Anda di halaman 1dari 45

Unit 6

LINGKUNGAN FISIK WILAYAH DAN HUBUNGANNYA


DENGAN KEHIDUPAN MANUSIA SERTA
KEMAJEMUKAN RAS, ETNIK DAN AGAMA
NUSANTARA

Ignasius Suban Angin

Pendahuluan

D alam Unit 6 Anda akan mempelajari lingkungan fisik wilayah


hubungannya dengan kehidupan manusia, kemajemukan ras, etnik dan agama
di Indonesia. Indonesia merupakan Negara Kepulauan Tropik terbesar di
dan

dunia, terdiri dari 17.508 pulau, yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke
barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan. Luas wilayah
daratan negara Indonesia mencapai 1,9 juta km² dan luas perairan laut tercatat
sekitar 7,9 juta km². Panjang garis pantai sekitar 81,791 km, merupakan pantai
tropik terpanjang di dunia. Bentuk fisik wilayah kepulauan, dan posisi geografis
Indonesia di antara benua dan samudera merupakan salah satu faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralistik suku bangsa di Indonesia.
Pada wilayah darat, Anda saksikan adanya keanekaragaman morfologi, seperti
pegunungan, perbukitan, gunung api, bukit, dan sebagainya. Demikian pula di dasar
laut, melalui Peta Batimetri Anda akan saksikan adanya paparan (shelf), lereng
kontinen (continental slope), kaki benua (continental rise), basin, palung laut
(trough), parit laut (trench), gunung api laut (sea mount) dan sebagainya.
Keanekaragaman morfologi daratan dan dasar laut tersebut merupakan produk
adanya interaksi tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Samudera
Pasifik yang bergerak ke arah Barat-Baratlaut, dengan kecepatan 9 cm/tahun,
Lempeng Samudera Hindia-Benua Australia yang bergerak ke Utara dengan
kecepatan 7 cm/tahun, dan Lempeng Benua Eurasia yang bergerak ke arah Timur-
Tenggara dengan kecepatan 1 cm/tahun.

Kajian IPS SD 6-249


Aktivitas tektonik tersebut menyebabkan terjadinya kegiatan magmatik,
terbentuknya zona-zona kegempaan yang tinggi, tsunami, letusan gunung api,
terangkatnya kerak bumi yang menyebabkan terbentuknya keanekaragaman
morfologi dasar laut dan daratan, pembentukan cekungan-cekungan sedimenter yang
kaya akan berbagai potensi sumberdaya mineral. Pada berbagai morfologi daratan
tersebut secara spasial, terbentuk keanekaragaman batuan, tanah, vegetasi, dan
sebagainya.
Dari segi jumlah penduduk, Indonesia menduduki urutan ke-4 di dunia setelah
RRC, India, dan Amerika Serikat. Laporan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
2004 yang diluncurkan pada bulan Juli 2004 bersamaan dengan peluncuran Laporan
Indeks Pembangunan Manusia (Human Developments Index-HDI), Indonesia
menduduki peringkat ke 111 (0,692) dari 177 negara yang ada di dunia. Peringkat
tersebut menempatkan Indonesia setingkat di atas Vitnam dan jauh di bawah
beberapa negara tetangga, misalnya Singapura (0,902), Malaysia (0,793), Filipina
(0,753) dan Thailand (0,768). HDI diperoleh dari pengukuran indeks pendidikan,
indeks pendapatan dan indeks harapan hidup.
Secara horisontal, terlihat adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan etnik, agama, ras, golongan dan perbedaan-perbedaan
kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan-perbedaan antara strata atas dan strata bawah, semakin tumbuhnya
polarisasi sosial berdasarkan kekuatan politik dan ekonomi. Pluralitas masyarakat
Indonesia mengendala dalam proses pengintegrasian horisontal bangsa, sedangkan
pelapisan sosial yang telah mengkristal secara alami, menghambat tumbuhnya
integrasi yang vertikal. Kebinekaan yang relatif lestari tersebut pada satu sisi
menguatnya latenitas sumber konflik, yang pada gilirannya menghambat jalannya
roda pembangunan, sedangkan pada sisi lain terus diupayakan untuk mencari faktor-
faktor yang mampu mengintegrasikan bangsa ini sehingga menjadi satu muka yang
utuh untuk berkata satu bahasa dan bertindak dalam satu perilaku yang selaras.
Indonesia berada pada pertemuan berbagai macam kebudayaan dunia, yang berjalin
satu dengan yang lain. Bila diteliti dalam perjalanan sejarah, kebudayaan yang
masuk ke Indonesia adalah kebudayaan Cina, Hindu, Islam, dan Eropa.

6-250 Unit 6
Subunit 1

Lingkungan Fisik Wilayah Nusantara


dan Hubungan Dengan Manusia

A spek fisik wilayah Nusantara sangat besar pengaruhnya terhadap perumusan


kebijakan nasional (bidang politik), misalnya perjuangan Provinsi Kepulauan,
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, penataan ruang wilayah laut-pesisir-DAS
terpadu, pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan sebagainya. Anda tentu sudah
mengenal pola kehidupan masyarakat lahan basah (padi sawah), masyarakat bahari
(maritim), masyarakat wilayah pesisir, masyarakat lahan kering dan sebagainya.
Selain itu, Anda akan mengenal keanekaragaman sumberdaya alam. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan aspek fisik wilayah perlu dipelajari dalam Kajian
IPS.
Wilayah Indonesia sering terjadi bencana alam, seperti gempa bumi tektonik,
letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, intrusi air laut di beberapa kota
dan sebagainya yang banyak menimbulkan masalah dalam masyarakat. Dengan
pengetahuan ini Anda dapat melakukan mitigasi sejumlah bencana alam tersebut,
guna mengurangi korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan
sebagainya. Setting wilayah perlu diketahui, dalam rangka mitigasi bencana alam
antara lain melalui kebijakan penataan ruang wilayah, dan peningkatan sumberdaya
manusia. Dalam aspek fisik wilayah, diuraikan topologi, geologi, geomorfologi,
pedologi, klimatologi, hidrologi, biogeografi dan oseanografi Indonesia.

1. Aspek Fisik Wilayah


a. Topologi
Aspek topologi meliputi letak, luas, batas, dan bentuk fisik wilayah. Aspek ini
terkait dengan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik dan sistem pertahanan
dan keamanan. Secara astronomis, wilayah Indonesia terletak pada 6º LU-11º LS
dan 95º BT-141º BT. Berdasarkan posisi busurnya, wilayah Indonesia berada di
belahan timur, sedangkan berdasarkan posisi lintangnya, sebagian besarnya berada di
belahan bumi selatan. Jarak ujung Barat hingga ujung Timur 5.120 kilometer, ujung
utara hingga ujung selatan 1.760 kilometer (1º bujur atau lintang di Khatulistiwa
besarnya ± 111 km). Apabila diperhatikan pada Peta NKRI, batas paling utara 6º LU

Kajian IPS SD 6-251


tepat melewati Pulau Weh (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam), batas paling
Selatan 11º LS tepat melewati Pulau Rote (Provinsi Nusa Tenggara Timur), batas
sebelah barat 95º BT melewati Pulau Breueh (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam),
dan batas sebelah timur 141º BT melewati Merauke (Provinsi Papua).
Memperhatikan letak astronomi tersebut, berarti pula bahwa Indonesia
tergolong daerah lintang rendah (low ltitude), berada di daerah tropik, dimana jalur
khatulistiwa melintasinya. Indonesia termasuk iklim tropik basah. Daerah-daerah di
khatulistiwa mempunyai suhu tinggi, karena matahari bersinar 12 jam atau antara
siang dan malam relatif sama panjangnya. Hal ini bermakna, Indonesia tidak
mengenal empat musim seperti halnya daerah lintang tengah. Pada daerah-daerah
khatulistiwa, curah hujan cukup banyak dan merata sepanjang tahun (Pulau
sumatera, Kalimantan, dan Papua) sehingga daerah ini tertutup hutan belantara dan
terdapat beberapa sungai besar, dapat merupakan jalur transportasi yang penting.
Pada daerah yang jauh dari jalur khatulistiwa, curah hujannya masih cukup banyak
untuk sedikitnya memungkinkan satu musim tanam tanpa irigasi. Perubahan suhu
tidak terlalu besar, sehingga relatif tidak ada gangguan badai tropik, kecuali mungkin
dekat dengan daerah perbatasan iklim (sesekali terjadi siklon tropik). Kabut jarang
terjadi, sehingga cuacanya relatif lebih baik daripada beberapa bagian dunia lainnya.
Indonesia terletak memanjang menurut garis lintang, ini berarti diperlukan
beberapa daerah waktu. Tidak demikian halnya bagi negara yang berposisi menurut
garis bujur seperti Fillipina. Perbedaan garis bujur Indonesia sebesar 46º (141º-95º),
terdapat selisih waktu ± tiga jam. Berdasarkan Kepres RI Nomor 41 Tahun 1987,
wilayah NKRI dipenggal menjadi tiga daerah waktu yaitu Waktu Indonesia Barat
(WIB): GMT + 7 jam dengan derajat tolok 105º, meliputi seluruh Provinsi di Pulau
Sumatera, Jawa-Madura, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah; (2) Waktu
Indonesia Tengah (WITENG): GMT + 8 jam dengan derajat tolok 120º BT, meliputi
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. Bali, NTB, NTT serta seluruh Provinsi di
Pulau Sulawesi; (3) Waktu Indonesia Timur (WIT): GMT + 9 jam dengan derajat
tolok 135º BT, meliputi Maluku, dan Papua.
Kedudukan suatu tempat terhadap daerah-daerah lain di sekitarnya, dinamakan
letak geografis. Secara geografis, Indonesia diapit oleh dua benua ( Benua Asia dan
Benua Australia) dan dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Posisi
Indonesia sangat strategis, berada di jalur perdagangan, lalu lintas laut, wisata dari
barat ke timur. Posisi silang demikian, memberi ciri keterbukaan, membuka peluang
menyusupnya unsur-unsur dari luar dengan segala macam pahamnya yang dapat
mempengaruhi dan menipiskan identitas nasional dan integritas bangsa. Kita harus
tetap waspada terhadap pengaruh dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi NKRI,

6-252 Unit 6
yaitu Pancasila. Sekali NKRI tetap NKRI. Hal lain dari posisi tersebut, yaitu
pengaruh terhadap iklim Indonesia. Indonesia beriklim musim, ditandai angin musim
barat dan angin musim timur, yang menimbulkan musim hujan dan musim kemarau.
Iklim semacam sesuai untuk tumbuhnya keanekaragaman tetumbuhan.
Indonesia merupakan pertemuan tiga deretan pegunungan di dunia. Pertama,
deretan pegunungan Alpen-Banda atau Pegunungan Mediteran. Deretan pegunungan
ini terbentang dari pegunungan Alpen di Eropa Barat melalui Pegunungan Himalaya,
Arakan Yoma di Birma, Kepulauan Andaman, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Wetar, Damar, dan berakhir di Laut Banda. Kedua, deretan
pegunungan Asia Timur. Pegunungan ini merupakan bagian dari Pegunungan
Lingkar Pasifik, yang bermula di Pegunungan Andes di Amerika Selatan, melalui
Pegunungn Rockies di Amerika Utara, Alaska, melingkari Samudera Pasifik hingga
ke Jepang dan terus ke selatan. Deretan Pegunungan Asia Timur terbentang dari
Jepang, Taiwan, Filipina, kemudian bercabang di Kalimantan (Pegunungan Muller
dan Schwaner) dan Sulawesi (sepanjang Sulawesi Utara). Ketiga, deretan
Pegunungan Lingkar Australia. Pegunungan ini terbentang dari Selandia Baru,
melalui Pulau Kaledonia di sebelah timur Australia, bagian utara Papua Nugini dan
Papua, berakhir di Pulau Halmahera.

b. Geologi
Tatanan geologi Indonesia rumit, akibat interaksi tiga lempeng tektonik utama
dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat-baratdaya
dengan kecepatan 9 cm/tahun, Lempeng Samudera Hindia-Lempeng Benua Australia
yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7 cm/tahun, serta Lempeng Benua-
Eurasia yang bergerak ke arah Timur-Tenggara dengan kecepatan 1 cm/tahun,
menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa geologi yang spektakuler, seperti
kegiatan magmatik dan terbentuknya zona-zona kegempaan yang tinggi,
terangkatnya kerak bumi sehingga mempunyai topografi lebih tinggi dari paras laut
pada saat pasang maksimum atau yang kemudian dikenal sebagai pulau, dan
pembentukan cekungan-cekungan sedimenter yang kaya akan berbagai potensi
sumberdaya mineral serta pembentukan keanekaragaman bentuk lahan (landform)
serta berkembangnya berbagai jenis tanah.
Dunia telah terwujud sejak 4.500 tahun silam. Namun kepulauan Indonesia
seperti bentuknya sekarang, baru terwujud kurang lebih 500.000 juta tahun yang lalu,
setelah zaman es terakhir. Pada waktu itu Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan masih
menjadi satu dengan Asia, dan Pulau Papua menjadi satu dengan daratan Australia.
Setelah zaman es itu berakhir, es meleleh secara banyak di kedua kutub bumi.

Kajian IPS SD 6-253


Permukaan air laut di seluruh dunia naik kurang lebih 60 meter. Sebagian daratan
Asia bagian tenggara seakan-akan tenggelam dan terbentuklah Pulau Sumatera, Jawa
dan Kalimantan. Sebagaian benua Australia bagian utara juga seakan-akan
tenggelam dan terbentuklah Pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Ditengah-
tengah, antara kedua kelompok pulau yang baru terbentuk itu, terdapat Pulau
Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau-pulau ini telah
terwujud sebelumnya dan tidak merupakan bagian dari daratan Asia maupun
Australia. Rangkaian pulau-pulau dari Sumatera hingga ke Papua sekarang menjadi
Kepulauan Indonesia.
Bumi terdiri dari lempeng-lempeng tektonik yang selalu bergerak. Pergerakan
lempeng memungkinkan adanya saling tubrukan, saling senggolan dan saling
seruduk. Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu
Eurasia (Asia), Hindia Australia dan lempeng Pasifik. Indonesia berada pada busur
kepulauan (Santoso, 1993). Kinerja daerah busur kepulauan ialah adanya bentuk
melengkung dari rangkaian pulau-pulau dengan palung laut yang memanjang. Suatu
busur kepulauan aktif merupakan suatu anomali di permukaan bumi, dengan ciri-ciri
bentuk rangkaian kepulauan yang menerus, rangkaian gunung api aktif, palung laut
pada arah lautan dan bentuk cawan mendatar pada arah kontinen, adanya anomali
isostasi gravitasi, aktivitas seismik, pergerakan kerak bumi sedang berjalan. Busur
tersebut berhimpit dengan sabuk orogenesa. Aktivitas pada busur kepulauan tadi
dengan sendirinya akan memberikan dampak yang positif (kesuburan tanah,
kekayaan sumberdaya alam, keindahan alam, wujud pegunungan, gunung api,
perbukitan, daratan) dan dampak negatif (bencana alam gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api, gerak massa batuan atau tanah) kepada manusia.

c. Geomorfologi.
Kajian mengenai bentuk lahan (landform) pembentuk muka bumi, baik di
atas maupun di bawah paras laut dan difokuskan pada genesis dan
perkembangannya pada masa akan datang serta konteksnya dengan lingkungan,
dinamakan geomorfologi (Verstappen, 1983). Wilayah darat Nusantara terdiri dari
keanekaragaman bentuklahan seperti bentuklahan struktural (pegunungan,
perbukitan, bukit), bentuklahan vulkanik, bentuklahan denudasional, bentuklahan
fluvial, bentuklahan pelarutan (karst). Wilayah pesisir ada bentuklahan biogen (hutan
mangrove, terumbu karang, dsb.). Aspek bentuklahan berupa gambaran relief
(topografi) dasar laut Nusantara merupakan yang terunik di didunia. Semua tipe
topografi terdapat di dasar perairan laut Nusantara, seperti paparan (shelf), depresi
yang dalam dengan berbagai bentuk (parit, basin, dan palung laut), berbagai bentuk

6-254 Unit 6
elevasi yang dalam berupa punggungan (rise, ridge), gunung bawah laut (sea mount),
dan sebagainya. Keanekaragaman bentuklahan tersebut terbentuk karena adanya (1)
proses endogenik, proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari pelepasan energi
yang terakumulasi dalam bumi produk interaksi antarlempeng litosfer; (2) proses
eksogenik, proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari luar bumi produk
interaksi komponen geosfer; (3) proses biogenik, proses yang mekanisme
kejadiannya berasal dari aktivitas hewan dan tumbuhan; (4) proses antropogenik,
proses pembentukan bentuklahan akibat aktivitas manusia.
Bentuk lahan struktural di Indonesia berupa keanekaragaman pegunungan,
dan perbukitan. Deretan pegunungan Nusantara meliputi:
1. deretan Pegunungan Sunda, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Pulau
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan berakhir di Pulau
Banda;
2. deretan pegunungan Sahul atau Sirkum Australia, yaitu deretan pegunungan yang
berjajar dari Australia, ujung timur Pulau Papua, masuk melalui bagian tengah
Papua dengan puncak tertinggi Jayawijaya;
3 deretan pegunungan Sangihe, yaitu deretan pegunungan yang membujur dari
Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), masuk ke Minahasa, Teluk Gorontalo
(dengan Gunung Una-Una yang sering meletus) hingga ke Sulawesi Selatan; dan
4 deretan Pegunungan Halmahera, yaitu deretan pegunungan yang berderet mulai dari
Pulau Talaud, Pulau Maju dan Tifor di Maluku Utara, masuk ke Halmahera. serta
ke Kepulauan Halmahera.
Gunung api adalah suatu bentuk timbulan di permukaan bumi, pada
umumnya berupa kerucut raksasa, kerucut terpancung, kubah atau bukit yang
diakibatkan oleh penerobosan magma ke muka bumi. Persebaran gunung api
Nusantara berasosiasi dengan daerah suduksi. Katili mengelompokan gunung api di
Indonesia dalam lima unit, yaitu: Kumpulan Sunda, Kumpulan Banda, Kumpulan
Sulawesi Utara (Kumpulan Minahasa dan Sangihe), Kumpulan Halmahera, dan
Kumpulan Sulawesi Selatan (Kumpulan Bonthain). Menurut Verstappen (2000) unit
gunung api Nusantara dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) gunung api
yang membentang sepanjang Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga Maluku
selatan, (2) busur gunung api yang tersebar di timur dan barat punggungan Talaud-
Mayu Halmahera dan Minahasa/Pulau Sangihe di timurlaut Sulawesi, (3) busur
gunung api yang tersebar di baratdaya Sulawesi. Gungapi strato Una-Una di basin
Gorontalo, Sulawesi dan gunung api Api (Api volcano) di Laut Banda, selatan
Maluku menurut Verstappen tergolong gunung api baru.

Kajian IPS SD 6-255


Jalur gunung api yang berderet sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Adonara, Lembata, Kep. Alor, Wetar, hingga Kumpulan Banda,
termasuk dalam kumpulan Sunda. Kumpulan gunung api yang tersebar di
semenanjung Utara Sulawesi (lengan Sulawesi Utara), sebenarnya merupakan
rangkaian gunung api yang membentang dari Sumatera, Jawa, Maluku dan kemudian
sampai ke Sulawesi Utara. Rangkaian gunung api ini agak terganggu untaiannya di
Maluku bagian Tengah, yang kemudian meloncat ke Sulawesi Utara dan pada
akhirnya ke Fillipina melalui pulau-pulau gunung api Sangihe Talaud. Sementara itu,
sebuah gunung api lain terlepas dari untaiannya, yaitu Gunung Colo yang secara
menyendiri muncul di tengah Teluk Gorontalo. Gunung api di wilayah Sulawesi
Utara berderet dari baratdaya ke timurlaut seperti Ambang, Soputan, Lokon,
Mahawu, Tangkoko dan terus ke pulau-pulau utara, Ruang, Api Siauw, Banua Wuhu
dan Awu. Kumpulan Banda banyak yang tingginya tidak lebih dari 1.000 m dari
permukaan laut. Kumpulan gunung api Halmahera yang terkenal ialah gunung api
Tidore dan Maitara. Kumpulan gunung api Bonthain (Sulawesi Selatan) sekarang
tidak aktif lagi.
Gunung api Nusantara didominasi oleh gunung api tipe strato, yaitu gunung api
yang berbentuk seperti kerucut, material yang dikeluarkan pada waktu terjadi erupsi
berselang-seling antara lava cair encer dan lava cair kental. Gunung api tipe ini
makin lama akan makin bertambah tinggi. Pada waktu gunung api meletus, material
yang dikeluarkan terdiri atas tiga jenis, yaitu material padat, material cair (lava cair),
dan gas. Material padat disebut piroklastika, yang meliput; (a) batu-batu besar, yang
disebut bom, (b) batu-batu kecil, disebut lapili , (c) kerikil dan pasir, (d) debu atau
abu vulkanis. Gas-gas yang dikeluarkan oleh gunung api disebut ekshalasi . Gas-gas
tersebut dapat berujud Asam Sulfida (H2S), Asam Sulfat (H2SO4), Carbon Dioksida
(CO2), Klorida (CL), Uap Air (H2O) dan Sulfida (HCL).
Tidak selamanya gunung api itu aktif. Suatu ketika aliran magma dari batholith
makin berkurang dan akhirnya terhenti sama sekali. Bila aliran lava terhenti maka
gunung api itu dikatakan telah padam atau mati. Kadang-kadang sebuah gunung api
seolah-olah tampak telah padam, karena kepundannya tersumbat oleh lava yang
membeku sehingga fenomena vulkanisme tidak tampak. Padahal di dalam badan
gunung api, aliran magma dan gas dari batolith masih terus berlangsung. Pada suatu
saat bila tekanan gas dan magma sudah sedemikian kuat akan mampu mendorong
dan melontarkan sumbat lava pada kepundan dengan dasyat dan tiba-tiba, sehingga
terjadilah letusan yang sangat eksplosif. Letusan yang demikian mampu
melontarkan batu, kerikil dan awan debu yang sangat pekat, menyebar ke wilayah
sekitarnya. Dengan demikian gunung api yang tampak tidak aktif, sewaktu-waktu

6-256 Unit 6
dapat meletus, bila kegiatan magma di dalam gunung masih aktif. Letusan gunung
api yang akan meletus biasanya mempunyai tanda-tanda alami sebagai berikut: (a)
suhu di sekitar kawah naik), (b) banyak sumber air di sekitar gunung itu mengering.
(c) sering terjadi gempa vulkanik, (d) banyak binatang yang menuruni lereng.
Gunung api yang sudah kurang aktif, memiliki tanda-tanda yang disebut gejala
post vulkanik. Gejala post vulkanik tersebut berupa keluarnya beberapa jenis gas,
dan gejala lain seperti: (a) sumber gas asam arang (CO2 dan CO) yang disebut mofet.
Gas ini berbahaya sebab dapat menyebabkan mati lemas orang yang menghirupnya.
Contoh: Kawah Timbang dan Nila di Dieng (Jawa Tengah), Tangkuban Perahu, dan
Papandayan. (b) Sumber gas belerang, disebut solfatara. Contoh : Tangkuban Perahu
( Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Rinjani ( Nusa Tenggara Barat) dan
Minahasa ( Sulawesi Utara). (c) Sumber gas uap air, disebut fumarol. Contoh: Dieng
dan Kamojang (Jawa Barat). (d) Sumber air panas. Sumber air panas terjadi karena
air tanah meresap ke bawah hingga mencapai tempat bersuhu tinggi, yaitu tempat
yang masih terdapat sisa-sisa kegiatan magmatik. Bila sumber air panas tersebut
keluar sebagai mata air, maka akan terbentuk sumber air panas. Bila sumber air
panas tersebut mengandung zat belerang, maka sumber air ini dapat digunakan untuk
menyembuhkan beberapa jenis penyakit kulit. (e) Sumber air mineral. Seperti halnya
sumber air panas, mata air mineral ini berasal dari air tanah yang meresap ke bawah,
hingga mencapai kedalaman tertentu yang bersuhu tinggi. Selama dalam perjalanan
peresapan, air tanah itu telah tercampur dengan larutan mineral tertentu sebagai
produk kegiatan magmatik, seperti : belerang, atau mineral lain. Kemudian air panas
yang telah bercampur dengan larutan mineral tersebut keluar sebagai mata air, dan
terbentuklah sumber air mineral. Contoh sumber air mineral ini terdapat di: Ciater
dan Maribaya (Jawa Barat), dan Minahasa (Sulawesi Utara); (f) Geyser. Bila di
dalam kerak bumi terdapat rongga yang berisi air tanah bersentuhan dengan batuan
panas sisa-sisa kegiatan magmatik, maka sebagian air di dalam rongga itu sudah
cukup banyak dan memiliki tekanan yang cukup kuat maka uap air tersebut akan
menekan air di rongga itu dan terjadilah pancaran air panas seperti air mancur. Bila
uap air di dalam rongga kerak bumi sudah keluar, maka terhentilah pancaran air.
Kemudian dimulailah proses pembentukan uap air seperti semula dan setelah
beberapa saat akan terbentuk uap air seperti semula dan terjadilah pancaran air panas
berikutnya. Proses semacam ini terjadi secara berulang-ulang, sehingga terjadilah
pancaran air panas yang berlangsung secara periodik dan disebut geyser, seperti di
Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
Mengingat kebanyakan gunung api Nusantara bertipe strato, maka uraiannya
difokuskan pada tipe gunung api tersebut. Unit bentuklahan gunung api strato,

Kajian IPS SD 6-257


meliputi kerucut gunung api, lereng gunung api, kaki dan dataran kaki gunung api.
Proses geomorfik pada satuan kerucut gunung api terutama masswasting , hal ini
dipengaruhi oleh faktor derajat kemiringan lereng dan material penyusun kebanyakan
berstruktur lepas. Oleh karena tersusun atas material lepas maka mempunyai
permeabilitas besar, ini berarti infiltrasi pada satuan ini cukup besar dan merupakan
recharge area bagi daerah di bawahnya. Pada gunung api aktif pada kerucut gunung
api selalu terjadi guguran lava dan penimbunan bahan piroklastika yang cukup
banyak dan lepas-lepas. Jika terdapat faktor yang mjenunjang misalnya curah hujan
yang tinggi maka guguran lava dan timbunan bahan piroklastika dapat mengalir
dengan cepat sebagai aliran lahar panas atau dingin. Daerah kerucut gunung api
ditilik dari bahaya gunung api tergolong daerah bahaya I, daerah yang tidak dapat
dihuni. Proses geomorfik pada lereng volkan yang utama adalah masswasting dan
erosi.. Bagian tertentu dari lereng ini merupakan jalan keluar material yang bergerak
dari bagian kerucut. Lereng gunung api sebagian besar termasuk daerah bahaya II,
tidak boleh dipergunakan sebagai permukiman. Sedangkan pada kaki gunung api
proses geomorfik yang terjadi adalah erosi, masswasting seperti aliran lahar. Daerah
di sekitar saluran sungai utama merupakan daerah bahaya III.
Gunung api membawa keuntungan, di samping kerugian. Keuntungan adanya
gunung api antara lain:
1. abu volkan yang dikeluarkan gunung api saat terjadi erupsi dapat menyuburkan
tanah pertanian karena banyak mengandung unsure hara tanaman;
2. material yang dikeluarkan gunung api saat terjadi letusan yang berupa pasir,
kerikil, batu-batu besar, kesemuanya merupakan mineral industri yang dapat
digunakan untuk bahan bangunan;
3. gunung api terbentuk dari keluarnya magma dari dalam bumi, magma yang
menuju permukaan bumi tersebut banyak membawa mineral logam, dan barang
tambang lainnya, oleh karena itu di daerah pegunungan dan gunung api banyak
diketemukan bahan tambang;
4 adanya gunung api yang tinggi menyebabkan terjadinya hujan orografis, sehingga
daerah itu menjadi daerah yang banyak hujan; dan
5. daerah yang bergunung api biasanya merupakan daerah tinggi, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai daerah hutan, perkebunanan, dan daerah ekowisata.
Kerugian adanya gunung api:
1. gunung api pada waktu meletus mengeluarkan lava pijar, lava ini selanjutnya
bergerak turun dari puncak gunung menuruni lereng dalam keadaan suhu yang
sangat tinggi, sehingga lava pijar ini dapat menghanguskan apa saja yang
dilaluinya baik manusia, hewan, dan tetumbuhan;

6-258 Unit 6
2. gunung api yang meletus juga mengeluarkan gas yang sangat panas, yang juga
bergerak menuruni lereng, gas yang panas ini dapat membentuk awan panas, dan
dapat menghanguskan apa saja yang dilaluinya, awan panas ini justru bergerak
lebih cepat dari gerakan lava pijar, seperti awan panas Gunung Merapi;
3. pada gunung api yang puncaknya tidak ada danau kawah, pada saat terjadi
letusan, lava pijar yang akan keluar akan bercampur dengan air yang terdapat di
danau kawah, dan terbentuklah lahar panas. Bila lahar panas ini meluncur ke
bawah menuruni lereng dengan cepat maka akan menghancurkan makhluk hidup
yang dilaluinya, seperti lahar panas Gunung Kelud;
4. pada gunung api yang puncaknya tidak ada danau kawah, sering terjadi lava yang
keluar dari lubang kepundan akan tertumpuk di puncak gunung, setelah selang
beberapa waktu lava tersebut telah menjadi dingin tiba-tiba terguyur air hujan,
lava yang telah dingin dan jenuh dengan air hujan tersebut akhirnya akan
meluncur ke bawah berupa lahar dingin , yang berwujud aliran batu, kerikil dan
pasir yang jenuh air meluncur ke bawah menuruni lereng akan merusak rumah,
jembatan, manusia, hewan, tanaman dan sebagainya;
5. gunung api yang tinggi dan berderet dapat membentuk daerah bayangan hujan,
daerah semacam ini curah hujannya sedikit dan bersifat lebih kering, seperti
Lembah Palu, Sulawesi Tengah;
6. bila gunung api yang meletus itu terletak di bawah permukaan air laut, maka pada
waktu terjadi letusan dapat menimbulkan tsunami yang menimbulkan gelombang
hempasan pantai , akan menyeret penduduk yang ada di pantai , sepereti
gelombang tsunami di Banten dan Lampung akibat letusan Gunung Krakatau
(1883); dan
7. abu vulkanik di udara dari letusan gunung api dapat mengganggu penerbangan.
Pantai di Indonesia terdiri dari berbagai tipe, ada tipe pantai berundak, pantai
struktural, pantai landai, pantai pulau-pulau karang, pantai berbatu dan pantai
vulkanik. Daerah pantai di Indonesia disusun oleh bentuklahan beting gisik, gisik
pasiran, antasan, bura, tembolo, delta, guguk pasir, gambut, dan hutan mangrove.
Beting gisik dan gisik pasiran yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia banyak
terdiri dari material hasil letusan gunung api (Hadisumarno, 1982).
Wilayah daratan Indonesia juga tersusun dari bentuk lahan karst (pelarutan)
yang terdiri dari batu gamping dan dolomit seluas 154.032 km², tersebar di beberapa
pulau besar (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua Barat serta Kepulauan Nusa
Tenggara, Bali dan Maluku). Secara spasial bentuklahan karst meliput: (1) karst tipe
Gunungsewu, (2) tipe Maros, (3) tipe Kalimantan dan Papua, (4) tipe Gombong
Selatan, (5) tipe Wawolesea, dan (6) tipe Pulau Timor dan Semau (Tipe Kupang dan

Kajian IPS SD 6-259


Semau). Tipe Gunungsewu, dicirikan dengan bukit-bukit batu gamping berbentuk
kerucut (berpuncak lancip) atau berbentuk kubah (berpuncak melengkung), dengan
garis tengah 50-75 m, tinggi 25-100 m, dan lembah antarbukit hampir datar. Sesuai
dengan namanya, karst tipe ini berkembang baik di Pegunungan Selatan DIY, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur, membentuk ribuan bukit sehingga disebut Gunungsewu.
Karst ini telah ditetapkan sebagai Bentukan Alam Warisan Dunia (World National
Heritages) sejak tahun 1994. Tipe Maros, memiliki karakteristik geomorfologi
sebagai berikut (Sunarto, 1997): (1) morfologi bukit-bukitnya mempunyai lereng
tebing yang amat curam atau terjal dengan kemiringan lereng berkisar 57º–82º
dengan puncak tumpul, (2) batuanya adalah batugamping lembar, proses karstifikasi
menghasilkan bentukan seperti gua yang di dalamnya dijumpai stalaktit, stalakmit,
pilar, batu-alir, dan endapan travertine, (3) dilihat dari fase atau stadia
perkembangannya, karst Maros ini termasuk fase III beralih ke fase IV. Dikatakan
fase III, karena bukit-bukitnya yang berlereng terjal itu masih mengelompok, seperti
yang dijumpai pada Perbukitan Alapolong yang letaknya membujur dari sebelah
timur hingga ke selatan Taman Prasejarah Leang-Leang. Meskipun demikian,
dijumpai pula bukit-bukit yang terpisah oleh dataran rendah dari perbukitan utama.
Adanya bukit-bukit yang terpisah oleh dataran rendah atau terisolasi ini
menunjukkan fase IV. Karakteristik karst kerucut di Maros: memiliki sejumlah
bentuklahan yang kompleks, yaitu dolina telaga di antara bukit-bukit kerucut
berdinding terjal. Pada dinding bukit-bukit kerucut itu dijumpai ceruk-ceruk dan gua-
gua yang memiliki speleotem, seperti: stalaktit, stalakmit, pilar, tirai, batu-alir, dan
endapan travertine. Sedangkan karakteristik karst menaranya: tersebar pada daerah
batugamping dengan topografi datar, materialnya alluvium dan dicirikan adanya
mogot. Mogot adalah bukit batugamping berbentuk menara yang berdiri terisolasi
oleh dataran yang bermaterial alluvium di sekelilingnya. Tipe Kalimantan dan
Papua Barat, keduanya belum dikenali dengan baik. Pengenalan dengan citra satelit
menunjukkan adanya bentukan karst raksasa, seperti dolina dan shaft (sumuran
tegak) bergaris tengah lebih dari 5 km. Di Kalimantan, karst tipe ini berkembang
baik di bagian timur di semenanjung Mangkaliat. Di Papua Barat, berkembang di
pegunungan tengah. Sebuah mata air yang muncul dari kawasan karst di
Pegunungan Tengah mempunyai debit > 1.000 liter/detik. Alirannya membentuk
sebuah sungai dengan lembah-lembah berwarna hijau karena pengendapan ulang
tembaga yang terlarut dalam air. Tipe Gombong Selatan, dicirikan oleh batu gamping
berbentuk cockpit, yaitu bukit batu gamping yang bagian dasarnya berbentuk cekung
seperti bintang. Karst ini berkembang baik di Karangbolong, Gombong Selatan,
Jawa Tengah. Tipe Wawolesea, dicirikan oleh pembentukannya yang

6-260 Unit 6
berhubungannya dengan air panas. Air panas yang terkumpul meruntuhkan atap-atap
lorong yang tipis, sehingga terbentuk jembatan alam. Karst ini berkembang baik di
Wawolesea, Sulawesi Selatan. Tipe Timor dan Semau, dicirikan oleh permukaan
kawasan karst yang datar, lembah berbentuk kerucut dan lorong-lorong gua yang
berukuran pendek. Permukaan yang datar menjadikan potensi yang besar sebagai
daerah tangkapan air. Air bawah permukaan akan keluar sebagai mata air di
sepanjang pinggiran kawasan karst.
Pada DAS di Indonesia berkembang keanekaragaman bentuklahan asal proses
fluvial, yaitu dasar sungai, erosi sungai, teras sungai, dataran alluvial, danau tapal
kuda, tanggul alam sepanjang sungai, dataran banjir, kipas alluvial, delta, rawa air
tawar, endapan danau, dan sebagainya. Selain bentuklahan asal proses fluvial
wilayah daratan Indonesia dibentuk oleh proses denudasi (bentuklahan
denudasional), meliput permukaan planasi (surface of planation), bukit sisa (residual
hill), tekuk pada lereng (break of slope), kipas perombakan lereng (scree fan), tanah
mengalir (earth flow), lumpur mengalir (mud flow), longsoran (landslides),
penendatan (slumping), erosi lembar (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), erosi
lembar kecil (gully erosion).
Keanekaragaman morfologi daratan Nusantara akan mempengaruhi pola
permukiman penduduk, ada yang mengikuti garis pantai, DAS, terpencar-pencar
(daerah karst), sepanjang kaki gunung api, dan sebagainya. Pola permukiman
tersebut masing-masing mempunyai masalah lingkungan fisik, lingkungan sosial,
dan lingkungan binaan yang beranekaragam.

d. Pedologi dan Edapologi.


Kajian mengenai proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di
lapang, dinamakan pedologi. . Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan
pertumbuhan tanamann disebut edapologi. Tanah merupakan tubuh alam, sebagai
materi, dan sebagai faktor produksi. Sebagai tubuh alam, tanah dibentuk oleh proses-
proses dan faktor-faktor pembentuk tertentu. Sebagai bahan atau materi tanah
memiliki sifat-sifat tertentu (sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi). Sebagai faktor
produksi tanah memiliki produktivitas tertentu,nilai tertentu untuk kesejahteraan &
kelangsungan hidup umat manusia. Tanah-tanah utama dan sebarannya di Indonesia
disajikan pada Tabel 3.1.
Tanah lain yang cukup luas dijumpai di luar Pulau Jawa, terutama di mintakat
estuarin, delta, dan sepanjang pantai yang secara berkala terpengaruh air laut adalah
tanah sulfat asam. Disebut tanah sulfat asam karena pada lapisan tertentu

Kajian IPS SD 6-261


mengandung sulfat yang cukup tinggi. Dengan adanya unsur besi dalam bahan
sedimen maka akan terbentuk pirit (FeS2).
Tabel 3.1 Tanah-Tanah Utama dan Sebarannya (x 1000 ha) di Indonesia
Klasifikasi Topografi Luas
Pusat Penelitian Departemen Hektar %
Tanah Pertanian USA
Rendzina Molisols Berbukit 1.782 0,93
Grumusol Vertisols Datar-Bergelombang 1.886 9,99
Andosol Andisols Bergunung 6.491 3,40
Mediteran Alfisols Datar-Berbukit 8.525 4,46
Latosol Inseptisols Datar-Bergunung 17.856 9,35
Ultisols
Podzolik Merah Ultisols Bergelombang-Berbukit 31.960 16,74
Kuning
Oksisol
Podzolik cokelat Inseptisols Bergunung 16.757 9,78
Podzol Spodosols Datar-Bergunung 5.603 2,93
Kompleks Kompleks Datar-Bergunung 52.158 27,32
Total 190.946 100
Sumber: Sutanto, 2005.
Klimatologi mempelajari iklim, yang membahas proses dan fenomena yang
terjadi di atmosfer bumi. Rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup
lama, minimal 30 tahun, disebut iklim (Nasir, 1994). Iklim satu daerah ditentukan
oleh sejumlah unsur iklim, terutama sinar surya, suhu, curah hujan, kelembaban
udara, arah dan kecepatan angin. Beberapa unsur iklim tersebut merupakan
interaksi antara sejumlah faktor iklim, yaitu penyebab-penyebab yang menentukan
corak iklim seperti lintang tempat, arah angina, jauh dekat letaknya dari pantai,
relief, tipe lahan, vegetasi penutup, arus laut dan sebagainya.
Kepulauan Indonesia yang berada di sekitar Khatulistiwa mempunyai iklim
Khatulistiwa atau iklim tropis yang panas dan lembab. Iklim Indonesia juga
dipengaruhi oleh angin musim timur laut dan angin musim tenggara, yang
menimbulkan musim hujan dan musim kemarau. Dengan demikian dikatakan
bahwa Indonesia beriklim musim Khatulistiwa. Daerah Khatulistiwa mendapatkan
pancaran sinar surya secara merata sepanjang tahun, karena itu sepanjang tahun
suhu udaranya relative tinggi dan tetap. Rerata suhu udara Indonesia 27º C.
Udara yang bergerak arah horizontal atau hampir horizontal dari daerah yang
bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah, dinamakan angin.
Angin yang mempengaruhi iklim Indonesia adalah angin musim. Indonesia diapit
oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia. Angin musim yang melalui Indonesia
terjadi karena perbedaan musim dingin dan musim panas di kedua benua itu. Antara
bulan Oktober-Maret, di Asia berlangsung musim dingin dan di Australia musim

6-262 Unit 6
panas. Di Australia tekanan udara rendah, karena pemanasan surya yang kuat.
Dengan demikian angin bertiup dari Asia ke Australia. Angin ini adalah angina
musim timurlaut dibelokan arahnya ke kiri, sehingga menjadi angina musim
baratlaut. Pembelokan arah angina yang melewati Khatulistiwa disebabkan oleh
rotasi bumi dari barat ke timur. Angin musim timur melalui bahari yang luas.
Banyak uap air dari bahari terbawa serta, yang kemudian jatuh sebagai hujan lebat
di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, sehingga bulan Oktober-Maret
merupakan musim hujan bagi pulau-pulau tersebuit. Antara bulan April-September
berlangsung musim dingin di Australia dan musim panas di Asia. Angin musim
tenggara bertiup dari pusat tekanan udara tinggi di Australia menuju pusat tekanan
udarara rendah di daratan Asia. Setelah melampaui Khatulistiwa, arahnya dibelokan
ke kanan dan ia menjadi angin musim baratdaya. Angin musim tenggara melewati
gurun luas yang kering dan panas di Australia. Angin ini kering, sehingga tidak
mendatangkan hujan di Indonesia. Kepulauan Nusa Tenggara, Jawa, Sumatera,
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan mengalami musim kemarau. Daerah yang
musim hujan dan musim kemarau tidak dipengaruhi angin musim adalah tempat-
tempat di sepanjang Khatulistiwa, seperti Pontianak, dan Balikpapan. Pada daerah
ini hujan turun hampir merata sepanjang tahun.
Lebih dari sebagian wilayah daratan Indonesia mendapat curah hujan di atas
2.000 mm setahun. Besarnya curah hujan ini membuat iklim Indonesia pada
umumnya sangat lembab. Daerah dengan curah hujan < 2.000 mm setahun hanya
10 % dari wilayah daratan, sedangkan daerah kering dengan curah hujan < 1.000
mm setahun hanya 0,2 %. Kawasan Timur Indonesia curah hujannya lebih sedikit
dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia. Diskusikan dengan temanmu
mengapa demikian ?. Daerah dengan curah hujan terendah adalah Palu (604 mm
setahun), dan tertinggi adalah Baturaden di Jawa Tengah (7.069 mm setahun).
Berdasarkan faktor letak dan sifat Kepulauan, maka iklim Indonesia mempunyai
empat sifat dasar (Sandy, 1985):
1. suhu udara rata-rata tahunan tinggi, akibat letak Indonesia dekat Khatulistiwa;
2. angin yang mempengaruhi iklim Indonesia adalah angin musim yang
membawa musim hujan dan musim kemarau , sebagai akibat perbedaan
tekanan udara di benua Asia dan Australia;
3. bebas dari hembusan angin topan, karena Kepulauan Indonesia sebagain
terbesar terletak tidak lebih dari 10º LU atau 10º LS; dan
4. kadar kelembaban udara senantiasa tinggi, karena wilayah Indonesia berbentuk
Kepulauan, laut menyebabkan tidak adanya perbedaan suhu yang ekstrim.

Kajian IPS SD 6-263


e. Hidrologi
Hidrologi mempelajari seluk beluk air, kejadian dan distribusinya, sifat alami,
dan sifat kimiawinya, serta reaksinya terhadap kebutuhan manusia dan makhluk
hidup lainnya (Sri Harto, 1993). Aliran air tawar atau payau yang mengalir melalui
terusan alami yang kedua pinggirnya dibatasi oleh tanggul-tanggul alam selanjutnya
bermuara di laut, danau atau saluran lainnya, dinamakan sungai. Sedangkan, sebuah
kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografik (punggung bukit) yang
menampung, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke
sungai utama yang bermuara di danau, atau laut, dinamakan daerah aliran sungai,
disingkat DAS. Indonesia memiliki 5.886 buah sungai induk yang tersebar di
seluruh wilayah daratan Indonesia (Rais, 2004). Agar mempermudah
pengelolaannya maka diperlukan pengelompokan sungai dengan
mempertimbangkan berbagai faktor penentu, antara lain faktor fisik, sosial, dan
ekonomi. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39 Tahun 1989
mengelompokkan sungai-sungai induk dalam 90 kelompok yang dinamakan satuan
wilayah sungai (SWS). Terdapat tiga pola SWS di Indonesia, yang meliput: (1) satu
DAS, (2) beberapa DAS, dan (3) satu pulau atau kepulauan sebagai satu kesatuan.
Sungai-sungai besar di Indonesia banyak terdapat di pulau-pulau besar, yaitu
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Sungai-sungai ini bermata air di
pegunungan dan mengalir ke laut sepanjang ratusan kilometer. Di Sulawesi,
Maluku, Bali, NTB, NTT sungai-sungai pada umumnya pendek. Wilayah daratan
pulau-pulau ini sempit dan tidak memiliki dataran rendah yang luas. Hanya sungai
Konoweha di Sulawesi Tengah merupakan sungai yang agak panjang. Sumber air
sungai di Indonesia umumnya adalah air hujan dan airtanah yang keluar sebagai
mata air. Ada pula beberapa sungai yang bermata air pada danau, seperti sungai
Asahan yang bersumber pada danau Toba dan sungai Komering pada danau Ranau.
Cekungan luas di daratan yang kemudian digenangi air, dinamakan danau. Air
danau umumnya berasal dari air hujan atau airtanah. Danau-danau di Indonesia
terbentuk karena kegiatan gunung api, gerakan tektonik, dan dibuat manusia.
Kegiatan gunung api di Indonesia menyebabkan terjadinya danau kawah (danau
Kaldera dan danau maar). Danau kawah terbentuk apabila kawah gunung api yang
mati terisi air hujan kemudian menjadi danau, karena batuan di dasar kawah tidak
dapat ditembusi air. Danau kawah terdapat pada Gunung Kelud. Kawah yang sangat
luas dan dalam disebut kaldera. Danau Batur di Bali dan Segara Anak di Lombok
adalah contoh danau kaldera. Danau maar berasal dari lubang besar yang timbul

6-264 Unit 6
akibat letusan gas yang hebat di dalam bumi. Bila lubang atau maar ini memotong
permukaan tanah, maka ia terisi air dan terbentuk danau maar. Danau maar terdapat
di sekitar gunung Lamongan, yaitu ranu Klakah, dan gunung Simeru, yaitu ranu
Bendali dan ranu Gumbolo. Gerakan tektonik dapat mengakibatkan sebagian
permukaan bumi mengalami penurunan atau terban, sehingga terbentuk cekungan,
yang kemudian dan menjadi danau. Danau tektonik banyak dijumpai di Sumatera
(Toba, Singkarak, Ranau) dan Sulawesi (Towuti, Matana, Poso). Di Jawa dan
Kalimantan banyak dibuat danau buatan atau waduk dengan tujuan untuk
menampung air sungai yang sering banjir, irigasi, pembangkit tenaga listrik atau
untuk kebutuhan air domestic.. Waduk-waduk yang besar antara lain waduk
Jatiluhur, Gadjahmungkur, Karangkates, dan Riam Kanan. Danau dimanfaatkan
juga sebagai tempat pemeliharaan ikan, mempertahankan air tanah sekitarnya,
wisata, olahraga dan lalu lintas.
Pada beberapa muara sungai besar di Sumatera, Papua, Kalimantan, dan
beberapa tempat di Sulawesi banyak dijumpai rawa-rawa luas. Sebagian rawa-rawa
ini terpengaruh oleh pasang-surut air sungai terdekat, sehingga air tawar itu
bergerak, dan terjadi pergantian air, tetapi ada juga rawa yang tergenang. Air rawa
yang tergenang umumnya masam, dasarnya terdiri dari lapisan gambut yang tebal.
Pada bagian rawa yang mendapat pengaruh pasut derajat keasamannya lebih
rendah.
Persebaran airtanah di Indonesia tidak merata. Ada beberapa ubahan yang
mempengaruhi ketersediaan air tanah pada satu daerah yaitu curah hujan, jenis
batuan, sifat fisik dan kimia batuan, umur batuan, lereng medan, tutupan lahan dan
penggunaan lahan (Angin, 2005). Batuan yang paling baik daya kandungnya adalah
batuan vulkaniklastika, endapan lepas, batu gamping. Simpanan air tanah terbesar
terdapat di Pulau Jawa, terutama yang memiliki daya kandung airtanah paling baik
adalah daerah yang dialasi batuan gunung api kuarter. Dari pulau tersebut,
puncaknya di Jawa Timur, yaitu di dua cekungan antargunung api Kediri-Nganjuk
dengan cadangan sebesar 198,4 juta m³/tahun dan cekungan Madiun-Ponorogo,
dengan cadangan 166,6 juta m³/tahun . Persediaan air rerata di dunia saat ini
diperkirakan 10.000 m³/kapita/tahun. Berdasarkan angka tersebut, secara spasial
potensi sumberdaya air di Indonesia dibedakan sebagai berikut (Mahbub, 1983;
Angin, 1998): pertama, daerah-daerah potensi rendah, kurang dari 10.000
m³/kapita/tahun: Jawa-Madura, Bali, NTB, dan NTT; Kedua, daerah-daerah potensi
sedang, 10.000 m³/kapita/tahun – 100.000 m³/kapita/tahun: Sumatera, Sulawesi,
dan Maluku; ketiga, daerah-daerah potensi besar: > 100.000 m³/kapita/tahun:
Kalimantan dan Papua.

Kajian IPS SD 6-265


Biogeografi mempelajari pola-pola persebaran hewan dan tumbuhan pada
permukaan bumi serta proses-proses yang menyebabkannya. Biogeografi meliputi
Fitogeografi (Geografi Tumbuhan), mempelajari pola-pola persebaran tetumbuhan
pada permukaan bumi serta proses-proses yang menyebabkannya; dan Zoogeografi
(Geografi Hewan), mempelajari pola-pola persebaran hewan pada permukaan bumi
serta proses-proses yang menyebabkannya.
Persebaran flora Nusantara dapat diklasifikasikan ke dalam Tiga Kawasan,
yaitu Kawasan Barat Nusantara, Kawasan Tengah Nusantara, dan Kawasan Timur
Nusantara (Ruhimat, 2006). Flora Kawasan Barat Nusantara memiliki banyak
persamaan dengan keadaan flora Asia pada umumnya. Oleh karena itu, Flora
Kawasan Barat Nusantara sering pula dinamakan Flora Asiatis. Faktor terjadinya
kesamaan tersebut disebabkan oleh proses geologi, di mana pada masa lalu wilayah
barat Nusantara pernah besatu dengan benua Asia. Flora Kawasan Barat Nusantara
ini, sering pula dinamakan Flora Sumatera-Kalimantan. Flora Kawasan Barat
Nusantara terdiri atas beberapa kelompok, yaitu hutan hujan tropik, hutan musim,
hutan pantai, dan sabana tropis. Hutan hujan tropik merupakan hutan yang
dicirikan oleh rimba belantara dengan keanekaragaman hayati. Hutan hujan tropik
yang masih lengkap memiliki ciri-ciri berdaun lebar, pohon tinggi besar, selalu
hijau, terdapat epifit, lumut, palm, dan pohon-pohon memanjat.. banyak ditemukan
belukar tropik, serta banyak ditemukan cendawan. Hutan musim adalah hutan
yang selalu menggugurkan daunnya ketika musim kemarau, pohon-pohonnya lebih
jarang, mempunyai ketinggian 12-35 m, daunnya pada musim kemarau meranggas,
contoh hutan jati. Hutan pantai atau hutan mangrove merupakan tipe hutan
tropis yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Contoh: bakau (Rhizopora spp), Api-api (Anicennia spp),
Pedada (Sonneratia spp), Tanjang (Bruguiera spp), Nyirih (Xylocarpus spp),
Tengar (Ceriops spp) dan Buta-buta (Exoecaria spp). Hutan sabana/savana
tropis kelompok tetumbuhan di daerah tropis yang terdiri dari padang rumput,
namun masih diselingi oleh beberapa pohon tegakan tinggi. Sebaran sabana tropis
Pulau Jawa bagian timur, dan Pulau Bali.
Flora Kawasan Tengah Nusantara, merupakan flora khas Indonesia. Flora ini
dikelompokkan ke dalam: sabana tropis, steppa, hutan pantai, hutan pegunungan.
Hutan sabana tropis padang rumput yang diselang-seling oleh pohon perdu. Hutan
ini dijumpai pada daerah-daerah yang musim kemaraunya panjang dengan curah
hujan rendah. Teladan: NTB. Steppa, yaitu padang rumput yang banyak diselingi
semak-semak belukar, Teladan: sebagian wilayah NTT. Hutan pantai (hutan
mangrove) merupakan tipe hutan tropis yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau

6-266 Unit 6
muara sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Contoh: bakau (Rhizopora
spp), Api-api (Anicennia spp), Pedada (Sonneratia spp), Tanjang (Bruguiera spp),
Nyirih (Xylocarpus spp), Tengar (Ceriops spp) dan Buta-buta (Exoecaria spp).
Hutan pegunungan, seperti cemara dan pinus.
Flora Kawasan Timur Nusantara memiliki persamaan dengan wilayah
Australia sehingga sering dinamakan flora Australis. Sebagian besar flora kawasan
timur Indonesia terdapat di Pulau Papua. Jenis hutannya berupa: hutan hujan
tropik, hutan mangrove, dan hutan pegunungan. Hutan hujan tropik merupakan
hutan dengan pepohoinan tinggi dan rapat, tingginya mencapai 60 m, dengan cirri-
ciri berdaun lebar, selalu hijau, terdapat epifit, lumut, palm dan pohon-pohon
memanjat. Hutan pantai (hutan mangrove) merupakan tipe hutan tropis yang khas
tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Contoh: bakau (Rhizopora spp), Api-api (Anicennia spp), Pedada (Sonneratia
spp), Tanjang (Bruguiera spp), Nyirih (Xylocarpus spp), Tengar (Ceriops spp) dan
Buta-buta (Exoecaria spp). Hutan pegunungan, seperti cemara dan pinus.
Umumnya hewan tersebar secara terbatas pada daerah tertentu karena adanya
berbagai barrier dan atau karena sejarah tempat asalnya pada zaman dahulu. Unit
atau satuan terbesar distribusi hewan secara spasial, disebut wilayah penyebaran
hewan. Wilayah penyebaran merupakan daerah terutama ditentukan kondisi zaman
lalu dan hubungannya masa kini dengan benua satu dengan lainnya. Setiap wilayah
penyebaran dibagi lagi menjadi wilayah-wilayah penyebaran yang lebih sempit
lagi, yang disebut subwilayah. Persebaran fauna atau dunia hewan di Indonesia
memperlihatkan ciri yang khas. Fauna Indonesia dapat dikelompokan dalam tiga
daerah fauna, yaitu kawasan barat Indonesia, kawasan timur Indonesia dan
kawasan tengah Indonesia. Fauna yang terdapat di kwasan barat Indonesia
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali) memperlihatkan kesamaan dengan fauna Asia
(Asiatis). Pada kawasan banyak terdapat hewan menyusui yang besar seperti gajah,
harimau , banteng, badak, tapir dan sebagainya. Batas daerah fauna kawasan barat
Indonesia dengan bagian tengah dipisahkan dengan garis Wallacea. Fauna Irian
Jaya dan kepulauan Aru di kawasan timur Indonesia menyerupai fauna Australia
(Australis). Jenis-jenis hewan berkantung, seperti kanguru, dan aneka jenis burung
dijumpai di daerah ini. Kanguru pohon yang terdapat di Irian Jaya terdapat juga di
Australia. Burung cendrawasih dijumpai di Irian Jaya, Papua Nugini dan Australia.
Daerah fauna bagian timur ini dipisahkan dari bagian tengah dengan garis Weber.
Pada kawasan tengah Indonesia yaitu Sulawesi, Maluku dan seluruh Nusa
Tenggara, terdapat jenis-jenis hewan yang tidak dijumpai di kawasan barat maupun

Kajian IPS SD 6-267


di kawasan timur Indonesia. Anoa dan babi rusa hanya tersebar di Sulawesi, dan
biawak Komodo hanya ditemukan di Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur.

f. Oseanografi
Oseanografi memfokuskan diri dalam kajian aspek geologi, fisika, kimia, dan
biologi kelautan. Paparan Sunda merupakan paparan benua dengan luas 1,8 juta
km², paparan terluas di dunia. Paparan ini menghubungkan pulau-pulau Jawa,
Kalimantan, dan Sumatera dengan daratan Asia, dan meliputi antara lain Laut Cina,
Teluk Thailand, selat Malaka dan Laut Jawa. Dahulu kala paparan Sunda yang
dangkal itu merupakan daratan yang utuh menyatu dengan Jawa, Kalimantan,
Sumatera dan daratan Asia. Bekas-bekasnya masih bisa ditelusuri di dasar laut
dengan menggunakan alat perum gema (echo sounder). Pada paparan ini misalnya
terdapat jejak dua sistem aliran sungai yang kini terbenam dalam laut (drowned
river system), masing-masing disebut sungai Sunda Utara dan sungai Sunda
Selatan (Sistem Sungai Molenggraf). Sungai Sunda Utara daerah hulunya di
Sumatera dan Kalimantan Barat dan Kalimantan selatan dengan muara di Selat
Makasar. Lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah terimbun dengan
muara di Selat Makasar. Bukti lain adalah adanya persamaan jenis ikan air tawar di
sungai-sungai pesisir timur Sumatera dengan yang ada di pesisir barat Kalimantan
sekarang. Padahal antara pesisir barat timur Kalimantan tidak dijumpai hal
demikian.
Sebelah utara Australia terhampar paparan Sahul, dengan luas 1,5 juta km²,
dirinci Paparan Arafura 930.000 km², dan paparan Sahul dan paparan Rowley
masing-masing 300.000 km². Paparan Arafuru mempunyai kedalaman 30-90 m.
Pada paparan ini terdapat Kepulauan Aru, terdiri dari lima pulau yang masing-
masing disatukan oleh selat-selat sempit seperti sungai, dengan dasar lebih dalam
dari dasar paparan sekitarnya. Sebuah punggung yang tak terlampaui jelas terdapat
memanjang mulai dari Aru kea rah timur yang dikenal sebagai Punggung Marauke
(Marauke Rise). Agak ke selatannya terdapat suatu saluran yang agak dalam
dengan arah barat-timur menuju Selat Torres. Selat ini banyak ditumbuhi karang
dengan perairan dangkal di sekitarnya (sampai 12 m) hingga pertukaran massa air
dengan Samudera Pasifik lewat selat ini kurang berarti. Pada kala Plistosin, ketika
permukaan laut masih rendah. Kepulauan Aru dan Kepulauan Kai tidak pernah ada
hubungan semacam ini meskipun jaraknya lebih dekat. Ini disebabkan karena di
antara kedua Kepulauan ini terdapat pengahalang berupa basin Aru (> 3.000 m).
Salah satu bukti yang masih dapat dilihat sekarang ialah bahwa di Kepulauan Aru

6-268 Unit 6
terdapat fauna yang sama dengan yang ada di Papu, misalnya Kanguru dan burung
cendrawasih, sedangkan di Kepulauan Kai hewan-hewan ini tidak dijumpai.
Perairan laut dalam yang terletak di antara Paparan Sunda dan Paparan Sahul,
mempunyai topografi yang kompleks dengan berbagai bentuk basin dan palung.
Nama-nama palung dan kedalaman maksimumnya disajikan pada Tabel 6.1. Basin
Banda Selatan merupakan cekungan dengan dasar yang mendatar dan luas pada
kedalaman kira-kira 4.700 m, dan sisinya curam. Pada basin ini, hanya ada satu
elevasi yang menonjol yakni palung Gunung api. Pulau kecil ini, yang tingginya
hanya 288 m dpa,merupakan puncak dari sebuah gunung api besar yang duduk di
dasar laut pada kedalaman 4.000-5.000 m.
Palung Weber merupakan bagian terdalam di perairan Indonesia. Kedalaman
maksimumnya 7.440 m yang berarti ± 1,5 kali puncak gunung tertinggi di
Indonesia (Puncak Jaya Wijaya di Papua 5.030 m). Dasar palung ini luas dan
hampir mendatar serta dibatsi oleh lereng yang curan. Palung Weber diapit oleh
dua punggung dan deretan pulau-pulau yang letaknya merupakan busur dan dikenal
sebagai Busur Banda Luar. Busur Banda Dalam merupakan lanjutan rangkaian
pulau-pulau dari Sumatera-Jawa-Bali-NTB-sebagian NTT yang kemudian
melengkung berupa busur melewati pulau-pulau Wetar, Damar, Manuk, Banda
hingga ke Seram. Sedangkan Busur Banda Luar merupakan lanjutan dari suatu
punggung bawah laut yang memisahkan Palung Bali dengan Palung Jawa (di
Selatan Jawa) yang melanjut melalui pulau-pulau Sawu, Rote, Timor, dan dari sini
membentuk busur luar yang kurang lebih sejajar dengan busur dalam. Pada busur
luar inilah terdapat deretan pulau-pulau Babar, Tanimbar, Kai, dan berakhir di
Seram. Dengan adanya sistem dua busur ganda ini yang diselang-selingi oleh
palung-palung dalam maka relief dasar laut akan memberikan gambaran yang
bergelombang.
Sedimen marin pada dasar Laut Banda umumnya terdiri dari endapan-endapan
Lumpur asal daratan (terrigenous mud), Lumpur vulkanik, dan selut (ooze)
Globigerina, sedimen lembut terdiri dari kerangka-kerangka hewan Globigerina
(bangsa Foraminifera) yang mengandung kapur. Pada basin Banda Selatan selut
Globigerina ini terdapat pada kedalaman < 3.000 m.
Basin besar Indo-Australia terletak di sebelah barat dan selatan Sumatera dan
Jawa. Basin besar ini dibagi atas beberapa basin yang lebih kecil. Bentuk tertentu di
dekat Perairan Indonesia ayang erat hubungannya dengan formasi daratan ialah
adanya dua palung memanjang dan sejajar pantai barat Sumatera, melanjut ke pantai
selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Palung yang terletak sebelah luar dengan
kedalaman maksimum 7.450 m dikenal sebagai palung Jawa, sedangkan palung yang

Kajian IPS SD 6-269


terletak lebih dekat ke pantai dan lebih dangkal (kedalaman maksimum 5.100 m)
disebut Palung Bali. Kedua system palung ini sering disebut Palung Ganda Sunda
(Sunda Double Trench). Sistem ganda ini tidak hanya terbatas di sebelah selatan
Sumbawa, Bali, dan Jawa saja melainkan terus melanjut hingga ke sebelah baratdaya
Sumatera. Ada beberapa pulau, beberapa diantaranya cukup besar (Kepulauan
Mentawai), terdapat pada punggung yang memisahkan kedua palung ini. Palung-
palung ini menjadi makin dangkal kea rah utara, yang sebelah dalam disebut juga
Palung Mentawai. Sebelah utara Aceh terdapat Laut Andaman yang dasarnya berupa
basin dengan kedalaman maksimum 4.360 m. Basin ini di sebelah baratnya dibatasi
oleh sebuah punggung yang di beberapa tempat mencuat membentuk rangkaian
pulau-pula Nikobar dan Andaman dengan Samudera Hindia terletak antara Sumatera
dan Nikobar dengan kedalaman 1.800-2.000 m.
Suhu air laut pada permukaan perairan laut di Indonesia umumnya berkisar
antara 28º-31º C. Pada lokasi umbalan (upwelling) misalnya di Laut Banda suhu air
permukan bisa turun sampai 25º C. Suhu dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi
daripada didaerah lepas pantai. Pada goba (lagoon) yang dangkal atau dikobakan air
yang terperangkap karena air surut, terjadi suhu panas disiang hari, kadang-kadang
dapat mencapai lebih dari 35°C. suhu air cukup panas tentu bisa dijumpai didepan
pelimbahan industri atau pembangkit listrik yang membuang bekas air pendinginnya
ke laut. Di depan intalasi LNG Bontang ( Kaltim ), bisa keluar kelaut lidah air
dengan suhu sekitar 37°C. Sebaran suhu secara vertikal diperairan laut Indonesia
terdiri dari lapisan hangat, lapisan termoklin, dan lapisan dingin.
Salinitas secara umum dapat disebut sebagai jumlah kandungan garam dari
suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil. Salinitas permukaan perairan laut
rata-rata berkisar antara 32-34 permil. Hal ini disebabkan di daerah tropik banyak
turun hujan disamping banyak sungai yang bermuara ke laut. Laut dengan kadar
garam tinggi terdapat di daerah subtropik.
Tinggi gelombang rerata di perairan laut Indonesia berkisar antara 1,5 – 2,5
meter (Susanto, 1987). Gelombang setinggi ini sudah dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi pembangkit listrik tenaga gelombang. Gelombang di perairan
Indonesia dapat berupa :
1) seas, gelombang yang timbul karena gerakan angin, masih dipengaruhi oleh
angina di daerah pembentukannya dengan bentuk yang tidak teratur, panjang
dan periode gelombang bervariasi;
2) Swell, gelombang laut yang telah keluar dari daerah pembentukannya, tidak
dipengaruhi oleh angin, panjang gelombangnya lebih panjang daripada seas dan
sifatnya lebih teratur;

6-270 Unit 6
3) Tsunami, yang terjadi karena gempa tektonik, lahan lahan longsor, dan letusan
gunung api laut, dengan panjang gelombang sangat panjang bisa mencapai
ratusan kilometer, dan dan periode gelombangnya sangat lama, nilai tinggi
gelombang lebih tinggi dari gelombang terdahulu, dengan kecepatan perjam
bisa mencapai 800 km/jam, serta tinggi gelombang meningkat setelah mencapai
daerah pantai; dan
4) Gelombang pasang surut, yang terjadi pada saat surut air laut.
Ada proses kelautan yang lain adalah Upwelling, Downwelling dan Outwelling.
Proses gerakan naik masa air laut dari lapisan bawah secara vertikal dan setelah
mencapai permukaan massa air akan bergerak horizontal, dinamakan proses
upwelling atau umbalan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas tinggi dan yang tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti
fosfat dan nikrat ke permukaan. Kawasan ini merupakan potensi perikanan laut.
Proses upwelling (umbalan) yang paling menonjol terjadi di perairan laut Indonesia
adalah tipe upwelling jenis silih berganti (alternating type), yang terjadi secara
bergantian dengan downwelling, yaitu disatu musim massa air dengan densitas berat
naik hingga di lapisan yang lebih dalam, seperti perairan laut Banda sebelah timur
dan laut Arafura sebelah barat. Proses downwelling (sinking) kebalikan dari proses
upwelling. Outwelling, gerakan massa air laut dari arah daratan ke laut yang
membawa serta nutrien.
Arus laut di perairan Indonesia dipengaruhi oleh angin musim (arus musim).
Arus musim ini berganti arahnya tiap setengah tahun. Pasang dan surutnya air laut
dapat menimbulkan arus pada selat-selat yang sempit sepeti di selat Sape, Alas,
Lombok dan sebagainya.
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya paras laut secara hampir
periodik atau berkala karena gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap bumi. Naik turunnya paras laut terjadi sekali sehari (pasut tunggal),
atau dua kali sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut yang berperilaku diantara
keduanya disebut sebagai pasut campuran.
Wilayah perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut seperti
berbagai jenis terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, padang lamun,
berbagai jenis ikan (demersal dan pelagik). Perairan laut Indonesia kaya akan udang
dan kelomang, moluska, teritp, kepiting, echinodermata, cucut dan pari, banding,
lemuru, teri, sembilang, julung-julung, pisau-pisau dan tangkur, kakap, kerapu, ikan
merah, giru, betook laut, ikan sumpit, ikan leweri, kepe-kepe, beronang dan butane,
lepu, gelodok, kuro, alu-alu, belanak, laying, selar, kuweh, bawal dan aji-aji,
peperek, tuna, cakalang, tongkol, kembung, tenggiri, gemih, dan layur, setuhuk, ikan

Kajian IPS SD 6-271


layar, todak, ikan sebelah, dan ikan lidah, buntel dan kebeku, penyu, ular laut,
burung laut, duyung, lumba-lumba, dan ikan paus. Perairan laut Indonesia juga kaya
sumberdaya mineral, logam, minyak lepas pantai dan sebagainya.

2. Aspek Manusia
a. Kependudukan
Menurut Sensus Penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia sebanyak
179.321.641 jiwa, meningkat menjadi 203.456.005 jiwa pada Sensus Penduduk
2000. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia mencapai 225,7 juta jiwa.
Pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 1990-2000
adalah 1,61 %, kemudian periode 2000-2005 turun menjadi 1,40 %. Diproyeksikan
periode 2005-2010 pertumbuhan penduduk Indonesia akan turun menjadi 1,07
persen dan 2010-2020 akan turun lagi menjadi 0,68 persen. Penurunan
pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa terakhir berkaitan dengan penurunan
angka fertilitas, maka terjadinya penurunan mortalitas di Indonesia tidak akan
memberikan dampak pada pertumbuhan penduduk.
Persebaran dan kepadatan penduduk secara spasial tidak merata dan tidak
sama. Konsentrasi penduduk hinga saat ini masih di Pulau Jawa. Hal ini terkait
dengan aspek fisik wilayah, ekonomi, dan politik. Kepadatan penduduk Pulau Jawa
tahun 2000 adalah 904 orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk yang
tinggi akan berpengaruh terhadap lingkungan fisik, sosial dan lingkungan binaan.
Pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, misalnya akan menimbulkan kesulitan
memenuhi kebutuhan hidup, terjadinya kerawanan sosial, lunturnya nilai-nilai
sosial, munculnya masalah-masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, dan rasa
aman. Pengaruhnya terhadap lingkungan fisik antara lain makin sempinya lahan
produktif untuk pertanian, terjadinya banjir pada musim hujan, kerusan hutan,
kekeringan pada musim kemarau, terjadi pencemaran lingkungan.
Angka fertilitas, yang diukur dengan Total Fertility Rate (TFR) mengalami
penurunan dari 5,6 anak peribu pada tahun 1960-an menjadi 2,9 anak peribu pada
periode 1990-1995, dan menurun lagi menjadi 2,6 anak peribu pada periode 1995-
2000. Angka kelahiran kasar (CBR) mengalami penurunan dari 43.00 tahun 1961-
1970 menjadi 29,6 selama tahun 1990-1995, dan menurun lagi menjadi 29,4
selama 1995-2000.
Angka kematian bayi di Indonesia mengalami penurunan dari 142 per 1.000
kelahiran menjelang tahun 1971 menjadi 70 per 1.000 kelahiran menjelang tahun
1990, dan menjelang tahun 2000 turun menjadi 66 per 1.000 kelahiran. Angka
menurut World Population Data sheet 1996 menyebutkan IMR Indonesia sudah

6-272 Unit 6
turun lagi menjadi 66 per 1.000 kelahiran. Dari WPDS tahun 2000 IMR Indonesia
turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran. Jika dibandingkan dengan Negara-negara di
Kawasan ASEAN ternyata IMR Indonesia relatif masih tinggi. Malaysia, misalnya
IMR-nya sudah menbcapai 10 per 1.000 kelahiran, Fillipina IMR-nya mencapai 32
per 1.000 kelahiran, Thailand IMR-nya mencapai 32 per 1.000 kelahiran pada
periode yang sama. Bahkan Vitnam pun masih ketinggalan. Angka kematian balita
mengalami penurunan dari 225 per 1.000 tahun 1960 menjadi 84 per 1.000 tahun
1995, turun lagi menjadi 80 per 1.000 tahun 2000.
Angka urbanisasi (proporsi yang tinggal di perkotaan) terus meningkat.
Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan naik dari 22,4 % pada tahun 1980
menjadi 30,9 % tahun 1990 dan meningkat lagi menjadi 35 % pada tahun 1995
(Tjiptoherijanto, 1998). Ananta (1997) memproyeksikan bahwa penduduk
Indonesia tinggal di perkotaan meningkat menjadi 46 % pada tahun 2005 dan 55,2
% pada tahun 2020. Perekonomian Indonesia akan makin diwarnai dengan
perekonomian perkotaan.
Tjiptoherijanto (1998) berpendapat, pola migrasi di Indonesia belum
mengalami perubahan dengan arus migrasi masih berada di sekitar Pulau Jawa dan
Sumatera. Migrasi keluar dari Pulau Jawa terbanyak masuk ke Pulau Sumatera.
Demikian juga migrasi keluar dari Pulau Sumatera terbanyak masuk ke Pulau
Jawa. Demikian juga migrasi keluar dari pulau-pulau di Kawasan Timur Indonesia
seperti Kalimantan, Papua, Maluku, kebanyakan masuk ke Pulau Jawa. Gambaran
tersebut memperlihatkan bahwa pola migrasi di Indonesia belum mampu
mendorong pembangunan sumberdaya manusia secara merata di seluruh kawasan
Indonesia. Ada kecenderungan migrasi internal yang terjadi justru berdampak
negative pada pembangunan daerah di luar Pulau Jawa., khususnya Katimin.
Tenaga kerja terdidik dari luar Pulau Jawa pada umumnya pindah ke Pulau Jawa
terutama ke DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sebaliknya penduduk yang pindah ke luar
Pulau Jawa pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih rendah.
Kurangnya kesempatan kerja terdidik dari Pulau Jawa enggan pindah ke luar Pulau
Jawa. Selain itu terpusatnya kegiatan ekonomi, pendidikanm dan politik di Pulau
Jawa juga memberikan pengaruh pada pola perpindahan penduduk tersebut.
Pada umumnya migran di Indonesia yang berasal dari daerah pedesaan dan
bekerja di daerah perkotaan tidak memanfaatkan hasil kerja mereka di daerah
tujuan, namun dikembalikan ke daerah asal dalam bentuk pengiriman uang
(remittance). Oleh karena itu, jika dilihat sepintas maka tingkat kehidupan mereka
di daerah perkotaan dapat dikatakanb berada pada garis batas kemiskinan.
Sedangkan sebenarnya pendapatan yang mereka peroleh tersebut dikirimkan ke

Kajian IPS SD 6-273


kampung halaman. Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh para tenaga kerja
Indonesia yang mencari nafkah di luar negeri. Daerah Wonogiri misalnya, sudah
lama dikenal sebagai pengirim migrant yang cukup besar ke berbagai daerah
perkotaan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Pada waktu Lebaran setiap
tahunnya tidak kurang memperoleh pemasukan 10 milyar rupiah dari kiriman
warganya yang bekerja di luar daerah ini. Pengiriman uang tersebut tentu saja
memiliki peranan yang besar bagi pembangunan daerah dan merupakan salah satu
upaya pemerataan pembangunan daerah secara langsung. Pada skala migrasi
internasional, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, menurut data
yang ada, pada tahun 1993 dapat mengirimkan uang sebesar 800 juta $ USA.
Jumlah tersebut baru merupakan bagian yang dikirim melalui jalur yang tercatat,
seperti sistem perbankan ataupun Kantor Pos, belum termasuk yang dikirim
melalui rekan kerja atau dibawa sendiri (Amdjad, 1996).
Selain keuntungan secara ekonomis, migrasi penduduk juga berperan
meningkatkan kemampuan dan mutu sumberdaya manusia. Umumnya migrasi
berasal dari daerah yang kurang berkembang menuju ke daerah yang lebih
berkembang. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di daerah
tujuan dapat dimanfaatkan jika migrant tersebut kembali ke daerah asalnya. Telah
terjadi pengalihan keterampilan secara langsung dan tanpa pengeluaran biaya.
Secara teoritis, para pekerja di luar negeri (TKI) dapat memberikan sumbangan
positif pada pengembangan teknologi di Negara asalnya, paling tidak karena tiga
alasan utama. Pertama, mereka memperoleh pengalaman baru mengenai cara
pengelolaan organisasi dan disiplin kerja. Kedua, memperoleh pengalaman,
keterampilan penggunaan teknologi baru, dan biasanya canggih yang belum
tersedia di Negara asalnya. Ketiga, semua pengalaman itu gratis, artinya justru
negara penerima yang membayar proses belajar itu dan bahkan masih ditambah
balas jasa yang diterima pekerja migran tersebut.

b. Aktivitas Ekonomi
Sebagian besar penduduk Indonesia ( 54 %) pada tahun 2005 berdiam di
daerah pedesaan, dengan menggantungkan hidup pada sektor pertanian (tanaman
pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan). Pertanian
tanaman pangan meliputi pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah.
Pertanian lahan kering adalah suatu sistem pertanian yang lebih banyak
menggantungkan diri pada curah hujan (Wiryono, 1988). Sistem pertanian yang
mendapatkan air secara teratur dari sistem irigasi dinamakan pertanian lahan basah.
Usaha tani tanaman pangan dikembangkan dalam bentuk ladang, tegalan, sawah.

6-274 Unit 6
Jenis tanaman yang dibudidayakan pada usaha tani tanaman pangan adalah padi
dan nonpadi. Dalam rangka mengimbangi pertambahan penduduk, dan
mengimbangi kebutuhan masyarakat akan pangan, dilakukan usaha peningkatan
produksi usahatani tanaman pangan , melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi,
diversifikasi, dan rehabilitasi usahatani tanaman pangan dilaksanakan secara
terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air, iklim, dengan
tetap memelihara kelestarian kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat yang terus berubah.
Aktivitas subsektor perkebunan mencakup perkebunan rakyat, perkebunan
besar swasta, dan perebunan besar diusahakan oleh Perusahan Negara Pekebunan
(PNK). Mengapa wilayah daratan Indonesia cocok untuk perkebunan ?. Usaha
perikanan meliput umum (perikanan perairan laut, sungai, dan danau) dan
perikanan budidaya (tambak, kolam, sawah, keramba). Usaha peternakan meliput
peternakan hewan besar (sapi, kerbau, kuda), peternakan hewan kecil (kambing,
domba, babi, kelinci) dan peternakan unggas (ayam, itik, angsa, burung puyuh).
Pada tahun 2006-2007 peternakan mengalami penurunan populasi karena masalah
flu burung.

c. Aktivitas Sosial
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Sosialitas manusia terwujud
dalam kesejajaran dengan sesama. Manusia harus berusaha untuk ikut bertanggung
jawab atas kehidupan orang lain. Masyarakat Indonesia dipandang sebagai sistem
sosial yang terpadu dan utuh, masing-masing komponen yang ada di dalamnya
saling mempengaruhi dan menununjukkan fungsi yang saling terkait. Dalam
kehidupan bersama manusia Indonesia selalu berupaya menciptakan relasi sosial
yang harmonis dan human dalam jaringan struktur sosio-kultural yang ada. Dalam
interaksi sosial manusia Indonesia melakukan hubungan sosial yang dinamis, baik
hubungan antarindividu, antarkelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompok.
Dalam aktivitas sosial manusia Indonesia selalu mengakomodasi pranata-
pranata sosial dan lembaga-lembaga sosial. Organisasi yang bertujuan memenuhi
suatu kebutuhan dalam berbagai aspek kehidupan, disebut pranata sosial, yang
meliputi pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan,
pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ekonomi, pranata yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, pranata yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ilmiah manusia, pranata untuk memenuhi kebutuhan keagamaan,
pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan

Kajian IPS SD 6-275


bernegara, pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah manusia. Bentuk
badan-badan yang mengorganisasi yang melakukan aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan, disebut lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan.
Kelembagaan di Indonesia meliputi lembaga kenegaraan, lembaga keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat, lembaga kesenian dan sebaginya.

d. Aktivitas Budaya
Manusia Indonesia mempunyai referensi yang dibanggakan, yaitu kebudayaan
nasional Indonesia, yang memberikan kebanggaan kepada semua warga Negara
Indonesia, sebagai obyek referensi identifikasi diri. Kebudayaan berbagai suku
bangsa di Indonesia menjadi sub-subkebudayaan atau bagian-bagian dari
kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah totalitas
nilai-nilai, gagasan-gagasan, dan perilaku manusia Indonesia serta hasil fisiknya,
baik yang tradisional maupun ciptaan masa kini, yang semuanya terintegrasi secara
selaras dan bermakna dalam nasional Indonesia yang dinamis (Koentjaraningrat,
1992). Ada tiga hal dalam kebudayaan nasional yang dibanggakan, yaitu: (1)
adanya satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia yang jarang dimiliki Negara
multietnik lain, (2). adanya toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan suku bangsa
lain, yang memudahkan bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa,
dengan kebudayaan, bahasa, agama dan kepercayaan yang berbeda dapat bersatu,
(3). Hasil-hasil karya seni, terutama yang tradisional, banyak yang indah dan
bermutu tinggi.
Selain kebudayaan nasional Indonesia, ada kebudayaan-kebudayaan daerah
yang dibanggakan masing-masing anggota pendukung kebudayaan daerah tersebut.
Ada kebudayaan Papua, Ambon, Minang, Aceh, Jawa, Sunda, Batak, Toraja,
Bugis, Makassar, Madura, Dayak, Sasak, Bali, dan kebudayaan daerah lainnya.

e. Aktivitas Politik dan Pertahanan Keamanan.


Penataan kehidupan politik dalam negeri diarahkan pada pertumbuhan dan
perkembangan tatanan politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan
politik dalam negeri ditujukan pada pengembangan etika dan moral budaya politik
dalam mewujudkan kehidupan politik yang mantap dengan makin berperan dan
berfungsinya suprastruktur dan infrastruktur politik secara efektif, otonomi daerah
secara nyata dan bertanggung jawab, dinamis, serasi dan bertanggung jawab serta
kesadaran dan peranserta politik masyarakat yang terus meningkat, termasuk upaya
pemantapan keyakinan rakyat terhadap Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6-276 Unit 6
Dalam rangka terpeliharanya kemantapan stabilitas politik yang sehat dan
dinamis, mantapnya mekanisme demokrasi Pancasila serta mantapnya mekanisme
dan siklus kepemimpinan nasional berdasarkan UUD 1945, maka kehidupan
konstitusional yang mencakup kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara terus-menerus ditingkatkan dan
ditumbuhkembangkan. Untuk mendukung tatanan politik Demokrasi Pancasila,
budaya politik yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan, kekeluargaan dan
keterbukaan yang bertanggung jawab perlu terus dikembangkan, didukung oleh
moral dan etika politik yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila serta sikap
kenegarawanan di dalam perilaku politik.
Sejak orde baru hingga kini reformasi bangsa Indonesia berusaha keras
mewujudkan Demokrasi Pancasila dengan ciri-ciri utamanya: musyawarah mencapai
mufakat, tidak mengenal oposisi tetapi mengakui adanya perbedaan pendapat,
semangat kekeluargaan dan aspek demokrasi yang multidimensional. Demokrasi
Pancasila dibangun di atas landasan budaya politik Pancasila. Indonesia merupakan
masyarakat majemuk, memiliki kemampuan untuk memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa. Ini merupakan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, dengan tekad
dan semangat yang kuat akan persatuan dan kesatuan, adanya kerjasama semua pihak
membina persatuan dan kesatuan itu, maka bangsa Indonesia tampil sebagai bangsa
yang utuh,kokoh, dan bersatu sesuai dengan cita-cita ideologi Pancasila dan
konstitusinya UUD 1945. Reformasi yang diselenggarakan bangsa Indonesia
mencakup segenap bidang kehidupan, termasuk reformasi bidang politik, yang
dituangkan dalam Ketetapan MPR hasil Sidang Istimewa Tahun 1998, UU, dan
peraturan perundang-undangan lainnya. Otonomi daerah, pembedyaan masyarakat,
dan demokratisasi adalah semangat reformasi, yang perlu terus diaplikasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara nyata.
Hubungan luar negeri merupakan kegiatan antarbangsa baik regional maupun
global melalui berbagai forum bilateral dan multilateral untuk kepentingan nasional,
dilandasi politik luar negeri kita bebas aktif dan diarahkan untuk turut mewujudkan
tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi, dan keadilan sosial
serta ditujukan untuk lebih menigkatkan kerjasama internasional, dengan lebih
memantapkan dan meningkatkan peran gerakan nonblok. Citra Indonesia yang
positif di luar negeri dikembangkan dengan memperkenalkan pemuda, pelajar dan
mahasiswa serta kegiatan olahraga dan festival budaya yang diselenggarakan baik
oleh pemerintah maupun masyarakat.
Penyelenggaraan pertahanan keamanan Negara mencakup keseluruhan daya
maupun bangsa dan Negara disusun, disiapkan, dan dikerahkan secara terpadu dan

Kajian IPS SD 6-277


terkendali serta didasarkan pada keyakinan akan kekuatan sendiri dan tidak kenal
menyerah dan dijiwai keyakinan akan kebenaran Pancasila dan UUD 1945. di Tanah
Air ditanamkan Pendidikan Pendahulu Bela Negara serta pembinaan pendidikan
pelatihan keprajuritan. Untuk mendukung dan menggandakan kekuatan ABRI
ditanamkan semangat perlawanan rakyat semesta.
Dalam rangka upaya pencegahandan penangkalan gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat, maka kesadaran masyarakat tentang keamanan dan ketertiban
masyarakat terus dibina dan ditingkatkan secara terpadu untuk
menumbuhkembangkan sikap mentaldan meningkatkan kepekaan serta daya tanggap
masyarakat terhadap masalah keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa. Polri
sebagai inti sistem keamanan dan ketertiban masyarakat.
TNI melaksanakan fungsi sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sebagai
kekuatan sosial politik. Dalam melaksanakan fungsi sosial politik, ABRI harus
mampu berperan sebagai stabilisator, dinamisator, dan unsur pemersatu kehidupan
nasional, berperan serta secara aktif dalam pembangunan, serta memperkuat
kehidupan konstitusional, demokrasi dan tegaknya hukum dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional. TNI sebagai komponen utama kekuatan
pertahanan keamanan Negara dalam sistem Hankamrata perlu lebih dikembangkan
dengan menerapkan pembinaan territorial yang diselenggarakan secara terpadu
dengan instansi pemerintah dan masyarakat.
TNI sebagai komponen utama kekuatan keamanan Negara mengembangkan kerja
sama secara bilateral dengan angkatan bersenjata Negara tetangga atas dasar saling
menghormati kedaulatan wilayah Negara masing-masing. Disampimg itu terus
meningkatkan kerjasama dalam upaya meningkatkan keprofesionalannya seperti
latihan perang bersama.

6-278 Unit 6
Latihan
1. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda, tentang proses-proses alamiah
terbentuknya morfologi permukaan bumi!
2. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda, sebab terjadinya lahan longsor (landslide)
di Indonesia!
3. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda tentang karifan lokal masyarakat dalam
memelihara persatuan dan kesatuan masyarakat, memelihara sumberdaya tanah,
hutan dan air!

Rambu-rambu Jawaban Latihan


1. Proses-proses alamiah terbentuknya morfologi permukaan bumi.
a. proses endogen, yaitu proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari dalam
bumi, produk interaksi antara lempeng tektonik, pergeseran sesar, aktivitas
vulkanik dan sebagainya.
b. proses eksogen, yaitu proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari luar bumi
produk interaksi antara atmosfer, hidrosfer, litosfer dan pedosfer. Proses ini
dalam bentuk gradasi (gabungan degradasi dan agradasi).
c. proses biogenik, yaitu proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari aktivitas
hewan dan tumbuhan. Contoh: hutan mangrove, terumbu karang.
2.a. Curah hujan tinggi.
a. Kemiringan lereng medan > 50 %.
b. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemiringan lereng.
c. Struktur batuan
3. Rambu-rambu jawaban 3 Anda kembangkan sendiri berdasarkan pengamatan dan
hasil diskusi Anda.

Kajian IPS SD 6-279


Rangkuman

Secara geografis, Indonesia terletak pada wilayah yang sangat strategis.


Wilayah Indonesia rawan terhadap bencana alam dan rawan bencana sosial. Pada
wilayah darat, adanya keanekaragaman morfologi, yang sangat besar pengaruhnya
terhadap pola pertanian, pola permukiman, interaksi sosial dan sebagainya.
Kualitas penduduk masyarakat Indonesia belum menggembirakan jika dilihat
dari pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dalam kehidupan bersama manusia
Indonesia selalu berupaya menciptakan relasi sosial yang harmonis dan human dalam
jaringan struktur sosio-kultural yang ada, berdasarkan nilai-nilai dasar Pancasila dan
UUD 1945. Posisi silang geografis Indonesia berpengaruh pada politik dalam dan
luar negeri Indonesia.

Tes Formatif 1

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap benar dengan cara
melingkari huruf A, B, C, atau D di depan jawaban tersebut !.
1. Letak suatu wilayah yang didasarkan atas garis lintang dan garis bujur,
dinamakan ....
A. letak astronomis.
B. letak geografis
C. letak geologis
D. letak ekonomi.

2. Berdasarkan Keputusan sidang Mahkamah Internasional di Den Haag Belanda


pada tanggal 17 Desember 2002, Pulau Sipadan dan Ligitan terlepas dari
kedaulatan NKRI, sehingga jumlah pulau-pulau kecil terluar menurut Peraturan
Presiden RI Nomor 78 Tahun 2005 tanggal 29 Desember 2005 adalah ....
A. 82 pulau
B. 92 pulau
C. 102 pulau
D. 202 pulau

6-280 Unit 6
3. Secara astronomis, Negara Indonesia berada pada….
A. 6° LU – 11° LS dan 95° BT - 141° BT.
B. 6° LU – 11° LS dan 95° BB - 141° BB.
C. 6° LS – 11° LU dan 95° BT - 141° BT
D. 6° LS - 13° LU dan 95° BT - 141° BT

4. Secara spasial, Indonesia berada di daerah tropik basah, antara dua benua, diapiti
oleh dua samudera, dilewati dua daerah pegunungan muda, terletak pada
konvergensi ..... lempeng utama dunia dan berada pada negara-negara sedang
berkembang.
A. dua lempeng utama dunia B. tiga lempeng utama dunia
C.empat lempeng utama dunia D. lima lempeng utama dunia

5. Garis yang merupakan batas antara fauna Barat Indonesia dan Tengah Indonesia
adalah ….
A. Garis Weber. B. Garis Wallacea
C. Garis Mollenggraf D. Garis Van Bemmelen.

6. Dalam otonomi daerah lebih ditekankan pada hal-hal di bawah ini, kecuali ....
A. demokratisasi, pemerataan dan keadilan
B. pemberdayaan masyarakat
C. memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah
D. elit politik lebih berperan daripada lembaga-lembaga politik

7. Ada tiga hal dalam kebudayaan nasional yang dibanggakan, kecuali ....
A. adanya satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia
B. adanya toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan suku bangsa lain
C. adanya hasil karya seni, terutama yang tradisional, banyak yang indah dan
bermutu tinggi
D. adanya masyarakat mayoritas dan minoritas

8. Kearifan lokal dapat dipandang dari tiga aspek yaitu sebagai berikut, kecuali ....
A. suatu filosofi, ide, nilai atau mitos yang mengandung nilai
B. sebagai aktivitas, cara, ritus dan perilaku atau tindakan manusia
C. ekologi budaya
D. sebagai pranata sosial.

Kajian IPS SD 6-281


9. Untuk mengatur hubungan antarbangsa baik regional maupun global melalui
berbagai forum bilateral dan multilateral untuk kepentingan nasional, dilandasi
politik luar negeri kita, yaitu .... dan diarahkan untuk turut mewujudkan tatanan
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi, dan keadilan sosial serta
ditujukan untuk lebih menigkatkan kerjasama internasional, dengan lebih
memantapkan dan meningkatkan peran gerakan nonblok.
A. blok kepada negara-negara tertentu.
B. bebas aktif
C. dinamis dan kreatif
D. anti terhadap perdamaian abadi.

10. Pelagandoeng merupakan salah satu …. untuk mengatasi konflik antarkelompok


pada masyarakat Maluku
A. norma B. aliansi tradisional C. adat istiadat D. peradaban.

Cocokan hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang ada di
bagian akhir unit ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan formulasi di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi unit tersebut.
Jumlah Jawaban Anda yang benar
_____________________________ x 100 %
Tingkat Penguasaan =
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 % - 100 % = baik sekali


80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 69 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas Anda dapat meneruskan


dengan Subunit 2. Bagus ! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80 %, Anda harus mengulangi Subunit 1, terutama bagian yang Anda belum
kuasai.

6-282 Unit 6
Subunit 2

Kemajemukan RAS, Etnik dan Agama Nusantara


UNIT 6.3U

F akta menunjukkan Indonesia mempunyai penduduk yang terdiri dari banyak ras,
suku bangsa (etnik), serta agama berbeda yang tersebar di hamparan kepulauan
dari Sabang sampai Merauke. Dalam Unit 2 ini akan diuraikan keanekaragaman ras,
dan etnik yang mendiami wilayah nusantara dan dilanjutkan dengan keanekaragaman
agama yang dianut oleh penduduk Indonesia.
Ras menyangkut ciri-ciri jasmani pada manusia yang diwariskan secara turun-
temurun. Ciri-ciri jasmani manusia secara rasial meliputi warna kulit, tinggi badan,
tipe dan warna rambut, bentuk tengkorak, bentuk kelopak mata, golongan darah, dan
bau badan. Pembagian ras paling tua dilakukan oleh Biomenbach, dengan
menggunakan kriteria warna kulit. Berdasarkan warna kulit, di dunia ada lima jenis
ras, yaitu : ras putih (Kausasid), kuning (Mongolid), hitam (Negrid atau Ethiopid),
merah (Indian) dan coklat atau sawo matang (Melayu). Ras Kaukasid sekarang
terutama menempati benua Eropa; tetapi ada pula yang menghuni Afrika pantai
Utara, ke Timur lagi (Palestina dan jazirah Asia Kecil) dan terus sampai Iran,
Baluchchistan dan jazirah India Utara (terutama Pakistan). Dengan demikian wilayah
ras putih meliputi kawasan di sekeliling Laut Tengah. Ras Mongolid menempati
bagian-bagian benua Asia yang tidak dihuni ras putih, benua Amerika yang dihuni
suku-suku Indian. Karena bangsa Melanisia (Indonesia dan sebagainya) juga
termasuk ras kuning, mendiami kawasan bumi sekeliling Samudera Pasifik. Ras
hitam (Negrid ) tersebar di sekeliling Sahara (Afrika) kemdian tercecer di jazirah
Arab (Hadramaut), India (suku-suku Dravida) serta di Indonesia (suku-suku
terasing), sejenis Negrito yang ada di Filipina; ceceran lanjutnya mendiami Papua
dan Kepulauan Melanesia dan benua Australia (pribuminya disebut Negrid
Australia). Ras hitam menempati kawasan-kawasan sekeliling Samudera Hindia.
Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai etnik. Masing-masing etnik tersebut
memiliki dimensi wujud dan isi kebudayaan yang yang berbeda. Masing-masing
etnik memiliki sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik yang tidak sama.
Demikian pula dimensi isi kebudayaan, yang berupa bahasa, sistem teknologi, sistem
mata pencaharian hidup atau ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan,
kesenian, dan religi.

Kajian IPS SD 6-283


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Beragama berarti berusaha
terus menerus untuk menyempurnakan diri, menghindari segala yang tidak harmonis
dengan cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada sesama serta kepada alam
lingkungan sekitarnya.

1. Ras di Indonesia
Secara rasial penduduk Indonesia terdiri dari ras Paleomongolid, merupakan
campuran Mongolid asli dan Weddid yang hitam. Menurut Howells mereka
merupakan keturunan dari tiga ras sekaligus, yaitu hitam, kuning, dan putih
(Daldjoeni, 1987).

2. Keanekaragaman Etnik di Indonesia


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terbentuknya kemajemukan masyarakat Indonesia. Pertama, faktor
bentuk fisik wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan. Faktor ini merupakan
faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralitas etnik di
Indonesia. Ketika nenek moyang bangsa kita yang sekarang ini mula-mula sekali
datang secara bergelombang sebagai emigran dari daerah Yunan pada kira-kira
2.000 tahun Sebelum Masehi, bentuk kepulauan ini memaksa mereka untuk harus
tinggal menetap di daerah yang terpisah-pisah satu dengan yang lain. Isolasi yang
demikian kemudian hari mengakibatkan penduduk yang menmpati setiap pulau
atau sebagian dari suatu pulau di Nusantara ini tumbuh menjadi kesatuan etnik
yang sedikit banyak terisoalasi dari kesatuan etnik yang lain. Tiap kesatuan etnik
ini terdiri dari sejumlah orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan emosional,
serta memandang diri mereka masing-masing sebagai suatu jenis tersendiri.
Dengan perkecualian yang sangat kecil mereka pada umumnya memiliki bahasa
dan warisan kebudayaan yang sama. Lebih dari pada itu, mereka biasanya
mengembangkan kepercayaan bahwa mereka memiliki asal-usul dan keturunan
yang sama, suatu kepercayaan yang sering kali didukung oleh mitos-mitos yang
hidup dalam masyarakat. Tentang berapa jumlah etnik yang sebenarnya ada di
Indonesia, ternyata terdapat berbagai pendapat yang tidak sama di antara pakar
ilmu sosial. Hildred Geertz, misalnya menyebutkan ada lebih dari 300 suku bangsa
di Indonesia, masing-masing dengan bahasa dan identitas kultur yang berbeda-
beda. Skiner menyebut ada lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia, masing-masing
dengan bahasa dan adat yang tidak sama. Kedua, kenyataan bahwa Indonesia
terletak di antara samudera Hindia dan samudera Pasifik, sangat mempengaruhi
terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia. oleh karena letaknya

6-284 Unit 6
yang berada di tengah-tengah lalulintas perdagangan laut melalui para pedagang
asing. Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa
pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum
Masehi. Hindunisme dan Budhanisme, pada waktu itu tersebar meliputi daerah
yang cukup luas di Indonesia, serta lebur bersama-sama dengan kebudayaan asli
yang telah hidup sebelum itu. Namun demikian terutama di pulau Jawa dan pulau
Bali pengaruh agama Hindu dan Budha itu tertanam dengan kuatnya hingga saat
ini.
Pengaruh kebudayaan Islam mulai memasuki masyarakat Indonesia sejak abad
ke-13 akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas
sepanjang abad ke-15. Pengaruh agama Islam terutama memperoleh tanah tempat
berpijak yang kokoh di daerah-daerah dimana pengaruh agama Hindu dan Budha
tidak cukup kuat. Di daerah Jawa tengah dan Jawa Timur dimana pengaruh agama
Hindu dan Budha telah tertanam kuat, sesuatu kepercayaan keagamaan yang
bersifat syncretic dianut oleh sejumlah besar penduduk di kedua daerah tersebut,
dimana kepercayaan animisme dan dinamisme bercampur dengan kepercayaan
agama Hindu, Budha dan Islam. Pengaruh reformasi agama Islam yang memasuki
Indonesia pada permulaan abad ke-17 dan terutama pada akhir abad ke-19 itupun
berhasil merubah keadaan tersebut, kecuali memperkuat pengaruh agam Islam di
daerah-daerah yang sebelumnya memang telah merupakan daerah pengaruh agama
Islam. Sementara itu, Bali masih tetap merupakan daerah pengaruh agama Hindu.
Pengaruh kebudayaan barat mulai memasuki masyarakat kita melalui
kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke-16. kedatangan mereka ke
Indonesia terarik oleh kekayaan rempah-rempah di Kepulauaan Maluku, suatu
jenis komoditas perdagangan yang sedang laku keras di Eropa pada waktu itu.
Kegiatan missionaris yang menyertai kegitan perdagangan mereka, dengan segera
berhasil menanamkan agama Katholik di daerah tersebut. Ketika bangsa Belanda
berhasil mendesak bangsa Portugis keluar dari daerah tersebut pada kira-kira tahun
1.600-an, maka pengaruh agama Katholikpun segera digantikan pula oleh
pengaruh Protestan. Namun demikian,sikap bangsa Belanda yang lebih lunak
didalam soal agama jikalau dibandingkan dengan bangsa Portugis telah
mengakibatkan pengaruh agama Protestan hanya mampu memasuki daerah-daerah
sebelumnya tidak cukup kuat dipengaruhi oleh agama Islam dan agama Hindu,
sekalipun bangsa Belanda berhasil menanamkan kekusaan politiknya tidak kurang
dari 350 tahun lamanya di Indonesia.
Produk final dari semua pengaruh kebudayaan tersebut kita jumpai dalam
bentuk pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia di luar Jawa, hasilnya kita

Kajian IPS SD 6-285


lihat pada timbulnya golongan Islam modernis terutama di daerah-daerah yang
strategis berada di dalam jalur perdagangan internasional pada waktu reformasi
agama Islam, golongan Islam conservative-tradisinalist di daerah pedalaman, dan
golongan Kristen (Katholik dan Protestan) di daerah Maluku, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, Tapanuli dan Kalimantan Tengah ; serta golongan Hindu
Bali (Hindu Dharma) terutama di pulau Bali. Di pulau Jawa, kita jumpai golongan
Islam modernis terutama di daerah-daerah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur
dengan kebudayaan pantainya, serta sebagian besar daerah Jawa Barat; golongan
Islam conservative-tradisional di daerah-daerah pedalaman Jawa Tengah dan Jawa
Timur; dan golongan Islam nominal yang biasa disebut juga golongan abangan,
terutama di daerah-daerah Jawa tengah dan Jawa timur, serta golongan minorotas
Kristen yang tersebar hampir di setiap daerah perkotaan di pulau Jawa.
Kondisi iklim yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama di antara
berbagai daerah di kepulauan Nusantara ini, merupakan faktor yang menciptakan
pluralitas regional di Indonesia. perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah
merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang
berbeda di Indonesia, yaitu daerah pertanian sawah yang terutama banyak dijumpai
di pulau Jawa dan Bali (masyarakat padi sawah) dan masyarakat pertanian lahan
kering yang banyak kita jumpai di luar pulau Jawa. Perbedaan lingkungan ekologis
tersebut menjadi sebab bagi terjadinya kontras antara Jawa dan luar Jawa di dalam
bidang kependudukan, ekonomi, sosial dan budaya serta politik.
Sementara itu dimensi vertikal struktur masyarakat Indonesia yang semakin
penting artinya dari waktu ke waktu, dapat kita saksikan dalam bentuk semakin
tumbuhnya polarisasi sosial berdasarkan kekuatan politik dan kekayaan. Dengan
semakin meluasnya pertumbuhan sektor ekonomi modern beserta organisasi
adminstrasi nasional yang mengikutinya, maka kontras pelapisan sosial antara
sejumlah besar orang-orang secara ekonomis dan politis berposisi lemah pada
lapisan bawah, dan sejumlah kecil orang-orang yang relatif kaya dan berkuasa pada
lapisan atas menjadi semakin mengeras.
Pengelompokan masyarakat yang demikian membawa akibat yang luas lagi
mendalam di dalam seluruh pola hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat
Indonesia seperti di dalam hubungan politik, ekonomi, hukum, kekeluargaan dan
sebagainya. Struktur masyarakat Indonesia sebagaimana yang diuraikan
menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada
tingkat nasional. Persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintrgrasi
secara horizontal, sementara stratifikasi sosial sebagaimana yang diwujudkan oleh

6-286 Unit 6
masyarakat Indonesia akan memberi bentuk pada integrasi nasioanal yang bersifat
vertikal.
Manusia Indonesia mempunyai referensi yang dibanggakan, yaitu kebudayaan
nasional Indonesia, yang memberikan kebanggaan kepada semua warga Negara
Indonesia, sebagai obyek referensi identifikasi diri. Kebudayaan berbagai suku
bangsa di Indonesia menjadi sub-sub kebudayaan atau bagian-bagiandari
kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah totalitas
nilai-nilai, gagasan-gagasan, dan perilaku manusia Indonesia serta hasil fisiknya,
baik yang tradisional maupun ciptaan masa kini, yang semuanya terintegrasi secara
selaras dan bermakna dalam nasional Indonesia yang dinamis (Koentjaraningrat,
1992). Ada tiga hal dalam kebudayaan nasional yang dibanggakan, yaitu : (1).
adanya satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia yang jarang dimiliki Negara
multietnik lain, (2). adanya toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan suku bangsa
lain, yang memudahkan bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa,
dengan kebudayaan, bahasa, agama dan kepercayaan yang berbeda dapat bersatu,
(3). Hasil-hasil karya seni, terutama yang tradisional, banyak yang indah dan
bermutu tinggi.
Fakta menunjukan bangsa Indonesia mempunyai penduduk yang terdiri dari
banyak suku bangsa (etnik), bahasa, dan kebudayaan serta agama berbeda yang
tersebar di hamparan kepulauan dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat beragama. Beragama berarti berusaha terus-menerus
untuk menyempurnakan diri, menghindari segala yang tidak harmonis dengan cinta
kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada sesama serta kepada alam
lingkungan sekitarnya.
Kebinekaan agama (Islam, Protestan, Hindu, Budha, Katolik, Konghuchu dan
Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa) merupakan kenyataan hidup
dalam masyarakat Indonesia. Setiap agama itu mempunyai ajaran dan cara
mengungkapkan diri yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun semuanya
mempunyai satu tujuan, yakni mau membimbing dan menuntun manusia kepada
keselamatan. Setiap agama mengajarkan dan menunjukkan kepada manusia jalan
keselamatan, lewat ajarannya tentang kebenaran, keadilan dan cinta kasih. Setiap
agama melalui doktrin imannya, tidak pernah membenarkan dan mengamini setiap
perbuatan dan tindakan manusia yang dapat merugikan dan menghancurkan
kehidupan sesama dan lingkungannya. Ia mengajarkan bahwa dalam hubungan
dengan sesama, manusia kiranya senantiasa berusaha menciptakan sebuah relasi
sosial yang harmonis dan human. Manusia semestinya selalu menjadi sesama
orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan lewat sikap saling menghormati dan

Kajian IPS SD 6-287


menghargai, saling membantu dan melayani serta saling mencintai. Dalam
hubungan dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia
senantiasa berusaha mengolah, menjaga, dan memelihara kelestariannya, bukan
mengeksploitasi dan merusakannya.
Kebhinekaan agama merupakan kenyataan hidup dalam masyarakat kita.
Agama Hindu, Budha, Islam, Konghuchu, Katolik, Kristen Protestan, dan Aliran
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai ajaran dan cara
mengungkapkan diri yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun semuanya
mempunyai satu tujuan, yakni mau membimbing dan menuntun manusia kepada
keselamatan lewat ajarannya tentang kebenaran, keadilan dan cinta kasih. Setiap
agama melalui doktrin imannya, tidak pernah membenarkan dan mengamini setiap
perbuatan dan tindakan manusia yang dapat merugikan dan menghancurkan
kehidupan sesama dan lingkungannya. Ia mengajarkan bahwa dalam hubungan
dengan sesama, manusia kiranya senantiasa berusaha menciptakan sebuah relasi
sosial yang harmonis dan human. Manusia semestinya selalu menjadi sesama
orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan lewat sikap saling menghormati dan
menghargai, saling membantu dan melayani serta saling mencintai. Dalam
hubungan dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia
senantiasa berusaha mengolah, menjaga, dan memelihara kelestariannya.
Di tengah kemajemukan kehidupan beragama di tanah air tercinta ini, para
warga negara dituntut untuk terlibat secara aktif dalam setiap kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat Setiap agama dituntut untuk mengabdikan dirinya
dalam pelbagai bidang kehidupan. Beberapa kerusuhan yang beraroma agama di
Indonesia, merupakan indikasi bahwa orang belum menghayati hidupnya secara
baik dan benar sesuai dengan ajaran imannya atau dengan kata lain belum sanggup
mengaktualisasikan visi dan misi dasar keagamaannya. Tidak heran kalau orang
gampang tergoda oleh hal-hal menarik lain buatan tangannya sendiri dan
terperosok dari kemanusiaannya, sehingga kehilangan integritas kepribadian dan
orientasi kehidupannya.
Kesetiaan menghayati nilai-nilai hidup keagamaan menjadikan seseorang
atau kelompok mampu memajukan kehidupan sosial yang lebih manusiawi.
Dengan demikian kehidupan manusia menjadi lebih harmonis dan manusiawi.
Penghayatan hidup religius yang baik dan benar dapat mengendalikan dan
mengatasi berbagai bentuk konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Kesadaran moral dan kesetiaan memenuhi tuntutannya, mendorong dan
menghantar seseorang atau kelompok untuk senantiasa mengarahkan tindakannya
sesuai dengan hakikat dan martabatnya.

6-288 Unit 6
Kesetiaan dan kepatuhan menghayati nilai-nilai hidup religius atau keagamaan
menjadi jiwa atau semangat dasar, sumber inspirasi, motivasi dan tonggak
pedoman arah bagi manusia Indonesia dalam menentukan dan mengambil sikap
yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang ada.
Dengan demikian manusia Indonesia tidak terjerumus dan tergiur untuk menikmati
tawaran-tawaran kenikmatan dunia yang dangkal, seperti kekuasaan, pangkat,
popularitas diri, dan harta kekayaan. Sebaliknya, dengan menghayati nilai-nilai
religius atau keagamaan secara baik dan benar, orang justru semakin terbuka dan
kritis untuk mengevaluasi dan melihat nilai-nilai luhur yang ada dibalik setiap
perkembangan dan kemajuan. Juga orang akan semakin peka dan tanggap
memperhatikan kehidupan sesama dan kelestarian lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian manusia tidak kehilangan identitas dan jati dirinya sebagai homo
religious dan man for other’s di tengah arus kemajuan tingkat peradabannya
sendiri.
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnik, seperti Papua, Maluku,
Toraja, Bugis, Makasar, Dayak, Madura, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Aceh,
Minang, Bali, Sasak, Bima, Timor, Flores, dan sebagainya. Masing-masing etnik
tersebut memiliki dimensi wujud dan isi kebudayaan yang yang berbeda. Masing-
masing etnik memiliki sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik yang
tidak sama. Demikian pula dimensi isi kebudayaan, yang berupa bahasa, sistem
teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, organisasi sosial, sistem
pengetahuan, kesenian, dan religi.
Walaupun semangat persatuan dari hari ke hari semakin meningkat akan
tetapi pernik-pernik penghambat persatuanpun masih tetap muncul. Suatu
penyelenggaran ilahi bahwa sejak pembentukan negara Indonesia masalah
penduduk, warga negara, sudah menjadi perhatian seperti yang tertuang dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bukankah suatu ironi jika di negara
yang dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama, masih sering meledak peristiwa-peristiwa yang
beraroma agama, etnik atau sara. Masalah Ambon, masalah Poso, masalah
kerusuhan Madura-Dayak, masalah golongan minoritas Cina, dan sebagainya
merupakan contoh kasus yang beraroma sara (suku, agama, ras, dan
antargolongan). Apakah sesungguhnya menjadi motif ketegangan-ketegangan dan
emosi rasial golongan tertentu, agama tertentu? Apakah yang diperkirakan mampu
menciptakan suasana agar benturan-benturan fisik di antara golongan-golongan
tidak terjadi?

Kajian IPS SD 6-289


3. Kemajemukan Agama
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat religius (agamis). Kesetiaan dan
kepatuhan nilai hidup religius atau keagamaan menjadi jiwa atau semangat dasar
sumber inspirasi, motivasi, dan tonggak pedoman arah bagi manusia dalam
menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap
perkembangan dan kemajuan yang ada. Agama-agama di Indonesia, melalui
doktrin-doktrin imannya mengajarkan bahwa dalam hubungan dengan sesama,
manusia senantiasa berusaha menciptakan sebuah relasi sosial yang harmonis dan
human. Manusia menjadi sesama bagi orang lain, yang ditunjukan lewat sikap
saling menghormati dan menghargai, saling membantu dan melayani serta saling
mencintai.
Dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan
agar manusia senantiasa berusaha mengolah, dan memelihara kelestariannya.
Kesalehan hidup religius dan kesetiaan pada komitmen moral menjadi kompas
kehidupan bagi manusia Indonesia di tengah amukan dan arus badai masyarakat
global. Penghayatan hidup religius yang baik dan benar serta kesetiaan
merupakan komitmen moral menjadikan manusia semakin manusiawi dan mampu
menilai secara kritis setiap perkembangan dan kemajuan yang ada, serta dapat
menentukan sikap yang tepat dan benar dalam situasi tersebut. Dengan demikian
tidak dapat tergoda dan tenggelam dalam superioritas dangkal dan mental mencari
gampang. Fakta bahwa manusia sering mengalami keterpecahan dan teraleinasi
dari diri dan dunianya, merupakan indikasi bahwa orang belum menghayati
hidupnya secara baik dan benar sesuai dengan ajaran imannya. Ia belum sanggup
mengaktualisasikan visi dan misi dasar keagamaannya.
Kebinekaan agama (Islam, Protestan, Hindu, Budha, Katolik, Konghuchu dan
Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.) merupakan kenyataan hidup
dalam masyarakat Indonesia. Setiap agama itu mempunyai ajaran dan cara
mengungkapkan diri yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun semuanya
mempunyai satu tujuan, yakni mau membimbing dan menuntun manusia kepada
keselamatan. Setiap agama mengajarkan dan menunjukkan kepada manusia jalan
keselamatan, lewat ajarannya tentang kebenaran, keadilan dan kasih. Setiap agama
melalui doktrin imannya, tidak pernah membenarkan dan mengamini setiap
perbuatan dan tindakan manusia yang dapat merugikan dan menghancurkan
kehidupan sesama dan lingkungannya. Ia mengajarkan bahwa dalam hubungan
dengan sesama, manusia kiranya senantiasa berusaha menciptakan sebuah relasi

6-290 Unit 6
sosial yang harmonis dan human. Manusia semestinya selalu menjadi sesama orang
lain. Hal ini dapat ditunjukkan lewat sikap saling menghormati dan menghargai,
saling membantu dan melayani serta saling mencintai. Dalam hubungan dengan
lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia senantiasa berusaha
mengolah, menjaga, dan memelihara kelestariannya, bukan mengeksploitasi dan
merusakannya.
Kesetiaan dan kepatuhan menghayati nilai-nilai hidup religius atau
keagamaan menjadi jiwa atau semangat dasar, sumber inspirasi, motivasi dan
tonggak pedoman arah bagi manusia Indonesia, dalam menentukan dan
mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan
kemajuan yang ada. Dengan demikian manusia Indonesia tidak terjerumus dan
tergiur untuk menikmati tawaran-tawaran kenikmatan dunia yang dangkal, seperti
kekuasaan, pangkat, popularitas diri, dan harta kekayaan. Sebaliknya, dengan
menghayati nilai-nilai religius atau keagamaan secara baik dan benar, orang justru
semakin terbuka dan kritis untuk mengevaluasi dan melihat nilai-nilai luhur yang
ada dibalik setiap perkembangan dan kemajuan yang, Juga orang akan semakin
peka dan tanggap memperhatikan kehidupan sesama dan kelestarian lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian manusia tidak kehilangan identitas dan jati dirinya
sebagai homo religious dan man for other’s di tengah arus kemajuan tingkat
peradabannya sendiri.

Kajian IPS SD 6-291


Daftar Pustaka
Angin, Ignasius Suban, 1994, Geomorfologi Indonesia, Kupang: Jurusan
Pendidikan Geografi FKIP Undana.

Departemen Pertambangan dan Energi RI, 1985, Kamus Minyak dan Gas Bumi,
Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi RI.

Bintarto, R., 1984, Letak Posisi Silang Indonesia Dilihat Dari Geografi,
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Dahuri, Rochmin, J.Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu, 2001, Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita.

Hadisumarno, Surastopo, 1982, Geografi Fisik dan Manfaatnya Bagi Beberapa


Aspek Pembangunan di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Ilmu Geografi pada Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta, 20 November 1982.

Koentjaraningrat, 1992, Pembangunan Kebudayaan Nasional, Kompas, 10 Oktober


1992.

Mann, K.H., Ecology of Coastal Waters: A Systems Approach, in Anderson. D.J.,


P. Greic-Smith, and F.A. Pitelka (eds), Study in Ecology, California:
University of California Press, 322-352.
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: C.V Rajawali.

Nasir, A. Abujamin, 1992, Ruang Lingkup Klimatologi, dalam Handoko (eds.),


Klimatologi Dasar: Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-
Unsur Iklim, Jakarta:Pustaka Jaya, 1-12.

Nontji, Anugerah, 1992, Laut Nusantara, Jakarta: Djambatan.

Rais, Jacub., 2004, Menata Ruang Darat-Laut-Atmosfer Terpadu Dengan


Pendekatan Interaksi Daerah Aliran Sungai-Pesisir, dalam Jacub Rais, et al.,
Menata Ruang Laut Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita, 1-29.

6-292 Unit 6
Sandy, I Made., 1982, Republik Indonesia:Geografi Regional, Jakarta: Jurusan
Geografi FMIPA UI

Siswanto, Andy., 1986, Pudarnya Arsitektur Tropik Indonesia, Kompas, 13


Desember 1986.

Sumaatmadja, Nursid., 2004, Perspektif Pembangunan Geografi Dalam


Pembangunan Berbasis Otda,. Makalah Seminar Nasional, dan Pertemuan
Ilmiah Tahunan IGI VI, Kupang 10-11 Desember 2004.

Santoso, Djoko., 1993, Hidup di Daerah Bencana, Kompas, 13 Desember 1993.

Soeprapto, Tjoek Azis. 2004, Pengelompokan Pulau-Pulau Berdasarkan


Genesanya Untuk Perencanaan Tata Ruang Wilayah Laut, dalam Jacub
Rais, et al., Menata Ruang Laut Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita, 199-
137.

Sunarto, 1997, Paleogeomorfologi Dalam Analisis Perubahan Lingkungan


Kompleks Gua Karst Maros, Sulawesi Selatan, Majalah Geografi Indonesia,
19 (11): 31-51.

Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah


Pesisir Tropis, Jakarta: Pradnya Paramita.

Sutanto, Rachman., 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Yogyakarta: Kanisius.

Sri Harto, Br., 1993, Analisis Hidrologi, Jakarta: Gramedia.

Van Bemmelen, R.W., 1970, The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff: The
Hague.

Verstappen, H.Th., 1983, Applied Geomorphology: Geomorphological Survey for


Environmental Development, Amasterdam: Elsevier.

__________________, 2000 Outline of Geomorphology of Indonesia: A Case


Study on Tropical Geomorphology of Tectogene Region, Enchede: ITC.

Kajian IPS SD 6-293

Anda mungkin juga menyukai