Anda di halaman 1dari 13

Widyadari DOI: 10.5281/zenodo.

4661286
Vol. 22 No. 1 (April 2021)
e-ISSN : 2613-9308 p-ISSN : 1907-3232
Hlm. 169 - 181

GLOBALISASI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


DAN KRISIS MULTIDIMENSI DI INDONESIA

Riwanto
Universitas PGRI Mahadewa Indonesia
E-mail : pakriwanto@gmail.com

ABSTRACT

Globalization is a worldwide phenomenon, so that no country on earth has been able to avoid it.
This process is marked by the existence of fundamental changes in various fields of life, which
greatly affect the pattern of life of a nation. As is happening in Indonesia, socio-cultural changes
take place suddenly (rapidly), triggering a crisis in the form of: relative depression, dislocation,
disorientation, and negativism. The crisis that occurred in Indonesia originated from the repressive
conditions in the era of the New Order regime which created a stagnant democratic life, then
developed into a monetary crisis, an economic crisis, a moral crisis and now a multidimensional
crisis. This condition makes the Indonesian people unprepared and less enthusiastic in facing the
free market era, which must be viewed as a reality that cannot be negotiated any longer.

Keywords: Globalization, socio-culture, multidimensional crisis

ABSTRAK

Globalisasi merupakan fenomena yang telah mendunia, sehingga tidak ada satupun negara di bumi
ini yang sanggup menghindarinya. Proses tersebut ditandai oleh adanya perubahan perubahan
mendasar berbagai bidang kehidupan, yang sangat berengaruh terhadap pola kehidupan suatu
bangsa. Seperti yang sedang terjadi di Indonesia, perubahan sosial budaya berlangsung secara
mendadak (cepat) sehingga memicu terjadinya krisis dalam bentuk : depresi relative, dislokasi,
disorientasi, dan negativisme. Krisis yang terjadi di Indonesia berawal dari kondisi yang represif era
pemerintahan rezim Orde Baru yang telah menciptakan kehidupan demokrasi yang stagnan,
kemudian berkembang menjadi krisis moneter, krisis ekonomi, krisis moral dan sekarang menjadi
krisis multidimensional. Kondisi inilah yang membuat bangsa Indonesia tidak siap dan kurang
antusias dalam menghadapi era pasar bebas yang harus dipandang sebagai sebuah realita yang tidak
bisa ditawar-tawar lagi.

Kata Kunci: Globalisasi, sosial budaya, krisis multidimensi

169
PENDAHULUAN pemahaman yang berbeda sesuai dengan
Globalisasi merupakan fenomena kemampuan daya pikir dan status sosial
yang telah mendunia, sehingga tidak ada ekonominya. Namun demikian globalisasi
satupun negara di bumi ini yang sanggup yang sedang bergulir sangat dasyat pada
menghindarinya. Berbagai media akhirnya hanya menguntungkan sebagian
elektronik dan non elektronik seperti kecil (=segelintir) manusia, disisi lain
televisi, internet, telepon seluler, radio, globalisasi bahkan menciptakan
koran, majalah dan lain-lain dalam waktu penderitaan bagi sebagian besar umat
sekejap mampu menyebarkan sejumlah manusia dalam bentuk kemiskinan.
informasi dari dan kepelbagai penjuru Sehubungan dengan hal tersebut William
dunia kepada sebagian besar umat Greider menyatakan bahwa : ”Motor
manusia yang bermukim di belahan bumi dibalik globalisasi adalah kapitalism yang
manapun dengan berita-berita politik, rakus dan tidak pernah puas, mereka
sosial, ekonomi, budaya bahkan iklan beramai-ramai menguras kekayaan dunia,
produk-produk mulai dari sabun mandi masuk kedalam kantung mereka, dengan
hingga mobil mewah memanfaatkan tekhnologi komputer,
Istilah globalisasi sendiri sudah mengabaikan kesantunan hidup bersama”
menjadi isu dalam kehidupan sehari-hari (T. May Rudy, 2003:35-36). Dalam hal
yang ramai dibicarakan oleh banyak ini yang dimaksud kapitalisme global
kalangan masyarakat mulai dari golongan adalah para spekulan uang yang
masyarakat miskin hingga masyarakat jumlahnya tidak lebih dari duaribu orang
kaya, membicaraan globalisasi yang dapat dan para pemilik perusahaan
berlangsung dihampir semua tempat multinasional yang memperoleh
mulai dari warung kopi, pasar tradisional, dukungan secara langsung maupun tidak
hiper market, lobi hotel bahkan ruang langsung dari lembaga-lembaga keuangan
kuliah; pada dasarnya hampir sebagian dunia seperti International Monetary
besar manusia dengan berbagai latar Fund = IMF dan World Trade
belakang sosial ekonomi yang berbeda Organization = WTO. Arus globalisasi
sudah sangat familier dengan istilah yang sedang bergulir dengan dasyatnya
globalisasi walaupun dengan konotasi dan merupakan sebuah fenomena teknologi,

170
ekonomi politik dan sosial budaya. dengan pesatnya dan kontak antar budaya
Globalisasi didorong oleh kemajuan menjadi lebih intensif, sehinga karakter
teknologi khususnya bidang transportasi budaya seseorang tidak dapat dilihat
dan komunikasi. Implementasi terjadi di hanya dari bentuk fisik dan asal
bidang ekonomi, berawal dari keturunannya saja, tetapi bergantung pada
perdagangan barang dan jasa, faktor bagaimana dan nilai-nilai apa yang di
produksi yang kemudian dibarengi adopsi oleh seseorang. Dalam hal ini
dengan integrasi ekonomi antar negara kiblat budaya menjadi lebih signifikan
yang makin mendalam. dibanding dengan ciri fisik dan lokasi
Selanjutnya interaksi dan transaksi tempat tinggal. Pengenalan yang
antara individu dari negara-negara yang termudah terhadap kiblat budaya adalah
berbeda akan menghasilkan konsekuensi dari gaya hidup yang mencerminkan
politik, sosial dan budaya. Kondisi pendapat, aktifitas dan minatnya, seperti
semacam ini juga tidak dapat terelakan cara-cara yang dilakukan oleh seseorang
oleh bangsa Indonesia; sehingga sebagai (=bangsa) dalam memanfaatkan waktu
bagian dari komunitas global, bangsa dan membelanjakan uangnya merupakan
Indonesia tidak mungkin dapat tingkahlaku yang paling tampak dari
menghindari kenyataan bahwa segala sebuah kiblat budaya.
sesuatu yang terjadi di Negara ini tidak
terlepas dari dinamika global; konjungtur PEMBAHASAN
ekonomi, perubahan tatanan sosial politik 1. Pengertian Globalisasi
internasional akan berpengaruh terhadap Menurut Robertson menyatakan
perkembangan didalam negeri, sebaliknya bahwa : Konsep globalisasi menunjukkan
bangsa Indonesia juga tidak dapat pada kita terjadinya pengerutan dunia dan
menafikkan bahwa kejadian-kejadian peningkatan kesadaran kita akan dunia,
didalam negeri juga akan mempengaruhi dengan kata lain, meningkatnya koneksi
atau setidaknya menjadi perhatian global dan pemahaman kita mengenainya,
masyarakat dunia internasional. Ketika “Pengerutan dunia” ini dapat dipahami
era globalisasi berlangsung, teknologi dalam konteks institusi modernitas,
informasi dan transportasi berkembang sedangkan “meningkatnya intensitas

171
kesadaran tentang dunia” lebih enak oleh pariwisata masal dan satelit
dilihat dalam konteks cultural” (Cris komunikasi yang
Barker, 2005: 149). Selanjutnya Giddens mempresentasikan suatu
juga berpendapat bahwa : Globalisasi pencapaian dari pendalaman
adalah restrukturisasi cara-cara di kita ketimbang suatu yang baru secara
menjalani hidup, dan dengan cara yang keseluruhan.
sangat mendalam. Ia berasal dari barat, b. Terjadinya divergensi dalam
membawa jejak kekuasaan ekonomi dan memandang struktur integrasi dari
politik Amerika …” akan tetapi, dia juga prespektif global maupun lokal,
mengakui bahwa globalisasi adalah walaupun pada kenyataannya
proses dua arah, dengan Amerika dan institusi-institusi sosial dibawah
Barat sebagai kawasan yang paling tekanan globalisasi.
banyak terkena pengaruhnya” (Ritzer dan c. Setiap aktifitas manusia
Douglas J. Goodman, 2004:591). berlangsung dalam suatu ruang
Sementara itu Emmanuel Richer juga tertentu . Pengertian ruang
menyatakan bahwa globalisasi adalah mengandung arti bahwa individu
jaringan kerja global yang secara maupun kelompok yang telah
bersamaan menyatukan masyarakat yang terpisah atau yang telah
sebelumnya terpencar-pencar dan berhubungan telah ditarik secara
terisolasi dalam planet bumi kedalam bersama. Jadi dalam hal ini
ketergantungan yang saling globalisasi merupakan terminologi
menguntungkan dan persatuan dunia ( keruangan , wacana globalisasi
Suhanadji dan Waspodo TS : 2004 ; 93). berarti melihat dunia sebagai suatu
Berdasarkan pendapat-pendapat ruang yang mengandung
tersebut di atas, pada dasarnya globalisasi kompleksitas keragaman baik
mengandung hal-hal sebagai berikut. dalam sistem sosial maupun
a. Globalisasi merupakan suatu sistem politik, sehingga sebagai
proses dari pada suatu kondisi akibat yang wajar dari kompresi
akhir, dimana kompresi dunia ruang adalah ekspansi tindakan
dalam perode tersebut ditandai

172
politik ; dunia menjadi satu menguasai berbagai bahan baku dari
wahana wilayah pendudukannya.
yang membuat berbagai Fase kedua, dikenal sebagai era
kemungkinan. pembangunan atau era
2. Tahap-tahap perkembangan developmentalisme yang ditandai dengan
Globalisasi. masa kemerdekaan negara-negara Dunia
James Petras (2002) membagi Ketiga secara fisik, akan tetapi dominasi
tahap-tahap perkembangan globalisasi bangsa penjajah terhadap bekas koloninya
atas tiga fase, yaitu : Fase pertama , tetap dipertahankan melalui kontrol
dimulai sejak abad ke 15 yang ditandai terhadap teori-teori pembangunan dan
dengan ekspansi bangsa-bangsa Eropa ke perubahan sosial yang merupakan produk
beberapa wilayah negara Asia, Afrika, dari negara Kapitalis, dalam arti pada
dan Amerika Latin serta pendudukan fase ini kolonisasi tidak berlangsung
bangsa kulit putih atas tanah Amerika secara fisik , tatapi penjajahan secara
Utara dan Australia. Fase ini dinamakan ideologi, konsep dan ekonomi telah
fase Kolonialisme dimana terjadi proses ditanamkan melalui teori-teori
dominasi manusia dengan segenap teori pembangunan; sehingga hampir semua
perubahan sosial yang mendukungnya negar-negara Dunia Ketiga melaksanakan
dalam bentuk penjajahan secara langsung pembangunan nasionalnya dengan
selama berabad-abad. Pada masa kolonial mengadopsi tahap-tahap pembangunan
, negara-negara Eropa (Inggris, Perancis, yang disarankan oleh Rostov, walaupun
Belanda, Spanyol, Portugal , Jerman dan pada kenyataannya fase pembangunan ini
terkahir Amerika Serikat) dengan leluasa berakhir dengan krisis di sebagian besar
menyebarkan kekuasaannya hampir negara-negara Dunia Ketiga.
diseluruh dunia, menjarah barang-barang Fase ketiga, terjadi menjelang
dari negara-negara jajahannya (sekarang abad 21 yang ditandai dengan liberalisasi
dinamakan Dunia Ketiga). Pada saat yang disegala bidang kehidupan yang
sama terjadi ekspansi perdagangan global dipaksakan melalui “structural adjustment
yang sangat pesat selama periode program” oleh lembaga keuangan global
kolonialisme, para penguasa Eropa dan disepakati oleh rejim GATT dan

173
Perdagangan Bebas, suatu organisasi Abad industrialisasi yang disebut
global yang dikenal dengan WTO (World juga sebagai era modernisasi secara
Trade Organization) . Sejak saat itulah perlahan-lahan mulai surut dan digantikan
telah muncul era baru untuk oleh masyarakat informasi yang baru. Hal
menggantikan era sebelumnya, dengan ini bukan berarti bahwa produksi tidak
begitu dunia memasuki apa yang dikenal berperan atau era industrialisasi akan
dengan era globalisasi yang merupakan menghilang, perubahan tersebut hanyalah
proses pengintegrasian ekonomi nasional sekedar isyarat bahwa modal intelektual
kedalam sistem ekonomi dunia dan kerja intelektual akan berkembang
berdasarkan keyakinan pada perdagangan seiring dengan berkembangnya
bebas yang sesungguhnya telah kepentingan kerja fisik dan modal materi.
dicanangkan sejak era kolonialisme. Para Suatu perubahan seperti yang dinyatakan
futurolog sejak lama sudah memprediksi oleh John Naisbitt; akan mengakibatkan
bahwa kapitalisme akan berkembang pola-pola kehidupan sosial budaya, dan
menuju pada dominasi ekonomi, politk perubahan itu mau tidak mau akan
dan budaya berskala global setelah mengakibatkan berbagai krisis pada
perjalanan panjang melalui era berbagai tingkat kehidupan (Suhanadji
kolonialisme. dan Waspodo TS, 2004:144). Dalam
Pada dasarnya secara teoritis tidak kaitannya dengan perubahan yang terjadi
ada perubahan ideologi dari ketiga fase di Indonesia dimana terjadi pola
tersebut, bahkan ada kecenderungan dari perubahan dari masyarakat agraris ke
fase ke fase semakin canggih baik dari masyarakat industri berlangsung sangat
pendekatannya, mekanismenya maupun unik (cepat = mendadak), hal ini berbeda
sistem yang secara ekonomis bersifat dengan perubahan atau pembaharuan
eksploitatif dan secara politik bersifat yang terjadi di negara-negara Eropa yang
represif, serta secara budaya bersifat mengalami pembaharuan dan
hegemonik dan diskursif. transformasi peradaban secara bertahap
3. Kehidupan sosial budaya Bangsa dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Indonesia memasuki Era Globalisasi Perubahan sosial budaya
Indonesia yang terjadi secara mendadak

174
justru memicu terjadinya krisis di kepada kondisi yang mapan ,
masyarakat dalam bentuk : dengan sikap-sikap tidak percaya,
a. Depresi relative, adalah perasaan curiga, bermusuhan, melawan dan
teringkari, tersisihkan atau sebagainya.
tertinggal pada orang lain dan Apabila krisis-krisis tersebut
kalangan tertentu dalam tidak segera diantisipasi dengan baik
masyarakat sebagai akibat tidak tentunya akan menjadi lahan subur bagi
dapat mengikuti perubahan dan tumbuhnya fenomena-fenomena
menyesuaikan diri dengan radikalisme, fanatisme, sektarianisme,
perubahan. fundamentalisme, sekularisme dan isme-
b. Dislokasi, adalah perasaan tidak isme lain yang serba negatif maraknya
mempunyai tempat dalam tatanan berbagai kasus etnis di Indonesia yang
sosial yang sedang berkembang; berkembang menjadi kerusuhan antar
dalam wujudnya yang nyata etnis dan agama kenyataannya hingga
dislokasi terlihat pada krisis-krisis detik ini masih tetap berlangsung seperti
yang dialami oleh kelompok yang terjadi di Ambon, Timika, Aceh,
marginal (= kelompok masyarakat Poso dan lain-lain; sudah memasuki
yang terpinggirkan ) yang terdapat hitungan tahun yang sekaligus menambah
di kota-kota besar akibat antrian masalah yang sangat pelik
urbanisasi. diselesaikan oleh bangsa Indonesia yang
c. Disorientasi , adalah perasaan sedang menapaki era globalisasi; disisi
tidak mempunyai pegangan hidup lain bangsa Indonesia juga dihadapkan
yang disebabkan oleh sesuatu kepada berbagai isu yang berdimensi
yang telah ada selama ini tidak universal seperti isu tentang :
dapat dipertahankan karena terasa lingkungan, demokratisasi,
tidak cocok dan kehilangan kependudukan, Hak Asasi Manusia; dan
identitas. yang tidak kalah pentingnya adalah isu
d. Negativisme, adalah perasaan tentang terorisme dimana Indonesia
yang mendorong kearah disinyalir sebagai sarang persembunyian
pandangan yang serba negatif para teroris internasional. Dalam

175
pandangan Durkheim bahwa transformasi praktek yang mempersatukan suatu
dari masyarakat tradisional ke masyarakat komunitas moral yang disebut Gereja,
industi juga menimbulkan masalah sosial semua mereka yang terpaut satu sama lain
tersendiri, kondisi tersebut digambarkan (Stepen K. Sanderson, 2003:518).
sebagai pergeseran dari bentuk solidaritas Krisis yang terjadi di Indonesia
mekanis menjadi solidaritas organis, merupakan masa-masa sulit yang harus
kebersamaan kohesif memudar akibat dihadapi dan dilewati dalam kehidupan
masing-masing orang disibukan oleh berbangsa dan bernegara berawal dari
tugas-tugas pribadi, individu semakin kondisi yang represif era pemerintahan
tercerabut dari akar-akar kehidupan rezim Orde Baru yang telah menciptakan
bersama, sehingga norma masyarakat kehidupan demokrasi menjadi stagnan,
kehilangan daya kohesif pemaksa yang berkembang menjadi krisis moneter tahun
cukup kuat untuk mengukuhkan diri yang 1997, meluas lagi menjadi krisis
terfragmentasi. Masyarakat kehilangan ekonomi, krisis moral dan selanjutnya
kepercayaan dan mengabaikan berkembang menjadi krisis
kepatuhan-kepatuhan terhadap imperatif- multidimensional. Hal inilah yang
imperatif berbagai norma yang telah membuat bangsa Indonesia tidak
disepakai bersama. Pada titik inilah memiliki kesiapan dan antusiasme dalam
mereka kehilangan guiding principle menghadapi era pasar bebas, karena
dalam menentukan arah atau tujuan didalamnya terselip berbagai keraguan
kehidupannya. Kondisi inilah yang dan pesimisme; seperti Sumber Daya
dinamakan oleh Durkheim sebagai Manusia, daya saing produk, Korupsi
Anomic, yaitu keadaan hampa norma Kolusi dan Nepotisme, serta
(Normlessness). Solusi dari kondisi ketertinggalan IPTEK yang tidak
tersebut menurut Durkheim adalah didukung oleh riset pengembangan yang
agama; suatu agama ialah suatu sistem handal. Khusus tentang Human
kepercayaan yang disatukan oleh praktek- Development Index (Indek Pembangunan
praktek yang bertalian dengan hal-hal Manusia = IPM) yang dikeluarkan oleh
yang suci, yakni hal-hal yang dibolehkan salah satu Badan PBB yang bergerak di
dan dilarang; kepercayaan dan praktek- bidang Pembangunan Internasional yaitu

176
UNDP (United Nations Development Meskipun Indonesia tidak secara
Programme); di dalam Harian Nasional eksplisit termasuk negara dalam kategori
Kompas terbitan 10 Juli 2003 dinyatakan yang diragukan oleh UNDP dalam
bahwa terdapat penurunan Indek mencapai Millineum Development Goals
Pembangunan Manusia, Indonesia tahun 20015, tetapi beberapa indikator
berada pada peringkat 112, dibawah perlu dicermati seperti : pencapaian
Singapura : 28, Thailand : 74, Filipina : pendidikan dasar, pemberantasan
85, dan Vietnam :109; tetapi di atas HIV/AIDS, kemiskinan, kesetaraan
Kamboja : 130, dan Myanmar : 131 dari gender yang pencapaiannya hingga
175 negara. Apabila tidak terjadi sekarang belum memadai dalam program
perubahan-perubahan dan strategi yang Pembangunan Manusia abad 21, disisi
mendasar dalam pencapaian indikator lain persiapan Indonesia dalam
IPM , maka suatu kemungkinan bisa menghadapi era pasar bebas yang
terjadi bahwa Indonesia sulit untuk dilakukan melalui kesepakatan WTO,
mencapai Millineum Development Goals AFTA dan APEC harus dipandang
(Tujuan Pembangunan Millineum) yang sebagai sebuah realita yang tidak bisa
dicanangkan UNDP pada tahun 2000 dan ditawar-tawar lagi. Globalisasi memang
dikukuhkan kembali di Perancis pada mendapat reaksi keras , terutama dari
bulan juni 2003, yang targetnya harus kalangan akademisi kritis, kaum sosialis
dapat dicapai oleh semua Negara tahun maupun masyarakat di negara-negara
20015. Indikator dalam Millineum Dunia Ketiga ( Negara berkembang ),
Development Goals meliputi : tetapi globalisasi tetap saja menyebarkan
pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, pengaruhnya kepelbagai penjuru dunia
pendidikan dasar yang universal, melalui produk-produk global, isu-isu
kesetaraan gender, penurunan angka global maupun ide-ide perdagangan bebas
kematian bayi, peningkatan kesehatan dan liberalisasi. Protes tersebut
ibu, pemberantasan HIV/AIDS- malaria diantaranya diwujudkan dalam
dan penyakit lainnya, menjamin pembentukan UNCTAD (The United
pelestarian lingkungan, serta membangun Nation Conference on Trade and
kemitraan global. Development) yang pernah melahirkan

177
GSP (Generalized System of Preference) (Indonesia) dengan harga yang lebih
yang pada hakekatnya bertujuan untuk murah dan kualitas yang lebih baik jika
menyaingi GATT atau WTO dan dibandingkan dengan produk pertanian
memperbaiki mekanisme Tata Ekonomi dalam negeri yang cenderung harganya
Internasional agar lebih berpihak dan lebih mahal dan kualitasnya masih
menguntungkan masyarakat di negara- meragukan; sehingga tidak mengherankan
negara berkembang. Seperti halnya apabila sebagian produk lokal telah
Malaysia yang sejak awal agak skeptis tergeser oleh produk luar negeri; dengan
terhadap pembentukan APEC sehingga demikian globalisasi bagi Negara-negara
sempat menawarkan dibentuknya berkembang seperti Indonesia hanyalah
kawasan perdagangan bebas Asia Timur, merupakan proses peminggiran dan
pesimisme tersebut bukan tanpa alasan pemiskinan; namun demikian , semua
karena perdagangan bebas oleh kalangan komponen bangsa hendaknya tetap
akademisi yang kritis dianggap hanya bersikap obyektif sebab era globalisasi
menguntungkan negara-negara maju. pasti akan berlangsung terus, meski
Sehubungan dengan hal tersebut Felix menuai kritik dari berbagai kalangan di
Wiltred mengyatakan bahwa idiologi berbagai negara. Berpikir positif dan
globalisasi penampilannya sangat cantik realistis merupakan sikap yang obyektif
dan menarik dengan janji-janji yang dalam menyikapi dan memandang proses
mempesona , tetapi sebenarnya ia globalisasi dan liberalisasi.
menghisap korbannya secara pelan-pelan Dalam menyikapi dan
dan kemudian dibiarkan mati kelaparan mengantisipasi perkembangan era
(Suhanaji dan Waspodo TS, 2004:152). perdagangan bebas, maka era tersebut
Contoh yang sangat nyata adalah sektor harus dipandang sebagai momentum yang
pertanian yang telah mengalami tekanan baik dalam upaya pemberantasan korupsi
akibat pengaruh globalisasi, dengan dan kolusi di negara tercinta ini, usaha
masuknya barang-barang produk import tersebut harus dijadikan agenda pokok
hasil pertanian seperti buah-buahan, gula dalam reformasi politik Indonesia, adanya
pasir, beras, hasil-hasil peternakan secara pemborosan dan pembobolan dana negara
leluasa memasuki pasar dalam negeri dan ekonomi biaya tinggi yang bersumber

178
dari masalah tersebut semakin kronis, kasus lumpur panas-Porong dengan
sehingga diperlukan penguatan Lapindo Brantas.
pengawasan politik dan law enforcement; Disamping hal tersebut ada
disamping itu harus ada komitmen yang beberapa masalah yang sebenarnya masih
jelas dalam mereformasi birokrasi politik, harus diperbaiki guna meningkatkan
hal ini tidak bisa dihindari , karena kesiapan dalam memasuki era globalisasi,
birokrasi sudah sejak lama menjadi diantaranya adalah sistem perbankan
sarang para koruptror serta adanya nasional yang belum kondusif bagi
tuntutan struktural dan mekanisme pengembangan dunia usaha, hal tersebut
birokrasi yang semakin fleksibel dan dapat dicermati dari tingkat suku bunga
responsive. Daya saing dan efisiensi para yang masih terlalu tinggi. Kenyataan ini
pelaku ekonomi , satuan sosial dan belum lagi menyangkut mentalitas para
individu dalam menghadapi era bankir yang sangat diskriminatif dalam
perdagangan bebas sangat dipengaruhi arti lebih suka mengucurkan dana
oleh kualitas dan kinerja dari birokrasi kreditnya kepada para pengusaha kelas
publik. Disisi lain terjadinya berbagai atas dari pada pengusaha kecil dan
kerusuhan dan tindak kekerasan menengah, sehingga sektor riil tidak dapat
dibeberapa daerah yang hingga detik ini berkembang secara optimal.
masih berlangsung; tidak terlepas dari Era globalisasi sangat
masalah kesenjangan sosial dan membutuhkan kearifan visi global yaitu
marginalisasi ekonomi; demikian juga sebuah visi bahwa proses globalisasi tidak
ekspansi kekuatan-kekuatan transnasional mugkin dapat dihindari, sehingga sikap
dalam mengeksplorasi sumber-sumber yang paling bijaksana adalah menjawab
alam telah berdampak terhadap rusaknya tantangan global dengan selalu
lingkungan yang menjadi tumpuan hidup meningkatkan kemampuan diri, bersikap
komunitas lokal yang pada akhirnya dapat kritis serta mengikuti setiap
menimbulkan berbagai macam gejolak perkembangan yang sedang berlangsung
sosial seperti kasus Timika dengan dengan berpikir global dan bertindak
Freeport-nya, Sumbawa dengan lokal. Dalam konteks nasional perlu
Newmond-nya dan tidak kalah serunya dirumuskan berbagai kebijakan nasional

179
secara konkrit agar mampu bersaing dan menciptakan kehidupan demokrasi yang
ikut terlibat dalam kancah pasar bebas stagnan, kemudian berkembang menjadi
sehingga terdapat sinergi antara kekuatan- krisis moneter, krisis ekonomi, krisis
kekuatan lokal dan kekuatan sektoral moral dan sekarang menjadi krisis
dalam rangka menopang kekuatan multidimensional. Kondisi inilah yang
nasional baik swasta maupun pemerintah membuat bangsa Indonesia tidak siap dan
untuk bersaing di pasar global, sehingga kurang antusias dalam menghadapi era
bangsa Indonesia tidak hanya sebagai pasar bebas yang harus dipandang sebagai
penonton yang baik tetapi juga dapat sebuah realita yang tidak bisa ditawar-
menjadi pemain utama dari proses tawar lagi.
perdagangan bebas dan globalisasi
diberbagai segi kehidupan. DAFTAR PUSTAKA

Barker, Cris (2005). Cultural Studies –


SIMPULAN Teori dan Praktek. Yogyakarta :
Bentang (PT. Bentang Pustaka).
Globalisasi merupakan suatu proses
Budiman, Arief (1995). Teori
yang sedang melanda negara-negara Pembangunan Dunia Ketiga.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
dunia yang ditandai oleh adanya
Utama.
perubahan-perubahan mendasar berbagai Fakih, Mansour (2001). Sesat Pikir Teori
Pembangunan dan Globalisasi.
bidang kehidupan, dimana hal tersebut
Yogyakarta : Insist Press.
sangat berengaruh terhadap pola Jackson, Robert dan Georg Sorensen
(2005). Pengantar Studi Hubungan
kehidupan suatu bangsa. Seperti yang
Internasional (penerjemah :
sedang terjadi di Indonesia, perubahan Dandan Suryadiputra).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
sosial budaya berlangsung secara
Naisbitt, John (1994). Global Paradox
mendadak (cepat) sehingga memicu (alih bahasa : Budijanto). Jakarta :
Binarupa Aksara.
terjadinya krisis dalam bentuk : depresi
Petras, James dan Henry Vetmeyer
relative, dislokasi, disorientasi, dan (2002). Imperialisme Abad 21.
Yogyakarta : Kreasi Wacana.
negativisme.
Ritzer, George dan Duoglas J. Goodman (
Krisis yang terjadi di Indonesia 2005). Teori Sosiologi Modern
(penerjemah: Alimandan). Jakarta
berawal dari kondisi yang represif era
: Premada Media.
pemerintahan rezim Orde Baru yang telah

180
Sanderson, Stephen K. (2003). Makro
Sosiologi, Sebuah Pendekatan
Terhadap Realitas Sosial. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Suhanaji dan Waspodo TS. (2004).
Modernisasi dan Globalisasi,
Studi Pembangunan Dalam
Perspektif Global. Jakarta : Insan
Cendekia.
T. May Rudy (2003) Hubungan
Internasional Kontemporer Dan
Masalah-Masalah Global, Isu
Konsep, Teori dan Paradigma.
Bandung : PT. Refika Aditama.

181

Anda mungkin juga menyukai