Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT DALAM MASALAH PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu :

Disusun oleh :

Nama : Winda Nandika


NIM : 1401415043
No. urut : 02

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia,
bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu, berarti bahwa seluruh proses hidup
dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya
merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.

Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam
prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol.

Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah


merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan
merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing,
melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi
muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas
hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan
formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas
kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya .

Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun
mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang
sederhan yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya
yang menyangkut masalah yang bersipat mendasar dan mendalam, sehingga sehingga memerlukan
bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-
persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi
memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai
keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila
berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat
membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu
filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya. Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.
Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja, sesungguhnya
isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja.

Kita memahami bahwa filsafat merupakan satu paham ilmu yangmencakup terhadap segala
pengertian, kebutuhan dan keperluan dalammenentukan arah perkembangan hidup dan kehidupan
manusia. Arti dari pada filsafat secara umum adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia ?
2. Bagaimanakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat ?
3. Bagaimanakah pendidikan itu dipusatkan untuk membina kepribadian manusia?
4. Bagaimanakah hubungan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan sekolah
terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia
dewasa ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.
2. Untuk mengetahui pendidikan untuk individu atau kepentingan masyarakat.
3. Untuk mengetahui pendidikan untuk membina kepribadian manusia.
4. Untuk mengetahui tanggung jawab pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa,
termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau
mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan
sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma
tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung lembaga pendidikan
dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan proses
tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normative
dan pedoman pelaksanaan pembinaan (Muhammad Noor Syam, 1988:39).

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan:


1. Filsafat , dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli.
2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memilki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan (pedagogic).

Menurut Ali Saifullah, antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan terdapat
hubungan yang suplementer: filsafat pendidikan sebagi suatu lapangan studi mengarahkan
pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normative ilmiah,
yaitu:
1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat
manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola
akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat (Zuhairini,
1992:18).

Bahwa antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali
dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam
system pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-
usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya system
pendidikan.
2.2 Analisis Filsafat Dalam Masalah Pendidikan

Antara filsafat dan pendidikan terdapat suatu pertalian yang tak terpisahkan. Peranan
filsafat pendidikan adalah sebagai pendorong dilakukannya aktivitas pendidikan. Filsafat
berperanan menetapkan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, sedang pendidikan bertugas merealisasikan
ide-ide dalam ajaran filsafat tersebut menjadi kenyataan dalam bentuk tingkah laku dan
kepribadian. Dengan demikian , filsafat pendidikan dijadikan dasar orientasi kegiatan sistem
pendidikan, dijadikan arah dan tujuan kegiatan pendidikan yang dijalankan. Filsafat pendidikan
harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan
bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan
negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-
raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia,
bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan
adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala
pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam
prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol. Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan,
namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup
dan kehiupan manusia.

Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya,
dalam membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan
hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab
akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya
Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan
bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.

Dan selanjutnya bagaimana peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik
sebagaimana yang di kemukakan Brubacher secara singkat tapi rinci tersimpul dalam :

» Pendekatan spekulatif

Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti,
memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik
pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah
memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari
hakikat yang sebenarnya. Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal
yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan
pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum,
kedewasaan dan sebagainya. Untuk melaksanakan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan
berusaha :

· Menarik kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam suatu
gambaran pokok atau Aksioma melalaui proses abstrak dan generalisasi.
· Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan dan dalamhubungannya dengan faktor-
faktor lain yang memepengaruhidunia pendidikan.

2.3 Manfaat Falsafah Pendidikan

Untuk lebih tegas terhadap penjelasan kita terhadap kepentingan penentuan suatu falsafah
pendidikan, maka dibawah ini akan kami tuliskan beberapa kegunaan yang diperoleh dari
penentuan falsafah ini. Di antara manfaat itu seperti berikut :

1. Falsafah pendidikan sebagai perancang pendidikan

Falsafah pendidikan sebagai perancang pendidikan dapat menolong perancang-perancang


pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk
pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-
tujuan dan fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan
tindakan dan keputusan termasuk rancangan –rancangan pendidikan mereka, begitu juga untuk
memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaedah dan cara mereka mengajar yang
mencakup peniaian, bimbingan, dan penyuluhan.

2. Falsafat Pendidikan sebagai Azas

Dari segi lain falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat ditentukan pandangan
pengkajian yang umum dan yang khas. Kurikulum yang di buat kaidah-kaidah pengajaran di pilih
antara yang di gunakan disekolah-sekolah, sekolah guru, universitas dan institut-institut. Begitu
juga dengan kebijaksanaan cara-cara pelaksanaan yang ingin diikuti dalam mengajarkan di
sekolah-sekolah, sekolah guru dan universitas dalam usaha untuk menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan, dan membentuk rancangan-rancangan pendidikan dengan segala jenis dan tingkatan.
Maka perancang pendidikan dan pengemabangan pendidikan tidak dapat melaksanakan apa yang
diharapkan dari proses merancang, membimbing,menyelaras, meninjau, mengubah, dan
mengembangkan kurikulum,kaidah-kaidah, cara-cara dan alat pengajaran yang bermacam-
macamdengan mendalam.

3. Falsafah pendidikan sebagai penilai pendidikan


Falsafah pendidikan sebagai Azaz dapat menjadi azas terbaik untuk penilaian pendidikan dalam
arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap yang perlu dan penting bagi setiap
pengajaran yang baik. dalam pengertian yang baru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan
kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi pendidikan secar umum, untuk mendididk angkatan
baru dan warga negara dan segala yang berkaitan. Jadi konsep penilaian tidak hanya penilaian bagi
murid-murid atau pelajar saja. Sudah tentu penialaian disertai ukuran-ukuran dan norma yang
menjadi dasarnya dan ukuran-ukuran yang wajar bagi proses penilaian sekolah dan pendidikan.

Dijelaskan pula oleh pendapat branameld bahwa latar belakang ide-idefilsafat


menentukan pendidikan, karena tujuan pendidikan bersumber dari filsafat sehingga pendidikan
merupakan suatu proses pembinaan kepribadian anak didik atas nilai–nilai filsafat. Jadi jika tiap-
tiap pendidikan telah memahami azas-azas dan nilai filosofi serta menggunakannya dalam
pendidikan, maka filsafat pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di
dalam pendidikan.

2.4 peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik


a) Pendekatan normatif

Artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup
dan kehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan,
di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai dari kehidupan manusia, juga
tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif, dimaksudkan
adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan
manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma-
norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk
ke arah mana usaha pendidikan diarahkan. Dalam fungsi ini filsafat pendidikan diharapkan
memiliki tanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan
proses pendidikan.

b) Pendekatan kritik

Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan penelitian secara cermat yang
didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan praktek-praktek pendidikan dalam hal :
· Menguji dasar-dasar pemikiran logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan berada
didalamnya

· Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar- benar dan jelas

· Memerlukan bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapat diterima untuk menguatkan


atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.

c) Pendekatan teori bagi praktek

Apa yang terdapat dalam filsafat pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-
kesimpulan adalah berfungsi sebagai teori, dan teoriini bagi para pendidik adalah merupakan dasar
bagi suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan prisnsip-prinsip umum
bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa filsafat dan ilmu pendidikan dipandang sebagai
bidang-bidang Ilmu yang saling melengkapi dan keduanya selali di perlukan oleh para pelaksana
pendidikan.

d) Pendekatan Integratif

Mengingat fungsi falsafah pendidikan sebagai asas kerohanian atau rohnya pendidikan.
Maka fungsi integratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemandu fungsional
semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan.

e) Pendekatan Analisis Konsep

Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang
mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada
perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang tentang kerbau
misalnya, berada dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama,berbeda pula dengan
konsep seorang petani, peternak,seoramg guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa
konsep sebagai Pendekatan dalam pilsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami
konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau
minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang berbagai
hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan
dengan proses pendidikan, dan segalanya .
f) Pendekatan Analisa ilmiah

Fungsi Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis
of current life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang
menjadi problema masa ini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan
dan kemudian dipahami permasalahan – permasalahan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

Selanjutnya harry schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam


bukunya filsafat pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah
pendidikan digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :

g) Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.

Dengan Pendekatan filsafat histories (historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan
deteksi dari pertanyaan- pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat
jawaban dan para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang
dalam sistematika., jenis dan aliran –aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna itu, kalau diajukan
pertanyaan tentang berbagai masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabanya melakat pada
masing-masing system, jenis dan aliran filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian
dipilih jawaban mana yang sesuai dan dibutuhkan

Dengan memahami filsafat orang akan dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan


yang dipelajari secara konsisten. Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang segala sesuatu secara
menyeluruh sistematis terpadu, universal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah
bagi perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.

Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat,
yaitu, Ontology, Epistemologi, dan aksiologi.[6]

Ø Ontologi dan pendidikan

Ontology terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud
dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat
keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab
akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh,
teratur, dan tertib dalam keharmonisan.[7] Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika
semata. Obyek telaah ontologi adalah yang ada. [8] Dasar pendidikan Pertama-tama pada latar
belakang filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang
dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman panca indra ialah dunia pengalaman
manusia secara empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang
lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi
pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga
masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik . Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari
keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam
fenomena atau situasi pendidikan.

1. Teologi

Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan. Mengajukan


pertanyaan-pertanyaan tentang tuhan, bagaimana hubungannya dengan manusia, dan dengan alam
semesta.

2. Kosmologi

Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam semesta.
Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang sifatnya material.
Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin pengamatan dan penghayatan
indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu, kosmologi menghayati realitas kosmos secara
intelektual.

3. Manusia

Seperti yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk
hakikat manusia dan hakikat anak. Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi. Ada beberapa
bentuk, ataupun ciri khas manusia,yaitu :

·
 Dasar epistemologis

ilmu pendidikan Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi
mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalaipun pengumpulan data
di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namuntelaah atas objek formil ilmu
pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin stui empirik dengan
studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif, artinya
melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme.
Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar
yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan
pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan
atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka vaaliditas internal harus dijaga betul dalm
berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian
tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar
dapat ditentukan bahaawa dalam menjelaskaan objek formaalnya, telaah ilmu pendidikan tidaak
hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan
sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun
tidak dapat hnya menggunkaan pendekata

kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran
pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis
dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942). c.

 Dasar aksiologis

Ilmu pendidikan Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi
juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses
pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat
intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk
menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh
yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu
pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu
pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal ini relevan sekali untuk memperhatikan
pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya
pendidikan memerlukan teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek. Namun harus
diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan
ilmu sosial dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di Indonesia.

 Dasar antropologis

Ilmu pendidikan Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik
sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada
pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam batas-batas yang
diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3
dasar antropologis berlaku universal tidak hanya (1) sosialitas dan (2) individualitas, melainkan
juga (3) moralitas. Kiranya khusus untuk Indonesia apabila dunia pendidikan nasional didasarkan
atas kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem pengajaran nasional disekolah, tentu
akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4) religiusitas, yaaitu pendidik dalam
situasi pendidikan sekurangkurangnya secara mikro berhamba kepada kepentingan terdidik
sebagai bagian dari pengabdian lebih besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Filsafat pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah


berfungsi sebagai teori, dan teori ini bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi suatu praktek
dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan prisnsip-prinsip umum bagi suatu praktek
sehingga nampak disini bahwa filsafat danilmu pendidikan dipndang sebagai bidang-bidang Ilmu
yang salingmelengkapi dan keduanya selali di perleukan oleh para pelaksana pendidikan. Dengan
memahami filsafat orang akan dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari
secara konsisten. Filsafat mengkaji danmimikirkan tentang segala sesuatu secara menyeluruh
sistematis terpaduuniversal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah bagi
perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai