Anda di halaman 1dari 23

SISTEM KOORDINAT HORIZON

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Astronomi

Yang Diampu Oleh Bapak Agung Mulyo Setiawan, S.Pd, M.Si.

Disusun Oleh:

1. Fadhila Firdianika 190351620508


2. Nurul Azmi Listyani 190351620514

Kelompok 1/ Offering C

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

September 2021
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK 1

Nama : Fadhila Firdianika

NIM : 190351620508

Angkatan : 2019

Email : fadhila.firdianika.1903516@students.um.ac.id

Nama : Nurul Azmi Listyani

NIM : 190351620514

Angkatan : 2019

Email : nurul.azmi.1903516@students.um.ac.id

1
DAFTAR ISI

PROFIL ANGGOTA KELOMPOK 1 ......................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 4
C. Tujuan.................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
A. Bola Langit dan Sistem Koordinat Langit ............................................................. 6
B. Definisi Sistem Koordinat Horizon ....................................................................... 7
C. Unsur-Unsur Sistem Koordinat Horizon ............................................................... 9
D. Koordinat Suatu Bintang dalam Sistem Koordinat Horizon ............................... 12
E. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Sistem Koordinat Horizon ................ 15
F. Cara Melukis dan Membaca Koordinat Horizon ................................................. 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20
GLOSARIUM ............................................................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................................. 22

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bola Langit ..................................................................................................... 6


Gambar 2. Unsur - Unsur Sistem Koordinat Horizon ...................................................... 9
Gambar 3. Koordinat Bintang Pada Sistem Koordinat Horizon .................................... 12
Gambar 4. Koordinat Horizon Bintang Pada (220°,45°) ................................................ 13
Gambar 5. Azimuth, Altitude, Zenith, dan Nadir ........................................................... 14
Gambar 6. Melukis Sistem Koordinat Horizon .............................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta ini diciptakan dalam keadaan yang teratur rapi. Keteraturan
gerakan bintang termasuk matahari, planet, satelit, komet dan benda langit lainnya
menyebabkan gerakan benda–benda tersebut dapat dipelajari dengan seksama.
Dengan memahami gerakan benda–benda langit tersebut, manusia dapat
memperkirakan peristiwa– peristiwa yang terjadi di masa depan dengan akurat.
Kapan matahari terbenam, terjadi bulan purnama, gerhana matahari dan lain-lain
dapat dihitung dengan ketelitian tinggi. Untuk memudahkan pemahaman terhadap
posisi benda–benda langit, diperkenalkan beberapa sistem koordinat. Setiap sistem
koordinat memiliki koordinat masing–masing. Posisi benda langit seperti matahari
dapat dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Selanjutnya nilainya dapat diubah
ke dalam sistem koordinat yang lain melalui suatu transformasi koordinat.

Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan suatu tata koordinat yang
dapat menyatakan secara pasti kedudukan benda langit tersebut. Tata koordinat
tersebut terdiri dari tata koordinat horison, tata koordinat ekuator, dan tata koordinat
ekliptika. Tiap-tiap tata koordinat tentunya memiliki cara penggunaan sistem yang
berbeda serta terdapatnya berbagai macam keuntungan dan kelemahan dalam
penggunaan sistem tersebut. Dengan demikian penggunaan suatu sistem koordinat
bergantung pada hasil yang kita inginkan, apakah hasil yang didapat ingin digunakan
untuk waktu sesaat atau untuk waktu yang lama dan dapat dipakai secara universal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud bola langit dan sistem koordinat langit?


2. Apa yang dimaksud sistem koordinat horizon?
3. Apa saja unsur-unsur sistem koordinat horizon ?

4
4. Bagaimana koordinat suatu bintang dalam sistem koordinat horizon?
5. Apa keuntungan dan kelemahan penggunaan sistem koordinat horizon?
6. Bagaimana cara melukis dan membaca koordinat horizon ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan bola langit dan sistem koordinat langit.


2. Menjelaskan definisi sistem koordinat horizon.
3. Menyebutkan dan Menjelaskan unsur-unsur sistem koordinat horizon.
4. Mengetahui koordinat suatu bintang dalam sistem koordinat horizon.
5. Mengetahui keuntungan dan kelemahan penggunaan sistem koordinat horizon.
6. Menjelaskan cara melukis dan membaca koordinat horizon.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bola Langit dan Sistem Koordinat Langit

Bola langit merupakan proyeksi untuk mempermudah pengamatan dalam


konteks perhitungan ilmu falak. Dengan definisi lain, bola langit adalah suatu
ruangan yang amat terlampau luas yang berbentuk bola yang merupakan tempat
matahari, bulan, dan bintang-bintang bergeser setiap saat. Manusia melihat bintang-
bintang seolah-olah berserakan di dalam suatu kulit bola sebelah dalam walaupun
letak yang sesungguhnya adalah sangat berjauhan sekali.

Titik pusat bola langit berimpit dengan titik pusat bumi. Oleh karena bola
langit itu sangat terlampau luas, maka bumi hanya merupakan satu titik saja di
pusatnya. Sebenarnya, bola langit hanya sebagai gambaran untuk mempermudah
pengamatan di alam nyata benar-benar tidak ada sama sekali dan tidak akan terlihat
oleh kasat mata. Namun, kebanyakan ilmuwan menganggap bola langit itu ada.
Dengan digambarkan bola langit tersebut, para ilmuwan dapat memberikan konsep-
konsep dasar dalam penyelidikan terhadap benda-benda langit (Kurniawan, 2009).

Gambar 1. Bola Langit (Sumber: Kurniawan, 2009)

Sistem Koordinat langit didefinisikan sebagai nilai dalam suatu tatanan


referensi yang dipergunakan untuk menentukan kedudukan benda langit dalam bola

6
langit. Koordinat yang diperlukan untuk menggambarkan posisi suatu benda langit
disebut koordinat bola langit. Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan
suatu sistem atau tata koordinat yang dapat menyatakan secara pasti kedudukan
benda langit tersebut. Sistem koordinat tersebut terdiri dari Sistem Koordinat
Horison, Sistem Koordinat Ekuator, dan Sistem Koordinat Ekliptika. Tiap-tiap
sistem koordinat tentu memiliki cara penggunaan sistem yang berbeda serta berbagai
macam keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan sistem tersebut. Dengan
demikian penggunaan suatu sistem koordinat bergantung pada hasil yang kita
inginkan, baik hasil yang ingin digunakan untuk waktu sesaat atau untuk waktu yang
lama dan dapat dipakai secara universal.

Dalam menentukan posisi benda langit tentunya seseorang harus menentukan


terlebih dahulu tempat atau benda yang akan menjadi acuan dalam pengamatan,
sehingga seseorang dapat dengan mudah dalam menentukan posisi benda yang akan
diteliti. Tentunya untuk titik acuan dari ketiga jenis koordinat bola langit ditentukan
oleh pengamat itu sendiri, artinya tergantung posisi si pengamat itu sendiri berada di
daerah mana dan di sebelah mana. Dalam makalah ini, selanjutnya hanya akan fokus
membahas sistem koordinat horizon.

B. Definisi Sistem Koordinat Horizon

Sistem Koordinat Horizon merupakan salah satu sistem yang digunakan


dalam menentukan posisi benda langit terutama terkait dengan posisi pengamat
berada. Dalam sistem koordinat horizon, posisi benda langit ditentukan dengan
altitude dan azimut. Nawawi (2010) menyatakan sistem/ tata koordinat Horizon
menggunakan lingkaran horizontal dan lingkaran vertikal sebagai sumbunya atau
sebagai acuan dasarnya yang dipergunakan dalam penentuan azimuth dan ketinggian
benda langit (altitude). Dari sini, dapat dipahami bahwa sistem koordinat Horizon
adalah sistem yang digunakan dalam menentukan posisi benda langit yang dibentuk
oleh bidang datar (horizon) dan bidang tegak lurus (vertikal) dengan pengamat
menjadi titik pusat bola terhadap posisi benda langit yang disimbolkan dengan
koordinat Altitude dan Azimuth.

7
Menurut Bakri Ahmad (2010), disebut dengan sistem koordinat Horizon
karena disandarkan pada bidang horizon sebagai acuannya. Bidang Horizon (Ufuk)
merupakan bidang datar yang disandarkan pada arah menghadap. Koordinat horizon
benda langit yang ditinjau dari suatu tempat akan selalu berubah setiap saat karena
rotasi bumi. Dalam sistem ini, horizon di suatu tempat berbeda dengan lainnya, tetapi
senantiasa datar di setiap tempat, misalnya orang di daerah Kutub Utara beranggapan
bahwa Kutub Selatan adalah bagian bawahnya, berbeda halnya dengan pengamat
yang berada di Khatulistiwa. Sedangkan dalam penentuan posisi benda langit pada
bidang horizon ditentukan dengan menggunakan sistem arah Utara, Selatan, Timur,
Barat.

Pada sistem koordinat Horizon, posisi bintang hanya ditentukan berdasarkan


pandangan pengamat saja karena pengamat merupakan sentral atau titik pusat bola.
Sistem koordinat Horizon tidak dapat menggambarkan lintasan peredaran semua
bintang karena dengan tata koordinat ini letak bintang selalu berubah sejalan dengan
waktu. Namun, sistem koordinat Horizon penting dalam hal pengukuran adsorbsi
cahaya bintang. Pada sistem koordinat horizon, pengamat berada pada pusat
lingkaran dasar (O) sebagai acuan tanah dan membagi bola langit menjadi dua
belahan bola yaitu bagian atas yang mana letak benda-benda langit dapat dilihat dan
bagian bawah yang mana benda-benda langit tidak tampak (Fajar, dkk., 2016).

Sistem koordinat horizon menjadi sistem pemetaan benda – benda langit


tertua yang digunakan oleh para ahli astronomi. Bagi seorang pengamat, permukaan
bumi terlihat seperti bidang datar dan langit terlihat seperti setengah lingkaran besar
dimanapun pengamat berada dan tidak dapat melihat setengah lingkaran di
bawahnya. Penggambaran seperti ini disebut dengan local sphere of the observer
(bola langit pengamat) yang menempatkan titik diatas pengamat yang disebut zenith
dan titik dibawah kaki pengamat yang disebut nadhir (Rohr,1996).

8
C. Unsur-Unsur Sistem Koordinat Horizon

Gambar 2. Unsur - Unsur Sistem Koordinat Horizon

(Sumber: https://docs.google.com/presentation/d/14ZriVQamEnov6U2EukXHX48Nhn2KSB3A)

1. Lingkaran Horizon (Horizon pengamat)

Lingkaran horizon merupakan lingkaran besar yang membentuk


bidang datar yang diambil dari bola langit yang melewati pusat bumi dan
tegak lurus dengan bidang vertikal. Menurut Jamil (2009) dalam (Hanjani,
dkk., 2016), horizon adalah lingkaran pada bola langit yang
menghubungkan titik Utara, titik Timur, titik Selatan, dan titik Barat sampai
ke titik Utara. Horizon merupakan batas pemisah antara belahan langit yang
tampak dan yang tidak tampak. Abdurrohim (1983) menyampaikan bahwa
lingkaran Horizon merupakan lingkaran pemisah antara bola langit atas dan
bawah.

Lingkaran horizon ini merupakan lingkaran utama yang menjadi


dasar perhitungan. Adapun lingkaran Horizon pengamat (the visible
horizon) merupakan batas pertemuan langit dan bumi pada kaki langit
dimana pengamat menjadi titik pusat lingkaran horizon tersebut. Horizon ini
tergantung dimana posisi pengamat berada, sehingga bidang ini terbentuk
dari lingkaran kecil yang sejajar dengan bidang horizon yang melewati inti
bumi. Semakin tinggi lokasi pengamat, maka semakin dalam dan luas
bidang horizon yang terbentuk.

9
Jenis-jenis horizon:

a. Horizon sejati : adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal dan
melalui pusat bumi. Horizon sejati adalah bidang datar yang ditarik
memotong melalui titik pusat bumi dan memotong garis vertikal
tegak lurus (90°).

b. Horizon semu : bidang yang menyinggung bumi pada tempat


pengamat berdiri. Untuk menentukan letak benda-benda dilangit
maka kita harus menggunakan bidang datar yang tidak brubah-
ubah dan tidak tergantung kepada si pengamat. Horizon astronomi
adalah tempat bidang yang datar yang dibuat dari mata si pengamat
sampai menyentuh lengkung langit.

c. Horizon kodrat : batas pandangan mata tempat pertemuan langit


dan bumi. Di tepi laut batas itu tampak jelas, merupakan batas
langit dan permukaan air laut. Apabila kita berdiri di sebuah tanah
yang luas dan datar atau ditengah samudra/laut, kita melihat
seolah-olah kubah langit bertemu dengan permukaan bumi.
perpotongan lengkung langit dengan bidang datar ini disebut
horizon kodrat. Horizon Kodrat akan berubah sesuai dengan
kedudukan dari si pengamat. makin tinggi tempat si pengamat
maka makin rendah horizon kodrat.

2. Lingkaran vertikal

Lingkaran vertikal adalah lingkaran besar yang melalui titik Zenith


dan titik Nadir yang memotong tegak lurus dengan bidang horizon, sehingga
setiap titik pada lingkaran horizon jaraknya 90° dari titik Zenith maupun
titik Nadir dan dapat dibuat tak terbatas. Ketika ditarik suatu garis dari Zenit
ke berbagai arah - dengan jumlah tak terbatas – melalui titik Nadir, semua
garis tersebut merupakan garis vertikal. Pada lingkaran vertikal ini, nilai

10
ketinggian bintang ditentukan berdasarkan jarak ketinggiannya dari bidang
horizon. Sedangkan garis tegak lurus yang menghubungkan kedua kutub
lingkaran vertikal disebut dengan vertical line atau garis vertikal yang
merupakan perpanjangan dari pusat bola langit yang menghubungkan Zenit
dan Nadir.

3. Titik-Titik Kutub: Zenit dan Nadir

Zenith (Z) merupakan titik teratas yang terletak vertikal tegak lurus
diatas kepala pengamat. Zenit juga dengan Titik Puncak. Sedangkan Nadir
merupakan titik yang terletak vertikal tegak lurus dengan kaki pengamat.
Nadir (N) merupakan titik terbawah dari bola langit sehingga disebut
dengan titik kaki atau simtul Qadam. Titik Zenit dan Nadir merupakan titik
kutub utama dalam sistem koordinat horizon, yang menjadi dasar dalam
penghitungan posisi benda langit.

4. Meridian Langit (Meridian Pengamat)

Meridian langit yaitu lingkaran besar yang melalui Zenit dan Kutub
Langit (Celestial Poles), dimana lingkaran meridian ini merupakan
lingkaran vertikal yang memotong titik Utara dan Titik Selatan bola langit
(Hosmer, 1925). Lingkaran meridian merupakan lingkaran utama dalam
melukiskan benda langit, karena pada lingkaran meridian ini terdapat Kutub
Langit Utara (KLU), Kutub Langit Selatan (KLS), arah Utara dan arah
Selatan bidang Horizon. Lingkaran meridian ini membagi bola langit
menjadi dua bagian sama besar, sebelah Timur dan Barat. Jadi, meridian
langit merupakan lingkaran besar vertikal pada bola langit melalui titik utara
(U) dan titik selatan (S).

Puncak dari garis ini merupakan batas tengah hari, sedangkan


bawahnya menjadi batas tengah malam, sehingga pada puncak lingkaran
merupakan awal dari perhitungan sudut waktu bintang t yang bernilai 0.
Ketika lintasan suatu benda langit berhimpit dengan garis meridian pada

11
saat kulminasi, maka nilai t = 0 dan waktu yang ditunjukkan senantiasa jam
12. Sedangkan ketika bergerak, maka benda langit tersebut akan membentuk
sebuah sudut yang disebut dengan sudut waktu.

D. Koordinat Suatu Bintang dalam Sistem Koordinat Horizon

Letak titik dalam sistem koordinat horizon ditentukan atau dinyatakan oleh
Az. (azimuth), yakni besar busur yang dibentuk dari titik U (utara) searah jarum jam;
dan Alt. (altitude/ ketinggian), yakni besar busur yang dibentuk oleh garis horizon ke
atas (ke bawah bernilai negatif) (Fajar, dkk., 2016).

Gambar 3. Koordinat Bintang Pada Sistem Koordinat Horizon

(Sumber: https://docplayer.info/docs-images)

1. Azimuth (Az)

Azimut merupakan jarak pada bidang horizon yang dihitung dari titik
Utara ke arah Timur searah jarum jam sampai pada titik perpotongan lingkaran
vertical benda langit dengan bidang horizon. Besaran nilai azimuth terhitung
dari 0° sampai 360°, dimana pada titik Timur = 90°, titik Selatan = 180°, titik
Barat = 270°. Dalam teori navigasi darat dan udara, titik acuannya adalah titik
Selatan yang merupakan original azimuth.

12
Gambar 4. Koordinat Horizon Bintang Pada (220°,45°)

(Sumber: Gautama, 2010).

Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut umumnya


diukur dari selatan ke arah barat sampai pada proyeksi bintang itu di horizon,
seperti pada gambar 4, azimuth bintang adalah 220°. Namun ada pula azimut
yang diukur dari Utara ke arah timur, oleh karena itu sebaiknya Anda
menuliskan keterangan tentang ketentuan mana yang Anda gunakan.

2. Altitude (a atau h)

Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang atau altitude,


disimbolkan a atau bisa juga h, yang diukur dari proyeksi bintang di horizon ke
arah bintang itu menuju ke arah zenit atau ke arah nadir. Tinggi bintang diukur
0° – 90° jika menuju zenith dan 0° – (-90°) jika menuju nadhir. Letak bintang
dinyatakan dalam (Az, a).

13
Gambar 5. Azimuth, Altitude, Zenith, dan Nadir

(Sumber: Fajar, dkk., 2016)

Gambar 5 menunjukkan bahwa titik X memiliki Az. pada busur UTSR’


dan Alt. pada sudut XTR’. Z dan N masing-masing adalah Zenith dan Nadir
yang merupakan titik tepat di atas (Alt. 90o) dan tepat di bawah pengamat (Alt.
-90o). T, S, dan B masing-masing adalah arah Timur, Selatan, dan Barat. Posisi
benda di langit tergantung pada lokasi dan waktu pengamatan Baik azimuth
maupun ketinggian diukur dalam derajat. Jarak dua titik di langit yang dilihat
dari bumi juga diukur dalam derajat, yakni disebut sudut elongasi (Fajar, dkk.,
2016; Jain, 2015).

Contoh Penentuan Posisi Bintang

1. Sebuah bintang diamati memiliki altitud 25 derajat dan azimut 60 derajat.


Maka posisi bintang tsb pada bola langit :
Posisi bintang dengan altitud 25 derajat dan azimut 60 derajat. Azimut
bintang 60, berarti kita mengukur sudut 60 derajat dari utara ke arah timur
sepanjang horizon pengamat. Altitud bintang 25 derajat, berarti kita
mengukur sudut 25 derajat dari horizon tegak lurus menuju zenith (sampai ke
posisi bintang di bola langit).
2. Sebuah bintang diamati memiliki altitud -30 derajat dan azimut -115 derajat.
Maka posisi bintang tsb pada bola langit:

14
Posisi bintang dengan altitud -30 derajat dan azimut -115 dejarat. Azimut
bintang -115, karena negatif maka kita mengukur sudut 115 derajat dari utara
ke arah barat sepanjang horizon pengamat. Altitud bintang -30 derajat, karena
altitudnya negatif maka kita mengukur sudut 30 derajat dari horizon tegak
lurus menuju nadir (sampai ke posisi bintang di bola langit).

E. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Sistem Koordinat Horizon

Sistem koordinat horizon dianggap sebagai sistem koordinat langit yang


paling sederhana dan paling mudah dipahami dibandingkan dengan sistem koordinat
lainnya. Akan tetapi, penggunaan sistem koordinat ini sangat terbatas yaitu hanya
dapat menyatakan posisi benda langit pada satu saat tertentu. Untuk saat yang
berbeda, sistem koordinat horizon tidak dapat memberikan hubungan yang mudah
dengan posisi benda langit sebelumnya, sedangkan untuk dapat memberikan
hubungan dengan posisi sebelum dan sesudahnya membutuhkan penggunaan sistem
koordinat lain (Raisal, dkk., 2020).

Pada sistem koordinat horizon, letak bintang hanya ditentukan berdasarkan


pandangan pengamat saja. Sistem koordinat horizon tidak dapat menggambarkan
lintasan peredaran semu bintang dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan
waktu. Namun, sistem koordinat horizon penting dalam hal pengukuran adsorbsi
cahaya bintang (Hambali, 2012).

Keuntungan dalam penggunaan sistem koordinat horizon, yaitu pada


penggunaannya yang praktis dan sederhana karena dapat dibayangkan secara
langsung letak objek pada bola langit. Sedangkan beberapa kelemahan pada Sistem
Koordinat Horizon, yaitu pada tempat yang berbeda, horizonnya pun berbeda serta
terpengaruh oleh waktu dan gerak harian benda langit. Koordinat horizon hanya
berlaku lokal (di sekitar pengamat) saja. Ketinggian dan azimuth sebuah bintang pada
saat yang sama akan memiliki nilai yang berbeda jika dilihat dari tempat yang jauh,
misalkan seorang pengamat di Semarang ingin memberitahukan sebuah objek yang
ditemukannya kepada pengamat lain di Bandung dengan memberikan koordinat alt-

15
azimuth objek tersebut, maka pengamat di Bandung akan kesulitan menemukan objek
yang dimaksud.

F. Cara Melukis dan Membaca Koordinat Horizon

Letak titik koordinat (UTSB) pada bola langit dapat dibuat secara bebas
asalkan arah SBUT atau UTSB searah jarum jam. Dalam sistem koordinat horizon
bumi ini dianggap sebagai titik yang besarnya diabaikan terhadap bola langit karena
pusat bola langit juga merupakan pusat bola bumi.

Gambar 6. Melukis Sistem Koordinat Horizon

(Sumber: Hanjani, dkk., 2016).

16
Berikut langkah-langkah melukis koordinat horizon:
1. Lukis lingkaran meridian langit.
2. Lukis garis datar dan tegak berpotongan di titik pusat bola langit.
3. Lukis lingkaran horizon yang perpotongan dengan meridian langit di titik U
dan S.
4. Lukis lingkaran vertikal utama yang perpotongannya dengan meridian langit
di Z dan N serta perpotongannya dengan horison di B dan T. Perlu
diperhatikan, urutan arah titik koordinat (UTSB atau SBUT) searah putaran
jarum jam.
5. Lukis azimuth (A) dengan menarik busur dari titik U sepanjang lingkaran
horizon sampai ke titik kaki langit (K).
6. Lukis tinggi (h) dengan menarik busur dari titik K ke arah Z jika harga h positif
atau ke arah N jika harga h negatif sampai ke letak benda langit.

Cara Membaca Koordinat Horizon:

7. Tarik busur lingkaran vertikal dari Z melalui benda langit sampai ke N yang
perpotongannya dengan horison di titik K.
8. Ukur azimuth benda langit dari U sampai ke K searah putaran jarum jam.
9. Ukur panjang busur dari K sampai ke posisi benda langit, untuk menentukan
tinggi (h).
10. Penulisan koordinat benda langit tersebut adalah koordinat (A,h); azimuth (A)
dan tinggi (h).

Catatan: Letak lingkaran meridian langit dan lingkaran vertikal utama dapat
ditukar tempatnya. Lingkaran yang terletak di depan bola langit di gambar
garis penuh, di belakang garis putus-putus.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bola langit merupakan proyeksi untuk mempermudah pengamatan dalam konteks


perhitungan ilmu falak. Dengan definisi lain, bola langit adalah suatu ruangan yang
amat terlampau luas yang berbentuk bola yang merupakan tempat matahari, bulan,
dan bintang-bintang bergeser setiap saat. Sebenarnya, bola langit hanya sebagai
gambaran untuk mempermudah pengamatan di alam nyata benar-benar tidak ada
sama sekali dan tidak akan terlihat oleh kasat mata. Namun, kebanyakan ilmuwan
menganggap bola langit itu ada. Dengan digambarkan bola langit tersebut, para
ilmuwan dapat memberikan konsep-konsep dasar dalam penyelidikan terhadap
benda-benda langit.
2. Sistem Koordinat Horizon merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam
menentukan posisi benda langit terutama terkait dengan posisi pengamat berada.
Dalam sistem koordinat horizon, posisi benda langit ditentukan dengan altitude dan
azimut
3. Unsur – unsur sistem koordinat horizon terdiri dari lingkaran horizon, lingkaran
vertikal, titik-titik kutub, dan meridiam langit
4. Letak titik dalam sistem koordinat horizon ditentukan atau dinyatakan oleh Az.
(azimuth), yakni besar busur yang dibentuk dari titik U (utara) searah jarum jam;
dan Alt. (altitude/ ketinggian), yakni besar busur yang dibentuk oleh garis horizon
ke atas (ke bawah bernilai negatif)
5. Kelebihan sistem koordinat horizon yaitu praktis, sederhana, dan langsung mudah
dibayangkan letak bendanya di bola langit. Sedangkan kelemahan sistem koordinat
horizon yaitu tergantung tempat di permukaan bumi karena apabila tempatnya
berbeda maka horizonnya pun berbeda, terpengaruh waktu ( terpengaruh oleh gerak
harian).
6. Langkah-langkah melukis koordinat horizon yaitu melukis lingkaran meridian
langit, melukis garis datar dan tegak berpotongan di titik pusat bola langit, melukis

18
lingkaran horizon yang perpotongan dengan meridian langit di titik U dan S,
melukis lingkaran vertikal utama yang perpotongannya dengan meridian langit
di Z dan N serta perpotongannya dengan horison di B dan T. Perlu diperhatikan,
urutan arah titik koordinat (UTSB atau SBUT) searah putaran jarum jam. Melukis
azimuth (A) dengan menarik busur dari titik U sepanjang lingkaran horizon sampai
ke titik kaki langit (K), melukis tinggi (h) dengan menarik busur dari titik K ke arah
Z jika harga h positif atau ke arah N jika harga h negatif sampai ke letak benda
langit.

B. Saran

Dalam menentukan posisi benda langit tentunya seseorang harus menentukan


terlebih dahulu tempat atau benda yang akan menjadi acuan dalam pengamatan,
sehingga seseorang dapat dengan mudah menentukan posisi benda yang akan diteliti.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Dinar Maftukh, Hasanah, Rafiatul, Susanti, Laily Yunita. 2016. Strategi
Membelajarkan Sistem Kalender Islam Melalui Pembelajaran IPA. Prosiding
Seminar Nasional Pembelajaran IPA ke-1, Prodi Pendidikan IPA FMIPA UM,
Malang, 1 Oktober 2016.

Gautama, S. Eka. 2010. Astronomi dan Astrofisika. Diktat Astronomi: Penuntun


Persiapan Olimpiade Sains Astronomi (Revisi ke-3). Makasar: SMA Negeri 1
Makassar.

Hanjani, Antania. 2016. Kosmografi Sistem Koordinat Horizon. Makalah. Prodi


Pendidikan Geografi FIS UNJ, Jakarta.

Jain, P. 2015. An Introduction to Astronomy and Astrophysics. London: Taylor & Francis
Group.

Kurniawan, Taufiqurrahman. 2010. Ilmu Falak dan Tinjauan Matlak Global.


Yogyakarta: MPKSDI Yogyakarta.

Nawawi, Abd. Salam. 2010. Ilmu Falak: Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat, Arah
Kiblat dan Awal Bulan. Sidoarjo: Aqoba.

Raisal, Abu Yazid., dkk. 2020. Posisi Matahari pada Saat Ekuinoks, Summer solstice,
dan Winter Solstice di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika, 7(1): 35 - 41.

20
GLOSARIUM

Altitude : ketinggian benda langit dihitung dari kaki langit melalui


lingkaran vertikal sampai benda langit yang dimaksud.
Azimut : jarak pada bidang horizon yang dihitung dari titik Utara
ke arah Timur searah jarum jam sampai pada titik
perpotongan lingkaran vertical benda langit dengan
bidang horizon.
Bola Langit : suatu ruangan yang amat terlampau luas yang berbentuk
bola tempat matahari, bulan, dan bintang-bintang bergeser
setiap saat.
Garis Vertikal : perpanjangan dari pusat bola langit yang
menghubungkan Zenit dan Nadir.
Horizon : batas pemisah antara belahan langit yang tampak dan
yang tidak tampak.
Kulminasi : melintasnya sebuah benda langit di garis yang
menghubungkan titik utara dan selatan

Lingkaran Horizon : lingkaran pemisah antara bola langit atas dan bawah.

Lingkaran vertikal : lingkaran besar yang melalui titik Zenith dan titik Nadir
yang memotong tegak lurus dengan bidang horizon

Meridian langit : lingkaran besar yang melalui Zenit dan Kutub Langit

Nadir : titik yang terletak vertikal tegak lurus dengan kaki


pengamat; lawan dari Zenith.
Sistem Koordinat Horizon : salah satu sistem yang digunakan dalam menentukan
posisi benda langit terutama terkait dengan posisi
pengamat berada.
Ufuk : Bidang horizon; bidang datar yang disandarkan pada
arah menghadap.
Zenith : titik teratas yang terletak vertikal tegak lurus diatas
kepala pengamat; lawan dari Nadir.

21
LAMPIRAN

• Draft Google Form

22

Anda mungkin juga menyukai