Oleh :
Putri Devina Manurung (1810503054)
Shinta Maulida Susanti (1810503055)
Himmatul Izzah (1810503056)
Dosen Pembimbing :
Herlita Prawenti, S.T. M.T.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dankarunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi,
penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik
dansaran yang bersifat membangun guna perbaikan Makalah Bencana Kebumian
ini lebih lanjut akan kami terima dengan senang hati. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Herlita Prawenti, selaku dosen pengampu dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang yang pernah terlibat dalam suatu bencana dapat mengalami tekanan
emosional. Perasaan cemas, terus-menerus khawatir, sulit tidur, dan gejala seperti
depresi lainnya adalah respons umum terhadap bencana sebelum, selama, dan
setelah kejadian.
Banyak orang dapat bangkit kembali dari bencana dengan bantuan dari
keluarga dan masyarakat, tetapi yang lain mungkin membutuhkan dukungan
tambahan untuk mengatasi dan bergerak maju di jalur pemulihan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
GEMPA BUMI
Adanya tanah longsor karena disebabkan oleh beberapa hal tertentu. Hal-
hal yang menyebabkan terjadinya tanah longsor bisa dikarenakan peristiwa alami
maupun hal- hal yang disebabkan oleh manusia. Beberapa penyebab terjadinya
tanah longsor antara lain adalah:
1. Erosi Tanah
Erosi tanah merupakan salah satu penyebab tanah longsor yang paling
sering terjadi. Erosi terjadi ketika ada aliran air yang deras menyerang
tanah sehingga tanah bertambah curam. Aliran air tersebut bisa berupa
gelombang air laut, air yang berasal dari hujan/badai, air bah, air
sungai dan lain-lain.
2. Gempa Bumi
Getaran yang ditimbulkan oleh gempa bumi dapat menimbulkan
tekanan pada material pada tanah sehingga terjadi tanah longsor.
Biasanya tanah longsor yang disebabkan gempa bumi terjadi di lereng-
lereng.
3. Gunung Meletus
Gunung meletus menghasilkan getaran yang sangat dahsyat dan dapat
memicu terjadinya tanah longsor. Ditambah lagi ketika gunung
meletus tersebut mengeluarkan material-material seperti debu dan
lahar dingin yang menumpuk, juga dapat memicu tanah longsor karena
terlalu berat dan tanah menjadi tidak kuat menopangnya.
4. Penebangan Hutan Secara Berlebihan
Pohon memiliki banyak manfaat bagi manusia, diantaranya yaitu
menghasilkan oksigen, menjadi sumber makanan dan menjadi rumah
bagi beberapa jenis hewan. Selain itu, pohon ternyata dapat
menyimpan air hujan sehingga , mencegah terjadi banjir. Akar pohon
juga dapat menguatkan struktur tanah. Ketika pohon-pohon banyak
ditebang dan hutan menjadi gundul, maka kemungkinan terjadi nya
tanah longsor menjadi besar.
5. Lahan Pertanian Di Lereng
Untuk membuka lahan pertanian tentunya harus menebang pohon yang
ada terlebih dahulu baru setelah itu ditanami berbagai tanaman
pertanian. Tanaman pertanian ini umumnya memiliki akar yang kecil
sehingga tidak cukup kuat untuk menjaga struktur tanah agar tetap
kuat.
Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti
inilah gunung api terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik,
lava dan aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu
letusan, awan panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur
dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa
membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan
kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Proses terjadinya gunung meletus juga tak lepas dari magma yang telah
terdorong oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma yang mengandung gas
kemudian akan terdorong sedikit demi sedikit ke permukaan bumi karena
memiliki massa yang lebih ringan daripada batuan padat yang ada di
sekelilingnya.
Proses tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Gunung
meletus juga bukan merupakan hal yang langka terjadi di Indonesia. Karena
Indonesia merupakan negara yang berada di Iingkaran cincin api maka gunung api
ada banyak jumlahnya di Indonesia dan banyak aktif.
1. Gunung Semeru
Sementara, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, dan
selatan. Melalui rekaman seismograf pada 10 April 2020, tercatat adanya 42 kali
gempa letusan, 22 kali gempa embusan, 1 kali gempa vulkanik dalam dan 2 kali
gempat tektonik jauh. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam
radius 1 km dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara kawah
aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jongring
Seloko) sebagai alur luncuran awan panas. Selain itu, waspada terhadap gugurnya
kubah lava di Kawah Jongring Seloko. Volcano Observatory Notice for Aviation
(VONA) terakhir terkirim kode warna orange, terbit pada tanggal 06 Maret 2020
pukul 05.31 WIB. Dalam laporan VONA tersebut, abu vulkanik teramati dengan
ketinggian 3.876 meter di atas permukaan laut atau sekitar 200 meter di atas
puncak.
2. Gunung Merapi
Tiupan angin mengarah ke barat laut. Melalui rekaman seismograf pada 10 April
2020 tercatat adanya1 kali gempa letusan, 18 kali gempa embusan, 15 kali gempa
low frequency, 6 kali empa hybrid, 1 kali gempa vulkanik dangkal, dan 7 kali
gempa tektonik lokal. Area dalam radius 3 km dari puncak gunung menjadi area
berbahaya, sehingga dilarang adanya aktivitas manusia. Sementara, di luar radius
3 km dari puncak Gunung Merapi, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa.
Masyarakat diminta untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di
sekitar puncak Gunung Merapi. Sementara itu, VONA terakhir terkirim kode
warna orange yang terbit pada tanggal 2 April 2020 pukul 15.10 WIB. Abu
vulkanik teramati dengan ketinggian 5.968 m di atas permukaan laut atau sekitar
3000 meter di atas puncak.
3. Gunung Dukono
Gunung Dukono merupakan gunung api yang terletak di Maluku Utara ini
berada pada tingkat aktivitas level II atau waspada. Gunung Dukono
berketinggian 1.229 meter dari permukaan laut ini mengalami erupsi menerus.
Letusan terakhir terjadi pada 26 Maret 2020, dengan tinggi kolom erupsi 400
meter di atas puncak. Pantauan 10 April 2020, gunung terlihat jelas, di mana asap
kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas
tebal dan tinggi 100-250 meter di atas puncak kawah. Aktivitas kawah pada pagi
dan sore hari teramati asap mengarah ke selatan dan barat daya. Angin bertiup
lemah hingga sedang ke arah selatan dan barat daya. Melalui rekaman seismograf
pada 10 April 2020 tercatat adanya tremor menerus (microtremor) amplitudo 0.5-
6 mm (dominan 4 mm).
4. Gunung Ibu
Tingkat aktivitas gunung api di Maluku Utara ini berada pada level II atau
waspada. Gunung api berketinggian1.340 meter di atas permukaan laut tersebut
mengalami erupsi secara menerus sejak tahun 2008. Letusan terakhir terjadi pada
07 April 2020 menghasilkan tinggi kolom erupsi 800 meter. Warna kolom abu
teramati Putih hingga Kelabu. Teramati pada 10 April 2020 lalu, gunung terlihat
jelas hingga kabut. Asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati
berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 200-
800 meter di atas puncak kawah. Terpantau ada 98 kali warna asap putih dan
kelabu. Sementara, angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan dan barat.
Melalui rekaman seismograf pada 10 April 2020 tercatat adanya 98 kali letusan,
18 kali guguran, 41 kali gempa hembusan, 6 kali tremor harmonik dan 1 kali
tektonik jauh.
Gunung Sinabung adalah salah satu gunung yang paling aktif di Indonesia
yang berada di wilayah Sumatera Barat. Gunung Sinabung akhir- akhir ini
mengalami erupsi yang panjang. Gunung Sinabung mulai terlihat aktif pada tahun
2010 dan terus meletrus pada 2013, 2016, 2018, 2019, 2020 hingga baru baru ini.
Pada tanggal 10 Agustus 2020, Gunung Sinabung erupsi sebanyak dua kali, yaitu
pada pukul 10:16 WIB dengan kolom abu setinggi 5 kilometer ke langit dan pada
pukul 11:17 WIB dengan kolom abu setinggi 2 kilometer ke langit dengan
intensitas tebal ke arah timur dan tenggara.
Pada tanggal 3 Januari 2021 pukul 09:34 WIB, Gunung Sinabung meletus
dengan kolom abu setinggi 500 meter ke langit. Data dari PVMBG melihat kolom
tersebut tertiup angin ke arah barat laut. Sebagai tanggapan, warga dan wisatawan
yang tinggal di dalam radius 3 hingga 5 kilometer gunung diminta untuk tidak
melakukan aktivitas luar ruangan.
PENURUNAN TANAH (LAND SUBSIDENCE)
• Rusaknya Infrastruktur
C. Upaya Penanggulangan
• Penggunaan ABT
Pemanasan global yang meningkatkan muka air laut serta pemakaian air
tanah yang tidak terkendali bakal menenggelamkan sejumlah kota besar di Asia.
Banyak penelitian yang menyebutkan hal tersebut, seperti yang terbaru "New
elevation data triple estimates of global vulnerability to sea-level rise and coastal
flooding" yang terbit di jurnal Nature Communications, 29 Oktober 2019. Laporan
tersebut menyebutkan Indonesia, dalam hal ini Jakarta, bersama kota-kota besar
lainnya di Asia seperti China, India, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Filipina dan
Jepang berpotensi tenggelam pada 2050.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peristiwa ini sering terjadi di
wilayah Jakarta dengan tingkat penurunan tanah sekitar 5-10 cm yang
menyebabkan 40% wilayah dari Jakarta menjadi berada dibawah permukaan laut
atau berada di dataran rendah.
Kondisi penurunan tanah di wilayah Jakarta semakin mengkhawatirkan
dari tahun ke tahun. Penurunan itu disebabkan beberapa factor, antara lain
pembangunan infrastruktur, aktivitas masyarakat dan penggunaan air tanah secara
massif.
B. Saran
Arnani, M. 2020. 5 Gunung Api yang Alami Erupsi pada 2020. 5 Gunung Api
yang Alami Erupsi pada 2020 Halaman all - Kompas.com. (Diakses pada
28 Februari 2021)
Redaksi Ilmu Geografi. Penurunan Permukaan Tanah: Penyebab, Dampak dan Upaya
Penanggulangan. https://ilmugeografi.com/bencana-alam/penurunan-permukaan-
tanah#:~:text=Penurunan%20permukaan%20tanah%20adalah%20peristiwa,meni
mbulkan%20dampak%20bagi%20lingkungan%20sekitar. (Diakses pda 25
Februari 2021)
Setiaji, B & Heru C. Tanah Longsor : Pengertian, Jenis Jenis, Penyebab dan
Dampak. https://jagad.id/tanah-longsor/. (Diakses pada 26 Februari 2021)
Sinaga, Y A. 2020. Belajar dari Tokyo atasi penurunan tanah di ibu kota Jakarta.
antaranews.com/berita/1263737/belajar-dari-tokyo-atasi-penurunan-tanah-
di-ibu-kota-jakarta. (Diakses pada 25 Februari 2021)
Wardah, F. 2019. BNPB: 40,9 Juta Warga Indonesia Tinggal di Daerah Rawan
Longsor. https://www.voaindonesia.com/a/bnpb-40-9-juta-warga-
indonesia-tinggal-di-daerah-rawan-longsor/4725859.html. (Diakses pada
26 Februari 2021.