Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di langit ini terdapat milyaran bintang-bintang yang bertebaran di jagat raya.
Sekarang ini telah dikenal berbagai benda-benda langit di alam semesta ini, seperti
planet, satelit, komet, asteroid, matahari, dan meteor. Semuanya itu dikenal dengan
nama susunan tata surya.
Pengamatan astronomi terhadap langit malam telah sejak zaman dahulu
menarik perhatian umat manusia. Pengamatan terhadap langit malam ini menuntun
mereka pada kesimpulan bahwa ada dua jenis bintang di langit yaitu bintang yang
gerakannya tetap di langit membuat lingkaran mengelilingi bumi, sedang yang
lainnya adalah bintang yang gerakannya rumit dan membuat pola bolak-balik di
langit dengan kedudukan tidak tetap, sehingga benda ini dinamakan planet (bahasa
Yunani yang berarti pengembara). Hasil pengamatan ini telah menuntun mereka
kepada pandangan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta yang dikelilingi oleh
lapisan transparan dimana bintang-bintang itu menempel.
Gerak bintang-bintang tetap dapat dijelaskan dengan memendang lapisan ini
berputar atau berotasi pada sumbu utara-selatan satu kali putaran sehari, tetapi
tampaknya bulan, planet, dan matahari memiliki gerak yang sangat kompleks.
Banyak para ahli telah berusaha menjelaskan gerak bulan, planet dan matahari
seperti Ptolomeus yang menjelaskan gerak bumi, planet dan matahri dengan
menempelkan lingkaran-lingkaran kecil pada gerak planet, matahari dan bulan pada
lapis yang berotasi mengelilingi bumi di mana pandangan ptolomeus yang terdiri dari
atas pandangan heliosentris dan geosentris. Belakangan diketahui pula bahwa orbit
dari planet-planet bukanlah lingkaran tetapi elips. Hal ini telah banyak diteliti oleh
banyak ahli astronomi khususnya Kepler yang menyatakan hukum-hukum tentang
gerak planet. Oleh karena itu penulis akan memaparkan mengenai pandangan
Heliosentris dan Geosentris Hukum-hukum Kepler, penerapan hukum Kepler dan
Hukum Newton tentang gerak planet dan kecepatan Orbit.

gerak planet dan satelit

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut.
1.

Bagaimanakah pandangan geosentris dan pandangan heliosentris?

2.

Bagaimankah hukum Kepler yang menjelaskan gerakan benda-benda


langit?

3.

Bagaimanakah hukum gerak dan Gravitasi Umum Newton dalam


menjelaskan gerakan benda langit?

4.

Bagaimanakah penerapan atau aplikasi dari Hukum Kepler dan


Hukum Newton dalam menganalisis gerakan benda langit?

5.

Bagaimanakah kecepatan orbit planet dan satelit?

6.

Bagaimana implementasi gerak planet dan satelit?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.

Untuk dapat mengetahui pandangan geosentris dan pandangan


heliosentris

2.

Untuk dapat mengetahui Hukum I, II, dan ke III Kepler tentang


gerakan benda-benda langit.

3.

Untuk dapat mengetahui pengaruh hukum gerak dan Gravitasi Umum


Newton dalam gerak benda-benda langit.

4.

Untuk dapat mengetahui penerapan atau aplikasi dari Hukum Kepler


dan Hukum Newton dalam menganalisis gerakan benda langit.

5.

Untuk dapat mengetahui cara untuk menentukan kecepatan orbit


planet dan benda langit lainnya

6. Untuk dapat mengetahui implementasi gerak planet dan satelit?

gerak planet dan satelit

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.

Bagi mahasiswa, tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi


dan penambah wawasan dalam hal ilmu astronomi khususnya mengenai
gerak planet dan satelit.

2.

Bagi penulis, dalam pembuatan tulisan ini penulis mendapat


pengetahuan tentang salah satu benda langit yaitu meteor. Manfaat lain yang
diperoleh penulis adalah bisa memenuhi salah satu tugas Fisika Dasar 6.

1.4 Metode Penulisan


Penulis menggunakan metode kajian pustaka yaitu mengumpulkan data dari
berbagai literatur dan situs-situs internet yang relevan dengan kajian tulis
kemudian membandingkan dengan berbagai sumber sehingga dapat dilihat
kaitan antara yang satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan suatu
kebenaran. Kemudian data yang sudah terkumpul diklasifikasikan sesuai
kebutuhan penulis.

gerak planet dan satelit

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Geosentris dan Heliosentris
Ptolomeus (70-147 M) telah berusaha menjelaskan gerak bulan, planet dan
matahari ini dengan memenmpelkan lingkaran-lingkaran kecil pada gerak planet,
matahari, dan bulan pada lapis yang ebrotasi mengelilingi bumi, seperti pada gambar
1. Di bawah ini

Pandangan Ptolomeus yang memandang bumi sebagai pusat alam semesta


dinmakan pandangan geosentris. Pandangan geosentris ini bertahan lama sekali
sampai dengan abad pertengahan.
Copernicus

(1473-1543),

empat

belas

abad

setelah

Ptolomeus

menegmukakan teori baru dalam tahun 1515 dengan menempatkan matahari sebagai
pusat tata surya. Oleh karena itulah pandangan Copernicus ini disebut heliosentris.
Copernicus memandang gerak planet-planet ini berbentuk lingkaran mengitari
matahari termasuk juga bumi. Pandangan Copernicus ini dipaparkan di dalam
bukunya De Revolutionibus Orbium Calestium. Gambar 2 memperhatikan
sususnan planet-planet dalam sisitem tata surya, mulai dari planet terdekat ke

gerak planet dan satelit

matahari yaitu Mercurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, saturnus, Uranus, Neptunus,
dan Pluto

Merkurius

bumi

Venus

Jupiter
mars

Uranus neptunus
saturnus

Pluto

Gambar 2
Tycho Brahe (1546-1601), seorang astronom yang memilki data pengamtan
yang sangat cermat, menentang pandangan heliosentris Copernicus, dan kembali ke
pandangan geosentris. Dia beragumen bahwa bila benar bumi dan planet itu beredar
mengitari matahari, mestinya akan teramati adanya gejala parakasasi bintang ini,
oleh karena itu dia menetang pandangan Copernicus karena tidak sesuai dengan data
pengamatan. Namun sebenarnya ketidak berhasilan Tyco dalam mengamati paraksasi
bintang ibi disebabkan kekurangan cermatan alat yang digunakan masa itu.
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya yaitu pada sekolah dasar maupun
sekolah menengah, bahwa yang menjadi pusat tata surya adalah matahari dan bukan
bumi. Sebelumnya mungkin kita belum memahami mengapa matahari yang
dikatakan sebagai pusat tata surya. Untuk menjelaskan bahwa memang benar bahwa
matahari-lah yang menjadi pusat tata surya dapat dijelaskan dengan bukti-bukti
berikut ini:
1. Adanya aberasi bintang. Hal ini pertama kali ditemukan oleh James Bradley
(1725). Aberasi bintang dalam kehidupan sehari-hari dapat dianalogikan seperti
kejadian berikut: Bayangkan kita sedang berdiri ditengah-tengah hujan, dan air
hujan jatuh tepat vertikal/tegak lurus kepala kita. Jika kita menggunakan
payung, maka muka & belakang kepala kita tidak akan terciprat air. Kemudian
kita mulai berjalan ke depan, perlahan-lahan & semakin cepat berjalan, maka
seolah-olah air hujan yang tadi jatuh tadi, malah membelok dan menciprati
muka kita. Untuk menghindari-nya maka kita cenderung mencondongkan

gerak planet dan satelit

payung ke muka. Sebetulnya air hujan itu tetap jatuh tegak lurus, tetapi karena
kita bergerak relatif ke depan, maka efek yang terjadi adalah seolah-olah
membelok dan menciprat ke muka kita. Demikian juga dengan fenomena
aberasi bintang, sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit,
tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang mengalami
pergeseran dari titik awalnya, pergeseran-nya tidak terlalu besar, tetapi cukup
untuk menunjukkan bahwa memang sebenarnya bumi yang bergerak. Untuk
lebih jelasnya, dapat diperhatikan gambar berikut ini:

gambar 3. Efek Aberasi Bintang


Aberasi terjadi jika pengamat adalah orang yang berdiri ditengah hujan,
dan arah cahaya bintang adalah arah jatuhnya air hujan. Kemudian pengamat
bergerak tegak ke muka, tegak lurus arah jatuhnya hujan. S menyatakan posisi
bintang, E posisi pengamat di Bumi. Arah sebenarnya bintang relatif terhadap
pengamat adalah ES, jaraknya tergantung pada laju cahaya. Kemudian Bumi
bergerak pada arah EE dengan arah garis merepresentasikan lajunya. Ternyata
pengamatan menunjukkan bahwa bintang berada pada garis ES alih-alih ES,
dengan SS paralel & sama dengan EE. Maka posisi tampak binang bergeser
dari posisi sebenarnya dengan sudut yang dibentuk antara SES.Jika memang
Bumi tidak bergerak, maka untuk setiap waktu, sudut SES adalah 0, tetapi

gerak planet dan satelit

ternyata sudut SES tidak nol. Ini adalah bukti yang pertama yang menyatakan
bahwa memang Bumi bergerak.
2. Adanya paralaks bintang. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Bessel (1838).
Paralaks dapat terjadi jika posisi suatu bintang yang jauh, seolah-olah tampak
bergerak terhadap suatu bintang yang lebih dekat. Fenomena ini hanya dapat
terjadi, karena adanya perubahan posisi dari Bintang akibat pergerakan Bumi
terhadap Matahari. Perubahan posisi ini membentuk sudut p, jika kita ambil
posisi ujung-ujung saat Bumi mengitari Matahari. Sudut paralaks dinyatakan
dengan (p), merupakan setengah pergeseran paralaktik bilamana bintang
diamati dari dua posisi paling ekstrim. Fenomena paralaks bintang ini hanya
dapat dijelaskan apabila bumi yang bergerak mengitari matahari dan bukan
sebaliknya.

Gambar 4

3. Adanya efek Doppler. Sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Newton,


bahwa ternyata cahaya dapat dipecah menjadi komponen mejikuhibiniu,
maka pengetahuan tentang cahaya bintang menjadi sumber informasi yang
sahih tentang bagaimana sidik jari bintang. Ternyata pengamatanpengamatan astronomi menunjukkan bahwa banyak perilaku bintang

gerak planet dan satelit

menunjukkan banyak obyek-obyek langit mempunyai sidik jari yang tidak


berada pada tempat-nya. Hal ini dapat dijelaskan oleh Doppler (1842),
bahwa jika suatu sumber informasi bergerak (informasi ini dapat suara,
atau sumber optis), maka terjadi perubahan informasi. Demikian pada
sumber cahaya, jika sumber cahaya mendekat maka gelombang cahaya
yang teramati menjadi lebih biru, kebalikannya akan menjadi lebih merah.
Ketika Bumi bergerak mendekati bintang, maka bintang menjadi lebih biru,
dan ketika menjauhi menjadi lebih merah. Di suatu ketika, pengamatan
bintang menunjukkan adanya pergeseran merah, tetapi di saat yang lain,
bintang tersebut mengalami pergeseran Biru. Ini menjadi bukti yang tidak
dapat dibantah, bahwa ternyata Bumi bergerak (bolak-balik - karena
mengitari Matahari), mempunyai kecepatan, relatif terhadap bintang dan
tidak diam.
2.2 Hukum Kepler
Kepler (1571-1630) sebagu asistennya Tycho pada obsevatoriumnya,
memanfaatkan data pengamatan yang dikumpulkan Tycho dsn mengelolanya secara
matematis sehingga akhirnya menemukan rumusa gerak planet mengitari matahari
dan merangkumkannya dalam tiga hukum gerak planet yang dikenal sebagai Hukum
Kepler. Karya kepler ini merupakan hasil pengkajiannya selama dua puluh tahun
telah memperkuat pandangan heliosentris.
Adapun ketiga hukum Kepler tersebut sebgai berikut:
1. Hukum Kepler I
Planet bergerak dalam bidang datar berbentuk elips dengan matahari
berada pada salah satu titik focus elips tersebut. Ini berarti kedudukan
planet terhadap matahari jaraknya selalu berubah. Titik terjauh dari
matahari disebut aphelium dan titik terdekat disebut perihelium.

gerak planet dan satelit

Gambar 5
2. Hukum Kepler II
Dalam selang waktu yang sama (t), vector jejari ke matahari ke
matahari (r) menyapu luas daerah yang sama (A). Karena vector jejari r ini
selaluberubah besarnya sedangkan luas A sama, bebrati panjang busur s
juga selalu berubah. Konsekuensinya ini berarti untuk selnag waktu yang
sama t, panjang lintasan selalu berubah yang berarti kecepatan dari planet
tiap saat di setiap titik tidak sama. Planet mencapai kecepatan terbesar saat di
perihelium dan kecepatan terkecil saat di apehelium.

Gambar 6
Garis yang menghubungkan planet ke matahari dalam waktu yang sama
menempuh luasan yang sama. Jika waktu planet untuk berevolusi dari AB
sama dengan waktu planet untuk berevolusi dari CD sama dengan waktu
planet untuk berevolusi dari EF. Maka luas AMB = luas CMD = luas EMF.
Sehingga kecepatan revolusi planet dari AB lebih besar kecepatan revolusi
planet dari CD dan kecepatan revolusi planet dari CD lebih besar kecepatan
revolusi planet dari EF. Semakin dekat matahari kecepatan revolusi planet

gerak planet dan satelit

semakin besar. Semakin jauh dari matahari kecepatan revolusi planet semakin
lambat.
3. Hukum Kepler III
Bila waktu edar planet mengelilingu matahri T dan jarak setengah
sumbu panjang elips d, maka: T2/d3 = C (konstan). C adalah konstata yang
harganya sama untuk semua planet.
d2

Gambar 7

T12 d13
3
2
T2
d2
Bunyi hukum ini yaitu: Kuadrat kala revolusi
planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata rata planet ke matahari.
Dengan rumus:

T1 = Periode revolusi planet 1


T2 = Periode revolusi planet 2
d1 = jarak rata rata planet 1 ke matahari

gerak planet dan satelit

d2 = jarak rata rata planet 2 ke matahari


Hukum Kepler III ini terutama sangat berguna sekali untuk menetukan
berbagai besaran astronomos seperti jarak planet, periode, ukuran dan lintasannya.
Juga dengan bantuan hukum Kepler III ini kita bisa menentukan kecepatan orbit
benda angkasa dalam lintasannya, juga untuk menentukan kecepatan lepas yang
sangat berguna dalam penerbaganan antariksa.

2.3 Hukum Gerak dan Gravitasi Umum Newton


Mendasarkan pada hukum Kepler ini , Newton menyadari bahwa gerak planet
tidak dalam garis lurus. Sesuai dengan hukum 1 Newton, berarti ada gaya bekerja
pada palnet tersebut. Secara umum newton membuktikan bahwa suatu benda yang
dipengaruhi oleh gaya sentral, lintasannya akan berupa irisan kerucut tepotong oleh
suatu bidang datar. Seperti gambar dibawah ini:

Lingkaran
Elips
Parabola
Hiperbola

Gambar 8
Bila kerucut terpotong dibidang yang sejajar dengan bidang alas kerucut maka
irisannya akan berbentuk lingkaran (a).bila bidang potong itu miring maka irisannya
berbentuk elips (b). dan di bidang potongnya sejajar dengan kemiringan kerucut
maka irisannya akan berbentuk parabola (c). sedangkan bila bidang potong kerucut
lebih tegak dari kemiringan kerucut maka irisannya akan berbentuk hiperbola (d).

gerak planet dan satelit

Dengan menggunakan hukum gerak dan hukum gravitasinya Newton berasil


menurunkan ketiga hukum Kepler tersebut. Hukum kepler I sesuai dengan Hukum
gaya sentaral, hukum Kepler II diturunkan dari hukum kekekalan momentum sudut.
Dan hukum Kepler III sesuai dengan hukum kekekalan energi.
a. Hukum Kepler I
Sesuai dengan hukum gaya sentral maka lintasan orbit planet itu bisa
berbentuk elips. Secara matematis unsur- unsur elips itu dapat dirumuskan seperti
gambar berikut:
D
P

Gambar 9
E

Keterangan :
AC= a= setengah sumbu panjang
CD=b= setengah sumbu pendek
CM/CA=c= eksentrisitas A = luas elips =ab
Rumus : b2 = a2 (1-e2)
MA = rp = a (1-e)
MB = ra= a (1+e)
Bila : e = 0, maka orbitnya lingkaran
0<e<1 , maka orbitnya elips
e = 1 , maka orbitnya para parabola

gerak planet dan satelit

e > 1, maka orbitnya hiperbola


b. Hukum Kepler II
Sebuah planet P yang massanya m mengitari matahari dalam waktu t jarak
dari A ke B. luas daerah yang dilalui adalah A seperti gambar dibawah ini:

Newton membuktikan bahwa hukum Kepler II merupakan konsekuensi dari hukum


kekekalan momentum sudut. Perubahan kedudukan dari A ke B terjadi dalam selang
waktu kecil sekali t,
V = r/t

Hingga persamaan menjadi :


Lmr

r sin
t

r sin r

Secara geosentris,

, sehingga

r
Lmr
t

Untuk limit t

0, maka

L = m r d/dt = m r2

gerak planet dan satelit

Dimana r atau perpindahan yang sangat kecil, luas OAB = A


A 1 / 2 r r 1 / 2 r 2
1 d
1
dA r 2
dt r 2 dt
2 dt
2
1 2
dA r
2

Kemudian didapat persamaan:


L
dA 1 2
r 0
dt 2
2m
atau
dA L

dt 2m

Untuk planet tertentu , L dan m harganya tetap. Ini berarti harga A/t juga tetap ,
untuk t tetap, maka A juga akan tetap, dan inilah hukum Kepler II itu, dengan
demikian hukum Kepler II ini sesuai atau merupakan konsekuensi dari hukum
kekekalan momentum sudut.
c. Hukum Kepler III

gerak planet dan satelit

Newton juga menemukan bahwa lintasan planet yang berbentuk elips.

Gambar 10

Misalkan sumber gaya itu ada di O dan massa m yang mendapat gaya itu ada di p
pada kedudukan r dari O. ini berarti vector gaya yang bekerja dalam arah vector
posisi r, inilah yang disebut gaya sentral dan besarnya sama adalah,
2,
Fc = k/r
, dimana kHukum
adalah suatu
konstanta
Untuk
menjelaskan
Kepler
III ini kita mengambil orbit khusus berupa

lingkaran dengan Jejari R, sehingga besarnya gaya sentral yang bekerja adalah ,
Fc = k/R2,

Ada yang bergerak melingkar mengalami percepatan a = v 2/R. menurut hukum


Newton II, besarnya gaya adalah F = m.a = m.v 2/R. dari kedua persamaan ini kita
dapatkan,

k/r2 = m . v2 / R
v2 = k/mR

Periode orbit planet adalah T dan kecepatannya v, ini berarti T = 2 R/v sehingga.

T = 4 2R2/v2

Kemudian diperoleh persamaan :

T 2 4 2 R 2 / k / mR 4 2 m / k R 3
T2
m
4 2
3
k
R

gerak planet dan satelit

Untuk planet tertentu harga 4


ditulis:

m/k adalah tetap sehingga persamaannya dapat

T
C dim ana C 4 2 m / k .adalah hukum Kepler III
R3

d. Hukum Gravitasi Umum Newton


Selain mengembangkan tiga hukum tentang Gerak (Hukum I Newton, Hukum II
Newton dan Hukum Newton), Newton juga menyelidiki gerakan planet-planet dan
bulan. Ia selalu bertanya mengapa bulan selalu berada dalam orbitnya yang hampir
berupa lingkaran ketika mengitari bumi? Newton menyatakan bahwa gravitasi bumi
yang menahan bulan pada orbitnya. Dan Newton juga menemukan bahwa ada
interaksi yang sama yang membuat planet tetap berada pada orbitnya ketika
mengelilingi matahari. Demikian juga bulan, satu-satunya satelit alam kesayangan
bumi tetap berada pada orbitnya.
Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, Newton telah melakukan
perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan
sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-benda di
permukaan bumi. Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan gravitasi di bumi
adalah 9,8 m/s2. Jika gaya gravitasi bumi mempercepat benda di bumi dengan
percepatan 9,8 m/s2, berapakah percepatan di bulan ? karena bulan bergerak
melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan hampir beraturan), maka percepatan
sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus percepatan sentripetal Gerak
melingkar beraturan.

Diketahui orbit bulan yang hampir bulat mempunyai jari-jari sekitar 384.000
km dan periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu putaran) adalah 27,3
hari. Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi adalah

gerak planet dan satelit

Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil dibandingkan
dengan percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di permukaan bumi. Bulan
berjarak 384.000 km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi ini sama dengan 60 kali
jari-jari bumi (jari-jari bumi = 6380 km). Jika jarak bulan dari bumi (60 kali jari-jari
bumi) dikuadratkan, maka hasilnya sama dengan 3600 (60 x 60 = 602 = 3600). Angka
3600 yang diperoleh dengan mengkuadratkan 60 hasilnya sama dengan Percepatan
bulan terhadap bumi, sebagaimana hasil yang diperoleh melalui perhitungan.
Berdasarkan perhitungan ini, Newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi
yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat
jaraknya (r) dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Selain faktor jarak, Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga
bergantung pada massa benda. Pada Hukum III Newton kita belajar bahwa jika ada
gaya aksi maka ada gaya reaksi. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya
gravitasi kepada benda lain, maka benda tersebut memberikan gaya reaksi yang sama
besar tetapi berlawanan arah terhadap bumi. Karena besarnya gaya aksi dan reaksi
sama, maka besar gaya gravitasi juga harus sebanding dengan massa dua benda yang
berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini, Newton menyatakan hubungan antara massa
dan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis sbb :

MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat
bumi dan pusat benda lain.

gerak planet dan satelit

Setelah membuat penalaran mengenai hubungan antara besar gaya gravitasi


dengan massa dan jarak, Newton membuat penalaran baru berkaitan dengan gerakan
planet yang selalu berada pada orbitnya ketika mengitari matahari. Newton
menyatakan bahwa jika planet-planet selalu berada pada orbitnya, maka pasti ada
gaya gravitasi yang bekerja antara matahari dan planet serta gaya gravitasi antara
planet, sehingga benda langit tersebut tetap berada pada orbitnya masing-masing.
Dengan menggabungkan tentang gerak melingkar dan hukum III Kepler, kita
mengerti bagaimana gaya gravitasi matahari berubah terhadap jarak.
Percepatan sentripetal planet yang mengelilingi planet dalam orbit yang

mendekati bentuk lingkaran ialah :

v2
R

karena

2 R

T
a
R

2 R
T

, maka

4 2 R
T2

Gaya sentripetal yang harus dikerjakan matahari pada planet supaya planet tetap pada
F

orbitnya adalah :

F = m.a =

Dari hukum III Kepler diketahui :

Bagi kedua ruas dengan R2 :


R
T2

Masukan nilai

m 4 2 R
T2

R3
K
T2

R
K
2
2
T
R

kedalam persamaan (i) :

R
2
T

F m.4 2

K
2
R

F m.4 2

gerak planet dan satelit

(i)

F 4 2 K

m
R2

Dari persamaan terakhir dapat disimpulkan bahwa gaya gravitasi yang


dikerjakan oleh matahari pada planet berbanding lurus dengan massa planet m, dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak planet ke matahari R2.
4 2 K
Factor

dalam hukum gaya antara matahari dan planet berasal dari


R3
K
T2

hukum III Kepler

. Persamaan ini berlaku untuk semua planet dengan

massa berapapun untuk setiap orbit yang mengelilingi matahari. Penalaran ini
pertama kali dikemukakan oleh Newton. Ia menduga bahwa hukum gaya tarik
menarik yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak bukan hanya berlaku untuk
matahari, bumi atau bulan, tetapi berlaku juga untuk setiap benda. Dugaan ini
4 2 K
menimbulkan pertanyaan, faktor apakah yang menentukan besar

4 2 K
Pengandaian yang paling sederhana menyatakan bahwa
4 2 K
dengan massa benda. Jadi,

berbanding lurus
4 2 K

= G.mt untuk matahari, dan

= G.mb untuk

bumi, dengan G adalah factor pembanding.


Dengan pengandaian itu maka besar gaya tarik gravitasi suatu benda
bermassa m1 pada benda bermassa m2 pada jarak R menjadi

F21 4 2 K1

mR

2
2

m1m2
R2

Gambar (i) gaya tarik gravitasi antara dua benda

gerak planet dan satelit

Selanjutnya benda bermassa m2 juga menarik benda bermassa m1 dengan gaya tarik

F12 4 2 K 2
gravitasi

m1
mm
G 221
2
R
R

Jadi, kedua gaya besarnya sama dan berlawanan arah (gambar i). Dengan demikian
Hukum Umum Gravitasi Newton Berbunyi :
Gaya gravitasi antara dua benda merpakan gaya tarik menarik dengan gaya yang
berbanding lurus dengan massa masing-masing dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda itu.

F12 F21 F G

m1m2
R2

Dengan G adalah tetapan umum gravitasi, yang telah diukur secara eksperimen, dan

G 6,672 x 10 11

N . m2
kg 2

nilainya dalam satuan SI adalah

2.4 Aplikasi Hukum Kepler dan Hukum Newton


1. Mengukur Jarak Bumi-Matahari
M

Cara terbaru untuk menentukan jarak bumi ke matahari dilakukan


dengan mengukur jarak Venus dengan menggunakan gelombang radar. Jarak
rerata Bumi-Matahari disebut satu satuan astronomi atau disingkat dengan 1
aB

av

SA.
Andaikan orbit Venus dan Bumi itu berupa lingkaran. Dari
pengamatan telah diketahui bahwa periode orbit bumi T = 365,25 hari dan
d periode Venus T = 224,70 hari. Secara geometris dapat diturunkan menurut
V

hukum Kepler III, seperti gambar dibawah ini.

B
3

aV / TV2 a B3 / TB2

atau

gerak planet dan satelit

aV3 / a B3 TV2 / TB2

aV / aB (TV / TB ) 2 / 3 f

(4.21)

Gambar 11

aV
dimana

= jejari orbit Venus

aB

= jejari orbit Bumi

Karena periode bumi dan venus diketahui maka F dapat dihitung. Dari
gambar terlihat sudut adalah sudut jarak Venus ke matahari dilihat dari
bumi. Besarnya sudut dapat ditentukan setiap saat dengan menggunakan
teodolit.
Selanjutnya perhatikan segitiga MBV
aV2 aB2 d 2 2aB d cos

(4.22)
Dengan memasukkan persamaan (4.22) maka didapat
f 2 aB2 aB2 d 2 2aB d cos

(4.23)
Untuk menentukan harga aB dari persamaan (4.23) kita hanya menentukan
harga d, yaitu jarak bumi-Venus, yang biasanya ditentukan dengan mengukur
pantulan gelombang radar yang dikirim ke Venus. Dari hasil pengamatan
diperoleh jarak rerata Bumi-Matahari adalah 1,49 x 10 11 m atau 1 SA = 1,5 x
1011 m.
2. Mengukur Massa Matahari
Dari persamaan (4.20) bila R dan T diketahui maka kita bisa menghitung
massa matahari. Dengan mengambil: periode
bumi Tc = 1 Tahun = 3,15 x 107 s.
Jarak Bumi Matahari Rc = 150 x 106 km =
1,5 x 1011 m
dan G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

gerak planet dan satelit

Tc2 / Rc3 4 2 / GM s

dari rumus
maka,

M s (4 2 / G )( RC3 / TC3 )

dengan memasukkan harga Tc, Rc, dan G ke dalam persamaan ini, maka
didapat massa matahari sekitar Ms = 2,0 x 1030 kg.
3. Menentukan Massa Bumi
Dengan mengetahui: periode bulan Tm =
27,3 h = 2,36 x 106 s
jarak bumi-bulan Rm = 384 x 103km =
3,84 x 108 m
maka massa bumi Mc dapat dicari dari
rumus

Mc (4 2 / G )( Rm3 / TC2 )
Gambar 12

Dengan memasukkan harga G, Rm, dan Tc kedalam persamaan ini, maka


didapat massa bumi,
Mc = 6,02 x 1024 kg
2.5 Kecepatan Orbit
1. Kecepatan Areal dan Persamaan Energi
Untuk menentukan kecepatan planet pada setiap titik pada orbitnya, ini dapat
ditinjau dari gerak orbit planet yang berbentuk elips seprti yang terlihat pada Gambar
1. misalnya planet berada pada titik P pada orbitnya. Garis hubung planet matahari
dalam orbitnya dinamakan vector jejari. Luas daerah yang disapu oleh vektor jejari
h

per detik disebut kecepatan areal ( ).

gerak planet dan satelit

rrr
t

Gambar 13

luas elips
periode
=

ab
T

............................................................................................................(1)

di mana a = setengah sumbu panjang


b = setengah sumbu pendek
Berdasarkan hukum Kepler II, kecepatan areal untuk semua planet konstan. Misalnya
planet bergerak dari P ke P dalam waktu t, maka luas daerah yang disapu oleh
vektor jejari adalah A, di mana,
A = h t .....................................................................................(2)
Misalkan ST adalah garis tegak lurus pada talibusur PP, maka luas
SPP = h t = PP.ST
Untuk limit t

0, panjang lintasan sama dengan talibusur, maka


v. t = PP.....................................................................................(3)

di mana v adalah kecepatan orbit planet


kecepatan areal di P adalah

gerak planet dan satelit

h lim it

luas SPP'
t

h lim it

1 / 2 PP' ST
t

t 0

t 0

h = v ST

1 / 2 v t ST
t

.........................................................................................(4)

di mana ST merupakan garis tegak lurus pada garis singgung di P.


Dari persamaan (4) diperoleh,
2h
v
ST

4h 2
v
( ST ) 2
2

atau

....................................................(5)

Dengan menggunakan dalil elips dapat dibuktikan bahwa


1
a
2
2
ST
b

2 1

r a

..............................................................(6)

Dengan memasukkan persamaan (6) ke dalam persamaan (5) maka diperoleh sebagai
berikut.
v 2 4h 2

a
b2

2 1

r a
2

ab a 2 1
v 4
2
T b r a
2

4 2 a 3 2 1
v

T2 r a
2

..............................................................(7)

Dengan memasukkan persamaan T2 = (42/GM) R3 ke dalam persamaan (7) maka


diperoleh persamaan sebagai berikut.

gerak planet dan satelit

GM 2 1

2
4 r a

v 2 4 2

2 1

r a

v 2 GM

..................................................................(8)

Persamaan (8) inilah yang disebut dengan persamaan energi.


Apabila persamaan ini dikalikan dengan m, maka akan diperoleh

mv2 =

mv2 -

GMm
r

GMm 2 1

2 r a

GMm GMm

r
2a

GMm
2a

Ek + Ep = konstan

............................................................................(9)

Persamaan (9) merupakan hukum kekekalan energi sehingga disebut juga


persamaan energi. Persamaan ini sangat berguna dan banyak sekali digunakan
untuk memecahkan persoalan antariksa terutama mengenai gerak benda dalam tata
surya.
Persamaan energi ini dapat pula ditinjau dari sistem dua massa yang
A

mengitari pusat massa bersama seperti misalnya pada sistem planet matahari.
Misalkan sistem bumi matahari seperti yang terlihat pada Gambar 2. pada sistem
ini sebenarnya bukan bumi mengitari matahari, tetapi bumi dan matahari itu
r1
mengitari pusat massa bersama. Demikian
pula sistem bumi bulan,
bumi satelit,
m

dan yang lainnya.

r2

gerak planet dan satelit


Gambar 14

Dua massa A dan B yang jaraknya r, massanya masing-masing m dan M. Kedua


massa ini mengitari pusat massa bersama O. Ketika m berada di A, maka M berada di
B.
Jarak OA = r1 dan OB = r2 dan r = r1 + r2, maka berlaku hubungan sebagai berikut.
mr1 = Mr2 ..................................................................................(10)
Bila kecepatan orbit m dan M adalah v1 dan v2, maka besarnya gaya sentripental pada
m adalah,
mv12 G mM

r1
r2

v12 G M
2
r1
r
atau

...........................................................(11)

Dan untuk benda M besarnya gaya sentrifugal adalah,


Mv 22 G mM

r2
r2

v 22 G M
2
r2
r
atau

...........................................................(12)

Apabila persamaan (11) dijumlahkan dengan persamaan (12), maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.
v12 v 22

r1 r2
=
v12
r1

v 22
r2

GM G m
2
r2
r

G ( M m)
r2

...............................................................(13)

gerak planet dan satelit

Untuk periode planet T, maka

2 r1
T

= v1 dan

2 r2
T

= v2 ..............................................................(14)

Dengan memasukkan persamaan (14) ke persamaan (13), maka diperoleh persamaan


sebagai berikut.

(2 r1 / T ) 2
r1

(2 r2 / T ) 2
r2
=

4 2 r1 4 2 r2

T2
T2

4 2 r
T2

=
r3
T2

r3
T2

G ( M m)
r2

G ( M m)
r2

G ( M m)
r2

G ( M m)
4 2

= C ..........................................................(15)

Persamaan ini dikenal dengan hukum Kepler III untuk benda yang mengorbit
satu terhadap yang lainnya. Bila persamaan ini kita masukkan ke dalam persamaan

v2

4 2 a 3 2 1

T2 r a

, maka persamaan energi menjadi sebagai berikut.


2 1

r a

v 2 G ( M m )

gerak planet dan satelit

..........................................................(16)

Untuk sistem bumi matahari di mana m massa bumi dan M massa matahari maka
dapat dipandang m << M sehingga m bisa diabaikan, maka persamaan energi akan
kembali sesuai dengan hukum kekekalan energi di mana Ek + Ep = konstan. Hal ini
berlaku untuk semua sistem benda yang mengorbit yang massanya jauh lebih kecil
dari massa benda yang dikelilinginya.
Persamaan energi ini sangat berguna terutama untuk menghitung kecepatan
satu benda angkasa pada suatu titik dalam lintasannya ataupun menghitung
massanya, seperti misalnya menghitung kecepatan orbit maupun massa planet, bulan,
satelit, komet dan yang lainnya.
Contoh:
Orbit Lingkaran dan Kecepatan Lepas
Apabila satelit mengorbit dalam bentuk lingkaran, berarti r = a sehingga
2 1

r a

v 2 G ( M m )

persamaan
2 1

r a

v 2 GM

v2

GM
r

akan menjadi sebagai berikut.

2 1

r r

GM

GM
r
atau vc =

.................................................................(17)

vc disebut pula kecepatan orbit lingkaran.


Untuk suatu pesawat antariksa yang diluncurkan dari muka bumi, maka untuk
bisa lepas dari bumi maka orbit pesawat itu haruslah berbentuk orbit parabola. Dari
2 1

r a

v 2 G ( M m )

persamaan

bila orbitnya parabola maka

demikian

gerak planet dan satelit

a = , dengan

2 1

r

v 2 GM

2GM
r
ve =

.................................................................(18)

ve ini disebut kecepatan lepas atau velocity escape, yaitu kecepatan minimal yang
harus dimiliki oleh pesawat atau benda agar dapat meninggalkan bumi atau sistem.
Karena,

2GM
r
ve =

GM
r

Jadi,

ve =

vc

................................................... ...........................(19)

Dengan demikian bentuk orbit suatu benda yang diluncurkan seperti satelit, peluru
balistik

ataukah

pesawat

ruang

angkasa

akan

sangat

bergantung

dari

kecepatannya.misalkan suatu benda angkasa pada jarak r kecepatannya v, maka bila:


v < ve orbitnya akan berupa elips
v = vc orbitnya akan berupa lingkaran
v = ve orbitnya akan berupa parabola
v > ve orbitnya akan berupa hiperbola
ve
d

b
BUMI

vc

gerak planet dan satelit

Gambar 15

Gambar

Gerak roket yang ditembakkan dari ketinggian h dari muka


bumi dengan kecepatan v

Keterangan:
(a)

elips jatuh ke bumi

(b)

lingkaran

(c)

orbit elips

(d)

parabola

Dengan mengambil jejari bumi r = 6,370 x 106 m, maka didapatkan kecepatan lepas
di muka bumi adalah sebagai berikut.

2GM
r
ve =
2 (6,67 10 11 Nm 2 / kg 2 )(6,02 10 24 kg)
6,370 10 6 m
ve =
ve = 11,2 km/s = 1,12 x 104 m/s
Berdasarkan data pengukuran, jejari bulan adalah 1,74 x 10 6 m dan massa
blan 7,36 x 1022 kg, maka dengan cara yang sama didapat kecepatan lepas di bulan
adalah 2,38 km/s. Berarti kecepatan lepas di bulan jauh lebih kecil, yaitu sekitar
seperlima kali kecepatan lepas di bumi. Kecepatan rata-rata molekul-molekul gas di
permukaan bumi jauh lebih kecil dari kecepatan lepas ini. Oleh karena itulah bumi
mampu mengikat atmosfer sehingga tetap berada di permukaan bumi (tidak lepas
meninggalkan bumi). Sedangkan kecepatan lepas di permukaan bulan yang sangat
kecil sulit mengikat molekul udara di permukaan bulan sehingga molekul udara
mudah lepas meninggalkan permukaan bulan. Inilah yang menyebabkan permukaan
bulan tidak memiliki atmosfer.

gerak planet dan satelit

3. Mengorbitkan Satelit
Satelit adalah benda yang dibawa oleh pesawat ruang angkasa untuk
diorbitkan pada orbit tertentu. Satelit-satelit ini yang mengorbit bumi ada juga yang
mengorbit planet-planet lain (Surya, 2003). Orbit satelit umumnya berbentuk elips.
Jarak terjauh (apogee) dan jarak terdekat (perigee). Satelit dari bumi untuk setiap
satelit ini berbeda-beda, misalnya Sputnik 1 mempunyai apogee 940 km dan perigee
234 km.

Gambar 16. Satelit


Suatu benda yang ditembakkan dari permukaan bumi seperti misalnya roket
atau peluru kendali, maka benda tersebut dapat dipandang sebagai satelit yang
mengitari bumi. Bentuk orbitnya bergantung dari kecepatan roket tersebut. Misalkan
kecepatan roket adalah vo, maka bila vo ve maka orbitnya akan berbentuk parabola
atau hiperbola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 lintasan yang berarti roket
akan lepas meninggalkan bumi. Bila vo vc, maka orbitnya bisa berbentuk elips atau
lingkaran seperti lintasan C dan D. Orbitnya akan berbentuk lingkaran bila v o < vc <
ve. Namun, karena roket diluncurkan dari muka bumi, maka lintasannya akan
memotong bumi seperti lintasan C dan D pada Gambar 4. Oleh karena itu, roket akan
menumbuk bumi di bagian lain dari permukaan bumi, atau dengan kata lain bahwa
roket itu akan selalu jatuh ke bumi.
Hal ini berarti untuk mengorbitkan suatu satelit, kita tidak bisa
meluncurkannya hanya dengan sekali tembakan dari permukaan bumi (di titik P pada

gerak planet dan satelit

Gambar 4). Untuk bisa mengorbit maka roket pendorong harus dikirim sampai
ketinggian beberapa ratus kilometer dari permukaan bumi, baru kemudian
dibelokkan arahnya sehingga roket bergerak arah mendatar, yang selanjutnya
diberikan daya pendorong baru dalam arah mendatar dengan roket pendorong baru
seperti pada Gambar 5.
Kecepatan mendatar itu adalah vo. Ukuran dan bentuk orbitnya akan sangat
ditentukan oleh arah dan besarnya kecepatan yang diberikan oleh roket pendorong
pada titik ketinggian yang diberikan itu (titik P).

V0>ve A BV0>ve

BUMI

C
V0<ve

V0=ve< vc

Gambar 17.

Lintasan benda yang ditembakkan dari permukaan bumi


dengan kecepatan awal vo

Keterangan:
A = orbit hiperbola
B = orbit parabola
C = orbit elips
D = orbit lingkaran
Gambar di atas memperlihatkan arah kecepatan mendatar vo diberikan pada
titik P pada ketinggian tertentu dari permukaan bumi. Bila v o << vc, maka lintasannya
berbentuk elips dan sebagian besar dari lintasannya ini (lintasan A) adalah bumi. Hal

gerak planet dan satelit

ini berarti satelit tidak bisa mengorbit dan jatuh ke bumi. Tetapi bila v o sedikit lebih
kecil dari vc maka orbitnya berbentuk elips dengan titik P sebagai apogee. Satelit
yang demikian ini akan melintas melalui parigee yang terlalu rendah di atmosfer
sehingga kemungkinan akan panas dan terbakar karena gesekan dengan udara, atau
orbitnya akan mengecil dan jatuh ke bumi (orbit B).
Apabila vo = vc maka orbit satelit akan tepat dalam orbit lingkaran (orbit C)
dan pusat bumi sebagai pusat orbit lingkaran ini. Bila vo sedikit lebih besar dari vc
maka orbitnya akan berbentuk elips dengan titik pengorbitan P sebagai parigee (orbit
D).
Jika vo = ve maka orbit satelit akan berupa parabola (orbit E) dan satelit akan
lepas dari bumi menuju angkasa luar.
Jika vo > ve orbit satelit akan berupa hiperbola (orbit F) dan bahkan bila vo
lebih besar lagi maka orbit satelit akan mendekati garis lurus (orbit G).
V0

G
F

P
A

BUMI

Gambar 18. Berbagai orbit satelit

Keterangan:
A = elip jatuh di bumi
B = elip dengan apogee P
C = lingkaran
D = elip dengan perigee P

gerak planet dan satelit

E = parabola
F = hiperbola
G = tegak lurus
Bidang orbit masing-masing satelit membentuk sudut yang berbeda-beda
dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Eksplorer 1 membentuk
sudut 33,60 dengan bidang ekuator bumi. Ada satelit yang bidang orbitnya sejajar
dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Intelsat 3. Orbit seperti ini
dinamakan orbit ekuatorial. Ada juga orbit satelit yang bidang orbitnya melalui
kutub, orbit seperti ini dinamakan orbit polar. Orbit yang bidangnya membentuk
sudut antara 00 dan 900 dengan bidang ekuator bumi dinamakan orbit eksentrik
(Surya, 2003).
Suatu satelit buatan dapat diluncurkan sedemikian sehingga periode orbitnya
tepat sama dengan periode rotasi bumi yaitu 24 jam. Orbit yang demikian ini hampir
berbentuk lingkaran. Satelit yang mengorbit seperti ini akan tampak berkedudukan
tetap di atas suatu daerah tertentu. Pada keadaan ini satelit kelihatan melayang pada
titik yang sama di atas permukaan bumi. Oleh karena itu, satelit yang demikian ini
dinamakan satelit geosinkrun atau geostasioner. Biasanya satelit geostasioner ini
digunakan untuk mengawasi keadaan cuaca di suatu daerah tertentu ataupun untuk
sarana telekomunikasi seperti untuk siaran TV, telepon, dan untuk yang lainnya. Di
samping itu, satelit semacam ini bisa pula digunakan untuk penginderaan jarak jauh,
satelit mata-mata, dan yang lainnya.

gerak planet dan satelit

Gambar 19. geostasioner


Cara kerja satelit adalah sebagai berikut.
Bentuk bumi yang melengkung menyulitkan komunikasi, karena gelombang
radio bergerak dalam garis lurus. Satelit bertindak sebagai pemancar radio yang
tingginya beribu-ribu kilometer. Satelit ini menerima sinyal dari sttasiun bumi dan
mengirimkannya kembali ke bumi dengan menggunakan sinyal-sinyal radio.

Gambar 20. cara kerja satelit


Di bumi sinyal-sinyal ini diterima oleh satelit parabola dan diterjemahkan
dengan bantuan komputer elektronik. Satelit komunikasi yang modern dapat
menangani lusinan saluran TV dan ribuan panggilan telepon sekaligus.
Dalam mengoperasikan alat-alat dalam satelit termasuk alat-alat sinyal radio
ini, satelit menggunakan tenaga yang berasal dari sel surya. Sel ini mengubah energi
matahari menjadi arus listrik.
Karena periode bumi telah diketahui yaitu 23 jam 56 menit atau sama dengan
86160 s, dan massa bumi M = 5,98 x 1024 kg, maka kita bisa menentukan berapa
ketinggian satelit ini dengan menggunakan hukum Kepler III.
2

T
R3

4
GM
2

atau

R=

T 2 GM

2
4

1/ 3

Dengan memasukkan harga T, M dan G ke dalam persamaan tersebut, maka


diperoleh besarnya nilai R = 4,217 x 107 m. Berarti satelit itu berada pada
ketinggian 42,174 x 106 m dari pusat bumi. Karena jejari bumi 6,370 x 10 6 m,

gerak planet dan satelit

berarti ketinggian satelit dari permukaan bumi adalah 35,804 x 10 6 atau 35,804
km.
2.6 Implementasi Gerak Planet dan Satelit
1. Penerapan hukum gravitasi Newton pada spray paint
Jika kita menyemprotkan spray paint maka kita dapat melihat semakin jauh
jarak semburannya semakin lebar semburannya. Hal ini disebabkan karena
adanya tekanan dari tangan kita yang menekan spray paint. Dimana cat spray
paint akan keluar melalui lubang kecil yang

luas penampangnya (A).

Semakin kecil luas penampang lubang tersebut maka gaya semburan semakin
besar. Menurut hukum gravitasi Newton:

FG

1
R2

Mm
R2

, dimana R = d. Maka hubungan gaya tarik antar partikel dengan

kuadrat jarak antara partikel spray paint dengan inti Bumi adalah berbanding
terbalik. Bisa dilihat dari gambar, pada jarak d, tekanan spray masih besar
dibandingkan setelah jarak 2d, atau 3d. Pada jarak d, gaya tarik antara partikelnya
masih kuat, dan semakin jauh jaraknya maka gaya tarik antara partikelnya semakin
kecil dan lebar hamburannya semakin lebar.
2. Penerapan hukum Kepler pada pengorbitan satelit
Jika suatu benda dilemparkan secara horizontal dari tempat-tempat yang dekat
dengan permukaan bumi akan mengikuti lintasan parabola dan suatu waktu akan
jatuh kembali ke permukaan Bumi. Tetepi jika kelajuan benda diperbesar terus, maka
sampai pada suatu kelajuan tertentu, lintasan yang ditempuh benda bisa mengikuti
kelengkungan permukaan Bumi. Jika hambatan udara diabaikan, benda akan

gerak planet dan satelit

mengorbit mengitari bumi dan benda tersebut tidak pernah jatuh ke permukaan
Bumi.

gerak planet dan satelit

BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
1. Geosentris adalah pandangan yang mengatakan bahwa bumi sebagai pusat
tata surya dengan tokoh yang mendukung pandangan ini adalah Ptolomeus
dan Tycho Brahe, sedangkan heliosentris adalah pandangan yang menyatakan
matahari sebagai pusat tata surya dengan tokohnya yaitu Copernicus. Ada tiga
bukti yang mendukung bahwa memang Bumi bergerak mengitari matahari
yaitu aberasi bintang (perubahan kecil pada posisi bintang karena laju Bumi),
paralaks (perubahan posisi bintang karena perubahan posisi Bumi) dan efek
Doppler (perubahan warna bintang karena laju Bumi).
2. Hukum Kepler I menyatakan bahwa planet bergerak dalam bidang datar
berbentuk elips dengan matahari berada pada salah satu titik fokus elips
tersebut, Hukum Kepler II menyatakan satu garis yang menghubungkan
planet dengan matahari akan menyapu luas daerah yang sama dalam selang
waktu yang sama. Hukum Kepler III menyatakan kuadrat periode planet
dalam orbitnya terhadap matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak ratarata planet ke matahari.
3. Hukum Kepler I sesuai dengan hukum gaya sentral, sedangkan Hukum
Kepler II diturunkan dari hukum kekekalan mamentum sudut, serta Hukum
Kepler III sesuai dengan hukum kekekalan energi.
4. Hukum Kepler dan Hukum Newton dapat digunakan dalam menganalisis
gerakan benda langit seperti mengukur jarak bumi matahari, menentukan
massa matahari, dan menetukan massa bumi.
5. Untuk menentukan kecepatan planet pada setiap titik pada orbitnya, ini dapat
ditinjau dari gerak orbit planet yang berbentuk elips.
3.2 SARAN-SARAN

gerak planet dan satelit

Melalui penulisan makalah ini diharapkan kepada pemerintah agar


lebih meningkatkan refrensi mengenai ilmu astronomi khususnya dalam
gerak planet dan satelit dalam hal kuantitas maupun kualitas demi kelencaran
proses pembelajaran ilmu astronomi.

gerak planet dan satelit

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2009.

Hukum

Kepler

dan

Mekanika.

http://belogblog.blogspot.com/2008/01/hukum-kepler-danmekanika.html<//tt>. Diakses tanggal 15 November 2009.


Anonim. 2009. Geosentris vs Heliosentris. http://langitselatan.com/forum/eventastro/skymap/taut/20. Diakses tanggal 15 November 2009.
Anonim.

2009.

Hukum

Gerakan

Planet

Kepler.

http://id.wikipedia.org/wiki/hukum_gerakan_ planet_kepler. Diakses tanggal


15 November 2009.
Anonim.

2009.

Johannes

http://id.wikipedia.org/wiki/halaman_utama.

Kepler.
Diakses

tanggal

15 November 2009.
Alexander San Lohat. 2008. Hukum Newton Tentang Gravitasi.
http://www.gurumuda.com/. Diakses tanggal 15 November
2009.
Fadiel. 2009. Tata Surya. http://palangpung.com/p2009. Diakses tanggal 15
November 2009.
Maulana, S. 2009. Hukum Kepler. http://www.gurumuda.com/hukum_kepler/gudang
ilmu fisika gratis.html. Diakses tanggal 15 November 2009.
Surya, Y. 2003. Fisika Itu Mudah SMU 2A. Jakarta : PT. Bina Sumber Daya MIPA.
Suwitra, N. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja : IKIP N Singaraja.
Tony Rowell. 2009. Astronomy Picture of the Day. http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/
archivepix.html. Diakses tanggal 15 November 2009.

gerak planet dan satelit

Anda mungkin juga menyukai