PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di langit ini terdapat milyaran bintang-bintang yang bertebaran di jagat raya.
Sekarang ini telah dikenal berbagai benda-benda langit di alam semesta ini, seperti
planet, satelit, komet, asteroid, matahari, dan meteor. Semuanya itu dikenal dengan
nama susunan tata surya.
Pengamatan astronomi terhadap langit malam telah sejak zaman dahulu
menarik perhatian umat manusia. Pengamatan terhadap langit malam ini menuntun
mereka pada kesimpulan bahwa ada dua jenis bintang di langit yaitu bintang yang
gerakannya tetap di langit membuat lingkaran mengelilingi bumi, sedang yang
lainnya adalah bintang yang gerakannya rumit dan membuat pola bolak-balik di
langit dengan kedudukan tidak tetap, sehingga benda ini dinamakan planet (bahasa
Yunani yang berarti pengembara). Hasil pengamatan ini telah menuntun mereka
kepada pandangan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta yang dikelilingi oleh
lapisan transparan dimana bintang-bintang itu menempel.
Gerak bintang-bintang tetap dapat dijelaskan dengan memendang lapisan ini
berputar atau berotasi pada sumbu utara-selatan satu kali putaran sehari, tetapi
tampaknya bulan, planet, dan matahari memiliki gerak yang sangat kompleks.
Banyak para ahli telah berusaha menjelaskan gerak bulan, planet dan matahari
seperti Ptolomeus yang menjelaskan gerak bumi, planet dan matahri dengan
menempelkan lingkaran-lingkaran kecil pada gerak planet, matahari dan bulan pada
lapis yang berotasi mengelilingi bumi di mana pandangan ptolomeus yang terdiri dari
atas pandangan heliosentris dan geosentris. Belakangan diketahui pula bahwa orbit
dari planet-planet bukanlah lingkaran tetapi elips. Hal ini telah banyak diteliti oleh
banyak ahli astronomi khususnya Kepler yang menyatakan hukum-hukum tentang
gerak planet. Oleh karena itu penulis akan memaparkan mengenai pandangan
Heliosentris dan Geosentris Hukum-hukum Kepler, penerapan hukum Kepler dan
Hukum Newton tentang gerak planet dan kecepatan Orbit.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
4.
5.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Geosentris dan Heliosentris
Ptolomeus (70-147 M) telah berusaha menjelaskan gerak bulan, planet dan
matahari ini dengan memenmpelkan lingkaran-lingkaran kecil pada gerak planet,
matahari, dan bulan pada lapis yang ebrotasi mengelilingi bumi, seperti pada gambar
1. Di bawah ini
(1473-1543),
empat
belas
abad
setelah
Ptolomeus
menegmukakan teori baru dalam tahun 1515 dengan menempatkan matahari sebagai
pusat tata surya. Oleh karena itulah pandangan Copernicus ini disebut heliosentris.
Copernicus memandang gerak planet-planet ini berbentuk lingkaran mengitari
matahari termasuk juga bumi. Pandangan Copernicus ini dipaparkan di dalam
bukunya De Revolutionibus Orbium Calestium. Gambar 2 memperhatikan
sususnan planet-planet dalam sisitem tata surya, mulai dari planet terdekat ke
matahari yaitu Mercurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, saturnus, Uranus, Neptunus,
dan Pluto
Merkurius
bumi
Venus
Jupiter
mars
Uranus neptunus
saturnus
Pluto
Gambar 2
Tycho Brahe (1546-1601), seorang astronom yang memilki data pengamtan
yang sangat cermat, menentang pandangan heliosentris Copernicus, dan kembali ke
pandangan geosentris. Dia beragumen bahwa bila benar bumi dan planet itu beredar
mengitari matahari, mestinya akan teramati adanya gejala parakasasi bintang ini,
oleh karena itu dia menetang pandangan Copernicus karena tidak sesuai dengan data
pengamatan. Namun sebenarnya ketidak berhasilan Tyco dalam mengamati paraksasi
bintang ibi disebabkan kekurangan cermatan alat yang digunakan masa itu.
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya yaitu pada sekolah dasar maupun
sekolah menengah, bahwa yang menjadi pusat tata surya adalah matahari dan bukan
bumi. Sebelumnya mungkin kita belum memahami mengapa matahari yang
dikatakan sebagai pusat tata surya. Untuk menjelaskan bahwa memang benar bahwa
matahari-lah yang menjadi pusat tata surya dapat dijelaskan dengan bukti-bukti
berikut ini:
1. Adanya aberasi bintang. Hal ini pertama kali ditemukan oleh James Bradley
(1725). Aberasi bintang dalam kehidupan sehari-hari dapat dianalogikan seperti
kejadian berikut: Bayangkan kita sedang berdiri ditengah-tengah hujan, dan air
hujan jatuh tepat vertikal/tegak lurus kepala kita. Jika kita menggunakan
payung, maka muka & belakang kepala kita tidak akan terciprat air. Kemudian
kita mulai berjalan ke depan, perlahan-lahan & semakin cepat berjalan, maka
seolah-olah air hujan yang tadi jatuh tadi, malah membelok dan menciprati
muka kita. Untuk menghindari-nya maka kita cenderung mencondongkan
payung ke muka. Sebetulnya air hujan itu tetap jatuh tegak lurus, tetapi karena
kita bergerak relatif ke depan, maka efek yang terjadi adalah seolah-olah
membelok dan menciprat ke muka kita. Demikian juga dengan fenomena
aberasi bintang, sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit,
tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang mengalami
pergeseran dari titik awalnya, pergeseran-nya tidak terlalu besar, tetapi cukup
untuk menunjukkan bahwa memang sebenarnya bumi yang bergerak. Untuk
lebih jelasnya, dapat diperhatikan gambar berikut ini:
ternyata sudut SES tidak nol. Ini adalah bukti yang pertama yang menyatakan
bahwa memang Bumi bergerak.
2. Adanya paralaks bintang. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Bessel (1838).
Paralaks dapat terjadi jika posisi suatu bintang yang jauh, seolah-olah tampak
bergerak terhadap suatu bintang yang lebih dekat. Fenomena ini hanya dapat
terjadi, karena adanya perubahan posisi dari Bintang akibat pergerakan Bumi
terhadap Matahari. Perubahan posisi ini membentuk sudut p, jika kita ambil
posisi ujung-ujung saat Bumi mengitari Matahari. Sudut paralaks dinyatakan
dengan (p), merupakan setengah pergeseran paralaktik bilamana bintang
diamati dari dua posisi paling ekstrim. Fenomena paralaks bintang ini hanya
dapat dijelaskan apabila bumi yang bergerak mengitari matahari dan bukan
sebaliknya.
Gambar 4
Gambar 5
2. Hukum Kepler II
Dalam selang waktu yang sama (t), vector jejari ke matahari ke
matahari (r) menyapu luas daerah yang sama (A). Karena vector jejari r ini
selaluberubah besarnya sedangkan luas A sama, bebrati panjang busur s
juga selalu berubah. Konsekuensinya ini berarti untuk selnag waktu yang
sama t, panjang lintasan selalu berubah yang berarti kecepatan dari planet
tiap saat di setiap titik tidak sama. Planet mencapai kecepatan terbesar saat di
perihelium dan kecepatan terkecil saat di apehelium.
Gambar 6
Garis yang menghubungkan planet ke matahari dalam waktu yang sama
menempuh luasan yang sama. Jika waktu planet untuk berevolusi dari AB
sama dengan waktu planet untuk berevolusi dari CD sama dengan waktu
planet untuk berevolusi dari EF. Maka luas AMB = luas CMD = luas EMF.
Sehingga kecepatan revolusi planet dari AB lebih besar kecepatan revolusi
planet dari CD dan kecepatan revolusi planet dari CD lebih besar kecepatan
revolusi planet dari EF. Semakin dekat matahari kecepatan revolusi planet
semakin besar. Semakin jauh dari matahari kecepatan revolusi planet semakin
lambat.
3. Hukum Kepler III
Bila waktu edar planet mengelilingu matahri T dan jarak setengah
sumbu panjang elips d, maka: T2/d3 = C (konstan). C adalah konstata yang
harganya sama untuk semua planet.
d2
Gambar 7
T12 d13
3
2
T2
d2
Bunyi hukum ini yaitu: Kuadrat kala revolusi
planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata rata planet ke matahari.
Dengan rumus:
Lingkaran
Elips
Parabola
Hiperbola
Gambar 8
Bila kerucut terpotong dibidang yang sejajar dengan bidang alas kerucut maka
irisannya akan berbentuk lingkaran (a).bila bidang potong itu miring maka irisannya
berbentuk elips (b). dan di bidang potongnya sejajar dengan kemiringan kerucut
maka irisannya akan berbentuk parabola (c). sedangkan bila bidang potong kerucut
lebih tegak dari kemiringan kerucut maka irisannya akan berbentuk hiperbola (d).
Gambar 9
E
Keterangan :
AC= a= setengah sumbu panjang
CD=b= setengah sumbu pendek
CM/CA=c= eksentrisitas A = luas elips =ab
Rumus : b2 = a2 (1-e2)
MA = rp = a (1-e)
MB = ra= a (1+e)
Bila : e = 0, maka orbitnya lingkaran
0<e<1 , maka orbitnya elips
e = 1 , maka orbitnya para parabola
r sin
t
r sin r
Secara geosentris,
, sehingga
r
Lmr
t
Untuk limit t
0, maka
L = m r d/dt = m r2
dt 2m
Untuk planet tertentu , L dan m harganya tetap. Ini berarti harga A/t juga tetap ,
untuk t tetap, maka A juga akan tetap, dan inilah hukum Kepler II itu, dengan
demikian hukum Kepler II ini sesuai atau merupakan konsekuensi dari hukum
kekekalan momentum sudut.
c. Hukum Kepler III
Gambar 10
Misalkan sumber gaya itu ada di O dan massa m yang mendapat gaya itu ada di p
pada kedudukan r dari O. ini berarti vector gaya yang bekerja dalam arah vector
posisi r, inilah yang disebut gaya sentral dan besarnya sama adalah,
2,
Fc = k/r
, dimana kHukum
adalah suatu
konstanta
Untuk
menjelaskan
Kepler
III ini kita mengambil orbit khusus berupa
lingkaran dengan Jejari R, sehingga besarnya gaya sentral yang bekerja adalah ,
Fc = k/R2,
k/r2 = m . v2 / R
v2 = k/mR
Periode orbit planet adalah T dan kecepatannya v, ini berarti T = 2 R/v sehingga.
T = 4 2R2/v2
T 2 4 2 R 2 / k / mR 4 2 m / k R 3
T2
m
4 2
3
k
R
T
C dim ana C 4 2 m / k .adalah hukum Kepler III
R3
Diketahui orbit bulan yang hampir bulat mempunyai jari-jari sekitar 384.000
km dan periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu putaran) adalah 27,3
hari. Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi adalah
Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil dibandingkan
dengan percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di permukaan bumi. Bulan
berjarak 384.000 km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi ini sama dengan 60 kali
jari-jari bumi (jari-jari bumi = 6380 km). Jika jarak bulan dari bumi (60 kali jari-jari
bumi) dikuadratkan, maka hasilnya sama dengan 3600 (60 x 60 = 602 = 3600). Angka
3600 yang diperoleh dengan mengkuadratkan 60 hasilnya sama dengan Percepatan
bulan terhadap bumi, sebagaimana hasil yang diperoleh melalui perhitungan.
Berdasarkan perhitungan ini, Newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi
yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat
jaraknya (r) dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Selain faktor jarak, Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga
bergantung pada massa benda. Pada Hukum III Newton kita belajar bahwa jika ada
gaya aksi maka ada gaya reaksi. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya
gravitasi kepada benda lain, maka benda tersebut memberikan gaya reaksi yang sama
besar tetapi berlawanan arah terhadap bumi. Karena besarnya gaya aksi dan reaksi
sama, maka besar gaya gravitasi juga harus sebanding dengan massa dua benda yang
berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini, Newton menyatakan hubungan antara massa
dan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis sbb :
MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat
bumi dan pusat benda lain.
v2
R
karena
2 R
T
a
R
2 R
T
, maka
4 2 R
T2
Gaya sentripetal yang harus dikerjakan matahari pada planet supaya planet tetap pada
F
orbitnya adalah :
F = m.a =
Masukan nilai
m 4 2 R
T2
R3
K
T2
R
K
2
2
T
R
R
2
T
F m.4 2
K
2
R
F m.4 2
(i)
F 4 2 K
m
R2
massa berapapun untuk setiap orbit yang mengelilingi matahari. Penalaran ini
pertama kali dikemukakan oleh Newton. Ia menduga bahwa hukum gaya tarik
menarik yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak bukan hanya berlaku untuk
matahari, bumi atau bulan, tetapi berlaku juga untuk setiap benda. Dugaan ini
4 2 K
menimbulkan pertanyaan, faktor apakah yang menentukan besar
4 2 K
Pengandaian yang paling sederhana menyatakan bahwa
4 2 K
dengan massa benda. Jadi,
berbanding lurus
4 2 K
= G.mb untuk
F21 4 2 K1
mR
2
2
m1m2
R2
Selanjutnya benda bermassa m2 juga menarik benda bermassa m1 dengan gaya tarik
F12 4 2 K 2
gravitasi
m1
mm
G 221
2
R
R
Jadi, kedua gaya besarnya sama dan berlawanan arah (gambar i). Dengan demikian
Hukum Umum Gravitasi Newton Berbunyi :
Gaya gravitasi antara dua benda merpakan gaya tarik menarik dengan gaya yang
berbanding lurus dengan massa masing-masing dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda itu.
F12 F21 F G
m1m2
R2
Dengan G adalah tetapan umum gravitasi, yang telah diukur secara eksperimen, dan
G 6,672 x 10 11
N . m2
kg 2
av
SA.
Andaikan orbit Venus dan Bumi itu berupa lingkaran. Dari
pengamatan telah diketahui bahwa periode orbit bumi T = 365,25 hari dan
d periode Venus T = 224,70 hari. Secara geometris dapat diturunkan menurut
V
B
3
aV / TV2 a B3 / TB2
atau
aV / aB (TV / TB ) 2 / 3 f
(4.21)
Gambar 11
aV
dimana
aB
Karena periode bumi dan venus diketahui maka F dapat dihitung. Dari
gambar terlihat sudut adalah sudut jarak Venus ke matahari dilihat dari
bumi. Besarnya sudut dapat ditentukan setiap saat dengan menggunakan
teodolit.
Selanjutnya perhatikan segitiga MBV
aV2 aB2 d 2 2aB d cos
(4.22)
Dengan memasukkan persamaan (4.22) maka didapat
f 2 aB2 aB2 d 2 2aB d cos
(4.23)
Untuk menentukan harga aB dari persamaan (4.23) kita hanya menentukan
harga d, yaitu jarak bumi-Venus, yang biasanya ditentukan dengan mengukur
pantulan gelombang radar yang dikirim ke Venus. Dari hasil pengamatan
diperoleh jarak rerata Bumi-Matahari adalah 1,49 x 10 11 m atau 1 SA = 1,5 x
1011 m.
2. Mengukur Massa Matahari
Dari persamaan (4.20) bila R dan T diketahui maka kita bisa menghitung
massa matahari. Dengan mengambil: periode
bumi Tc = 1 Tahun = 3,15 x 107 s.
Jarak Bumi Matahari Rc = 150 x 106 km =
1,5 x 1011 m
dan G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2
Tc2 / Rc3 4 2 / GM s
dari rumus
maka,
M s (4 2 / G )( RC3 / TC3 )
dengan memasukkan harga Tc, Rc, dan G ke dalam persamaan ini, maka
didapat massa matahari sekitar Ms = 2,0 x 1030 kg.
3. Menentukan Massa Bumi
Dengan mengetahui: periode bulan Tm =
27,3 h = 2,36 x 106 s
jarak bumi-bulan Rm = 384 x 103km =
3,84 x 108 m
maka massa bumi Mc dapat dicari dari
rumus
Mc (4 2 / G )( Rm3 / TC2 )
Gambar 12
rrr
t
Gambar 13
luas elips
periode
=
ab
T
............................................................................................................(1)
h lim it
luas SPP'
t
h lim it
1 / 2 PP' ST
t
t 0
t 0
h = v ST
1 / 2 v t ST
t
.........................................................................................(4)
4h 2
v
( ST ) 2
2
atau
....................................................(5)
2 1
r a
..............................................................(6)
Dengan memasukkan persamaan (6) ke dalam persamaan (5) maka diperoleh sebagai
berikut.
v 2 4h 2
a
b2
2 1
r a
2
ab a 2 1
v 4
2
T b r a
2
4 2 a 3 2 1
v
T2 r a
2
..............................................................(7)
GM 2 1
2
4 r a
v 2 4 2
2 1
r a
v 2 GM
..................................................................(8)
mv2 =
mv2 -
GMm
r
GMm 2 1
2 r a
GMm GMm
r
2a
GMm
2a
Ek + Ep = konstan
............................................................................(9)
mengitari pusat massa bersama seperti misalnya pada sistem planet matahari.
Misalkan sistem bumi matahari seperti yang terlihat pada Gambar 2. pada sistem
ini sebenarnya bukan bumi mengitari matahari, tetapi bumi dan matahari itu
r1
mengitari pusat massa bersama. Demikian
pula sistem bumi bulan,
bumi satelit,
m
r2
r1
r2
v12 G M
2
r1
r
atau
...........................................................(11)
r2
r2
v 22 G M
2
r2
r
atau
...........................................................(12)
Apabila persamaan (11) dijumlahkan dengan persamaan (12), maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.
v12 v 22
r1 r2
=
v12
r1
v 22
r2
GM G m
2
r2
r
G ( M m)
r2
...............................................................(13)
2 r1
T
= v1 dan
2 r2
T
= v2 ..............................................................(14)
(2 r1 / T ) 2
r1
(2 r2 / T ) 2
r2
=
4 2 r1 4 2 r2
T2
T2
4 2 r
T2
=
r3
T2
r3
T2
G ( M m)
r2
G ( M m)
r2
G ( M m)
r2
G ( M m)
4 2
= C ..........................................................(15)
Persamaan ini dikenal dengan hukum Kepler III untuk benda yang mengorbit
satu terhadap yang lainnya. Bila persamaan ini kita masukkan ke dalam persamaan
v2
4 2 a 3 2 1
T2 r a
v 2 G ( M m )
..........................................................(16)
Untuk sistem bumi matahari di mana m massa bumi dan M massa matahari maka
dapat dipandang m << M sehingga m bisa diabaikan, maka persamaan energi akan
kembali sesuai dengan hukum kekekalan energi di mana Ek + Ep = konstan. Hal ini
berlaku untuk semua sistem benda yang mengorbit yang massanya jauh lebih kecil
dari massa benda yang dikelilinginya.
Persamaan energi ini sangat berguna terutama untuk menghitung kecepatan
satu benda angkasa pada suatu titik dalam lintasannya ataupun menghitung
massanya, seperti misalnya menghitung kecepatan orbit maupun massa planet, bulan,
satelit, komet dan yang lainnya.
Contoh:
Orbit Lingkaran dan Kecepatan Lepas
Apabila satelit mengorbit dalam bentuk lingkaran, berarti r = a sehingga
2 1
r a
v 2 G ( M m )
persamaan
2 1
r a
v 2 GM
v2
GM
r
2 1
r r
GM
GM
r
atau vc =
.................................................................(17)
v 2 G ( M m )
persamaan
demikian
a = , dengan
2 1
r
v 2 GM
2GM
r
ve =
.................................................................(18)
ve ini disebut kecepatan lepas atau velocity escape, yaitu kecepatan minimal yang
harus dimiliki oleh pesawat atau benda agar dapat meninggalkan bumi atau sistem.
Karena,
2GM
r
ve =
GM
r
Jadi,
ve =
vc
................................................... ...........................(19)
Dengan demikian bentuk orbit suatu benda yang diluncurkan seperti satelit, peluru
balistik
ataukah
pesawat
ruang
angkasa
akan
sangat
bergantung
dari
b
BUMI
vc
Gambar 15
Gambar
Keterangan:
(a)
(b)
lingkaran
(c)
orbit elips
(d)
parabola
Dengan mengambil jejari bumi r = 6,370 x 106 m, maka didapatkan kecepatan lepas
di muka bumi adalah sebagai berikut.
2GM
r
ve =
2 (6,67 10 11 Nm 2 / kg 2 )(6,02 10 24 kg)
6,370 10 6 m
ve =
ve = 11,2 km/s = 1,12 x 104 m/s
Berdasarkan data pengukuran, jejari bulan adalah 1,74 x 10 6 m dan massa
blan 7,36 x 1022 kg, maka dengan cara yang sama didapat kecepatan lepas di bulan
adalah 2,38 km/s. Berarti kecepatan lepas di bulan jauh lebih kecil, yaitu sekitar
seperlima kali kecepatan lepas di bumi. Kecepatan rata-rata molekul-molekul gas di
permukaan bumi jauh lebih kecil dari kecepatan lepas ini. Oleh karena itulah bumi
mampu mengikat atmosfer sehingga tetap berada di permukaan bumi (tidak lepas
meninggalkan bumi). Sedangkan kecepatan lepas di permukaan bulan yang sangat
kecil sulit mengikat molekul udara di permukaan bulan sehingga molekul udara
mudah lepas meninggalkan permukaan bulan. Inilah yang menyebabkan permukaan
bulan tidak memiliki atmosfer.
3. Mengorbitkan Satelit
Satelit adalah benda yang dibawa oleh pesawat ruang angkasa untuk
diorbitkan pada orbit tertentu. Satelit-satelit ini yang mengorbit bumi ada juga yang
mengorbit planet-planet lain (Surya, 2003). Orbit satelit umumnya berbentuk elips.
Jarak terjauh (apogee) dan jarak terdekat (perigee). Satelit dari bumi untuk setiap
satelit ini berbeda-beda, misalnya Sputnik 1 mempunyai apogee 940 km dan perigee
234 km.
Gambar 4). Untuk bisa mengorbit maka roket pendorong harus dikirim sampai
ketinggian beberapa ratus kilometer dari permukaan bumi, baru kemudian
dibelokkan arahnya sehingga roket bergerak arah mendatar, yang selanjutnya
diberikan daya pendorong baru dalam arah mendatar dengan roket pendorong baru
seperti pada Gambar 5.
Kecepatan mendatar itu adalah vo. Ukuran dan bentuk orbitnya akan sangat
ditentukan oleh arah dan besarnya kecepatan yang diberikan oleh roket pendorong
pada titik ketinggian yang diberikan itu (titik P).
V0>ve A BV0>ve
BUMI
C
V0<ve
V0=ve< vc
Gambar 17.
Keterangan:
A = orbit hiperbola
B = orbit parabola
C = orbit elips
D = orbit lingkaran
Gambar di atas memperlihatkan arah kecepatan mendatar vo diberikan pada
titik P pada ketinggian tertentu dari permukaan bumi. Bila v o << vc, maka lintasannya
berbentuk elips dan sebagian besar dari lintasannya ini (lintasan A) adalah bumi. Hal
ini berarti satelit tidak bisa mengorbit dan jatuh ke bumi. Tetapi bila v o sedikit lebih
kecil dari vc maka orbitnya berbentuk elips dengan titik P sebagai apogee. Satelit
yang demikian ini akan melintas melalui parigee yang terlalu rendah di atmosfer
sehingga kemungkinan akan panas dan terbakar karena gesekan dengan udara, atau
orbitnya akan mengecil dan jatuh ke bumi (orbit B).
Apabila vo = vc maka orbit satelit akan tepat dalam orbit lingkaran (orbit C)
dan pusat bumi sebagai pusat orbit lingkaran ini. Bila vo sedikit lebih besar dari vc
maka orbitnya akan berbentuk elips dengan titik pengorbitan P sebagai parigee (orbit
D).
Jika vo = ve maka orbit satelit akan berupa parabola (orbit E) dan satelit akan
lepas dari bumi menuju angkasa luar.
Jika vo > ve orbit satelit akan berupa hiperbola (orbit F) dan bahkan bila vo
lebih besar lagi maka orbit satelit akan mendekati garis lurus (orbit G).
V0
G
F
P
A
BUMI
Keterangan:
A = elip jatuh di bumi
B = elip dengan apogee P
C = lingkaran
D = elip dengan perigee P
E = parabola
F = hiperbola
G = tegak lurus
Bidang orbit masing-masing satelit membentuk sudut yang berbeda-beda
dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Eksplorer 1 membentuk
sudut 33,60 dengan bidang ekuator bumi. Ada satelit yang bidang orbitnya sejajar
dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Intelsat 3. Orbit seperti ini
dinamakan orbit ekuatorial. Ada juga orbit satelit yang bidang orbitnya melalui
kutub, orbit seperti ini dinamakan orbit polar. Orbit yang bidangnya membentuk
sudut antara 00 dan 900 dengan bidang ekuator bumi dinamakan orbit eksentrik
(Surya, 2003).
Suatu satelit buatan dapat diluncurkan sedemikian sehingga periode orbitnya
tepat sama dengan periode rotasi bumi yaitu 24 jam. Orbit yang demikian ini hampir
berbentuk lingkaran. Satelit yang mengorbit seperti ini akan tampak berkedudukan
tetap di atas suatu daerah tertentu. Pada keadaan ini satelit kelihatan melayang pada
titik yang sama di atas permukaan bumi. Oleh karena itu, satelit yang demikian ini
dinamakan satelit geosinkrun atau geostasioner. Biasanya satelit geostasioner ini
digunakan untuk mengawasi keadaan cuaca di suatu daerah tertentu ataupun untuk
sarana telekomunikasi seperti untuk siaran TV, telepon, dan untuk yang lainnya. Di
samping itu, satelit semacam ini bisa pula digunakan untuk penginderaan jarak jauh,
satelit mata-mata, dan yang lainnya.
T
R3
4
GM
2
atau
R=
T 2 GM
2
4
1/ 3
berarti ketinggian satelit dari permukaan bumi adalah 35,804 x 10 6 atau 35,804
km.
2.6 Implementasi Gerak Planet dan Satelit
1. Penerapan hukum gravitasi Newton pada spray paint
Jika kita menyemprotkan spray paint maka kita dapat melihat semakin jauh
jarak semburannya semakin lebar semburannya. Hal ini disebabkan karena
adanya tekanan dari tangan kita yang menekan spray paint. Dimana cat spray
paint akan keluar melalui lubang kecil yang
Semakin kecil luas penampang lubang tersebut maka gaya semburan semakin
besar. Menurut hukum gravitasi Newton:
FG
1
R2
Mm
R2
kuadrat jarak antara partikel spray paint dengan inti Bumi adalah berbanding
terbalik. Bisa dilihat dari gambar, pada jarak d, tekanan spray masih besar
dibandingkan setelah jarak 2d, atau 3d. Pada jarak d, gaya tarik antara partikelnya
masih kuat, dan semakin jauh jaraknya maka gaya tarik antara partikelnya semakin
kecil dan lebar hamburannya semakin lebar.
2. Penerapan hukum Kepler pada pengorbitan satelit
Jika suatu benda dilemparkan secara horizontal dari tempat-tempat yang dekat
dengan permukaan bumi akan mengikuti lintasan parabola dan suatu waktu akan
jatuh kembali ke permukaan Bumi. Tetepi jika kelajuan benda diperbesar terus, maka
sampai pada suatu kelajuan tertentu, lintasan yang ditempuh benda bisa mengikuti
kelengkungan permukaan Bumi. Jika hambatan udara diabaikan, benda akan
mengorbit mengitari bumi dan benda tersebut tidak pernah jatuh ke permukaan
Bumi.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
1. Geosentris adalah pandangan yang mengatakan bahwa bumi sebagai pusat
tata surya dengan tokoh yang mendukung pandangan ini adalah Ptolomeus
dan Tycho Brahe, sedangkan heliosentris adalah pandangan yang menyatakan
matahari sebagai pusat tata surya dengan tokohnya yaitu Copernicus. Ada tiga
bukti yang mendukung bahwa memang Bumi bergerak mengitari matahari
yaitu aberasi bintang (perubahan kecil pada posisi bintang karena laju Bumi),
paralaks (perubahan posisi bintang karena perubahan posisi Bumi) dan efek
Doppler (perubahan warna bintang karena laju Bumi).
2. Hukum Kepler I menyatakan bahwa planet bergerak dalam bidang datar
berbentuk elips dengan matahari berada pada salah satu titik fokus elips
tersebut, Hukum Kepler II menyatakan satu garis yang menghubungkan
planet dengan matahari akan menyapu luas daerah yang sama dalam selang
waktu yang sama. Hukum Kepler III menyatakan kuadrat periode planet
dalam orbitnya terhadap matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak ratarata planet ke matahari.
3. Hukum Kepler I sesuai dengan hukum gaya sentral, sedangkan Hukum
Kepler II diturunkan dari hukum kekekalan mamentum sudut, serta Hukum
Kepler III sesuai dengan hukum kekekalan energi.
4. Hukum Kepler dan Hukum Newton dapat digunakan dalam menganalisis
gerakan benda langit seperti mengukur jarak bumi matahari, menentukan
massa matahari, dan menetukan massa bumi.
5. Untuk menentukan kecepatan planet pada setiap titik pada orbitnya, ini dapat
ditinjau dari gerak orbit planet yang berbentuk elips.
3.2 SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009.
Hukum
Kepler
dan
Mekanika.
2009.
Hukum
Gerakan
Planet
Kepler.
2009.
Johannes
http://id.wikipedia.org/wiki/halaman_utama.
Kepler.
Diakses
tanggal
15 November 2009.
Alexander San Lohat. 2008. Hukum Newton Tentang Gravitasi.
http://www.gurumuda.com/. Diakses tanggal 15 November
2009.
Fadiel. 2009. Tata Surya. http://palangpung.com/p2009. Diakses tanggal 15
November 2009.
Maulana, S. 2009. Hukum Kepler. http://www.gurumuda.com/hukum_kepler/gudang
ilmu fisika gratis.html. Diakses tanggal 15 November 2009.
Surya, Y. 2003. Fisika Itu Mudah SMU 2A. Jakarta : PT. Bina Sumber Daya MIPA.
Suwitra, N. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja : IKIP N Singaraja.
Tony Rowell. 2009. Astronomy Picture of the Day. http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/
archivepix.html. Diakses tanggal 15 November 2009.