Makalah
Disusun Oleh:
Kelompok 1/ Offering C
September 2021
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK 1
NIM : 190351620508
Angkatan : 2019
Email : fadhila.firdianika.1903516@students.um.ac.id
NIM : 190351620514
Angkatan : 2019
Email : nurul.azmi.1903516@students.um.ac.id
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta ini diciptakan dalam keadaan yang teratur rapi. Keteraturan
gerakan bintang termasuk matahari, planet, satelit, komet dan benda langit lainnya
menyebabkan gerakan benda–benda tersebut dapat dipelajari dengan seksama.
Dengan memahami gerakan benda–benda langit tersebut, manusia dapat
memperkirakan peristiwa– peristiwa yang terjadi di masa depan dengan akurat.
Kapan matahari terbenam, terjadi bulan purnama, gerhana matahari dan lain-lain
dapat dihitung dengan ketelitian tinggi. Untuk memudahkan pemahaman terhadap
posisi benda–benda langit, diperkenalkan beberapa sistem koordinat. Setiap sistem
koordinat memiliki koordinat masing–masing. Posisi benda langit seperti matahari
dapat dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Selanjutnya nilainya dapat diubah
ke dalam sistem koordinat yang lain melalui suatu transformasi koordinat.
Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan suatu tata koordinat yang
dapat menyatakan secara pasti kedudukan benda langit tersebut. Tata koordinat
tersebut terdiri dari tata koordinat horison, tata koordinat ekuator, dan tata koordinat
ekliptika. Tiap-tiap tata koordinat tentunya memiliki cara penggunaan sistem yang
berbeda serta terdapatnya berbagai macam keuntungan dan kelemahan dalam
penggunaan sistem tersebut. Dengan demikian penggunaan suatu sistem koordinat
bergantung pada hasil yang kita inginkan, apakah hasil yang didapat ingin digunakan
untuk waktu sesaat atau untuk waktu yang lama dan dapat dipakai secara universal.
B. Rumusan Masalah
4
4. Bagaimana koordinat suatu bintang dalam sistem koordinat horizon?
5. Apa keuntungan dan kelemahan penggunaan sistem koordinat horizon?
6. Bagaimana cara melukis dan membaca koordinat horizon ?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Titik pusat bola langit berimpit dengan titik pusat bumi. Oleh karena bola
langit itu sangat terlampau luas, maka bumi hanya merupakan satu titik saja di
pusatnya. Sebenarnya, bola langit hanya sebagai gambaran untuk mempermudah
pengamatan di alam nyata benar-benar tidak ada sama sekali dan tidak akan terlihat
oleh kasat mata. Namun, kebanyakan ilmuwan menganggap bola langit itu ada.
Dengan digambarkan bola langit tersebut, para ilmuwan dapat memberikan konsep-
konsep dasar dalam penyelidikan terhadap benda-benda langit (Kurniawan, 2009).
6
langit. Koordinat yang diperlukan untuk menggambarkan posisi suatu benda langit
disebut koordinat bola langit. Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan
suatu sistem atau tata koordinat yang dapat menyatakan secara pasti kedudukan
benda langit tersebut. Sistem koordinat tersebut terdiri dari Sistem Koordinat
Horison, Sistem Koordinat Ekuator, dan Sistem Koordinat Ekliptika. Tiap-tiap
sistem koordinat tentu memiliki cara penggunaan sistem yang berbeda serta berbagai
macam keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan sistem tersebut. Dengan
demikian penggunaan suatu sistem koordinat bergantung pada hasil yang kita
inginkan, baik hasil yang ingin digunakan untuk waktu sesaat atau untuk waktu yang
lama dan dapat dipakai secara universal.
7
Menurut Bakri Ahmad (2010), disebut dengan sistem koordinat Horizon
karena disandarkan pada bidang horizon sebagai acuannya. Bidang Horizon (Ufuk)
merupakan bidang datar yang disandarkan pada arah menghadap. Koordinat horizon
benda langit yang ditinjau dari suatu tempat akan selalu berubah setiap saat karena
rotasi bumi. Dalam sistem ini, horizon di suatu tempat berbeda dengan lainnya, tetapi
senantiasa datar di setiap tempat, misalnya orang di daerah Kutub Utara beranggapan
bahwa Kutub Selatan adalah bagian bawahnya, berbeda halnya dengan pengamat
yang berada di Khatulistiwa. Sedangkan dalam penentuan posisi benda langit pada
bidang horizon ditentukan dengan menggunakan sistem arah Utara, Selatan, Timur,
Barat.
8
C. Unsur-Unsur Sistem Koordinat Horizon
(Sumber: https://docs.google.com/presentation/d/14ZriVQamEnov6U2EukXHX48Nhn2KSB3A)
9
Jenis-jenis horizon:
a. Horizon sejati : adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal dan
melalui pusat bumi. Horizon sejati adalah bidang datar yang ditarik
memotong melalui titik pusat bumi dan memotong garis vertikal
tegak lurus (90°).
2. Lingkaran vertikal
10
ketinggian bintang ditentukan berdasarkan jarak ketinggiannya dari bidang
horizon. Sedangkan garis tegak lurus yang menghubungkan kedua kutub
lingkaran vertikal disebut dengan vertical line atau garis vertikal yang
merupakan perpanjangan dari pusat bola langit yang menghubungkan Zenit
dan Nadir.
Zenith (Z) merupakan titik teratas yang terletak vertikal tegak lurus
diatas kepala pengamat. Zenit juga dengan Titik Puncak. Sedangkan Nadir
merupakan titik yang terletak vertikal tegak lurus dengan kaki pengamat.
Nadir (N) merupakan titik terbawah dari bola langit sehingga disebut
dengan titik kaki atau simtul Qadam. Titik Zenit dan Nadir merupakan titik
kutub utama dalam sistem koordinat horizon, yang menjadi dasar dalam
penghitungan posisi benda langit.
Meridian langit yaitu lingkaran besar yang melalui Zenit dan Kutub
Langit (Celestial Poles), dimana lingkaran meridian ini merupakan
lingkaran vertikal yang memotong titik Utara dan Titik Selatan bola langit
(Hosmer, 1925). Lingkaran meridian merupakan lingkaran utama dalam
melukiskan benda langit, karena pada lingkaran meridian ini terdapat Kutub
Langit Utara (KLU), Kutub Langit Selatan (KLS), arah Utara dan arah
Selatan bidang Horizon. Lingkaran meridian ini membagi bola langit
menjadi dua bagian sama besar, sebelah Timur dan Barat. Jadi, meridian
langit merupakan lingkaran besar vertikal pada bola langit melalui titik utara
(U) dan titik selatan (S).
11
saat kulminasi, maka nilai t = 0 dan waktu yang ditunjukkan senantiasa jam
12. Sedangkan ketika bergerak, maka benda langit tersebut akan membentuk
sebuah sudut yang disebut dengan sudut waktu.
Letak titik dalam sistem koordinat horizon ditentukan atau dinyatakan oleh
Az. (azimuth), yakni besar busur yang dibentuk dari titik U (utara) searah jarum jam;
dan Alt. (altitude/ ketinggian), yakni besar busur yang dibentuk oleh garis horizon ke
atas (ke bawah bernilai negatif) (Fajar, dkk., 2016).
(Sumber: https://docplayer.info/docs-images)
1. Azimuth (Az)
Azimut merupakan jarak pada bidang horizon yang dihitung dari titik
Utara ke arah Timur searah jarum jam sampai pada titik perpotongan lingkaran
vertical benda langit dengan bidang horizon. Besaran nilai azimuth terhitung
dari 0° sampai 360°, dimana pada titik Timur = 90°, titik Selatan = 180°, titik
Barat = 270°. Dalam teori navigasi darat dan udara, titik acuannya adalah titik
Selatan yang merupakan original azimuth.
12
Gambar 4. Koordinat Horizon Bintang Pada (220°,45°)
2. Altitude (a atau h)
13
Gambar 5. Azimuth, Altitude, Zenith, dan Nadir
14
Posisi bintang dengan altitud -30 derajat dan azimut -115 dejarat. Azimut
bintang -115, karena negatif maka kita mengukur sudut 115 derajat dari utara
ke arah barat sepanjang horizon pengamat. Altitud bintang -30 derajat, karena
altitudnya negatif maka kita mengukur sudut 30 derajat dari horizon tegak
lurus menuju nadir (sampai ke posisi bintang di bola langit).
15
azimuth objek tersebut, maka pengamat di Bandung akan kesulitan menemukan objek
yang dimaksud.
Letak titik koordinat (UTSB) pada bola langit dapat dibuat secara bebas
asalkan arah SBUT atau UTSB searah jarum jam. Dalam sistem koordinat horizon
bumi ini dianggap sebagai titik yang besarnya diabaikan terhadap bola langit karena
pusat bola langit juga merupakan pusat bola bumi.
16
Berikut langkah-langkah melukis koordinat horizon:
1. Lukis lingkaran meridian langit.
2. Lukis garis datar dan tegak berpotongan di titik pusat bola langit.
3. Lukis lingkaran horizon yang perpotongan dengan meridian langit di titik U
dan S.
4. Lukis lingkaran vertikal utama yang perpotongannya dengan meridian langit
di Z dan N serta perpotongannya dengan horison di B dan T. Perlu
diperhatikan, urutan arah titik koordinat (UTSB atau SBUT) searah putaran
jarum jam.
5. Lukis azimuth (A) dengan menarik busur dari titik U sepanjang lingkaran
horizon sampai ke titik kaki langit (K).
6. Lukis tinggi (h) dengan menarik busur dari titik K ke arah Z jika harga h positif
atau ke arah N jika harga h negatif sampai ke letak benda langit.
7. Tarik busur lingkaran vertikal dari Z melalui benda langit sampai ke N yang
perpotongannya dengan horison di titik K.
8. Ukur azimuth benda langit dari U sampai ke K searah putaran jarum jam.
9. Ukur panjang busur dari K sampai ke posisi benda langit, untuk menentukan
tinggi (h).
10. Penulisan koordinat benda langit tersebut adalah koordinat (A,h); azimuth (A)
dan tinggi (h).
Catatan: Letak lingkaran meridian langit dan lingkaran vertikal utama dapat
ditukar tempatnya. Lingkaran yang terletak di depan bola langit di gambar
garis penuh, di belakang garis putus-putus.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
lingkaran horizon yang perpotongan dengan meridian langit di titik U dan S,
melukis lingkaran vertikal utama yang perpotongannya dengan meridian langit
di Z dan N serta perpotongannya dengan horison di B dan T. Perlu diperhatikan,
urutan arah titik koordinat (UTSB atau SBUT) searah putaran jarum jam. Melukis
azimuth (A) dengan menarik busur dari titik U sepanjang lingkaran horizon sampai
ke titik kaki langit (K), melukis tinggi (h) dengan menarik busur dari titik K ke arah
Z jika harga h positif atau ke arah N jika harga h negatif sampai ke letak benda
langit.
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, Dinar Maftukh, Hasanah, Rafiatul, Susanti, Laily Yunita. 2016. Strategi
Membelajarkan Sistem Kalender Islam Melalui Pembelajaran IPA. Prosiding
Seminar Nasional Pembelajaran IPA ke-1, Prodi Pendidikan IPA FMIPA UM,
Malang, 1 Oktober 2016.
Jain, P. 2015. An Introduction to Astronomy and Astrophysics. London: Taylor & Francis
Group.
Nawawi, Abd. Salam. 2010. Ilmu Falak: Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat, Arah
Kiblat dan Awal Bulan. Sidoarjo: Aqoba.
Raisal, Abu Yazid., dkk. 2020. Posisi Matahari pada Saat Ekuinoks, Summer solstice,
dan Winter Solstice di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika, 7(1): 35 - 41.
20
GLOSARIUM
Lingkaran Horizon : lingkaran pemisah antara bola langit atas dan bawah.
Lingkaran vertikal : lingkaran besar yang melalui titik Zenith dan titik Nadir
yang memotong tegak lurus dengan bidang horizon
Meridian langit : lingkaran besar yang melalui Zenit dan Kutub Langit
21
LAMPIRAN
22