Oleh:
Dosen Pengampu
JAKARTA
2012/2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana globalisasi dilihat dari perspektif regional, global, dan nation state?
3. Bagaimana dampak globalisasi bagi konstelasi global dalam Hubungan
Internasional?
C. Tujuan
Landasan Teori
A. Pengertian Globalisasi
Sedangkan dalam buku Yulius (ed.), menurut Scholte juga, Globalisasi bisa
dimaknai dalam beberapa pengertian, yaitu sebagai internasionalisasi, liberalisasi,
universalisasi, Westernisasi, dan deteriolisasi. Maksud internasionalisasi yang
disebut diatas adalah meningkatnya intensitas interkasi lintas batas dan saling
ketergantungan antar negara. Sedangkan makna Globalisasi dilihat dari
Liberalisasi yaitu proses untuk memindahkan larangan-larangan yang dibuat oleh
negara dalam rangka membentuk ekonomi dunia yang lebih terintegrasi. 3
1
Anak Agung Banyu Permita dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011, hal. 136.
2
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008, hal. 28.
3
Yulius P. Hermawan (ed.), Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2007, hal. 132. Dalam buku Aleksius Jemadu juga disebutkan penjelasan ini
4
Ibid
5
Alesius Jemadu, Op. Cit, hal. 230.
Terdapat empat ciri dasar konsep Globalisasi menurut David Held yaitu :6
B. Teori Globalisasi
1) Globalis:
a) Globalis positif: Menurut pandangan mereka
globalisasi akan memberikan manfaat yang sangat banyak bagi
kehidupan manusia di seluruh dunia ini. Solidaritas manusia akan
6
Yulius P. Hermawan (ed.), Op. Cit.
7
Harjoko Sangganagara, Pancasila di Tengah Globalisasi, Jurnal Online, hal. 1, diakses di www.ebookbrowsee.net.
8
Tim Mitra Guru,”Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi”, Erlangga, Jakarta, 2007, hal. 72.
dapat mudah dijalin dengan kecanggihan teknologi mutakhir yang
dapat menghubungkan setiap manusia di dunia.
b) Globalis negatif: Dalam pandangan mereka,
globalisasi tidak lain dan tidak bukan hanyalah alat yang digunakan
barat untuk menutupi kedok penjajahan mereka di era modern ini.
Memang penjajahan di era modern ini tidak dapat dirasakan
langsung oleh setiap manusia di dunia. Akan tetapi, dampak dari
penjajahan hanya dapat diketahui dari dominasi barat terhadap
negara-negara berkembang, baik dominasi politik, budaya, maupun
ekonomi.
2) Tradisionalis: Menurut pandangan tradisionalis bahwa
globalisasi hanyalah sebuah evolusi atau transformasi dari sistem
kapitalisme yang menjadi sebuah fenomena penting yang telah
mendominasi dunia selama ratusan tahun.
3) Transformasionalis: Para transformasionalis mempunyai
pandangan yang moderat mengenai globalisasi. Mereka merupakan
penengah dari globalis dan tradisionalis yang saling bertentangan.
Pendapat mereka adalah globalisasi bukanlah hal yang perlu untuk
dibesarkan, tetapi juga kita tidak bisa menghindari fenomena globalisasi
itu sendiri yang merupakan sebuah fenomena baru yang muncul setelah
perang dingin usai.
Dari beberapa teori di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, para teoritisi
mencoba untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat dunia bagaimana
untuk memahami fenomena globalisasi yang terjadi saat ini. Dari alternatif-
alternatif teori yang telah dipaparkan di atas, diharapkan kita dapat menyikapi
fenomena globalisasi menurut apa yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran.
BAB III
Pembahasan
9
Harlan Cleveland, Lahirnya Sebuah Dunia Baru (terj.), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993, hal.12.
10
Nuraeni S, Deasy Silvya, dan Arfin Sudirman, Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010, hal. 20.
11
Juwono Sudarsono et. al, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan tantangan Masa Depan, Jakarta: Pustaka
Jaya, 1996, hal. 162.
12
Nuraeni et. al, Op. Cit, hal. 21.
Pasca Perang dingin dimana tatanan bipolaristik telah hilang, juga
mempengaruhi mencuatnya globalisasi. Terbentuk multipolar dantak ada lagi
negara adi kuasa yang dapat mengintervensi kebijakan negara lain. 13 Globalisasi
membuat negara-negara semakin mandiri dalam menentukan kebijakannya. Oleh
karena itu negara dalam melakukan kerja sama dengan negara lainnya tak ada
penghalang baginya.
13
Ibid, hal.22.
14
Juwono Sudarsono et al., Op. Cit., hal. 162.
15
Nuraeni S. et al., Op. Cit., hal. 23.
Teknologi informasi sangat berpengaruh bagi masyrakat global dalam
menciptakan kesadaran bersama mengenai lingkungan global dan norma bersama
seperti ide tentang hak asasi manusia.16 Melalui kabar berita yang disebarkan dan
telekomunikasi, semua manusia mulai menemukan hal yang perlu diperhatikan
dari kejadian yang terjadi di luar batas teritori negaranya.
Tak hanya pengaruh positif saja yang ada, pengaruh negatif juga
mengancam diri manusia. Globalisasi yang menimbulkan krisis multidimensional
telah mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia berupa krisis identitas
dalam diri individu, dan kelompok masyarakat.17 Globalisasi membuat budaya
yang kita anut sekarang hanya mengikuti dari Barat sana. Masyarakat kita hanya
mengimpor “trend” budaya dari luar negeri tanpa melihat sejatinya nilai budaya
itu.
Globalisasi juga membuat krisis yang terjadi di suatu negara akan merembet
ke negara lainnya, Krisis moneter tahun 1998 contohnya. Pada tahun 1930 ketika
Amerika Serikat dalam posisi krisis, tak ada satupun negara yang terkena
imbasnya. Sekalipun begitu, memang globalisasi juga membawa kemajuan bagi
negara berkembang.18
16
Harlan Cleveland, Op. Cit., hal 38.
17
Harjoko Sangganagara, Op. Cit., hal. 2.
18
Aleksius Jemadu, Op. Cit., hal. 248.
teknologi yang didukung oleh sumber daya manusia yang mapan serta sumber
daya alam yang memadai akan menjadi kekuatan tersendiri bagi sebuah negara
untuk menghadapi persaingan antar bangsa di era globalisasi ini.
Pada tatanan dunia global dapat kita lihat perbedaan yang sangat mencolok
antara negara maju dan negara berkembang dalam hal kepemilikan teknologi.
Teknologi canggih yang hanya dimiliki oleh negara-negara maju tercipta karena
didukung oleh sistem informasi yang memadai. Informasi yang lemah
mengakibatkan keterbelakangan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, inilah yang terjadi di negara-negara berkembang.
Apabila kita amati secara seksama, dapat dikatakan bahwa maju tidaknya
suatu negara diukur dari seberapa banyak dia mempunyai informasi, karena
dengan banyaknya informasi yang kita miliki, maka suatu negara akan lebih
mudah dan cepat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat signifikan dapat
mempercepat laju perekonomian serta meningkatkan daya saing sebuah negara di
kancah internasional.
19
Ayief Fathurrahman, “Globalisasi: Langkah Menuju Westernisasi Global (Sebuah Kajian Politik Ekonomi
Internasional)”, hal. 5.
mereka berhak mendapat porsi yang lebih besar karena merekalah yang
mempunyai teknologi.20
20
Informasi didapat pada saat pertemuan ketiga penyampaian materi mata kuliah Isu-isu Global Kontemporer oleh Rahmi
Fitriyanti, S. Sos., M. Si, di UIN Jakarta tgl 18 maret 2014.
21
http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-amerika-yang-jadikan-indonesia-mesin-pencetak-uang.html, diakses pada
tgl 22 maret 2014 pukul 10.44.
zaman yang lebih modern ini telah diciptakan smartphone/ponsel pintar yang
mempunyai beragam jenis dan fitur-fitur canggih yang ada di dalamnya.
Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon, hp, dan internet tidak hanya
beredar di wilayah perkotaan saja, bahkan masyarakat-masyarakat di pelosok desa
pun dapat menikmati fasilitas ini. Dampak kemajuan teknologi bagi kehidupan
manusia sangat besar sekali. Segala informasi apapun dapat kita akses dengan
mudah, terlepas apakah informasi itu bersifat positif ataupun negatif.
Disamping itu ada hal negatif akibat kemajuan teknologi dan informasi,
yaitu banyaknya terjadi kejahatan yang disebut sebagai Cyber Crime, banyaknya
virus-virus komputer yang menyebar di dunia maya, terjadinya pencurian identitas
seseorang, pembobolan rekening, penyadapan yang dilakukan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung serta banyaknya hacker yang melumpuhkan situs-situs
tertentu yang mengakibatkan jatuhnya nilai saham situs tersebut di bursa efek
dunia.
Aspek sosial dan budaya juga tidak dapat terlepas dari kemajuan teknologi.
Contohnya saja lifestyle kehidupan remaja-remaja baik di kota besar maupun
kota-kota kecil yang mulai terjangkit penyakit westernisasi. Westernisasi datang
dengan menunggangi teknologi sebagai alat utama untuk mentransfer kebudayaan
mereka ke negara-negara berkembang yang mereka tuju. Kebudayaan kita yang
sarat dengan gotong royong mulai memudar dan sedikit demi sedikit berubah
menjadi individualis.
Hal ini dapat kita lihat di perkotaan-perkotaan besar seperti Jakarta, yang di
mana setiap orang sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Mereka hanya peduli pada diri mereka sendiri. Segala sesuatu yang mereka
lakukan sarat dengan materi, apabila tindakan itu tidak menghasilkan keuntungan
bagi mereka maka dapat dipastikan mereka tidak akan mau melakukannya.
23
Perwita,Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani ,Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung:
Rosdakarya, 2011), Hlm. 136.
menguatkan interdependensi kemasyarakatan. Hal tersebut digabungkan dengan
integrasi dan homogenisasi pengaruh dari kekuatan pasar, memfasilitasi
meningkatnya arus atas nilai, pengetahuan dan ide serta meningkatnya
kemampuan kelompok-kelompok tertentu dalam pengaturan melintasi batas
nasional, menciptakan suatu masyarakat sipil transnasional dan pergerakan sosial
transnasional; dan keempat, bahwa globalisasi sedang mengarahkan pada
tumbuhnya kesadaran yang tidak terkira mengenai masalah-masalah global
(seperti perubahan lingkungan hidup global) dan rasa memiliki pada suatu
komunitas manusia yang satu.24
24
Andrew Hurrel dalam Nuraeini S et al., Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010, hal. 48.
dihadapi negara-bangsa dalam menghadapi globalisasi yaitu dalam hal semangat
partikularisme domestik yang dimanifestasikan dalam dua bentuk tuntutan.
Pertama, tuntutan-tuntutan berkenaan dengan diskriminasi ekonomi, sosial,
dan politik yang dialami oleh kelompok subnasional bagi tingkat representasi dan
otonomi yang lebih besar dan signifikan terhadap pemerintah pusat. Kedua,
tuntutan-tuntutan yang sangat ekstrim untuk melakukan pemisahan diri
berdasarkan ikatan identitas yang lebih spesifik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya dari wilayah-wilayah negara-bangsa yang berdaulat dan ingin
membentuk negara sendiri.25
25
Perwita,Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani,Op.Cit., Hlm. 136-137.
Setelah Perang Dingin, dengan imbas globalisasi, isu-isu Hubungan
Internasional bergeser dari isu High Politics ( isu politik dan keamanan) menjadi
Low Politics (misalnya, hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup,
terorisme) .26 pertambahan isu seiring dengan kasus-kasus yang makin marak
terjadi. Seperti terorisme yang mengatasnamakan Islam, yang setelah peristiwa
9/11 menjadi salah satu topik utama keamanan yang dibahas.
26
Anak Agung Banyu Permita dan Yanyan Mochammad Yani, Op. Cit., hal. 5.
27
Ibid, hal. 4.
BAB IV
Kesimpulan
Kondisi sosial dan politik di dalam sebuah negara tidaklah dapat terlepas
dari gejolak sosial politik yang terjadi dalam level internasional. Hal ini
dimungkinkan karena perilaku sebuah negara akan cenderung atau bahkan
mengikuti situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam sistem anarki
internasional.
Buku:
Cleveland Harlan. Lahirnya Sebuah Dunia Baru (terj.). Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993.
Guru Mitra Tim. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 2007.
Jemadu Aleksius. Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.
Yani Mochammad Yanyan dan Permita Banyu Agung Anak. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Jurnal:
Internet:
http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-amerika-yang-jadikan-indonesia-
mesin-pencetak-uang.html, diakses pada tgl 22 maret 2014 pukul 10.44.