Anda di halaman 1dari 21

TATA KOORDINAT LANGIT

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Astronomi (Geografi


Pendidikan) Yang Diampuh Oleh Sari Nova,S.Pd, M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok 5
M Hifzil Sukri 19045140/2019
Mike 19045143/2019
Rahmad Khairi 19045147/2019
Wilan Wilia Putri 19045157/2019
Yulia Fajriyani 19045159/2019
Muhammad Alwi Husein 19045163/2019
Yolanda Putri 19045164/2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT., karena berkat rahmat
dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berkaitan dengan Tata
Koordinat Langit. penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Astronomi yang diampuh oleh Ibu Sari Nova,S.Pd,M.Sc.
Dalam penyusunan makalah ini, kami melibatkan berbagai pihak dann
referensi, baik dari dalam kelompok maupun luar kelompok seperti jurnal dan buku.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih atas segala dukungan yang
diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Meski telah disusun secara maksimal
oleh kami kelompok 5, akan tetapi kami sebagai manusia biasa sangat menyadari
bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Karenanya, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana
pembantu mahasiswa dalam mencari referensi dalam pembahasan Tata Koordinat
Langit. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Daring, 17 November 2020

Kelompok 5

i
2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. .i
DAFTAR ISI ............................................................................................... .ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... .1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. .2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... .2

BAB II PEMBAHASAN
I. Tata Koordinat Langit ....................................................................... .4
1.1.1 Hakikat Tata Koordinat Langit ............................................... .4
1.1.2 Tata Koordinat Horizon ......................................................... .6
a) Garis Vertikal .................................................................. .6
b) Zenith dan Nadir .............................................................. .6
c) Azimuth ........................................................................... .6
d) Tinggi Bintang ................................................................. .7
e) Meridian Langit ............................................................... .7
f) Horizon Sejati Lingkaran ................................................. .7
g) Horizon Kodrat ................................................................ .8
h) Horizon Semu .................................................................. .8
1.1.3 Tata Koordinat Equator.......................................................... .11
a) Bola Langit Tegak............................................................ .13
b) Bola Langit Miring .......................................................... .13
c) Bola Langit Sejajar .......................................................... .14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... .17
B. Saran ................................................................................................. .17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. .18

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam astronomi untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan
suatu sistem tata koordinat yang dapat menyatakan secara pasti kedudukan
benda langit tersebut. Tata koordinat tersebut diantaranya adalah tata koordinat
horizon, dan tata koordinat ekuator.
Begitu juga perjalanan Matahari dari timur ke barat yang menyebabkan
pergantian siang dan malam bukan perjalanan hakiki. Namun akibat dari
perputaran Bumi pada porosnya (rotasi). Sebaliknya akibat semua benda langit
yang ada di sekitar Bumi tampak berjalan dari timur ke barat dan tegak lurus
dengan poros Bumi atau poros langit.
Benda-benda langit yang nampak berputar mengelilingi Bumi semua
menempati lingkaran yang melalui titik KLU dan KLS. Lingkaran-lingkaran
yang melalui titik KLU dan KLS ini dinamakan lingkaran waktu, sebab benda
langit yang berada pada satu lingkaran waktu akan mencapai titik kulminasi atas
pada waktu yang sama juga.
Tiap-tiap tata koordinat diatas tentunya mempuyai cara yang
berbedabeda dalam hal penggunaan sistemnya sesuai dengan apa yang kita
inginkan apakah akan digunakan dalam jangka waktu pendek atau panjang.
Untuk itu, pada penjelasannya selanjutnya yang akan menjadi fokus
pembahasan adalah mengenai tata koordinat horizon dan jam bintang, beserta
hal-hal lain yang masih memiliki keterkaitan dengan sistemnya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Tata Koordinat Langit?
2. Bagaimana Tata Koordinat Horizon?
3. Bagaimana Tata Koordinat Ekuator?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulisan ini bertujuan untuk
mendeskripsikan 3 hal sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan hakikat tata koordinat langit.
2. Mendeskripsikan bagaimana tata koordinat horizon.
3. Mendeskripsikan bagaimana tata koordinat ekuator.

2
MIND MAP
TATA KOORDINAT LANGIT

TATA KOORDINAT
LANGIT

Tata Koordinat Hakikat Tata Tata Koordinat


Horizon Koordinat Equator

Garis Vertikal, Bola


Zenith dan Nadir Langit
Tegak

Azimuth, Tinnggi Bola


Bintang dan Langit
Meridian Langit Miring

Horizon Sejati
Lingkaran, Horizon Bola
Kodrat dan Langit
Horizon Semu Sejajar

3
BAB II
PEMBAHASAN
I. Tata Koordinat Langit
1.1.1 Hakikat Tata Koordinat Langit
Jika kita sering memperhatikan langit malam, akan nampak bahwa
bintang-bintang memiliki kedudukan yang tetap di langit, dan bergeser
secara teratur dari hari kehari. Agar dapat dengan mudah menentukan
lokasi bintang, diperlukan suatu sistem koordinat dalam pemetaan
bintang-bintang tersebut, sistem koordinat itu disebut dengan tata
koordinat bola langit. Dikenal empat macam tata koordinat dalam
astronomi, yaitu tata koordinat horizon, ekuator, ekliptika dan galaktik,
namun yang akan dibahas di sini hanya 2 dari yang disebut pertama.
Sebelum kita melukis posisi bintang pada sistem koordinat, ada
baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang bola langit. Bola langit
adalah suatu bola imajiner dimana seluruh bidang langit terproyeksi pada
permukaannya, yang mana pusat dari bola langit tersebut adalah pengamat
(Bumi). Agar lebih paham, perhatikan gambar 1.1.

Gambar 1.1 Bola Langit


1. S, B, U, T adalah arah mata angin menurut pengamat. Untuk
menggambar bola langit, biasanya ada ketentuan tentang letak

4
titik Utara dan Selatan, namun dalam buku Astronomi dan
Astrofisika ini digunakan titik Selatan di kiri.
2. Z adalah titik Zenit, yaitu titik yang berada tepat di atas
kepala pengamat, sebaliknya titik N (Nadir) adalah titik yang
berada tepat di bawah kaki pengamat.
3. Lingkaran besar SBUT adalah horizon pengamat.
4. Lingkaran besar SZUN adalah meridian pengamat (meridian
langit).
Lingkaran besar adalah lingkaran pada permukaan bola yang
berpusat pada pusat bola (misal SBUT dan SZUN), sedangkan lingkaran
kecil adalah lingkaran pada permukaan bola yang tidak berpusat di pusat
bola (misal PQRS pada gambar 1.2).
Kedudukan Sebenarnya dari Pengamat Sebagai Berikut :

Gambar 1.2 Posisi Pengamat pada Lintang

5
1.1.2 Tata Koordinat Horizon
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai sistem koordinat horizon,
ada beberapa istilah yang berkaitan dengan sistem koordinat horizon,
seperti garis vertikal, zenith, nadir, azimuth,tinggi bintang dan meridian
langit. Semua istilah tersebut memiliki peran penting dalam perhitungan
mencari letak suatu bintang.
1. Garis Vertikal
Dalam horizon terdapat garis vertikal. Vertikal (garis
tegak lurus) adalah garis tengah bola langit yang tegak lurus
dengan garis tengah horizon. Titik potong garis tegak lurus
dengan bola langit yang terletak di atas kepala kita dimana titik
puncak atau zenith dan titik potong yang terletak di bawah atau
berlawanan dinamakan titik hakiki atau nadir.
Sedangkan lingkaran vertikal adalah suatu lingkaran
yang menghubungkan titik zenith dan titik nadir melalui horizon
tegak lurus pada bidang horizon, sehingga setiap titik pada
lingkaran horizon jaraknya 90˚ dan dapat dibuat tidak terbatas
(lingkaran di bola langit yang bergaris menengahkan garis
vertikal).
2. Zenith dan Nadir
Zenith adalah garis imajiner yang ditarik tegak lurus ke
atas dari posisi pengamat yang berdiri di permukaan bumi
hingga mencapai bola langit. Sedangkan Nadir adalah lawan dari
zenit, yaitu garis imajiner yang ditarik tegak lurus ke bawah dari
posisi pengamat di permukaan bumi hingga mencapai bola
langit.
3. Azimuth
Azimuth adalah sudut yang diukur dari titik utara ke titik
tertentu (ke arah timur) searah jarum jam pada lingkaran horizon
dengan lingkaran vertikal yang melalui benda langit tersebut.

6
Azimuth titik timur bernilai 90 o , pada titik selatan bernilai 180o
, dan pada titik barat bernilai 270 o.
Untuk menyatakan azimuth terdapat dua versi, yaitu
pertama, menggunakan acuan titik Selatan. Kedua, yang dianut
Internasional untuk astronomi dan navigasi yaitu menggunakan
acuan titik Utara, berupa busur UTSB. Kedua versi tersebut
menggunakan arah yang sama yaitu jika dilihat dari zenith
arahnya searah perputaran jarum jam yang nilainya 0˚- 360˚.
4. Tinggi Bintang
Tinggi benda langit dapat digambarkan pada bola langit
dengan membuat lingkaran besar yang melalui zenith, benda
langit itu tegak lurus pada horizon (lingkaran vertikal). Tinggi
benda langit merupakan suatu sudut yang dibentuk oleh garis
yang menghubungkan antara titik pusat dengan proyeksi bintang
dengan garis yang menghubungkan antara titik pusat dengan
bintang. Tinggi bintang diukur dari horizon keatas ufuk dengan
nilainya positif 0˚ sampai 90˚, dan dari horizon kebawah ufuk
dengan nilai negatif 0˚ sampai -90˚.
5. Meridian Langit
Lingkaran meridian adalah proyeksi atau perluasan dari
lingkaran atau garis vertikal bumi yang melalui kutub utara dan
kutub selatan.
Horizon
Horizon adalah lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi
dua bagian yang sama, yakni bagian langit yang kelihatan dan bagian
langit yang tidak kelihatan. Horizon terdiri dari tiga macam yaitu :
1. Horizon sejati Lingkaran atau bidang yang melalui titik pusat
bumi, tegak lurus pada garis vertikal yang membelah bola bumi
dan bola langit menjadi dua bagian, yakni bagian atas bola
langit dan bagian bawah bola langit.

7
2. Horizon kodrat atau yang baiasa disebut ufuk mar‘i adalah
batas khayal yang seolah-olah menjadi batas pertemuan antara
langit dan bumi. Seperti ketika kita berada di laut kita akan
melihat seolah-olah ada batas antara langit dan laut (bumi).
3. Horizon semu adalah bidang rata yang menyinggung bumi,
yang dapat kita tarik dari tempat kita berdiri (antara kaki
dengan tanah), bidang ini tegak lurus pada bidang vertikal.
Dalam pengaturan koordinat horizon posisi benda langit ditentukan
melalui ketinggian dan azimuth. Tinggi benda langit yang menyatakan
busur vertikal dari benda sampai ke horizon. Sedangkan azimuth adalah
besarnya busur pada horizon yang dihitung dari titik utara ke arah timur
searah jarum jam.Berdasarkan gambar 1.4, azimuth bintang ditunjukan
pada titik utara menuju ke K’ dan tinggi bintang merupakan titik K menuju
ke titik K’. Dari pola ini kita dapat menghitung besarnya posisi bintang
terhadap zenit dengan cara Z= 90-t.

Gambar 1.3 Kordinat Horizon Bintang

8
Karena bumi mengalami rotasi maka sebagai pengamat yang berada
pada titik wilayah tertentu kita akan melihat posisi bintang akan berubah
setiap saatnya sehingga tinggi t dan azimuth bintang pun akan mengalami
perubahan. Maka diperlukan tata koordinat yang tidak menyebabkan hal
tersebut. Perlu dipilih koordinat lingkaran dasar dan titik asal pada bola
langit yang sifatnya tetap.
Ordinat-ordinat dalam tata koordinat horizon adalah:
1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut
umumnya diukur dari selatan ke arah barat sampai pada
proyeksi bintang itu di horizon, seperti pada gambar azimut
bintang adalak 220°. Namun ada pula azimut yang diukur dari
Utara ke arah timur, oleh karena itu sebaiknya Anda menuliskan
keterangan tentang ketentuan mana yang Anda gunakan.
2. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a),
yang diukur dari proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu
menuju ke zenit. Tinggi bintang diukur 0° – 90° jika arahnya ke
atas (menuju zenit) dan 0° – -90° jika arahnya ke bawah.
Berikut ini disajikan sebuah langkah-langkah yang dapat kita
lakukan dalam mengambarkan posisi dari sebuah letak bintang dengan
menggunakan sistem koordinat horizon.
1. Azimut bintang (az*) adalah busur pada horizon, diukur dari titik
selatan menuju/melalui titik barat ampai ke proyeksi bintang itu
pada horizon Besarnya (0o – 360o).
2. Tinggi bintang (tg*) adalah busur pada lingkaran tinggi yang
melalui bintang itu. Diukur dari proyeksi bintang itu pada
horizon sampai ke letak bintang itu. nilainya 0 s.d. +90 diatas
horizon, dan 0 s.d -90 dibawah horizon.
Perhatikan contoh berikut ini!!
Lukis pada bola langit letak bintang yang memiliki tg*P = 45 0 , az* = 135

9
Gambar 1.4 Letak bintang P pada tg*P = 45o , az* = 135
Di dalam tata koordinat horizon, posisi benda langit berubah setiap
saat karena semua benda langit "beredar". Benda-benda langit berpindah
posisi di langit, ada yang terbit, tenggelam dan sebagainya seolah-olah
benda-benda langit itu beredar mengitari bumi. Seolah-olah bintang-bintang
menempel pada bola langit dan bola langit itu berotasi mengelilingi bumi.
Padahal sesungguhnya tidak demikian. Kita memperoleh kesan bahwa
benda-benda itu mengitari bumi karena bumi yang berotasi terhadap
sumbunya.
Jika bumi tidak berotasi, maka kita akan tahu bahwa hanya bulan
yang benar-benar beredar mengelilingi bumi. Posisi bintang-bintang akan
tampak tetap di langit, kalau pun berubah hanya sedikit bergeser dalam
beberapa tahun. Planet-planet akan tampak “berkelana” di antara
bintangbintang yang posisinya tetap dan matahari akan terbit setahun sekali.
jadi sesungguhnya jika kita dapat menggunakan posisi-posisi yang tetap
pada bola langit sebagai kerangka acuan maka kita dapat memperoleh
koordinat benda langit yang praktis tidak berubah-ubah. Berdasarkan
pemikiran ini dibuatlah tata koordinat ekuator, dengan maksud agar
koordinat benda langit tidak bergantung pada waktu.

10
1.1.3 Tata Koordinat Equator
Tata koordinat equator banyak digunakan dalam penentuan
kedudukan sebuah bintang karena koordinat lingkaran dasar dan titik asal
bola langitnya bersifat tetap. Tata koordinat ini merupakan bentuk
perluasan dari koordinat horizon yang dipeluas sampai pada bola langit.
Beberapa keuntungan ketika kita menggunakan acuan koordinat
ekuator dalam penentuan letak sebuah bintang adalah :
1. Lebih baik bila dibanding menggunakan koordinat horizon,
karena penentuan azimuth dan deklinasi tidak berubah-ubah jika
berpindah posisi pengamat.
2. Kita dapat menentukan posisi bintang hanya melalu garis bujur
dan garis lintang posisi pengamat.

Gambar 1.5 Koordinat equator langit


EQ merupakan equator dari langit dan KL merupakan bujur
ekliptika langit dan HZ merupakn bujur horizon langit. Jadi dalam hal ini
lingkaran dasar yang kita gunakan bukan lingkaran bumi (Koordinat
horizon) melainkan lingkaran dasar langit (lingkaran equator langit).
Dengan titik acuan yang digunakan adalah titik perpotongan antara ekliptika
dengan equator langit yang disebut dengan titik pertama aries atau vernal
equinok. Sebagai contoh misalkan kita hendak menentukan sebuah posisi
bintang K, maka jarak anguler bintang K terhadap equator langit arah utara

11
atau arah selatan disebut dengan deklinasi (). Jika bintang berada di
sebelah utara equator maka deklinasi positif dan jika disebelah selatan maka
deklinasi negatif. Dengan sudut deklinasi dinyatakan dari rentang 00
sampai 900 . Kemudian koordinat lainnya yaitu Right Ascension (RA)
diukur dari busur titik aries ke arah timur sampai jarak angular pada kaki
bintang di equator langit.
Deklinasi dinyatakan dalam derajat dan RA dinyatakan dalam
bentuk hours dengan ciri 1 hours = 150 . Hal ini dapat dihitung dengan
mengasumsikan 1 putaran bumi = 3600 membutuhkan waktu 24 jam.
Sebagai contoh RA = 18h 23m 46s menunjukan bahwa RA= (18*150 +
23/60*150 + 46/3600*150 ). Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.10.
Dengan E adalah titik kulminasi atas dan Q adalah titik kulminasi bawah,
maka EQ adalah garis ekuator dan KL adalah ekliptika.

Gambar 1.6 Deklinasi dan right ascension (RA)


Perlu dipahami mengenai beberapa sifat dari koordinat ekuator
dalam menentukan posisi dari sebuah bintang.
1. Dari tempat yang berbeda lintangnya, sikap bola langit akan
berbeda.

12
2. Jika kita berdiri di kota K yang terletak di katulistiwa (ekuator)
pada tanggal 21 maret, ketika matahari beredar di katulistiwa,
maka pada siang hari kita akan melihat matahari lewat tepat di
atas zenit kota K.
3. Kota-kota yang terletak di belahan bumi selatan dengan letak
lintang yang lebih kecil dari 23 ½o LS, tengah hari pada tanggal
21 maret, matahari lewat miring ke utara.
4. Kota-kota yang terletak di selatan GBS (Garis Bujur Selatan)
(lintang > 23 ½o LS), atau di utara GBU (Garis Bujur Utara)
(lintang > 23 ½o LU), seperti sidney (34o LS) dan NewYork (41o
LU), sepanjang tahun matahari tidak akan pernah lewat di zenit
kota itu.
Terdapat 3 buah sifat dari koordinat ekuator adalah bola langit tegak
lurus, bola langit miring dan bola langit sejajar. Secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Bola langit tegak, yaitu jika ekuator serta garis edar benda langit
tegak lurus terhadap horizon. Lokasinya adalah di ekuator atau
  0o .

Gambar 1.7 Bola Langit Tegak


2. Bola langit miring, yaitu jika ekuator serta garis edar benda
langit miring terhadap horizon. Dengan tingkat kemiringan bola
langit berada pada lintang pengamat antara 0o dan 900 LU atau
antara 0o dan 90o LS.

13
Gambar 1.8 Sikap Bola Langit miring
3. Bola langit sejajar, yaitu jika ekuator benda langit atau garis
edar benda langit terhadap horizon saling sejajar. Bola langit
sejajar adalah bola langit dengan tempat tinjauannya daerah
kutub utara dan kutub selatan.

Gambar 1.9 Sifat Bola langit sejajar


Berikut dapat di sajikan langkah-langkah sederhana dalam
menentukan letak dari sebuah bintang menggunakan sistem koordinat
ekuator.
1. Membuat Garis Edar Bintang
Untuk membuat garis edar bintang dalam koordinat ekuator
dibutuhkan Deklinasi ialah jarak antara garis edar benda langit

14
dengan ekuator. Terdapat dua macam deklinasi yaitu Deklinasi positip
(Delinasi utara) dan Deklinasi negatip (Deklinasi selatan).
Contoh :
Lukis garis edar bintang P (*P = 30o ) dan Bintang R (*R=-
15o) pada bolal langit dengan  = 30o LU

Gambar 1.10 Latihan Melukis Garis Edar Bintang


2. Menentukan Letak Bintang Dengan Koordinat Ekuator
Dalam menentukan letak sebuah bintang mengunakan koordinat
ekuator maka beberapa hal yang perlu dipahami di antaranya adalah :
a) Waktu Bintang wb. Dihitung dari A pada ekuator searah
dengan arah ekuator titik yang diperoleh disebut titik aries ( )
b) Kenaikan lurus (Ascencio recta) () yaitu busur pada lingkaran
ekuator di ukur dari titik aries () berlawanan dengan arah
peredaran semu harian (sampai proyeksi bintang pada ekuator
angkanya dari 0 s.d 360o.
Penting: Titik yang diperoleh adalah proyeksi bintang pada
ekuator.
c) Deklinasi bintang () yaitu busur pada lingkaran deklinasi yang
menyatakan jarak bintang dengan proyeksinya pada ekuator atau
jarak antara garis peredaran semu harian bintang itu dengan
ekuator.
Deklinasi positif : lintasan bintang disebelah utara ekuator.

15
Deklinasi negatif : lintasan bintang disebelah selatan ekuator.
Contoh :
Buatlah bola langit untuk  = 30o LU pada pukul 9 wb.
Tempatkan pada bola langit itu, jika bintang P dan R yang ordinat-
ordinatnya diketahui : Bumi berputar 3600 dalam setiap jamnya 150
maka jika 9 jam adalah 1350.
 *P = 180o ,  *P = 45o
 *R = 135o ,  *R = 0o

Gambar 2.1 Menempatkan bola langit, jika terdapat bola langit


lain yang diketahui ordinat-ordinatnya.
Jadi, Tata koordinat ekuator merupakan sistem koordinat yang
paling penting dalam astronomi. Letak bintang-bintang, nebula, galaksi
dan lainnya umumnya dinyatakan dalam tata koordinat ekuator. Pada
tata koordinat ekuator, lintasan bintang di langit dapat ditentukan
dengan tepat karena faktor lintang geografis pengamat ()
diperhitungkan, sehingga lintasan edar bintang-bintang di langit (ekuator
Bumi) dapat dikoreksi terhadap pengamat.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem koordinat langit terdiri dari tata koordinat horizon dan tata
koordinat ekuator. Tiap-tiap tata koordinat memiliki cara penggunaan sistem
yang berbeda serta terdapatnya berbagai macam keuntungan dan kelemahan
dalam penggunaan sistem tersebut. Koordinat horizon mudah untuk dilukis
tetapi hanya dapat digunakan pada waktu dan tempat tertentu saja (dalam kurun
waktu yang pendek). Sistem tata koordinat horizon merupakan sistem yang
mengguankan lingkaran horizon atau ufuk dan lingkaran vertikal sebagai
sumbunya. Sistem ini digunakan untuk mengetahui posisi dan keadaaan suatu
bintang. Untuk mengetahui posisi bintang pada koordinat horizon maka
menggunakan rumus perhitungan tinggi bintang (h) dan azimuth bintang (az).
Koordinat ekuator dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, tetapi cara
melukisnya cukup rumit. Pada intinya tata koordinat langit hanya menaruh
perhatian pada “arah” letak sebuah benda langit saja, dan tidak
memperhitungkan jarak benda langit tersebut.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis memberi saran kepada pembaca bahwa
untuk memperluas wawasan pembaca dalam memahami hakikat strategi
pembelajaran interaktif, karakteristik, tujuan dan manfaat, langkah-langkah dan
kelebihan serta kekurangan strategi pemebelajaran interaktif.

17
DAFTAR PUSTAKA

Riswanto dan Suseno.N.(2015).Buku : Dasar-Dasar Astronomi dan Fisika


Kebumian.Lampung : Lembaga Penelitian UM Metro Press

Gautama.S.E.(2010). Buku : Astronomi dan Astrofisika Revisi Ke-3.Makassar :


SMANegeri 1 Makassar

Erliana.N.D.(2020). Skripsi : Pemaknaan Shat}R Al-Masjid Al-H}Ara>M Dalam


Mazhab Syafii (Analisis Perspektif Ilmu Falak). Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Program Studi Ilmu Falak Surabaya

Manzil.LD.(2017). Makalah : Sistem Tata Koordinat Horizon Dan Koordinat


Jam/Waktu Bintang.Program S2 Ilmu Falak Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

18

Anda mungkin juga menyukai