Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KALENDER DAN SEJARAHNYA”

Dosen pengampu:
Drs. Abdul Wahab Abdi, M.Si
Novia Zalmita, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
Aulia Margareta Prakatiwi
(2006101040043)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Hanya kepada-Nya lah kami meminta pertolongan atas
perkara dunia dan agama. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Penutup para nabi, kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Tak ada
daya dan kekuatan kecuali hanyalah bagi Allah Yang Maha Mulia lagi Agung.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen dari mata kuliah Kosmografi yang telah
memberikan ilmunya kepada kami. Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu selama pembuatan makalah berlangsung sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat, bila
ada kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf karena kami
masih dalam proses belajar. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Sigli, 28 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2
A. Pengertian Penanggalan ...........................................................................................2
B. Sejarah Kalender Masehi ........................................................................................3
C. Sejarah Kalender Hijriyah........................................................................................9
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................13
A. Kesimpulan ............................................................................................................13
B. Saran ......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu falak termasuk dalam jajaran ilmu yang kuno. Jika kita lihat sejarahnya,
ilmu falak pertama kali diperkenalkan dan diajarkan oleh Nabi Idris dan kemudian
dikaji oleh ilmuan-ilmuan sehingga sampai ke tangan kita. Ilmu falak mempunyai
peranan yang sangat penting terutama dalam hal peribadatan, itulah sebabnya
mengapa ilmu falak sampai saat ini masih kita pelajari.
Salah satu kajian dari ilmu falak adalah kalender Masehi dan kalender
Hijriyah yang terkadang disebut penanggalan Masehi dan penanggalan Hijriyah.
Kalender adalah refleksi tentang sistem terapan waktu yang berfungsi untuk menandai
peristiwa-peristiwa penting yang telah atau akan terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak akan pernah terlepas dari adanya kalender karena setiap kegiatan yang kita
lakukan pasti akan berpatok pada penanggalan.
Kita sebagai pengguna penanggalan, tentunya kita harus mengetahui awal
mula penanggalan itu ada. Dengan mengetahui hal tersebut, tentunya kita akan lebih
menghargai yang namanya waktu dan kita mengenal tokoh-tokoh yang telah berjasa
baik dalam kalender Masehi maupun kalender Hijriyah.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai pengertian penanggalan?
2. Jelaskan bagaimana sejarah kalender Masehi?
3. Jelaskan bagaimana sejarah Kalender Hijriyah?
C. Tujuan
1. Mahasiswa/i dapat memahami dan mengerti tentang definisipenanggalan
2. Mahasiswa/i dapat menjelaskan bagaimana sejarah dari kalender Masehi
3. Mahasiswa/i dapat menjelaskan bagaimana sejarah dari kalender Hijriyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penanggalan
Penanggalan dalam pemahaman modern masyarakat umum lebih dikenal
dengan nama kalender. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kalender
memiliki makna yang sama dengan penanggalan, almanak, takwim, dan tarikh. Dari
segi bahasa sebagaimana dalam Encyclopedia Britannica, kalender atau calendar
berasal dari bahasa latin yaitu calendarium, yang berarti daftar bunga atau buku
rekening. Kata calendar juga merupakan derivasi dari kata kalendae yang merupakan
hari pertama sebuah bulan dalam kalender Republik Romawi juga bermakna sebagai
hari adanya pasar, pesta, dan acara-acara lainnya yang diproklamirkan. Definisi
kalender disimpulkan dengan pernyataan kalender dengan sistem apapun untuk
membagi waktu selama periode yang diperpanjang seperti hari, bulan atau tahun dan
mengatur pembagian tersebut dalam urutan yang pasti.
Definisi kalender menurut beberapa ahli Astronomi, seperti E. G. Richards
dalam buku berjudul Mapping Time: the Calendar and Its History menyebutkan bahwa
kalender adalah skema untuk mengelompokkan hari-hari menjadi unit yang lebih
panjang, bulan, dan pengelompokkan bulan ke tahun, namun terkadang
pengelompokkan bisa lebih kecil dari bulan seperti mingguan.
Definisi lainnya sebagaimana dalam buku karya Peter Duffett-Smith, kalender
didefinisikan sebagai sistem perhitungan hari dalam waktu satu tahun yang terbagi
menjadi bulan, minggu, dan hari. Dalam bukunya ia menjelaskan definisi kalender
Masehi dengan menguraikan konsep sistem kalender Julian yang diperkenalkan oleh
Julius Caesar dan Gregorian yang diperkenalkan oleh Pope Gregory pada tahun 1582 M
dan diterima di Inggris pada tahun 1752 M.
Kata kalender dijelaskan oleh para ahli Falak dengan menggunakan istilah dan
pengertiannya masing-masing. Ahmad Izzuddin mendefinisikan kalender adalah suatu
sistem waktu yang merefleksikan daya dan kekuatan suatu peradaban. Susiknan Azhari
menggunakan istilah kalender dari makna sosiologisnya yaitu sebagai sistem
pengorganisasian dari satuan-satuan waktu untuk tujuan penandaan rencana aktifitas
secara terkontrol serta perhitungan waktu dalam jangka panjang sampai satu tahun.
Kalender terkait erat dengan peradaban manusia karena memiliki peran penting dalam
menentukan rancangan waktu berburu, bertani, berimigrasi, peribadatan, dan perayaan-
perayaan hari penting. Ruswa Darsono dalam bukunya menyebut istilah kalender
dengan sistem pengorganisasian satuan-satuan waktu yang dengannya permulaan,
panjang dan pemecahan bagian tahun ditetapkan yang bertujuan menghitung waktu
melewati jangka yang panjang.
Beberapa definisi di atas memberikan informasi mengenai kalender atau
penanggalan sebagai sebuah sistem untuk mengatur kronologi waktu secara baik
dengan mengelompokkan satuan-satuan waktu dalam hari, minggu, bulan, dan tahun.
B. Kalender Masehi
1. Sejarah Kalender Masehi
Kalender Masehi dikelompokkan kepada sistem kalender matahari
(solar/syamsiah) atau kalender surya.277 Kalender ini digunakan oleh masyarakat
di Indonesia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, dan juga digunakan di
dunia internasional sebagai kalender resmi.
Kalender ini dikenal juga dengan nama Kalender Miladiah atau The
Messianic (Kalender Kristen). Sebutan Masehi bagi kalender ini merujuk kepada
Isa bin Maryam (Isa putra bunda Maria), seorang Rasul yang menyandang gelar
Almasih, yang artinya “orang yang dibersihkan (disucikan) dan diberkati. Untuk
mengingat kelahiran Isa Almasih (Yesus Kristus) maka awal perhitungan kalender
adalah pada tahun kelahiran (milad) Isa Almasih, karena itu kalender ini disebut
juga kalender Miladiah. Dalam bahasa Inggris, sebelum kelahiran Isa Al masih
disebut tahun Anno Domini (AD) yang diambil dari bahasa Latin yang berarti
Tahun Tuhan Kita, atau "Before Christ" (BC) untuk sebelum kelahiran Kristus,
atau Before Common Era/ BCE (Sebelum Era Umum), dan CE (Common Era)
untuk era sesudah Masehi.
Waktu tepatnya Almasih dilahirkan tidak diketahui secara pasti. Pada
zaman ini belum ada pencatatan kelahiran seseorang, apalagi tercatat dalam
sebuah akta seperti sekarang. Akan tetapi, sejak abad ke-4 Miladiah (Masehi)
orang-orang Kristen telah merayakan pesta Natal untuk memperingati kelahiran
Yesus Kristus. Gereja Katolik memilih tanggal 25 Desember untuk perayaan ini
karena bertepatan dengan pesta perayaan Natalis Salio Invecti, hari kelahiran
Dewa Matahari yang tak pernah kalah, yaitu Dewa Mithras, yang juga dihormati
oleh orang Roma. Gereja Kristen Timur (gereja ortodoks) memilih tanggal 6
Januari, yaitu hari ketika Yesus Kristus dinyatakan oleh Bapa sebagai Putra
Terkasih. Meskipun demikian, Said Abdul „Azhim menegaskan, kelahiran
Almasih as. Terjadi pada hari Selasa, tanggal 24 Desember, sekitar 600 tahun
sebelum kelahiran Rasulullah saw.
Penggunaan istilah Masehi pada kalender miladiah disebarluaskan oleh
missionaris Kristen, menggantikan kata Nashara (bangsa Nazareth). Kata Masehi
(jamaknya Masihiyyun) merupakan sebuah julukan untuk pengikut Kristen.
Kalender ini adalah kalender yang mulai digunakan oleh umat Kristen awal.
Mereka berusaha menetapkan tahun kelahiran Yesus Kristus atau Isa sebagai
tahun permulaan kalender (tahun I). Untuk penghitungan tanggal dan bulan
mereka mengadopsi kalender bangsa Romawi yang disebut kalender Julian yang
telah dipakai sejak tahun 45 sebelum Masehi. Mereka hanya menetapkan tahun 1
untuk permulaan era ini.
Dalam perjalanan sejarahnya, kalender sistem Kristen ini, yang dikenal
juga dengan sebutan Western Calendar (Kalender Barat), sudah mengalami
beberapa kali penyempurnaan sejak digunakan pertama kali oleh bangsa Romawi
Kuno pada tahun 753 SM.285 Sesuai dengan penyempurnaan yang dilakukan,
kalender inipun mengalami perubahan nama. Pada awal disusun, kalender ini
dinamakan Kalender Romawi Kuno, kemudian berubah menjadi Kalender Julian,
dan terakhir berubah menjadi Kalender Gregorius. Untuk lebih jelasnya, akan
dikemukakan berikut ini.
 Kalender Romawi Kuno
Kalender Romawi Kuno, disebut juga kalender Romulus,
merupakan cikal bakal dari Kalender Masehi. Pada awalnya menggunakan
sistem lunar, kemudian diubah dengan menggunakan sistem solar. Kalender
ini disusun sekitar abad ke-7 sebelum Masehi di kota Antium. Menurut catatan
sejarah, kerajaan Romawi didirikan oleh Raja Romulus pada tanggal 21 April
753 SM. Kalender yang berlaku pada saat itu adalah kalender yang
menghitung siklus satu tahun terdiri dari sepuluh bulan, dengan jumlah 304
hari dalam satu tahun. Awal tahun dimulai pada bulan Martius dan berakhir
pada bulan Desember. Ada dua bulan yang tidak bernama yang merupakan
musim dingin, dan tidak diperhitungkan sebagai hitungan tahun. Dalam
perkembangannya, Numa Pompilius (716-673 SM), raja kedua dari Kerajaan
Romawi, menambahkan dua bulan musim dingin tersebut, yang dinamakan
bulan Januarius dan Februarius, ke dalam perhitungan kalender ini, sehingga
satu tahun menjadi berjumlah 12 bulan. Dengan demikian, satu tahun dalam
perhitungan kalender Romawi Kuno berumur 355 hari yang terdiri dari 12
bulan. Jumlah hari dalam satu bulan bervariasi antara 31 dan 29 hari.
 Kalender Julian (Justinian, Julius)
Kalender Romawi Kuno yang sistem perhitungannya sudah
diubah menjadi sistem solar (syamsiah) diatas, pada tahun 46 SM ternyata
hasil perhitungannya menyimpang jauh dari kedudukan musim. Oleh karena
itu, seorang astronom dan matematikawan Alexandria bernama Sosigenis
(abad I SM), menyarankan kepada Julius Caesar, kaisar Romawi pada waktu
itu, untuk melakukan perbaikan dan pembaharuan sistem kalender Romawi
tersebut.
Kalender ini dinisbatkan kepada Julius Caesar yang telah
melakukan pengoreksian sistem penanggalan pada masa pemerintahannya.
Diantara koreksi yang ia lakukan antara lain; Mengubah sistem kalender dari
sistem lunar menjadi sistem solar, 1 tahun = 12 bulan = 365 ¼ hari, yaitu
setiap tahun berjumlah 365 hari (tahun basithah) dan pada setiap tahun ke-4
berjumlah 366 hari (tahun kabisat) dan Bulan ganjil berjumlah 31 hari dan
bulan genap berjumlah 30 hari, kecuali bulan Februari yang berjumlah 29 hari
pada tahun basithah dan berjumlah 30 hari pada tahun kabisat.
Pada kalender Julian, tahun kabisat dimana bulan Februari
terdiri dari 29 hari dirumuskan sebagai tahun yang habis dibagi 4. Contoh
tahun kabisat pada kalender ini adalah tahun 572 948 1512. Untuk tahun
negatif, ada perbedaan antara sejarawan dan astronom dalam penomoran
tahun. Bagi sejarawan, hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 1
SM 2 SM 3 SM dan seterusnya. Sementara menurut astronom hitungan
mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 0 -1 -2 dan seterusnya. Sebagai
contoh, tahun -45 sama dengan tahun 46 SM.
Adapun tahun kabisat yang habis dibagi 4 untuk tahun negatif
dirumuskan secara astronomis. Jadi yang termasuk tahun kabisat adalah tahun
8 4 0 -4 -8 -12 dan seterusnya. Hal ini dikarenakan bangsa Romawi tidak
menganggap angka 0 sebagai angka yang memiliki nilai, oleh karena itu
mereka tidak memakai angka 0 dalam sistem penanggalan. Walaupun terdapat
beberapa kesalahan kalender ini tetap digunakan oleh sebagian besar
penduduk bumi hingga tahun 1582 M, bahkan umat Kristen Ortodox (gereja
timur) masih menggunakannya khususnya untuk menentukan hari Natal.
Hingga saat ini mereka merayakan Natal pada tanggal 7 Januari (25 Desember
menurut kalender Julian), dua minggu lebih lambat daripada umat Kristen
lainnya.
 Kalender Gregorius
Kalender ini dinisbatkan kepada Paus Gregorius XIII,
terjadinya perubahan kalender Julian menjadi kalender Gregorian disebabkan
adanya selisih antara panjang satu tahun dalam kalender Julian dengan
panjang rata-rata tahun tropis. Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII
mendapati bahwa musim semi jatuh pada tanggal 11 Maret, telah bergeser 10
hari dari tanggal yang ditetapkan pada konsili Nicaia. Untuk mengatasi hal ini
Paus Gregorius XIII membuat komisi yang bertugas mengoreksi kalender
dipimpin oleh Christopher Clavius.
1 tahun Julian lebih panjang dari rata-rata 1 tahun tropis
selama 0,0078 hari (365,25 – 365,2422 = 0,0078) atau 11 menit 14 detik.
Selisih tersebut dalam jangka waktu 128 tahun mencapai 23 jam 57 menit
41,76 detik atau 1 hari, dan setelah 1280 tahun kesalahan mencapai 10 hari.
Kesalahan ini mengakibatkan bergesernya musim-musim dari waktu
sebenarnya. Tahun ke-128menjadi standar karena tahun tersebut memiliki sisa
hari terkecil.
Penjelasan: 128 × 365,2425 = 46751,04
128 tahun: 128 × 0,0078 × 24 = 23,9616
dibulatkan menjadi 24 jam = 1 hari
Dalam masa 400 tahun selisih tahun Julian dengan tahun tropis
mencapai 3 hari, (400 × 0,0078 = 3,12) artinya setiap 400 tahun Julian harus
dikurangi sebanyak 3 hari. Pengurangan ini dilakukan dengan mengubah
sistem tahun kabisat. Jika suatu tahun habis dibagi 4 tetapi tidak habis dibagi
100, termasuk tahun kabisat. Contohnya, tahun 1612 1704 termasuk tahun
kabisat. Jika suatu tahun habis 100, tetapi tidak habis dibagi 400, maka tahun
tersebut bukan tahun kabisat. Jika habis dibagi 400, termasuk tahun kabisat.
Jadi, tahun 1700 1800 1900 bukan tahun kabisat, sedangkan tahun 1600 2000
2400 termasuk tahun kabisat.

2. Sistem Perhitungan Kalender Masehi


Kalender Masehi perhitungannya didasarkan pada peredaran bumi
mengelilingi matahari atau peredaran matahari semu dimulai pada saat matahari
berada pada titik Aries. Hal itu terjadi pada setiap tanggal 21 Maret hingga
kembali lagi ke tempatnya semula. Ketika bumi berevolusi, ternyata poros bumi
tidak tegak lurus terhadap bidang ekliptika, melainkan miring dengan arah yang
sama membentuk sudut 66,50 . Periode revolusi bumi Untuk sekali putaran
membutuhkan waktu sebanyak 365,2425 hari. Oleh karena kalender Masehi ini
perhitungannya didasarkan pada peredaran matahari dikenal dengan tahun “
Syamsiyah, Solar System atau tahun Surya. Terdapat empat kedudukan bumi pada
orbitnya, yaitu sebagai berikut:
 Tanggal 21 Maret
Pada tanggal 21 maret, matahari tepat berada di khatulistiwa. Sehingga
semua tempat di bumi mengalami siang dan malam dengan waktu yang sama.
Dari tanggal 21 Maret sampai 21 Juni belahan bumi Utara mengalami musim
semi, sedangkan belahan bumi Selatan mengalami musim gugur.
 Pada tanggal 21 Juni
Pada tanggal 21 Juni, kutub Utara bumi menghadap ke matahari yang
seakan-akan berada pada 23,50 LU. Dari tanggal 21 Juni samapai 23
September, belahan bumi Selatan menjauhi matahari sehingga mengalami
musim dingin, sedangkan belahan bumi Utara semakin dekat dengan matahri
sehingga mengalami musim panas.
 Tanggal 23 September
Pada tanggal 23 September, baik kutub Utara maupun kutub Selatan
bumi berada sama jauhnya dari matahari yang berada pada khatulistiwa. Dari
tanggal 23 September sampai dengan 21 Desember, belahan bumi Utara
semakin menjauhi matahari sehingga mengalami musim gugur, sedangkan
belahan bumi selatan makin condong ke matahari sehingga mengalami musim
semi.
 Tanggal 21 Desember
Pada tanggal 21 Desember, matahari seolah-olah berada di 23,50 LS.
Dari tanggal 21 Desember sampai dengan 21 Maret, belahan bumi Selatan
makin condong ke arah matahari sehingga mengalami musim panas.
Sebaliknya, belahan bumi Utara mengalami musim dingin karena letaknya
semakin jauh dari matahari.
Dari penjelasan di atas, kedudukan matahari seolah-olah bergeser dari
khatulistiwa (21 Maret), ke 23,50 LU (21 Juni), ke khatulistiwa lagi (23
September), ke 23,50 LS (22 Desember) dan kembali lagi ke khatulistiwa (21
Maret). Gerakan pergeseran seperti itu disebut gerak semu matahari. Nah sistem
perhitungan kalender masehi itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu:
a) Tahun Sideris
Perhitungan kalender Masehi yang menggunakan sistem syamsiah ini
didasarkan pada peredaran semu matahari pada ekliptiknya sepanjang tahun.
Matahari bergeser di sepanjang ekliptika itu di antara bintang-bintang yang
bertaburan sepanjang lingkaran ekliptika matahari itu. Gugusan-gugusan bintang
itu dinamai dengan zodiac atau buruj. Sesuai dengan namanya, maka sebagian
dari bintang-bintang itu terdiri dari nama-nama hewan (zoo=hewan). Ekliptika
matahari tersebut dibagi kepada 12 zodiak yang ditempuh oleh matahari
dalam waktu sebulan, dengan arah pergeseran pada ekliptika adalah dari
barat ke timur (retograd), atau berlawanan dengan putaran semu
hariannya, yaitu dari timur ke barat.
Jika salah satu di antara bintang-bintang pada lingkaran ekliptika
diambil sebagai titik permulaan bergesernya matahari, maka ketika matahari
kembali lagi ke titik itu, berarti telah menempuh sekali putaran penuh pada
lingkaran ekliptika yang besarnya 3.600 bintang, lamanya 365,25636 hari = 365
hari 6 jam 9 menit 10 detik.307 Demikian waktu yang dibutuhkan matahari untuk
kembali ke tempat yang sama dalam perjalanan tahunan dengan latar belakang
bintang-bintang.
b) Tahun Tropis
Tahun tropis adalah periode peredaran tahunan matahari dari titik
Aries308 kembali ke titik Aries lagi. Menurut penelitian para astronom, titik
Aries adalah salah satu di antara dua titik perpotongan lingkaran ekliptika dengan
ekuator langit, melakukan pergeseran pada lingkaran ekliptika selama 26.000
tahun sekali putar penuh. Satu tahun ditempuh hanya 0‟50‟‟ saja. Pergeseran ini
disebut presesi titik Aries. Hal ini disebabkan karena titik Aries berputar dari
arah timur ke barat (positif), sedangkan matahari bergeser dari arah barat ke
timur (negatif), maka titik Aries pun bergeser seolah-olah menyongsong
kedatangan matahari. Ini mengakibatkan titik tempat berimpitmya matahari
dengan titik Aries tidak tetap, melainkan bergeser pula sejauh 0‟0‟50‟‟= 0,01396
pada busur ekliptika setiap tahun dengan arah positif.
Dengan demikian, waktu yang berlangsung antara dua
kedudukan matahari yang sama dan berturut-turut terhadap titik Aries
adalah:
360 x 365,25636 hari = 365,24220 hari
360 + 0,01396= 365 hari, 5 jam 48 menit 46 detik.
Jika dibandingkan, perbedaan panjang tahun Sideris dengan tahun Tropis
=365,25636 hari – 365,24220 hari = 0,001416 hari = 20 menit 23 detik setiap
tahun. Inilah yang menyebabkan tidak tepatnya kalender Julian, yang kemudian
diperbaiki oleh Gregorius XIII setelah 16 abad lamanya.

C. Kalender Hijriyah
1. Sejarah dan Sistem Penyusunan
Kalender Hijriah atau Kalender Islam (bahasa Arab: ‫;میال ت قو ال ھجري‬
at-taqwīm al-hijriy) adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam dalam
aktivitas sehari-hari,312 termasuk menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan
dengan ibadah atau mengingat hari-hari penting lainnya. Sekitar empat ribu tahun
lebih sebelum Masehi, bangsa Arab telah membuat kalender matahari atau syamsiah
yang dikenal dengan nama kalender bangsa Semit (kalender Nasi-i). Pada waktu itu
tahun syamsiah terdiri dari 365 hari dengan rincian 360 hari dibagi menjadi 12
bulan dengan umur masing-masing 30 hari setiap bulannya, dan 5 hari untuk
pesta perayaan tahunan bangsa Arab. Belakangan kalender syamsiah itu digunakan
juga oleh masyarakat Romawi. Bangsa Arab sendiri kemudian beralih kepada
kalender bulan atau kamariah, yang berikutnya digunakan juga oleh masyarakat
Mesir Kuno dan Babilonia.
Pada masa pra Islam, belum dikenal penomoran tahun, sebuah tahun
ditandai dengan nama suatu peristiwa. Misalnya tahun gajah yaitu tahun ketika
baginda Nabi saw. dilahirkan. Pada waktu itu terjadi penyerbuan Ka‟bah oleh
pasukan bergajah yang dipimpin oleh raja Abrahah sehingga dinamakan tahun
gajah. Tatkala Islam hadir, penanggalan masih ditetapkan berdasarkan kejadian-
kejadian suatu peristiwa. Tahun pertama hijrahnya Nabi saw. dinamakan tahun izn
(izin) yaitu tahun diizinkannya untuk berhijrah. Tahun kedua disebut tahun amr
(perintah) yaitu tahun diperintahkannya untuk berperang, dan sampai tahun
kesepuluh disebut tahun wada‟.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab (tahun 17 H) awal kalender
islam ditentukan dan dilakukan penomoran serta dinamakan kalender Hijriyah.
Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan untuk menetapkan Hijriah sebagai dasar
penanggalan Islam. Kalender ini terbentuk setelah diadakan musyawarah dengan
para sahabat guna menanggapi surat yang disampaikan gubernur Abu Musa Al-
Asy‟ari.
Akhirnya sebuah kesepakatan dicapai dengan menghitung al-Manak
Islam yang dimulai dari Hijrah Nabi SAW dari Mekkah ke Madinah. Dalam hal ini
tidak ada perbedaan pendapat mengenai tanggal Nabi SAW Hijrah dan ini berebeda
dengan tanggal kelahiran Nabi SAW yang mereka berbeda pendapat. Khalifah
Umar memang tidak menetapkan standar al manak Islam dari kelahiran dan
kematian Nabi Muhammad SAW. Meskipun tanggal kematian Nabi Muhammad
mempunyai ketentuan yang pasti namun alangkah tidak etis jika peristiwa yang
menyedihkan itu menjadi awalanya suatu era Islam.
Berikut adalah sejarah (asal-usul) pemberian nama-nama bulan Hijriah:
 Muharam, artinya yang diharamkan yaitu bulan yang padanya diharamkan
berperang (menumpahkan darah) yang terus berlaku sampai awal datangnya
Islam
 Safar, artinya kosong/kuning karena pada bulan itu orang-orang masa lampau
biasa meninggalkan rumah mereka untuk berperang, berdagang ,berburu, dan
sebagainya, sehingga rumah-rumah mereka kosong.
 Rabiul awal, artinya menetap yang pertama, karena para lelaki arab masa
lampau pada bulan itu yang tadinya meninggalkan rumah mereka kembali
pulang dan menetap.
 Rabiul akhir, artinya menetap yang terakhir, yaitu menetap dirumah terakhir
kalinya.
 Jumadil awal, artinya kering/beku/padat yang pertama, pada waktu itu air
menjadi beku / padat.
 Jumadil akhir, artinya kering/beku/padat yang terakhir, karena mereka
mengami kekeringan yang terakhir kalinya.
 Rajab, artinya mulia, karena bangsa Arab tempo dulu memuliakannya
terutama tanggal 10 (untuk berkurban anak unta), tanggal 1 (untuk membuka
pintu ka‟bah terus-menerus).
 Syaban, artinya berpencar, karena orang-orang Arab dahulu berpencar kemana
saja mencari air dan penghidupan.
 Ramadhan, artinya panas terik/terbakar, karena pada bulan ini jazirah Arab
sangat panas sehingga terik matahari dapat membakar kulit artinya
pembakaran bagi dosa-dosa sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallahu
„alayhi wa salllam.
 Syawal, artinya naik, karena pada bulan itu bila orang Arab hendak menaiki
unta dengan memukul ekornya maka ekornya itu naik, syawal dapat pula
berarti bulan peningkatan, amal bagi amal tambahan.
 Dzulqaidah, artinya si empunya duduk, karena kaum lelaki Arab dulu pada
bulan ini hanya duduk saja di rumah tidak bepergian kemanapun.
 Dzulhijjah, artinya si empunya haji, karena pada bulan ini sejak zaman Nabi
Ibrahim as. Orang-orang biasa melakukan ibadah Haji atau ziarah ke
Baitullah, Makkah.
2. Sistem perhitungan kalender Hijriyah
Kalender Hijriah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan
kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan
menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x
29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender
Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriah berbeda dengan
pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai
pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah
hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan
dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia
bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon)
di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang
bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat
terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi
berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia
bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 – 30 hari) sesuai dengan kedudukan
ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya
penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru
(konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya
Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat
pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari.
Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana
yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Menurut sistem lunar, hari-hari keagamaan atau hari-hari islam biasa
dihitung sejak terbenamnya matahari (waktu maghrib) sebelum hari itu. Jadi,
mendahului hari-hari Masehi yang baru berganti mulai pukul 00.00 tengah malam.
Yang menjadi persoalannya sekarang adalah umat Islam belum begitu familiar
dengan kalendernya sendiri, tetapi lebih familiar dengan kalender masehi.
Akibatnya, sering terjadi kebingungan manakala ada perbedaan dalam mengawali
ataupun mengakhiri puasa misalnya. Padahal kalender hijriah yang tertulis dalam
kalender yang ada di tiap rumah keluarga muslim itu didasarkan pada perhitungan
rata-rata (Hisab urfi) yang tidak bisa dijadikan acuan dalam melakukan ibadah.[16]
Hisab Urfi, yaitu salah satu sistem hisab yang sangat sederhana yang
senantiasa hanya didasarkan kepada garis-garis besarnya saja. Dalam sistem Hisab
„Urfi ini umur bulan senantiasa bergantian antara 30 hari dan 29 hari, 30 hari untuk
bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan genap, kecuali untuk bulan Dzulhijjah ketika
tahun kabisat diberi umur 30 hari. Satuan masa (daurus-sanah) tahun Hijriah
(qomariyah) dalam hisab „urfi ditetapkan 30 tahun, 11 tahun ditetapkan sebagai
tahun Kabisat, dan 19 tahun ditetapkan sebagai tahun Basitah. Tahun Kabisat
ditetapkan jatuh pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29, selainnya
ditetapkan sebagai tahun Basitah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalender Masehi atau kalender Kristen yang berlaku sekarang adalah
sistem kalender yang menjadikan pergerakan Matahari sebagai acuan perhitungannya
(syamsiah atau solar system), dimana 1 tahun terdiri dari 365 hari untuk tahun
bashitah dan 366 hari untuk tahun kabisat.
Sistem penanggalan masehi menggunakan perhitungan Yusinian yang
pada akhirnya dirubah lagi karena koreksi dari Gregorian. Kalender Hijriyah adalah
kalender yang terdiri dari dua belas bulan kamariyah, setiap bulan berlangsung sejak
penampakan pertama bulan sabit hingga penampakan berikutnya.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab (tahun 17 H) awal kalender
islam ditentukan dan dilakukan penomoran serta dinamakan kalender Hijriyah.
Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan untuk menetapkan Hijriah sebagai dasar
penanggalan Islam. Penanggalan hijriah ini berdasarkan pada peredaran bulan
mengelilingi bumi, yakni masa diantara dua ijtimak yang berurutan atau satu bulan
sinodis. Penanggalan ini didasarkan pada perhitungan (hisab). Satu kali edar lamanya
29 hari 12 jam 44 menit 2.5 detik.
B. Saran
Teruslah menjadi pengkaji ilmu-ilmu, termasuk ilmu Kebumian dan
Antariksa, karena sesungguhnya ilmu Kebumian dan Antariksa mutlak diperlukan
dan dikaji agar terciptanya generasi-generasi bangsa yang peka terhadap alam
semesta, lingkungan sekitar, baik kerusakan lingkungan itu sendiri atau pun cara
untuk memamfaatkan lingkungan tanpa mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Juga sebagai bahan tafakur terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang
menciptakan alam semesta ini dengan segala keteraturannya. Sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 5.
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan
bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Lembaran-lembaran karya yang banyak kekurangan ini hanya sedikit dari
sekian banyak ilmu tentang ilmu Kebumian dan Antariksa khususnya system
kalender Masehi dan Hijriah. Semoga bermamfaat khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Khazin, Muhyiddin. 2007. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana
Pustaka.
Maskufa. 2005. Ilmu Falaq. Jakarta: Gaung Persada.
Chudlori, M.Sakur. 1990. Perbandingan Tarikh. Bandung: Iain Sunan Gunung Djati.
Depag. 2002. Almanak Hisab Rukyah. Jakarta: Proyek Pembinaan Peradilan Agama Islam.
Shofiyullah. 2006. Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia. Malang: P.P. Miftahul Huda.
Moedji Raharto. 2001. Sitem Penanggalan Syamsiyah/Masehi. Bandung: Penertbit ITB.
Bashori, Muh. Hadi. 2013. Penanggalan Islam. Jakarta: PT Elex Media Computindo.
Hambali, Slamet. 2011. Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi,
Hijriyah Dan Jawa. Semarang: Program Pascassarjana IAIN Walisongo.

Anda mungkin juga menyukai