BAB II
PEMBAHASAN
2. Globalisasi
Menurut John Huckle (Miriam Steiner, 1996), Globalisasi adalah
suatu proses dengan mana kejadian, keputusan dan kegiatan di salah
satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu
dan masyarakat di daerah yang jauh.
1
Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja dan Drs. Kuswaya Wihardit, M.Ed. Materi Pokok
Perspektif Global Cet.14 Ed.1. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. 2014. hlm. 1.3
4
3. Perspektif Global
Perspektif adalah cara pandang atau cara berpikir seseorang
tentang suatu obyek. Perspektif global adalah suatu cara pandang dan
cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut
kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional.
Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk
kepentingan global.
Dengan kata lain, perspektif global adalah suatu pandangan yang
timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan
global yang lebih luas. Dalam cara berpikir, seseorang harus berpikir
global, dan dalam bertindak dapat secara lokal (think globally and act
locally).
Hal ini harus ditanamkan pada diri murid bahwa kehidupan kita ini
adalah bagian dari kehidupan dunia. Kita tidak dapat berkembang tanpa
adanya hubungan dan komunikasi dengan dunia luar, kita hidup karena
adanya ketergantungan. Oleh karena itu, sebagian guru seyoganya
5
Ibid., hlm. 1.9–1.10
7
4. Pendidikan Global
Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk
wawasan dan perspektif para siswa, karena melalui pendidikan global
para siswa dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang
berkaitan dengan masalah global. Pendidikan global menawarkan suatu
makna bahwa kita hidup di dalam masyarakat manusia dihubungkan : baik
suku, maupun bangsa, dan batas negara tidak menjadi penghalang, dan
merupakan komunalitas dari perbedaan diantara orang-orang yang
berbeda bangsa.
Sebagai pendidik, kita memerlukan suatu pendekatan yang akan
menolong siswa untuk mengarahkan kehidupan yang sangat kompleks
dan menjauhi pengertian yang sempit seperti itulah yang menyebabkan
munculnya istilah Utara-Selatan, Barat-Timur, Kulit hitam-putih, Dunia I-
Dunia II-Dunia III.
Hoopes (Garcia 1977) mengatakan bahwa pendidikan global
mempersiapkan siswa untuk memahami dan mengatasi adanya
ketergantungan global dan keragaman budaya, yang mencakup
hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak dapat diisikan ke dalam
batas-batas negara dan budaya.
Selanjutnya Hoopes (1977) menjelaskan bahwa Pendidikan Global
memiliki 3 tujuan yaitu :
1. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa
kedaerahan dan kesukuan.
8
6
Ibid., hlm. 1.11
9
Saat ini tidak ada suatu bangsapun yang statis dan homogen.
Setiap bangsa berkembang karena adanya interaksi dengan bangsa lain,
sehingga sistem nilai budaya dan nilai lainnya akan saling mempengaruhi
satu sama lain. Perspektif global bertolak dari masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai masalah pendidikan,
kesehatan, pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya. Semua
permasalahan ini berdampak pada permasalahan global. Dalam kaitannya
dengan budaya di era globalisasi, Makagiansar (Mimbar, 1990)
mengajukan empat dimensi perspektif global, yaitu:
1) Afirmasi atau penegasan dari dimensi budaya dalam proses
pembangunan bangsa dan masyarakat. Pembangunan akan terasa
hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan bangsanya. Nilai budaya
suatu bangsa menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara,
serta merupakan alat seleksi bagi pengaruh luar yang sudah tidak
terkendali.
2) Mengembangkan identitas budaya dan setiap kelompok manusia
berhak diakui identitas budayanya.
3) Partisipasi, bahwa dalam pengembangan suatu bangsa
dan negara sangat diperlukan partisipasi dari masyarakat.7
4) Memajukan kerjasama antar budaya. Hal ini dimaksudkan agar ada
aksi dan upaya saling mengisi atau mengilhami, sehingga akan
ada kemajuan dan peningkatan antar budaya bangsa.
Sementara itu, Hanvey (1976) dalam bukunya yang sangat terkenal
“An Attainable Global Perspective” menyebutkan 5 dimensi dari perspektif
global sebagai berikut.
1) Kesadaran perspektif (Perspective conciousness)
Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai
macam pendapat yang berbeda-beda di dunia ini.
2) Kesadaran akan kondisi planet bumi (State of planet awareness)
Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan
peristiwa-peristiwa global.
3) Kesadaran antar budaya (Cross-culturel awareness)
7
Ibid., hlm. 1.19
10
2. Manfaat
Berikut ini beberapa manfaat mempelajari perspektif global.
a. Meningkatkan wawasan dan kesadaran para pendidik dan peserta
didik bahwa kita bukan hanya penghuni satu daerah, tetapi
mempunyai ketergantungan dengan orang lain di belahan bumi yang
lain. Oleh karena itu sikap kita harus mencerminkan “sikap
ketergantungan” tersebut.
b. Menambah dan memperluas pengetahuan kita tentang dunia,
sehingga dapat megikuti perkembangan dunia dalam berbagai aspek
terutama perkembangan iptek.
c. Mengkondisikan para mahasiswa untuk berpikir integral bukan
general, sehingga suatu gejala atau masalah dapat ditanggulangi dari
berbagai aspek.
d. Melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap perkembang-
an dunia dengan segala aspeknya
3. Tujuan
8
Hendra Prijatna. Perspektif Global. https://hendraprijatna68.files.wordpress.com/2012/
06/perspektif-global.docx. Pada tanggal 08 Maret 2018. Pukul 16:55 WIB.
11
4. Masalah
Berkaitan dengan masalah global, Merry M. Merryfield (1997 : 8)
mengemukakan pokok-pokok masalah global, yaitu: penduduk dan
keluarga berencana (population and family planning); hak rakyat
menentukan pemerintahan sendiri (self-determination); pembangunan
9
Hadi Suryanto. Hakekat dan Konsep Perspektif Global. http://hsuryanto3.blogspot.co.id/
2013/06/a-hakekat-dan-konsep-perspektif-global.html. Pada tanggal 08 Maret 2018.
Pukul 16:56 WIB.
12
10
Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja dan Drs. Kuswaya Wihardit, M.Ed., op. cit.