Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Selama ini kita mengenal beragam makna dan fungsi globalisasi. Di luar perdebatan
tentang globalisasi tersebut kita menyaksikan munculnya pola kelakuan baru anak-anak muda
yang menerobos batas-batas keagamaan konvensional, tradisi, dan geografi. Pada masa kini
manusia mulai bisa belajar dari beragam cara, beragam sumber, beragam media, menerobos
batas-batas ruang kelas, rumah dan lingkungan sosial tradisional. Pendidikan tidak lagi bisa
berfungsi sebagai media tunggal pelahiran kepribadian dan penumbuhan kemampuan
profesional seseorang di tengah persaingan antar pribadi dan komunitas yang semakin sengit.

Peradaban atau kebudayaan dan keberagaman di era global tersebut, merupakan hasil
persilangan dari beragam nilai dan pengalaman hidup yang terus berubah dan berkembang
dalam satuan waktu amat cepat. Kehidupan manusia personal dan komunitas dalam lingkup
etnis, bangsa, dan juga keagamaan seperti kehilangan pijakan tradisionalnya. Kita seperti hidp
dalam bayang-banyang kebudayaan atau peradaban tanpa nama karena begitu cair dan terbuka
yang terus bergerak sedemikian cepat ke segala arah sperti tanpa tujuan.

Istilah globalisasi mungkin sudah sangat dikenal dalam kehidupan masyarakat kita, ia
adalah gambaran peradaban canggih dan impian kehidupan manusia. Kemudahan transportasi,
informasi dan komunikasi menjadi ciri khas dalam bidang teknologi, melalui teknologi
komputer dunia seakan terlipat yang dapat terjangkau kapan saja kita mau, bahkan Antoni
Gidden menyebutnya sebagai “time-space distanciation”, yaitu dunia tanpa batas; ruang dan
waktu bukanlah kendala yang berarti dalam kondisi seperti ini.

Namun demikian sedikit orang yang sadar dan secara kritis memahami bahaya globalisasi
yang secara sistematis mengancam kehidupan manusia, sebab globalisasi hanya difahami dari
aspek kemajuan teknologi saja bukan dari aspek-aspek lain yang sesungguhnya mempunyai
implikasi sosial luar biasa dalam kehidupan manusia salah satunya berdapak besar dalam
dinamika pendidikan di Indonesia.

1
Dalam makalah ini membahas akan dampak globalisasi terhadap pendidikan di
Indonesia dan solusi terhadap kebijakan pendidikan nasional agar dapat fight dalam
menghadapi era globalisasi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Untuk memahami dan mengetahui tentang dampak globalisasi terhadap pendidikan nasional
secara mendalam, bisa membaca buku-buku yang terkait.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan di Era Global


1.      Pengertian Pendidikan
Dilihat dari pandangan antropologik, melihat pendidikan dari aspek budaya
antara lain pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi berikutnya.
Pendekatan sistem perlu dipergunakan dalam menjelaskan pendidikan, karena pada
era global sekarang ini dunia pendidikan telah berkembang sedemikian rupa sehingga
menjadi hal ikhwal. Proses pendidikan merupakan upaya yang mempunyai dua arah
yaitu yang pertama bersifat menjaga kelangsungan hidupnya (Maintenance synergy)
dan kedua menghasilkaan sesuatu (Effective synergy).

Rogers, Burdge, Korsching dan Donner Meyer (1988:437) menyatakan


bahwa pendidikan sebagai proses trasmisi dudaya mengacu kepada setiap bentuk
pembelajaran budaya (culturale learning) yang berfungsi sebagai transmisi
pengetahuan, mobilitas sosial, pembentukan jati diri dan kreasi pengetahuan.

Toffler (dalam Sonhadji, 19993 : 4) menyatakan bahwa sekolah atau


lembaga pendidikan masa depan harus mengarahkan peserta didiknya untuk belajar
bagaimana belajar (learn how learn). Kebutaan dalam era global adalah
ketidakmampuan belajar bagaimana belajar. Raka Joni merumuskan bahwa ciri
utama manusia masa depan Indonesia adalah manusia yang mendidik diri sendiri
sepanjang hayat dan masyarakat belajar yang terbuka tetapi memiliki pandangan
hidup yang mantap. Maka peserta didik harus dibekali informasi tentang latar
belakang yang memberi dampak pengganda pada pembelajarannya sehingga dapat
memberikan motivasi yang besar untuk membaca dan mempelajari informasi dari
berbagai sumber. Kita harus siapkan kompetensi agar siswa eksis di era global yang
sangat kompetitif, maka sangat strategis dalam pembudayaan pembelajaran di
sekolah dengan siswa menjadi pusat pembelajaran dalam proses pencarian informasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Makagiansar yang menyatakan bahwa agar

3
pendidik dapat mempersiapkan peserta didik yang eksis, maka pendidik harus
mengenbangkan kemampuan mengantisipasi, mengerti dan mengatasi situasi,
mengakomodasi serta mereorientasi kepada peserta didik.

2. Pengertian Globalisasi
Globalisasi berasaal dari kata “the globe” (inggris) atau “la monde” (perancis)
yang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau mondialisation secara sederhana
dapat diartikan sebagai proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia. Secara
lebih lengkap globalisasi banyak didefinisikan oleh para ilmuwan dunia. Baylis dan
smith misalnya, mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses meningkatnya
keterkaitan antara masyarakat sehingga satu peristiwa yang terjadi di wilayah tertentu
semakin lama akan kian kian berpengaruh terhadap manusia dan masyarakat yang
hidup di bagian lain di muka bumi ini. Anthony Giddens memandang globalisasi
sebagai sebuah proses sosial yang ditandai dengan semakin intensifnya hubungan
sosial yang mengglobal. Artinya kehidupan sosial di suatu wilayah akan berpengaruh
kepada kehidupan manusia di wilayah lain dan begitupun sebaliknya.

Dalam dimensi lain Wallerstain seorang pelopor teori sistem dunia memandang
globalisasi tidak sebatas hubungan lintas batas negara, namun globalisasi merupakan
wujud kejayaan ekonomi kapitalis dunia yang digerakkan oleh logika akumulasi
kapital. Senada dengan Wallerstain, Jin Young Chung ilmuwan politik asal korea
mendefinisikan globalisasi sebagai sebagai suatu proses terintegrasinya dunia melaui
peningkatan arus kapital, hasil-hasil produksi, jasa ide dan manusia yang lintas batas
negara. Proses ini merupakan hasil dari perkembangan-perkebangan teknologi
informasi dan telekomunikasi yang revolusioner, serta liberalisasi perdagangan dan
keuangan di negara-negara besar.

Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan


sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi
oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi
kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada
yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah

4
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian
dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi
pada tahun 1985.

Menurut Amin Abdullah (2009: 111) menyatakan bahwa globalisasi ditandai


dengan beberapa hal. Pertama, globalisasi terkait erat dengan dengan kemajuan dan
inovasi teknologi, arus informasi atas komunikasi yang lintas batas negara. Kedua,
globalisasi tidak dapat dilepaskan dari akumulasi kapital, semakin tingginya intensitas
arus investasi, keuangan, dan perdangan global. Ketiga, globalisasi berkaitan dengan
semakin tingginya intensitas perpindahan manusia, pertukaran budaya, niali dan dan
ide yang lintas batas negara. Keempat globalisasi ditandai dengan semakin
meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antar bangsa namun
juga antar masyarakat.

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena


globalisasi di dunia.Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara
menunjukkan keterkaitan antar manusia di seluruh dunia.
a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti
telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global
terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan
b. Kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

5
c. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan
pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
d. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
e. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain

Menurut Anthony Giddens (2005 : 84) menyatakan bahwa globalisasi dapat


diartikan sebagai intensifikasi relasi sosial sedua yang menghubungkan lokalitas yang
saling berjauhan sedemikian rupa sehungga jumlah peristiwa sosial dibentuk oleh
peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-mil. Pandangan berbeda tentang globalisasi
yang dikemukakan oleh Ulrich Beck, pemikir filsafat sosial Jerman bahwa dalam
globalisasi ada tiga pengertian kunci yaitu: (Sindhunata, 2003)
a.     Deteritorialisasi yang berarti batas – batas geografi ditiadakan atau tidak lagi
berperan dan tidak lagi menentukan dalam perdagangan antarnegara.
b.      Transnasionalisme ialah mentiadakan batas- batas geografis seperti blok- blok.
c.       Mutilokal dan translokal, dimana globalisasi memberikan kesempatan bagi
manusia di berbagai belahan dunia membuka horison hidupnya seluas dunia, tanpa
kehilangan kelokalannya.

Globalisasi bersifat multimedia karena dapat dilihat dari berbagai aspek.


Menurut Baharudin Darus menyatakan bahwa ada lima aspek globalisasi yaitu :
a.         Globalisasi informasi dan komunikasi;
b.        Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas;
c.         Globalisasi gaya hidup, pola konsumsi, budaya dan kesadaran;
d.        Globalisasi media massa cetak dan elektronik;
e.         Globalisasi polotik dan wawasan.

6
Menurut Thomas L. Friedman (2000), globalisasi adalah sebuah sistem yang
netral yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif, bisa memperkuat atau
melemahkan sendi-sendi kehidupan, menyeragamkan atau mempolarisasikan, juga
mendemokratisasikan atau justru sebaliknya. Itu semua tergantung bagaimana kita
meresponnya.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita
pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut
ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai
dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Dari definisi-definisi tersebut jelas bahwa globalisasi membawa akibat dan


manfaat bagi kehidupan manusia. Dua hal yang paradoks ini memaksa seseorang untuk
bersikap dan menentukan pilihan terhadap globalisasi.

B. Globalisasi dan Pendidikan


Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara,
agar menjadi warga negara yang berkualitas sesuai cita-cita yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Maksud lainnya adalah untuk menunjang kehidupan dan tarap
hidup agar menjadi lebih baik, serta memiliki harkat dan martabat yang tinggi sebagai
manusia. Menurut Suyanto dan Abbas (2001), pendidikan merupakan instrumen yang
amat penting bagi setiap bangsa untuk meningkatkan daya saingnya dalam percaturan
politik, ekonomi, hukum, budaya dan pertahanan pada tata kehidupan masyarakat dunia
global. Perubahan yang terjadi secara global menyebabkan perubahan gaya hidup.

7
Perubahan-perubahan global mengharuskan pada setiap organisasi termasuk
organisasi pendidikan untuk segera membenahi dan menyesuaikan diri dengan perubahan
yang ada, agar dapat memberikan jawaban terhadap tantangan jaman. Pemerintah tidak
pernah berhenti dalam membangun dan membenahi sektor pendidikan, karena adanya
tantangan jaman dan menyadari akan adanya permasalahan-permasalahan yang timbul
akibat adanya pergeseran-pergeseran dan perubahan jaman.

Peran pendidikan sangatlah strategis dalam membangun bangsa (nation building),


karena pendidikan tidak saja memiliki fungsi yang hakiki dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang akan menjadi aktor-aktor dalam menjalankan fungsi dari berbagai
kehidupan, tetapi juga merupakan suatu daya upaya bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter, pikiran, intelektual) dari tubuh anak. Kelangsungan hidup suatu
masyarakat tergantung pada keberhasilannya mempersiapkan generasi penerus yang akan
mengambil alih kedudukan dan peran-peran sosial para pendahulunya. Hal ini sangat
penting mengingat usia manusia itu terbatas. Cepat atau lambat setiap manusia akan mati
dan memerlukan pengganti. Proses peremajaan itu tidak terbatas pada kegiatan
reproduksi, melainkan yang lebih penting adalah pembekalan dan pengembangan
pendidikan, pengetahuan budaya dan keterampilan kerja bagi generasi penerus
(ensulturation) untuk mengambil alih peran-peran sosial pendahulunya.

Melalui pendidikan, diupayakan terciptanya manusia Indonesia yang unggul yang


memiliki visi jauh ke depan, selalu ingin maju dan berkembang, siap menaggung resiko,
mempunyai wawasan yang luas, mampu menerapkan ide-ide yang bervisi secara optimal,
mampu berkomunikasi, mampu berkoordinasi dengan orang lain, dan mempunyai
semangat kewirausahaan (ulet, rajin, tahan uji dll). Pendidikan selain sebagai suatu
pembentuk watak/kepribadian juga harus dapat mempersiapkan sumber daya yang handal
dan dapat dipertanggung jawabkan.

Globalisasi merupakan suatu kondisi yang tidak terelakkan oleh semua bangsa di
duni, dan bahkan oleh setiap umat manusia di bumi ini. Globalisasi tidak bisa dianggap
enteng dan ditangani sambil lalu belaka. Mau tidak mau, suka tidak suka, siap maupun
tidak siap, Indonesia terimbas, bahkan terseret pula oleh arus deras globalisasi.

8
Pembangunan yang menekankan pada sumber daya alam (resouce based) tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman. Yang harus diutamakan sekarang adalah pembangunan
yang berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (human resouce –
based). Globalisasi membawa konsekuensi berupa berbagai dampak baik social, politik
maupun budaya, selain tentu saja dampak ekonominya yang paling menonjol. Berbagai
perubahan pada era globalisasi ini menimbulkan berbagai tantangan yang membutuhkan
cara-cara mengatasi, yang berbeda dengan cara-cara yang dilakukan pada masa lampau.

C. Implikasi Globalisasi Dalam Pendidikan


Menurut Amin Abdullah (2004 : 121) terdadapat kebijakan yang dirumuskan
dalam the neoliberal Washington Concenus yaitu: 10 disiplin fiskal, yang intinya adalah
memerangi defisit perdagangan, 2) publik expediture atau anggaran pengeluaran untuk
publik yakni priroritas anggaran belanja pemerintah melalui pemotongan segala subsidi,
3) pembaharuan pajak, seringkali berupa pemberian kelonggaran bagi para pengusaha
untuk kemudahan pembayaran pajak, 4) liberalisme keuangan, berupa kebijakan bunga
bank yang ditentukan oleh mekanisme pasar, 5) nilai tukar uang yang kompetetif, berupa
kebijakan untuk melepaskan nilai tukar uang tanpa kontrol dari pemerintah, 6) trade
liberalization barier yaitu kebijakan untuk menyingkirkan segenap hal yang
menggangguperdagangan bebas, seperti kebijakan untuk mengganti segala bentuk lisensi
perdagangan dengan tarif dan pengurangan bea tarif, 7) forreing direct investment
beruapa kebijakan untuk menyingkirkan segenap aturan pemerintah yang menghambat
pemasukan modal asing, 8) privatisasi, yaitu kebijakan untuk memberikan semua
pengelolaan perusahaan negara kepada pihak swasta, 90 deregulasi kompetisi, yakni
mengurangi peraturan pemerintah dalam segala hal yang bisa yang bisa menurunkan
keuntungan termasuk dalam hal perlindungan alam dan keselamatan kerja. 10) intelectual
Property Right.

Dengan sepuluh ajaran ini mebawa pengaruh yang luar biasa terhadap formasi
sistem sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Pendidikan sebagai salah satu sistem sosial
juga mengalami dampak yang sama. Konseluensi yang harus dibayar oleh lelmbaga
pendidikan adalah perubahan logika pendidikan.. lebaga pendidikan perguaran tinggi

9
yang semula merupakan pelayan publik (publik servant) dengan memosisikan siswa dan
mahasiswa sebagai warga negara yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak,
namun ketika status BHMN menjadi target, PTN (privatisasi pendidikan) tidak lebih
sebagai produsen, sedfangkan mahasiswa dan siswa sebagai konsumennya. Jalinan
realisional yang membentuk pun mengarah pada transaksi harga antara penjual dan
pembeli, sementara produk (output) yang dihsilkan adalah pesanan dari pemodal untuk
memenuhi kebutuhan produsen dan mengabikan aspek kesadaran kritis peserta didik.

Dengan demikian, pendidikan yang semula sebagai aktivitas sosial budaya


berubah berubah menjadi komoditas usaha yang siap diperjual belikan. Biaya pendidikan
menjadi mahal sehingga tidak terjangkau oleh rakyat miskin dan hanya terjangkau oleh
orang kaya, gelar dalam atau luar negeri bergengsi pun siap diperdagangkan kepada yang
mampu membelinya. Inilah babak baru kapitalisme pendidikan global yang melucuti
makna pendidikan. Pendidikan yang semula difahami sebagai proses pendewasaan sosial
manusia menuju tataran ideal, yang menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan
fitarh serta potensi atau sumber daya insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya,
yang dilakukan melalui aktivitas sosial-budaya, telah kehilangan makna peerenialnya.
Pendidikan kini telah menjadi ajang mencari laba dan aktivitas mencari keuntungan.
Secara sederhana dapat dibedakan pendidikan sebagai aktivitas sosial budaya dengan
pendidikan sebagai aktivitas bisnis dan berorientasi keuntungan.

D. Privatisasi Pendidikan Dampak Globalisasi


Sejak krisis ekonomi melanda bangsa indonesia pada paruh tahun 1997 dan
berlanjut dengan krisis multidimensi membawa dampak kepada bangunan sistem
kehidupan masyarakat, disatu pihak pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan
hidup rakyat dan pada pihak lain resesi ekonomi bangsa memang menuntut pemerintah
tidak mampu berbuat banyak bahkan “takluk” kepada kepentingan global. Hal ini
disebabkan kecerobohan pemerintah dalam menentukan arah kebijakan global, sehingga
hutang menumpuk dan ketergantungan semakin parah.

10
Pendidikan sebagai bagian dari sistem sosial juga mengalami dampak yang
sama. Berawal dari dikeluarkannya PP no .61/1999 di era pemerintahan BJ Habibi yang
mengatur tentang perubahan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Milik Negara (PT
BHMN), dan sebagai implementasinya adalah otonomi kampus, berarti menjadi
legitimasi pemerintah untuk menyerahkan pendidikan kepada mekanisme pasar adalah
rub dari gagasan neoliberalisme dan anak kandung globalisasi dengan liberasasi
ekonominya.

Implikasi lebih jauh adalah privatisasi lembaga-lembaga pendidikan terutama


yang sekarang digalakkan adalah Perguruan Tinggi dengan berubahnya BUMN menjadi
BHMN adalah contoh riil arah privatisasi ini. Penyelenggaraan pendidikan yang pada
mulanya merupakan tanggungjawabutama pemerintahdiserahkan kepada pihak swasta.
Karena motif pihak swasta adalah mencari keuntungan, tidaklah mengherankan jika
privatisasi kemudian merosot menjadi komersialisasi pendidikan. Dunia pendidikan
disulap menjadi lahan bisnis dan investasi ekonomi semata. Akibatnya, pendidikan
menjadi ‘barang” mewah yang sulit dijangkau masyarakat bawah. Biaya pendidikan
mulai dari tingkat dasar sampai Perguruan Tinggi semakin mahal dan cenderung tidak
terkendali.

Privatisasi pendidikan dan komersialisasi pendidikan sebenarnya merupakan


dua hal yang berebda. Privatisasi pendidikan jauh lebih luas darpada komersialisasi
pendidikan yang dapat diartikan sebagai “proses perburuan keuntungan ekonomi dalam
dunia pendidikan” namun demikian karena naluri keduanya adalah mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, maka antara privatisaasi dan
komersialisai menjadi sulit dipisahkan.

Alasan yang mendasari pemerintah melakukan privatisasi pendidikan adalah


pertama, privatisai didorong oleh motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya agar dunia pendidikan lebih efisien dan kompetitif. Pemerintah seringkali
dianggap kurang mampu mengelola pendidikan sebagai sektor publik dengan baik.
Akibatnya lembaga pendidikan menjadi tidak efisien, tidak kompetitif, dan tidak
berkembang (mandek). Kedua, privatisasi adalah anak kandung liberalisme yang semakin
mengglobal dan menyentuh berbagai bidang kehidupan dan ini konsekuensi logis dari

11
“McDonaldisasi masyarakat” yang menjunjung prinsip teknologisasi, kuantifikasi,
terprediksi dan efisiensi dalam setiap sendi kehidupan. Dalam masyarakat seprti ini,
pendidikan tidak lagi dipandang sebagai public good, melainkan private goods.
Sebagaimana barang konsumsi lainnya, pendidikan tidak lagi harus disediakan oleh
pemerintah secara massal untuk menjamin harga murah. Ketiga, pemerintah merasa tidak
memiliki dana yang cukup untuk membiayai sektor pendidikan

Menurut Amin Abdullah (2004: 126) Privatisasi yang berujung kepada


komersialisasi dalam dunia pendidikan dapat mengakibatkan bahaya sosial yang serius,
diantaranya adalah; pertama, biaya pendidikan menjadi mahal. Pendidikan menjadi
“barang mawah” yang sulit dijangkau oleh masyarakat luas. Kondisi ini terutama terjadi
pada lembaga pendidikan yang tidak memiliki kreativitas dan inovasi dalam melakukan
fund raising, sehingga hanya mengandalkan siswa dan orangtauanya sebagai target
sumber dana.

Kedua, memperlebar gap dalam kualitas pendidikan. Privatisasi dapat


meningkatkan kompetisi. Sisi lain dari kompeteisi adalah menciptakan polarisasi lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan yang menang dalam persaingan dan perburuan dana
akan menjadi sekolah unggulan. Sebaliknya lembaga yang kalah akan semakin terpuruk
dan tersingkir. Ketiga, melahirkan diskriminasi sosial, kesempatan memperoleh
pendidikan semakin sempit dan deskriminatif. Orang kaya dapat memperoleh pendidikan
realitif lebih mudah ketimbang orang miskin.orang kaya dapat memperoleh pendidikan
smentara orang miskin hanya memperoleh pendidikan seadanya.

Keempat, menimbulkan stigmatisasi. Segregasi kelas sosial antara orang kaya dan
miskin menimbulkan pelabelan sosial. Sekolah bagus dan ternama diidentikan dengan
sekolahan orang kaya. Sebaliknya, sekolah sederhana adalah sekolah kaum miskin.
Masayarakat biasa yang bersusah payah menyekolahkan anaknya di sekolah “gedongan”
harus menerima kenyataan maenjadi warga kelas dua, karena sumbangan dana
pendidikannya rendah.

Kelima, menggeser budaya akademik menjadi budaya ekonomis. Para guru akan
memiliki mentalitas “pedagang” ketimbang mentalitas pendidik. Mereka lebih tertarik

12
mencari pendapatan daripada menembangkan pengetahuan. Mereka lebih tertarik mencari
pendapatan daripada mengembangkan pengetahuan. Mereka lebih terdorong untuk
mengumpulkan “kredit koin” daripada kredit poin. Di Perguruan Tinggi, fenomena ini
melahirkan dua kategori dosen yaitu “dosen luar biasa dan “dosen biasa di luar”. Keenam,
memperburuk kualitas SDM dan kepemimpinan masa depan. Di dorong oleh misi untuk
meningkatkan akumulasi kapital sebsar-besranya, lembaga pendidikan akan lebih banyak
menerima pelajar-pelajar gedongan meski memiliki IQ pas-pasan. Pelajar yang
berprestasi tetapi miskin, tidak dapat sekolah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Mobilitas sosial vertikal hanya akan menjadi milik orang kaya yang mampu
sekolah tinggi, meskipun secara intektual diragukan.

Ketujuh, mereduksi fungsi pendidikan sebagai pemutus rantai kemiskinan.


Pendidikan sebagai alat pemberdayaan yang dapat memutus rantai kemiskinan semakin
kehilangan fungsinya. Dalam konteks ini, privatisasi pendidikan dapat mengarah pada
pelanggengan jebakan kemiskinan.

E. Paradigmatisasi Pendidikan Nasional Menghadapi Globalisasi

Dengan harus bersikap kritis terhadap dampak yang yang diakibatkan globalisasi,
perlu dipersiapkan suatu konsep paradigma pendidikan sebagai respon dan counter
terhadap globalisasi. Arus globalisasi memang tidak dapat dibendung karena keharusan
sejarah dalam evolusi peradaban manusia, namun mengatur strategi dan mensiasati agar
tidak mengahncurkan sendi-sendi kemanusiaan manusia adalah keharusan. Kemajuan
teknologi dan majunya sistem sosial, ekonomi-politik adalah untuk manusia yang harus
digunakan secara manusiawi bukan sebaliknya kehidupan manusia diwakafkan untuk
kepentingan teknologi, sistem sosial, ekonomi dan politik. Jika ini terjadi, pengagungan
terhadap teknologi akan merebut peran akan sehat (rasio), nurani dan kemanusiaan.

Dalam pendidikan separadigmatisasi adalah pergeseran paradigmatisasi adalah


pergeseran paradigma (shifing paradigm) secara mendasar terhadap pokok persoalan
pendidikan nasional dan bidang sosial dan politik sebagaimana amanat reformasi. Pokok-
pokok perubahan paradigma menurut Amin Abdullah (2004 : 130) adalah: pertama,

13
demokratisasi dan desentralisasi pendidikan yang mengarah pada dua hal yakni
pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan pemerintah daerah (otonomi daerah). Hal
ini berarti peranan pemerintah akan dikurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat.
Demikian juga peranan pemerintah pusat yang bersifat sentralis diperkecil dengan
memberikan peranan yang lebih besarkepada pemerintah daerah atau dengan sistem yang
dikenaldengan desentralisasi. Demokarsi dan desentralisasi ini harus berjalan secar
dinamis, seimbang dan simultan.

Kedua, adalah konsep kesetaraan dan keseimbangan artinya, antara satuan


pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat adalah mempunyai hak yang sama dari pemerintah.
Tidak ada lagi istilah satuan pendidikan “plat merah (pemerintah) atau “plat kuning”
(swasta), semunya berhak memeperoleh bantuan bagi negara dalam suatu sistem yang
terpadu.femikian juga adanya kesetaraan aantara satuan pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional dengan satuan pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Agama memiliki ciri khas tertentu.

Ketiga, peningkatan kesejahteraan dan kualitas pengajar atau guru. Disadari atau
tidak komponen yang penting dalam pembelajaran adalah peranan guru dan kualitas guru
pengajar. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan untuk pengjar dan
peningkatan kesejahteraan pengajar, samapai saat ini kemampuan guru dan kesejahteraan
guru masih memprihatinkan.

Keempat, meningkatkan komitmen pemerintah untuk tetap ambil bagian penting


dalam dunia pendidikan. Keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan cuci tangan
pemerintah. Dengan komitmen dan manajemen profesional, dana pendidikan dapat
dimobilisasi dari berbagai sumber. Yang sering terjadi adalah keterbatasan dana hanyalah
alasan untuk menutupi ketidakmauan dan ketidakmampuan pemerintah
mengalokasikannya.

Dengan harus tetap bersikap kritis, sesungguhnya Undang-Undang No 20 Tahun


2003 tentang sistem Pendidikan Nasional sudah mengakomodir paradigma baru
pendidikan nasional tersebut, namun hal yang hrus dicermati dari undang-undang

14
sisdiknas itu kaitannya dengan globalisasi dengan mesin neoliberalnya adalah gagasna
liberalisasi pendidikan yang membuka investor dan pemodal asing merambah dunia
pendidikan, karena prinsipnya adalah penanaman modal (investasi), maka aspek
keuntunganlah yang menjadi terget sehingga pendidikan menjadi lahan komersil, mewah
dan tidak terjangkau oelh masyarakat miskin. Meskipun dengan adanya badan hukum
pendidikan dan masuknya investasi asing/swasta itu disyaratkan harus berprinsip nirlaba
dan dikelola secara profesional, tarnsparan, dan akuntabiitas publiknya dapat dijamin,
tampaknya hssl itu msih “jauh panggang dari apinya” di tengah-tengah globalisasi.

BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan memang tidak lepas dari aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya,
menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan
aspek sosial yang melingkupinya akan berakibat kepada keterasingan pendidikan dalam
realitas nyata. Lebih-lebih di era globalisasi di mana dunia telah terlipat yang dapat dijangkau
kapan dan dimana saja kita ada; yaitu sebuah dunia tanpa batas ruang dan waktu

Disinilah dunia pendidikan menemukan tantangannya, harus selalu berbenah dan


memegang prinsip pendidikan sebagai wahana penyadaran diri dan proses humanisasi tanpa
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan sebagai investasi jangka panjang dalam
pembangunan bangsa harus menghindarkan dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi
dengan ideologi neo-liberalnya. Diantara privatisasi yang berakibat terhadap mahalanya
ongkos pendidikan, orientasi pendidikan sebagai lahan bisnis, memperlebar gap dalam
kualitas pendidikan dan diskriminasi sosial, bergesernya budaya akademik menjadi budaya
hedonis dan yang lebih parah lagi adalah tereduksinya fungsi pendidikan sebagai pemutus
rantai kemiskinan, pendidikan sesungguhnya merupakan alat pemberdayaan yang dapat
memutus mata rantai kemiskinan, namun dalam kondisi seperti itujustru dapat mengarah
kepada pelanggengan dan jebakan kemiskinan.

Sehingga reparadigmatisasi pendidikan sebagai upaya penaggulangan dampak


globalisasi pendidikan adalah tanggungjawab yang harus diemban oleh setiap anak bangsa,

15
reparadigmatisasi dimaksud adalah perubahan mendasar terhadap pokok-pokok persoalan
pendidikan nasional terkait dengan bidang sosial, poloitik, ekonomi, dan budaya yang
beregerak secara sistematis, berkesinambungan dan simultan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. 2004. Pendidikan Islam & Tantangan Globalisasi

Ghazali, Adeng. 2004. Civic Education. Bandung : Benang Merah Press.

Holton, Robert, J. Globalization and Nation State London, Macmillan Press, 1998

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

Http//http://rizaaditya.com/dampak-globalisasi.html

16

Anda mungkin juga menyukai