PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi di SD, yaitu dari kelas 3 sampai
dengan kelas 6, suatu pelajaran bahasa yang selalu dilatihkan ialah membaca dibandingkan dengan
bacaan pada kelas rendah, materi bacaan di kelas tinggi lebih beraneka topiknya dan lebih mendalam
isinya.
Untuk menunjang kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai bidang studi, pada makalah ini akan
dibahas kaitan antara membaca dengan bidang studi lain seperti IPS, IPA, dan matematik. Dengan
demikian pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membaca dapat dianggap sebagai pintu gerbang untuk
mengenal, memahami, dan mendalami pelajaran lainnya.
B. Tujuan penulisan
- Memahami tujuan pelajaran membaca serta kaitan antara membaca dengan bidang studi lainnya.
- Dapat merencanakan dan enerapkan berbagai contoh pembelajaran membaca dalam kaitannya
dengan mata pelajaran lain dikelas.
- Mengetahui langkah – langkah dasar yang ada dalam model lintas bidang studi.
C. Rumusan Masalah
c. Apa saja langkah dasar yang ada dalam model lintas bidang studi ?B A B II
ISI
Pengertian membaca yang disebutkan berikut ini adalah suatu pengertian yang meliputi berbagai aspek
membaca, yaitu :
1. Membaca merupakan suatu proses dekoding, artinya membaca adalah suatu kegiatan untuk
memecah kode – kode bahasa berupa lambang – lambang verbal. Lambang verbal adalah rangkaian
huruf yang mengikuti suatu konvensi tertentu ( misalnya ejaan )yang membentuk suatu wacana yan
berisi suatu informasi atau pengertian.
2. Membaca adalah sebuah keterampilan berbahasa yang hanya dapat diperoleh melalui latihan. Dan
keterampilan yang dimaksud ialah keterampilan menggerakkan otot – otot mata, menggunakan kamus,
menggunakan grafik mengatasi kesulitan menbaca, mencari ide pokok dan penjelas, dan sebagainya.
3. Membaca merupakan proses merekonstrukisi makna sebuah teks. Artinya, membaca merupakan
suatu untuk menelusuri makna yang ada di dalam sebuh tulisan.
4. Membaca merupakan suatu pemindah lmbang visual ( katon ) menjadi lambang auditoris ( berbunyi ).
5. Membca merupakan suatu proses mengolah bacaan secara kritis kreatif yang bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh dan mendalam tentang isi bacaan.
disajikan dalam bentuk tertulis dan hanya dapat diperoleh melalui membaca. Kegiatan membaca bukan
hanya sekedar mendorong siswa untuk membaca dengan lancar, tetapi juga siswa memahami isi
bacaan. Dengan memahami isi bacaan, tujuan membaca menjadi jelas, yakni untuk: (a) memperoleh
informasi, (b) mengembangkan berpikir kritis, (c) menambah wawasan dan pengalaman, (d) menikmati
isi bacaan atau kesenangan, dan (e) mengembangkan minat baca.
Adapun prinsip membaca yaitu memhami apa yang dibaca atu isi bacaan, selanjutnya
memahami lebih lanjut mengapa, siapa, kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa pada bacaan
tersebut. Pada umumnya tujuan pengajaran membaca di sekolah ialah untuk meningkatkan kompetensi
kebahasaan atau pemerolehan kemampuan berbahasa. Menurut Nuttall ( 1982 ), tujuan program
pengajaran membaca adalah meningkatkan kemampuan siswa agar dapat membaca teks asli yang
belum pernah dikenalnya dengan tingkat kecepatan yang memadai dan dengan pemahaman yang
memdai tanpa mengalami hambatan.
a. Efisien waktu pelajaran dengan mengajarkan keterampilan berbahasa sekaligus materi pelajaran lain.
b. Menerapkan pelajaran lintas kurikulum dalam jam pelajaran Bahasa Indonesia, artinya menunjang
pemahaman materi satu pelajaran atau beberapa pelajaran dihubungkan dengan pelajaran membaca.
Pada kurikulum 1994 GBPP pelajaran Bahasa Indonesia, membaca adalah suatu keterampilan berbahasa
di samping ketiga keterampilan berbahasa lainnya, yaitu : berbicara, menyimak, dan menulis. Secara
jelas tujuan membaca di SD disebut pada butir 5 sampai dengan butir 8 Tujuan Khusus Pemahaman
sebagai berikut :
5). Siswa mampu memahami isi dengan tepat
7). Siswa memiliki kegemaran dan keterampilan untuk meningkatkan pengetahuan dan
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari – hari.
8). Siswa memiliki kegemaran membaca/ menikmati karya sastra untuk meningkatkan kepribadian,
mempertajam kepekaan perasaan dan memperluas wawasan kehidupannya.
Tujuan membaca pada GBPP Kurikulum 1994 untuk kelas 3 SD ialah siswa mampu
membaca dengan lancar dengan lancar dan dapat menceritakan kembali dengan kata – kata sendiri.
Untuk kelas 4, tujuannya yaitu :
1. Siswa mampu membaca bacaan dengan lancar dan memahami isinya, dan dapat mencari kata – kata
sukar dengan menggunakan kamus atau sumber – sumber yang lain.
2. Siswa mampu memahami cerita, puisi, dan drama serta dapat memberikan kesan.
1. Siswa mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata – kata sendiri.
2. Siswa mampu membaca teks bacaan secara cepat dan dapat mencatat gagasan – gagasan utama.
3. Siswa mampu menyerap isi cerita, puisi, dan drama serta dapat memberikan tanggapan.
1. Siswa mampu membaca teks bacaan serta dapat mengutarakan pendapat dan tanggapan mengenai
isinya.
2. Siswa mampu membaca sekilas teks bacaan dan menemukan garis besar isinya.
3. Siswa mampu memahami isi cerita, puisi, drama dan dapat menceritakan kembali, memberi kesan,
dan tanggapan.
Greco (1994:2) mendefinisikan model adalah suatu sistem yang mempresentasikan pengetahuan secara
ilmiah yang berkaitan dengan aspek psikologi. Sistem ini bisa berupa simbol (termasuk bahasa),
penampilan grafik atau alat yang biasanya bekerja. Model bisa juga merupakan sebuah teori tapi jarang
atau tidak lazim digunakan.
Tujuan utama pola rancangan model lintas kurikulum bidang studi adalah menyatukan
perspetif serta pusat pandang. Sejumlah mata pelajaran menjadi tema pusat kendali. Cara penyatuan
umumnya disebut sebagai Model Konsep Lintas Bidang Studi, dengan harapan agar dapat lebih
mendorong siswa agar mampu menemukan dan memahami jalinan hubungan sejumlah mata pelajaran.
Empat langkah dasarnya yaitu:
Guru memilih pusat kendali yang bertindak sebagai pusat pandang bagi pengembangannya. Pusat
kendali sebaiknya tidak bersiat begitu umum dan luas sehingga mengaburkan makna bahan ajar dan
juga tidak bersifat sempit sehingga membatasi parameter bahan ajar. Topik yang bersifat konseptual
sangat bermanfaat karena sesuai dengan maknanya yang abstrak. Konsep seperti amatan, pola, sinar,
revolusi, penerbangan, masa depan, perintis, kemiskinan, banjir, dan sejenisnya dapat dijadikan pusat –
pusat kendali.
Banyak peristiwa yang dapat dijadikan sebagai pusat kendali karena kebayakan aspek yang dikandung
unuk dikaji dari berbagai disiplin. Namun ada kriteria dalam pemilihan peristiwa antara lain asas
manfaat, relevansi, daya tarik, dan kekayaan aspek hubungan antar mata pelajaran.
Ramu pendapat merupakan teknik yang bersifat terbuka tetapi terbatas untuk menimbulkan ide siswa.
Ada empat prinsip ynag menjadi ciri teknik ramu pendapat :
b. Spontanitas dan jawaban yang di luar dugaan akan membentuk daya cipta.
c. Sejumlah ide akan terungkap. Penilaian dilakukan setelah ide terkuras habis.
d. Penggabungan antara ide selalu dicari untuk menentukan ide yang lebih baik dan
menyempurnakannya.
Tujuan ramu pendapat adalah untuk membahas tema kendali dari sudut pandang berbagai
mata pelajaran.
Langkah ini mengambil serangkaian kunci hubungan antarmata pelajaran. Suatu bentuk satuan bahan
ajar dapat berbentuk cakupan atau urutan pertanyaan pemandu. Pertanyaan tersebut bersifat lintas
disiplin dan sejalan dengan bagian dalam buku pelajaran.
Untuk menumbuhkan baik belajar mandiri maupun belajar kelompok, guru dapat merencanakan dengan
segaja kegiatan – kegiatan dalam bentuk berpasangan, kelompok kecil dan kelompok besar. Tujuannya
untuk menimbulkan berbagai situasi yang dapat mendukung kegiatan sehari – hari.
5. Ketentuan penilaian kriteria yang ditetapkan untuk mencapai hasil belajar yang dikehendaki dalam
kaitannya dengan kualitas, kuantitas serta waktu yang diperlukan.
E. Contoh – Contoh Pembelajaran Membaca yang Dikaitkan Dengan Bidang Studi Lain
IPS mempelajari gejala sosial, hubungan dengan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi sangat penting
baik bagi IPS maupun Bahasa Indonesia, karena IPS di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari – hari.
2. Contoh pembelajaran membaca dikaitkan dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn
)
PPKn bertujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari – hari yang didasarkan
kepada nilai – nilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan
bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. PPKn membahas nilai positif dalam hubungan
manusia. Nilai kemanusiaan perlu dikomunikasikan dan diberi contoh tindakan yang konkret melalui
Bahasa Indonesia.
1. Memahami konsep – konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – hari.
2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.
3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta kejadian di lingkungan
sekitar.
4. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri.
5. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala – gejala alam dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari – hari.
6. Mampu mengunakan twknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.
7. Mengenal dan menepuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan YME.
Dan melalui Bahasa Indonesia segala bahan ajaran IPA terutama tentang gejala alam, karena hubungan
antara manusia dan alam sangat penting di dalam kehidupan ini.
Melalui Bahasa Indonesia dijelaskan hubungan antara bilangan. Kajian data menggunakan Bahasa
Indonesia untuk menjelaskan dan menyimpulkan data yang terdiri dri angka – angka, digunakan Bahasa
Indonesia. Demikian pula dalam menjelaskan prinsip pengukuran, hubungan antara alat ukur dengan
benda yang diukur, satuan pengukuran disampaikan dalam Bahasa Indonesia.
Matematika membahas tentang hal – hal yang abstrak, dan Bahasa Indonesia membantu menjadikan
konkret hal – hal abstrak di dalam Matematika. Prinsip pengajaran dari konkret ke abstrak perlu
diterapkan guru untuk kepentingan siswa.
Mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian berfungsi untuk mengembangkan sikap, kemampuan (
keterampilan dasar ) kreativitas, dan kepekaan cita rasa. Yang bertujuan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan siswa berkreasi dan menghargai kerajinan tangan dan kesenian. Dan Bahasa Indonesia
sangat menunjang kegiatan Kerajinan Tangan dan Kesenian, terutama dalam hal mengkomunikasikan
hasil karya.
B A B III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama membaca, merupakan suatu keterampilan yang sangat
penting menunjang keterlibatan membaca dalam keterampilan berbahasa. Sesuai dengan kenyataan
atau yang terjadi secara ilmiah dalam kehidupan sehari – hari. Keterampilan membaca tidak dipisahkan
dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti berbicara atau menyimak dan menulis.
Pengajaran Bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan dasar – dasar ilmu pengetahuan lain
membentuk suatu dasar kehidupan yang mantap bagi siswa SD perorangan. Hubungan antarmata
pelajaran menjadi penting untuk disorot, karena siswa memandang dunia ini sebagai sesuatu yang utuh
dan berusaha menghubungkan antara sesuatu yang diketahuinya. Setiap mata pelajaran pasti ada
hubungannya dengan mata pelajaran yang lain dan hubungan itu demikian menarik untuk dipahami,
sehingga menjadikan siswa dapat memperluas wawasannya.
B. Saran :
Dalam memperkenalkan dasar – dasar pelajaran yang mengarah kepada bidang studi lain diperlukan
keterampilan tambahan guru kelas berdasarkan suatu kesadaran tentang keterhubungan antar mata
pelajaran, sehingga dasar – dasar ilmu pengetahuan beserta jalinan diantaranya mewujudkan suatu
dasar kehidupan siswa yang memacu minatnya mempelajari ilmu pengetahuan seluas mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2005. Pembelajaran Baca, Tulis, Hitung (CALISTUNG) di Sekolah
Dasar, Depdiknas, Jakarta.
Muhibbin Syah, 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
Proses Pembelajaran membaca dapat menggunakan pendekatan proses (Tomkins & Hoskisson, 1995;
Tomkins, 2010). Proses yang dimaksud adalah proses membaca. Penelitian Syamsi (2000) dan Syamsi &
Kusmiatun (2005) menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca dengan menggunakan pendekatan
proses dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Menurut hasil penelitian Palmer et.al. (1994),
antara lain disebutkan bahwa siswa akan mendapatkan keuntungan jika proses, seperti proses
membaca, diperagakan di hadapan siswa. Proses membaca meliputi: persiapan untuk membaca,
membaca, merespon, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretasi.
Proses membaca tidak dimulai dengan membuka buku dan langsung membaca (Tomkins & Hoskisson,
1995; Tomkins, 2010), tetapi melalui persiapan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
persiapan untuk membaca adalah (1) memilih buku/bacaan, (2) menghubungkan buku/bacaan dengan
pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya, (3) memprediksi isi buku/bacaan, dan (4)
mengadakan tinjauan pendahuluan terhadap buku/bacaan. Tujuan utama tahap ini adalah untuk
mengaitkan antara pengetahuan sebelumnya dengan teks yang akan dibaca.
Pada tahap membaca, siswa membaca buku atau teks secara keseluruhan. Ada lima macam model
membaca yang dapat dilakukan (Tomkins & Hoskisson, 1995; Tomkins, 2010), yakni (1) membaca
nyaring (reading aloud), (2) membaca bersama (shared reading), (3) membaca berpasangan (buddy
reading), (4) membaca terbimbing (guided reading), dan (5) membaca bebas (independent reading).
Kelima macam model membaca ini dapat diterapkan sesuai dengan jenis dan tujuan pembelajaran
membaca di sekolah.
Pada tahap merespon, siswa memberi respon terhadap kegiatan membaca mereka dan terus berusaha
memahami isi. Ada dua langkah yang dapat dilakukan siswa untuk tahap ini (Tomkins & Hoskisson, 1995;
Tomkins, 2010), yakni (1) memberi tanggapan dalam bentuk menulis pada format hasil membaca, dan
(2) berpartisipasi dalam diskusi klasikal. Kedua langkah ini dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan
kebutuhan di kelas. Setelah memberi respon, para siswa kembali memperhatikan buku/bacaan untuk
menggali isinya lebih dalam lagi. Kegiatan ini disebut dengan menggali teks.
Pada tahap menggali teks, siswa melakukan langkah-langkah: (1) membaca ulang buku/bacaan, (2)
menemukan gaya bahasa khusus penulis (the author’s craft), (3) mempelajari kosakata baru, (4)
mengidentifikasi ide bacaan, dan (5) berpartisipasi dalam pengajaran singkat yang dilakukan guru
(Tomkins & Hoskisson, 1995; Tomkins, 2010). Kegiatan menggali teks lebih dimaksudkan untuk
memahami isi bacaan secara lebih mendetail.
Pada tahap memperluas interpretasi dapat dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: (1) mereproduksi
teks dengan bahasa sendiri, (2) bermain peran sesuai dengan isi teks, (3) mempresentasikan isi teks
dengan program Powerpoint (Tomkins, 2010). Ketiga kegiatan itu dapat dilakukan dengan melibatkan
keterampilan berbahasa yang lain, seperti berbicara dan menulis. Kegiatan seperti bermain peran,
berwawancara atau melakukan tugas/proyek khusus juga dapat dilakukan.
Teknik Anticipation Guide dikembangkan oleh Erickson, Hubler, Bean, Smith & McKenzie tahun 1987)
berguna untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mempersiapkan siswa untuk membaca
dengan meminta mereka untuk bereaksi terhadap serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan isi
materi bacaan. Dalam bereaksi terhadap pernyataan, siswa mengantisipasi atau memperkirakan apa isi
materi yang akan dibaca (Wiesendanger, 2001).
Teknik Anticipation Guide terdiri dari sejumlah pernyataan deklaratif yang dapat digunakan pada awal
bagian teks. Guru memberi siswa sejumlah pernyataan dan meminta mereka apakah mereka setuju atau
tidak setuju dengan setiap pernyataan itu. Hal ini dilakukan agar siswa menyadari bahwa mereka benar-
benar memproses informasi yang akan membantu mereka untuk memahami materi bacaan dengan
lebih baik. Teknik ini memungkinkan siswa untuk menghubungkan apa yang mereka sudah ketahui
dengan informasi baru yang terdapat dalam teks.
Teknik ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan meminta mereka bereaksi terhadap
pernyataan tentang topik sebelum mereka membaca teks. Hal ini mengaktifkan pengetahuan
sebelumnya sebagai perangkat motivasi untuk membuat siswa terlibat dalam pemahaman materi teks
yang akan dibaca. Teknik ini juga dapat digunakan dengan baik dalam membaca teks eksposisi dan
narasi, dan dapat diterapkan untuk setiap tingkat kelas. Langkah-langkah pembelajarannya adalah :
2) Mengantisipasi pengetahuan sebelumnya pada peserta didik terhadap topik yang disajikan.
4) Menyajikan pernyataan kepada siswa dalam urutan kronologis yang sama seperti yang akan
ditemukan siswa dalam bahan bacaan.
5) Menempatkan panduan pada papan tulis, OHP, atau handout sehingga mudah dibaca oleh seluruh
kelas. Membaca petunjuk itu dengan suara keras kepada siswa.
6) Dalam kelas, membahas setiap pernyataan secara singkat dan tanyakan kepada siswa apakah setuju
atau tidak setuju dengan setiap pernyataan yang diberikan. Kemudian, mendorong siswa untuk
mengevaluasi jawaban mereka dan mendengarkan pendapat dari rekan-rekan mereka.
7) Setelah membahas pernyataan, mintalah siswa membaca teks. Setelah pembacaan selesai, mintalah
siswa untuk merespon sekali lagi terhadap pernyataan-pernyataan itu. Kemudian, meminta respon
siswa yang berbeda dengan yang sebelumnya karena sekarang pemahaman mereka didasarkan pada
teks yang telah dibaca. Jika siswa tidak setuju dengan penulis, mintalah siswa untuk mendukung
kesimpulan mereka berdasarkan informasi dalam teks. Fokuskan kegiatan akhir pembelajaran ini pada
perbandingan pernyataan dalam panduan sebelumnya dan setelah membaca materi (Wiesendanger,
2001).
Teknik Directed Reading-Thinking Activity dikembangkan oleh Stauffer tahun 1996. DRTA adalah teknik
yang memandu siswa melalui membaca, membuat prediksi, membaca ulang, dan mengkonfirmasikan
atau menyesuaikan kembali prediksi. Teknik ini membantu siswa dalam pengembangan pemahaman
bacaan (teks narasi) dan kemampuan berpikir kritis (Wiesendanger, 2001). Teknik ini melibatkan para
siswa dalam memprediksi apa isi cerita yang dipikirkan mereka. Strategi ini berupa kegiatan dalam siklus
yang meliputi: memprediksi, membaca, dan membuktikan karena kegiatan membaca adalah kegiatan
berpikir, yang melibatkan pembaca menggunakan pengalaman sendiri untuk merekonstruksi ide-ide
penulis.
Teknik ini dapat digunakan untuk setiap tingkat pembaca dalam kelompok atau individu, dengan teks
narasi dan teks eksposisisi. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.
1) Memberikan setiap peserta didik salinan bacaan yang telah dipilih. Mintalah peserta didik untuk
mempelajari judul dan gambar pada halaman pertama. Ajukan pertanyaan seperti berikut: apa yang
kamu pikirkan tentang cerita dengan judul ini, apa yang kamu pikirkan tentang peristiwa dalam cerita
ini, manakah prediksimu yang sesuai?
2) Ketika pertama kali memperkenalkan Directed Reading-Thinking Activity, biasakan siswa dengan
strategi untuk menangani dengan kata-kata yang belum dikenal: baca akhir kalimat, gunakan gambar
jika tersedia, ucapkan kata-kata dengan suara nyaring, dan mintalah bantuan orang lain.
3) Mengarahkan siswa untuk membaca dalam hati bagian dari cerita untuk memeriksa prediksi mereka.
Pastikan bahwa siswa membaca untuk mencari makna. Amati kinerja membaca mereka dan bantu siswa
yang membutuhkan bantuan dengan kata-kata yang mungkin sulit dipahami.
4) Setelah siswa telah membaca bagian pertama, minta mereka menutup buku mereka. Apakah
pertanyaan-pertanyaan berikut memandu siswa untuk mengevaluasi temuan dan prediksi baru mereka:
apakah Anda benar, apa yang Anda pikirkan sekarang, dan menurut Anda apa yang akan terjadi?
Kemudian, doronglah siswa untuk menyaring ide-ide mereka dan untuk membuat prediksi tentang
peristiwa yang akan terjadi kemudian dalam bacaan.
5) Mintalah siswa melanjutkan kegiatan membaca bagian lain. Pada setiap bagian bacaan, lanjutkan
siklus memprediksi-membaca-membuktikan (Wiesendanger, 2001).
c. Teknik KWLA
Teknik KWLA (What I Already Know, What I Want to Know, What I Learned, and The Affect of the Story)
dikembangkan oleh Carr and Ogle tahun 1987, serta Mandeville tahun 1994. Strategi ini tidak hanya
membantu siswa untuk menghubungan apa yang mereka ketahui, tetapi juga memungkinkan siswa
untuk menilai sendiri kesesuaian, ketertarikan, dan nilai personal terhadap pengalaman belajar mereka.
Teknik ini mefokuskan pada elaborasi dan pemantauan pemahaman siswa. Strategi ini bisa digunakan
pada saat sebelum membaca, saat membaca, atau fase akhir membaca.
Strategi KWLA dapat digunakan dalam pembelajaran membaca teks naratif atau ekspositorif. Strategi ini
cocok untuk siswa dalam semua kemampuan dari SD sampai SMA (Wiesendanger, 2001). Langkah-
langkah pembelajarnnya adalah sebagai berikut.
2) Bertanya kepada peserta didik apa yang telah mereka ketahui untuk tentang topik yang akan dibaca.
Tulislah informasi itu pada kolom pertama.
3) Bertanya kepada peserta didik pertanyaan apa yang akan mereka jawab tentang topik yang akan
dibaca. Tulis pertanyaan ini dalam kolom dua.
4) Setelah membaca, mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan dan informasi lainnya dalam
kolom tiga.
5) Gunakan kolom empat untuk menulis jawaban pertanyaan pertama yang berpengaruh. Salah satu
contoh pertanyaan: apa yang membuat saya tertarik. Siswa secara reflek memiliki informasi penting
oleh jawaban dalam pertanyaan: mengapa informasi ini penting untuk saya dan bagaimana membantu
saya mengetahui informasi tersebut.
6) Jelaskan kepada peserta didik jika mereka juga dapat menggunakan kolom ke empat untuk merespon
dengan sikap yang baru tentang pembelajaran mereka. Contohnya peserta didik mungkin mencatat
tentang jangkrik dan serangga lainnya mendapatkan tempat yang baik dalam budaya Asia
7) Adalah sangat penting untuk melakukan diskusi. Jika guru meminta peserta didik untuk
mendengarkan respon teman sebayanya, dan berbicara tentang respon sendiri, dan kemudian respon
tertulis mereka kualitasnya akan lebih baik (Wiesendanger, 2001).
Teknik ini dikembangkan oleh Lehr tahun 1980 dan Thomas tahun 1978). Strategi ini membantu
meningkatkan pemahaman pembaca di dalam pembelajaran membaca berbagai bidang studi. Strategi
ini membantu siswa dalam memilih informasi penting dan mengkategorikan informasi tersebut
khususnya dalam informasi dari buku teks mata pelajaran (Wiesendanger, 2001). Strategi ini membantu
siswa dalam mengatur, mengolah, dan memahami materi teks yang ditugaskan.
Penggunaan enam pertanyaan membantu siswa dalam memahami teks baik teks narasi maupun teks
ekspositori. Langkah-langkah yang digunakan dalam strategi ini adalah sebagai berikut.
2) Ajukan enam pertanyaan, yakni siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
3) Catat prediksi peserta didik di papan tulis dengan kategori yang sesuai. Gunakan pertanyaan
pemeriksaan dan teknik elaborasi agar siswa dapat mengingat informasi penting yang berkaitan dengan
teks.
4) Mintalah siswa membaca teks secara keseluruhan dan buatlah beberapa perubahan yang diperlukan
untuk prediksi mereka.
5) Gunakanlah grafik pramembaca untuk memodifikasi strategi yang digunakan sebagai strategi pra
membaca dan pasca membaca (Wiesendanger, 2001).
Teknik yang dikembangkan oleh Berrent tahun 1984 ini mencakup kegiatan membaca, memilih
informasi yang relevan, dan mereview. Strategi OH RATS ini terdiri dari overview, headings, read,
answer, dan test-study. Strategi ini bukan metode untuk menulis catatan, tetapi strategi ini cocok untuk
siswa yang belajar menulis catatan berdasarkan pada apa yang dibaca (Wiesendanger, 2001). Langkah
pembelajaran dalam strategi ini adalah sebagai berikut.
1) Tahap Overview. Dalam rangka mengembangkan tahap overview untuk membaca, peserta didik
diharuskan menentukan tipe teks yang akan muncul kemudian. Pertama, mintalah peserta didik untuk
melihat judul bab dan subbab untuk mengembangkan apa yang mereka diharapkan. Mintalah peserta
didik untuk menentukan jika ada pengantar dan ringkasan pada bagian itu. Pada tahap ini, mintalah
peserta didik membuat pertanyaan yang mungkin dapat terjawab dalam teks yang akan dibaca nanti.
2) Tahap Headings. Mintalah peserta didik untuk mengunakan buku catatan hanya untuk satu tujuan.
Pada bagian awal setiap halaman tersendiri, mintalah peserta didik untuk menulis jdul dan nomor
halaman dan melipat tiap-tiap kertas. Pada bagian kiri, peserta didik diminta menulis beberapa
pertanyaan untuk setiap judul atau subjudul
3) Tahap Read. Mintalah peserta didik untuk membaca teks secara keseluruhan dengan teknik membaca
dalam hati. Jangan biarkan peserta didik membaca terlalu panjang pada suatu bagian teks. Bagilah teks
itu menjadi beberapa bagian sehingga memudahkanpeserta didik. Guru dapat menentukan batasan
judul atau subjudul sebagai bahan yang dibaca peserta didik.
4) Tahap Answer. Mintalah peserta didik untuk menentukan informasi yang tepat dan tempatkan di
kolom kanan dari halaman lipat. Ingatkan peserta didik bahwa hal ini haruslah berisi pokok-pokok
penting dan mintalah peserta didik melengkapinya untuk setiap bagian teks.
5) Tahap Test Study. Mintalah peserta didik untuk mengunakan catatan yang mereka buat untuk
melengkapi review akhir mereja. Dengan catatan mereka pada halaman yang dilipat setengahnya,
mintalah peserta didik membaca pertanyaan pada setia bagian dan mencoba untuk menjawab tanpa
melihat teks yang ada di sebelah kanan. Mintalah peserta didik untuk menggunakan catatan hanya jika
dibutuhkan (Wiesendanger, 2001).
Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) adalah strategi yang dikembangkan oleh
Adams, Carnine, & Gersten tahun 1982; Mangrum & Strichart tahun 1996; Scott tahun 1994; dan Stahl,
King dan Eilers, tahun 1996. Strategi ini meliputi kegiatan memprediksi dan mengelaborasi yang
digunakan untuk meningkatkan pemahaman literal dan membantu dalam pembentukan keterampilanh
belajar (Wiesendanger, 2001). SQ3R adalah strategi yang memperkenalkan pengorganisasian, prediksi,
dan pemahaman. Siswa mensurvei, bertanya, membaca, merenungkan, dan meninjau kembali materi
teks yang dibaca. Strategi ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap informasi tertulis dan
membantu mereka menyimpan informasi untuk bahan diskusi, kuis, dan tes.
Pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, and Review sangat terstruktur dan membantu
pengingatan materi serta dapat digunakan untuk kelas 5-12, baik dengan teks narasi maupun
ekspositori. Langkah-langkah pembelajaran dalam strategi ini adalah sebagai berikut.
1) Survey; Mintalah peserta didik untuk melakukan hal berikut: (a) membaca judul dan memikirkan
maknanya. (b) membaca bagian pendahuluan yang biasanya ditemukan di paragraf pertama atau kedua.
(c) membaca bagian teks di sebelah subbab untuk mempelajari apa isi teks tersebut. (d) memeriksa
semua gambar yang ada dan membaca keterangan yang ada. (e) membaca kesimpulan yang biasanya
ditemukan di paragraf terakhir atau kedua.
2) Question; Mintalah peserta didik untuk melakukan hal berikut: (a) mengubah judul menjadi satu atau
dua pertanyaan. Gunakan kata kunci untuk melengkapi pertanyaan: siapa, apa, di mana, kapan,
mengapa, dan bagaimana. (b) ubahlah subbab dalam satu atau dua pertanyaan. Gunakan kata kunci
untuk melengkapi pertanyaan: siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana. (c) Tulislah pertanyaan
tersebut.
3) Read; Mintalah peserta didik untuk melakukan hal berikut: a) membaca untuk menjawab pertanyaan.
b) mengubah pertanyaan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penulis c) menulis jawaban dari
pertanyaan untuk melengkapi catatan.
4) Recite; Mintalah peserta didik untuk melakukan hal berikut: (a) membaca pertanyaan dan menjawab
dengan suara keras. (b) membaca pertanyaan dengan keras; lalu palingkan muka dan katakan
jawabannya dengan suara keras. (c) membaca pertanyaan dengan keras; lalu dengan mata tertutup
katakan jawabannya dengan keras. (d) ulangilah.
5) Review; Melakukan hal yang sama seperti yang ada pada langkah 4 (Wiesendanger, 2001).
Strategi pembelajaran Extending Concept throught Language Activities dikembangkan oleh Smith-Burke
tahun 1982 dan bertujuan untuk mengintegrasikan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan
untuk pengembangan kemampuan keterampilan membaca. Strategi ini tepat digunakan untuk siswa
tingkat menengah (SMP dan SMA/SMK) (Tierny, Readence, & Dishner, 1995). Tahapan pelaksanaan
ECOLA adalah sebagai berikut.
3) Mewujudkan pemahaman peserta didik melalui aktivitas menulis dengan cara menuliskan tanggapan
yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4) Diskusi dan klarifikasi pemaknaan.
5) Menulis hasil pemahaman dan membandingkan (Tierny, Readence, & Dishner, 1995).
Selain dengan pendekatan dan strategi tersebut, pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan
berbagai teknik atau strategi, seperti strategi STUDY, PQRST, OK5R, EVOKER, dan sebagainya. Berbagai
teknik tersebut dapat dilakukan secara bervariasi sehingga dapat mencegah kebosanan siswa dalam
belajar membaca.
Model ini merupakan model yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
model Jigsaw Learning adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkannya kepada orang lain. Langkah-langkah pembelajaran dalam strategi ini adalah sebagai
berikut.
1) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian (segmen).
2) Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika
jumlah peserta didik adalah 50 sementara jumlah segmen ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri
atas 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga setiap kelompok
terdiri dan 5 orang, kemudian setelah proses telah selesai gabungkan kedua kelompok pecahan
tersebut.
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda.
4) Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang
telah mereka pelajani di kelompok.
5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak
terpecahkan dalam kelompok.
6) Sampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi.
Model ini digunakan pada keterampilan membaca dengan dengan memasangkan kartu-kartu. Peserta
didik sebelumnya ditugaskan untuk membaca atau mempelajari topik tertentu. Langkah-langkah
pembelajaran dalam strategi ini adalah sebagai berikut.
4) Guru menyiapkan kartu sebanyak jumlah siswa setengahnya pertanyaan dan setengahnya jawaban.
5) Siswa mendapat kartu secara acak dan setiap siswa mencari pasangan kartunya.
6) Setelah menemukan pasangannya siswa menjelaskan makna yang ada dalam kartu.
Model ini bagian dari pembelajaran kooperatif dimana siswa bergerak secara aktif dan dinamis mencari
pasangan kartu. Langkah-langkah pembelajaran dalam strategi ini adalah sebagai berikut.
4) Guru membagikan kartu kepada siswa dan siswa mencari kelompok dengan kategori yang sama.
5) Siswa yang sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing diminta mendiskusikan dan
menempel kartu pada kertas.
6) Siswa memajang dan mempresentasikan hasil kelompoknya sedangkan kelompok lain dapat
memberikan komentar.