Anda di halaman 1dari 22

Globalisasi dalam Perspektif Regional, Global, dan

Nation State serta Dampaknya bagi Hubungan


Internasional

Oleh:

Muhammad Darmawan Ardiansyah (1112113000007)

Muchammad Chasif (1112113000058)

Muhammad Fahri Akbar (11121130000)

Dosen Pengampu

Rahmi Fitriyanti, S. Sos., M. Si.

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012/2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Globalisasi..................................................................
B. Teori Globalisasi..........................................................................

BAB III PEMBAHASAN


A. Fenomena Globalisasi Pasca Perang Dingin................................
B. Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Manusia...........................
C. Kemajuan Teknologi pada Era Globalisasi..................................
D. Dampak Kemajuan Teknologi bagi Kehidupan Manusia............
E. Globalisasi Dalam Perspektif Regional.......................................
F. Globalisasi Dalam Perspektif Global...........................................
G. Globalisasi Dalam Perspektif Nation State..................................
H. Dampak Globalisasi bagi Konstelasi Global dalam Hubungan
Internasional................................................................................

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi menjadi satu kata yang menyatukan dunia dalam aspek


ekonomi, budaya, politik, dan lainnya. Globalisasi merupakan barang baru di
dunia ini, dan tak ada pada zaman dahulu kala. Dunia telah berubah. Globalisasi
seakan puncak dari fase dunia, dimana antar masyarakat saling terhubung.
Berbeda dari zaman dahulu ketika “dunia” yang dapat kenal hanya sekitar rumah,
daerah, maupun wilayah bangsa.

Globalisasi merupakan bagian dari isu global kontemporer. Hal ini


dikaitkan karena isu ini cakupannya global, dan merupakan kontemporer, karena
globalisasi sendiri menurut para ahli menyeruak pada masa pasca Perang Dingin,
dimana pada masa itu teknologi berkembang pesat, dan sejalan dengan
berubahnya tatanan internasional.

Globalisasi mempengaruhi perilaku aktor internasional sejak


kemunculannya. Atau bisa jadi aktor internasional yang menciptakan suasana
globalisasi itu sendiri. Kita dapat memberi gambaran globalisasi dari perspektif
regional, global, dan nation state, untuk mengetahui proses dan keteraturan para
aktor internasional sebagai implikasi datangnya globalisasi, dan dampaknya bagi
hubungan internasional.

Dengan mengetahui apa yang terjadi dampak globalisasi bagi hubungan


internasional, maka kita dapat menemukan paradigma perkembangan perkancahan
politik internasional pada khususnya, karena globalisasi sendiri tak terlepas dari
peran aktor politik dalam menghadapi dunia kontemporer.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses munculnya globalisasi?

2. Bagaimana globalisasi dilihat dari perspektif regional, global, dan nation state?
3. Bagaimana dampak globalisasi bagi konstelasi global dalam Hubungan
Internasional?

C. Tujuan

1. untuk mengetahui bagaimana proses munculnya globalisasi.

2. untuk mengetahui bagaimana globalisasi dilihat dari perspektif regional, global,


dan nation state.

3. untuk mengetahui dampak globalisasi bagi konstelasi global dalam Hubungan


Internasional.
BAB II

Landasan Teori

A. Pengertian Globalisasi

Globalisasi biasanya secara ringkas didefinisikan sebagai “the extension of


social relations over the globe”.1Globalisasi dalam pendefinisianScholte, seperti
yang dikutip Aleksius Jemadu, yaitu proses meningkatnya interdependensi antara
aktor negara dan non-negara pada skala global sehingga hubungan sosial dalam
suatu masyarakat secara signifikan dibentuk dan dipengaruhi dimensi hubungan
sosial yang lebih luas pada skala dunia.2

Sedangkan dalam buku Yulius (ed.), menurut Scholte juga, Globalisasi bisa
dimaknai dalam beberapa pengertian, yaitu sebagai internasionalisasi, liberalisasi,
universalisasi, Westernisasi, dan deteriolisasi. Maksud internasionalisasi yang
disebut diatas adalah meningkatnya intensitas interkasi lintas batas dan saling
ketergantungan antar negara. Sedangkan makna Globalisasi dilihat dari
Liberalisasi yaitu proses untuk memindahkan larangan-larangan yang dibuat oleh
negara dalam rangka membentuk ekonomi dunia yang lebih terintegrasi. 3

Adapun dalam konsep universalisasi, yaitu menyebarnya berbagai macam


obyek dan pengalaman dari masyarakat seluruh dunia. Westernisasi, dimakanai
sebagai proses peniruan budaya, sistem politik, dan sistem ekonomi negara-negara
Barat dalam panggung dunia.4 Deteritorialisasi, yaitu munculnya regulasi atau
institusi yang melampaui teritorial negara-bangsa.5Adanya beberapa
pengklasifikasian ini memberikan pandangan kita bahwa Globalisasi memang
mencakup dalam aspek yang luas, tidak tertentu pada suatu hal saja.

1
Anak Agung Banyu Permita dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011, hal. 136.
2
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008, hal. 28.
3
Yulius P. Hermawan (ed.), Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2007, hal. 132. Dalam buku Aleksius Jemadu juga disebutkan penjelasan ini
4
Ibid
5
Alesius Jemadu, Op. Cit, hal. 230.
Terdapat empat ciri dasar konsep Globalisasi menurut David Held yaitu :6

1. Meluasnya hubungan sosial (stretched social relations) :


globalisasi membuat hubungan sosial yang melewat lintas batas negara
dan kontinental. Memuat aspek ekonomi, budaya, dan politik.
2. Menigkatnya intesitas komunikasi (intensification of flows)
: meluasnya hubungan sosial menjadikan komunikasi global semakin
meningkat, apalagi dengan maraknya jejaring sosial.
3. Menigkatnya interprenetrasi (increasing interprenetation) :
suatu budaya yang sebelumnya menjadi ciri dan hanya ada di suatu
wilayah, jugatelah merembes ke wilayah belahan bumi lainnya.
4. Munculnya infrastruktur global (global insfratuctur) :
pengaturan institusional yang bersifat formal dan informal yang diperlukan
agar jaringan global bekerja.

Globalisasi seperti yang disebutkan sebelmnya mencakup banyak aspek,


namun pada umumnya merujuk pada tiga tema, yaitu ekonomi, budaya, dan
politik.7Tak dipungkiri ketiga dimensi itu dalam konstelasi globalisasi saling
bertautan satu sama lain, dengan pemisalan penyebaran budaya suatu negara yang
akan digunakan untuk kepentingan politik suatu negara lain.

B. Teori Globalisasi

Dalam karya yang berjudul A Globalizing Society?8, yang ditulis oleh


Cochrane dan Pain menjelaskan bahwa dalam memahami globalisasi dapat
digunakan tiga macam teori untuk melihat globalisasi dari sudut pandang yang
berbeda, teori tersebut yaitu:

1) Globalis:
a) Globalis positif: Menurut pandangan mereka
globalisasi akan memberikan manfaat yang sangat banyak bagi
kehidupan manusia di seluruh dunia ini. Solidaritas manusia akan

6
Yulius P. Hermawan (ed.), Op. Cit.
7
Harjoko Sangganagara, Pancasila di Tengah Globalisasi, Jurnal Online, hal. 1, diakses di www.ebookbrowsee.net.
8
Tim Mitra Guru,”Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi”, Erlangga, Jakarta, 2007, hal. 72.
dapat mudah dijalin dengan kecanggihan teknologi mutakhir yang
dapat menghubungkan setiap manusia di dunia.
b) Globalis negatif: Dalam pandangan mereka,
globalisasi tidak lain dan tidak bukan hanyalah alat yang digunakan
barat untuk menutupi kedok penjajahan mereka di era modern ini.
Memang penjajahan di era modern ini tidak dapat dirasakan
langsung oleh setiap manusia di dunia. Akan tetapi, dampak dari
penjajahan hanya dapat diketahui dari dominasi barat terhadap
negara-negara berkembang, baik dominasi politik, budaya, maupun
ekonomi.
2) Tradisionalis: Menurut pandangan tradisionalis bahwa
globalisasi hanyalah sebuah evolusi atau transformasi dari sistem
kapitalisme yang menjadi sebuah fenomena penting yang telah
mendominasi dunia selama ratusan tahun.
3) Transformasionalis: Para transformasionalis mempunyai
pandangan yang moderat mengenai globalisasi. Mereka merupakan
penengah dari globalis dan tradisionalis yang saling bertentangan.
Pendapat mereka adalah globalisasi bukanlah hal yang perlu untuk
dibesarkan, tetapi juga kita tidak bisa menghindari fenomena globalisasi
itu sendiri yang merupakan sebuah fenomena baru yang muncul setelah
perang dingin usai.

Dari beberapa teori di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, para teoritisi
mencoba untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat dunia bagaimana
untuk memahami fenomena globalisasi yang terjadi saat ini. Dari alternatif-
alternatif teori yang telah dipaparkan di atas, diharapkan kita dapat menyikapi
fenomena globalisasi menurut apa yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran.
BAB III

Pembahasan

A. Fenomena Globalisasi Pasca Perang Dingin

Para ahli mengemukakan bahwa globalisasi berkembang pesat setelah


masa perang dingin, dengan bubarnya Uni Soviet, sebagai representasi Blok
Timur. Sejatinya jika ditinjau dari salah satu pengaruh Runtuhnya Uni Soviet,
yaitu disebabkan semakin gencar dan meluasnya informasi yang ditopang
teknologi komputer dan berakibat perubahan menkjubkan berskala global di
bidang ekonomi-perdagangan, teknologi, lingkungan dan politik.9 Demokrasi
menyebar ke negeri itu. Uni Soviet bubar karena globalisasi dan tak mampu
menghadapinya.

Namun memang setelah pasca Perang Dingin Globalisasi benar-benar


terlihat secara nyata, dengan perubahan tatanan kekuatan di dunia, tidak lagi
bipolar. Setelah Perang Dingin mulai berkembang teknologi informasi dan
munculnya kerja-sama antar-negara yang mulai merambah aspek seperti ekonomi,
budaya, dan rendahnya aspek politik yang mendominasi selama Perang Dingin.10
Hal itulah yang membuat globalisasi dengan cepat merambah di penjuru dunia.

Dengan datangnya globalisasi maka fenomena multilateralisme,


regionalisme, dan bilateralisme pun bermunculan.11Hal ini dikarenakan Perang
Dingin berakhir karena telah terjadi perubahan sikap dan persepsi para aktor
internasional, terhadap kerja sama internasional yang mulai menganggap penting
kerja sama dalam berbagai aspek kegiatan dan multilevel.12 Tentunya
meningkatnya kerja sama membuat komunikasi antar aktaor internasional
semakin berkembang. Maka globalisasi pun semakin menyebar.

9
Harlan Cleveland, Lahirnya Sebuah Dunia Baru (terj.), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993, hal.12.
10
Nuraeni S, Deasy Silvya, dan Arfin Sudirman, Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010, hal. 20.
11
Juwono Sudarsono et. al, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan tantangan Masa Depan, Jakarta: Pustaka
Jaya, 1996, hal. 162.
12
Nuraeni et. al, Op. Cit, hal. 21.
Pasca Perang dingin dimana tatanan bipolaristik telah hilang, juga
mempengaruhi mencuatnya globalisasi. Terbentuk multipolar dantak ada lagi
negara adi kuasa yang dapat mengintervensi kebijakan negara lain. 13 Globalisasi
membuat negara-negara semakin mandiri dalam menentukan kebijakannya. Oleh
karena itu negara dalam melakukan kerja sama dengan negara lainnya tak ada
penghalang baginya.

Maraknya organisasi-organisasi internasional yang semakin berkembang


juga membuat gobalisasi semakin hidup, dunia seakan tak ada tabir maupun tirai
yang menutup belahan dunia lainnya. Terjadigejala penguatan intregasi regional
secara ekonomi.14Kesalingtergantungan antar negara pasca perang dingin semakin
besar. Inilah yang disebut desentralisasi sistem internasional.15

B. Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Manusia

Dengan adanya globalisasi dalam kehidupan manusia menjadikan manusia


di seluruh dunia semakin terhubung antar belahan dunia, atau kalau dalam istilah
Thomas L. Friedman dalam bukunya, Dunia telah datar. Tak bundar seperti dulu
yang dimaknai bahwa lokasi di dunia ini semakin dekat, saling terhubung, dan tak
bersekat.

Globalisasi membentuk “Global Village”, dimana dunia ini tak ubahnya


seperti kampung global, kejadian yang terjadi di suatu belahan dunia akan sampai
beritanya di belahan dunia lain. Apa yang menjadi perbincangan di suatu negara
juga diperbincangkan di negara lain.

Globalisasi membawa implikasi positif bagi penyebaran teknologi ke


seluruh dunia. Teknologi yang semakin melaju dalam kecanggihannya tak hanya
dirasakan bagi negara maju saja. Dengan teknologi manusia di seluruh dunia
semakin dapat terhubung, adanya social network menandai perluasan hubungan
sosial di dunia.

13
Ibid, hal.22.
14
Juwono Sudarsono et al., Op. Cit., hal. 162.
15
Nuraeni S. et al., Op. Cit., hal. 23.
Teknologi informasi sangat berpengaruh bagi masyrakat global dalam
menciptakan kesadaran bersama mengenai lingkungan global dan norma bersama
seperti ide tentang hak asasi manusia.16 Melalui kabar berita yang disebarkan dan
telekomunikasi, semua manusia mulai menemukan hal yang perlu diperhatikan
dari kejadian yang terjadi di luar batas teritori negaranya.

Tak hanya pengaruh positif saja yang ada, pengaruh negatif juga
mengancam diri manusia. Globalisasi yang menimbulkan krisis multidimensional
telah mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia berupa krisis identitas
dalam diri individu, dan kelompok masyarakat.17 Globalisasi membuat budaya
yang kita anut sekarang hanya mengikuti dari Barat sana. Masyarakat kita hanya
mengimpor “trend” budaya dari luar negeri tanpa melihat sejatinya nilai budaya
itu.

Globalisasi juga membuat krisis yang terjadi di suatu negara akan merembet
ke negara lainnya, Krisis moneter tahun 1998 contohnya. Pada tahun 1930 ketika
Amerika Serikat dalam posisi krisis, tak ada satupun negara yang terkena
imbasnya. Sekalipun begitu, memang globalisasi juga membawa kemajuan bagi
negara berkembang.18

C. Kemajuan Teknologi pada Era Globalisasi

Di era globalisasi, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan maupun


teknologi sangat pesat sekali. Hal ini dapat kita lihat dari alat-alat modern yang
serba canggih digunakan untuk membantu meringankan dan memudahkan
kehidupan manusia. Akibat dari adanya perkembangan tersebut, tentu akan
mendorong proses percepatan globalisasi yang akan mengubah pola interaksi
manusia di seluruh dunia secara signifikan. Globalisasi ditandai dengan semakin
majunya teknologi dan ilmu pengetahuan.

Perbedaan perkembangan teknologi di setiap negara mengakibatkan


persaingan di berbagai aspek kehidupan menjadi semakin ketat. Kecanggihan

16
Harlan Cleveland, Op. Cit., hal 38.
17
Harjoko Sangganagara, Op. Cit., hal. 2.
18
Aleksius Jemadu, Op. Cit., hal. 248.
teknologi yang didukung oleh sumber daya manusia yang mapan serta sumber
daya alam yang memadai akan menjadi kekuatan tersendiri bagi sebuah negara
untuk menghadapi persaingan antar bangsa di era globalisasi ini.

Pada tatanan dunia global dapat kita lihat perbedaan yang sangat mencolok
antara negara maju dan negara berkembang dalam hal kepemilikan teknologi.
Teknologi canggih yang hanya dimiliki oleh negara-negara maju tercipta karena
didukung oleh sistem informasi yang memadai. Informasi yang lemah
mengakibatkan keterbelakangan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, inilah yang terjadi di negara-negara berkembang.

Apabila kita amati secara seksama, dapat dikatakan bahwa maju tidaknya
suatu negara diukur dari seberapa banyak dia mempunyai informasi, karena
dengan banyaknya informasi yang kita miliki, maka suatu negara akan lebih
mudah dan cepat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat signifikan dapat
mempercepat laju perekonomian serta meningkatkan daya saing sebuah negara di
kancah internasional.

Hilbourne A. Watson dalam karyanya yang berjudul Globalization as


Kapitalism in the Age of Electronics, mengatakan bahwa globalisasi adalah
kapitalisme dalam era kemajuan teknologi.19 Menurutnya globalisasi adalah
sebuah bentuk baru dari kapitalisme yang muncul seiring pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari argumen di atas dapat kita simpulkan bahwa, globalisasi adalah


kapitalisme yang dibungkus oleh topeng teknologi, yang dimana hanya pemilik
teknologilah yang bisa berkehendak sesuka hati mereka. Contohnya saja
eksploitasi besar-besaran yang terjadi di negara berkembang/terbelakang oleh
negara maju. Seperti yang terjadi di Timor Leste, dimana Australia
mengeksploitasi minyak bumi dan gas alam negara tersebut secara besar-besaran,
dengan porsi 60% untuk Australia dan 40% untuk Timor Leste, dengan dalih

19
Ayief Fathurrahman, “Globalisasi: Langkah Menuju Westernisasi Global (Sebuah Kajian Politik Ekonomi
Internasional)”, hal. 5.
mereka berhak mendapat porsi yang lebih besar karena merekalah yang
mempunyai teknologi.20

Globalisasi juga dapat dikatakan sebagai bentuk imperialisme yang baru,


karena imperialisme modern tidak dilakukan oleh negara melainkan MNC/TNC.
Contohnya saja perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang menancapkan
taringnya di Indonesia, seperti Newmont, Freeport, Coca Cola, Exxonmobil, dan
Chevron yang telah banyak menyedot kekayaan alam di negeri ini.21 Memang
mereka tidak menjajah kita secara terang-terangan, akan tetapi dengan eksisnya
perusahaan-perusahaan AS di indonesia menggambarkan dengan jelas bahwa
secara finansial kita telah dijajah dan dibodohi.

Maka dari itu, penguasaan teknologi di era globalisasi sangatlah penting


bagi sebuah negara, karena dengan menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan
maka cita-cita negara menuju kesejahteraan sosial akan lebih mudah untuk
dicapai. Tidak hanya itu, harkat dan martabat negara ini akan terangkat di mata
internasional dan kontribusi kita di dunia internasional akan lebih diperhitungkan.

D. Dampak Kemajuan Teknologi bagi Kehidupan Manusia

Kemajuan teknologi adalah sebuah anugerah tersendiri bagi kehidupan


manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat,
masyarakat yang dulunya masih kental dengan adat tradisional, mulai
bertransformasi menjadi masyarakat modern. Dengan perubahan tersebut secara
tidak langsung perkembangan teknologi telah menuntun masyarakat menuju
globalisasi.

Aspek yang paling terasa seiring berjalannya globalisasi di abad 21 ini


adalah kemajuan di bidang teknologi dan informasi. Contoh sederhana dari aspek
ini adalah bila pada masa dulu masyarakat masih mengandalkan burung merpati,
maupun melalui seorang utusan untuk mengirimkan sebuah surat, maka kemudian
berkembanglah telegram, lalu faksimile, kemudian telepon kabel, dan sekarang di

20
Informasi didapat pada saat pertemuan ketiga penyampaian materi mata kuliah Isu-isu Global Kontemporer oleh Rahmi
Fitriyanti, S. Sos., M. Si, di UIN Jakarta tgl 18 maret 2014.
21
http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-amerika-yang-jadikan-indonesia-mesin-pencetak-uang.html, diakses pada
tgl 22 maret 2014 pukul 10.44.
zaman yang lebih modern ini telah diciptakan smartphone/ponsel pintar yang
mempunyai beragam jenis dan fitur-fitur canggih yang ada di dalamnya.

Tentu seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat menyebabkan


perubahan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik
sosial, ekonomi, maupun budaya. Hal ini juga mempunyai pengaruh yang cukup
besar bagi perubahan nilai-nilai sosial budaya yang telah lama tertanam dalam
sebuah komunitas masyarakat.

Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon, hp, dan internet tidak hanya
beredar di wilayah perkotaan saja, bahkan masyarakat-masyarakat di pelosok desa
pun dapat menikmati fasilitas ini. Dampak kemajuan teknologi bagi kehidupan
manusia sangat besar sekali. Segala informasi apapun dapat kita akses dengan
mudah, terlepas apakah informasi itu bersifat positif ataupun negatif.

Dampak teknologi bagi manusia telah merambah berbagai sektor kehidupan,


contohnya saja dalam bidang informasi dan komunikasi telah terjadi kemajuan
yang sangat pesat sekali. Akibat kemajuan tersebut kita dapat merasakan dampak
positif maupun negatif yang diakibatkan olehnya, antara lain adalah kemudahan
kita dalam menemukan informasi yang kita butuhkan melalui internet, kemudahan
dalam berkomunikasi menggunakan layanan internet maupun smartphone.

Disamping itu ada hal negatif akibat kemajuan teknologi dan informasi,
yaitu banyaknya terjadi kejahatan yang disebut sebagai Cyber Crime, banyaknya
virus-virus komputer yang menyebar di dunia maya, terjadinya pencurian identitas
seseorang, pembobolan rekening, penyadapan yang dilakukan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung serta banyaknya hacker yang melumpuhkan situs-situs
tertentu yang mengakibatkan jatuhnya nilai saham situs tersebut di bursa efek
dunia.

Dalam bidang ekonomi dan industri, teknologi yang digunakan semakin


canggih. Mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi meningkat secara drastis
dengan adanya industrialisasi. Hasil produksi semakin meningkat karena
menggunakan mesin robot yang secara perlahan-lahan menggeser peran manusia,
akibat digunakannya robot sebagai penghasil produksi dari sebuah industri maka
tenaga manusia mulai tidak dibutuhkan, hal ini menyebabkan pengangguran di
mana-mana.

Pertumbuhan ekonomi yang signifikan tidak dibarengi dengan


meningkatnya kesejahteraan manusianya. Pertumbuhan tersebut hanya dirasakan
oleh sebagian kecil mereka yang mempunyai alat-alat produksi. Sedangkan rakyat
biasa hanya bisa pasrah pada keadaan yang menimpa mereka. Kesenjangan sosial
antara yang miskin dan yang kaya semakin jauh melebar dari hari kehari.

Aspek sosial dan budaya juga tidak dapat terlepas dari kemajuan teknologi.
Contohnya saja lifestyle kehidupan remaja-remaja baik di kota besar maupun
kota-kota kecil yang mulai terjangkit penyakit westernisasi. Westernisasi datang
dengan menunggangi teknologi sebagai alat utama untuk mentransfer kebudayaan
mereka ke negara-negara berkembang yang mereka tuju. Kebudayaan kita yang
sarat dengan gotong royong mulai memudar dan sedikit demi sedikit berubah
menjadi individualis.

Hal ini dapat kita lihat di perkotaan-perkotaan besar seperti Jakarta, yang di
mana setiap orang sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Mereka hanya peduli pada diri mereka sendiri. Segala sesuatu yang mereka
lakukan sarat dengan materi, apabila tindakan itu tidak menghasilkan keuntungan
bagi mereka maka dapat dipastikan mereka tidak akan mau melakukannya.

Sangat ironis sekali melihat realita kehidupan mayoritas penduduk ibukota


yang mulai meninggalkan kultur budaya mereka sendiri. Budaya yang mereka
miliki hanya dilakukan pada hari-hari besar tertentu saja. Toleransi terhadap
sesama tidak dipedulikan lagi. Tawuran, pergaulan bebas, minum-minuman keras,
pemerkosaan, pencurian, telah menjadi hal yang biasa di kalangan remaja-remaja
ibukota, seakan-akan telah menjadi agenda wajib yang harus mereka lakukan.
Inilah contoh dampak teknologi yang tidak disikapi dengan benar.

E. Globalisasi dalam Perspektif Regional


Atmosfer globalisasi telah mengguncang dunia akibat derasnya arus laju
perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga
mau tidak mau setiap negara harus menyikapi globalisasi sebagai fenomena global
yang harus diterima. Globalisasi di setiap negara berbeda-beda, tergantung dari
cara setiap negara dalam menyikapi globalisasi itu sendiri.

Dalam sudut pandang regional, cara menyikapi globalisasi dari berbagai


regional wilayah di dunia pasti berbeda. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
dalam kemajuan teknologi dan ekonomi di negara-negara dalam regional tersebut.
Apabila kita melihat dari sudut pandang regional ASEAN maka globalisasi dapat
menghasilkan keuntungan maupun kerugian bagi negara-negara di Asia Tenggara.

Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh oleh negara-negara ASEAN


adalah kemudahan dalam melakukan transaksi ekspor impor dengan negara-
negara yang telah membuat perjanjian dengan ASEAN. Sehingga pertumbuhan
laju perekonomian negara-negara di ASEAN dapat berkembang dengan cepat.
Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan dapat membawa kesejahteraan
sosial di wilayah regional ASEAN.

Tentunya akan banyak keuntungan yang didapatkan oleh negara-negara


ASEAN. Akan tetapi tidak sedikit juga kerugian yang kita dapatkan. Contohnya
saja saat terjadi krisis ekonomi yang parah di wilayah Asia Tenggara, khususnya
Indonesia yang paling parah terkena dampak krisis tersebut. IMF datang memberi
bantuan kepada Indonesia agar terlepas dari jerat krisis ekonomi tersebut.
Kedatangan IMF tentu murni bukan hanya untuk memberi bantuan, tetapi juga
membawa unsur-unsur yang sarat dengan nilai politis.22

Tentunya dibutuhkan banyak persiapan bagi negara-negara di ASEAN


untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi perdagangan, budaya,
dan aspek-aspek yang lainnya agar dapat bersaing secara kompetitif di kancah
internasional. Sehingga globalisasi tidak hanya didominasi oleh negara-negara
yang mempunyai teknologi dan kekuatan ekonomi saja, tetapi juga dapat
dirasakan manfaatnya bagi seluruh negara-negara yang ada di dunia.
22
Farid Gaban, “Panduan Meliput Isu Globalisasi”, Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, 2012, hal. 5-6.
F. Globalisasi Dalam Perspektif Global
Globalisasi dalam perspektif ini merupakan perspektif dalam lingkup terluas
dibandingkan dua perspektif lainnya. Globalisasi dalam perspektif global ini
sangat mencerminkan makna globalisasi yang sesungguhnya karena konsep
globalisasi akan dimaknai dengan perspektif global itu sendiri. Dalam perspektif
global, globalisasi didefinisikan sebagai“the extension of social relations over the
globe”.
Berikut penjelasan globalisasi dalam perspektif global sesuai dengan
definisi diatas:
“Globalisasi dengan definisi sebagai ‘the extension of social relations over
the globe’— telah memunculkan kecenderungan simliaritas dan uniformitas dari
para individu, kelompok dan system social yang melewati atau bahkan
menghapus batas tradisional negara (vanishing traditional borders). Baik secara
sosial, ekonomi maupun politik, globalisasi memungkikan terjadinya pergeseran
citizenship dan kesetiaan dari keterikatan nasional ke dalam keterikatan
global”23
Merunut kepada sejarah berkembangnya proses globalisasi secara garis
besar globalisasi yang sedang bergulir saat ini adalah globalisasi yang mengacu
kepada“Barat”. Artinya aspek-aspek seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya
yang diglobalisasikan adalah aspek-aspek yang berpatokan pada “Barat”.
Munculnya pernyataan seperti ini dikarenakan adanya kemungkinan globalisasi di
masa dan dari tempat yang berbeda akan menciptakan aspek-aspek globalisasi
yang acuannya berbeda pula.
Globalisasi dalam perspektif global juga dapat kita ketahui dengan melihat
pendapat-pendapat Hurrel tentang globalisasi yang mengungkapkan hal-hal
berikut:pertama, adanya peningkatan dramatis dalam “density (kepadatan, jumlah,
kuantitas)”, dan “depth (kedalaman dan kualitas)” dalam interdependensi
ekonomi; kedua, bahwa teknologi informasi dan revolusi informasi sedang
memainkan peran kritis di dalam penyebaran pengetahuan, teknologi dan ide;
ketiga, bahwa perkembangan globalisasi menciptakan infrastruktur material dalam

23
Perwita,Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani ,Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung:
Rosdakarya, 2011), Hlm. 136.
menguatkan interdependensi kemasyarakatan. Hal tersebut digabungkan dengan
integrasi dan homogenisasi pengaruh dari kekuatan pasar, memfasilitasi
meningkatnya arus atas nilai, pengetahuan dan ide serta meningkatnya
kemampuan kelompok-kelompok tertentu dalam pengaturan melintasi batas
nasional, menciptakan suatu masyarakat sipil transnasional dan pergerakan sosial
transnasional; dan keempat, bahwa globalisasi sedang mengarahkan pada
tumbuhnya kesadaran yang tidak terkira mengenai masalah-masalah global
(seperti perubahan lingkungan hidup global) dan rasa memiliki pada suatu
komunitas manusia yang satu.24

G. Globalisasi Dalam Perspektif Nation State


Globalisasi dalam perspektif Nation State tentu merupakan luang lingkup
terkecil perspektif tentang globalisasi dibandingkan dua perspektif lainnya yaitu
perspektif Regional dan perspektif global. Globalisasi dalam pespektif ini
merupakan perspektif yang biasanya dicantumkan dibuku-buku pelajaran pada
bab globalisasi yang mencantumkan keuntungan dan kerugian suatu negara-
bangsa ketika dihadapkan dengan globalisasi.
Jika melihat pada globalisasi dalam perspektif global yang menekankan
pada pergeseran identitas nasional ke dalam ikatan global. Maka globalisasi dalam
perspektif nation-state memicu pergeseran identitas nasional ke dalam ikatan
yang lebih spesifik seperti budaya, agama, dan etnis.
Kecenderungan-kecenderungan dalam perspektif nation-state di paragraph
sebelumnya, pada akhirnya, memposisikan individu, kelompok masyarakat dan
negara-bangsa ke dalam dua bentuk tindakan yang bertolak belakang dengan
perspektif global yang telah dipaparkan sebelumnya pada bagian globalisasi
dalam perspektif global yaitu fragmentation melalui secession (pemisahan diri)
dan unification melalui fusi atau penggabungan.
Hal yang bertolak belakang antara globalisasi dalam perspektif global dan
perspektif nation-state ini akan sangat menimbulkan masalah terutama bagi
negara-bangsa yang terdiri dari masyarakat yang majemuk. Diantara masalah

24
Andrew Hurrel dalam Nuraeini S et al., Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010, hal. 48.
dihadapi negara-bangsa dalam menghadapi globalisasi yaitu dalam hal semangat
partikularisme domestik yang dimanifestasikan dalam dua bentuk tuntutan.
Pertama, tuntutan-tuntutan berkenaan dengan diskriminasi ekonomi, sosial,
dan politik yang dialami oleh kelompok subnasional bagi tingkat representasi dan
otonomi yang lebih besar dan signifikan terhadap pemerintah pusat. Kedua,
tuntutan-tuntutan yang sangat ekstrim untuk melakukan pemisahan diri
berdasarkan ikatan identitas yang lebih spesifik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya dari wilayah-wilayah negara-bangsa yang berdaulat dan ingin
membentuk negara sendiri.25

H. Dampak Globalisasi bagi Konstelasi Global dalam Hubungan


Internasional

Munculnya globalisasi beriringan dengan berubahnya tatanan dunia,


semenjak Uni Soviet bubar dan apa yang dinamakan Blok Barat-Blok Timur
sudah tiada lagi. Globalisasi menjadi pijakan bagi manusia modern pasca perang
dingin dalam menemukan paradigma hubungan internasional yang baru.

Tatanan dunia berubah, corak perkembangan hubungan internasional


terkena implikasinya, dengan membawa hal yang baru dalam perubahan isu dan
aktor. Apakah globalisasi memang mempunyai pengaruh dalam yang kuat atau
malah hanya menjadi imbas dari semakin terbukanya dunia terhadap
perkembangan ide, ataukah memang kebetulan kedua kejadian tersebut muncul
dengan tidak ada keterkaitannya sama sekali.

Dari peruraian bab sebelumnya dijelaskan bahwa memang ada keterkaitan


jatuhnya Perang Dingin dengan mulai munculnya globalisasi. Globalisasi
memakasa negara Blok Timur untuk mengubah keterkungkungan negara itu dari
sistem politik dalam negeri yang kolot dan tak terbuka dengan kondisi global.
Demokratisasi mendapatkan tempatnya.

25
Perwita,Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani,Op.Cit., Hlm. 136-137.
Setelah Perang Dingin, dengan imbas globalisasi, isu-isu Hubungan
Internasional bergeser dari isu High Politics ( isu politik dan keamanan) menjadi
Low Politics (misalnya, hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup,
terorisme) .26 pertambahan isu seiring dengan kasus-kasus yang makin marak
terjadi. Seperti terorisme yang mengatasnamakan Islam, yang setelah peristiwa
9/11 menjadi salah satu topik utama keamanan yang dibahas.

Jika dahulu Hubungan Internasional dikaitkan dengan Politik Internasional


sebagai topik utama, maka sekarang tidak lagi. Internasionalisasi isu-isu lokal
menjadi hal baru yang muncul dan menjadi kajian Hubungan Internasional.27
Konstelasi dunia Hubungan Internasional semakin beragam dan menjadi ciri era
baru isu global kontemporer masa kini. Atas dasar itu, teori-teori baru di HI pun
semakin bermunculan untuk mencoba menerangkan objek kajian yang terjadi.

26
Anak Agung Banyu Permita dan Yanyan Mochammad Yani, Op. Cit., hal. 5.
27
Ibid, hal. 4.
BAB IV

Kesimpulan

Kondisi sosial dan politik di dalam sebuah negara tidaklah dapat terlepas
dari gejolak sosial politik yang terjadi dalam level internasional. Hal ini
dimungkinkan karena perilaku sebuah negara akan cenderung atau bahkan
mengikuti situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam sistem anarki
internasional.

Dalam level internasional inilah globalisasi dijadikan sebagai salah satu


fenomena ataupun isu untuk mendukung dan menunjang masa depan dunia yang
lebih baik dari sebelumnya. Dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang
sangat mutakhir, globalisasi dengan mudahnya menyebar hampir ke seluruh
negara di dunia. Bahkan di negeri kita sendiri dapat kita rasakan sendiri bahwa
globalisasi telah mencapai pelosok-pelosok desa di negeri ini. Walaupun
penduduk desa sendiri tidak sadar dan tidak tahu bahwa mereka telah menjadi
bagian dari globalisasi.

Bagi sebagian orang mungkin globalisasi adalah sesuatu yang positif,


bermanfaat, dan berguna. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang menentang
globalisasi habis-habisan. Menurut pemikiran mereka globalisasi adalah salah satu
alat barat untuk menjajah negara-negara berkembang di dunia. Globalisasi
dicitrakan sebaik-baiknya dimata negara-negara berkembang seakan-akan
globalisasi dapat dijadikan sebagai indikator kemajuan sebuah bangsa.

Bagi penulis (kami), globalisasi dapat berdampak positif maupun negatif.


Tergantung bagaimana kita memandang globalisasi itu sendiri. Kita sebagai
bangsa Indonesia harus mampu untuk menyikapi dan menanggapi fenomena
globalisasi yang sedang terjadi di era modern ini. Kita harus mampu untuk
memfilter serta membedakan mana budaya asing yang sesuai dengan budaya kita,
dan mana budaya asing yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa kita.

Di sinilah peluang dan tantangan bagi para akademisi untuk memberikan


pemahaman bagi masyarakat Indonesia tentang apa itu yang dimaksud dengan
globalisasi. Jangan sampai kita terbawa oleh arus globalisasi yang akan membawa
kita pada arus westernisasi, yang dimana hal ini akan membawa kehancuran bagi
diri kita sendiri, khususnya bangsa ini diakibatkan oleh budaya yang merusak
generasi muda kita.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Cleveland Harlan. Lahirnya Sebuah Dunia Baru (terj.). Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993.

Gaban Farid. Panduan Meliput Isu Globalisasi. Jakarta: Aliansi Jurnalis


Independen Indonesia, 2012.

Guru Mitra Tim. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 2007.

Jemadu Aleksius. Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.

P. Hermawan Yulius (ed). Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional:


Aktor, Isu, dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Sudirman Arfin dan Silvya Deasy Nuraeni S. Regionalisme dalam Studi


Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Sudarsono Juwono et. al. Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan


Tantangan Masa Depan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1996.

Yani Mochammad Yanyan dan Permita Banyu Agung Anak. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Jurnal:

Fathurrahman Ayief. Globalisasi Langkah Menuju Westernisasi Global (Sebuah


Kajian Politik Ekonomi Internasional). Jurnal online, hal. 5, diakses di
www.stainmetro.ac.id, pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 11.45.

Sangganagara Harjoko. Pancasila di Tengah Globalisasi. Jurnal online, hal. 1,


diakses di www.ebookbrowse.net, pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 14.30.

Internet:

http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-amerika-yang-jadikan-indonesia-
mesin-pencetak-uang.html, diakses pada tgl 22 maret 2014 pukul 10.44.

Anda mungkin juga menyukai