Anda di halaman 1dari 10

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKEKAT DAN KONSEP PERSPEKTIF GLOBAL


1. Global
Menurut kamus bahasa Inggris Longman Dictionary of
Contemporary English, mengartikan global dengan “Concerning the whole
earth” sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia Internasional atau seluruh
alam jagat raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini dapat berupa
masalah, kejadian, kegiatan, atau, bahkan sikap. Yang berkaitan dengan
masalah misalnya kebakaran hutan menimbulkan asap dan ini berdampak
global dimana Negara lain di Asia Tenggara bahkan diseluruh asia
mengalami sesak nafas.1
Yang berkaitan dengan kejadian dalam masyarakat dengan adanya
penculikan: terhadap para aktivis di Indonesia dapat mempengaruhi opini
dunia terhadap bangsa kita. Sedangkan yang berkaitan dengan kegiatan
lainnya dapat kita lihat misalnya di India dan Pakistan berlomba-lomba
mengadakan percobaan nuklir, ini akan merangsang dunia lain untuk
bertindak misalnya mengutuk perbuatan tersebut, atau bahkan
mengimbangi dengan membuat nuklir pula.
Hal yang dapat mempengaruhi dunia ini bukan saja yang berkaitan
dengan kehidupan politik dan kenegaraan, akan tetapi juga yang bersifat
gangguan lingkungan, seperti penebangan hutan secara liar, polusi udara,
karena industri dan sebagainya.
Jadi global memiliki pengertian menyeluruh, dimana dunia ini tidak
lagi dibatasi oleh batas negara, wilayah, ras, warna kulit, dan sebagainya.

2. Globalisasi
Menurut John Huckle (Miriam Steiner, 1996), Globalisasi adalah
suatu proses dengan mana kejadian, keputusan dan kegiatan di salah
satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu
dan masyarakat di daerah yang jauh.
1
Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja dan Drs. Kuswaya Wihardit, M.Ed. Materi Pokok
Perspektif Global Cet.14 Ed.1. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. 2014. hlm. 1.3
4

Sedangkan menurut Albro (yaya tahun 1998) menyatakan bahwa


globalisasi adalah keseluruan proses di manamanusian di bumi ini
diinkorporasikan (di masukkan) kedalam masyarakat dunia tunggal,
masyaralat global.2
Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat popular karena berkaitan
dengan gerak pembangunan di Indonesia, terutama berkaitan dengan
sistem ekonomi terbuka dan perdagangan bebas. Era globalisasi ditandai
dengan adanya persaingan yang semakin ketat, padatnya informasi,
kuatnya komunikasi dan keterbukaan (transparansi). Bangsa Indonesia
akan semakin jauh tertinggal dibandingkan Negara-negara lain di dunia
jika tidak memiliki kemampuan-kemampuan tersebut.
Hamijoyo dalam Mimbar (1990) menjelaskan ciri-ciri globalisasi,
antara lain :
1) Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan
teknologi, transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan
organisasi dan manajemen yang tangguh.
2) Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik. Batas
tersebut harus tunduk pada kekuatan teknologi, ekonomi, social politik
dan sekaligus mempertemukan tatanan yang sebelumnya sulit
dipertemukan.
3) Adanya ketergantungan antar negara.
4) Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi. Penyebaran dalam hal
gagasan, pembaharuan dan inovasi dalam struktur, isi dan metode
pendidikan dan pengajaran sudah lama terjadi (melalui literature,
kontak antar pakar dan mahasiswa).3
Globalisasi mempunyai dampak positif dan negatif. Tilaar (1998)
menyebutkan bahwa dampak positif globalisasi adalah munculnya
masyarakat megakompetisi, dimana setiap orang berlomba berbuat yang
terbaik untuk mencapai yang terbaik. Untuk berkompetisi dibutuhkan
kualitas yang tinggi sehingga di era globalisasi ini masyarakat menjadi
dinamis, aktif dan kreatif karena mengejar keunggulan dan kualitas.
Namun, globalisasi dapat menjadi ancaman bagi budaya bangsa.
2
Ibid., hlm. 1.6
3
Ibid., hlm. 1.7
5

Globalisasi akan melahirkan budaya global sehingga mengancam


budaya lokal yang menjadi karakteristik budaya nasional. Apalagi jika
tingkat pendidikan masyarakat rendah, hal ini akan menjadi penyebab
cepatnya masyarakat terseret arus globalisasi dengan menghilangkan jati
diri dan identitas bangsa. Contohnya, remaja di Indonesia dapat dengan
cepat meniru gaya berpakaian, tata rambut, berperilaku yang tidak cocok
dengan jati diri bangsa Indonesia.
Tilaar (1998) mengemukakan bahwa globalisasi telah memasuki
tiga bidang penting kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik dan budaya.
Hal ini didukung olah dua kekuatan yaitu bisnis dan teknologi sebagai
tulang punggung globalisasi. Gelombang globalisasi tersebut akan
berdampak pada bisang lainnya yaitu bidang sosial terutama karena
didukung oleh kemajuan dan teknologi transportasi dan komunikasi
modern.
Tillaar (1998) juga mengemukakan tentang ciri era globalisasi yaitu
dengan adanya masyarakat terbuka, yang dibagi dalam dua hal, yaitu:
a. Dalam bidang ekonomi, ditandai dengan adanya pasar bebas, yang
menuntut kemampuan, kreasi yang neghasilkan produk-produk
berkualitas tinggi.
b. Dalam bidang politik, ditandai dengan berkembangnya nilai demokrasi
dalam masyarakat yang demokratis, yaitu setiap masyarakat dimana
setiap anggotanya ikut aktif dalam kehidupan bersama dan
menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik. Masyarakat yang
demokratis adalah masyarakat yang menghormati hak asasi manusia,
merupakan masyarakat madani yang hak dan kewajibannya dijunjung
tinggi.4
Globalisasi ditandai dengan cepatnya perubahan, oleh karena itu,
kita harus menguasai IPTEK. Dalam hal ini Tilaar mengisyaratkan konsep
inovasi yang dituntut dalam era globalisasi, yaitu :
1) Dalam era globalisasi kita berada pada suatu masyarakat yang
terbuka, dan penuh kompetisi. Ini berarti bahwa masyarakat berada
dalam kondisi yang menghasilkan yang terbaik
4
Ibid., hlm. 1.8
6

2) Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang lebih


tinggi baik dalam jasa, barang, maupun investasi modal.
kualitas berda di atas kuantitas.
3) Era globalisasi merupakan suatu era informasi dengan sarana-
sarananya yang dikenal sebagai information superhighway.Oleh
sebab itu, pemanfaatan informasi superhighway merupakan suatu
kebutuhan masyarakat modern dan dengan demikian perlu dikuasai
masyarakat.
4) Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan
canggih. Oleh sebab itu, penguasaan terhadap sarana-sarana
kominikasi seperti bahasa, merupakan syarat mutlak.
5) Era globalisasi ditandai dengan maraknya kehidupan bisnis. Oleh
sebab itu, kemampuan bisnis, manajer, merupakan tuntutan
masyarkat masa depan.
6) Era globalisasi merupakan era teknologi dan oleh sebab itu, anggota-
anggotanya harus paham digital.5

3. Perspektif Global
Perspektif adalah cara pandang atau cara berpikir seseorang
tentang suatu obyek. Perspektif global adalah suatu cara pandang dan
cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut
kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional.
Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk
kepentingan global.
Dengan kata lain, perspektif global adalah suatu pandangan yang
timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan
global yang lebih luas. Dalam cara berpikir, seseorang harus berpikir
global, dan dalam bertindak dapat secara lokal (think globally and act
locally).
Hal ini harus ditanamkan pada diri murid bahwa kehidupan kita ini
adalah bagian dari kehidupan dunia. Kita tidak dapat berkembang tanpa
adanya hubungan dan komunikasi dengan dunia luar, kita hidup karena
adanya ketergantungan. Oleh karena itu, sebagian guru seyoganya

5
Ibid., hlm. 1.9–1.10
7

memepersiapkan diri sebagai komunikator atau penghubung dengan


dunia luar tersebut. Untuk itu maka guru harus :
a. Tertarik dan peduli terhadap kejadian dan kegiatan pada masyarakat
lokal, nasional, dan global.
b. Secara aktif mencari, memilah dan menyimpan informasi yang bersifat
dunia.
c. Mempunyai sifat terbuka, mau menerima setiap adanya
pembaharuan.
d. Mampu meneyeleksi informasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi sosial buaya masyarakat kita.

4. Pendidikan Global
Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk
wawasan dan perspektif para siswa, karena melalui pendidikan global
para siswa dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang
berkaitan dengan masalah global. Pendidikan global menawarkan suatu
makna bahwa kita hidup di dalam masyarakat manusia dihubungkan : baik
suku, maupun bangsa, dan batas negara tidak menjadi penghalang, dan
merupakan komunalitas dari perbedaan diantara orang-orang yang
berbeda bangsa.
Sebagai pendidik, kita memerlukan suatu pendekatan yang akan
menolong siswa untuk mengarahkan kehidupan yang sangat kompleks
dan menjauhi pengertian yang sempit seperti itulah yang menyebabkan
munculnya istilah Utara-Selatan, Barat-Timur, Kulit hitam-putih, Dunia I-
Dunia II-Dunia III.
Hoopes (Garcia 1977) mengatakan bahwa pendidikan global
mempersiapkan siswa untuk memahami dan mengatasi adanya
ketergantungan global dan keragaman budaya, yang mencakup
hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak dapat diisikan ke dalam
batas-batas negara dan budaya.
Selanjutnya Hoopes (1977) menjelaskan bahwa Pendidikan Global
memiliki 3 tujuan yaitu :
1. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa
kedaerahan dan kesukuan.
8

2. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mempersiapkan


siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global.
3. Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa
untuk berpikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai warga
suatu negara, dan sebagai anggota masyarakat manusia secara
keseluruhan.6
Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan
memberikan keterampilan analisis dan evaluasi yang luas keterampilan ini
akan membekali siswa untuk memahami dan memberi reaksi terhadap isu
internasional dan antar budaya.
Pendidikan global juga mengenalkan siswa dengan berbagai
strategi untuk berperan serta secara lokal, nasional dan internasional.
Mata pelajaran harus menyajikan informasi yang relevan untuk
meningkatkan kemampuan terlibat dalam pencaturan kebijakan publik.
Oleh karena itu, Pendidikan Global mengaitkan isu global dengan
kepentingan lokal.
Agar perspektif global dapat sampai dan dimiliki oleh setiap
anggota kelompok tertentu umumnya oleh setiap warga negara, maka
peran lembaga pendidikan menempati posisi yang sangat strategis.
Dalam hal ini, peran guru di sekolah perlu mempersiapkan diri untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar: (1)
mengapresiasi perbedaan dan persamaan budaya termasuk cara-cara
mengajar keragaman dan kesadaran akan perspektif, (2) dunia sebagai
suatu system dan konsep saling ketergantungan dan saling terkait; dan (3)
bagaimana keberadaan siswa yang ada pada suatu tempat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan orang dan organisasi
global di seluruh dunia (Merryfield, 1990).

B. DIMENSI, MANFAAT, TUJUAN, DAN MASALAH PERSPEKTIF


GLOBAL
1. Dimensi

6
Ibid., hlm. 1.11
9

Saat ini tidak ada suatu bangsapun yang statis dan homogen.
Setiap bangsa berkembang karena adanya interaksi dengan bangsa lain,
sehingga sistem nilai budaya dan nilai lainnya akan saling mempengaruhi
satu sama lain. Perspektif global bertolak dari masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai masalah pendidikan,
kesehatan, pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya. Semua
permasalahan ini berdampak pada permasalahan global. Dalam kaitannya
dengan budaya di era globalisasi, Makagiansar (Mimbar, 1990)
mengajukan empat dimensi perspektif global, yaitu:
1) Afirmasi atau penegasan dari dimensi budaya dalam proses
pembangunan bangsa dan masyarakat. Pembangunan akan terasa
hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan bangsanya. Nilai budaya
suatu bangsa menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara,
serta merupakan alat seleksi bagi pengaruh luar yang sudah tidak
terkendali.
2) Mengembangkan identitas budaya dan setiap kelompok manusia
berhak diakui identitas budayanya.
3) Partisipasi, bahwa dalam pengembangan suatu bangsa
dan negara sangat diperlukan partisipasi dari masyarakat.7
4) Memajukan kerjasama antar budaya. Hal ini dimaksudkan agar ada
aksi dan upaya saling mengisi atau mengilhami, sehingga akan
ada kemajuan dan peningkatan antar budaya bangsa.
Sementara itu, Hanvey (1976) dalam bukunya yang sangat terkenal
“An Attainable Global Perspective” menyebutkan 5 dimensi dari perspektif
global sebagai berikut.
1) Kesadaran perspektif (Perspective conciousness)
Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai
macam pendapat yang berbeda-beda di dunia ini.
2) Kesadaran akan kondisi planet bumi (State of planet awareness)
Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan
peristiwa-peristiwa global.
3) Kesadaran antar budaya (Cross-culturel awareness)

7
Ibid., hlm. 1.19
10

Adanya kesepakatan yang bisa diterima secara umum dalam


membuat karakteristik budaya-budaya yang ada di dunia ini, yaitu
bahwa sekalipun ada perbedaan-perbedaan dalam budaya, namun
ada banyak kesamaan yang dimiliki.
4) Pengetahuan dinamika global (Knowledge of Global Dynamics)
Dimensi ini menunjukkan suatu pemahaman sederhana tentang
ciri dan mekanisme kunci tentang system planet bumi dengan
penekanan pada sejumlah teori dan konsep yang dapat meningkatkan
kesadaran yang seksama tentang perubahan global.
5) Kesadaran pilihan manusia (Awareness of Human Choices)
Dimensi ini menunjukkan sejumlah kesadaran terhadap
masalah-masalah pilihan yang dihadapi individu, bangsa, dan
manusia sebagai kesadaran perlunya pengetahuan system global di
masa depan.8

2. Manfaat
Berikut ini beberapa manfaat mempelajari perspektif global.
a. Meningkatkan wawasan dan kesadaran para pendidik dan peserta
didik bahwa kita bukan hanya penghuni satu daerah, tetapi
mempunyai ketergantungan dengan orang lain di belahan bumi yang
lain. Oleh karena itu sikap kita harus mencerminkan “sikap
ketergantungan” tersebut.
b. Menambah dan memperluas pengetahuan kita tentang dunia,
sehingga dapat megikuti perkembangan dunia dalam berbagai aspek
terutama perkembangan iptek.
c. Mengkondisikan para mahasiswa untuk berpikir integral bukan
general, sehingga suatu gejala atau masalah dapat ditanggulangi dari
berbagai aspek.
d. Melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap perkembang-
an dunia dengan segala aspeknya

3. Tujuan

8
Hendra Prijatna. Perspektif Global. https://hendraprijatna68.files.wordpress.com/2012/
06/perspektif-global.docx. Pada tanggal 08 Maret 2018. Pukul 16:55 WIB.
11

Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa


untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik
harus dimulai dari berbagai macam kelompok yang melibatkannya, dari
yang terdekat hingga yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal, nasional,
hingga global. Ada 5 tujuan pokok dari perspektif global, yaitu:
1) Mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagai individu-
individu yang membentuk masyarakat.
2) Mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan anggota dari
masyarakat dunia.
3) Mengembangkan pengertian bahwa mereka adalah penghuni planet
bumi ini dan kehidupannya bergantung pada planet bumi tersebut.
4) Peserta didik harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan
atau pelaku aktif dalam masyarakat global ini.
5) Mendidik peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk hidup
secara bijaksana dan bertanggung jawab sebagai individu, sebagai
umat manusia, sebagai insan penghuni planet bumi ini, serta sebagai
anggota masyarakat global.
Sementara itu, menurut Marryfield (dalam buku Perspektif Global
karangan Prof. Dr. H. Nurshid S dan Drs. Kuswaya W : 1997), tujuan
diberikannya perspektif global adalah sebagai berikut:
1) Mendorong mahasiswa untuk mempelajari lebih banyak tentang
materi dan masalah yang berkaitan dengan masalah global.
2) Mendorong para pendidik untuk mempelajari masalah yang berkaitan
dengan masalah lintas budaya.
3) Pengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun pengembangan profesinya. 9

4. Masalah
Berkaitan dengan masalah global, Merry M. Merryfield (1997 : 8)
mengemukakan pokok-pokok masalah global, yaitu: penduduk dan
keluarga berencana (population and family planning); hak rakyat
menentukan pemerintahan sendiri (self-determination); pembangunan

9
Hadi Suryanto. Hakekat dan Konsep Perspektif Global. http://hsuryanto3.blogspot.co.id/
2013/06/a-hakekat-dan-konsep-perspektif-global.html. Pada tanggal 08 Maret 2018.
Pukul 16:56 WIB.
12

(development); hak asasi manusia (human right); emigrasi, imigrasi dan


pengungsian (emigration, immigration and refugees); kepemilikan
bersama secara global (the global commnos); lingkungan hidup dan
sumber daya alam (environment and natural resources); persebaran
kemakmuran; teknologi informasi; sumber daya; jalan masuk ke
pasar; kelaparan dan bahan pangan; perdamaian dan
keamanan; prasangka dan diskriminasi.
Pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah, guru mengalami
beberapa permasalahan dalam mengajarkan perspektif global,
diantaranya:
a. Masalah global adalah masalah integral yaitu suatu permasalahan
yang dapat dilihat dari berbagai bidang ilmu. Sementara pada materi
pelajaran IPS di SD masih menitikberatkan pada materi bidang studi
yaitu sejarah dan geografi.
b. Mata kuliah perspektif global tergolong baru, para guru belum memiliki
pengalaman cukup untuk mengajar materi persepktif global di SD.
c. Buku sumber untuk pelajaran perspektif global di SD masih sangat
kurang sehingga diperlukan kreatifitas yang tinggi dari guru (tidak
terpaku pada buku paket atau LKS).10
Isu dan masalah diatas bukan lagi hanya dirasakan secara lokal
dan regional di tempat-tempat serta kawasan-kawasan tertentu,
melainkan telah menjadi isu dan masalah global yang dirasakan serta
disadari oleh masyarakat dunia. Badan dan lembaga dunia, baik
organisasi yang merupakan bagian dari PBB maupun diluar PBB seperti
LSM (lembaga swadaya masyarakat), telah menaruh perhatian serta
kepedulian terhadap masalah-masalah global tersebut.

10
Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja dan Drs. Kuswaya Wihardit, M.Ed., op. cit.

Anda mungkin juga menyukai