Anda di halaman 1dari 10

CONCEPT OF GLOBALIZATION AND

REGIONALISM

NAMA KELOMPOK:

MOCH FARIZY AGATHA PRATAMA (L1A022058)


I PUTU ARYA PRATAMA (L1A022049)
JERY IRAWAN (L1A022050)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dewasa ini, fenomena globalisasi tidak dapat dipungkiri lagi telah banyak
membawa kemudahan bagi semuanya terutama dalam hubungan internasional.
Globalisasi yang pada saat ini seakan-akan menciptakan lingkungan internasional
berubah menjadi lingkungan kecil yang tanpa batas, juga membuat hubungan
antar bangsa satu dengan yang lain menjadi sangat mudah dengan adanya
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang sangat cepat dan
canggih.
Globalisasi adalah proses multidimensi yang hadir dibanyak bidang dan
didefinisikan dalam banyak cara, ia telah berkembang dengan tingkat intensitas
yang berbeda sejak akhir abad ke-19 dan menjadi sangat penting dalam dekade
terakhir abad ke-20, sebagai proses sosial atau proses sejarah yang membawa
bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain dan mewujudkan
kehidupan baru dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan
budaya masyarakat.
Perkembangan gagasan globalisasi yang dimulai dari kata “globalisasi”
sendiri pertama kali muncul pada tahun 1960 dalam kamus Oxford English
Dectionary yang mana menandakan era perekonian baru berbasiskan pada
masuknya kapital asing dari negara barat dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi di negara dunia ketiga.1 Terdapat dua faktor yang berperan
penting bagi munculnya glibalisasi: situasi saling ketergantugan yang dirasakan
secara nyata akibat perkembangan ekonomi dunia yang membuat kehidupan
manusia yang berkembang di salah satu belahan bumi memiliki konsekuensi
langsung terhadap kehidupan manusia di belahan bumi lainnya. Sebagai contoh
1
Wasisto Raharjo Jati, Pengantar Kajian Globalisasi: Analisa Teori Dan Dampaknya Di
Dunia Ketiga (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013).
penggunaan konsumsi fashion di wilayah Eropa dan Korea berdampak pada
penggunaan gaya fashion yang sama di daerah Asia Tenggara.
Setelah Globalisasi berkembang, lahirlah regionalisme. Regionalisme
terbentuk akibat peristiwa Perang Dingin yang membuat perubahan besar bagi
dunia Internasional. Salah satunya meluasnya regionalisme. Regionalisme sendiri
menurut Ravenhill, berakar dari kata region yang disebut sebagai konstruksi
sosial yang mempunyai anggota resmi dan definisi batas yang jelas. Dalam studi
Hubungan Internasional, regionalisme memiliki bagian studi yang sangat erat
dengan studi kawasan. Bahkan, dalam analisis istilah region (kawasan) dengan
regionalisme sering kali tumpang tindih. Oleh karena itu, definisi regionalisme
akan banyak mengambil dari definisi-definisi yang berkembang dalam studi
kawasan.2

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
diambil, sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan globalisasi, dan regionalisme?
b. Bagaimana pengaruh konsep globalisasi, dan regionalisme terhadap
terbentuknya ASEAN?

2
Luk Van Langenhone Mary Farrell, Bjorn Hettne, Global Politics of Regionalism:
Theory and Practice (Pluto Press, 2005).
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Globalisasi
Menurut bentuk asalnya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang
berarti universal atau menyeluruh. Kamus Bahasa Indonesia on line menjelaskan
bahwa pengertian globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Hal
itu berarti bahwa globalisasi adalah istilah yang identik dengan mendunia, atau
menuju universalisasi.3
Achmad Suparman menyatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia
ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi
mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan
baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi, dan budaya masyarakat.

Menurut Tomlinson,4 menyatakan bahwa globalisasi merujuk pada


perkembangan yang cepat dan mendalam. Hubungan ketergantungan yang
menjadi ciri kehidupan sosial modern, ia melahirkan keterkaitan yang bersifat
kompleks dan multidimensional. Dalam kerangka yang umum globalisasi
mengubah sikap mental dan cara pandang yang dapat menjadi faktor penyatu
maupun pemecah.

2.1.1 Bentuk-Bentuk Globalisasi


1. Globalisasi Ekonomi

3
Kamus Bahasa Indonesia Online, ‘Globalisasi’, Kamus Bahasa Indonesia Online
<http://kamusbahasaindonesia.org/globalisasi> [accessed 19 September 2022].
4
Mohammad Maiwan, ‘Memahami Politik Globalisasi Dan Pengaruhnya Dalam Tata
Dunia Baru: Antara Peluang Dan Tantangan’, Jurnal Pamator, 7 (2014), 10.
Globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat
mendasar dan struktural, yang berlangsung dengan sangat cepat mengikuti
perubahan teknologi maupun kebutuhan masyarakat dunia. Globalisasi
ekonomi jauh dari jangkauan pemerintah karena prosesnya langsung
digerakkan oleh pasar global.
2. Globalisasi Teknologi
Globalisasi teknologi mengacu pada penyebaran teknologi secara cepat di
berbagai negara, yang dimana globalisasi ini banyak membantu pekerjaan
masyarakat menjadi lebih mudah dan efisen.
3. Globalisasi Sosial Budaya
Globalisasi sosial budaya berlangsung mengikuti perkembangan teknologi
dan komunikasi. yang dimana penyebarannya berdampak langsung pada
kebiasaan masyarakat. contohnya: industri hiburan korea, yang membuat
perubahan pada gaya hidup seseorang mengikuti bagaimana pola
kehidupan idola mereka.
4. Globalisasi Politik
Globalisasi politik adalah penyebaran suatu ideologi dari satu negara ke
negara lainnya, contohnya yang terjadi di negara China yang mengikuti
ideologi komunis dari Uni Soviet.

2.2 Pengertian Regionalisme


Menurut Mansbaach, Region atau Kawasan adalah “pengelompokan
regional diidentifikasi dari basis kedekatan geografis, budaya, perdagangan, dan
saling ketergantungan ekonomi”. 5 Sementara itu, menurut Coulumbis dan Wolfe,
dalam bukunya yang berjudul Introductions to International Relationship, Power
and Justice. Terdapat empat cara atau kriteria yang bisa dipergunakan untuk
mendefinisikan dan menunjukkan sebuah kawasan atau region yang sebenarnya
sangat ditentukan oleh tujuan analisis, kriteria tersebut adalah: 6

5
Arfin Sudirman Nuraeini S., Deasy Silvya, Regionalisme: Dalam Studi Hubungan
Internasional (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010).
6
Nuraeini S., Deasy Silvya.
1. Kriteria geografis: mengelompokkan negara dalam berdasarkan
lokasinya dalam benua, sub-benua, dan kepulauan.
2. Kriteria politik atau militer: mengelompokkan negara-negara
berdasarkan pada keikutsertaannya dalam berbagai aliansi atau
berdasarkan pada orientasi ideologis maupun orientasi politik.
3. Kriteria ekonomi: mengelompokkan negara-negara berdasarkan pada
kriteria dalam perkembangan pembangunan ekonomi.
4. Kriteria transaksional: mengelompokkan negara-negara berdasarkan
pada jumlah frekuensi mobilitas penduduk, barang dan jasa. seperti
imigran, turis maupun perdagangan.

Kawasan lebih mengacu pada posisi teritori geografis, batas-batasnya


terwujud, dan mampu diterjemahkan dengan nyata, sementara
regionalisme bersifat abstrak, menyangkut ‘ruh’ sebuah kawasan. Namun,
karena regionalisme itu adalah suatu ide yang sifatnya abstrak dan tidak
berwujud dimana sulit untuk mendeteksi keberadaan regionalisme di suatu
wilayah di belahan dunia ini.

2.3 Pengaruh Konsep Globalisasi Terhadap Terbentuknya ASEAN


Globalisasi adalah sebuah fenomena yang tidak bisa di lepaskan dari
kehidupan masyarakat dunia. Adanya globalisasi membuat hambatan yang ada
pada sebuah negara berkurang, karena negara terdorong, untuk memasuki dunia
yang lebih luas, guna mempermudah hambatannya. Globalisasi membawa
kemajuan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, budaya, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Cerminan dari wujud globalisasi adalah terbentuknya
Association of South East Asia Nations (ASEAN). Tujuan terbentuknya ASEAN
adalah untuk percepat kemajuan ekonomi, meningkatkan perdamaian dan
pengembangan kebudayaan, serta meningkatkan Kerjasama aktif dalam bidang
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta admistrasi di negara-
negara Asia Tenggara.
Globalisasi ekonomi berperan penting dalam terbentuknya ASEAN, karena
mempermudah kerja sama antarnegara di asia tenggara. Seperti semakin
terbukanya kegiatan ekonomi yang akan meningkatkan tambahan dana
pembangunan dalam negeri. Globalisasi politik berperan untuk membawa negara
mencapai sebuah aliansi yang sama-sama menguntungkan negara mereka dengan
membuat kerjasama baik di bidang politik maupun ekonomi, dan teknologi.
Contohnya ASEAN, yang dimana terbentuk karena negara-negara Asia Tenggara
ingin menciptakan kerja sama sebagai sarana menunjang kerja sama global dari
berbagai pihak. 7

2.4 Pengaruh Konsep Regionalisme Terhadap Terbentuknya ASEAN


Regionalisme dapat mempromosikan terbentuknya komunitas dan
berbagai Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. Selain
itu regionaslime juga dapat mengkonsolidasikan proses pembangunan negara atau
state building dan demokratisasi, meningkatkan transparansi, serta membuat
negara dan institusi menjadi lebih akuntabel.
Untuk pertama kalinya negara-negara Asia Tenggara mengenal organisasi
regional pada saat terbentuknya SEATO (South East Asia Treaty Organization).
Organisasi ini dibentuk sebagai upaya Amerika Serikat untuk membendung
pengaruh komunis di Asia Tenggara, terutama pengaruh dari Uni Soviet melalui
China. Organisasi regional yang pertama dibentuk oleh negara-negara di kawasan
ini adalah ASA (Association of Southeast Asia) tahun 1961. Organisasi ini tidak
bertahan lama karena adanya konflik antara Filipina dan Malaysia, konflik
tersebut mendorong terbentuknya Maphilindo (Malaysia, Filipina, dan Indonesia)
Maphilindo bubar karena konflik Indonesia yang menentang pembentukan negara
Malaysia.
Pada tanggal 5-8 Agustus 1967, lima menteri luar negeri Asia Tenggara
mengadakan pertemuan di Bangkok dan sepakat membentuk ASEAN (Association
of South East Asian Nation) berdasarkan deklarasi Bangkok. Pada KTT ASEAN

7
Hadi Sasana Zahrini Zata Lini, ‘Pengaruh Tingkat Globalisasi Terhadap Pengangguran
Di Asean’, Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan), 4 (2019), 13.
ke-9 tahun 2003 para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk ASEAN
Community yang dipertegas kembali pada KTT ke-12 pada januari 2007. ASEAN
Community terdiri dari 3 pilar, yakni ASEAN Economic Community (AEC),
ASEAN Sosio-cultural Community, ASEAN Political-Security Community. AEC
mempunyai 4 pilar, yakni pasar tunggal ASEAN, pengembangan perekonomian di
ASEAN, pemerataan ekonomi, dan peningkatan daya saing global.8

8
Nuraeini S., Deasy Silvya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Globalisasi adalah suatu proses dimana antarindividu, antarkelompok, dan
antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu
sama lain yang melintasi batas negara. Sementara itu, Regionalisme
merupakan suatu ide yang bersifat abstrak dan tidak terwujud, dan sulit
untuk mendeteksi keberadaan regionalisme disuatu belahan dunia.
2. Globalisasi telah membawa pengaruh yang besar bagi tatanan dunia, yang
dimana merubah cara pandang suatu negara dalam berfikir dan
menjalankan sistem pemerintahannya. Namun dilain sisi dengan
munculnya konsep regionalisme membuat beberapa negara yang memiliki
kesamaan kawasan dan nasib untuk membentuk sebuah organisasi, yang
dimana meliputi negara-negara yang bekerjasama dan saling
berketergantungan dalam bidang ekonomi, politik, dan keamanan,
contohnya ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA
Jati, Wasisto Raharjo, Pengantar Kajian Globalisasi: Analisa Teori Dan
Dampaknya Di Dunia Ketiga (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013)
Kamus Bahasa Indonesia Online, ‘Globalisasi’, Kamus Bahasa Indonesia Online
<http://kamusbahasaindonesia.org/globalisasi> [accessed 19 September
2022]
Maiwan, Mohammad, ‘Memahami Politik Globalisasi Dan Pengaruhnya Dalam
Tata Dunia Baru: Antara Peluang Dan Tantangan’, Jurnal Pamator, 7
(2014), 10
Mary Farrell, Bjorn Hettne, Luk Van Langenhone, Global Politics of
Regionalism: Theory and Practice (Pluto Press, 2005)
Nuraeini S., Deasy Silvya, Arfin Sudirman, Regionalisme: Dalam Studi
Hubungan Internasional (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010)
Zahrini Zata Lini, Hadi Sasana, ‘Pengaruh Tingkat Globalisasi Terhadap
Pengangguran Di Asean’, Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan), 4
(2019), 13

Anda mungkin juga menyukai