Anda di halaman 1dari 20

gantar ilmu pendidikan Document Transcript

 LANDASAN PENDIDIKAN Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang


sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar”
tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan
rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah
dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan
perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen. Pandangan
klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat
menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk
memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer
pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai
dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi
kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas
memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga
transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang :
landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan
psikologi,dan landasan ekonomi . 1.Landasan HukumKata landasan dalam hukum berarti
melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang
sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah
ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula.
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.a.
Pendidikan menurut Undang- Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945 adalah
merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan
dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang
satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan.
Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang –
Undang.b. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Tidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal –
pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai
acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan
Ayat 5. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 5 berbunyi : Tenaga
Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga
kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Pendidik tertera dalam pasal
27 ayat 6, yang mengatakan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.” 2. Landasan FilsafatFilsafat
pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara
 mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat
pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran
filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :1. Esensialis2. Parenialis3.
Progresivis4. Rekonstruksionis5. EksistensialisFilsafat pendidikan Esensialis bertitik
tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti
itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja.Tekanan
pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat pendidikan
Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran
yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka
kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan
Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa perubahan,
relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak
ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang
dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap
benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini. Tokoh
filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.Filsafat pendidikan
Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi
manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita
mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan
Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau
adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan
kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi
apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. 3. Landasan
SejarahSejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di
Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab
itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak
zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha,
zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa
Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang
kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para
pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan
martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah
Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK,
1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di
Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah
Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah
mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang
merdeka.Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar
Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode
pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca
Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan
pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang
penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan
organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang
menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar
memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut
(TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan
orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan
berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan
yaitu : 1. Perubahan cara berfikir
 2. Kemasyarakatan 3. Aktivitas 4. Kreativitas 5. Optimisme 4. Landasan Sosial
BudayaSosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu
secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan
social, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang
dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula
kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan
PendidikanSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan
dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses social didasari
oleh factor-faktor berikut :1. Imitasi2.Sugesti3. Identifikasi4. Simpati Kebudayaan dan
PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,
1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2)
folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores, sementara itu
Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1.
Gagasan2.Ideologi3. Norma4. Teknologi5. BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah
beberapa komponen lagi yaitu :1. Kesenian2. Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan
Indonesia2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara
Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya
rata- rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. 5. Landasan
PsikologiPsikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu
sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh
alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan
manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a. Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang
dimaksud adalah : (Nana Syaodih, 1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan
individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri
pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang
individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar
ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini
berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan
individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. Sementara itu Stanley
Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak
sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1. Masa kanak-kanakialah umur 0 – 4 tahun sebagai
masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai
manusia pemburu3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum
berbudaya4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b.
Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang
lain.Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1. Kontiguitas,
memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak
yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2. Pengulangan, situasi dan respon
anak
 diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.3.
Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan
menguatkan respon itu.4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia
materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6. Ada upaya
membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam
mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar8.
Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran. 6.
Landasan EkonomiPada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang
sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding
kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak
banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin
hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat
terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak
sumber-sumber dana yang mungkin bias digali adalah sebagai berikut : 1. Dari
pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian- penelitian bersaing,
pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan- perlombaan lainnya. 2. Dari
kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama
ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek
pengembangan bersama. 3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa
yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama
antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini
bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua
masyarakat. 4. Usaha-usaha lain, misalnya : a. Mengadakan seni pentas keliling atau
dipentaskan di masyarakatb. Menjual hasil karya nyata anak-anakc. Membuat bazaard.
Mendirikan kafetariae. Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anakf.
Mencari donator tetapg. Mengumpulkan sumbanganh. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam
meningkatkan dana pendidikan.Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola
sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan
negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan
pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu : 1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai
membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat,
perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya. 2. Dana pembangunan, ialah dana yang
dipakai membiayai pembangunan- pembangunan dalam berbagai bidang. Yang
dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti
prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan
sebagainya. 3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk
membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau
untuk memperbesar dana itu. 4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama
dengan butir 3 di atas Simpulan :Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia
pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung
dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di
setiap negara tidak sama.Untuk
 negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan
filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi
.
 Landasan PAI di Sekolah Dalam pembahasan ini akan dikemukakan dua landasan
pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah, yaitu: landasan historis dan landasan
perundang-undangan sebagai sumber hukum positif. Kedua landasan itu dapat dijelaskan
sebagai berikut: a. Landasan Historis Ketika Pemerintah Sjahrir menyetujui pendirian
Kementrian Agama (sekarang Departemen Agama) pada 3 Januari 1946, elit Muslim
menempatkan agenda pendidikan menjadi salah satu agenda utama Kementrian Agama
selain urusan haji, peradilan, dan penerangan. Sebagai reaksi terhadap kenyataan lembaga
pendidikan yang tidak memuaskan harapan mereka, elit Muslim tersebut dalam alam
proklamasi memusatkan perhatian kepada dua upaya utama yang satu sama lain saling
berkaitan. Pertama ialah mengembangkan pendidikan agama (Islam) pada sekolah-
sekolah umum yang sejak Proklamasi berada di bawah pembinaan Kementrian
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Kementrian PPK). Upaya ini meliputi: (1)
memperjuangkan status pendidikan agama di sekolah-sekolah umum dan pendidikan
tinggi, (2) mengembangkan kurikulum agama, (3) menyiapkan guru-guru agama yang
berkualitas, dan (4) menyiapkan buku-buku pelajaran agama. Kedua, upaya yang
dilakukan oleh Kementrian Agama ialah peningkatan kualitas atau “modernisasi”
lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini telah memberi perhatian pada
pendidikan/pengajaran agama Islam dan pengetahuan umum modern sekaligus.
Strateginya ialah: (1) dengan cara memperbarui kurikulum yang ada dan memperkuat
porsi kurikulum pengajaran umum modern sehingga tak terlalu ketinggalan dari sekolah-
sekolah umum, (2) mengembangkan kualitas dan kuantitas guru-guru bidang umum, (3)
menyediakan fasilitas belajar seperti buku- buku bidang studi umum, dan (4) mendirikan
sekolah Kementrian Agama di berbagai daerah/wilayah sebagai percontohan atau model
bagi lembaga pendidikan Islam setingkat. Dari landasan sejarah di atas dapat kita pahami
bahwa salah satu perjuangan elit Muslim Indonesia sejak awal kemerdekaan pada bidang
pendidikan adalah memperkokoh posisi pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-
sekolah umum sejak tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dari perjuangan ini dapat kita
pahami bahwa masuknya PAI pada kurikulum sekolah umum seluruh jenjang merupakan
perjuangan gigih para tokoh elit Muslim sejak awal kemerdekaan hingga sekarang ini.
Maka dari itu, keberadaan dan peningkatan mutunya tentunya merupakan kewajiban kita
khususnya kalangan akademis di lingkungan PTAI maupun para praktisi pendidikan di
lapangan. b. Landasan Perundangan-undangan. Landasan perundang-undangan sebagai
landasan hukum positif keberadaan PAI pada kurikulum sekolah sangat kuat karena
tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab V Pasal 12 ayat 1 point
(a), bahwasannya setiap peserta didik dalam setiap satuan pendidikan berhak: (a)
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dalam UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab X Pasal 36 ayat 3 bahwasannya kurikulum
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan taqwa. Dan pasal 37 ayat 1,
bahwasannya kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan
agama. Dengan merujuk beberapa pasal dalam UUSPN No. 20/2003, maka semakin
jelaslah bahwa kedudukan PAI pada kurikulum sekolah dari semua jenjang dan jenis
sekolah dalam perundang-undangan yang berlaku sangat kuat. Dalam PP No 19 Thn
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa
kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 7 ayat 1 dijelaskan
bahwa kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain
yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Dari beberapa landasan perundang-undangan di atas sangat jelas bahwa pendidikan
agama merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada di semua jenjang dan jalur
pendidikan. Dengan demikian, eksistensinya sangat strategis dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan nasional secara umum. Sementara itu, bila dilihat dari proses
pengembangan kurikulum, maka ketika KBK diterapkan di beberapa sekolah sejak tahun
2004 atau bahkan ada yang telah menetapkannya sejak tahun 2003, maka kurikulum itu
masih dalam taraf uji coba (eksperimen) dan belum ditetapkan dalam bentuk peraturan
pemerintah. Namun demikian, pemerintah tetap menghargai terhadap mereka yang telah
melakukan eksperimen KBK tersebut, sehingga di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2005 tentang Ujian Nasional tahun
pelajaran 2005/2006 pada pasal 8 dinyatakan bahwa “Bahan ujian nasional disusun
berdasarkan kurikulum 1994 atau standar kompetensi lulusan “Kurikulum 2004”. Dengan
kata lain satuan pendidikan dapat memilih di antara kedua kurikulum tersebut. Bagi
sekolah atau madrasah yang menetapkan
 kurikulum 2004, bahan ujian disesuaikan dengan kurikulum 2004. Uraian di atas
menggarisbawahi bahwa pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
antara lain menggunakan pendekatatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
memiliki ciri-ciri antara lain: a. Menitik beratkan pencapaian target (attainment targets)
kompetensi dari pada penguasaan materi. b. Lebih mengakomodasikan keragaman
kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. c. Memberikan kebebasan yang
luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan
program pendidikan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
ditarik benang merah bahwa esensi pengembangan KTSP adalah “mengembangkan
pendidikan yang demokratis dan non-monopolistik”. Karena itulah kurikulum yang
dikembangkan di pusat cukup sebagai rambu-rambu umum tentang standar isi dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai. Di pusat tidak perlu sampai
mengatur urutan perbulan/minggu dan seterusnya, yang diberlakukan untuk
sekolah/madrasah di daerah, apalagi sampai memaksakan suatu metode dan teori
mengajar tertentu. Terkait dengan hal di atas, pendidikan agama yang hanya 2 (dua) Jam
Pelajaran perminggu, dapat disiasati oleh para guru agama dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Guru agama memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi agama
sehingga tidak selalu terpaku pada pencapaian target dari rentetan materi yang ada, tetapi
lebih terfokus pada tercapainya tujuan dari setiap sub bahasan yang disampaikan.
 FAKTOR-FAKTOR DALAM PENDIDIKAN AGAMA Pengertian Faktor-Faktor
Pendidikan Agama Dalam melaksanakan pendidikan agama, perlu diperhatikan adanya
faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan agama tersebut.
Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5 macam, dimana faktor-faktor yang satu dengan yang
lainnya mempunya hubungan yang erat. Kelima factor tersebut adalah : 1. Anak didik. 2.
Pendidik. 3. Tujuan Pendidikan. 4. Alat-alat pendidikan. 5. Millieu/lingkungan.[1] Jadi
dapat disimpulkan bahwa factor-faktor Pendidikan Agama adalah sesuatu yang ikut
menentuksn keberhasilan Pendidikan Agama yang memiliki beberapa bagian yang saling
mendukung satu sama lainnya. Faktor-faktor Pendidikan Agama selanjutnya juga disebut
dengan komponen-komponen pendidikan.[2] Menurut Toto Suharto dalam bukunya
filsafat pendidikan Islam dengan memodifikasi konsepsi noeng muhadjir,…
mengungkapkan secara filosofis komponen-komponen pokok pendidikan islam kedalam
lima komponen, yaitu tujuan pendidikan, pendidik dan peserta didik, kurikulum
pendidikan, metode pendidikan, dan konteks pendidikan. Kelima komponen ini adalah
merupakan sebuah system, artinya kelima komponen itu merupakan satu kesatuan
pendidikan yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi berkaitan satu sama lainnya,
sehingga terbentuk satu kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan.[3]
Macam-macam Faktor-Faktor Pendidikan Agama Adapun pembahasan masing-masing
factor atau komponen pendidikan agama tersebut sebagai berikut. B.1. Faktor Anak Didik
/ Peserta Didik / Siswa / Murid Faktor anak didik adalah merupakan salah satu factor
pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya factor tersebut, maka pendidikan
tidak akan berlangsung. Oleh karena itu factor anak didik tidak dapat digantikan oleh
factor yang lain.[4] Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu
dikembangkan. Di sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek
jasmani dan ruhani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual,
maupun psikologisnya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan
pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya
menuju kedewasaan.[5] Peserta didik sebagai subjek pendidikan, menurut Sayyidina Ali
Bin Abi Thalib Jika menginginkan keberhasilan meraih ilmu harus memenuhi enam
syarat sebagaimana dalam syair ; Yaitu : 1) Cerdas 4) mempunyai Bekal 2) Bersungguh-
sungguh 5) Mengikuti Petunjuk Guru (Ustadz) 3) Sabar 6) Lama Waktunya B.2. Pendidik
/ Guru / Ustadz Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pendidikan, dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan
peserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicitakan. Secara umum, pendidik adalah
mereka yang memiliki tanggung
 jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya
melaksanakan proses pendidikan.[7] Selain mendidik pendidik/guru mempunyai 4 empat
tugas, yaitu ; 1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama isalm 2. Menanamkan Keilmuan
dalam jiwa anak. 3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama. 4. mendidik anak agar
berbudi pekerti baik[8] Toto Suharto Mengutip dari pendapat Muraini dan Abdul Majid
dalam bukunya mengemukakan tiga fungsi pendidik. Yaitu ; 1. Fungsi Instruksional yang
bertugas melaksanakan pengajaran . 2. Fungsi Edukasional yang bertugas mendidik
peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan. 3. Fungsi Managerial yang bertugas
memimpin dan mengelola pendidikan.[9] Untuk Menjalankan Itu semua seorang guru
atau pendidik harus memenuhi syarat-syarat. Dalam hal ini kami contohkan dalam
peraturan persyaratan yang tertuang dalam UU pendidikan dan pengajaran no.04 tahun
1950 bab X pasal 5 yang berbunyi : “ Syarat utama menjadi seorang guru, selain ijazah
dan syarat-syarat lain yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang
perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran (seperti yang dimaksud dalam
pasal 3,4 dan 5 UU ini).[10] Selain itu, Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki
Undang-Undang Guru dan Dosen, yang merupakan kebijakan untuk intervensi langsung
meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki
kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi. [11] B.3. Tujuan Pendidikan
Menurut Dr.Zakiah Daradjat,dkk. Tujuan pendidikan ialah sesuatu yang hendak dicapai
dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Bila Pendidikan itu berbentuk pendidikan formal,
tujuan pendidikan itu harus tergambar dalam suatu kurikulum.[12] Adapun rumusan
Formal dari tujuan pendidikan secara Hierarchies adalah ; Tujuan Pendidikan Nasional.
Adalah merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa indonesia, dan
merupakan rumusan daripada kwalifikasi terbentuknya suatu warga negara yang dicita-
citakan bersama. Tujuan Institusional. Ialah tujuan pendidikan secara formal dirumuskan
oleh lembaga- lembaga pendidikan. Tujuan Kurikuler. Ialah tujuanyang dirumuskan
secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembag pendidikan.
Tujuan Instruksional. Adalah merupakan tujun yang hendak dicapai setelah selesai
program pengajaran.[13] Lebih spesifik tentang tujuan pendidikan. Adalah tujuan
pendidikan agama islam yang terbagi dalam Tujuan Akhir dan Tujuan Antara (umum dan
Khusus). Tujuan akhir pendidikan agama islam adalah penyerahan dan penghambaan diri
secara total kepada Allah. Tujuanini bersifat tetap dan berlaku umum tanpa
memperhatikan tempat, waktu dan keadaan. Tujuan Antara pendidikan islam merupakan
penjabaran tujuan akhir, yang diperoleh melalui usah ijtihad para pemikir pendidikan
islam, yang karenanya terikat oleh kondisi locus dan Tempus. Tujian Antara harus
mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan subjek pendidik, setelah melakukan
proses pendidikan baik yang bersifat individual, sosial, maupun profesional.[14] B.4.
Faktor Alat / Media Pendidikan
 Adapun yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunaan
dalam usah untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Dengan demikian yang dimaksud
dengan alat pendidikan agama ialah; Segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan
pendidikan agama. [15] Dalam memilih alat / media pendidikan ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan. Seperti yang diajukan oleh Heinick,dkk (1982) yang berupa model
perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah (ASSURE)
adalah singkatan dari : Analyze Learner Characteristik, State Objektive, Select, or
Modify Media, Utilize, Require Learner Response and Evaluate. Model ini menyarankan
ada 6 kegiatan utama dalam perencanaan pengajaran sebagai berikut : A. Menganalisis
Karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa SD/SMP/SLTA/PT/
organisasi pemuda, perusahaan, usia, Jeniskelamin, latar belakang sosial budaya, sosial,
Ekonomi. 1. Merumuskan tujuan pengajaran. 1. Memilih, memodifikasi / merancang dan
mengembangkan materi dan media yang tepat. U. Menggunakan mteri dan media
(Bagaimana dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menggunakannya) ruang dan
fasilitas lain. 1. Meminta tanggapan dari siswa. 1. Mengevaluasi proses belajar mengajar.
[16] B.4.1. Macam –Macam Alat Pendidikan Agama Alat-alat pendidikan agama dapat
dikelompokkan menjadi 3 dengan uraian atau klasifikasi sebagai berikut : 1. Alat
Pengajaran Agama: Yang dibedakan menjadi tiga ; Alat pengajaran Klasikal, Seperti
Papan Tulis, kapur dan lain-lain. Alat Pengajaran Individual. Seperti alat tulis, buku
pelajaran dan lain-lain. Alat Peraga. 2. Alat-alat Pendidikan Langsung : termasuk alat
pendidikan yang langsung juga ialah dengan menggunakan emosi dan dramatisasi dalam
menerangkan masalah agama. Karena agama lebih menyangkut perasaan. 3. Alat-alat
Pendidikan tidak Langsung : Alat yang bersifat kuratif. Agar dengan demikian anak-anak
menyadari perbuatannya yang salah dan berusaha untuk memperbaikinya. B.5. Faktor
Lingkungan Lingkungan merupakan sesuatu yang mempenmgaruhi pada pertumbuhan
dan perkembangan jiwa anak. Adapun pengaruh lingkungan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu positif dan negative, adapun uraiannya sebagai berikut; 1. Pengaruh lingkungan
dapat dikatakan positif, bila mana lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau
motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal- hal yang baik. 2. Sebaliknya
pengaruh lingkungan dapat dikatakan Negatif bila mana keadaan sekitarnya anak itu
tidak memberikan pengaruh baik. Karena itu berhasil atau tidaknya pendidikan agama di
sekolah juga banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan daripada anak didik. [17]
 ANTARA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK “Upaya Memahami Komponen
Pendidikan Perspektif Kitab Ta’alimul Muta’alim” Pendidik merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan bertugas
menyelenggarakan kegiatan belajar, melatih, mengembangkan dan memberikan
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan sebagai tenaga mengajar. Guru atau pengajar
harus memiliki kemampuan yang profesional dalam bidang proses belajar mengajar,
disamping memiliki kemampun yang profesional guru selaku tenaga pendidik harus
memiliki kepribadian, dan kemampuan kemasyarakatan. Untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam pendidikan diperlukan kerja sama antara pendidik dan peserta didik
walau bagaimanapun pendidik berusaha menanamkan pengaruhnya kepada peserta didik,
apabila tidak ada kesediaan kesiapan dari peserta didik sendiri untuk mencapai tujuan,
maka pendidikan sulit untuk berhasil. Kepentingan kerja sama ini mendapat perhatian
besar dari Az-Zarnuzi. Perhatian itu terlihat dari banyaknya syarat dan petunjuk untuk
dilaksakan oleh peserta didik. Pendidik Pendidik menurut Az-Zarnuzi ialah orang yang
berilmu atau alim yang jamaknya adalah ulama‟. Dengan demikian pendidik itu identik
dengan ulama‟ itu kedalam dua bagian yaitu dunia dan ulama‟ akhirat. Ahli-ahli
pendidikan Islam sangat memperhatikan budi pekerti yang harus dimiliki oleh pendidik
atau guru, pendidik haruslah menjadi pembina akhlak, maka semestinya pendidik lebih
dahulu berakhlak mulia. Dalam mengungkap sifat-sifat pendidik menurut Az-Zarnuzi
mengacu pada sumber data primer yaitu, Ta’alimul Muta’alim yang telah dirumuskan
oleh Athiyah Al-Abrasi (1996:66-71), dan sedikit ditopang dengan literatur lain yang
berkaitan dengan masalah pendidik menurut Az-Zarnuzi, secara umum sebagai berikut;
Pertama, pendidik hendaklah ikhlas dalam melaksanakan tugas, keikhlasan seorang
pedidik dalam melaksanakan tugasnya merupakan sarana yang paling ampuh untuk
kesuksesan peserta didiknya dalam proses belajar termasuk sikap ikhlas adalah pendidik
dalam melaksanakan tugas sesuai yang ia katakan dan sesuai antara perilaku-perilakunya
dengan perkataan-perkataan yan diucapkan, dengan hal yang demikian pendidik tidak
merasa malu untuk mengatakan saya tidak tahu, apabila ia memang tidak mengetahui.
Kedua, pendidik harus memiliki sifat Zuhud dan mengajar karena mencari ridho Allah,
pendidik memiliki kedudukan yang mulia dan dimuliakan pendidik memiliki tugas-tugas
yang sesuai dengan kedudukannya, ia harus memiliki atau menjadi Zahid yang
sesungguhnya. Ketiga, Pendidik harus suci dan bersih seorang pendidikan hendaknya
dalam hal ini suci badan dan anggota tubuhnya menjaga diri dari perbuatan dosa, suci
jiwanya dengan membebaskan diri dari perilaku sombong, riya, dengki, permusuhan, dan
sifat tercela yang lainnya. Keempat, pendidik harus memiliki sikap murah hati, seorang
pendidik hendaknya bersifat penyantun, pemurah hati terhadap murid-muridnya mampu
mengendalikan dirinya dari bersikap marah, bersikap lapang dada dan banyak bersabar.
Abu Syamah Al- Syafi‟I, dalam bukunya Majmu’ah Al-Rasail pada bab Etika Guru
Anak-anakmembuat kesimpulan sebagai berikut: “Guru hendaknya memulai
memperbaiki dirinya terlebih dahulu, sebab mata mereka sangat memperhatikannya dan
telinga mereka sangat peka terhadap sekelilingnya. Sesuatu yang dianggap baik oleh
guru, anakpun memandang baik”. Sebagian besar pendidikannya adalah dengan kasih
sayang, dan dalam mendidik seorang guru tidak boleh dengan cara kekerasan. Masih
menurut menurut Az-Zarnuzi pula, para pendidik hendaknya memiliki adab yang baik,
mendahulukan keteladanan dirinya, karena anak didik memperhatikan segala perilaku
pendidiknya, telinga mereka pun setia mendengarkan. Apa yang menurut peserta didik
baik, maka dimata mereka juga dianggap baik. Kelima, pendidik memiliki sikap tegas
dan terhormat, agar seorang pendidik menjadi lebih sempurna ia harus memiliki sikap
yang tegas dan terhormat. Ia harus memiliki keistimewaan-keistimewaan agar ia dapat
menjauhkan dirinya dari hal-hal yang jelek tidak membiasakan dirinya berteriak-teriak,
dan banyak omong kosong. Dengan demikin, pendidik atau guru bukan sekedar gudang
teori, tetapi juga seseorang yang ditiru dan diteladani, maka tidak boleh mengalihkan
perkataan dan perbuatannya yang menyimpang karena ilmu itu diperoleh itu diperoleh
dengan pandangan hati. Keenam, pendidik harus memiliki sikap kebapakan, seorang
pendidik hendaknya menyenangi para muridnya sama dengan menyayangi anak-anaknya,
dan memikirkan mereka sama seperti anak-anaknya. Berdasarkan prinsip Islam inilah,
pendidikan modern sekarang ditegakkan, sehingga dapat dikatakan bahwa seorang
pendidik lebih mencintai peserta didik daripada anak-anaknya. Ketujuh, memahami
karakter murid, pendidik hendaknya menguasai lautan dan memahami karakteristik dan
kecenderungan para muridnya termasuk juga kebiasan, perasaan dan pikirannya. Ini
dibutuhkan agar pendidik di dalam melaksanakan tugasnya supaya tidak salah arah.
 Kedelapan, pendidik harus menguasai materi pelajaran, dalam hal ini yang perlu
diperhatika oleh pendidik adalah penguasaan materi yang akan diajarkan, dan oleh karena
itu, pendidik harus terus menerus belajar. Ini menjadi sangat penting agar didalam proses
belajar mengajar dan penyampaian pengajaran tidak terkesan bersifat monoton dan datar-
datar saja. Sifat-sifat di atas tersebut, masih dapat ditambah yang secara keseluruhan
termasuk sifat yang primer atau mutlak. Sifat tambahan lainnya, seorang pendidik atau
guru harus malakukan kerjasama dengan orang tua murid, terutama, terutama kepada
peserta didik yang kurang mampu menerima materi pelajaran atau kelainan sifat dengan
peserta didik yang lainnya (Nata, 1997:77). Peserta Didik Adapun hak dan kewajiban
yang menurut Az-Zarnuzi patut dimiliki oleh peserta didik. Yang penting untuk
menjadikannya ahli ilmu dan mendapat faedah dari belajarnya, serta sampai pada tujuan
yang hendak dicapai oleh peserta didik dibalik ilmunya. Segala hal yang harus dipenuhi
seorang murid dalam proses belajar mengajar tersebut diuraikan oleh Az-Zarnuzi sebagai
berikut: Pertama, sebelum belajar seorang murid hendaknya memulai dengan mensucikan
hatinya dari sifat-sifat kehinaan, sebab proses belajar mengajar termasuk ibadah dan
keabsahan ibadah harus disertai dengan kesucian hati yang bertujuan untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Mengenai relitas bahwa banyak pelajar yang berahlak buruk
namun berhasil memperoleh ilmu, menurut Az- Zarnuzi ilmu yang diperolehnya itu
bukanlah ilmu yang hakiki, yang bermanfaat didunia dan tidak membawa kebahagiaan di
akhirat. Kedua, hendaknya mengorientasikan belajarnya dalam rangka memperbaiki dan
menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang mulia dan bukan belajar dalam rangka
membangga-banggakan diri. Sebab, kita mengetahui bahwa jiwa itu menerima bermacam
ragam rupa dari segala sesuatu baik yang di inderakan, maupun yang dipikirkan dalam
bentuk yang persis dan sempurna. Kemudian jiwa itu akan senantiasa menerima bentuk-
bentuk yang lain satu demi satu sepanjang waktu tanpa merasa lelah dan keliru (Fahmi,
1979:107). Ketiga, mencari ilmu hendaknya secara terus menerus walaupun harus
meninggalkan kampung halaman maupun tanah airnya, dan tidak ragu-ragu dalam
merantau untuk mencari ilmu, jika memang harus menuntut perantauan yang jauh untuk
mencari guru yang diinginkan. Keempat, menurut Az-Zarnuzi murid hendaknya tidak
banyak berganti-ganti guru ia harus mengkonsentrasikan diri pada seorang guru sebelum
adanya guru yang lain. Bagi Az-Zarnuzi bukanlah suatu larangan seorang murid memilih
materi pelajaran yang disenanginya dengan meminta bantuan gurunya di dalam memilih
dengan catatan tidak mengabaikan kecenderungan murid dan kesenangan murid terhadap
suatu ilmu (Athiyah, 1996:111). Kelima, hendaknya jangan mempersulit guru dengan
banyak bertanya, tidak menyusahkan dalam meminta jawaban, tidak boleh berjalan
didepannya, tidak boleh duduk dibangku gurunya dan tidak memulai pembicaraan
kecuali setelah mendapat izin dari gurunya. Keenam, jangan membuka rahasia guru, dan
jangan mengumpat seseorang disisinya, jangan mencari-cari kesalahannya, dan
handaknya menerima permintaan maaf guru apabila ia melakukan kesalahan. Ketujuh,
bersungguh-sungguh dalam belajar agar mendapatkan ilmu pengetahuan dengan hasil
yang mendalam dan memuaskan. Dengan demikian seorang murid haruslah konsisten
secara terus menerus melakukan penggalian pengetahuan secara serius dan tidak
bermalas-malasan. Dan yang penting adalah seorang murid mempersepsikan dirinya
sendiri, karena yang membedakan kecerdasan hanya karena rajin dalam belajar. Kalau
seorang murid memang betul-betul mau untuk menuntut ilmu, maka ia harus mengikuti
semua ritus-ritus yang disyaratkan. Kesungguhan sangat berpengaruh pada kemampuan
eksploratif dan karenanya hal itu harus dihadirkan mengiringi suasana belajar. Dengan
kegiatan tersebut, potensi belajar itulah mempengarui pendidikan sehingga peserta didik
tetap membutuhkan pendidik, potensi yang ada tadi selalu diikutui adanya daya vitalitas
sehingga ia senantiasa selalu bertindak untuk maju dan berkembang (Ahmadi, 1991:41).
Kedelapan, hendaknya menciptakan suasana kecintaan dan kesenangan antara sesama
murid, sehingga terlihat seolah-olah mereka merupakan anak dari satu orang.
Kesembilan, hendaknya senantiasa memulai salam bila bertemu gurunya. Kesepuluh,
menurut Az-Zarnuzi peserta didik hendaknya terus menerus belajar dan megulanginya
lagi pada awal dan akhir malam, sebab waktu sore dan sahur adalah waktu yang penuh
rahmat. Kesebelas, peserta didik hendaknya menyediakan diri untuk belajar sampai akhir
hayat, tidak sedikitpun meremehkan berbagai ,macam ilmu pengetahuan sebagai sebagian
dari haknya, dan jangan pula ikut-ikutan mencela sebagian ilmu seperti ilmu mantiq dan
filsafat, seperti yang pernah dilakukan oleh ulama‟ terdahulu. Selanjutnya, Az-Zarnuzi
memandang bahwa keutamaan hasil atau buah yang di tumbuhkan dari ilmu dan
mempelajarinya lebih utama dari keutamaan bukti-bukti atau penjelasan-penjelasan yang
ditumbuhkan oleh hakekat ilmu-ilmu, sedangkan memandang buah itu adalah lebih
utama.
 Dari konsep ini, jelaslah bahwa kita harus memperindah dengan selalu dekat kepada
Allah semata. Karena diarena persaingan yang ketat dengan terakulturasinya semua
budaya dan nilai, maka kita harus membekali diri dengan benteng eksistensi yang kukuh.
Dengan begitu, kita tidak gampang silau dengan godaan untuk menjual pengetahuan,
menjual agama demi harta, kedudukan dan kekuasaan.
 Pengertian Hakikat Manusia Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al- Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa
jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari
tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan
secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah
bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-
konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat
keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah
menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini
membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai
mahluk yang sempurna dan paling mulia. Walaupun manusia berasal dari materi alam
dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk
lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan
kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua
yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT. {“Allah
telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q.
S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang
terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q.
S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di
lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa
yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta
derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga
mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara
yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu
kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-
Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah
urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-
keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati. Dengan demikian,
manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di
dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar,
makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya,
merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk
memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai
anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai
kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan
sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah
menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu
dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat
dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang
sesuai dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya,
hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata
cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk
memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya
berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya
berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya. Dewasa ini
manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan
pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya
yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci,
akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang
diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan
dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal
dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya.
Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu
menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau
pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai
khalifah , dinyatakan dalam Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata
khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata
khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Namun kebanyakan
umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya
dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat ,
baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-„Abbasiah.
Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah diuraikan diatas
sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus
ajaran agama yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga
merupakan pemelihara ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan.
 SIAPAKAH MANUSIA Kehadiran manusia pertajma tidak terlepas dari asal usul
kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa
dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses
evolusi. Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu : Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya
ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil
Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada
tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus. Ketiga, manusia purba, yaitu tahap
yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama,
yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut
Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis). Keempat,
manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan
nalarnya. Beberapa Definisi Manusia : 1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara
semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat
hakikat yg mulia. 2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa
dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke
dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world
of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus
melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua
determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti
Tuhan 3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol;
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami
aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan
mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada
permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar
penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati
batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan
masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat
pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu
zat yg lebih mulia daripada eksistensi. 4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini
berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai
dirinya. 5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini
memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping
Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib- semu –quasi-miracolous–
yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya,
memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya
pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam. 6. Manusia adalah
makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg
ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah
faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan
kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg
selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan,
membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah. 7. Manusia adalah makhluk
moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg
ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg
lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci,
karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk
membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini. 8. Manusia adalah
makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu
penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki
kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan
mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan
ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau
tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai. Al Qur‟an memandang manusia
sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada
takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian
dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau
menentang takdir Allah. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan
yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat
dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik
manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi
ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal
dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur‟an akal
diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan
 pengertian. Dengan demikian di dalam Al Qur‟an akal bukan hanya pada ranah rasio,
tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama
pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak
di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah
pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang
dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif. Akal digunakan manusia
dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang
berpusat pada qalbu. Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia
untuk mencapai keinginannya. Dorongan- dorongan ini sering disebut dorongan primitif,
karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering
disebut sebagai dorongan kehendak bebas. PERSAMAAN dan PERBEDAAN
MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN. Manusia pada hakekatnya sama saja dengan
mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih
tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara
keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki
manusia dibanding dengan mahluk lain. Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup
di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara
fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan
binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya
adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja
yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
instinctif. Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan
itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah
kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut,
maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai
keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau
makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70. Diantara karakteristik manusia
adalah : 1. Aspek Kreasi 2. Aspek Ilmu 3. Aspek Kehendak 4. Pengarahan Akhlak Selain
itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan
kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen
yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian
dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-
makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan
masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya.
Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan
tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak
yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut
disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada
tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak
bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan
manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan
dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut,
disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak
berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan
memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul
membeda manusia dari segala makhluk lainnya. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56 bahwasannya:”Allah tidak
menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya”mengabdi dalam bentuk apa?
ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum
dalam Al-qur‟an “Sesungguhnya telah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah.” Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam
beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang
paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur‟an dan hadist didalam
menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan
terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu
adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang
terjerumus kedalamnya.Na‟uudzubillaahi min dzalik Dalam hadist shohih diungkapkan
bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah
mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga
sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak
sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik
dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-
 larangannya.Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba
Allah yang ditugasi untuk beribadah.Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup
bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai
pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah : 1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) belajar
yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al
Qur‟an. 2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah
bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah. 3.Membudayakan
ilmu (al Mukmin : 35 ) Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada
orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya.
Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Manusia terlahir bukan atas
kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas
kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya
berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh
siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang
sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil
sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak
terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak
penting lagi. Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri
Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah
pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang
menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara
manusia yang memainkan perannya itu. Walaupun seseorang diberi peran sebagai
seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya
biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan
atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia
akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia. Apalah artinya seorang pembesar
Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia
akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa
mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh
miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh
dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka
itulah yang paling mulia dimata Tuhan. “Wahai orang orang yang beriman, jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak
mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang
diperintahkan” Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan
peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan
diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk
diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari
dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika
sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan
untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah
berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk kita
bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih
terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita meberi untuk
orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin
yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu
membangun diri kita. TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan
bersifat fluktuatif ( naik- turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri
sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur‟an dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum
naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka). Allah dengan
ajaranNya Al-Qur‟an menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah
untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah
menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan
berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba
 berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan
keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam
rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa‟iwalmunkar).
Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga
diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma‟ruf dan mencegah kemungkaran (Al-
Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan
patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul. TANGGUNG JAWAB MANUSIA
SEBAGAI KHALIFAH ALLAH Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat
Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul
manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah
di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau
pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak
menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan manusia sebagai wakil
Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab
suci (al- Qur‟an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan
kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35
(Faathir : 39) yang artinya adalah : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah
dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak
lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang
yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”. Kedudukan
manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal
yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan
adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya. Dua sisi tugas dan
tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi
ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad
manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-
tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”. KESIMPULAN Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di
dalam Al-qur‟an banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan
dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih
diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat
meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan di
alam ini dengan sebaik-baiknya. Tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah
SWT.Semua ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali
kepada kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi
khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal kecil yang
termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa dikerjakan dengan cara
bermain-main terlebih apabila seseorang sampai mengingkarinya.Perlu usaha yang
keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam hati melemah,dan
pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari Pembalasan nanti atas segala
apa yang telah kita lakukan di dunia
 Mengapa Manusia Membutuhkan Pendidikan? Mengapa manusia membutuhkan
pendidikan? Jika merujuk pada definisi yang dipahami, maka kebutuhan manusia akan
pendidikan merupakan sebuah kebutuhan primer. Herbert Spencer, seperti dikutip dari
Jumransyah, mengemukakan bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk
hidup sempurna.[1] Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakankebutuhan asasi
dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka
mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya. Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk
memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik
dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam). Prof.John S.Brubacher,
mengemukakan: bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri
secara timbal balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.[2]
Dari ungkapan Brubacher tadi, jelas bahwa dengan adanya penyesuaian-penyesuaian
tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan
peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-
perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-perubahan tersebut merupakan proses
yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang
dan menjadi lebih baik. Sejalan dengan pendapat di atas, M.J.Adler, mengemukakan
bahwa pendidikan pada manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia
sehingga potensi, bakat dan kemampuannya menjadi lebih sempurna.[3] Ini
menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikan manusia
lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. Berbagai pendapat yang mengemukakan
kebutuhan manusia akan pendidikan yang telah dikemukakan di atas, bermuara pada satu
pandangan bahwa melalui pendidikan, manusia membuktikan diri sebagai makhluk yang
paling sempurna, dari sebelumnya hanya memiliki potensi (yang belum memiliki arti
apa-apa), tetapi dengan pendidikan mereka berkembang menjadi lebih sempurna dan
terus menyempurnakan diri. Firman Allah dalam QS. An-Nahl: 78 Terjemahnya: Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Firman
Allah Swt., di atas menggambarkan keadaan manusia yang belum tahu apa-apa (karena
hanya memiliki potensi), tetapi dengan belajar dari mendengar, belajar dari mengalami,
belajar dari apa yang mereka lihat, dan dengan menggunakan kekuatan akal, pikiran dan
hati, manusia kemudian menjadi paham, mengerti dan memahami. Pendidikan
menjadikan semua potensi manusia berkembang dengan baik.

 English
 Français
 Español
 Português (Brasil)
 Deutsch

 About
 Careers
 Developers & API
 Press
 Blog
 Terms
 Privacy
 Copyright
 Support
 Contact

Linkedin Twitter Google Plus Facebook RSS Feeds LinkedIn Corporation © 2014

Anda mungkin juga menyukai