Anda di halaman 1dari 8

Nama : Cindy Amalia Putri

Nim : 21023053
Prodi : Pendidikan Sendratasik

Membuat ringkasan tentang landasan pendidikan. Kemudian menggambarkan


penerapannya pada salah satu sekolah di sekitar tempat tinggal kita dengan
dapat memilih sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan tinggi.:

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari


sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan
kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan untuk menjemput masa depan.

 Landasan Filosofis

1. Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan


dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme,
Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme dan Ekstensialisme

a) Esensialisme

Esensialisme adalah mashab pendidikan yang


mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau
bahan ajar esensial.

b) Perenialisme

Perenialisme adalah aliran pendidikan yang


megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
c) Pragmatisme dan Progresifme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang


segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.

d) Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan


yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai
pelopor perubahan masyarakat.

2. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan


Nasional

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa


pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945,
sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

 Landasan Sosiologis

1. Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan


dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan
analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi
sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
a. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat
lain.
b. Hubungan kemanusiaan.
c. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
d. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola
interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di
dalam komunitasnya.

 Landasan Kultural

2. Pengertian Landasan Kultural


Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan
dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun
informal.Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-
perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga
terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan norma-norma
baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju
pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial
yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan
keluarga.

3. Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap


daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari
kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan
dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi
ketunggal-ikaan.

 Landasan Psikologis

1. Pengertian Landasan Psikologis

Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan


perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik,
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan
salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan
penerapannya dalam bidang pendidikan.Sebagai implikasinya
pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan
jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis
besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan.

2. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai


bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan
keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu
proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
 Landasan Ilmiah dan Teknologis

1. Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa


tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai
bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran
pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional
dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan
manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu.
Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya
dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

2. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk


mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada
permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya
hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi
itu dan manfaatnya bagi masyarakat.

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau


tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang
Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.

 Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem
Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar
Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono
dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung
Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

1. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)


2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi
dukungan dan semangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

 Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut


pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan
dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan
sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life
long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.

1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan


dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di
luar sekolah.

 Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan


kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan
guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila
diperlukan.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan
motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara
Belajar Siwa Aktif).

PENERAPAN PENDIDIKAN

 Program Aksi Penerapan Pendidikan Islami

Tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan
Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang
komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang
diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu
menjadi praktis dan aplikatif. Namun demikian, jika dicermati
perkembangannya, Islamisasi disiplin ini merebak kuat dan karenanya
perbincangan tentang Islamisasi disiplin ilmu menguat tajam. Dalam
perkembangan sekarang ini, telah muncul Islamic Anthropology yang
dipelopori oleh Merril Wynn Davies dan Akbar S. Akhmad, Islamic
Economy yang dipelopori oleh Muhammad Anwar dan Muhammad
Najatullah Siddiqie, Islamic Sociology diprakarsai oleh Ilyas B. Yunus
dan Muhammad al-Mubarrak, Psikologi Islami (Islamic Psychology)
digerakkan oleh Malik B. Badri, Muhammad Utsman Najati dan Hanna
Djumhana Bastaman dan terakhir ini sedang diperbincangkan adalah
pendidikan Islami (Islamic Education).Mencermati perkembangan di
atas, maka ada sejumlah program aksi yang diperlu diperbincangkan
untuk pengembangan profesionalitas guru dan unggul dalam
menerapkan pendidikan Islami di Aceh. Beberapa program aksi yang
mendesak untuk dikembangkan, di antaranya:

1. Pertama, mewujudkan keunggulan dalam mutu lulusan. Masa


depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan oleh
seberapa jauh ia mampu eksis secara fungsional di tengah-
tengah kehidupan global yang amat kompetitif. Dalam situasi
tersebut manusia yang akan survive adalah yang dapat
mengubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi
peluang tersebut dengan produktif. Sementara itu, faktor
kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu
daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa
depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif,
dinamis, terbuka, bermoral baik, mandiri atau penuh percaya
diri, menghargai waktu, mampu berkomunikasi dan
memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai
mitra yang saling menguntungkan.Dengan memperhatikan
keunggulan kompetitif masa depan di atas, maka lulusan
pendidikan Islam hendaknya senantiasa memiliki sikap
berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual yang bersumber
pada ajaran agama semakin dibutuhkan masyarakat masa
depan. Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi
berbagai kegoncangan jiwa atau stress akibat kekalahan,
kelelahan atau keterbatasan daya dalam bersaing dengan orang
lain untuk memperebutkan kesempatan atau sebagai akibat dari
kehidupan sekuler-materialistik yang semakin merajalela.
2. Kedua, beberapa indikator keunggulan lulusan pendidikan
Islam yang perlu diperjuangkan, yakni:

a) Secara akademik, lulusan pendidikan Islam dapat


melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
terutama pada PTN terkemuka.
b) Secara moral, lulusan pendidikan Islam dapat
menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya
kepada masyarakat sekitarnya.

i. Secara individual, lulusan pendidikan Islam semakin


meningkat ketakwaannya.
ii. Secara sosial, lulusan pendidikan Islam dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat
sekitarnya
iii. Secara kultural, lulusan pendidikan Islam mampu
menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai dengan
lingkungan sosialnya.Dengan kata lain, dimensi
kognitif intelektual, afektif emosional, psikomotorik-
praktis dan kultural dapat terbina secara seimbang dan
selaras.Inilah indikator-indikator yang dapat dijadikan
tolok ukur untuk melihat ketepatan strategi penerapan
pendidikan Islam yang diterapkan.

3. Ketiga, pengembangan profesionalitas guru. Pengembangan


profesionalitas guru di satu pihak mengacu kepada sikap guru
terhadap profesinya, dan di satu pihak lagi adalah derajat
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru dalam
rangka melakukan pekerjaannya sebagai guru. Ada dua hal
yang sangat inti dalam pengembangan profesionalitas ini, yakni
panggilan hidup dan keahlian.

a) Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi yang


disandangnya adalah sebagai pemenuhan panggilan
hidupnya. Artinya itulah lapangan pengabdiannya dan
itulah lapangan kehidupannya. Kriteria ”panggilan
hidup” mengacu kepada pengabdian, sekarang orang
lebih senang menyebutnya dengan ”dedikasi”.
b) Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi guru
yang disandangnya adalah diperoleh dengan suatu
keahlian khusus. Oleh karenanya, kriteria ”keahlian
khusus” mengacu kepada mutu layanan yang tercermin
dalam proses belajar mengajar.

Jika demikian halnya, maka persoalan ”dedikasi” dan ”keahlian” guru itulah
yang secara sungguh-sungguh hendak dikembangkan profesionalitasnya.
Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan
tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan profesional. Karena adanya pendidik profesional itu, maka
sekolah-sekolah unggul bernuansa Islami-lah yang dilirik dan menjadi
alternatif pilihan masyarakat di masa kini dan masa depan, Insya Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja


Grafindo Persada, 2006
Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
http://www.kompas.com.

Anda mungkin juga menyukai