Anda di halaman 1dari 4

Membaca Intensif, Pengertian, Tujuan, Karakteristik, dan Cara Membacanya

Contohsuratku.net - Salah satu cara yang paling epektif dalam menyerap segala ilmu
pengetahuan adalah dengan cara membaca, karena dengan banyak membaca maka kemampuan
berbicara, kemampuan menulis dan kemampuan memahami ilmu pengetahuankamu akan
meningkat.

Salah satu cara yang sering digunakan dalam membaca adalah dengan membaca intensif. dan
untuk memahami apa yang kami paparkan ini silahkan ikuti penjelasan kami tentang Membaca
Intensif, Pengertian, Tujuan, Karakteristik, dan Cara Membacanya berikut ini :
Pengertian Membaca Intensif
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara cermat dan teliti terhadap
teks yang dibaca. membaca intensif ini diterapkan dalam upaya mencari informasi secara detail
atau diterapkan pada pencarian informasi sebagai bahan diskusi.
Definisi membaca intensif adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam membaca
dengan cermat agar memahami bacaan atau teks dengan cepat dan tepat. Pengertian Kemampuan
membaca intensif yaitu kemampuan memahami secara detail isi bacaan secara lengkap, akurat,
dan kritis pada suatu fakta, konsep, pendapat, gagasan, pengalaman, perasaan, dan pesannya.
Saat membaca, beberapa pembaca biasanya membaca hanya satu atau hanya beberapa bacaan
yang ada. Hal ini bertujuan agar menumbuhkan dan mengasah kemampuan dalam membaca
dengan kritis. 
Membaca dengan intensif diistilahkan dengan teknik dalam membaca untuk pembelajaran.
Keterampilan untuk membaca intensif membuat para pembaca paham pada teks, bisa pada
tingkat lateral, kritis, interpretatif, maupun evaluatif. Pada aspek kognitif, hal yang dapat
dikembangkan dengan teknik membaca yang intensif itu adalah kemampuan untuk membaca
dengan komprehensif. 
Tujuan Membaca Intensif
Membaca intesif selain bertujuan untuk mendapatkan informasi sebagai bahan diskusi, juga
dapat dijadikan sebagai sarana untuk menentukan sebuah pokok persoalan atau perihal yang
menarik dari suatu teks bacaan untuk dapat atau  layak dijadikan sebagai bahan diskusi.
Membaca intensif  juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memilih salah satu atau beberapa
pokok pikiran yang paling tepat untuk dijadikan sebagai bahan diskusi bersama teman.
Selain dengan cara itu, kita juga dapat menentukan bahan diskusi dengan cara membuat
kesimpulan dari pokok-pokok pikiran itu kemudian mengambil inti sari persoalannya.
Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan berkenaan dengan informasi yang layak untuk
menjadi bahan diskusi, antara lain dapat menambah pengetahuan atau wawasan, bermanfaat, dan
akan lebih baik jika sedang menjadi bahan pembicaraan masyarakat.
Karakteristik Membaca Intensif
Karakteristik membaca dengan intensif meliputi :
1. Membaca untuk meraih tingkat pemahaman yang tinggi dengan harapan dapat
mengingatnya dalam waktu relatif lama. 
2. Membaca dengan detail agar mendapat pemahaman seluruhnya yang meliputi isi dan
bagian teks
3. Cara membaca ini sebagai dasar untuk belajar pemahaman yang lebih baik dan
mengingatnya lebih lama.
4. Membaca intensif tidak memakai cara membaca tunggal tetapi dengan berbagai variasi
teknik membaca yaitu scanning, membaca komprehensif, skimming, dan teknik lainnya.
5. Tujuan membaca intensif yaitu pengembangan keterampilan dalam membaca dengan
detail yang menekankan pada pemahaman kata, pengembangan kosakata, kalimat, dan
pemahaman seluruh dari isi wacana.
6. Kegiatan ini melatih siswa membaca kalimat pada teks secara cermat dan dengan penuh
konsentrasi. Adanya kecermatan, sehingga menemukan kesalahan struktur, kosakata,
serta penggunaan ejaan atau tanda baca.
7. Kegiatan ini juga dapat melatih siswa untuk berpikir lebih kritis, kreatif, dan inovatif.

Contoh Bacaan
Bacalah dengan cermat bacaan dibawah ini :
Guru SMP Muhammadiyah Bogor Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skills). Namun, kesuksesan juga ditentukan oleh
keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skills).

Pendidikan soft skills bertumpu pada pembinaan mentalitas agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan
realitas kehidupan. Hasil penelitian mengungkapkan, kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20
persen dengan hard skill dan sisanya 80 persen dengan soft skills.

Proses pendidikan merupakan perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap
(afektif) seseorang. Maka dari itu, pendidikan seharusnya menghasilkan output dengan kemampuan
yang proporsional antara hard skills dan soft skills. 

Selain karena kurikulum yang memiliki muatan soft skills yang rendah dibanding muatan hard skills,
ketidakseimbangan antara soft skills dengan hard skills juga dapat disebabkan oleh proses pembelajaran
yang menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian.

Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah
memiliki nilai hasil ulangan atau ujian yang tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam
proses pembelajaran yang konvensional (teacher centered), baik dalam penyampaian demikian juga
pada proses penilaiannya. Saat ini sudah saatnya guru lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan
proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered learning).
Setiap orang termasuk peserta didik sudah memiliki soft kills walaupun berbedabeda. Soft skills ini dapat
dikembangkan menjadi lebih baik atau bernilai (diterapkan dalam kehidupan sehari-hari) melalui proses
pembelajaran. 

Pendidikan soft skills tidak seharusnya melalui satu mata pelajaran khusus, melainkan diintegrasikan
melalui mata pelajaran yang sudah ada atau dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Salah satunya adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru. CTL juga mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Selain itu, CTL mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
dengan melibatkan komponen utama pembelajaran. Komponen tersebut yaitu konstruktivisme,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. 

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapkan


ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajaran. 

Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang


berlandaskan pada beberapa hal. Beberapa hal tersebut meliputi dunia kehidupan nyata, berpikir
tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah nyata, penilaian komprehensif, dan
pembentukan manusia yang memiliki akal sehat. 

CTL dilaksanakan melalui beberapa pendekatan pengajaran, antara lain berikut.

Belajar berbasis masalah.

Pengajaran autentik.

Pengajaran berbasis inquiri.

Belajar berbasis proyek atau tugas terstruktur.

Belajar berbasis kerja.

Cara Membaca Intensif


Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan berkenaan dengan informasi yang layak untuk
menjadi bahan diskusi, antara lain dapat menambah pengetahuan atau wawasan, bermanfaat, dan
akan lebih baik jika sedang menjadi bahan pembicaraan masyarakat.
Dalam menyimpulkan mengenai informasi atau perihal yang layak dijadikan sebagai bahan
diskusi dari suatu teks, kalian perlu melakukan halhal di antaranya berikut.
1. Membaca dengan jeli sehingga dapat menentukan hal yang paling menarik dari hal-hal
yang lain. Akan lebih baik jika kalian menemukan pokok-pokok pikiran yang ada
kemudian memilih yang paling layak untuk dijadikan sebagai bahan diskusi.
2. Mempertimbangkan kemampuan diri dan kemampuan teman diskusi berkenaan dengan
kemampuan diri menguasai atau memahami perihal yang akan kalian diskusikan. Jangan
sampai kalian menentukan bahan diskusi yang menarik, tetapi kalian sendiri tidak
memahami persoalan tersebut.
3. Mempertimbangkan referensi yang dimiliki oleh peserta diskusi terkait perihal yang akan
didiskusikan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kalian dapat menentukan terlebih dahulu pokok-
pokok penting dari bacaan tersebut, seperti berikut ini.
1. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan
teknis (hard skills), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skills).
2. Proses pendidikan merupakan perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor), dan sikap (afektif) seseorang, sehingga pendidikan seharusnya
menghasilkan output dengan kemampuan yang proporsional antara hard skills dan soft
skills.
3. Saat ini sudah saatnya guru lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan proses belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student centered learning).
4. Soft skills ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik atau bernilai (diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari) melalui proses pembelajaran.
5. Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
6. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada dunia
kehidupan nyata, berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah
nyata, penilaian komprehensif, dan pembentukan manusia yang memiliki akal sehat.
7. CTL dilaksanakan melalui beberapa pendekatan pengajaran, antara lain:
- belajar berbasis masalah,
- pengajaran autentik,
- pengajaran berbasis inquiri,
- belajar berbasis proyek atau tugas terstruktur, serta
- belajar berbasis kerja.

Posted by Andi Risnawati

Anda mungkin juga menyukai