NAVIGASI ASTRONOMI
Kolonel Laut (P) Dr. Hendriman Putra, S.H., S.Tr. Han,. M.Tr. Hanla., M.M., M.Sc
PENGANTAR
Bahan ajar ini membahas bagaimana memenuhi tuntutan bernavigasi dengan mengunakan
benda- benda angkasa (celestial body) sebagai objek navigasi. Pengetahuan bernavigasi
dengan menggunakan celestial body menjadi sangat penting peranannya apabila pelayaran
tersebut telah memasuki wilayah yang sudah tidak lagi memungkinkan untuk menggunakan
objek di daratan sebagai referensi dalam pengeplotan posisi kapal.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Peta Konsep
Pengantar
Astronomi adalah pengetahuan tentang ukuran, susunan, gerakan, posisi relatif serta
kelakuan-kelakuan benda angkasa yang ada di alam semesta. Sedangkan navigasi astronomi
merupakan isitilah yang digunakan pada saat melaksanakan penentuan posisi duga di laut
dengan menggunakan benda-benda angkasa terutama bintang. Oleh karenanya, secara
umum, perhitungan penentuan posisi duga tersebut dilakukan pada malam hari. Terdapat
beberapa elemen-elemen yang mempengaruhi atau mendukung dalam mencari posisi duga
dengan menggunakan benda-benda angkasa. Salah satunya adalah perhitungan geometri
dasar dalam bernavigasi yang akan dibahas pada Sub Bab berikut. Namun sebelumnya akan
dibahas terlebih dahulu terkait dengan bentuk bumi dan gerakan benda-benda angkasa
sebagai dasar pengatahuan bagi siswa terkait dengan pergerakan relatif dari benda-benda
tersebut terhadap bumi.
Berdasarkan bentuk bumi tersebut, para ahli menyepakati adanya reduksi lintang yang terdiri
dari 2 (dua) komponen yang nantinya sangat mempengaruhi dalam penentuan posisi di laut,
yaitu
a. Lintang Geografis, yang merupakan sudut perpotongan tegak lurus pada permukaan
bumi yang terbagi menjadi 2 dimulai dari equator (Lihat Gb.1).
b. Lintang Geosentris, yaitu sudut dimana garis titik pusat bumi dan garis permukaan
bumi bergabung pada equator (lihat Gb.2).
Maka:
ΔΦ = 1 menit , c = 1/ 297 , a = 1852.28 m
Di Katulistiwa Φ = Nol; sehingga Δ S = 1842.9 m
Di Kutub Φ = 90°; sehingga Δ S = 1861.7 m
Di Φ = 45°; segingga Δ S = Nilai Maksimum
1) Pelayaran Traverse. Pelayaran ini digunakan pada saat halu kapal lebih dari
2 haluan dalam pelayaran datar (plane). Traverse juga dapat dicari dengan melihat
data pada Tabel Norrie ( Norrie’s Table ) seperti D Lat/Long, keberangkatan
(departure), jarak ( distances ) dan halu ( course ) jika jarak 0 – 600 Nm pada segitiga
datar.
2) Pelayaran Mercator. Peta Mercator pertama kali diterbitkan pada tahun 1569
yang dibuat berdasarkan:
a) Garis-garis lintang dan meridian yang membentuk rhumbline pada
pemukaan bumi yang ditransfer menjadi garis lurus pada peta.
b) Sudut antara rhumbline dalam peta dan bumi tidak dirubah.
c) Garis katulistiwa merupakan garis rhumbline yang diasumsikan sama.
d) Besarnya dengan kenyataan di bumi.
e) Garis-garis lintang dibuat sejajar dengan garis katulistiwa, mulai dari
Lintang 0° sampai 90° pada bagian utara dan selatan.
f) Garis-garis meridian/bujur dibuat sejajar dan tegak lurus berpotongan
dengan garis katulistiwa.
Contoh Soal.
1. Pelayaran Traverse.
Sebuah Kapal berlayar dengan halu 165° dan kecepatan 10 knots, posisi duga kapal tersebut
adalah 14° 30’U-20° 12’ T. Tentukan posisi duga kapal tersebut setelah 6 jam.
Jawab :
Halu = 165 dapat kita gambarkan ( 180 ± θ ) , maka
165 = 180 – 15 , kapal tersebut kearah Tenggara.
Buka norrie’s table hal. traverse table untuk halu 15. Cari departure dan D Lat untuk jarak 60
Nm.
Didapat:
Jarak/Dist = 60 Nm
D.Lat = 58’ S
Keberangkatan/departure 15’.5 T
9
Lintang terakhir = Lintang diket + D Lat = 14° 30’ U – 58’ S = 13° 32’ U
Jadi mean lat = 14° 30’ U-13° 32’ U = 14° 01’ 14’’ U ( mendekat 1⁄2 °)
Buka norrie’s table hal. traverse table untuk mean lat 14.
Cari D Long untuk departure 15’.5 T.
Sehingga didapat:
D Long = 16’ T
Departure = 15’.5 T
Maka bujur terakhir = Bujur diket + D Long
= 20° 12’ T + 16’ T = 20° 28’ T
Maka pos duga kapal tersebut setelah 6 jam yaitu: 13° 32’ U-20° 28’ T
2. Pelayaran Mercator.
Sebuah kapal berlayar dengan halu = 260° untuk mencapai jarak 1200 Nm. Titik Awal 50° U-
17° B. Dimanakah posisi akhir kapal tersebut?
Jawab :
D Lat = Dist x Cos ( Halu ) = 1200’ x cos 260°= 208’.4
3° 28’.4 S (arah halu ke selatan barat daya)
Lt. Akhir Lt. diket + D. Lat = 50° U – 3° 28’.4 S = 46° 31’.6 U
Latihan Soal.
1. Pelayaran Traverse.
Sebuah Kapal berlayar dengan halu 135° dan kecepatan 14 knots, posisi duga kapal tersebut
adalah 13° 35’U-20° 15’ T. Dimanakah posisi duga kapal tersebut setelah 6 jam?
2. Pelayaran Mercator
Sebuah kapal berlayar dengan halu 145° untuk mencapai jarak 1000 Nm. Titik Awal 40° U-23°
B. Dimanakah posisi akhir kapal tersebut?
10
Penutup
1. Dalam bernavigasi di laut sangat dipengaruhi oleh perhitungan geometri yang dapat
digunakan dalam menentukan posisi duga ataupun posisi akhir pelayaran. Hal ini tidak
terlepas dari bentuk bumi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk lintang dan bujur
untuk mempermudah penentua posisi di laut.
2. Penentuan posisi duga atau akhir pada saat bernavigasi di laut dengan menggunakan
rumus-rumus geometri dapat diimplementasikan pada saat perhitungan pelayaran traverse
atupun mercator.
DAFTAR PUSTAKA