Anda di halaman 1dari 25

Kalender China dan Kalender Jawa

Makalah Kalender dan Sistem Waktu

Oleh :

1. Fariha Maulida 118290001


2. Ella Agustina Ariyani 118290005
3. Sekar Anisa Sely 118160072
4. Irma Fitria Rahmania 118160091

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2020
1
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


A. Kalender Cina .................................................................................................... 3
B. Kalender Jawa ........................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 21


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalender memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Karena kalenderlah yang digunakan sebagau acuan waktu dalam berbagai kegiatan.
Contohnya pada masyarakat tradisional yaitu petani yang bergantung pada kalender untuk
bercocok tanam, berdasarkan tanda-tanda alam, seperti posisi bintang dilangit. Sedangkan
penggunaan kalender bagi masyarakat modern adalah senbagai alat bantu yang penting
dalam kehidupan, seperti untuk mengetahui tanggal perayaan, jadwal libur atau mengingat
hal-hal penting dalam hidup.

Kalender juga digunakan sebagai system pengorganisasian dan perhitungan waktu


dalam periode yang telah ditentukan. Dan hari adalah bagian terkecil dari system itu sendiri
yang menggunakan system perhitungan waktu (jam, menit, dan detik).

Dalam ilmu astronomi, ada tiga system penanggalan yang didasarkan pada pergerakan
Bulan dan Matahari, yaitu :

1. Sistem Penanggalan Bulan (Lunar Calendar), yaitu system penanggalan yang


didasarkan pada pergerakan bulan dalam mengelilingi bumi. Rata-rata lamanya
29,53059 hari sehingga dalam satu bulang terdiri dari 29 atau 30 hari.
2. Sistem Penanggalan Matahari (Solar Calendar), yaitu system penganggalan yang
didasarkan pada pergerakan matahari semu dalam mengelilingi bumi, rata-rata lamanya
365,2422 hari.
3. Penanggalan Bulan-Matahari (Lunisolar Calendar), yaitu system penanggalan yang
didasarkan pada pergerakan bulan dan matahari semu dalam mengelilingi bumi.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :

1. Definisi dan Sejarah Sistem Penanggalan Cina


2. Sistem Perhitungan Penanggalan Cina
3. Definisi dan Sejarah Sistem Penanggalan Jawa
4. Sistem Perhitungan Penanggalan Jawa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kalender Cina

1. Definisi dan Sejarah Kalender Cina

Kalender Cina disebut sebagai Yin Yang Li yang berarti Penanggalan Bulan-
Matahari (Lunisolar Calendar). Ada juga yang menyebutnya Tarikh Imlik.
Sebagian lagi menyebutnya kalender Khongcu Lik/ Tarikh Khongcu atau Tarikh
Bulan, karena berdasarkan perhitungan lama bulan mengitari bumi, yaitu 29,5 hari.

Penanggalan lengkap pertama di Cina ditetapkan pada masa tahun ke-7


pemerintahan Kaisar Han Wu, yaitu 104 SM. Ketika kekuasaan kekaisaran baru
tiba, perhitungan tahun dimulai dari awal lagi dan dimulai dari nol. Penanggalan Da
Tong (penyatuan besar) digunakan saat Kekaisaran Dinasti Ming, pemerintahan
Hong Wu pada tahun ke-17 (1384 M) sebagai awal penanggalan.

Bukti paling awal aerkologi mengenai kalender Cina ditemukan pada selembar
naskah kuno yang diyakini berasal dari tahun kedua sebelum masehi atau pada masa
Dinasti Shang. Pada masanya dipaparkan tahun lunisolar yang lazimnya 12 bulan,
namun kadang-kadang ada pula bulan ke-13. Penambahan bilangan bulan dalam
kalender memastikan peristiwa tahun baru tetap dilangsungkan dalam satu musim
saja. Hal ini sama seperti kalender masehi satu hari tambahan pada bulan Februari
setiap empat tahun.

Penanggalan Cina yang berlaku sekarang adalah penanggalan yang diubah


semasa Dinasti Qing tahun ke-7 masa pemerintahan Qian Liong. Ini menggunakan
1723 sebagai awal penanggalan. Dan untuk system kalender Imlek (Cina) adalah
system kalender Dinasti He. System kalender tersebut diumumkan kembali oleh
seorang Konghucu yang hidup pada tahun 551 SM, sehingga tahun pertama dari
kalender Imlek tersebut dihitung mulai tahun kelahiran beliau, yaitu tahun 551 SM,
dan hal tersebut berlangsung sampai sekarang.

3
Penanggalan Cina sangat terkait dengan Tahun Baru Cina yang merupakan hari
raya penting dalam masyarakat Cina. Diluar daratan Cina, tahun baru Cina lebih
dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Imlek (Hokkian 阴 历 , im-le̍ k, pinyin : yin li,
artinya kalender bulan). Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1
hingga tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan kalender Cina yang
menggabungkan perhitungan matahari, bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang
atau astrologi shio, 24 musim dan 5 unsur.

24 musim tersebut antara lain :

a. Mulainya Musim Semi (立春 lìchūn) 4 Februari


b. Musim Hujan (雨水 yǔshuǐ) 19 Februari
c. Musim Kelahiran Serangga (啓蟄 qǐzhé / 驚蟄 jīngzhé) 5 Maret
d. Ekuinoks Musim Semi (春分 chūnfēn) 21 Maret
e. Musim Cerah (清明 qīngmíng) 5 April
f. Musim Panen Padi (穀雨 gǔyǔ / gǔyù) 20 April
g. Awal Musim Panas (立夏 lìxià) 6 Mei
h. Musim Biji-Bijian (小滿 xiǎomǎn) 21 Mei
i. Musim Jenggot Gandum Tumbuh (芒種 mángzhòng / mángzhǒng) 6 Juni
j. Solstice Musim Panas (夏至 xiàzhì) 21 Juni
k. Musim Panas Kecil (小暑 xiǎoshǔ) 7 Juli
l. Musim Panas Besar (大暑 dàshǔ) 23 Juli
m. Mulai Musim Gugur (立秋 lìqiū) 7 Agustus
n. Musim Panas Mencapai Batas (處暑 chùshǔ) 23 Agustus
o. Embun Putih (白露 báilù) 8 September
p. Equinox Musim Gugur (秋分 qiūfēn) 23 September
q. Embun Dingin (寒露 hánlù) 8 Oktober
r. Turunnya Es (霜降 shuāngjiàng) 23 Oktober
s. Mulai Memasuki Musim Dingin (立冬 lìdōng) 7 November
t. Musim Salju Kecil (小雪 xiǎoxuě) 22 November
u. Musim Salju Besar (大雪 dàxuě) 7 Desember

4
v. Solstice Musim Dingin (冬至 dōngzhì) 22 Desember
w. Flu Ringan/ Musim Dingin Tak Tertahankan (小寒 xiǎohán) 6 Januari
x. Musim Dingin Besar (大寒 dàhán) 20 Januari

Sedangkan 5 unsur pada Kalender Cina adalah :

a. Logam
b. Air
c. Kayu
d. Api
e. Tanah/ Bumi

Sementara itu di negara Cina sekarang, kalender Cina hanya digunakan untuk
menandai perayaan orang Cina, seperti Tahun Baru Cina, perayaan Duan Wu, dan
perayaan Kuih Bulan. Begitu juga dalam bidang astrologi, seperti memilih tahun
yang sesuai untuk melangsungkan perkawinan atau meresmikan pembukaan
bangunan baru. Sementara itu, untuk kegiatan harian, masyarakat Cina mengacu
kepada hitungan kalender masehi.

2. Penanggalan Kalender Cina

Pengaruh kemajuan kebudayaan Sungai Huang Ho dan Yang Tze di daratan


Cina tempo dulu, memberi pengaruh besar terhadap aspek kehidupan bangsa-
bangsa yang bertetangga dengan Cina. Negara-negara Korea, Jepang dan Vietnam
mengadopsi system penanggalan Cina, kultur serta aksara negaranya. Dalam 1
tahun Cina terdiri dari 12 bulan atau 13 bulan jika tahun Kabisat. Dalam 1 bulan
terdiri 29 atau 30 hari. Sehingga dalam setahun terdiri dari 355 atau 385 hari jika
tahun Kabisat. Secara system penanggalan Masehi (Gregorian), Tahun Baru Cina
pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap
tahunnya. Ini berarti hari raya biasanya jatuh pada bulan kedua setelah musim
dingin.

5
a. Elemen Matahari pada Kalender Cina

Seperti system penanggalan Gregorian, kalender Cina menggunakan


referensi revolusi bumi terhadap matahari yakni 1 tahun terdiri dari 12 bulan
atau 13 bulan jika tahun kabisat. Secara resmi, tahun Cina telah berusia 2571
pada tahun 2020 ini.

b. Elemen Bulan pada Kalender Cina

Seperti system penanggalan di India tempo dulu, kalender Cina


menggunakan referensi revolusi bulan terhadap bumi. Dalam 1 bulan Cina
terdiri 29 atau 30 hari. Dimana tanggal 1 jatuh pada bulan mati dan tanggal
15 jatuh pada bulan purnama. Elemen bulan ini sangat penting, karena
mempengaruhi aspek psikologis manusia serta pengaruh alam (pasang-
surut).

Orang Cina mempercayai bahwa tanggal 1 dan 15 lunar merupakan


tanggal ‘sakral’ dimana pada saat itu, emosi manusia dan energy bumi lagi
naik/ hangat. Nafsu, emosi akan lebih mudah muncul pada bulan mati dan
purnama. Sehingga jika seseorang berlatih untuk berbuat dan berpikir baik,
maka hal itu akan mendatangkan berkah. Fenomena yang serupa tapi tidak
sama juga dapat dijumpai pada perilaku hewan yang cenderung melakukan
perkawinan pada periode tersebut.

c. Elemen Shio (Rasi Bintang) pada Kalender Cina

Prinsip keharmonisan manusia dana lam yang diajarkan oleh filsuf Cina
ribuan tahun silam pun mengilhami system kalender Cina. Ilmu
pengetahuan Cina di masa prasejarah telah mampu melihat gejala hubungan
antara kejadian di galaksi (bintang-bintang) dengan kehidupan di bumi
(butterfly effect). Oleh karena itu ditemukan 12 masa yang memiliki periode
khusus yang mempengaruhi kehidupan di bumi yang dikenal sebagai shio.

Berikut 12 shio yang dikenal masyatrakat Cina dan sering dijadikan


ramakan :

6
i. Tikus (Zi)
ii. Kerbau (Chou)
iii. Harimau (Yin)
iv. Kelinci (Mau)
v. Naga (Chen)
vi. Ular (Si)
vii. Kuda (Wu)
viii. Kambing (Wei)
ix. Kera (Shen)
x. Ayam (You)
xi. Anjing (Xu)
xii. Babi (Hai)

d. Elemen Musim pada Kalender Cina

Kalender Cina bukan saja bermanfaat bagi system perhitungan upah


atau gaji, system kalender Cina juga bermanfaat oleh hamper semua pelaku
usaha, baik nelayan, petani (saat tanam dan saat panen), ataupun
penambang.

Dalam penanggalan Cina dikenal 24 musim seperti yang sudah


dipaparkan diatas, antara lain kegunaannya adalah :

i. Permulaan Musim Semi : Hari pertama musim ini adalah


Perayaan Tahun Baru Imlek
ii. Musim Hujan : Hujan mulai turun
iii. Musim Serangga : Serangga mulau tampak setelah tidur
panjangnya selama musim dingin

e. Elemen Energi dan Karakteristik Alam pada Kalender Cina

System kalender Cina turut memperhitungkan dominasi unsur-unsur


alam serta energy yin-yang. Masing-masing unsur memiliki periode 2 tahun,
yakni periode yin dan periode yang, contohnya : Tahun Kayu Yin dan Tahun
Kayu Yang, Api Yin, Api Yang, dst mengikuti 5 unsur pada kalender Cina.

7
3. Cara Perhitungan Kalender Cina

Kalender Tionghoa memiliki aturan yang sedikit berbeda dengan kalender


umum, seperti: perhitungan bulan adalah perjalanan (revolusi) bulan mengelilingi
atau mengorbit bumi. Berarti hari pertama setiap bulan dimulai pada tengah malam
hari bulan muda astronomi. (Catatan, "hari" dalam Kalender Tionghoa dimulai dari
pukul 23:00 dan bukan pukul 00:00 tengah malam). Satu tahun ada 12 bulan, tetapi
setiap 2 atau 3 tahun sekali terdapat bulan ganda (rùnyuè, 19 tahun 7 kali).
Berselang satu kali jiéqì (musim) tahun Matahari Cina adalah setara dengan satu
pemulaan Matahari ke dalam tanda zodiak tropis. Matahari selalu melewati titik
balik Matahari musim dingin (masuk Capricorn) selama bulan 11.

Kalender Cina dibagi menjadi 4 musim dan dibagi lagi menjadi 24 perayaan,
yang mana setiap perayaan ditandai dengan melihat posisi matahari, atau bulan di
langit. Tahun Baru ditandai dengan Bulan Baru Pertama di langit, dan Perayaan
Naga (hari kelima di bulan 5 Kalender Cina) juga dibuat dengan melihat tanda
benda langit. Masyarakat Cina menggnakan kalender ini selama ratusan tahun
hingga Mao Zedong mengadopsi kalender Gregorian atau Kalender Masehi untuk
menandai tanggal di Cina pada tahun 1949 ketika Republik Rakyat Cina dibentuk.

Kalender Cina dibuat berdasarkan pergerakan bulan terhadap bumi memiliki


rentang waktu yang lebih singkat sehingga dalam satu tahun kalender Cina
memiliki 353-355 hari dalam setahun dibagi kedalam 12 bulan. Untuk mengejar
musim dan ketertinggalannya atas kalender Masehi, setiap tiga tahun sekali ada 1
bulan tambahan sehingga ada 13 bulan dalam tahun tambahan tersebut. Tahun
tambahan yang berisi 13 bulan tersebut terdiri dari 383-385 hari.

Adanya perkembangan dalam ilmu Astronomu modern dimana tahun matahari


(Yang Lik) yang perhitungannya berdasarkan pada bumi mengelilingu matahari
maka cara menyeimbangkan tahun matahari (Yang Lik) dan tahun bulan (Im Lik)
adalah dengan rumus = 19 tahun matahari = 19 tahun + 7 bulan lunar

8
No Penanggalan Tionghoa Lama Hari
Total 353-355/(383-384)
1 Cia Gwee 30
2 Ji Gwee 29
3 Sa Gwee 30
4 Si Gwee 30
5 Go Gwee 29
6 Lak Gwee 30
7 Cit Gwee 29
8 Pe Gwee 29 / 30
9 Kauw Gwee 29 / 30
10 Cap Gwee 29
11 Cap It Gwee 29
12 Cap Ji Gwee 30
13 Lun …. Gwee (30)

Dengan demikian dalam kurun waktu 19 tahun solar terdapat tujuh kali bulan
sisipan lunar (Adhikamasa). Cara mengisi bulan sisipan ini antara penanggalan
Budhis berbeda dengan penanggalan Im Lik, terutama berbeda pada bulan apa
bulan sisipan/ daur tahun kabisat lunar (Lun Gwee) atau biasa dikenal Leap Month,
itu diletakkan.

Dengan adanya bulan sisipan ini/ Lun Gwee/ Leap Month maka tahun baru
Imlek tidak akan bergerak maju terus-menerus. Berbeda dengan tarikh Hijriah yang
murni menggunakan penanggalan bulan.

B. Kalender Jawa

1. Definisi dan Sejarah Kalender Jawa

Kalender adalah system pengorganisasian satuan-satuan waktu, untuk tujuan


penandaan serta penghitungan waktu dalam jangka panjang. Kalender berkaitan
erat dengan peradaban manusia, karena berperan penting dalam penentuan waktu
berburu, bertani, berimigrasi, peribadatan, dan perayaan-perayaan. Peran penting

9
ini sangat dirasakan oleh umat manusia dari dulu hingga kini. System kalender dari
berbagai zaman memiliki system dan cara yang berbeda-beda dalam menentukan
penanggalan serta mempunyai aturan-aturannya tersendiri. Suku-suku di Indonesia
juga memiliki system penanggalannya sendiri. Disini kami akan membahas
mengenai system penanggalan dari suku Jawa.

Masyarakat bersuku Jawa sangat jeli dalam mengamati dan memperhatikan


tanda-tanda alam. Salah satu dari pembakuan gejala alam yang tercatat dalam
primbon Jawa ialah system penanggalan. Berbeda dengan penanggalan Masehi
yang dikenal secara nasional, penanggalan Jawa sangat sarat dengan makna-makna
perlambang alam yang direkam selama ribuan tahun.

Di pulau Jawa dulunya pernah berlaku sistem penanggalan hindu, yang


dikenal dengan penanggalan “saka”, yakni sistem penanggalan yang didasarkan
pada peredaran matahari mengelilingi bumi. Permulaan tahun Saka ini adalah
bertepatan dengan hari sabtu tanggal 14 Maret 1978 M, yaitu satu tahun setelah
penobatan Prabu Syaliwahono (Aji Soko) sebagai raja India. Oleh sebab itu
penanggalan ini dikenal sebagai penanggalan Soko atau Saka. Selain penanggalan
tersebut di pulau Jawa pernah berlaku sistem penanggalan Islam atau Hijriyah
yang perhitungannya berdasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi, yang
kemudian kedua sistem tersebut nantinya dikombinasi menjadi sebuah sistem
baru, yaitu sistem penanggalan Jawa.

Sebelum beredarnya Kalender Jawa yang seperti saat ini, di pulau Jawa
terutama pada jaman kerajaan Mataram, orang menganut penanggalan Saka atau
Kalender Saka. Kalender ini berasal dari India dan menggunakan perhitungan
bulan dan matahari. Kalender ini masuk ke Indonesia seiring dengan pengaruh
agama Hindu yang mulai masuk ke Indonesia sejak abad ke 4/5. Di Indonesia,
khususnya di Jawa dan Bali, sistem penanggalan ini di adaptasi lagi agar sesuai
dengan corak penanggalan lokal.

Pada tahun 1625 Masehi, Sri Sultan Muhammad yang terkenal dengan nama
Sultan Agung Anyokrokusumo berusaha keras menyebarkan agama Islam di pulau
Jawa di wilayah kerajaan Mataram mengeluarkan dekrit untuk mengubah

10
penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan
sistem kalender kamariah atau lunar dari yang sebelumnya menggunakan sistem
solar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah (saat itu tahun 1035
H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini dilakukan demi asas
kesinambungan. Sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka, diteruskan
menjadi tahun 1547 Jawa.
Dekrit Sultan Agung tersebut berlaku di seluruh wilayah kerajaan Mataram II,
yaitu seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi.
Ketiga daerah terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung.
Namun menurut Prof. Dr. MC Riclefs, dalam artikelnya “Pengaruh Islam
Terhadap Budaya Jawa Terutama pada Abad XIX”, upaya percampuran itu terjadi
upaya percampuran itu terjadi pada tahun 1633 M. Riclefs mengisahkan bahwa
pada tahun 1633 M, Sultan Agung beziarah ke makam Sunan Bayat di Tembayat.
Disebutkan dalam Babad Nitik, Sultan Agung diterima oleh arwah Sunan Bayat.
Sultan Agung yang masih berada di makam tersebut diperintahkan untuk
mengganti kalender Saka yang notabene adalah kalender Hindu menjadi kalender
Jawa. Kemudian kalender tersebut diubah sistemnya mengikuti aturan kamariah
yang berisi bulan-bulan Islam. Maka sejak saat itu terciptalah kalender baru yang
unik, yaitu kalender Jawa-Islam. Perubahan kalender di Jawa itu dimulai pada hari
Jumat Legi, tanggal 1 Sura tahun Alip 1555 Saka bertepatan dengan tanggal 1
Muharram tahun 1043 H, atau tanggal 8 Juli 1633 M.

Kalender Jawa adalah sebuah kalender yang istimewa karena merupakan


perpaduan antara budaya Islam, dan budaya Hindu-Buddha Jawa yang
perhitungannya didasarkan pada bulan mengelilingi matahari. Dalam budaya
Jawa, sistem siklus hari ada beragam. Jaman dahulu sebelum datangnya Islam di
Jawa, orang Jawa kuno mengenalnya dengan 10 jenis minggu. Dari seminggu
yang jumlahnya hanya ada satu hari, dan Seminggu yang jumlah harinya ada 10
hari. Nama-nama hari dari minggu tersebut adalah Ekawara, Dwiwara, Triwara,
Caturwara, Pancawara, Sadwara, Saptawara, Hastawara, Sangawara dan
Dasawara.
a. Perhitungan hari siklus 1 harian disebutnya dengan Ekawara
b. Perhitungan hari siklus 2 harian disebutnya dengan Dwiwara
c. Perhitungan hari siklus 3 harian disebutnya dengan Triwara

11
d. Perhitungan hari siklus 4 harian disebutnya dengan Caturwara
e. Perhitungan hari siklus 5 harian disebutnya dengan Pancawara – Pasaran
f. Perhitungan hari siklus 6 harian disebutnya dengan Sadwara – Paringkelan
g. Perhitungan hari siklus 7 harian disebutnya dengan Saptawara – Padinan
h. Perhitungan hari siklus 8 harian disebutnya dengan Hastawara – Padewan
i. Perhitungan hari siklus 9 harian disebutnya dengan Sangawara – Padangon
j. Perhitungan hari siklus 10 harian disebutnya dengan Dasawara
Orang Jawa kuno zaman dahulu mengenal sepuluh jenis pecan. Mulai dari
pecan yang jumlah harinya hanya satu dalam sepekan, hingga pekan yang hari
berjumlah sepuluh dari dalam sepekan. Nama macam-macam pekan itu ialah
ekawara, dwiwara, triwara, caturwara, pancawara, sadwara, saptawara, hastawara,
nawawara, dan dasawara. Pada masa pemerintahan Kanjeng Sultan Agung Prabu
Hanyakrakusuma terjadi perubahan penanggalan, hanya memakai duajenis
minggu. Yaitu saptawara dan pancawara, tetapi masyarawat agraris Jawa masi
memakai sadwara. Saptawara tetap dipakai karena bersifat universal, sedangkan
pancawara atau pasaran tetap dipakai karena melambangkan jati diri manusia
Jawa. Sadwara atau paringkelan masih dipakai masyarakat agraris Jawa, karena
sangat berhibungan dengan kebutuhan akan pemanfaatan alam.
Siklus pekan yang terdiri lima hari (Pancawara) biasa disebutnya dengan pasar oleh
orang Jawa. Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan. Hari- hari
tersebut ialah :
a. Kliwon (Asih) melambangkan jumeneng atau berdiri
b. Legi (Manis) berbalik arah kebelakang atau melambangkan mungkur.
c. Pahing (Pahit) melambangkan madep atau menghadap.
d. Pon (Petak) melambangkan sare atau tidur.
e. Wage (Cemeng) melambangkan lenggah atau duduk.
Selanjutnya, ada juga sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari (Saptawara),
yakni biasa disebutnya Padinan. Masyarakat Jawa sudah mempercayainya bahwa
hitungan 7 hari dalam waktu seminggu, adalah awal bermulanya Tuhan
menciptakan alam semesta dengan 7 tahap. Yang dimana tahap pertama diawali
hari Radite (Minggu). Adapun makna dari hari-hari tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pertama. Ketika Tuhan memiliki kehendak ingin menciptakan dunia,
disimbolkan dengan matahari yang bersinar sebagai sumber kehidupan.

12
b. Kedua. Tuhan menurunkan kekuatan-Nya untuk menciptakan dunia,
disimbolkan dengan rembulan yang bercahaya tanpa menyilaukan.
c. Ketiga. Ketika Tuhan muncul menyebarkan percikan siinar, disimbolkan
dengan api yang berpijar.
d. Keempat. Tuhan menakdirkan rezeki, dianggap baik untuk memulai suatu
pekerjaan besar.
e. Kelima. Ketika Tuhan menciptakan panas yang menyalakan kehidupan,
disimbolkan dengan angina yang bergerak dan petir yang menyambar.
f. Keenam. Ketika Tuhan menciptakan air yang dingin, disimbolkan dengan
bintang yang mirip titik-titik air yang menyejukkan.
g. Ketujuh. Ketika Tuhan menciptakan unsur materi kasar sebagai dasar
pembentuk kehidupan, disimbolkan dengan air sebagai sumber kehidupan.
Perlu diketahui bahwa penyebutan elemen ini hanyalah sebagai simbol dan
bukan merupakan urutan kejadian alam semesta. Dari simbol inilah yang nantinya
akan digunakan untuk mengenali karakter hari.
a. Minggu : Radite = Planet Matahari
b. Senin : Soma = Planet Bulan
c. Selasa : Anggara = Planet Mars
d. Rabu : Budha = Planet Merkurius
e. Kamis : Respati = Planet Jupiter
f. Jumat : Sukra = Planet Venus
g. Sabtu : Saniskara = Planet Saturnus
Nama-nama hari ini dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah)
dari bulan terhadap bumi adalah nama dari ke tujuh tersebut yaitu:
a. Radite (Minggu) melambangkan meneng atau diam.
b. Soma (Senin) melambangkan maju.
c. Hanggara (Selasa) melambangkan mundur.
d. Budha (Rabu) melambangkan mangiwa atau sebuah bergerak ke kiri.
e. Respati (Kamis) melambangkan manengen atau sebuah bergerak ke kanan.
f. Sukra (Jumat) melambangkan munggah atau naik ke atas.
g. Tumpak (Sabtu) melambangkan temurun atau bergerak turun.
Kombinasi antara kedua sistem pekan ini (tujuh hari dan lima hari)
menghasilkan sebuah siklus yang baru yang bernama Wuku. Setiap Wuku
dipercaya memiliki watak yang berbeda- beda.

13
Seluruh Wuku memiliki total waktu 30 pekan, sehingga total siklus wuku bila
dihitung kedalam hari adalah 210 hari. Jumlah hari ini dapat dihitung sebagai
berikut : 7 x 5 x 6 = 210 hari.
Berikut adalah daftar nama-nama Wuku :
No. Wuku No. Wuku
1. Sinto / Sinta 16. Pahang
2. Landep 17. Kuruwekut / Kuru Welut
3. Wukir 18. Marakeh
4. Kurantil 19. Tambir
5. Tolu 20. Medangkungan
6. Gumbrek / Gumbreg 21. Maktal
7. Warigalit / Wariga Alit 22. Waye
8. Warigagung / Wariga Agung 23. Menahil / Manahil
9. Julungwangi / Julangwangi 24. Prangbakat
10. Sungsang 25. Bolo / Bala
11. Galungan 26. Wugu
12. Kuningan 27. Wayang
13. Langkir 28. Kulawu
14. Mondisijo / Mandasiya 29. Dukut
15. Julungpujut 30. Watagunung / Watu Gunung

Di dalam kalender penanggalan Jawa, dalam satu tahun terdiri atas 12 bulan,
dimana nama-nama bulan tersebut hasil adopsi dari bulan-bulan dalam Kalender
Hijriyyah. Nama-nama bulan dalam Kalender Jawa diantaranya:
a. Suro
Bulan suro adalah sebuah bulan pertama dalam sistem penanggalan kalender
Jawa. Bulan Sura memiliki jumlah hari pada bulan ini adalah 30 hari. Bulan
suro bertepatan dengan bulan Muharram pada kalender Islam. Nama surah itu
sendiri diambil dari perayaan Asyura yang bertepatan dengan tanggal 10
Muharram pada sistem kalender untuk bulan Islam.
b. Sapar
Urutan bulan jawa yang kedua adalah bulan Sapar. Dalam kalender Jawa
bulan Sapar jumlah sebanyak 29 hari. Bulan Sapar yang bertepatan dengan bulan
perjalanan di kalender Islam. Nama Sapar juga diambil dari bulan Safar dalam
14
sistem kalender Hijriah.
c. Mulud
Urutan bulan ketiga Jawa yakni bulan Mulud. Bulan maulud memiliki jumlah
hari sebanyak 30. Bulan maulud bertepatan dengan bulan Rabi ‘al-Awwal dalam
kalender Islam. Nama maulud ini berasal dari perayaan ulang tahun Nabi, yang
jatuh pada awal musim semi di sistem kalender Hijriah.
d. Bakda Mulud
Bakda Mulud adalah urutan bulan ke empat dalam sebuah penanggalan
kalender Jawa. Bakda Mulud memiliki jumlah hari sebanyak 29 hari. Bulan
Bakda Mulud berketepatan dengan bulan Rabiul Akhir pada kalender Islam.
Nama Bakda Mulud sendiri mempunyai makna “Setelah bulan Mulud”.
e. Jumadilawal
Jumadilawal adalah bulan kelima dalam sistem kalender Jawa. Bulan ini
memiliki 30 hari. Bulan pertama Jumadil bertepatan dengan bulan awal Galilea
pada kalender Islam. Sementara nama Jumadilawal juga diambil dari bulan
Jumaadil Awal dalam sistem kalender Hijriah.
f. Jumadilakhir
Urutan bulan jawa yang keenam adalah Jumadilakhir. Dalam kalender Jawa,
bulan ini memiliki 29 hari. Jumat terakhir bertepatan dengan akhir bulan pada
kalender Islam. Nama Jadadilakhir diambil dari nama Jadadil bulan lalu dalam
sistem kalender Hijriah.
g. Rejeb
Rajab adalah bulan ketujuh dalam sistem kalender Jawa. Bulan ini memiliki 30
hari. Dalam masyarakat Jawa, bulan ini umumnya merupakan salah satu bulan
terbaik untuk merayakan, misalnya pernikahan. Bulan Rajab bertepatan dengan
bulan Rajab pada kalender Islam. Nama “Rajab” berasal dari nama bulan Rajab
dalam sistem kalender Hijriah.
h. Ruwah
Urutan bulan Jawa berikutnya adalah Ruwah. Bulan ruwah ini sering disebutnya
dengan bulan arwah atau bulan saban. Bulan ruwah ini berjumlah 29 hari. Bulan
al-Rawah bertepatan dengan bulan Sa`ban dalam kalender Islam. Nama “Ruwah”
dimulai dengan Nifsu Syaban, yang merupakan amalan dari roh selama setahun
yang dicatat pada bulan Sya’ban dalam sistem kalender Hijriah.

15
i. Pasa
Bulan Pasa adalah urutan bulan kesembilan dalam sistem kalender Jawa. Pasa
biasanya disebut “Poso”. Bulan Pasa memiliki jumlah 30 hari. Bulan ini juga
disebut bulan puasa. Bulan puasa yang bertepatan dengan bulan Ramadhan di
kalender Islam. Nama Pasha berasal dari puasa yang harus dilakukan umat Islam
selama bulan Ramadhan untuk sistem kalender Hijriah.
j. Sawal
Memasuki bulan kesepuluh dari kalender Jawa, yaitu Sawal. Bulan Al-Sawal
memiliki 29 hari. Bulan ini bertepatan dengan bulan Syawal di kalender Islam.
Nama Al-Syawal juga berasal dari nama Al-Syawal dalam sistem kalender Hijriah.
k. Sela
Bulan yang sela adalah urutan Jawa kesebelas. Bulan ini juga sering disebut
sebagai Dulkangidah atau bulan Apit. Bulan ini memiliki 30 hari. Sela tersebut
bertepatan dengan bulan Dqlaida dalam agenda kalender Islam. Nama sela tersebut
berasal dari bahasa Sansekerta.
l. Besar
Bulan terakhir atau bulan kedua belas dalam sistem kalender Jawa sangat
penting. Bulan besar sering disebut dengan bulan Dulkahijjah. Bulan besar
memiliki 29 hari atau 30 hari. Bulan ini bertepatan dengan bulan Dzuhijah dalam
kalender Islam. Nama “Besar” dikaitkan dengan Idul Adha dan ibadah haji yang
dirayakan di bulan Dhu al-Hijjah pada sistem kalender Hijriah.
Sedang tahunnya masih menggunakan tarikh Jawa yaitu tahun Soko. Disamping
itu terdapat juga sistem perhitungan yang berbeda, bulan-bulan ganjil berumur 30 hari
sedangkan bulan-bulan genap berumur 29 hari, kecuali bulan ke 12 (besar) berumur
30 pada tahun panjang. Satu tahun berumur 354,375 hari (354 3/8 hari), sehingga
daur (siklus) penanggalan Jawa ini selama 8 tahun (1 windu), dengan ditetapkan
bahwa pada urutan tahun ke 2, 5 dan 8 merupakan tahun panjang (Wuntu = 355 hari).
Sedangkan lainnya merupakan tahun pendek (Wastu = 354 hari).
Urutan-urutan tahun dalam satu windu itu diberi lambang dengan Huruf
Hijaiyyah, yaitu:
a. Tahun pertama = Alif ( ‫ ) ا‬memiliki arti mulai berniat. Banyaknya hari adalah 354
hari
b. Tahun kedua = Ehe ( ‫ )ھ‬memiliki arti melakukan. Banyaknya hari adalah 355 hari
c. Tahun ketiga = Jim Awal ( ‫ ) ج‬memiliki arti pekerjaan. Banyaknya hari adalah

16
354 hari
d. Tahun keempat = Ze ( ‫ ) ز‬memiliki arti masih. Banyaknya hari adalah 355
hari
e. Tahun kelima = Dal ( ‫ ) د‬memiliki arti hidup. Banyaknya adalah 354 hari
f. Tahun keenam = Be ( ‫ ) ب‬memiliki arti kembali. Banyaknya hari adalah 355
hari
g. Tahun ketujuh = Wawu ( 453 halada irah aynkaynab.haraek itra ikilimem ( ‫و‬
hari
h. Tahun kedelapan = Jim Akhir ( ‫ ) ج‬memiliki arti kosong. Banyakya 355 hari
Jumlah hari pada tahun diatas tidaklah mutlak, karena pada akhirnya untuk
menentukan tanggal 1 Sura, biasanya penanggalan jawa mengikuti sistem Hijriah.
Sultan Agung mengintegrasikan dua kalender tersebut dengan semangat
memadukan tradisi dan tuntutan syar’i. Caranya bilangan tahun Saka yang sedang
berlangsung dilanjutkan sebagai titik awal perhitungan Kalender Sultan Agung,
sedang umur bulan mengacu pada system perhitungan Kalender Hijriah.
Keputusan Sultan Agung ini disetujui dan diikuti oleh Sultan Abul Mafakhir
Abdul Kadir (1596- 1651) dari Banten. Adapun ketentuan-ketentuan yang ada
dalam Kalender Sultan Agung adalah :
a. Suro tahun Alip bertepatan dengan hari Jum’at legi tanggal 1 Muharram 1043
H atau 8 Juli 1633 M.
b. Satu periode (windu) membutuhkan waktu 8 tahun.
c. Dalam satu windu terdapat 3 tahun panjang/wuntu (355 hari) dan 5 tahun
pendek/wastu (354 hari).
d. Bulan-bulan gasal umurnya ditetapkan 30 hari, sedangkan bulan-bulan genap
umurnya 29 hari (kecuali bulan Besar pada tahun Wuntu ditambah satu hari
menjadi genap 30 hari).
e. Hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) tetap dipertahankan
f. Setiap 120 tahun terjadi pergantian kurup. Kalender Sultan Agung hingga kini
masih digunakan oleh masyarakat Jawa, khususnya Kraton Yogyakarta. Patut
dicatat, jika diperhatikan kontruksi metodologis Kalender Sultan Agung dan
semangat yang melatarbelakangi lahirnya Kalender Sultan Agung maka perlu
adanya kajian ulang secara komprehensif agar Kalender Sultan Agung sesuai
tradisi yang berkembang dan tidak bertentangan dengan tuntutan syar'i.

17
2. Penanggalan Jawa

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, dapat kita ketahui
bahwa jenis pekan yang masih digunakan ialah Saptawara dan Pancawara.
Saptawara memiliki 7 hari dalam sepekan persis seperti yang ada pada Kalender
Masehi. Pancawara memiliki 5 hari dalam sepekan, yaitu Legi, Paing, Pon, Wage
dan Kliwon. Penanggalan Jawa memakai sistem lunar (bulan), maka perhitungan
hari Jawa pun dimulai pada senja hari saat awal munculnya rembulan malam.
Berbeda dengan tanggal Masehi yang dimulai pada pukul 12 malam, tanggal Jawa
dimulai pada saat adzan Maghrib berkumandang. Jika seseorang lahir pada malah
hari, weton kelahirannya sudah ikut tanggal hari berikutnya, meskipun dalam
tanggal Masehi masih termasuk tanggal hari sebelumnya.
Pada suatu jurnal dituliskan oleh Arindia et all, dengan judul Aplikasi Teori
Kekongruenan Untuk Mengkonversikan Hari Saptawara dan Pancawara pada
Kalender Masehi, dijabarkan mengenai perumusan untuk konversi hari-hari
Pancawara. Berikut merupakan formulasi matematika untuk mengkonversi
penanggalan Masehi menjadi hari-hari Saptawara :

𝑊𝑝 = 𝑁 𝑚𝑜𝑑 5
𝑌 𝐶
𝑁 = 𝑘 + (0.6𝑚 + 1.8) − 2 + 4𝐶 + + −1
4 4
Keterangan :
𝑘 = tanggal
𝑚 = bulan
𝑌 = 2 digit terakhir tahun
𝐶 = 2 digit awal tahun
𝑊𝑝 = hari saptawara
Ketentuan :
Nama
Wp
Panacawara
Legi 0
Paing 1
Pon 2
Wage 3
Kliwon 4

18
Selain itu, sebagian masyarakat Jawa islam, dalam menentukan hari-hari
Islamnya mereka menggunakan perpaduan antara Kalender Jawa dan Kalender
Islam yang biasa dikenal dengan kalender Islam Kejawen. Menurut
perhitungan (hisab) Islam kejawen, bahwa dalam tiap windu meliputi 8 x 354
hari + 3 hari = 2835 hari; 15 windu atau 120 tahun meliputi 15 x 2835 hari =
42525 hari. Padahal 1 kebulatan masa tahun Hijriah (30 tahun) menurut
penetapan umum istilahi Hijriah meliputi 30 x 354 + 11 hari = 10631 hari, 120
tahun meliputi 4 x 10631 hari = 42524 hari, sehingga terdapat perbedaan
dengan tahun Hijriah. Daur atau siklus tahun Jawa bukan 30 tahun tahun
lamanya, melainkan hanya 8 tahun saja.
Berhubung dengan perbedaan tersebut, maka dalam 120 tahun, tahun
Hijriah berselisih 1 hari dengan tahun Jawa yakni tahun Hijriah terdahulu 1
hari. Jadi jika misalnya menurut perhitungan tahun Hijriah sudah 1 Sawal,
maka pada tahun Jawa baru 30 Poso (Ramadan). Dari perhitungan tersebut,
nampak bahwa setelah 120 tahun, Hisab Kejawen akan tertinggal 1 hari dari
tahun Hijriah umum (istilahi). Itulah sebabnya, maka 1 kali dalam tiap 120
tahun disamakan kembali dua peerhitungan tahun itu, yaitu dengan
meniadakan 1 tahun kabisat.
Penyamaan itu telah dilakukan 3 kali yakni pertama pada tahun 1674
Jimakhir, tidak dijadikan tahun kabisat, melainkan tahun basithah. Dengan
penyamaan ini tanggal 1-1-1675 Alip bersamaan dengan tanggal 1-1-1163 H
yaitu hari Kamis Kliwon yang bertepatan dengan tanggal 11 Desember 1749
M. Kedua, tahun 1758 Ehe, juga tidak dijadikan tahun kabisat, sehingga
tanggal 1-1-1749 Jimawal bersamaan dengan tanggal 1-1-127 H, yakni hari
Jumat Pon, bertepatan dengan tanggal 28 September 1281 M. Ketiga, tahun
1866 Jimakir, juga tidak dijadikan tahun kabisat sehingga tanggal 1-1-1867
Alip bersamaan dengan tanggal 1-1-1355 H yakni hari Selasa Pon bertepatan
dengan tanggal 24 Maret 1936 M.
Oleh karena itu, jumlah hari dalam tiap-tiap windu yakni 2835 hari
merupakan bilangan yang habis dibagi 7 dan habis dibagi 5, maka tiap-tiap
tahun Alip mulai dengan hari Jumat Legi. Dalam masa tahun 1675-1748 semua
tahun Alip mulai dengan hari Kamis kliwon. Dalam masa tahun 1749-1866
semua tahun Alip mulai dengan hari Rebo Wage dan dari tahun 1867 hingga
sekrang tahun Alip mulai dengan hari Selasa Pon.

19
Prinsip hisab awal tahun Jawa dari tahun 1867 Alip hingga sekarang adalah
sebagai berikut :
• Tentukan tahun Jawa (tahun Hijriah + 512 tahun)
• Tahun Jawa dibagi 8
• Sisa pembagian, jika
0= Be; 1 Suro jatuh hari Rebo Kliwon
1= Wawu, 1 Suro jatuh hari Ahad Wage
2= Jimakir, 1 Suro jatuh hari Kamis Pon
3= Alip; 1 Suro jatuh hari Selasa Pon
4= Ehe; 1 Suro jatuh hari Sabtu Pahing
5= Jimawal, 1 Suro jatuh hari Kamis Pahing
6= Je, 1 Suro jatuh hari Senin Legi
7= Dal; 1 Suro jatuh hari Sabtu Legi
Setelah diperoleh hari dan Pasaran pada tanggal 1 Suro, maka untuk tanggal
pada bulan-bulan berikutnya tinggal menambahkan perbedaan hari dan Pasaran
antara 1 suro dan tanggal-tanggal pada bulan-bulan berikutnya.
Secra umum, sistem hisabnya sebagai berikut :

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem penanggalan Cina maupun Jawa menggunakan berbagai elemen atau factor
yang dipadukan secara komprehensif seperti matahari, bulan, rasi bintang, musim, 5
unsur dll. Dalam penggunaan kedua kelender tersebut, hingga kini masih dipercayai
oleh masyarakat setempat dalam menentukan hari-hari besar.

21
DAFTAR PUSTAKA

 http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0202/15/IPTEK/imle30.htm
 http://suryaprima.wetpaint.com/page/Tahun+Baru+China+(Imlek)+:+Sejarah+dan+M
itol gi?t=anon
 https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=wQfHaheGBIkC&oi=fnd&pg=PT30
&dq=sejarah+kalender+primbon&ots=u0iqBEiwtH&sig=oMzycHOhT6BmGyzvkLq
y_b1NBHM&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true
 https://sharingconten.com/kalender-jawa/ Diakses pada tanggal 16-4-2020 Pukul
11.23 WIB
 Thalib Hariono, dkk. 2013. Sistem Informasi Perhitungan Awal Bulan, Pasaran Hari
Dan Konversi Dari Tahun Masehi Ke Tahun Hijriyah Dengan Metode Ilmu Falaq.
SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi. 6(1). 42-44
 Ahmad Izzudin. 2015. Hisab Rukyah Islam Kejawen (Studi atas Metode Hisab Rukyah
Sistem Aboge). Al-Manahij. 9(1). 132-133

22
23

Anda mungkin juga menyukai