adalah bulan Januari.
5. Kalender Hijriah merupakan kalender yang didasarkan pada peredaran bulan (qamar)
atau yang disebut dengan kalender Lunar. Kalender Hijriah terdiri dari 12 bulan.
Bulan pertama adalah bulan Muharam dan bulan terakhir adalah bulan Dzulhijjah.
Kalender Hijriah adalah kalender murni yang sistem perhitungannya menggunakan

21 | P a g e
perhitungan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Adanya kalender Hijriyah
setelah adanya surat yang dikirimkan oleh Gubernur Irak pada masa Khalifah Umar.
Kemudian dibentuk panitia khusus untuk membahas tahun satu dari kalender
hijriyah. Setelah bermusyawarah pendapat yang digunakan adalah pendapat dari Ali
ibn Thalib yaitu tahun pertama yaitu tahun berhijrahnya kaum muslim dari Mekkah
ke Madinah.
6. Untuk mengetahui sistem penanggalan pada kalender hijriah maka saat ditelusuri
dengan beberapa konsep yaitu umur bulan qamariyah, permulaan hari, hilal, dan new
month. Sistem penanggalan di dalam Islam ditetapkan dengan sistem bulan atau
qamary yang ditandai dengan munculnya suatu hilal, baik yang dilakukan dengan
hisab atau rukyat. Hisab menggunakan posisi matahari dan bulan dapat digunakan
dalam penentuan awal waktu shalat, penentuan arah kiblat, penentuan awal bulan
qamatiya, dan menentukan gerhana matahari dan bulan. Rukyat hilal adalah kegiatan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan pengamatan
secara visual baik menggunakan mata langsung maupun dengan alat bantu optik
terhadap munculnya hilal.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pembaca
terkait ilmu falak yang sangat bermanfaat dalam penentuan waktu. Seharusnya pembaca
meningkatkan rasa ingin tahu terkait bagaimana sejarah terbentuknya kalender yang
digunakan pada zaman sekarang dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari serta
bagaimana penentuan kalender tersebut. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kalender dapat mencari sumber lain sebagai referensi dan tidak berpacu pada
makalah ini saja.

22 | P a g e
LAMPIRAN

23 | P a g e
GLOSARIUM
Hilal : Bulan sabit yang tampak pada hari pertama dan hari kedua di bulan qamariyah

Hisab : Kiraan, hitungan, dan bilangan

Ijtima’ : Peristiwa dimana bumi dan bulan mempunyai posisi bujur dan langit yang sama

Ikhtilaf : Perbedaan, perselisihan, dan pertukaran

Qamariyah : Bulan

Rukyat : Pengamatan secara visual baik menggunakan mata langsung ataupun dengan alat
bantu optik terhadap munculnya hilal

Syamsiyah : Matahari

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Jamilul. 2014 . Penentuan Awal Bulan. Kemenag Sumsel.

Al-Azhar, Musa. 2018. Kalender Hijriah Dalam Al-Qur‟an. Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-
Ilmu Berkaitan, hal :227-241.

Arifin, Jaenal. 2014. Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan
Qamariyah). Jurnal Yudisia, vol 5(2), hal : 402-422.

Djawas, 2019. Ilmu Falak Praktis Arah Kiblat dan Waktu Shalat. Aceh : Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.

Fitriyanti, Vivit. 2012. Penerapan Ilmu Astronomi Dalam Upaya Unifikasi Kalender Hijriyah di
Indonesia. Proceedings : Annual International Conference on Islamic Studies.

Iman, M Ma‟arifat. 2016. Analisis Fikih Kalender Hijriyah Global. Universitas Prof.Dr.HAMKA
Jakarta.

Jayusman. 2010. Aspek Ketauhidan Dalam Sistem Kalender Hijriyah. Jurnal Al-AdYaN, vol
5(1), hal :79-98.

Kurniawan, Taufiqurrahman. 2009. Ilmu Falak dan Tinjauan Matlak Global. Yogyakarta :
MPKSDI Yogyakarta .

Marwadi, 2009. Konversi Kalender Dari Hijriyah Ke Masehi. Jurnal AL-Manahij, vol 3(1), hal
:37-52.

Raisal, Abu Yazid. 2018. Berbagai Konsep Hilal di Indonesia. Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-
Ilmu Berkaitan, hal : 146-155.

Riza, Muhammad Himmatur., Izzuddin, Ahmad. 2020. Pembaharuan Kalender Masehi


Dealambre Dan Implikasinya Terhadap Jadwal Waktu Shalat. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Qulub, Siti Tatmainul. 2017. Pendekatan Politik sebagai Strategi Unifikasi Kalender Hijriyah
Sejajar dengan Kalender Masehi. Jurnal Bimas Islam, vol 10(3), hal :451-472.

Zarkasih, Ahmad. 2018. Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih
Publishing.

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai