Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan,
serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan
tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas
yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam
belajar.
1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial)
yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
4. Rekonstruksionisme
5. Eksistensialis
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran
serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu
proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu
kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah
disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan
yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak
atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan
pendidikan.
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal – pasal
yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu
pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar
berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan
Undang – Undang.
Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk
mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2
berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45.
Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang
berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut
kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek
pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan
Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini
yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang
mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan
Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan
mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti,
dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia. Pendidikan di
Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di
Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian
diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam,
pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis
kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang
melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya
masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat
penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara,
dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah
INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini
lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam.
Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri
dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki
Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode
pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma,
Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun
1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda
pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama
Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan
Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada
pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990). Asas
pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak
mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.
· Aktivitas
· Kreativitas
· Optimisme
§ Imitasi
§ Sugesti
§ Identifikasi
§ Simpati
Kebudayaan dan Pendidikan Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat
(Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi :
(1) norma-norma
(3) mores
Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai
berikut : 1. Gagasan
2. Ideologi
3. Norma
4. Teknologi
5. Benda
1. Kesenian
2. Ilmu
3. Kepandaian
2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan
sebagainya
3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek
daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah
tentang proses sosial danpola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
· Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
· Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
· Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar
itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama
sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang
menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan
dibicarakan: